Anda di halaman 1dari 15

Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ...

85
Rindawan, Suyata

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM IMAN DAN TAQWA


SMPN DI KECAMATAN GERUNG
Rindawan, Suyata
Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan PPs UNY, Universitas Negeri Yogyakarta
rindawans@gmail.com
Absrak
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan: langkah-langkah, stretegi, dan keefektifan pelaksanaan
program IMTAQ di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung. Penelitian ini merupakan penelitian
evaluasi dengan pendekatan naturalistik. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, dan guru agama Islam. Pengambilan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data dianalisis secara interaktif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan berikut ini. (1) Langkah pelaksanaan
program IMTAQ di SMPN 1 Gerung dalam pembinaan akhlak siswa yaitu menciptakan suasana
sekolah yang kondusif dan penciptaan budaya religius. Di SMPN 5 Gerung yaitu pengintegrasian
IMTAQ dalam mata pelajaran dan pemberian pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan IMTAQ.
Langkah pelaksanaan program IMTAQ dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 1 Gerung yaitu, pembacaan
surat yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fatihah, dan Al-Baqarah. Di SMPN 5 Gerung yaitu, pembacaan
surat yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fatihah, dan Al-Baqarah. (2) Strategi pelaksanaan program
IMTAQ dalam pembinaan akhlak di SMPN 1 Gerung yaitu, keteladanan, nasehat yang bijak,
pembiasaan, hadiah dan hukuman. Di SMPN 5 Gerung yaitu, kegiatan rutin dan keteladanan.
Sedangkan strategi pelaksanaan program IMTAQ dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 1 Gerung yaitu,
klasikal, menyimak, dan mandiri. Di SMPN 5 Gerung yaitu individu dan qiro’ati. (3) Pelaksanaan
kegiatan program IMTAQ di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung belum efektif .
Kata kunci: evaluasi, program IMTAQ.

AN EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF FAIT AND TAQWA PROGRAM IN


JUNIOR HIGH SCHOOL IN GERUNG DISTRICT
Rindawan, Suyata
Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan PPs UNY, Universitas Negeri Yogyakarta
rindawans@gmail.com
Abstract
The objectives of this study revealed that: The steps, strategy, and effectiveness of the
implementation of the IMTAQ program in SMPN 1 Gerung and SMPN 5 Gerung. This study was a
qualitative study that used the naturalistic approach. This study conducted at SMPN 1 and SMPN 5
Gerung. The data were collected through observation, interviews, and documents. The data analyzed
used interactively and it consists of data reduction, data display, and data verification. The result of
this research reveals that the steps of the implementation of IMTAQ program at SMPN 1 and SMPN 5
Gerung at Gerung district, West Nusa Tenggara Regency have differences each other, which are: (1)
the steps of the implementation of IMTAQ program at SMPN 1 Gerung in build up the students’ moral
are to create a conducive situation and religious culture. Moreover, at SMPN 5 Gerung the
implementation of IMTAQ program with the integration of IMTAQ in lessons study of teaching and
learning process that has an integration of faith taqwa. In contrast, the steps of the implementation of
IMTAQ and ALQURAN aspects at SMPN 1 Gerung are reading of Yasin verse, Al-ikhlas verse, Al-
Falaq verse, Al-fatihah verse, and Al-baqarah. But, at SMPN 5 Gerung consists of reading of Yasin
verse, Al-ikhlasverse,Al- Falaq verse, Al-Fatihah verse, and Al-baqarah. (2) The strategy of the
implementation of IMTAQ program in moral build up at SMPN 1 Gerung is a wise moral, wise
advice, customary, gift and punishment. The strategy of SMPN 5 Gerung is routine activity, and wise
moral. In contrast, the strategy of the implementation of IMTAQ program in ALQURAN aspects at
SMPN 1 Gerung is classical, listening and independent. At SMPN 5 Gerung is individual and qiro’ati.
(3) The implementation of IMTAQ program at SMPN 1 Gerung and SMPN 5 Gerung are not effective
yet.
Keywords: evaluation ,IMTAQ program

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


86 Jurnal Evaluasi Pendidikan

Pendahuluan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,


Belum lepas dari ingatan akan kejadian sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
akhir-akhir ini dengan maraknya berita aksi menjadi warga negara yang demokratis serta
kenakalan remaja yang menghiasi di halaman bertanggung jawab. Adanya kata-kata berakhlak
surat kabar dan acara kriminalitas di siaran mulia dalam rumusan tujuan pen-didikan
televisi belakangan ini. Berita-berita itu antara nasional di atas mengisyaratkan bahwa bangsa
lain tawuran antar pelajar, tindak kriminal, Indonesia mencita-citakan agar akhlak mulia
konsumsi minuman keras, pemakaian obat menjadi bagian dari karakter nasional. Hal
terlarang, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. tersebut diharapkan dapat terwujud melalui
Kejadian ini tentu saja mengundang keprihatin- proses pendidikan nasional yang dilakukan
an bersama karena para pelakunya adalah seba- secara berjenjang dan berkelanjutan. Terlebih
gian masih usia remaja atau generasi penerus bangsa Indonesia dengan mayoritas muslim
bangsa yang nota bene adalah masih berstatus menjadi daya dukung tersendiri bagi terwujud-
sebagai pelajar. nya masyarakat dengan akhlak yang dilandasi
oleh nilai-nilai Islam. Hal tersebut dikarenakan
Dalam konteks dunia pendidikan, pel-
akhlak menjadi bagian integral dari struktur
ajar memiliki fondasi yang kuat tentang agama,
ajaran Islam (akidah, syariah dan akhlak).
moral, dan budaya sendiri sehingga budaya-
budaya baru yang kontra produktif bahkan Sekolah diharapkan sebagai wahana
destruktif tidak dengan mudah mempengaruhi dan jembatan yang strategis untuk mewujudkan
gaya hidup para pelajar. Akan tetapi, realitas fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang me-
berbicara lain. Para pelajar rupanya belum siap nyiapkan dan mengembangkan berbagai prog-
menghadapi itu semua. Mereka ternyata belum ram, baik melalui jalur kurikuler maupun
siap dengan konsekuensi globalisasi. Apalagi ekstrakurikuler. Produk pendidikan yang di-
bila melihat kenyataan bahwa langkah-langkah hasilkan oleh sekolah diharapkan melahirkan
antisipatif dalam memperkuat kekuatan mental peserta didik yang menguasai ilmu penge-
dan rohani mereka sebagai benteng moral sede- tahuan, teknologi, cakap, kreatif dan mandiri
mikian rapuh. Ini bisa dilihat dari prosentase tetapi sekaligus dibarengi dengan nilai-nilai
kegiatan belajar mengajar (KBM) mata pelajar- keimanan dan ketaqwaan, menjunjung nilai
an pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah kemanusiaan, serta berakhlak mulia. Namun,
yang hanya dua jam pelajaran saja, sementara demikian disadari bahwa pendidikan agama
tuntutannya sangat berat yaitu merubah perilaku dengan pengalokasian jam pelajaran agama
siswa. yang terbatas (2-3 jam/minggu) dan dilaksana-
kan secara tatap muka di ruang kelas masih
Berbagai alternatif penyelesaian terha-
belum mampu memenuhi tuntutan kompetensi
dap tindakan-tindakan destruktif yang dilaku-
yang diharapkan.
kan di kalangan remaja yang berstatus pelajar
sering menjadi tema yang termuat di surat Program pembinaan IMTAQ (Iman dan
kabar, acara televisi, majalah oleh beberapa Taqwa) yang dilaksanakan di luar jam pelajaran
narasumber yang berbeda. Misalnya diajukan tatap muka di SMP merupakan salah satu
seperti peraturan dan undang-undang. Alternatif kegiatan yang sangat penting, karena pada pe-
lain yang banyak dikemukakan untuk meng- riode usia remaja inilah penanaman nilai agama
atasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya sangat berpengaruh dalam rangka mengem-
dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah bangkan potensi peserta didik agar menjadi
pendidikan. manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Keluarnya Undang-Undang tentang Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yakni Mutu pendidikan di Indonesia, menurut pen-
dapat sebagian pengamat pendidikan kita, tidak
UU No. 20 tahun 2003, menegaskan kembali
meningkat, bahkan cenderung menurun. Salah
fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional kita.
satu indikatornya adalah menurunnya sikap dan
Pada pasal 3 UU ini ditegaskan, pendidikan
perilaku moral para lulusan pendidikan kita
nasional berfungsi mengembangkan kemampu-
yang semakin hari cenderung semakin jauh dari
an dan membentuk watak serta peradaban
tatanan nilai-nilai moral yang dikehendaki (Ajat
bangsa yang bermartabat dalam rangka men-
Sudrajat, 2011, p.2).
cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar Program IMTAQ diharapkan mampu
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa menyentuh nilai-nilai yang implementatif
(dapat dimanfaatkan bagi kehidupan nyata)

