85
Rindawan, Suyata
Evaluasi adalah proses penyelidikan ambil keputusan. Jika keputusan tidak diambil,
diterapkan untuk mengumpulkan dan mensin- maka hasil-hasil evaluasi dapat pula diabaikan.
tesis bukti-bukti yang berpuncak pada kesim-
pulan tentang keadaan, nilai, prestasi, nilai, Manfaat Evaluasi Program
makna, atau kualitas dari sebuah program, pro-
duk, orang, kebijakan, usulan, atau rencana. Evaluasi program sama artinya dengan
kegiatan supervise. Kegiatan evaluasi/supervise
Menurut Jacqueline kosecoff & Arlene
dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau
fink (1982, p. 20), “evaluation is a set of
melakukan tindak lanjut dari program yang
procedures to appraise a program’s merit and
telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi prog-
to provide information about its goals, expec-
ram terdapat berupa penghentian program, me-
tations, activities, outcomes, impact, and cost”.
revisi program, melanjutkan program dan
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk
menyebarluaskan program.
menilai prestasi program dan untuk mem-
berikan informasi tentang tujuan, harapan, Menurut Arikunto (2010, p. 22) apabila
kegiatan, hasil, dampak, dan biaya. suatu program tidak dievaluasi maka tidak
dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat ter-
dikatakan bahwa evaluasi program merupakan
laksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan
proses pengumpulan data atau informasi yang
evaluasi sangat berguna bagi pengambilan ke-
ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai
putusan dan kebijakan lanjutan dari program,
bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan
karena dari masukan hasi evaluasi program
dalam menentukan alternatif kebijakan. Hasil
itulah para pengambil keputusan akan menentu-
evaluasi juga dapat digunakan untuk memper-
kan tindak lanjut dari program yang sedang atau
baiki atau memodifikasi program yang sedang
telah dilaksanakan.
berjalan.
seluruh proses pendidikan yang dilaksanakan. eksekusi, rencana, metode dan strategi yang
Model yang digunakan dalam penelitian ini hendak dipilih.
adalah model pengambilan keputusan yang
Evaluasi Produk
dikembangkan oleh Provus yang dikenal
dengan Descrepancy model yang merupakan Mengakomodasi informasi untuk
untuk melihat kesenjangan yang terjadi tentang meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat
keterlaksanaan program yang sebenarnya dicapai, dan juga untuk menentukan jika
dengan keadaan dilapangan. strategi yang berkaitan dengan prosedur dan
metode yang diterapkan guna mencapai tujuan
CIPP Evaluation model sebaiknya berhenti.
Model evaluasi ini merupakan model
yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh Discrepancy Model
para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan
oleh Stufflebeam, dkk (1967) dalam Suharsimi Kata discrepancy adalah istilah bahsasa
(2009; p. 45) yang merupakan sebuah singkatan inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa
dari huruf awal empat buah kata, yaitu: Indonesia menjadi “kesenjangan” model yang
Context evaluation : evaluasi terhadap dikembangkan oleh Malcom Provus ini
konteks merupakan model yang menekankan pada
Input evaluation : evaluasi terhadap pandangan adanya kesenjangan didalam
masukan pelaksanaan program.
Menurut Fernandes (1984; p. 9)
Discrepancy model terdiri dari lima tahap,
yaitu:
Design
Activities associated with this stage
are: a) Objektives of the program; b) the
students, staff and other resourch that must be
present before the program objectives can be
achieved; and c) the instruction objectives.
