Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TEORI DAN KONSEP

A. Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan dan Perawat Sebagai Leader


1. Manajemen secara umum
Manajemen yaitu proses dimana seseorang atau sebuah institusi
menjalankan suatu sistem yang sudah ada. Huber (2006) mengatakan bahwa
Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses dari koordinasi dan integrasi
sumber daya melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasi atau
pengarahan dan pengendalikan untuk mencapai tujuan institutional yang spesifik
dan objektif. Manajemen juga dapat dikatakan sebagai proses dimana aspek
interpersonal dan teknikal digunakan untuk mencapai tujuan organisasi (Murry
dan Dicroce, 1997). Definisi yang lain menjelaskan bahwa manajemen adalah
proses penyelesaian pekerjaan melalui orang lain (Gillies, 1994). Manajemen
juga merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Oleh karena itu, manajemen itu dapat dikatakan
memiliki tujuan (tujuan organisasi) dan melibatkan sekelompok orang, yang
menjalankan upaya dan strategi agar mencapai tujuan. Orang yang mengelola
proses kerja untuk mencapai tujuan organisasi disebut manager.
2. Manajemen keperawatan
Manajemen sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari terutama
bagi suatu sistem yang memerlukan pengorganisasian, termasuk dalam
keperawatan. Manajemen keperawatan dapat didefinisikan yaitu proses
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Huber,
2006). Berdasarkan teori Gillies, manajemen keperawatan dapat diartikan
sebagai suatu proses bekerja melalui upaya anggota staf keperawatan untuk
memberikan pelayanan keperawatan, pengobatan dan bantuan terhadap para
klien. Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengorganisir,
memimpin serta mengontrol keuangan, material, dan sumber daya manusia yang
ada untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi setiap
kelompok klien dan keluarga mereka.
Praktek keperawatan profesional tingkat manajer dibagi berdasarkan
tingkat tanggungjawab. Tingkat tanggung jawab itu antara lain “top”, “middle”,
“front line”. Top manajer terdiri dari wakil direktur keperawatan yang
bertanggung jawab mengelola manajer. Middle manajer yaitu kepala bidang
keperawatan, kepala bagian atau unit dan pengawas. Middle manajer mengelola
manajer pada front line (garis depan) yaitu kepala ruangan. Front line disebut
lower manajer yang bertanggung jawab mengelola staf perawat (provider) yang
memberikan pelayanan dan asuhan langsung pada klien (customer).
Variasi latar belakang pendidikan dan pengalaman perawat dari berbagai
sarana pelayanan kesehatan, serta pekerjaaan dan suasana kerja menjadi
tantangan bagi manajer keperawatan dalam menciptakan lingkungan kerja yang
dapat memfasilitasi praktek keperawatan yang berkualitas. Sistem manajemen
dahulu, manajemen yang birokratis, tidak lagi dijalankan karena sistem yang
paling berhasil memberi kepuasan pada perawat adalah sistem partisipatif
dimana manajer tampak dan ada di ruang kerja, siap, dan mau berperan aktif;
dekat dengan customer; selalu menghargai dan antusias;dan menjadi role model.
Secara umum tanggungjawab manajer keperawatan mencakup sebagai
berikut :
a. Mencapai tujuan rumah sakit (institusi) dan/atau bagian keperawatan
b. Mempertahankan kualitas asuhan keperawatan dengan segala keterbatasan
fasilitas
c. Mendorong motivasi staf perawatan dan klien
d. Meningkatkan kemapuan staf, peer dan bawahan untuk melakukan
perubahan dalam rangka mencapai kualitas
e. Mengembangkan kekuatan/ spirit dan tanggung jawab moral dari tim
f. Meningkatkan penegmbangan profesional dari staf
Untuk dapat menjalankan tanggung jawabnya, maka sebaiknya seorang
manajer menjalankan sepuluh peran yang dikelompokkan kedalam tiga area
sebagai berikut:
a. Peran hubungan interpersonal
1. Gambaran kepala (figure head): sebagai simbol atau wakil
organisasi/ institusi/ rumah sakit yang bertanggung jawab
2. Pemimpin (leader) : berperan memotivasi, mengaktifkkan,
mengorganisasi, melatih, dan mengembangkan bawahan
3. Penghubung (liaison): membangun jaringan kerja dengan berbagai
bagian yang terkait
b. Peran pemberi informasi
1. Pemantau: mencari dan menerima informasi serta menyaring