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 87
Rindawan, Suyata

untuk kepentingan peserta didik sendiri maupun


dalam kehidupan bermasyarakat. Keragaman Untuk itu program IMTAQ ini diharap-
pola dan jenis pelaksanaan IMTAQ sangat kan mampu menyentuh nilai-nilai yang dapat
diperlukan namun harus dilandasi oleh prinsip- dimanfaatkan bagi kehidupan nyata untuk ke-
prinsip pendidikan nilai/akhlak sesuai dengan pentingan peserta didik sendiri maupun dalam
kebutuhan dan perkembangan peserta didik. kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu
Pendidikan agama yang dilaksanakan kegiatan untuk membangun keimanan dan
dalam proses pembelajaran di kelas dirasakan ketaqwaan program IMTAQ ternyata masih
belum memadai untuk mewujudkan pengamal- belum dapat berjalan secara maksimal. Hal ini
an dan pengalaman beragama yang sangat di- dapat dilihat pada beberapa SMPN di Keca-
perlukan bagi peserta didik dalam menghadapi matan Gerung yang masih belum semua
kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat melaksanakan program IMTAQ sesuai dengan
dan warga negara. Oleh karena program Imtaq buku petunjuk.
yang dilaksanakan secara sistematis, terencana Ketertarikan untuk melakukan evaluasi
dan terpadu disekolah sangat diperlukan agar pelaksanaan program IMTAQ adalah karena
tujuan pendidikan nasional tersebut tercapai. program IMTAQ belum pernah dievaluasi, baik
Mengingat sangat pentingnya nilai-nilai oleh lembaga sekolah maupun lembaga lain
moral dan akhlak, maka pemerintah Kabupaten sehingga sampai saat ini belum mengatahui
Lombok Barat dalam hal ini Dinas Pendidikan seberapa manfaat bagi siswa/siswi. Oleh karena
dan kebudayaan menginstruksikan kepada itu untuk mengetahui pelaksanaan program
semua sekolah untuk memberlakukan program IMTAQ di SMPN Kecamatan Gerung sekira-
IMTAQ yang merupakan realisasi dari nya perlu dilakukan kajian melalui evaluasi
pelaksanaan pendidikan berkarakter secara ter- program, dari sinilah maka penelitian ini akan
padu. Program Imtaq ini mulai dilaksanakan mengangkat judul: Evaluasi Pelaksanaan Prog-
pada tahun 2006 sampai dengan sekarang masih ram IMTAQ (Iman Dan Taqwa) Sekolah Me-
dilaksanakan disetiap satuan pendidikan. nengah Pertama Negeri (SMPN) Di Kecamatan
Program IMTAQ di sekolah bertujuan Gerung Kabupaten Lombok Barat.
untuk memberikan bekal pengetahuan, penga-
laman dan pengamalan agama dan nilai ibadah Pengertian Evaluasi Program
bagi peserta didik melalui kegiatan yang Evaluasi program adalah suatu rang-
terintegrasi dengan kegiatan kurikuler dan ke- kaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja
giatan ekstrakurikuler, baik dalam lingkungan untuk melihat tingkat keberhasilan program.
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Ada beberapa pengertian tentang program sen-
Namun untuk mencapai tujuan program Imtaq diri. Dalam kamus (a) program adalah rencana,
tersebut ada beberapa strategi dan langkah- (b) program adalah kegiatan yang dilakukan
langkah yang harus dilakukan. dengan seksama.
Dalam Keputusan Kepala Dinas Pen- Menurut Tyler yang dikutip oleh Su-
didikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok harsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul
Barat Nomor 821 Tahun 2006 disebutkan Jabar (2009,p. 5), evaluasi program adalah pro-
bahwa ada beberapa strategi pelaksanaan yang ses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan
dilakukan untuk mencapai tujuan dari program telah terealisasikan.
Imtaq tersebut, antara lain: pemberdayaan, pe- Stufflebeam & Shinkfield (1985, p. 3)
ngembangan diri, pengintegrasian IMTAQ menyebutkan bahwa, “Evaluation is the
dalam mata pelajaran lain, penetapan waktu systematic assessment of the worth or merit of
tertentu pelaksanaan kegiatan IMTAQ, melibat- some object”. Evaluasi adalah penilaian yang
kan narasumber dari luar sekolah, dan kerja sistematis atas kebaikan atau manfaat dari
sama. Namun, dalam pelaksanaan program beberapa obyek.
IMTAQ tersebut antara satu sekolah dengan Menurut Donna M. Mertens (2010,p.
sekolah yang lain menggunakan strategi yang 49) memberi definisi tentang evaluasi sebagai
berbeda-beda. Dari sekian strategi yang sudah berikut: “Evaluation is an applied inquiry
ditentukan, ada beberapa strategi yang tidak process for collecting and synthesizing
dilaksanakan. Sebagian besar sekolah hanya evidence that culminates in conclusions about
menggunakan ceramah agama, yasinan, zikir the state of affairs, value, merit, worth,
dan do’a bersama, itupun dilaksanakan hanya significance, or quality of a program, product,
pada hari jum’at. person, policy, proposal, or plan”.

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


88 Jurnal Evaluasi Pendidikan

Evaluasi adalah proses penyelidikan ambil keputusan. Jika keputusan tidak diambil,
diterapkan untuk mengumpulkan dan mensin- maka hasil-hasil evaluasi dapat pula diabaikan.
tesis bukti-bukti yang berpuncak pada kesim-
pulan tentang keadaan, nilai, prestasi, nilai, Manfaat Evaluasi Program
makna, atau kualitas dari sebuah program, pro-
duk, orang, kebijakan, usulan, atau rencana. Evaluasi program sama artinya dengan
kegiatan supervise. Kegiatan evaluasi/supervise
Menurut Jacqueline kosecoff & Arlene
dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau
fink (1982, p. 20), “evaluation is a set of
melakukan tindak lanjut dari program yang
procedures to appraise a program’s merit and
telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi prog-
to provide information about its goals, expec-
ram terdapat berupa penghentian program, me-
tations, activities, outcomes, impact, and cost”.
revisi program, melanjutkan program dan
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk
menyebarluaskan program.
menilai prestasi program dan untuk mem-
berikan informasi tentang tujuan, harapan, Menurut Arikunto (2010, p. 22) apabila
kegiatan, hasil, dampak, dan biaya. suatu program tidak dievaluasi maka tidak
dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat ter-
dikatakan bahwa evaluasi program merupakan
laksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan
proses pengumpulan data atau informasi yang
evaluasi sangat berguna bagi pengambilan ke-
ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai
putusan dan kebijakan lanjutan dari program,
bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan
karena dari masukan hasi evaluasi program
dalam menentukan alternatif kebijakan. Hasil
itulah para pengambil keputusan akan menentu-
evaluasi juga dapat digunakan untuk memper-
kan tindak lanjut dari program yang sedang atau
baiki atau memodifikasi program yang sedang
telah dilaksanakan.
berjalan.

