Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Program Kepramukaan di Gugus Depan Sekolah Menengah

Atas Se Kecamatan Kuranji Kota Padang

Teddy Gunawan Kaisar1, Damrah2, Anton Komaini3, Willadi Rasyid4,


Jurusan Pendidikan Olahraga S2, Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
Email: tedygunawan.c@gmail.com

ABSTRAK
Kegiatan kepramukaan di SMA Se Kecamatan Kuranji Kota Padang masih kurang
terlaksana dengan sebagaimana mestinya. Peserta didik banyak yang tidak mengikuti kegiatan
dan peserta didik tidak aktif dalam proses kegitan kepramukaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kegiatan kepramukaan menggunakan evaluasi program CIPP (Context, Input,
Process, Product). Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif. Penelitian ini dilakukan di
SMA Sekecamatan Kuranji Kota Padang dan dilakukan pada Bulan Oktober dan Desember
Tahun 2021. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi
yang dilakukan kepada Pembina pramuka, peserta didik, dan pengurus gugus depan serta tata
usaha sekolah. Teknik Analisis data dalam penelitian ini di lakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan 1) Context, materi yang di gunakan dalam program kepramukan
sudah mengacu kepada AD dan ART gerakan kepramukan, akan tetapi dalam pelaksana
pembina masih kesuliatan menyapaikan materi sesuai program yang telah di berikan. 2) Input,
(a) Latar belakang pembina sesuai dengan AD dan ART Pramuka dimana harus memiliki
sertifikat Kurus mahir dasar dan Lanjutan dan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan
peserta didik maupun kamabigus. (b) Sarana dan prasarana masih belum memadai dan belum
sesuai dengan AD dan ART. 3) Process, Kualitas proses pelaksanana program kepramukan rata-
rata sudah sesuai dengan AD dan ART dan permendikbud no 63 tahun 2014, meskipun masih
ada peserta didik yang mengalami kesulitan dan kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan
kepramukan. 4) Product, pembina perlu meningkatkan program kepramukaan dengan
meningkatkan intensitas kegiatan kepramukan guna menghasilkan anggota pramuka yang bisa
berdampak langsung kepada masyarakat umum serta lingkungan sekolahnya.

Kata kunci: Evaluasi, Kegiatan Pramuka, Model CIPP

ABSTRACT

Scouting activities at all Senior High Schools in Kuranji District of Padang City are still
less carried out properly. Many learners do not follow the activities and are not active in the
process of scouting. This research aims to evaluate scouting activities using the evaluation of
CIPP (Context, Input, Process, Product) programs. This type of research is evaluative research.
This research was conducted at Senior High School in Kuranji District, Padang City and was
conducted in October and December 2021. Data collection techniques used observations,
interviews, and documentation to scout builders, learners, and front group managers and
school administration. Data analysis techniques are carried out descriptively qualitatively. The
results showed 1) Context, the material used in the scouting program has referred to the AD
and ART scouting movement, but in its implementation, the builder still has difficulty delivering
the material according to the program that has been given.2) Input, (a) The background of the
builder in accordance with the AD and ART Scouts, they have a certificate of proficient basic
and advanced, and able to establish good communication with learners and kamabigus.(b)
Facilities and infrastructure are still inadequate and not in accordance with AD and ART.3)
Process, The quality of the process of scouting program is in accordance with AD and ART and
permendikbud no. 63 of 2014, although there are still learners who experience difficulties and
lack of discipline in following scouting activities.4) Product, builders need to improve scouting
programs by increasing the intensity of scouting activities to produce scout members who can
have a direct impact on the general public and the school environment.

Keywords:evaluation, scouting activity, CIPP model

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika
pendidikan dalam suatu bangsa itu baik, maka akan dapat mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas baik dalam segi spiritual, intelegensi dan keterampilan.
Pendidikan merupakan pembelajaran bagi peserta didik yang dapat mengembangkan
keterampilan, sikap dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang
berakhlak mulia, terampil, serta cerdas.
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Presiden RI, 2003).
Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan
Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntunan perubahan
zaman. Undang-Undang di atas dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan
pendidikan, salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan kepramukaan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 63 Tahun 2014
Tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menegah pada Pasal 1 Ayat 1 bahwa pendidikan
kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak
mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Dan
Pasal 2 Ayat 2 bahwa kegiatan pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus
diikuti oleh seluruh peserta didik. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan untuk
meninternalisasikan nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan sosial,
kecintaan alam, dan kemandirian peserta didik. Gerakan Pramuka berfungsi sebagai
lembaga di luar sekolah dan sekaligus merupakan wadah pembinaan generasi muda
dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan. Dengan berperan aktif dalam
kegiatan kepramukaan, maka diharapkan dapat melatih diri untuk mengembangkan
minat dan bakat serta potensi yang dimiliki, berdisiplin diri dan memiliki rasa tangung
jawab yang tinggi.
Menurut Ariani (2015) tujuan dari kepramukaan tersebut sendiri adalah
mendidik dan membina remaja untuk mengembangkan mental, moral, spiritual,
intelektual para remaja untuk menjadi pemuda yang baik dan berguna. Pendidikan
kepramukaan di lingkungan sekolah menjadikan siswa memiliki jasmani sehat,
memiliki keterampilan yang berguna, mempunyai moral dan mental yang baik, penuh
kedisiplinan, dan yang paling pentingnya adalah membentuk siswa sebagai generasi
Indonesia yang memiliki iman dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Pelaksanaan kegiatan kepramukaan seharusnya berjalan sesuai dengan Keputusan
Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor 10/Munas/2003 tentang Rencana
Strategi Gerakan Pramuka 2004-2009 (Musyawarah Nasional, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat kegiatan kepramukaan di SMASe
Kecamatan Kuranji Kota Padangmasih kurang terlaksana dengan sebagaimana
mestinya, seperti peserta didik banyak yang tidak mengikuti kegiatan tersebut dan
peserta didik juga terlihat hadir tetapi tidak aktif dalam proses kegitan kepramukaan.Hal
tersebut tentu bertolak belakang dengan tujuan diadakan kegiatan kepramukaan.
Penulis sebelumnya telah melakukan wawancara dengan pembina pramuka di
SMASe Kecamatan Kuranji Kota Padang. Evaluasi berdasarkan wawancara penulis
dengan pembina pramuka, kegiatan kepramukaan di SMASe Kecamatan Kuranji Kota
Padang kurang terlaksana dengan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain, peran pembina pramuka, motivasi peserta didik, dukungan
kepala sekolah, dukungan majelis guru, dukungan orang tua lingkungan sekolah, sarana
dan prasarana.
Berdasarkan hal itulah penulis untuk pemanfaat dan pelaksanaan kegiatan
kepramukaan SMASe Kecamatan Kuranji Kota Padang. Ada beberapa model evaluasi
salah satunya evaluasi dengan menggunakan evaluasi program CIPP di anggap mampu
mengidentifikasi permasalahan, penemuan, serta menerapkan solusinya yang bersifat
mendasar sehingga dapat diketahui apakah proses kegiatan kepramukaan selama ini
dilaksanakan dapat diteruskan atau di revisi pada sekolah menegah atas (SMA) Se
Kecamatan Kuranji Kota Padang.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif ini
menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Evaluasi context
digunakan untuk mengindentifikasi dan menilai kebutuhan, problem, asset yang
mendasari disusunya suatu program. Evaluasi input dilakukan membantu pada
pengambil keputusan menilai pendekatan alternative, rencana tindakan, rencana staf dan
anggaran untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Evaluasi proses
dilakukan untuk membantu mengimplementasi keputusan sampai sejauh mana rencana
telah ditetapkan. Evaluasi produk, yaitu berupaya untuk mengindentifikasi dan
mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Penelitian ini dilakukan di SMA Sekecamatan Kuranji Kota Padang dan
dilakukan pada Bulan Oktober dan Desember Tahun 2021.Penelitian yang dilakukan
tentang evaluasi program kepramukaan di gugus depan sekolah menengah atas se
kecamatan kuranji kota padang. Peneliti melakukan penggalian data untuk mengetahui
lebih dalam program Kepramukaan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
yang dilakukan kepada Pembina pramuka, peserta didik, dan pengurus gugus depan
serta tata usaha sekolah. Hal-hal yang di teliti meliputi kepala sekolah, Pembina
Pramuka, sarana dan prasarana, proses pelaksanaan program Kepramukaan, dan hasil
program kepramukaan. Data primer dalam penelitian ini menggunakan alat
pengumpulan data berupa, dokumentasi, wawancara, observasi. Sedangkan data
sekunder dalam penelitian ini melalui dokumentasi yakni arsip data yang dimiliki
pengurus, pelatih berupa anggaran dasar dan anggaran rumahtangga (AD/ART),
program latihan serta catatan dari pengurus tentang prestasi kegiatan Kepramukaan.