informasi yang diperlukan dari lingkungan
2. Pemberi informasi: menafsirkan informasi/ teknologi baru dan
membagi informasi bagi anggota atau bawahan
3. Pembicara (juru bicara): menyampaikan informasi tentang
penemuan/ pembaharuan internal kepada unsur eksternal
c. Peran mengambil keputusan
1. Enterprenur: mencari kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
dan pengembangan hal- hal baru
2. Penanganan gangguan: mengambil tindakan untuk memperbaiki dan
menghadapi gangguan /masalah yang tidak diharapkan
3. Pengalokasi sumber daya: menentukan sumber daya yang dibutuhkan
dan mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan
4. Penegosiasi: mewakili institusi dalam melakukan tawar- menawar
atau sebagai penengah
Adapun beberapa teori penting terkait manajemen keperawatan yang
saat ini lebih menonjol adalah teori kontingensi (contingency theory), teori
sistem (system theory), teori kompleksitas (complexity theory), dan teori chaos
(chaps theory). Dasar dari teori kontingensi adalah bahwa manajer harus terlibat
dalam setiap situasi setiap kali membuat keputusan. Teori sistem berprinsip
bahwa sedikit apapun perubahan yang terjadi pada suatu bagian dalam sistem
maka ia akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan dan akan menimbulkan
reaksi yang mempengaruhi sistem. Oleh karena itu, berdasarkan teori ini seorang
manajer dituntut untuk bisa membuat rencana jangka pendek dengan
menimbang kepada banyaknya dan cepatnya perubahan. Sedangkan teori
kompleksitas menekankan kepada prilaku yang dapat berubah setiap waktu,
sehingga sebuah sistem bersifat dinamis dan dapat berubah setiap waktu. Antara
teori kompleksitas dan teori caos seringkali berjalan beriringan karena dalam
perubahan yang mungkin terjadi setiap waktu memungkinkan terjadinya caos/
kekacauan dalam sebuah sistem.
Selain empat teori diatas, adapun sembilan (9) teori penting menurut
Bounding (Swansburg, R.C., 1999) dalam manajemen keperawatan, yakni:
a. teori static structure or level of frameworks;
b. a moving level of predetermined necessary motions or clockworks;
c. a control mechanism level- the thermostat;
d. the levelof teh open-system;
e. the genetic- societal level;
f. the animal level;
g. the human level;
h. the level of social organization;
i. and transcedental systems.
Berikut ini adalah Fungsi Manajemen menurut beberapa ahli :
a. Menurut George R.Terry :
o Perencanaan (Planning);
o Pengorganisasian (Organizing);
o Penggerakan (Actuating)
o Pengawasan (Controlling).
b. Menurut Henry Fayol (Huber, 2006)
o Perencanaan (Planning);
o Mengorganisir (Organizing);
o Memerintah (Commanding);
o Mengkoordinir (Coordinating);
o Mengawasi (Controlling).
3. Proses Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang memiliki tujuan, sekelompok
orang, dan strategi dalam menjalankan tujuan tersebut. Manajemen juga dapat
dipandang sebagai suatu seni dan science yang berhubungan dengan
perancanaan dan pengarahan usaha manusia dan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan berbagai macam cara.
Hersey, dkk (2001) mendefinisikan manajemen sebagai proses bekerja dengan
atau melalui individu dan kelompok dan juga sumber daya lain seperti peralatan,
modal dan teknologi untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Koontz (1961)
dalam Huber (2006) menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu seni yang
meliputi:
a. Mengatur orang-orang dalam suatu kelompok yang terorganisasi
b. Menciptakan lingkungan yang terorganisasi yaitu lingkungan yang
mendukung orang-orang untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan
bersama
c. Menghilangkan penghalang yang menghalangi untuk bertindak dalam suatu
organisasi
d. Mengoptimalisasikan pekerjaaan yang efisien dan efektif dalam mencapai
tujuan.
Manajemen keperawatan adalah proses koordinasi dan integrasi sumber
daya keperawatan melalui pelaksanaan proses manajemen untuk memenuhi
asuhan keperawatan dan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Proses
manajemen yang bisa digunakan dalam mencapai tujuan tersebut dapat
ditempuh melalui 4 tahap yaitu:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Directing (pengarahan)
d. Controling (pengawasan)