Tujuan Evaluasi Program Model Evaluasi


Memilih model evaluasi yang akan
Tujuan evaluasi adalah untuk mem-
digunakan dalam penelitian sangat penting.
peroleh data atau informasi yang akurat dan
Model yang digunakan harus sesuai dengan
obyektif tentang pelaksanaan suatu program.
masalah dan tujuan dari evaluasi itu sendiri.
Informasi tersebut dapat mengenai dampak atau
Ada banyak model evaluasi yang dikembang-
hasil yang dicapai, proses, efisiensi atau peman-
kan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam
faatan pendayagunaan sumberdaya. Sedangkan
mengevaluasi sebuah program. Kaufman &
pemanfaatan hasil dapat tertuju pada program
Thomas (Arikunto, 2009; p. 40) membedakan
itu sendiri untuk dilanjutkan apakah mau
model evaluasi menjadi delapan, yaitu: Goal
dimodifikasi atau dihentikan untuk dapat
Oriented Evaluation Model; Goal Free Evalua-
dipertanggung jawababkan.
tion Model; Formative Summative Evaluation
Weis (1972; p. 4) menyebutkan, “The
model; Countenance Evaluation Model; Res-
purpose of evaluation research is to the effects
ponsive Evaluation Model; CSE-UCLA Evalua-
of a program against the goals it set out to
tion Model; CIPP Evaluation Model; dan Dis-
accomplish as a mean of contributing to sub-
crepancy Model.
sequent decision making about the program
Adapun beberapa diantara model-mo-
and improving furure programming”. Tujuan
del evaluasi dimaksud adalah sebagai berikut:
evaluasi adalah mengukur dampak dari suatu
program dibandingkan dengan tujuan yang telah
Goal Free Evaluation Model
ditetapkan. Sebagai bahan pertimbangan bagi
pembuat keputusan dalam mengambil Model evaluasi yang dikembangkan
kebijakan, baik yang berkenan dengan program oleh Michael Scriven ini dapat dikatakan
yang sedang berlangsung maupun peningkatan berlawanan dengan model pertama yang
perencanaan program yang akan datang. dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model
Evaluasi ditujukan untuk mengumpul- yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-
kan data (hasil), mengubah data tersebut menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal
menjadi informasi yang dapat membantu dalam proses terus melihat sejauh mana tujuan
pengambilan keputusan yang bermanfaat, dan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model goal
menggunakan informasi tersebut untuk meng- free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan)
justru menoleh dari tujuan.

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 89
Rindawan, Suyata

Menurut Scriven (2009; p. 41), dalam


melaksanakan evaluasi program evaluator tidak data for the purposes of assessing academic
perlu memerhatikan apa yang menjadi tujuan progress at the end of specified time period.
program. Yang perlu diperhatikan dalam prog- Formative evaluation was defined as the
ram tersebut adalah bagaimana kerjanya prog- evaluation of assessment-based evidence for the
ram, dengan jalan mengidentifikasi penampil- purposes of providing feedback to and
an-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif informing teachers, students, and educational
(yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal stakeholders about the teaching and learning
negatif (yang sebetulnya memang tidak process”.
diharapkan). Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai
evaluasi data penilaian berbasis untuk keper-
Formatif Summatif Evaluation Model luan menilai kemajuan akademik di akhir
periode waktu tertentu. Evaluasi formatif dide-
Model ini menunjukkan adanya tahap- finisikan sebagai evaluasi penilaian berbasis
an dan lingkup objek yang di evaluasi, yaitu bukti untuk tujuan memberikan umpan balik
evaluasi yang dilakukan pada waktu program dan untuk menginformasikan guru, siswa, dan
masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika stakeholder pendidikan tentang pengajaran dan
program sudah selesai (evaluasi sumatif). Tuju- proses belajar.
an dari evaluasi formatif adalah mengetahui
seberapa jauh program yang dicarancang dapat Countenance Evaluation Model
berlangsung. Sedangkan tujuan dari evaluasi
sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian Menurut Fernandes (2010, p. 43), mo-
program. sementara fungsi dari evaluasi del Stake menekankan pada adanya pelaksana-
formatif dan Sumatif dalam evaluasi program an dua hal pokok, yaitu: Deskripsi (descrip-
pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana tion), dan Pertimbangan (Judgments); serta
untuk mengetahui posisi atau kedudukan membedakan tiga tahap dalam evaluasi prog-
individu didalam kelompoknya. ram, yaitu: Antesenden, transaksi, dan keluaran.
Fernandes (1984, p. 10) menyebutkan Dimana antesenden diartikan sebagai kontek,
bahwa: “Formative evaluation provides conti- transaksi diartikan sebagai proses, dan keluaran
nual feedback to assist in the development of a diartikan sebagai deskripsi dan pertimbangan.
program, and it pays attention to questions
about content validity, vocabulary level, reada- CSE-UCLA Evaluation Model
bility and other matters. overall formative CSE merupakan singkatan dari Center
evalu-ation is internal evaluation that serves to for the Study of Evaluation. Fernandes
improve the product being developed”. (Arikunto, 2010; p. 44) membagi model CSE
Evaluasi formatif memberikan umpan menjadi emapat tahap, yaitu need assessment,
balik terus-menerus untuk membantu dalam dalam tahap ini evaluator memusatkan pada
pengembangan program, dan memperhatikan penentuan masalah; Program Planing, pada
pertanyaan tentang validitas isi, tingkat kosa- tahap ini evaluator melakukan pengumpulan
kata, mudah dibaca, dan hal-hal lainnya. Eva- data yang terkait langsung dengan pembelajaran
luasi formatif keseluruhan adalah evaluasi dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang
internal yang berfungsi untuk meningkatkan telah diidentifikasikan pada tahap kesatu;
produk yang dikembangkan. Formatif Evaluation, evaluator memusatkan
Sedangkan Florence, (2007, p. 124) pada keterlaksanaan; dan Summative Evalu-
menyatakan bahwa “Stated that summative ation, Evaluator diharapkan dapat mengumpul-
eva-luation is an evaluation to prove but kan semua data tentang hasil dan dampak dari
formative evaluation is an evaluation to program.
improve the programs or the product.” Evaluasi Model evaluasi yang satu dengan yang
sumatif adalah evaluasi untuk membuktikan lainnya memang tampak bervariasi namun ke-
tapi eva-luasi formatif adalah evaluasi untuk semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu
mening-katkan program atau produk. sehubungan dengan pengambilan keputusan.
Karee E. Dunn & Sean W. Mulvenon Pemilihan model evaluasi yang akan digunakan
(2009; p. 3) mendefinisikan evaluasi Forma- tergantung pada tujuan evaluasi dalam meng-
tive-Summative: “Summative evaluation was evaluasi program pendidikan digunakan pende-
defined as the evaluation of assessment based katan sistem. Pendekatan sistem adalah pen-
dekatan yang dilaksanakan dengan mencakup