Teknik Analisis data dalam penelitian ini di lakukan secara deskriptif kualitatif, dan
diperoleh dari hasil wawancara untuk jenis data primer maupun dari sumber lainnya
untuk data sekunder selanjutnya akan dianalisa untuk menilai apakah data yang
diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Keabsahan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan Teknik Triangulasi
dan teknik ketekunan pengamatan.
HASIL
1. Evaluasi Context (Konteks)
Hasil penelitian diketahui bahwa pembina pramuka SMA PGRI 4 Padang, SMA
N 5 Padang, SMA N 16 Padang telah membuat materi dengan berpedoman pada AD
dan ART pramuka yang terbaru tahun 2018, namun masih ada yang harus di perbaiki
baik itu dalam kepengurusan yang tersuktur dan progam yang harus tranparansi.
Pembina membuat materi tertentu saja karena sekolah melakukan kegiatan
kepramukaan baik reguler maupun aktualis serta blok di Sekolah. Materi dalam hal ini
program yang di buat oleh pembina mengarah kepada AD dan ART serta Permendikbut
no 63 tahun 2014 dan mengikuti berdasarkan sarana dan prasarana yang terdapat di
sekolah tersebut, sehingga tidak semua materi bisa di sampaikan seperti memahami dan
mempraktikan kegiatan yang mengacu kepada kegiatan alam terbuka. AD dan ART
hasil munas 2018 tentang Kepramukan menjelaskan semua kegiatan harus sesuai
dengan aturan dalam permendikbut tahun 2014 serta UU no 12 tahun 2010 yang mana
kegiatan kepramukaan harus mampu menciptakan suatu anggota ataupun pembina yang
berkualiatas dalam hal apapun (Munas, 2018).
2. Evaluasi Input (Masukan)
a. Latar Belakang Pembina
Latar belakang pembina pramuka sekecamatan Kuranji Kota Padang meliputi
ijazah KMD yang telah di ikuti. SMA PGRI 4 hanya memiliki 2 orang pembina putra
dan putri dengan ijazah hasil mengikuti kegiatan Kursus mahir dasar maupun kursus
mahir lanjut yang diadakan Kwartir cabang 09 kota padang maupun kwartir daerah 03
sumatera barat. SMA N 5 Padang memiliki 14 Pembina yang mana 4 orang pembina
Putra dan 10 Pembina putri dengan ijazah yang meraka dapatkan dari mengikuti
kegiatan Kursus mahir dasar maupun kursus mahir lanjut yang di adakan Kwartir
cabang 09 kota padang maupun kwartir daerah 03 sumatera barat. SMA N 16 Padang
mempunyai 7 pembina pramuka yang mana 4 Putra dan 3 putri dengan ijazah hasil dari
mengikuti kegiatan Kursus mahir dasar maupun kursus mahir lanjut yang di adakan
Kwartir cabang 09 kota padang maupun kwartir daerah 03 sumatera barat.
b. Sarana dan Prasarana
Kegiatan kepramukaan di SMA PGRI 4 Padang, SMAN 5 Padang, SMAN 16
Padang berpedoman dari AD dan ART tahun 2018, tetapi terdapat banyak sarana yang
belum lengkap dan masih kurang dalam menunjang kegiatan kepramukaan baik itu dari
segi sarana (tongkat, tali, tongkat, kompas dan lain-lain) serta prasarana (lapangan
ataupun tempat untuk peserta didik latihan) belum menujang kegiatan kepramukaan.