Evaluasi Konteks Dalam tahap ini program mengorga-
Menghasilkan informasi tentang ma- nisir gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan
kemudian menggambarkan sumber daya yang
cam-macam kebutuhan yang telah diatur prio-
diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah
ritasnya, agar tujuan dapat diprioritaskan. Se-
dasar dimana evaluasi berkelanjutan tergantung.
hingga menghasilkan keputusan yang mem-
pengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan Installation
khusus. The second stage of the discrepancy
Evaluasi Input model involves an effort to see whether an
Menyediakan informasi tentang masuk- installed program is congruent with its plans.
the program design emerging from stage 1
an yang terpilih, butir-butir kekuatan dan
represents the standars (S) againtst which the
kelemahan, strategi dan desain untuk merea-
program (P) is compared (C) to detect the
lisasikan tujuan.
presence or absence of dicrepancies. four
Evaluasi Proses choices of action are available to the decision
Menyediakan informasi untuk para makers: Terminate, Proceed, Alter, Alter
Standars (design).
evaluator melakukan prosedur monitoring ter-
Dalam installation (langkah instalasi),
pilih yang mungkin baru diimplementasi se-
desain/ definisi program menjadi standar baku
hingga butir yang kuat dapat dimanfaatkan dan
untuk diperbandingkan dengan penilaian ope-
yang lemah dapat dihilangkan. Dimana pada
rasi awal program. Gagasannya adalah untuk
keputusan ini para evaluator mengusahakan
menentukan sama dan sebangun, sudah atau
sarana prasarana untuk menghasilkan dan
tidaknya program telah diterapkan sebagaimana
meningkatkan pengambilan keputusan atau
desainnya.
Process
untuk menggambarkan kembali program ter-
In the stage of the Discrepancy Model sebut, kemudian memulai evaluasi pertentangan
the Evaluator studies whether the “ objectives” lagi pada tahap satu; d) Jika tahap 3 tidak bias
are being achieved. Dalam tahap prosses (tahap terpenuhi pilihannya adalah mengahiri program.
proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan
data untuk menjaga keterlaksanaan program. Konsep Pendidikan Karakter
Gagasannya adalah untuk memperhatikan
kemajuan kemudian menentukan dampak awal, Sebagaimana yang diungkapkan oleh
pengaruh, atau efek. Ghufron (2011; p. 55) bahwa pendidikan karak-
ter merupakan model pendidikan pembentukan
Product watak dan kepribadian peserta didik sesuai
The fourth stage of the Discrepancy dengan nilai-nilai luhur bangsa. Watak dan
Model is fokused on the question: has the kepribadian yang diharapkan dimiliki peserta
program achieved its terminal objectives? didik, antara lain kejujuran, kedisiplinan, keter-
Dalam tahap product, pengumpulan data dan tiban, kemerdekaan, kemandirian, toleransi,
analisa yang membantu ke arah penentuan ketaatan, dan keadilan.
tingkat capaian sasaran dari outcome. Dalam Aynur Pala (2011; p. 25), menyebutkan
tahap 4 ini pertanyaannya adalah “Apakah bahwa: “Character education is a national
sasaran program telah dicapai?" Harapannya movement creating schools that foster ethical,
adalah untuk merencanakan follow up jangka responsible and caring young people by model-
panjang pemahaman atas dampak. ling and teaching good character”. Pendidikan
karakter adalah gerakan nasional menciptakan
Program Comparision sekolah yang mendorong etika, orang-orang
The final stage of the discrepancy muda yang bertanggung jawab dan peduli de-
Model is conserned with cost benefit analysis of ngan pemodelan dan mengajarkan karakter
the complete program with other competing yang baik.
program. They key emphasis in the Discrepancy Dorothy L. Prestwich, (2002; p. 140)
Model is in comparing performance with “states that the nature of character education
behavioural objectives. The Discrepancy Model itself is very subjective yet also quotes Thomas
depicts the evaluation process as (a) develoving Lickona,“Character Education is the deliberate
behaviourally stated objectives; (b) developing effort to cultivate virtue”. Edgington menyata-
process and content elements in relationship to kan bahwa sifat pendidikan karakter itu sendiri
the achievement of the objectives; (c) mea- sangat subjektif namun juga mengutip Thomas
suring the discrepancy between actual Lickona,”Pendidikan Karakter adalah usaha
achievement and specified objectives; and (d) yang disengaja untuk menumbuhkan kebajik-
making recommendations and revitions based an”.