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


90 Jurnal Evaluasi Pendidikan

Process evaluation : evaluasi


terhadap proses
Product evaluation : evaluasi terhadap
hasil
Model CIPP ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan
dalam evaluasi sistem dengan analisis yang
berorientasi pada perubahan rencana. Keempat
macam fokus Evaluasi dengan model CIPP,
yaitu:

seluruh proses pendidikan yang dilaksanakan. eksekusi, rencana, metode dan strategi yang
Model yang digunakan dalam penelitian ini hendak dipilih.
adalah model pengambilan keputusan yang
Evaluasi Produk
dikembangkan oleh Provus yang dikenal
dengan Descrepancy model yang merupakan Mengakomodasi informasi untuk
untuk melihat kesenjangan yang terjadi tentang meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat
keterlaksanaan program yang sebenarnya dicapai, dan juga untuk menentukan jika
dengan keadaan dilapangan. strategi yang berkaitan dengan prosedur dan
metode yang diterapkan guna mencapai tujuan
CIPP Evaluation model sebaiknya berhenti.
Model evaluasi ini merupakan model
yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh Discrepancy Model
para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan
oleh Stufflebeam, dkk (1967) dalam Suharsimi Kata discrepancy adalah istilah bahsasa
(2009; p. 45) yang merupakan sebuah singkatan inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa
dari huruf awal empat buah kata, yaitu: Indonesia menjadi “kesenjangan” model yang
Context evaluation : evaluasi terhadap dikembangkan oleh Malcom Provus ini
konteks merupakan model yang menekankan pada
Input evaluation : evaluasi terhadap pandangan adanya kesenjangan didalam
masukan pelaksanaan program.
Menurut Fernandes (1984; p. 9)
Discrepancy model terdiri dari lima tahap,
yaitu:
Design
Activities associated with this stage
are: a) Objektives of the program; b) the
students, staff and other resourch that must be
present before the program objectives can be
achieved; and c) the instruction objectives.
Evaluasi Konteks Dalam tahap ini program mengorga-
Menghasilkan informasi tentang ma- nisir gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan
kemudian menggambarkan sumber daya yang
cam-macam kebutuhan yang telah diatur prio-
diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah
ritasnya, agar tujuan dapat diprioritaskan. Se-
dasar dimana evaluasi berkelanjutan tergantung.
hingga menghasilkan keputusan yang mem-
pengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan Installation
khusus. The second stage of the discrepancy
Evaluasi Input model involves an effort to see whether an
Menyediakan informasi tentang masuk- installed program is congruent with its plans.
the program design emerging from stage 1
an yang terpilih, butir-butir kekuatan dan
represents the standars (S) againtst which the
kelemahan, strategi dan desain untuk merea-
program (P) is compared (C) to detect the
lisasikan tujuan.
presence or absence of dicrepancies. four
Evaluasi Proses choices of action are available to the decision
Menyediakan informasi untuk para makers: Terminate, Proceed, Alter, Alter
Standars (design).
evaluator melakukan prosedur monitoring ter-
Dalam installation (langkah instalasi),
pilih yang mungkin baru diimplementasi se-
desain/ definisi program menjadi standar baku
hingga butir yang kuat dapat dimanfaatkan dan
untuk diperbandingkan dengan penilaian ope-
yang lemah dapat dihilangkan. Dimana pada
rasi awal program. Gagasannya adalah untuk
keputusan ini para evaluator mengusahakan
menentukan sama dan sebangun, sudah atau
sarana prasarana untuk menghasilkan dan
tidaknya program telah diterapkan sebagaimana
meningkatkan pengambilan keputusan atau
desainnya.

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 91
Rindawan, Suyata

Process
untuk menggambarkan kembali program ter-
In the stage of the Discrepancy Model sebut, kemudian memulai evaluasi pertentangan
the Evaluator studies whether the “ objectives” lagi pada tahap satu; d) Jika tahap 3 tidak bias
are being achieved. Dalam tahap prosses (tahap terpenuhi pilihannya adalah mengahiri program.
proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan
data untuk menjaga keterlaksanaan program. Konsep Pendidikan Karakter
Gagasannya adalah untuk memperhatikan
kemajuan kemudian menentukan dampak awal, Sebagaimana yang diungkapkan oleh
pengaruh, atau efek. Ghufron (2011; p. 55) bahwa pendidikan karak-
ter merupakan model pendidikan pembentukan
Product watak dan kepribadian peserta didik sesuai
The fourth stage of the Discrepancy dengan nilai-nilai luhur bangsa. Watak dan
Model is fokused on the question: has the kepribadian yang diharapkan dimiliki peserta
program achieved its terminal objectives? didik, antara lain kejujuran, kedisiplinan, keter-
Dalam tahap product, pengumpulan data dan tiban, kemerdekaan, kemandirian, toleransi,
analisa yang membantu ke arah penentuan ketaatan, dan keadilan.
tingkat capaian sasaran dari outcome. Dalam Aynur Pala (2011; p. 25), menyebutkan
tahap 4 ini pertanyaannya adalah “Apakah bahwa: “Character education is a national
sasaran program telah dicapai?" Harapannya movement creating schools that foster ethical,
adalah untuk merencanakan follow up jangka responsible and caring young people by model-
panjang pemahaman atas dampak. ling and teaching good character”. Pendidikan
karakter adalah gerakan nasional menciptakan
Program Comparision sekolah yang mendorong etika, orang-orang
The final stage of the discrepancy muda yang bertanggung jawab dan peduli de-
Model is conserned with cost benefit analysis of ngan pemodelan dan mengajarkan karakter
the complete program with other competing yang baik.
program. They key emphasis in the Discrepancy Dorothy L. Prestwich, (2002; p. 140)
Model is in comparing performance with “states that the nature of character education
behavioural objectives. The Discrepancy Model itself is very subjective yet also quotes Thomas
depicts the evaluation process as (a) develoving Lickona,“Character Education is the deliberate
behaviourally stated objectives; (b) developing effort to cultivate virtue”. Edgington menyata-
process and content elements in relationship to kan bahwa sifat pendidikan karakter itu sendiri
the achievement of the objectives; (c) mea- sangat subjektif namun juga mengutip Thomas
suring the discrepancy between actual Lickona,”Pendidikan Karakter adalah usaha
achievement and specified objectives; and (d) yang disengaja untuk menumbuhkan kebajik-
making recommendations and revitions based an”.
on these findings. Sedangkan menurut Jones & Stoodley
Dalam tahap Comparison menunjuk- (Lehr, 2007; pp. 71-72) berpendapat bahwa:
kan peluang untuk membandingkan hasil “Character education be directed toward the
dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang development of “personal qualities,” or the
serupa. Jika terdapat kesenjangan maka development of community or life context.
selanjutnya memberikan rekomendasi untuk From a personal quality perspective (Jones and
direvisi berdasarkan temuan tersebut. Stoodley, 1999; Williams, 2000), character
Pada masing-masing empat tahap education is instruction that seeks to teach
perbandingan standar dengan capaian program “knowing the good, loving the good, and doing
untuk menentukan bila ada pertentangan. the good.”
Penggunaan informasi pertentangan selalu
mengarah pada satu dari empat pilihan: a) Urgensi Pendidikan Akhlak
dilanjutkan ketahap berikutnya bila tidak ada Pada saat ini banyak keluhan yang di-
pertentangan; b) Jika terdapat pertentangan sampaikan orang tua, para guru dan orang yang
kembali mengulang tahap yang ada setelah bergerak di bidang sosial mengeluhkan tentang
merubah standar program; c) Jika tahap dua perilaku sebagian remaja yang amat mengkha-
tidak bias terpenuhi, kemudian mendaur ulang watirkan. Di antara mereka sudah banyak ter-
kembali kelangkah satu-tahap defenisi program, libat dalam tawuran, penggunaan obat-obat
terlarang, minuman keras, pembajakan bis,