Setiap pembina pramuka yang ada pada setiap sekolah memiliki cara nya sendiri dalam
melengakapi setiap sarana dan prasarana yang di miliki guna menunjang kegiatan
pembinan praogram kepramukaan.
3. Evaluasi Process (Proses)
Evaluasi proses di SMA PGRI 4 Padang, SMAN 5 Padang, SMAN 16 Padang
peneliti membandingkan dengan hasil observasi dengan AD dan ART pramuka tahun
2018 Tentang anggaran dasar dana agaran rumah tangga gerakan kepramukan yang
mana kegiatan apakah sudah terjalan dengan sesuai dengan program yang telah di buat
oleh pembina dan telah di ikuti oleh peserta didik tapi masih banyak kurang baik itu
dalam segi waktu maupun sarana dan prasarana serta peserta didik yang masih
menganggap setiap kegaitan masih kurang disiplin dan segi kedatangan serta dalam
mengikuti kegiatan yang telah di lakukan pembina dan pembantu pembina itu sendiri.
4. Evaluasi Product (Produk)
Salah satu indikator program kepramukaan di katakan berhasil apabila
pencapaian prestasi maupun pengetahuan peserta didik telah memenuhi kriteria dari
hasil yang di tentukan dalam program kepramukaan itu sendiri yang mana dalam
permendikbud no 63 tahun 2014 yang mana peserta didik mampu menguasai wawasan
serta watak baik dalam segi spritual maupun emosional dalam kegiatan kepramukaan
maupun dalam berkehidupan sehari hari dalam lingkungan masyarakat serta lingkuan
sekolah (Menteri Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia, 2014).
Hasil evaluasi produk menunjukan rata rata peserta didik atau pun anggota
pramuka memiliki rata rata pemahaman ataupun pengetahuan yang sangat berubah
signifikan dari biasanya sebelum mengikuti kegiatan kepramukan itu sendiri.
Selanjutnya dilihat dari berbagai sekolah yaitu di SMA PGRI 4 Padang, SMAN 5
Padang, SMAN 16 Padang dimana tingkat hasil dari produk setiap program
kepramuakan itu sangat lah bervariasi tergantung bagaimana proses serta input yang ada
di setiap sekoalh itu sendiri baik itu dalam segi sarana dan prasarana maupun dalam segi
program yang diberikan oleh pembina itu sendiri serta dukuangan dari berbagai pihak
dalam menyuseskan program pramuka itu sendiri guna mendapatkan produk yang di
ingikan sesuai dengan permendikbut no 63 tahun 2014 serta UU no 12 tahun 2010 itu
sendiri. Dari hasil evaluasi produk ini menujukan bahwa program kepramukaan yang di
lakasanakan di SMA PGRI 4 Padang, SMAN 5 Padang, SMAN 16 Padang masih di
kategorikan baik,tentu hal ini berkaitan dengan tingkat keberhasilan peserta didik atau
anggota pramuka dalam menjalankan program yang di berikan oleh pembina itu sendiri
di setiap SMA yang ada di kecamtan kuranji kota padang.
PEMBAHASAN
1. Evaluasi Context (Konteks)
Hasil penelitian berdasar pada hasil obsevasi dan wawancara yang di dapatkan
dari kamabigus (kepala sekolah), pembina, pembantu pembina serta peserta didik
tentang program kepramukaan yang ada di SMA PGRI 4 Padang, SMA N 5 Padang,
SMA N 16 Padang. Yang mana konteks setiap kegaitan di sekolah memiliki variasi
terhadap struktuk kepenguruasan serta program yang diberikan kepada peserta didik
atau anggota pramuka itu sendiri, banyak hal yang juga harus di perhatikan dalam setiap
konteks program yang diberikan kepada peserta didik atau anggota pramuka baik dari
segi ketertarikan peserta didik itu sendiri dalam mengikuti kegaitan reguler maupun
kegaitan aktualisasi yang harus dipahami oleh pembina ataupun kamabigus itu sendiri
dalam hal izin dalam mengikuti kegaitan reguler maupun aktualisasi ketersedian
anggaran dalam setiap kegiatan guna menunjang kegiatan itu sendiri daln hal hal yang
paling mendasarka kendala yang sering di dapatkan dalam setiap hal baik dalam
kegaitan latihan maupun dalam kehadiran peserta didik atau anggota pramuka itu
sendiri.