on these findings. Sedangkan menurut Jones & Stoodley
Dalam tahap Comparison menunjuk- (Lehr, 2007; pp. 71-72) berpendapat bahwa:
kan peluang untuk membandingkan hasil “Character education be directed toward the
dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang development of “personal qualities,” or the
serupa. Jika terdapat kesenjangan maka development of community or life context.
selanjutnya memberikan rekomendasi untuk From a personal quality perspective (Jones and
direvisi berdasarkan temuan tersebut. Stoodley, 1999; Williams, 2000), character
Pada masing-masing empat tahap education is instruction that seeks to teach
perbandingan standar dengan capaian program “knowing the good, loving the good, and doing
untuk menentukan bila ada pertentangan. the good.”
Penggunaan informasi pertentangan selalu
mengarah pada satu dari empat pilihan: a) Urgensi Pendidikan Akhlak
dilanjutkan ketahap berikutnya bila tidak ada Pada saat ini banyak keluhan yang di-
pertentangan; b) Jika terdapat pertentangan sampaikan orang tua, para guru dan orang yang
kembali mengulang tahap yang ada setelah bergerak di bidang sosial mengeluhkan tentang
merubah standar program; c) Jika tahap dua perilaku sebagian remaja yang amat mengkha-
tidak bias terpenuhi, kemudian mendaur ulang watirkan. Di antara mereka sudah banyak ter-
kembali kelangkah satu-tahap defenisi program, libat dalam tawuran, penggunaan obat-obat
terlarang, minuman keras, pembajakan bis,
penodongan, pelanggaran seksual, dan perbuat- menghajar anak, (e) Membudayakan akhlak
an criminal. Kedua orang tua di rumah, guru di pada anak-anak sehingga akan menjadi
sekolah, dan masyarakat pada umumnya, tam- kebiasaan dan watak pada diri mereka.
pak seperti sudah kehabisan akal untuk meng- Akhlak yang mulia sebagaimana
atasi krisis akhlak. Hal yang demikian jika terus dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan
dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka bagai- sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh
mana nasib masa depan Negara dan bangsa ini. berbagai faktor, terutama lingkungan keluarga,
Para pendidik sependapat bahwa pendi- pendidikan, dan masyarakat pada umumnya.
dikan akhlak merupakan aspek pendidikan pa-
ling sulit dalam bidang pendidikan secara Pentingnya Pendidikan IMTAQ Bagi Siswa
umum. Hal itu dikarenakan pendidikan akhlak
Nilai-nilai yang berkembang dan mun-
bertumpu pada pendidikan jiwa, sedangkan
cul dalam tata kehidupan masyarakat senantiasa
mendidik jiwa lebih sulit dari pada mendidik
dialami oleh anak dalam kehidupannya. Deras
raga atau tubuh. Pengetahuan dan ilmu tentang
arus nilai- nilai baru yang datang melalui
raga telah mengalami kemajuan dan perkem-
perkembangan teknologi informasi seperti
bangan yang pesat. Tetapi, pengetahuan dan
televisi, majalah, koran, bacaan-bacaan yang
ilmu tentang kejiwaan masih menjadi misteri
mudah di dapat di mana-mana atau yang paling
dan tersembunyi.
canggih seperti internet seakan tidak dapat
Para pendidik juga sependapat bahwa membendung anak manjadi nakal serta ke-
pendidikan akhlak adalah pendidikan paling inginan menentang nilai-nilai lama yang telah
penting dalam kehidupan manusia. Kesuksesan lama mapan dapat membingungkan anak, ma-
dan kebahagiaan dalam kehidupan kelompok nakala tidak ada keteladanan dalam masyrakat
(masyarakat) berkaitan erat dengan akhlak. itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran,
Yang lebih repot lagi nilai-nilai itu
pilihan kita adalah mendidik manusia agar
dikemas dalam bentuk yang begitu menarik
pandai dan berakhlak, atau kita tidak mendidik
sehingga mempermudah nilai-nilai itu mempe-
dan tidak mengajar sama sekali. Sebab, bila kita
ngaruhi jiwa anak yang masih labil. Di sisi lain
hanya mengajari manusia agar jadi pandai
sifat anak yang suka meniru menyebabkan ia
dengan tidak dibekali akhlak, maka pada saat
suka mencoba mencicipi nilai-nilai baru terse-
orang tersebut menempati jabatan strategis akan
but. Sikap coba-coba ini bila tidak diimbangi
mungkin melakukan korupsi atau mencuri
dengan landasan moral dan akhlak atau tuntutan
kekayaan Negara atau menggadaikan Negara
yang baik dapat menyebabkan anak menjadi
demi ambisi pribadinya. Bila demikian, tentu
nakal atau dapat membentuk perilakunya men-
kita tidak mengajari seseorang agar pandai
jadi jahat (Dako, 2012; p. 3)
mencari atau mengkhianati negeri.