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


92 Jurnal Evaluasi Pendidikan

penodongan, pelanggaran seksual, dan perbuat- menghajar anak, (e) Membudayakan akhlak
an criminal. Kedua orang tua di rumah, guru di pada anak-anak sehingga akan menjadi
sekolah, dan masyarakat pada umumnya, tam- kebiasaan dan watak pada diri mereka.
pak seperti sudah kehabisan akal untuk meng- Akhlak yang mulia sebagaimana
atasi krisis akhlak. Hal yang demikian jika terus dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan
dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka bagai- sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh
mana nasib masa depan Negara dan bangsa ini. berbagai faktor, terutama lingkungan keluarga,
Para pendidik sependapat bahwa pendi- pendidikan, dan masyarakat pada umumnya.
dikan akhlak merupakan aspek pendidikan pa-
ling sulit dalam bidang pendidikan secara Pentingnya Pendidikan IMTAQ Bagi Siswa
umum. Hal itu dikarenakan pendidikan akhlak
Nilai-nilai yang berkembang dan mun-
bertumpu pada pendidikan jiwa, sedangkan
cul dalam tata kehidupan masyarakat senantiasa
mendidik jiwa lebih sulit dari pada mendidik
dialami oleh anak dalam kehidupannya. Deras
raga atau tubuh. Pengetahuan dan ilmu tentang
arus nilai- nilai baru yang datang melalui
raga telah mengalami kemajuan dan perkem-
perkembangan teknologi informasi seperti
bangan yang pesat. Tetapi, pengetahuan dan
televisi, majalah, koran, bacaan-bacaan yang
ilmu tentang kejiwaan masih menjadi misteri
mudah di dapat di mana-mana atau yang paling
dan tersembunyi.
canggih seperti internet seakan tidak dapat
Para pendidik juga sependapat bahwa membendung anak manjadi nakal serta ke-
pendidikan akhlak adalah pendidikan paling inginan menentang nilai-nilai lama yang telah
penting dalam kehidupan manusia. Kesuksesan lama mapan dapat membingungkan anak, ma-
dan kebahagiaan dalam kehidupan kelompok nakala tidak ada keteladanan dalam masyrakat
(masyarakat) berkaitan erat dengan akhlak. itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran,
Yang lebih repot lagi nilai-nilai itu
pilihan kita adalah mendidik manusia agar
dikemas dalam bentuk yang begitu menarik
pandai dan berakhlak, atau kita tidak mendidik
sehingga mempermudah nilai-nilai itu mempe-
dan tidak mengajar sama sekali. Sebab, bila kita
ngaruhi jiwa anak yang masih labil. Di sisi lain
hanya mengajari manusia agar jadi pandai
sifat anak yang suka meniru menyebabkan ia
dengan tidak dibekali akhlak, maka pada saat
suka mencoba mencicipi nilai-nilai baru terse-
orang tersebut menempati jabatan strategis akan
but. Sikap coba-coba ini bila tidak diimbangi
mungkin melakukan korupsi atau mencuri
dengan landasan moral dan akhlak atau tuntutan
kekayaan Negara atau menggadaikan Negara
yang baik dapat menyebabkan anak menjadi
demi ambisi pribadinya. Bila demikian, tentu
nakal atau dapat membentuk perilakunya men-
kita tidak mengajari seseorang agar pandai
jadi jahat (Dako, 2012; p. 3)
mencari atau mengkhianati negeri.
Dalam Undang-undang Nomor 20
Menurut Syekh Khalid (2006; p. 243)
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasio-
Ada beberapa dasar dalam pendidikan akhlak
nal (Sisdiknas) pasal 3 dikemukakan bahwa
yang perlu diterapkan, diantaranya adalah: (a)
pendidikan nasional bertujuan untuk berkem-
Menanamkan kepercayaan pada jiwa anak,
bangnya potensi peserta didik agar menjadi
yang mencakup percaya pada diri sendiri,
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
percaya pada orang lain terutama dengan
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
pendidikannya, dan percaya bahwa manusia
berilmu, kreatif, mandiri, dan mejadi warga
bertanggung jawab atas perbuatan dan
negara yang demokratis dan bertanggung jawab
perilakunya. Ia juga mempunyai cita-cita dan
(UU RI No 20 Tahun 2003).
semangat, (b) Menanamkan rasa cinta dan kasih
Dari rumusan tujuan pendidikan nasio-
terhadap sesame anak, anggota keluarga, dan
nal tersebut ditegaskan bahwa iman dan taqwa
orang lain, (c) Menyadarkan anak bahwa nilai-
kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
nilai akhlak muncul dari dalam diri manusia,
landasan nilai yang sejati dan harus dianut oleh
dan bukan berasal dari peraturan dan undang-
setiap pendidik. Sikap dan perilaku para pen-
undang. Karena akhlak adalah nilai-nilai yang
didik yang dilandasi iman dan taqwa ini
membedakan manusia dari binatang, (d)
diharapkan berpengaruh kepada diri para
Menanamkan “perasaan peka” pada anak-anak.
peserta didik, baik melalui Transfer of Know-
Caranya adalah membangkitkan perasaan anak
ledge maupun melalui Building Of Character
terhadap sisi kemanusiaannya, yakni dengan
(Ta’rifin, 2011; p. 95).
tidak banyak menghukum, menghakimi, dan

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 93
Rindawan, Suyata

Menurut Ince Ami, (2008; p. 294)


pembinaan iman dan taqwa (Imtaq) di kalangan Tujuan Evaluasi Program IMTAQ
siswa sangat penting. Hal ini didasari bahwa Adapun tujuan evaluasi dari program
berbagai peristiwa bagai epidemi tak bisa IMTAQ adalah: (1) engidentifikasi langkah-
dibendung yang menggambarkan kesadisan dan langkah pelaksanaan program IMTAQ; (2)
merosotnya nilai-nilai moral di kalangan siswa mengidentifikasi strategi pelaksanaan program
dan remaja pada umumnya. Pembinaan iman IMTAQ; (3) mengidentifikasi faktor peng-
dan taqwa di kalangan siswa dapat dilakukan hambat dan pendukung dalam pelaksanaan
dengan berbagai strategi antara lain, 1) Opti- program IMTAQ; (4) mengidentifikasi keter-
malisasi pendidikan agama di sekolah, baik dari capaian dan efektifitas program IMTAQ yang
segi materi maupun cara penilaian, 2) Integrasi mencakup: (a) ketercapaian program kegiatan
pendidikan Imtaq ke dalam mata pelajaran ibadah; (b) ketercapaian program kegiatan
umum, 3) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. pembacaan dan pemahaman Al-Qur’an; (c)
Pengertian Program IMTAQ ketercapaian program kegiatan hari-hari besar
agama; (d) ketercapaian program kegiatan
Deskripsi Iman dan Taqwa di atas muamalah/ akhlak.
hanyalah memperjelas bahwa pentingnya
pendidikan dalam konteks keislaman dan Kriteria atau indikator program IMTAQ tingkat
moralitas adalah terbinanya hubungan vertical SMPN
di samping secara manusiawi dan social. Maka
sebuah konsep pendidikan atau pembinaan yang Dalam pelaksanaan program IMTAQ ada
dilandasi keimanan dan ketaqwaan, bukan empat aspek yang harus dicapai, keempat aspek
hanya menghasilkan output yang memiliki tersebut terdiri dari yaitu: 1) Aspek Al-Qur’an,
tanggung jawab social (pribadi, masyarakat, dan 2) aspek keimanan/aqidah, 3) aspek akhlak/
bangsa) namun juga memiliki tanggung jawab muamalat, dan 4) aspek fiqih/ibadah.
moral (kepada Tuhan). Aspek Al-Qur’an
Nama IMTAQ (Iman dan Taqwa)
dipakai bertujuan agar para siswa memiliki Untuk aspek Al-Qur’an ada beberapa
keimanan dan ketaqwaan sehingga menjadikan indikator atau kriteria yang harus dicapai,
mereka bermoral keagamaan yang luhur dan antara lain sebagai berikut: (1) siswa mampu
didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai
Adapun tujuan diadakannya pembinaan Iman makhrajnya; (2) siswa mampu menyalin ayat-
dan Taqwa (IMTAQ) di sekolah adalah untuk ayat Al-Qur’an sesuai tulisannya; (3) siswa
memberikan bekal pengetahuan, pengalaman mampu menghafal dan menerjemahkan Al-
dan pengamalan agama dan nilai ibadah, bagi Qur’an; (4) siswa mampu memahami ayat-ayat
peserta didik melalui kegiatan yang terintegrasi Al-Qur’an sesuai maknanya.
dengan kegiatan kokurikuler dan ekstrakuri- Aspek keimanan/aqidah
kuler, baik di dalam lingkungan sekolah mau-
pun di luar lingkungan sekolah. Untuk aspek keimanan/aqidah ada
Adanya kegiatan IMTAQ ini pada beberapa indikator atau kriteria yang harus
dasarnya memberikan jam tambahan pada ma- dicapai, antara lain sebagai berikut: (1) siswa
teri Pendidikan Agama Islam yang meliputi mampu memahami dan mengahayati iman
materi tentang Al-Qur’an, akidah akhlak, dan kepada Allah SWT; (2) siswa mampu me-
fiqih yang dibuat materi cerita oleh guru-guru mahami dan menghayati iman kepada malaikat;
Pembina IMTAQ. (3) siswa mampu memahami dan menghayati
iman kepada rasul; (4) siswa mampu mema-
Tujuan Pelaksanaan Program IMTAQ hami dan menghayati iman kepada Kitab Allah;
Pembinaan IMTAQ (Iman dan Taqwa) (5) siswa mampu memahami dan menghayati
di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal iman kepada qadla’ dan qadar Allah SWT.
pengetahuan, pengalaman dan pengamalan Aspek akhlak/muamalat
agama dan nilai ibadah bagi peserta didik me-
lalui kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan Untuk aspek akhlak/muamalat ada
kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, baik di beberapa indikator atau kriteria yang harus
dalam lingkungan sekolah maupun di luar dicapai, antara lain sebagai berikut: (1) me-
lingkungan sekolah. nunjukkan akhlak yang baik kepada guru; (2)
menunjukkan sikap sopan santun; (3) menun-