Dalam program yang di berikan oleh pembina kadang materi yang di sampaikan
oleh pembina itu sendiri tidak samapi kepada peserta didik atau anggota pramuka itu
sendiri baik itu progam materi baik itu pengetahuan maupun keterampilan itu sendiri
seperti mana yang di sampaikan oleh Ariani (2015) bahwa kegiatan kepramukan itu
guna mendidik atau mebina peserta didik atau anggota pramuka itu sendiri untuk
mengembangakan mental, moral, spritual, serta intelektual para remaja untuk menajdi
pembuda yang berguna dan mempunyai sikap yang baik. Dengan demikian seorang
pembina juga harus mampu membuat program yang efektif dan yang tidak efektik yang
di smapaikan guna berjalan nya program kepramuakan yang di kendahaki oleh
permendikbud no 63 tahun 2014 serta UU no 12 tahun 2010 yang mana kegiatan
kepramuakn merupakan kegaitan no formal yang harus di lakasanakan di setiap tingkat
sekolah baik dari tingkat dasar sampai dengan atas.
Dari hasil yang peneliti dapatkan dalam penelitian yang sangat berkaitan dengan
tujuan, dalam penyampaian materi program kepramuakan terdapat beberpaa kompentesi
dasara maupun lanjutan dam program yang di berikan oleh pembina. Kompentensi
dasara meliputi teknik kepramuakn yang harus di miliki seperti prinsip dasar dan
metode kepramuakan serta dalam hal lanjut peserta didik sudah mampu membuat
keterampilan yang bisa berguna untuk dirinya sendiri mau pun orang lain contoh nya
membuat jembatan dengan menggunakan prinsip pembelajaran tali temali (pionering)
dan hal hal ini yang harus terus di tingkatkan oleh pembina guna mendapatak pramuka
penegak yang di inginkan dalam UU nomor 12 tahun 2010 (Presiden RI, 2010). Secara
keselurahan dari hasil observasi dan wawancara dengan kamabigus, pembina, pembantu
pembina, serta peserta didik atau anggota pramuka di SMA PGRI 4 Padang, SMA N 5
Padang, SMA N 16 Padang sudah berjalan semestinya tetapi masih ada kekurangan dari
materi masih banyak yang belum tersamapaikan sesuai dengan AD dan ART gerakan
pramuka tahun serta Permendikbut no 63 tahun 2014 itu sendiri.
2. Evaluasi Input (Masukan)
a. Latar belakang Pembina
Dilihat dari jumlah data, pembina di setiap SMA Kecamatan Kuranji Kota
Padang masih sedikit yang memiliki sertifikat dalam kepramukaan baik itu dalam KMD
maupun KML yang mana seorang pembina harus lah mempunyai sertifikat sesuai
dengan AD dan ART gerakan kepramukan tahun 2018. Sedangakan data yang ada
menunjukkan di SMA PGRI 4 hanya memiliki 2 orang pembina putra dan putri, SMA N
5 Padang memiliki 14 pembina yang mana 4 putra dan 10 putri, SMA N 16 Padang
mempunyai 7 pembina yaitu 4 putra dan 3 putri. Jumlah pembina yang harus dimiliki
ini dapat dikatakan masih kurang jika dibandingkan dari setiap jumlah peserta didik,
dimana di SMA PGRI 4 Padang mencapai 200 peserta didik, SMA N 5 Padang dan
SMA N 16 Padang yang sampai 1000 peserta didik. Menurut Anngadiredja (dalam
hanif, 2014) Pembina pramuka adalah orang yang berusia 20 tahun ke atas yang yang
mengusai metode kepramukan dengan baik dan mmapu berinovasi mau berkerja untuk
masa depan nantinya.