Dalam Undang-undang Nomor 20
Menurut Syekh Khalid (2006; p. 243)
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasio-
Ada beberapa dasar dalam pendidikan akhlak
nal (Sisdiknas) pasal 3 dikemukakan bahwa
yang perlu diterapkan, diantaranya adalah: (a)
pendidikan nasional bertujuan untuk berkem-
Menanamkan kepercayaan pada jiwa anak,
bangnya potensi peserta didik agar menjadi
yang mencakup percaya pada diri sendiri,
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
percaya pada orang lain terutama dengan
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
pendidikannya, dan percaya bahwa manusia
berilmu, kreatif, mandiri, dan mejadi warga
bertanggung jawab atas perbuatan dan
negara yang demokratis dan bertanggung jawab
perilakunya. Ia juga mempunyai cita-cita dan
(UU RI No 20 Tahun 2003).
semangat, (b) Menanamkan rasa cinta dan kasih
Dari rumusan tujuan pendidikan nasio-
terhadap sesame anak, anggota keluarga, dan
nal tersebut ditegaskan bahwa iman dan taqwa
orang lain, (c) Menyadarkan anak bahwa nilai-
kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
nilai akhlak muncul dari dalam diri manusia,
landasan nilai yang sejati dan harus dianut oleh
dan bukan berasal dari peraturan dan undang-
setiap pendidik. Sikap dan perilaku para pen-
undang. Karena akhlak adalah nilai-nilai yang
didik yang dilandasi iman dan taqwa ini
membedakan manusia dari binatang, (d)
diharapkan berpengaruh kepada diri para
Menanamkan “perasaan peka” pada anak-anak.
peserta didik, baik melalui Transfer of Know-
Caranya adalah membangkitkan perasaan anak
ledge maupun melalui Building Of Character
terhadap sisi kemanusiaannya, yakni dengan
(Ta’rifin, 2011; p. 95).
tidak banyak menghukum, menghakimi, dan
jukkan akhlak yang baik terhadap teman; (4) agama Islam. Sedangkan objek dalam penelitian
memelihara dan melestarikan lingkungan. ini adalah program IMTAQ yang diselenggara-
Aspek fiqih/ibadah kan di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung,
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat-
Untuk aspek fiqih/ibadah ada beberapa NTB.
indikator atau kriteria yang harus dicapai, antara
lain sebagai berikut: (1) mampu me-laksanakan Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
sholat; (2) mampu melaksanakan puasa; (3) Untuk mendapatkan data dalam pe-
mampu menunaikan zakat; (3) mam-pu nelitian evaluasi ini maka membutuhkan
melaksanakan tata cara haji; (4) mampu Informan sebagai sumber data. Informan dalam
melaksanakan tata cara mengurus jenazah. penelitian ini adalah orang yang benar-benar
mengetahui dan menguasai serta terlibat
Metode Penelitian langsung dengan permasalahan yang sedang
Jenis Penelitian diteliti. Informan yang bersinggungan langsung
dengan pelaksanaan program IMTAQ, yaitu
Sesuai dengan tujuan penelitian maka warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah
jenis penelitian yang digunakan dalam pene- dan guru. Penentuan sumber data dilakukan
litian ini adalah penelitian evaluasi, dengan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertim-
tujuan untuk memperoleh informasi yang akurat bangan dan tujuan tertentu.