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


94 Jurnal Evaluasi Pendidikan

jukkan akhlak yang baik terhadap teman; (4) agama Islam. Sedangkan objek dalam penelitian
memelihara dan melestarikan lingkungan. ini adalah program IMTAQ yang diselenggara-
Aspek fiqih/ibadah kan di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung,
Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat-
Untuk aspek fiqih/ibadah ada beberapa NTB.
indikator atau kriteria yang harus dicapai, antara
lain sebagai berikut: (1) mampu me-laksanakan Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
sholat; (2) mampu melaksanakan puasa; (3) Untuk mendapatkan data dalam pe-
mampu menunaikan zakat; (3) mam-pu nelitian evaluasi ini maka membutuhkan
melaksanakan tata cara haji; (4) mampu Informan sebagai sumber data. Informan dalam
melaksanakan tata cara mengurus jenazah. penelitian ini adalah orang yang benar-benar
mengetahui dan menguasai serta terlibat
Metode Penelitian langsung dengan permasalahan yang sedang
Jenis Penelitian diteliti. Informan yang bersinggungan langsung
dengan pelaksanaan program IMTAQ, yaitu
Sesuai dengan tujuan penelitian maka warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah
jenis penelitian yang digunakan dalam pene- dan guru. Penentuan sumber data dilakukan
litian ini adalah penelitian evaluasi, dengan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertim-
tujuan untuk memperoleh informasi yang akurat bangan dan tujuan tertentu.
untuk mendeskripsikan langkah-langkah pelak- Instrument yang digunakan dalam pe-
sanaan program IMTAQ, strategi-strategi dalam nelitian kualitatif adalah orang atau human
pelaksanaan program IMTAQ, faktor-faktor instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
program IMTAQ, dan efektifitas dari pelaksa- menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
naan program IMTAQ. Pendekatan yang digu- dokumentasi.
nakan dalam penelitian evaluasi ini adalah
Observasi atau pengamatan adalah
pendekatan kualitatif, karena data-data atau
kegiatan keseharian dengan menggunakan pan-
informasi yang akan dikumpulkan dalam ben-
ca indera mata sebagai alat bantunya. Dalam hal
tuk kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
ini peneliti melakukan pengamatan langsung
perilaku yang diamati.
objek penelitian. Pengamatan ini perlu dilaku-
Model evaluasi digunakan yaitu model kan dengan pertimbangan bahwa kadang apa
evaluasi Descrepancy yang dikembangkan oleh yang dikatakan informan seringkali berbeda
Provus. Alasan digunakan dalam penelitian dengan kenyataan yang ada.
evaluasi ini adalah untuk mengetahui, mendes-
Dalam penelitian evaluasi ini akan
kripsikan dan menginterpretasikan data secara
digunakan teknik observasi nonpartisipatif yaitu
jelas dan rinci tentang langkah-langkah pelak-
observer tidak melibatkan diri ke dalam
sanaan program IMTAQ, strategi-strategi dalam
observer hanya pengamatan yang dilakukan
pelaksanaan program IMTAQ, faktor-faktor
secara sepintas pada saat tertentu. Dalam hal ini
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
peneliti mengamati kondisi fisik maupun non
program IMTAQ, dan efektifitas dari pelak-
fisik SMPN di Kecamatan Gerung. Adapun
sanaan program IMTAQ di SMPN kecamatan
yang berupa fisik meliputi; sarana prasarana,
Gerung.
kondisi lingkungan sekolah, performa yang
Tempat dan Waktu Penelitian ditampilkan oleh semua civitas akademik
SMPN Kecamatan Gerung baik siswa, guru,
Adapun lokasi penelitian ini adalah di pegawai dan kepala sekolah. Sedangkan yang
SMPN 1 Gerung, Jalan Gatot Subroto, Keca- non fisik berupa kegiatan-kegiatan yang
matan Gerung-NTB dan di SMPN 5 Gerung, berlangsung baik kegiatan kurikuler maupun
Jalan Selaparang Reyan, Kecamatan Gerung- ekstrakurikuler, serta sikap dan perilaku yang
NTB. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan ditampilkan oleh siswa, guru dan kepala
yaitu mulai pada bulan November 2013 sampai sekolah.
Januari 2014. Wawancara dengan maksud untuk
memperoleh data kualitatif serta beberapa
Subjek dan Objek Penelitian
keterangan atau informasi dari informan. Dalam
Subjek dalam penelitian ini adalah penelitian ini peneliti akan memakai wawancara
Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah dan guru berstruktur yaitu wawancara yang