Pembina pramuka tersebut juga harus mempunyai pengalaman dalam membina
karna semua kegiatan baik itu teori maupun praktek juga harus tau bahwa dan resiko
yang harus di minimalisir terjadi karna semua kegaitan kepramukan cendurng atau
indentik dengan kegiatan alam terbuka dan harus mampu mengausi semua hal dalam
mebina seperti apa yang telah di kemukakan oleh Hanif (2014) mengatakan tugas utama
seorang pembina ialah seorang yang bisa berkembang dan tumbuh sesuai dengan tujuan
dari Gerakan Kepramukaan.
b. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil observasi serta hasil wawancara di SMA PGRI 4 Padang,
SMA N 5 Padang, SMA N 16 Padang masih banyak sarana yang tidak miliki mulai dari
sanggar pramuka yang tidak layak semestinya, suatu sanggar atau ruangan yang di atur
dalam Akreditasi Gugus depan sampai dengan perlengkapan dari tenda, tongkat, tali
yang masih sangat kurang dari segi pemanfaat kegaitan di setiap program yang di
berikan oleh pembina itu sendiri maupun materi yang di smapaiakan oleh orang luar
yang paham dengan teknik kepramukan itu sendiri. Dan semua sarpras harus lah di
lengkapi karena semua kegiatan membutuhkan sarpras yang layak guna terjalannya
program yang harus dilakasanakan oleh peserta didik atau anggota pramuka yang di
berikan oleh pembina itu sendiri.
3. Evaluasi Process (Proses)
Evaluasi proses pada program kepramuakan yang di lakaukan pada SMA PGRI
4 Padang, SMA N 5 Padang, SMA N 16 Padang di kecamatan Kuranji Kota Padang
yang meliputi program kepramukan yang terdiri dari teknik kepramukaan kegiatan di
luar sekolah serta hasil dari setiap kegiatan kepramukaan yang diikuti oleh peserta didik
maupun yang dilakukan pembina itu sendiri.
Pelaksanaan program kepramukaan di SMA PGRI 4 Padang dalam kategori
kurang baik, sementara program kepramukan di SMA N 5 Padang dan SMA N 16
Padang dalam kategori baik. Hasil penelitian berdasar pada hasil wawancara dan
observasi yang di lakukan peneiliti kepada pembina, peserta didik maupun kamabigus
itu sendiri. Rata rata kegiatan itu sudah berjalan sesuai dengan program yang telah di
berikan oleh pembina itu sendiri tapi masih banyak kekurangan dari sarpras yaang ada
di setiap sekolah yang kurang berbeda beda dan hal itu sangat mempengaruhi
keberhasilan dari progam kepramukaan tetapi bisa disiasati oleh pembina itu sendiri
dengan pengalaman membina yang sudah lama dan sebagai seorang pendidik itu sendiri
yang mampu membuat keberhasilan program itu sendiri serta peserta diidk atau anggota
pramuka yang antusis dalam mengikuti kegitan atau program yang di berikan oleh
pembina itu sendiri dalam hal apa pun baik itu tekpram ataupun hal hal mendasar yang
ada di dalam prinsip dasar dan metode kepramukaan yang di lakukan setiap kegiatan
kepramukan itu sendiri. Penggunan metode kepramuakaan yang pas dapat membuat
keberhasilan program yang di berikan oleh pembina seta kamabgisud yang didukung
oleh setiap struktur kepengurus yang ada di SMA di Kecamataan Kuranji Kota Padang,
dan pembina juag memiliki komunikasi yang bagus dengan peserta didik itu sendiri dan
kambigus guna menunjang program kepramukaan.
