Anda di halaman 1dari 5

Contoh Teks Drama Modern

Contoh Teks Drama

Drama modern atau kontemporer adalah jenis pertunjukan yang menunjukkan gambaran
kehidupan saat ini dengan berbagai masalah yang muncul. Ada banyak sekali tema drama
modern yang bisa dipentaskan baik di TV ataupun pertunjukan seni. Berikut ini salah satu contoh
naskah teks drama modern dengan tema komedi ringan.

Penjelasan Karakter

Roy: Pintar, cerdik, pandai berkilah, dan pembohong berat.


Pak Asep: Guru yang tegas dan emosional
Rena: Suka penasaran dan cerewet
Zainal: Tidak terlalu pintar dan menonjol di sekolah.
Ririn: Pintar, rajin, baik hati

Dialog

Di sebuah kelas SMA, hiduplah 4orang siswa yang sedang bahagia. Namun kondisi berubah
ketika mereka mendapatkan kabar bahwa besok akan ujian.

Rena : Eh kalian udah belaja buat ulangan besok?


Roy : Belum
Zainal: Astaga, Innalillahi.
Rena : Apa? Kalau nilai ulangannnya jelek bisa dihukum.
Zainal: Paling-paling hukumannya juga cuma lari keliling lapangan bola 10 kali doang.
Rena : Bukan! Kali ini hukumannya serem, harus ikut pelajaran tambahan setiap pulang sekolah.
Kamu sudah belajar Rin? (Melirik ke arah Ririn).
Ririn : Sudah dong, Ririn (sambil menunjuk-nunjuk bangga ke dirinya sendiri).

Singkat cerita, kemudian mereka bertaruh. Siapa yang nilai ujiannya paling besar, maka akan
dianggap menang dan bisa memerintah orang yang kalah. Ririn berusaha keras untuk belajar,
sedangkan Roy berjuang keras untuk membuat contekan di kertas kecil.

(Saat Ujian)

Pak Asep : Baik anak-anak, silahkan buka lembar soalnya sekarang!


Ririn : Bismillah.
Roy : Soal ini kan gampang sekali. Kalau gini kan gak akan ketahuan. (Sambil menempelkan
kertas contekan di pungguh Pak Asep).
Pak Asep : Bapak keluar dulu, ingat jangan nyontek atau bertanya pada temannya ya. Dan satu
lagi, jangan ribut. (keluar kelas).
Roy : Rencana B dimulai (menyilangkan kaki dan melihat kertas contekan di atas sepatunya).
Roy : Ah, bukan yang ini (bingung)
Roy : Ah yang ini nih! (sambil mengeluarkan kertas contekan dari dasi).
Roy : Selesai (sambil merebahkan diri di kursi, tersenyum puas sambil melirik teman-temannya
yang lain belum selesai mengerjakan).

Akhirnya ulangan selesai, dan Pak Asep membagikan kertas hasil ujian kepada semua siswanya.

Pak Asep : Ini hasil ujian kalian (sambil membagikan kertas).


Ririn : Hore! Nilaiku 85 (tersenyum puas.
Zainal : Hahahaha, aku dapat 65. Lumayan ujian kemarin cuma 60.
Roy : Lhah Pak, kok nilai ujian saya cuma 50?
Pak Asep : Sebab soal nomor 11-20 di balik kertas gak kamu isi.
Roy : Apa? Masih ada soal lagi?
Ririn : Hahahaha, kamu kalah Roy! Dengan ini saya perintahkan kamu gak nyontek lagi waktu
ujian! (sambil menunjuk-nunjuk Roy dengan tertawa lepas).
Pak Asep : Apa? Jadi kamu kemarin nyontek? Oke, kalau begitu nilai kamu saya kurangi 5 poin
lagi!
Roy : Aduuuh, apes benar aku ini (mengucek-ngucek rambut)

Akhirnya, Roy menyadari kesalahannya dan berjuang keras untuk belajar. Dia tidak pernah
menyontek saat ujian lagi.

Contoh Teks Drama Singkat 4 Orang


Contoh Teks Drama

Judul: Pilihan Anak


Tokoh: Ayah, Ibu, Nenek, Ari

Sinopsis

Ari sudah memasuki kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan melanjutkan kuliah. Suatu sore, Ari
berbincang-bincang dengan ayah, ibu, dan neneknya di ruang tamu. Mereka menanyakan
keputusan Ari untuk memilih jurusan kuliah. Baik sang ayah dan ibu Ari ternyata memiliki
pilihan jurusan masing-masing dan tak mau memperhatikan keinginan Ari pribadi.