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 95
Rindawan, Suyata

pewawancaranya menetapkan sendiri masalah-


masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. sedangkan triangulasi teknik meliputi peng-
Penulis menggunakan jenis wawancara ini amatan atau observasi, wawancara, dan doku-
karena ingin mengetahui bagaimana langkah- mentasi. Kegiatan triangulasi yang dilakukan
langkah pelaksanaan program IMTAQ, strategi- dalam penelitian ini adalah mengecek kebenar-
strategi yang digunakan dalam pelaksanaan an informasi tentang ketercapaian tujuan dari
program IMTAQ, faktor pendukung dan program IMTAQ yaitu pelaksanaan program
penghambat program IMTAQ dalam rangka IMTAQ dan efektifitas dari program IMTAQ
pembinaan akhlak siswa, dan efektifitas dari tersebut.
pelaksanaan program IMTAQ di SMPN 1
Gerung dan SMPN 5 Gerung. Teknik Teknik Analisis Data
wawancara ini dilakukan terhadap informan Analisis data tentang pelaksanaan
yang dianggap memiliki pengetahuan yang program IMTAQ dilakukan secara interaktif.
memadai tentang suatu persoalan atau Langkah-langkah analisis data yang dilakukan
fenomena terhadap obyek yang sedang diamati. dalan penelitian ini terdiri dari:
Adapun pihak-pihak yang akan menjadi target
wawancara meliputi guru Pembina IMTAQ, Reduksi Data (data reduction).
kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah.
Dokumentasi digunakan untuk menge- Matthew B. Miles & A. Michael
tahui data mengenai keadaan umum serta Huberman (2009:16) mengatakan: reduksi data
catatan-catatan lain yang berhubungan dengan diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di SMPN perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
1 dan SMPN 5 Gerung yang relevan dengan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
fokus penelitian, baik catatan mengenai ke- catatan-catatan tertulis di lapangan. Jadi, proses
giatan program IMTAQ maupun catatan reduksi data mempunyai arti merangkum,
kegiatan yang lain. memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
Teknik ini digunakan untuk mengum- pada hal-hal yang penting dicari tema dan pola.
pulkan data dan informasi tentang pelaksanaan Dengan demikian data yang telah direduksi
program IMTAQ, keadaan lembaga tempat pe- akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
nelitian yaitu data personel sekolah, data sarana dan mempermudah peneliti untuk melakukan
prasarana, dan lain-lain. pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan.
Keabsahan data
Penyajian data (data display).
Usaha peneliti untuk memperoleh
keabsahan data dapat dilakukan dengan bebe- Penyajian data dapat disajikan dalam
rapa teknik, diantaranya: bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
Perpanjangan Keikutsertaan penelitian ini penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian teks yang bersifat naratif yang
Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti mengungkapkan tentang langkah-langkah pe-
akan berusaha semaksimal mungkin untuk laksanaan kegiatan program IMTAQ, strategi-
mengumpulkan data sesuai dengan jadwal strategi yang dipakai dalam pelaksanaan prog-
penelitian yang telah ditentukan. Tetapi jika ram IMTAQ, faktor pendukung dan peng-
data yang dibutuhkan masih dirasa belum hambat dalam pelaksanaan kegiatan program
cukup, maka peneliti akan memperpanjang IMTAQ, dan efektifitas atau keberhasilan
penelitian agar data yang terkumpul dapat program kegiatan IMTAQ.
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Triangulasi (conclusion drawing/verification)
Dalam hal ini agar data hasil penelitian Penarikan kesimpulan/ verifikasi (con-
dapat dianggap kredibel, maka dapat dilakukan clusion drawing/verification) merupakan ke-
dengan metode triangulasi, antara lain: tri- giatan akhir dari analisis data. Kesimpulan awal
angulasi sumber dan triangulasi teknik. Tri- yang dikemukakan masih bersifat sementara,
angulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
data yang sama dari dua informan atau lebih, bukti yang kuat yang mendukung pada tahapan

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


96 Jurnal Evaluasi Pendidikan

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila sangat bervariasi tergantung dari kemampuan
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap siswa dari masing-masing kelas. Namun,
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan strategi yang paling sering digunakan dalam
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan aspek Al-Qur’an yaitu strategi klasikal. Adapun
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang untuk strategi secara umum yang sering diguna-
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kan dalam kegiatan IMTAQ adalah dengan
kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kuali- memakai strategi klasikal, antara lain: Qiro’ati,
tatif adalah merupakan temuan baru yang Iqra’, Hafalan, dan Pembiasaan. Selain strategi
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat klasikal, ada juga strategi yang lain digunakan
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek saat pelaksanaan program IMTAQ dalam aspek
yang sebelumnya masih remang-remang atau Al-Qur’an di SMPN 1 Gerung seperti menyi-
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, mak dan mandiri.
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, Di SMPN 5 Gerung strategi yang di-
hipotesis atau teori. Komponen analisis data gunakan dalam pelaksanaan kegiatan program
digambarkan di bawah ini. IMTAQ yaitu secara terpadu melalui 2 (dua)
jalur yaitu kegiatan rutin dan keteladanan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh warga sekolah baik itu siswa,
Langkah-langkah pelaksanaan program guru, dan pegawai secara terus menerus dan
IMTAQ di SMPN 1 Gerung dalam pembinaan konsisten setiap saat.
akhlak siswa dilaksanakan dengan berbagai Sedangkan dalam aspek Al-Qur’an,
langkah yang sudah diterapkan yaitu mencipta- strategi yang digunakan di SMPN 5 Gerung
kan suasana sekolah yang kondusif untuk yaitu strategi individu dan qiro’ati. Dimana
meningkatkan iman dan taqwa serta melalui dalam strategi individu siswa diberi kesempatan
upaya penciptaan budaya religius di sekolah. untuk membaca Al-Qur’an bergiliran sendiri-
Banyak cara yang bisa lakukan dalam men- sendiri. Sedangkan strategi qiro’ati siswa
ciptakan suasana sekolah yang kondusif seperti langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai
menciptakan rasa aman, kebiasaan hidup bersih, dengan kaidah ilmu tajwid (qiro’ati).
kekeluargaan, dan keteladanan. Di SMPN 1 Gerung, pelaksanaan prog-
Sedangkan langkah-langkah pelaksana- ram IMTAQ dalam pembinaan akhlak siswa,
an program IMTAQ dalam aspek Al-Qur’an di masih belum efektif. Hal ini terlihat bahwa
SMPN 1 Gerung dilaksanakan dengan pem- dalam pelaksanaan program IMTAQ ada bebe-
bacaan surat yasin, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, rapa kriteria atau indikator yang belum tercapai,
Al-Fatihah, dan surat Al-Baqarrah. Kegiatan ini antara lain siswa belum menunjukkan akhlak
tidak hanya diikuti oleh siswa saja tetapi yang baik kepada guru bahkan dengan sesama
sebagian guru juga ada yang mengikutinya. siswanya, siswa juga masih terlihat saling
Di SMPN 5 Gerung langkah-langkah mengejek, menghina, dan bahkan bisa jadi
yang diterapkan dalam pelaksanaan program berujung pada tawuran. Siswa juga masih
IMTAQ dalam pembinaan akhlak siswa yaitu terlihat ketika bertemu dengan temannya jarang
pengintegrasian imtaq dalam mata pelajaran sekali mengucapkan salam, bahkan ada juga
lain serta pemberian pelajaran yang memiliki yang belum saling mengenal satu sama lain,
keterkaitan dengan iman dan taqwa. Sedangkan sehingga ketika bertemu diantara siswa tidak
langkah-langkah pelaksanaan program IMTAQ jarang mereka saling cuek.
dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 5 Gerung Dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 1
tidak jauh berbeda dengan langkah yang Gerung pelaksanaan program IMTAQ masih
diterapkan di SMPN 1 Gerung yaitu, membaca belum efektif. Hal ini terlihat bahwa masih ada
surat yasin, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fati- beberapa standar atau kriteria yang belum
hah, dan surat Al-Baqarrah. tercapai antara lain: siswa masih belum bisa
Strategi-strategi yang digunakan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai makna-
pelaksanaan program IMTAQ dalam pembina- nya, menghafal dan menerjemahkan Al-Qur’an.
an akhlak siswa di SMPN 1 Gerung antara lain: Siswa di SMPN 1 Gerung hanya mampu mem-
Modelling atau Keteladanan, Nasehat yang baca Al-Qur’an dengan baik sesuai maknanya,
bijak, Pembiasaan, Hadiah dan hukuman. menyalin ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tulisan-
Sedangkan dalam aspek Al-Qur’an, nya.
strategi yang digunakan di SMPN 1 Gerung