4. Evaluasi Product (Produk)
Hasil produk menunjukan rata-rata hasil yang di dapatkan dalam setiap kegiatan
kepramukaan yang di berikan oleh pembina dalam program sudah mampu membuat
peserta didik atau anggota pramuka memiliki wawasan dan pengetahuan baik itu dari
segi teknik kepramukaan yang d atur dalam AD dan ART gerakan pramuka maupun
materi emosional, spritual maupun kedispilin yang mampu mempengaruh perubahan-
perubahan yang sangat mendasar dalam semua segi kegaitan yang di lakukan oleh
peserta didik atau anggota pramuka itu sendiri yang dilakukan baik itu di dalam
lingkungan sekolah maupun dalam kegiatan prestasi yang di lakukan di luar sekolah
dengan membawa nama baik sekolah itu sendiri.
Hasil evaluasi produk menunjukan bahwa program kepramukaan di SMA PGRI
4 Padang dan SMA N 5 Padang sudah masuk dalam kategori baik, serta SMA N 16
Padang dalam kategori cukup baik. Program kepramukaan ini masih membutuhkan
perbaikan serta kegiatan yang harus di tingkatkan guna mendapatkan hasil yang lebih
sempurna dalam program yang telah di susun oleh pembina itu sendiri yang akan di
berikan kepada peserta didik atau anggota pramuka itu guna mendapatkan hasil yang
lebih baik. Berdasarkan hasil analisis dan observasi yang telah di lakukan untuk
program yang di berikan oleh pembina itu sendiri di SMA PGRI 4 Padang, SMA N 5
Padang, SMA N 16 Padang rata-rata sudah mendekati dari Permendikbud no 63 tahun
2014 yang mana pembentukan kepribadian, watak, kecakapan hidup serta akhlak mulia
yang harus di dapatkan oleh peserta didik atau anggota pramuka itu sendiri, namun
masih banyak peserta didik atau anggota pramuka yang memiliki kurang displin serta
semangat dalam pemberiakan program kepramukan yang di berikan oleh pembina itu
sendiri. Tujuan di berikan program kepramuakan yang sudah di atur dalam UU no 12
Tahun 2010 serta permendikbut no 63 tahun 2014 itu sendiri guna meningkatakn
wawasan peserta didik amupun anggota pramuka dalam hal kegaitan baik di dalam
maupun di luar sekolah yang di lakukan oleh peserta didik ataupun pembina pramuka.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat disimpulkan secara khusus sebagai
berikut. 1) Context, materi yang di gunakan dalam program kepramukan sudah mengacu
kepada AD dan ART gerakan kepramukan, akan tetapi dalam pelaksana pembina masih
kesuliatan menyapaikan materi sesuai program yang telah di berikan. 2) Input, (a) Latar
belakang pembina sesuai dengan AD dan ART Pramuka dimana harus memiliki
sertifikat Kurus mahir dasar dan Lanjutan dan mampu menjalin komunikasi yang baik
dengan peserta didik maupun kamabigus. (b) Sarana dan prasarana masih belum
memadai dan belum sesuai dengan AD dan ART. 3) Process, Kualitas proses
pelaksanana program kepramukan rata-rata sudah sesuai dengan AD dan ART dan
permendikbud no 63 tahun 2014, meskipun masih ada peserta didik atau anggota
pramuka yang mengalami kesulitan dan kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan
kepramukan. 4) Product, pembina perlu meningkatkan program kepramukaan dengan
meningkatkan intensitas kegiatan kepramukan guna menghasilkan peserta didik atau
anggota pramuka yang bisa berdampak langsung kepada masyarakat umum serta
lingkungan sekolah khususnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. (2015). Manajemen Ekstrakurikuler Pramuka. Manajer Pendidikan, 9(1), 65–
74.
Menteri Pendidikan Dan kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 Tentang
Pendidikan Kepramukaan Sebagai Ekstrakurikuler Wajib.
Musyawarah Nasional. (2003). Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka
Nomor 10/Munas/2003 tentang Rencana Strategi Gerakan Pramuka 2004-2009.
Musyawarah Nasional. (2018). Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka
2018 Nomor 07/MUNAS/2018 Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (2003).
Presiden Republik Indonesia. (2010). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.

Anda mungkin juga menyukai