a. Planning (perencanaan)
Perencanaan adalah fungsi manajerial yang meliputi penyeleksian
prioritas, hasil dan metode untuk mencapai hasil (McNamara , 1999).
Perencanaan adalah suatu tindakan yang meliputi indentifikasi tujuan, metode-
metode, sumber daya, pembagian tanggung jawab dan jadwal untuk
melaksanakan semuanya.
Menurut Levenstein, 1985 terdapat dua tipe dari perencanaan yaitu:
a. Strategic Planning
Tipe perencanaan ini memiliki jangkauan yang lebih luas yang meliputi
pendekatan penentuan senua tujuan dan arahan suatu organisasi. Perencanaan ini
sering berfokus pada pencapaian misi, visi dan tujuan utama. Untuk itu
diperlukan scenario planning untuk dapat menganalisa bermacam-macam hal
yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan dari perencanaan yang telah
dibuat.
b. Tactical Planning
Jangkauan perencanaan ini lebih pendek dan meliputi penentuan hal-hal
yang khusus dan details dalam mengimplementasikan tujuan, sebagai contoh
adalah perencanaan project, staffing dan perencanaan pemasaran. Tidak
selamanya perencanaan itu lancar-lancar saja, tetapi sering terjadi suatu masalah
dalam penyusunan suatu perencanaan yaitu :
1. Error dalam fakta (misinformasi),
2. Error dalam asumsi: perencanaan didasarkan pada asumsi yang tidak
tepat,
3. Eror dalam logika: perencanaan didasarkan pada alasan yang salah. Oleh
karena itu, perlu suatu banyak alternative perencanaan ketika satu
rencana ternyata tidak bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
Suatu perencanaan meliputi input, proses, output dan hasil yang
diharapkan. Pada saat perencanaan dapat menggunakan tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi misi
2. Analisa lingkungan
3. Analisa situasi (SWOT)
4. Menetapkan tujuan
5. Identifikasi strategi untuk mencapai tujuan
6. Menetapkan tanggung jawab dan timelines
7. Menuliskan perencanaan
8. Merayakan kesuksesan dan penyelesaian
Untuk bisa sukses dalam perencanaan dan juga pencapaian tujuan,
Mcnamara (1999) memiliki beberapa panduan antara lain:
1. Melibatkan orang yang tepat saat perencanaan
2. Melaksanakan perencanaan yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan secara luas kepada semua pekerja
3. Menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat tercapai, dan dalam
waktu yang telah ditentukan.
4. Dibangun dalam suatu tanggung jawab
5. Mencatat setiap penyelewengan
6. Mengevaluasi proses perencanaan
7. Menjalin komunikasi
8. Membuat perencanaan yang rasional
9. Mengumumkan setiap hasil yang telah tercapai
Proses perencanaan ini di area keperawatan merupakan proses yang
sangat penting karena menurut Levenstein, 1985 peran dari manajer
keperawatan sebagai seorang planner adalah penentu kesuksesan institusi dan
pemberian asuhan keperawatan kepada klien. Hal ini terjadi karena perencanaan
keperawatan adalah penentuan perawat dan implementasi perencanaan oleh staff
keperawatan. Selain itu, perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer
juga perlu membuat perencanaan yang interaktif yaitu perencanaan yang
menekankan pada pentingnya partisipasi dari setiap peserta dan setiap perbedaan
dipandang sebagai banyak ide yang bisa membantu dalam penentuan tujuan
serta berfokus pada penentuan hasil yang diharapkan berikutnya. Interactive
planning dapat menyumbangkan perencanaan asuhan keperawatan yang efektif
dan manajemen keperawatan yang efektif pula oleh perawat (Foust, 1994).
b. Organizing (pengorganisasian)
Organizing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
pengalokasian dan pengaturan sumber daya untuk memenuhi tujuan yang telah
ditentukan. Langkah awal dalam pengorganisasian adalah mengorganisasikan
pekerjaan, mengorganisasikan pekerja dan langkah terakhir adalah
mengorganisasikan lingkungan. Untuk dapat mengorganisasikan sesuatu hal
dengan baik, maka dapat mengikuti beberapa aturan berikut ini:
a. Pengorganisasian diri sendiri, kantor dan files
b. Pengorganisasian tugas, pekerjaan dan peran melalui analisa tugas dan
pekerjaan, job descriptions dan manajemen waktu
c. Pengorganisasian bermacam-macam kelompok orang seperti staff, committees,
meetings dan teams
d. Pengorganisasian SDM melalui pemberian keuntungan dan kompensasi, staffing
dan pelatihan kemampuan SDM
e. Pengorganisasian fasilitas dan teknologi
Dalam wilayah keperawatan peran dari manajer keperawatan adalah
aktivitas yang meliputi manajemen budget, staffing dan jadwal yang saling
berhubungan.
c. Coordinating (pengkoordinasian)
Pengkoordinasian dalam proses manajemen berfungsi untuk memberikan
arahan atau perintah yang kemudian dapat mempengaruhi orang untuk
mengikuti arahan tersebut. Pengkoordinasian dapat diartikan sebagai kegiatan
yang memotivasi dan memimpin seseorang untuk menjalankan kegiatan yang
sudah ditentukan dengan baik. Motivasi merupakan suatu hal yang penting dan
merupakan strategi utama dalam proses koordinasi karena memotivasi sangat
berhubungan dengan penentuan tingkat performance staff dalam memberikan
kontribusi yang efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Selain itu,
pengkoordinasian juga dapat sebagai proses koordinasi meliputi tindakan
supervisi dan pemanduan orang dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan
interpersonal sangat diperlukan dalam proses koordinasi dalam menjaga
keseimbangan antara fungsi supervise dan motivasi kepada karyawan.
Terdapat elemen penting dalam area keperawatan yang merupakan dari
fungsi proses koordinasi yaitu delegasi dan supervisi dalam pemberian asuhan
keperawatan. Perawat disini membawa tanggung jawab dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas dalam fungsi supervisinya seperti dalam peningkatan
kuatitas dan kuantitas asuhan keperawatan. Hal yang dilakukan berikutnya yaitu
manajer keperawatan bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan kepada
kelompok perawat pemberi asuhan keperawatan dan pendampingan kepada
perawat. Tugas lainnya, perawat dalam pengkoordinasian memonitoring dan
menyediakan kewaspadaan pada situasi yang dapat menyebabkan kegagalan
pemberian pertolongan, kesalahan dalam keamanan klien dan juga kelalaian
perawat. Oleh karena itu, perawat harus mengetahui dan memahami secara jelas
tanggung jawab perannya dalam lingkup praktik keperawatan.
d. Controlling (pengawasan)
Pengawasan dalam manajemen asuhan keperawatan yang meliputi fungsi
monitoring dan pengawasan rencana, proses dan sumber daya yang efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan. Dalam lingkup keperawatan tindakan
pengawasan seperti proses evaluasi dalam proses keperawatan. Controlling atau
evaluasi merupakan kegiatan untuk meyakinkan bahwa alur dan proses kegiatan
yang telah dijalankan sesuai dengan tujuan dan cara pencapaian tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, controlling dapat juga diartikan
sebagai kegiatan untuk membandingkan hasil yang telah dicapai dengan standar
yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan juga melakukan perbaikan apabila
diperlukan.

B. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan


Metode penugasan merupakan suatu aspek penting dalam dunia
keperawatan, hal ini dibutuhkan agar perawat mampu bekerja secara maksimal.
Untuk itu dalam pemilihan metode penugasan perlu memperhatikan berberap hal
berikut: jumlah tenaga perawat, kualifikasi staff, dan klasifikasi pasien. Berikut
ini merupakan metode penugasan yang tengah berkembang saat ini:
a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode penugasan dimana seorang perawata hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi. Metode ini banyak dipakai saat
perang dunia kedua. Ketika perang dunia kedua metode ini banhyak dipakai
karena jumlah perawat serta kemampuan perawat masih terbatas.
Gambar 1 : Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan
Huston, 1998)

Kelebihan metode penugasan fungsional adalah sebagai berikut:


1. Managemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan nyang baik.
2. Baik diguanakan dalam kondisi keterbatasan tenaga perawat.

Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
b. Metode penugasan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Metode ini bertujuan untuk:
memfasilitasi pelayanan keperawatan; menerapkan proses keperawatan standard;
dan menyatukan kemampuan anggota tim yang beragam. Konsep dari metode
ini adalah ketua tim sebagai perawata professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat
penting dalam metode ini, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketuan.
Selai itu peran kepala ruang sangat penting dalam model tim ini.