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 97
Rindawan, Suyata

Di SMPN 5 Gerung pelaksanaan prog-


ram IMTAQ di SMPN 5 Gerung dilihat dari tidak membacanya dengan baik sesuai dengan
segi sarana dan prasarannya sudah cukup me- makhrajnya.
madai, yaitu kegiatan program IMTAQ dilak-
sanakan di Mushalla, sehingga guru mudah Simpulan dan Saran
dalam mengawasi siswa saat kegiatan sedang
berlangsung. Namun, jika dilihat dari segi Simpulan
waktu pelaksanaan kegiatan IMTAQ hanya
dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yaitu Langkah-langkah pelaksanaan program
pada hari jum’at selama satu jam. IMTAQ adalah sebagai berikut: (a) langkah-
Keefektifan program IMTAQ ini jika langkah pelaksanaan program IMTAQ dalam
dilihat dari pelaksanaan, dirasakan masih belum pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Gerung
efektif, karena mengingat pendidikan agama itu yaitu dengan menciptakan suasana sekolah
sangat penting sekali untuk siswa. Pendidikan yang kondusif dan penciptaan budaya religius.
agama yang diajarkan di sekolah pada umum- Sedangkan di SMPN 5 Gerung yaitu dengan
nya hanya 2x40 menit, jika dijumlahkan dengan pengintegrasian IMTAQ dalam mata pelajaran
kegiatan IMTAQ ini maka dalam seminggu dan pemberian pelajaran yang memiliki keter-
sekitar dua jam setengah. Hal ini tentu sangat kaitan dengan iman dan taqwa; (b) langkah-
kurang sekali jika tidak didukung dengan ada- langkah pelaksanaan program IMTAQ dalam
nya pendidikan dari luar sekolah juga, misalnya aspek Al-Qur’an di SMPN 1 Gerung yaitu,
dari kelurga. pembacaan surat yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-
Dari hasil pengamatan dalam pelaksa- Fatihah, dan Al-Baqarah. Sedangkan di SMPN
naan kegiatan program IMTAQ di sekolah 5 Gerung yaitu, pembacaan surat yasin, Al-
terkait dengan efektifitas program. Sasaran Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fatihah, dan Al-Baqarah.
utama adalah pembinaan akhlak siswa dapat Strategi-strategi pelaksanaan program
disimpulkan bahwa ada sedikit perubahan IMTAQ adalah sebagai berikut: (a) strategi
akhlak siswa. Perubahan tersebut dapat dilihat pelaksanaan program IMTAQ dalam pembina-
misalnya, ketika siswa bertemu dengan guru an akhlak di SMPN 1 Gerung yaitu, keteladan-
selalu mengucapkan salam dan bersalaman, an, nasehat yang bijak, pembiasaan, hadiah dan
sholat berjamaah, berbuat baik kepada sesama hukuman. Sedangkan di SMPN 5 Gerung stra-
temannya, berbakti kepada orang tua dan guru, tegi pelaksanaan kegiatan program IMTAQ
dan lain-lain. Jadi, dari hasil pengamatan di atas yaitu, kegiatan rutin dan keteladanan; (b)
mengenai pelaksanaan kegiatan program strategi pelaksanaan program IMTAQ dalam
IMTAQ dalam pembinaan akhlak siswa masih aspek Al-Qur’an di SMPN 1 Gerung yaitu,
belum efektif. klasikal, menyimak, dan mandiri. Sedangkan di
Mengacu pada kriteria keberhasilan SMPN 5 Gerung yaitu individu dan qiro’ati.
program IMTAQ dalam aspek akhlak, SMPN 5 Faktor pendukung dan penghambat
Gerung belum memenuhi kriteria yang sudah dalam pelaksanaan program IMTAQ di SMPN
ditentukan. Sesuai dengan kriteria atau indika- 1 yaitu, (a) faktor pendukung: adanya motivasi
tor keberhasilan program IMTAQ dalam aspek dan dukungan dari warga sekolah, motivasi dan
akhlak antara lain: (a) menunjukkan akhlak dukungan orang tua siswa, pemahaman orang
yang baik kepada guru; (b) menunjukkan sikap tua dan masyarakat tentang ajaran agama, (b)
sopan santun; (c) menunjukkan akhlak yang faktor penghambat: kurangnya sarana dan
baik terhadap teman; (d) memelihara dan prasarana, faktor siswa, dana, dan guru.
melestarikan lingkungan. Sedangkan di SMPN 5 Gerung yaitu, (a) faktor
pendukung: tersedianya sarana dan prasarana,
Dalam aspek Al-Qur’an di SMPN 5
Gerung pelaksanaan program IMTAQ masih (b) faktor penghambat: siswa, guru, dan
belum efektif. Hal ini terlihat bahwa dalam narasumber yang terbatas.
aspek Al-Qur’an di SMPN 5 Gerung masih Pelaksanaan kegiatan program IMTAQ
belum memenuhi satu-satunya kriteria atau di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung belum
standar yang sudah ditetapkan. Akan tetapi ada efektif .
peningkatan secara signifikan yang terjadi pada
siswa yaitu, sebelumnya siswa tidak bisa Saran
membaca Al-Qur’an sekarang setelah ada Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
program IMTAQ siswa menjadi bisa, walaupun peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut: (a) Menata kembali secara bertahap

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014


98 Jurnal Evaluasi Pendidikan

sarana prasarana sekolah agar kelancaran Disabilities. Journal of Education, 187


kegiatan program IMTAQ menjadi baik serta (3). University School of Education.
memberikan dampak positif pada
Dorothy L. Prestwich. (2003). Character
pengembangan akhlak siswa, (b) Orang tua
Education in America’s Schools. DL
siswa jangan hanya mengandalkan sekolah
Prestwich -School Community Journal.
dalam membangun akhlak mulia para siswa,
Diambil pada Tanggal 2 Januari 2013,
tetapi orang tua siswa harus mendukung
sekaligus mengawal anak-anaknya dalam dari
pembangunan kultur akhlak mulia ini, (c) Para http://www.adi.org/journal/ss04/prestwi
guru dan karyawan sekolah hendaknya menjadi ch.pdf
contoh teladan bagi para siswanya dalam Fernandes, H.J.X. (1984). Evaluation of
pembangunan kultur akhlak mulia di sekolah, educational program. Jakarta: National
(d) Komite sekolah dan masyarakat hendaknya Education Planning Evaluation and
memberi dukungan penuh kepada sekolah yang Curriculum Development.
menerapkan pembangunan kultur akhlak mulia
Florence Martin & Qi Dunsworth. ( 2007). A
bagi paras siswa melalui kegiatan IMTAQ.
Methodical formative evaluation of
computer literacy course: What and
Daftar Pustaka how to teach. Journal of Information
Technology Education, 6, 25-30.
Abdurrahman, S.K. (2006). Cara Islam
mendidik anak berdasarkan Al-Qur’an Ince Ami. (2008). Signifikansi Pendidikan Iman
dan Al-Sunnah. (Terjemahan Muham- Dan Taqwa Bagi Siswa Di Era
mad Halabi Hamdi & Muhammad Globalisasi. Jurnal iqra, 4, 283-295.
Fadhil Afif). Yogyakarta: AD-DAWA’. Diambil pada tanggal 1 Januari 2013,
(Buku asli diterbitkan tahun 1996) dari
Ghufron, Anik. (2011). Desain kurikulum yang http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
relevan untuk pendidikan karakter. 4208283295.pdf
Jurnal Ilmiah Pendidikan, Cakrawala Jacqueline Kosecoff & Arlene Fink. (1982).
Pendidikan, Th. 30, Edisi Khusus Dies Evaluation basic a practitioner’s
Natalis UNY. manual. USA: Sage publications, Inc
Ahmad Ta’rifin. (2011). Mengemas implemen- Merten, D.M. (2010). Research and evaluation
tasi pendidikan moral di sekolah, in education and psychology: integra-
Jurnal Forum Tarbiyah, 9, 1-95. ting diversity with quantitative, qualita-
Aynur Pala. (2011). The need for character tive, and mixed methods. Los Angeles:
education. International Journal of SAGE Publications. Inc
Social Sciences and Humanity Studies, Stufflebeam, D.L & Shinkfield, A.J. (1985).
3, 23-32. Systematic evaluation: A self-instruc-
Dako, R.T. (2012). Kenakalan remaja. Jurnal tional guide to theory and practice.
Inovasi, 9, 2-7. Cambridge: Kluwer Academic Pub-
lishers.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor
20, Tahun 2003, tentang Sistem Pen- Suharsimi Arikunto & Jabar, S.A., (2009). Eva-
didikan Nasional. luasi program pendidikan: pedoman
teoritis praktis bagi mahasiswa dan
Donna, L., &Lauren K., Le, R.C, et al. (2006). praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi
Character Education and Students with Aksara.

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014

Anda mungkin juga menyukai