Dialog

Ayah : Jadi, sudah kamu pikirkan masak-masak kamu mau melanjutkan kuliah di jurusan apa?
Ari : Sudah yah.
Ibu : Jadi, kamu mau kuliah jurusan apa nak? (datang ke ruang tamu sambil menghidangkan teh
untuk ayah dan nenek Ari).
Ari : Ari inginnya kuliah jurusan seni.
Ayah : Apa? Kamu ingin kuliah seni? Mau jadi apa nanti kamu setelah lulus kuliah?
Ibu : Iya, kamu mau kerja apa setelah lulus nanti? Kuliah itu jangan cuma cari senangnya saja.
Perhatikan juga masa depan kamu nantinya.
Nenek : Kenapa kok Ari ingin kuliah jurusan seni?
Ari : Ari ingin mengembangkan bakat Ari jadi pelukis nek.
Ibu : Itu kan bisa kamu lakukan tanpa harus kuliah. Kamu bisa sering melukis sambil kuliah
jurusan yang lain (menampakkkan wajah kesal).
Ayah : Benar kata ibu kamu. Dengarkan itu Ari! Ayah tak mau membiayai kuliah kamu jika
kamu memilih jurusan seni. Ayah maunya kamu kuliah jurusan ekonomi.
Ari : Tapi yah?
Ibu : (memotong kata-kata Ari) Sudah, Ibu juga maunya kamu nanti setelah kuliah bisa bekerja
di kantor. Lihat sekarang ini, mana ada pelukis yang hidupnya sejahtera?
Nenek : Ayah dan Ibu kamu memang ada benarnya Ari. Pikirkan lagi masak-masak. Jangan
sampai kamu menyesal. Soal bakat, kamu bisa mengasahnya di luar jurusan kuliah.
Ayah : Nah, itu dia. Nanti kan kamu bisa ikut kegiatan kampus yang bertema seni.
Ari : Baik ayah, akan Ari pikirkan lagi nanti (menunduk lesu sambil merenung).

Contoh Teks Drama Tradisional


Contoh Teks Drama

Judul: Malin Kundang


Pemain: Malin Kundang, Mande (Ibu Malin Kundang), dan Puteri.

Prolog

Malin Kundang adalah seorang anak yang telah lama merantau meninggalkan tanah
kelahirannya. Ia mengembara mengadu nasib demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia
meninggalkan Mande, ibu kandungnya seorang diri di tanah kelahirannya. Singkat cerita,
akhirnya Malin Kundang berhasil menikah dengan seorang putri saudagar kaya raya. Ia pun
kembali ke tanah kelahirannya bersama sang putri.

Dialog

Malin : Istriku, inilah tanah kelahiranku dulu (sambil menunjuk ke arah daratan dari atas perahu
yang bersandar).
Putri : Sungguh indah sekali tanah kelahiran kau ini Kanda.
Mande : (berlari tertatih-tatih setelah mendengar kabar bahwa anaknya sudah sukses dan pulang)
Malin! Kau kah itu nak? (berteriak-teriak kegirangan).
Putri : Siapakah wanita tua itu Kanda?
Malin : (menyembunyikan wajah terkejut ketika melihat ibunya berlari ke arah perahu) Kanda
tak tahu Dinda. Mungkin itu hanya pengemis yang ingin meminta sedikit sumbangan dari kita
saja. Sudah jangan pedulikan lagi dia.
Mande : Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah kau pada ibu yang telah mengandung dan
membesarkan kau ini Malin?
Malin : Wahai wanita tua! Jangan sekali-kali kau berani mengaku sebagai ibuku. Enyahlah kau!
Ibuku bukan wanita tua renta sepertimu, dan ibuku sudah lama meninggal. Pergi kau dari sini!
Jangan sampai kau mengotori kapalku ini! (berteriak emosi sambil menunjuk ke ibunya).
Mande : (mendengar kata-kata anaknya, ia menangis menahan kesedihan) Ya Tuhan, kenapa
pula anakku berubah menjadi seperti ini? Apa salahku ini Tuhan? Jika memang ia bukan anakku,
maka maafkanlah ia yang telah menghinaku ini. Namun jika ia benar anakku si Malin Kundang,
maka hukumlah dia yang telah durhaka itu (sambil menengadahkan tangan memohon kepada
Tuhan).

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, petir datang menggelegar. Badai besar tiba-tiba datang dan
kapal Malin Kundang terbalik. Seketika kilat menyambar tubuh Malin dan istrinya. Anehnya,
mereka berdua kemudian berubah menjadi batu. Itulah kekuatan doa seorang ibu. Jangan sampai
kita menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tua.

Contoh Teks Drama Singkat


Contoh Teks Drama

Judul drama: Impian Masa Depan


Pemain: Toni, Linda, Norman, Ami

Epilog

Suatu ketika, 4 orang sahabat sedang berkumpul untuk membicarakan mengenai rencana mereka
di masa depan. Mereka pun terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius.