Pasien / klien Pasien / klien Staf perawat


Pasien / klien
Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat


l
Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis


dan Huston, 1998)

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
danpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
2) Biaya lebih besar
Kepala Kepala Kepala

Perawat primer

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Gambar 3 : Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Marquis


dan Huston, 1998)

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.

Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien


Gambar 4 : Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “
(Marquis dan Huston, 1998)

Agar metode metode diatas dapat di jalankan dengan baik maka masing-masing
pihak harus menge tahui peran dan ttanggung jawab masing-masing, berikut
merupakan tanggung jawab masing –masing peran.

1) Tanggung Jawab Karu :


a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan
managemen
d) Mengorientasikan tenaga baru
e) Menjadi narasumber bagi tim
f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka

2) Tanggung Jawab Katim :


a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan
melalui konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :


a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan
 observasi terus menerus
 ikut ronde keperawatan
 berinterkasi dgn pasien & keluarga
 berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

C. Peran dan Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan


Peran dan fungsi perawat profesional disusun untuk mengidentifikasi dan
memperjelas aspek-aspek yang membedakan praktik keperawatan profesional
dari praktik perawatan yang diberikan oleh orang yang tidak mempunyai
kualifikasi keperawatan profesional. Adapun peran dan fungsi perawat secara
umum sebagai berikut:
1. Perencanaan keperawatan untuk masing-masing klien.
2. Pemberian perawatan langsung.
3. Indentifikasi waktu yang tepat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan
pada klien oleh tenaga yang tidak memiliki kualifikasi perawatan
profesional.
4. Mempersiapkan dan mendukung tenaga yang tidak memiliki kualifikasi
keperawatan profesional untuk melaksanakan aktivitas yang diserahkan
kepada mereka oleh perawat profesional.
5. Manajemen dan sumber daya manusia, perlengkapan dan pelayanan yang
efektif dan efisien langsung dikendalikan atau diambil alih oleh perawat
profesional.
6. Pembentukan standar, audit keperawatan dan audit klinik.
Untuk secara spesifik kami menemukan beberapa peran dan fungsi dari
perawat dalam manajememn keperawatan, yaitu sebagai berikut.
a. PERAN
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggung-jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan
dari yang bersifat sederhana sampai pada yang paling kompleks kepada
klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pengelola dalam bidang Pelayanan Keperawatan
Tenaga keperawatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan
termasuk perlengkapan, peralatan dan lingkungan.Disamping itu
membimbing petugas kesehatan yang berpendidikan lebih rendah,
bertanggung-jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di
masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Pendidik Pelayanan Keperawatan
Tenaga Keperawatan bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan dasar bagi tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga anggota keluarga.
b. FUNGSI TENAGA PERAWAT
Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada klien-
klien yang dirawat) sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan kesehatan klien dan mendorong klien untuk
berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan,
kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak,
pencegahan penyakit dan kecelakaan.
3. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien yang meliputi perawatan
darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program pengobatan
4. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat
ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan lainnya.
5. Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.
Sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan adalah :
1. Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruangan
2. Menerima klien baru
3. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses
keperawatan
4. Mempersiapkan klien keluar
5. Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah
tangga
6. Mengatur tugas jaga
7. Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai dan obat
8. Mengelola administrasi

D. Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde Keperawatan

Timbang terima keperawatan


1. Pengertian
Proses timbang terima keperawatan (operan) adalah komunikasi yang terjadi di
antara dua shift keperawatan dengan tujuan khusus untuk menyampaikan
informasi tentang keadaan klien di bawah perawatan/asuhan perawat. Proses
operan keperawatan merupakan cara komunikasi yang digunakan perawat dan
tenaga kesehatan lain untuk menyampaikan informasi kebutuhan asuhan
keperawatan dan kondisi klien saat perubahan shift.
2. Tujuan
 Untuk memastikan kelangsungan asuhan/perawatan klien dengan aman,
menyediakan informasi klien kepada perawat pada shift selanjutnya.
 Untuk menjaga kelangsungan laporan/perkembangan mengenai klien.
 Tersusunnya rencana kerja untuk shift berikutnya.
3. Masalah pada timbang terima keperawatan
 Ada informasi yang tertinggal, tidak disampaikan perawat, atau
informasi bukan dilaporkan secara langsung oleh perawat yang
bertanggung jawab terhadap klien.
 Adanya distraksi berupa kegaduhan (berisik), interupsi, dan staf yang
tidak memperhatikan.
 Kurangnya kerahasiaan, tidak adanya privasi di nurse station..
4. Jenis/metode timbang terima
 Verbal hand over
 Tape recorded hand over
 Bedside hand over
 Written hand over
Metode-metode tersebut akan dipengaruhi oleh jumlah klien, tingkat
ketergantungan, jumlah dan tingkat staf. ’Mix and match’ merode bisa dipakai
dalam operan.
5. Proses timbang terima
 Kedua kelompok dinas/shift sudah siap.
 Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
masalah, kebutuhan, dan segala tindakan yang telah dilaksanakan serta
hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang,
sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
 Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum)
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan penunjang, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
 Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang
kurang jelas.
 Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Dilaksanakan tepat waktu dan semua perawat yang sudah dan akan
bertugas hadir, serta siapkan hand over sheet..
 Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab yang
dilakukan pada awal serah terima tanggung jawab.Hal ini seharusnya
tidak memperpanjang waktu serah terima, hanya 2-3 menit dan harus
fokus isu-isu keselamatan klien tertentu.
 Situation, Background, Assessment and Recommendation (SBAR)
model
dapat digunakan oleh setiap tenaga kesehatan profesional untuk
mengkomunikasikan informasi klinis tentang kondisi klien.
 Untuk menetapkan standar kualitas pada verbal hand over Currie (2002)
mengusulkan bahwa setiap serah terima harus ‘CUBAN’, yaitu
Confidential : pastikan bahwa segala informasi tidak terbawa keluar
area keperawatan.
Uninterrupted : Memanfaatkan daerah yang tenang, tidak ada gangguan.
Dimulai di awal shift.
Brief : Jaga informasi tetap relevan. Hindari pelabelan atau
stereotip.
Accurate : Pastikan bahwa semua informasi benar dan tidak ada
klien yang terlewat.
Named nurse : Perawat yang melapor adalah perawat yang bertanggung
jawab langsung terhadap klien.
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan
menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.

Ronde Keperawatan

1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat primer dan
atau konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh
anggota tim.
2. Tujuan
 Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien.
 Meningkatkan validitas data klien.
 Menilai kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
 Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
3. Karakteristik
 Klien dilibatkan secara langsung.
 Klien merupakan fokus kegiatan.
 Perawat pelaksana, perawat primer, dan konsuler diskusi bersama.
 Konsuler memfasilitasi kreativitas.
 Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat pelaksana
dan perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
4. Peran perawat dalam ronde keperawatan
 Peran perawat primer dan perawat pelaksana:
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
- Menjelaskan masalah keperawatan utama.
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
- Menjelaskan tindakan selanjutnya.
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

 Peran perawat primer lain dan atau konsuler


- Memberikan justifikasi.
- Memberikan penguatan (reinforcement).
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional.
- Mengarahkan dan koreksi.
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
5. Tahap ronde keperawatan
 Tahap persiapan (pra ronde keperawatan)
- Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
- Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.
 Tahap pelaksanaan
- Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
- Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat
konselor/kepala ruang tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan.
 Tahap pasca ronde
- Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan

E. Dokumentasi dalam Asuhan Keperawatan


Dokumentasi adalah bukti tertulis dari segala sesuatu yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus
mendeskripsikan tentangstatus kebutuhan klien yang komperhensif. Dokumetasi
yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas perawatan tapi juga membuktikan
pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan.
Semua catatan mendasar mengandung informasi berikut:
 Identifikasi klien dan data demografi klien
 Surat izin untuk pengobatan dan prosedur
 Riwayat keperawatan saat masuk
 Diagnosa keperawatan
 Rencana asuhan keperawatan
 Catatan tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan
 Riwayat medis
 Diagnosis medis
 Pesanan teraupetik
 Catatan pengembangan medis dan disiplin kesehatan
 Laporan tentang pemeriksaan fisik
 Laporan tentang pemeriksaan diagnostic
 Ringkasan tentang prosedur operatif
 Rencana pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan

Dokumentasi merupakan sumber datas yang bermanfaat dan digunakan oleh


semua tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup komunikasi, tagihan
financial, edukasi, riset, audit, dan dokumentasi legal.
1. Sebagai Sarana Komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna
untuk:
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim
kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap klien atau anggota tim kesehatan
atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan pada klien.
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan keperawatan
yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan
tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan
terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap
ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan
aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat
digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara
hukum.
3. Sebagai Informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu
merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan
teknis.
4. Sebagai Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan
benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan
lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan
membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
5. Sebagai Sumber Data Penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data
penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan
keperawatan/kebidanan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat
diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif
dan etis.
6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan
keperawatan/kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas
merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu
perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin
baik yang dilakukan oleh perawat/bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit
jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan
keperawatan/kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.
7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan /kebidanan
Berkelanjutan
Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup
seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses
keperawatan.