untuk mendeskripsikan langkah-langkah pelak- Instrument yang digunakan dalam pe-
sanaan program IMTAQ, strategi-strategi dalam nelitian kualitatif adalah orang atau human
pelaksanaan program IMTAQ, faktor-faktor instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
program IMTAQ, dan efektifitas dari pelaksa- menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
naan program IMTAQ. Pendekatan yang digu- dokumentasi.
nakan dalam penelitian evaluasi ini adalah
Observasi atau pengamatan adalah
pendekatan kualitatif, karena data-data atau
kegiatan keseharian dengan menggunakan pan-
informasi yang akan dikumpulkan dalam ben-
ca indera mata sebagai alat bantunya. Dalam hal
tuk kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
ini peneliti melakukan pengamatan langsung
perilaku yang diamati.
objek penelitian. Pengamatan ini perlu dilaku-
Model evaluasi digunakan yaitu model kan dengan pertimbangan bahwa kadang apa
evaluasi Descrepancy yang dikembangkan oleh yang dikatakan informan seringkali berbeda
Provus. Alasan digunakan dalam penelitian dengan kenyataan yang ada.
evaluasi ini adalah untuk mengetahui, mendes-
Dalam penelitian evaluasi ini akan
kripsikan dan menginterpretasikan data secara
digunakan teknik observasi nonpartisipatif yaitu
jelas dan rinci tentang langkah-langkah pelak-
observer tidak melibatkan diri ke dalam
sanaan program IMTAQ, strategi-strategi dalam
observer hanya pengamatan yang dilakukan
pelaksanaan program IMTAQ, faktor-faktor
secara sepintas pada saat tertentu. Dalam hal ini
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
peneliti mengamati kondisi fisik maupun non
program IMTAQ, dan efektifitas dari pelak-
fisik SMPN di Kecamatan Gerung. Adapun
sanaan program IMTAQ di SMPN kecamatan
yang berupa fisik meliputi; sarana prasarana,
Gerung.
kondisi lingkungan sekolah, performa yang
Tempat dan Waktu Penelitian ditampilkan oleh semua civitas akademik
SMPN Kecamatan Gerung baik siswa, guru,
Adapun lokasi penelitian ini adalah di pegawai dan kepala sekolah. Sedangkan yang
SMPN 1 Gerung, Jalan Gatot Subroto, Keca- non fisik berupa kegiatan-kegiatan yang
matan Gerung-NTB dan di SMPN 5 Gerung, berlangsung baik kegiatan kurikuler maupun
Jalan Selaparang Reyan, Kecamatan Gerung- ekstrakurikuler, serta sikap dan perilaku yang
NTB. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan ditampilkan oleh siswa, guru dan kepala
yaitu mulai pada bulan November 2013 sampai sekolah.
Januari 2014. Wawancara dengan maksud untuk
memperoleh data kualitatif serta beberapa
Subjek dan Objek Penelitian
keterangan atau informasi dari informan. Dalam
Subjek dalam penelitian ini adalah penelitian ini peneliti akan memakai wawancara
Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah dan guru berstruktur yaitu wawancara yang
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila sangat bervariasi tergantung dari kemampuan
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap siswa dari masing-masing kelas. Namun,
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan strategi yang paling sering digunakan dalam
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan aspek Al-Qur’an yaitu strategi klasikal. Adapun
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang untuk strategi secara umum yang sering diguna-
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kan dalam kegiatan IMTAQ adalah dengan
kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kuali- memakai strategi klasikal, antara lain: Qiro’ati,
tatif adalah merupakan temuan baru yang Iqra’, Hafalan, dan Pembiasaan. Selain strategi
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat klasikal, ada juga strategi yang lain digunakan
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek saat pelaksanaan program IMTAQ dalam aspek
yang sebelumnya masih remang-remang atau Al-Qur’an di SMPN 1 Gerung seperti menyi-
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, mak dan mandiri.