Dialog

Toni : Nanti kalau kalian misalnya dihadapkan 2 pilihan, kerja di perusahaan besar tapi gajinya
kecil, atau kerja di perusahaan kecil tapi gajinya besar. Kalian lebih pilih yang mana?
Linda : Yaa kalau aku pilih yang di perusahaan kecil tapi gajinya besar.
Norman : Aku tak setuju! Lebih baik di perusahaan besar, ya walaupun gajinya kecil. Kalau kita
bekerja di perusahaan besar, masa depan kita lebih terjamin pastinya.
Toni : Kalau kamu bagaimana, Am?
Ami : Kalau aku sih yang penting potensi ke depannya baik. Tak apa-apa sementara gaji kecil,
tapi asalkan nanti ke depannya bisa cukup menjanjikan bagiku.
Toni : Itu artinya kamu memilih bekerja di perusahaan besar daripada perusahaan kecil kan?
(sambil menunjuk Ami).
Ami : Iya benar!
Norman : Kalau kamu sendiri Ton?
Toni : Ya kalau aku kurang lebih sama lah dengan pilihan Ami. Kita kan lihat keberlanjutan
nantinya di masa depan. Kalau gaji kita besar, tapi tidak ada keberlanjutan jenjang karirnya, buat
apa juga? (menengadahkan tangan sambil menggelengkan kepala).
Norman : Iya benar juga sih kata kamu. Paling penting itu jenjang karir masa depan nanti.
Linda : Iya sepertinya sih pilihan yang paling tepat ya memikirkan efek jangka panjangnya. Buat
apa gaji besar tapi hanya sementara. Lagi pula, perusahaan kecil juga lebih rawan bangkrut kan?
Ami : Oke, sekarang kan kita sudah tahu apa efek memilih pekerjaan ke depannya. Jadi nanti
waktu kita melamar kerja setelah lulus, kita harus pertimbangkan dulu untung ruginya buat masa
depan kita.
Norman dan Toni: Siippp!
Contoh Teks Drama Satu Babak
Contoh Teks Drama

Judul: Kepatuhan pada Orang Tua


Tema: Sosial
Pemain: Tomi, Lisa, Shinta

Sinopsis Drama

Tomi sedang berbincang dengan Lisa di sebuah restoran dekat dengan rumah mereka. Tomi dan
Lisa adalah dua orang remaja yang patuh pada orang tuanya masing-masing. Tak lama
kemudian, datanglah Shinta yang merupakan sahabat mereka juga. Namun Shinta ini adalah
remaja yang tak memperhatikan dan sering membantah perintah orang tuanya.

Dialog

Shinta : Eh kenapa kok kelihatannya lagi serius banget? (berjalan menuju ke arah tempat duduk
Tomi dan Lisa sambil memundurkan kursi restoran untuk bersiap duduk juga).
Tomi : Gak ada apa-apa. Cuma si Lisa cerita kalau kemarin dia disuruh ibunya beli kebutuhan
rumah. Tapi dia lupa.
Lisa : Iya Shin.
Shinta : Terus? Kenapa masalah gitu saja jadi kaya serius banget buat kamu?
Lisa : Ya iya lah. Kan kasian ibu sudah menunggu di rumah lama, tapi aku justru lupa beli
kebutuhan rumah yang dia pesan.
Tomi : Betul itu! Harusnya kamu gak sering lupa dengan perintah orang tua.
Shinta : Halah gitu aja dipikirin. Kalau cuma lupa gitu aja aku lebih sering. Gampang saja, nanti
ibu kita juga bisa beli sendiri. Suruh ngantar si ayah kamu aja kan beres.
Tomi : Kok kamu seperti itu sih Shin? Ya sudah seharusnya lah Lisa menyesal, dia kan tidak
memperhatikan perintah orang tua.
Shinta : Namanya juga lupa, mau gimana lagi. Masa semua perintah orang tua harus kita ikuti?
Tidak juga kan? (melirik ke arah Tomi, kemudian berganti ke arah Lisa).
Lisa : Ya harus dong Shin, kalau orang tua sudah menyuruh kita harus laksanakan. Itu kan salah
satu bentuk bakti kita pada orang tua yang sudah membesarkan kita dengan susah payah.
Shinta : Ya itu kan tanggung jawab mereka. Kita juga tidak minta dilahirkan di dunia ini kan?
Lisa : (menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang) Astaga Shin, kamu harus
merubah sikap kamu! Ingat jangan sampai jadi anak durhaka. Nanti hidup kamu justru bisa susah
karena melawan orang tua.
Tomi : Benar! Jangan sekali-kali berani sama orang tua. Jangan sekali-kali kamu berani melawan
perintah mereka.
Shinta : Iya-iya. Aku ngerti kok. Aku sadar (merebahkan diri ke kursi).

Anda mungkin juga menyukai