Prinsip-Prinsip Pencatatan / Dokumentasi


Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan.

A. ISI PENCATATAN
1. Mengandung Nilai Administratif
Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan keperawatan
merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi gugatan.
2. Mengandung Nilai Hukum
Misalnya catatan medis kesehatan keperawatan/kebidanan dapat dijadikan
sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehaan, maupun klien.
3. Mengandung Nilai Keuangan
Kegiatan pelayanan medis keperawatan/kebidanan akan menggambarkan tinggi
rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan keuangan
rumah sakit.
4. Mengandung Nilai Riset
Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau bahan yang dapat digunakan
sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan informasi yang terjadi
di masa lalu.
5. Mengandung Nilai Edukasi
Pencatatan medis keperawatan/kebidanan dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan pengajaran di bidang profesi si pemakai.

B. TEKNIK PENCATATAN
1. Menulis nama klien pada setiap halaman catatan perawat/bidan
2. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam
3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat
dipercaya secara faktual
4. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai.
Contoh : Kg untuk Kilogram
5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau
6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata
“salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang
benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan.
7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis kembali
waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
C. JENIS-JENIS PENCATATAN

Ada dua jenis pencatatan :


1. Catatan Pasen secara Tradisional
Catatan pasen secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada
sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat
dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat terpisah dari
catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan ditulis dalam bentuk
naratif. Sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber yang ditulis secara
terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang benar sesuai perkembangan
klien. Catatan tradisional umumnya mempunyai enam bagian, yaitu : catatan
khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan
keperawatan, dan laporan khusus lainnya.
2. Catatan Berorientasi pada Masalah
Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang sedang
dialami pasen. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed
dari USA, dimana dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan
penekanan pada klien tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh
sistem ini dikenal dengan nama “Problem Oriented Method”.
Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk
membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah pasen,
merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji
perkembangan pasen. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk
membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini
dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian, yaitu :
a. Data Dasar; identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan
sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan lain-lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan
yang akan diberikan, misalnya: data dasar unit kebidanan akan berbeda
dengan unit bedah.
b. Daftar Masalah; masalah klien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar
masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium
yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah sosial. Masalah yang ada
mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas masalah dengan
memberi nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya. Daftar
memberikan keuntungan bagi perawat sebagai perencana keperawatan.
c. Rencana. Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan
demikian perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasen.
d. Catatan Perkembangan Pasen. Adalah semua catatan yang berhubungan
dengan keadaan pasen selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan
ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain :
 Catatan Berkesinambungan (Flow Sheet)Digunakan untuk mencatat
hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan pasen
yang sering berubah-ubah dengan cepat.
 Catatan secara Naratif (Notes)
 Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes)
Dokter maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasen
selama dirawat, baik mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang
dibutuhkan

Daftar Pustaka

Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby
- year book, Inc.
Huber, Diane L. (2006). Leadership and Nursing Care Management. 3th. Ed. Hal;
Pennsylvania: Elsevier.
Jones, T.L and Bourgeois, S. (2011). The Clinical Placement: An Essential Guide for
Nursing Students. 2nd ed. Chatswood: Churchill Livinstone El Sevier.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Swansburg, Russel C. (1999). Introductory Management and Leadership for Nurses.
Massachussets: Jones and Bartlett Publishers
Conwy and Debighshire NHS Trust. “Nursing Handover for Adult Patients
Guidelines.” http://www.wales.nhs.uk/sitesplus/documents/861/Additional
%20Info%20048.pdf (Diakses tanggal 26 Sept.2011)
Rofii, M. “Ronde Keperawatan.”
http://staff.undip.ac.id/psikfk/muhammadrofii/2011/08/09/ronde-keperawatan/
(Diakses tanggal 27 Sept.2011)

Anda mungkin juga menyukai