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, Di SMPN 5 Gerung strategi yang di-
hipotesis atau teori. Komponen analisis data gunakan dalam pelaksanaan kegiatan program
digambarkan di bawah ini. IMTAQ yaitu secara terpadu melalui 2 (dua)
jalur yaitu kegiatan rutin dan keteladanan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh warga sekolah baik itu siswa,
Langkah-langkah pelaksanaan program guru, dan pegawai secara terus menerus dan
IMTAQ di SMPN 1 Gerung dalam pembinaan konsisten setiap saat.
akhlak siswa dilaksanakan dengan berbagai Sedangkan dalam aspek Al-Qur’an,
langkah yang sudah diterapkan yaitu mencipta- strategi yang digunakan di SMPN 5 Gerung
kan suasana sekolah yang kondusif untuk yaitu strategi individu dan qiro’ati. Dimana
meningkatkan iman dan taqwa serta melalui dalam strategi individu siswa diberi kesempatan
upaya penciptaan budaya religius di sekolah. untuk membaca Al-Qur’an bergiliran sendiri-
Banyak cara yang bisa lakukan dalam men- sendiri. Sedangkan strategi qiro’ati siswa
ciptakan suasana sekolah yang kondusif seperti langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai
menciptakan rasa aman, kebiasaan hidup bersih, dengan kaidah ilmu tajwid (qiro’ati).
kekeluargaan, dan keteladanan. Di SMPN 1 Gerung, pelaksanaan prog-
Sedangkan langkah-langkah pelaksana- ram IMTAQ dalam pembinaan akhlak siswa,
an program IMTAQ dalam aspek Al-Qur’an di masih belum efektif. Hal ini terlihat bahwa
SMPN 1 Gerung dilaksanakan dengan pem- dalam pelaksanaan program IMTAQ ada bebe-
bacaan surat yasin, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, rapa kriteria atau indikator yang belum tercapai,
Al-Fatihah, dan surat Al-Baqarrah. Kegiatan ini antara lain siswa belum menunjukkan akhlak
tidak hanya diikuti oleh siswa saja tetapi yang baik kepada guru bahkan dengan sesama
sebagian guru juga ada yang mengikutinya. siswanya, siswa juga masih terlihat saling
Di SMPN 5 Gerung langkah-langkah mengejek, menghina, dan bahkan bisa jadi
yang diterapkan dalam pelaksanaan program berujung pada tawuran. Siswa juga masih
IMTAQ dalam pembinaan akhlak siswa yaitu terlihat ketika bertemu dengan temannya jarang
pengintegrasian imtaq dalam mata pelajaran sekali mengucapkan salam, bahkan ada juga
lain serta pemberian pelajaran yang memiliki yang belum saling mengenal satu sama lain,
keterkaitan dengan iman dan taqwa. Sedangkan sehingga ketika bertemu diantara siswa tidak
langkah-langkah pelaksanaan program IMTAQ jarang mereka saling cuek.
dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 5 Gerung Dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 1
tidak jauh berbeda dengan langkah yang Gerung pelaksanaan program IMTAQ masih
diterapkan di SMPN 1 Gerung yaitu, membaca belum efektif. Hal ini terlihat bahwa masih ada
surat yasin, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fati- beberapa standar atau kriteria yang belum
hah, dan surat Al-Baqarrah. tercapai antara lain: siswa masih belum bisa
Strategi-strategi yang digunakan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai makna-
pelaksanaan program IMTAQ dalam pembina- nya, menghafal dan menerjemahkan Al-Qur’an.
an akhlak siswa di SMPN 1 Gerung antara lain: Siswa di SMPN 1 Gerung hanya mampu mem-
Modelling atau Keteladanan, Nasehat yang baca Al-Qur’an dengan baik sesuai maknanya,
bijak, Pembiasaan, Hadiah dan hukuman. menyalin ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tulisan-
Sedangkan dalam aspek Al-Qur’an, nya.
strategi yang digunakan di SMPN 1 Gerung