A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian secara luas mengenai konsep atau teori
yang peneliti gunakan sebagai dasar dalam pembahasan dalam penelitian ini.
Selain itu juga akan disajikan beberapa penelitian relevan sebelumnya yang
1. Penelitian Terdahulu
adalah:
tercapai apabila Kepala Sekolah dan guru menerapkan dengan tiga pendekatan
yaitu, (1) Keteladanan dari Kepala Sekolah dan para guru serta karyawan
dan tata tertib sedini mungkin kepada peserta didik, dan (3) penegakan hukum
17
18
siswa terhadap tata tertib sekolah harus digali dari keteladanan dan penataan
dalam bidang olahraga maupun bidang lainnya, karena mereka terpacu bahwa
bukan jalan berpangku tangan akan tetapi dengan bekerja keras dan disiplin
faktor yang ada dalam dimensi pembelajaran tidak semua dapat dilaksanakan
dengan maksimal akan tetapi dengan adanya proses tersebut minimal siswa
sebabkan oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal, faktor
internal berupa faktor penghambat yang bersumber pada guru, sistem sekolah,
sekolah. Banyak guru terjebak dalam tugas mengajar sebagai rutinitas belaka,
kepada siswa menjadi lebih efektif, juga pendidikan budi pekerti yang lebih
dukungan dari komite sekolah dan orang tua juga masih sangat lemah.
analisis data menggunakan analis data dari Miles dan Huberman (1992: 16-18)
yang matang, jadwal latihan yang teratur, manajemen sekolah yang tertata
dukungan orang tua siswa dan masyarakat. Adapun rekomendasi yang dapat
kerja. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal, yang sarat
studi dokumentasi, dan studi literatur. Temuan penelitian ini ialah: (1) Unsur-
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist serta nilai-niai luhur Pancasila.
dan sanksi, serta metode keteladanan dari para kyiai serta pengajarnya. (4)
Zainal Mustafa bersifat internal dan eksternal. (5) Keunggulan hasil yang
g. Siti Aisah (Pascasarjana UPI, 2012), dengan judul penelitian: “Pola Integrasi
kepada Allah, jujur dan bertanggung jawab, mandiri, hormat, santun, cerdas,
peduli, kreatif, kerja sama, rendah hati dan toleransi. Nilai-nilai pendidikan
untuk berbuat dan berperilaku yang positif, diantaranya siswa di pagi hari
terbiasa dengan solat dzuha, bersikap jujur dan bertanggung jawab, disiplin,
dukungan, arahan, dan bimbingan baik dari orang tua siswa itu sendiri,
Jika dibuat tabelarisasi dari penelitian terdahulu maka dapat dilihat lebih
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Metode
No Judul Penelitian Masalah Hasil
Penelitian
1 Mokhamad Afandi Bagaimana Metode Pembinaan disiplin siswa di
Ridwan (2010), pendekatan yang deskriptif sekolah dapat tercapai apabila
”Implementasi digunakan untuk dengan Kepala Sekolah dan guru
Pendidikan Nilai menciptakan pendekatan menerapkan dengan tiga
Moral Melalui disiplin siswa? kualitatif pendekatan yaitu, (1)
Pembelajaran Pkn Keteladanan dari Kepala
dalam membina Sekolah dan para guru serta
Disiplin Siswa karyawan sekolah (2)
(Studi kasus di SMP Penegakan hukum secara
4 Cimahi Utara Kota preventif, persuasive dengan
Cimahi Provinsi sosialisasi dan tata tertib sedini
Jawa Barat)”. mungkin kepada peserta didik,
dan (3) penegakan hukum
secara reprensif dengan
memberi sangsi pada siswa
yang indisipliner
2 Ida Roswida ((2011) Bagaimana Metode Professionalisme guru PKn
“Pengaruh pengaruh survey berpengaruh secara signifikan
Profesionalisme profesionalisme deskriptif baik secara stimulant maupun
Guru PKn dan guru PKn terhadap secara parsial terhadap
Pelajaran PKN peningkatan peningkatan disiplin siswa,
Terhadap disiplin siswa sedangkan Pelajaran PKn sarat
Peningkatan dengan muatan moral belum
Disiplin Siswa SMA mencapai tujuan.ndukung guna
Di Wilayah meningkatkan kedisiplinan
Kecamatan Cililin siswa.hal ini di picu dengan
Kabupaten Bandung banyaknya siswa siswi yang
Barat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler bayak yang
berprestasi baik dalam bidang
olahraga maupun bidang
lainnya, karena mereka terpacu
bahwa keberhasilan seseorang
di dapat bukan jalan berpangku
tangan akan tetapi dengan
bekerja keras dan berdisiplin
dalam melakukan segala
tindakan.
25
a. Makna Pendidikan
oleh para pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks penggunaan masing-
1988: 4). Dalam konsteks ini, istilah pendidikan dapat dimaknai sebagai proses
1 adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(1988:3) berarti:
Pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup
masyarakat tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat
mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke
genarasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.
nilai, dan ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain. Hal senada juga
dan perannya di dalam mewariskankan warisan budaya dari satu generasi kepada
29
mereka.
bersumber pada norma, etika, tradisi budaya yang dianutnya kepada generasi
didiknya.
diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, hukum, tata
krama dan sopan santun, norma budaya/adat istiadat masyarakat. Apabila budi
pekerti disinonimkan dengan moral, kata moral berasal dari kata mores (bahasa
latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat
(Pratidarmanastiti,1991:19).
manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma,
merupakan sesuatu yang dianut, diyakini serta dijunjung tinggi oleh seseorang dan
yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya di masa yang akan datang.
agar mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi,
sebagai suatu upaya untuk membentuk peserta didik sebagai pribadi seutuhnya
yang tercermin dalam kata, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, dan hasil karya
berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa Indonesia
memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan
perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui
ukuran norma agama, norma hukum, tata karma dan sopan santun, norma budaya
Budi pekerti sebagai nilai-nilai perilaku individu, dapat terukur dari ucapan,
tindakan dan perangainya yang tampak di permukaan serta terlihat oleh individu lain.
31
Adapun ukuran budi pekerti individu dapat terefleksi dari; (a) kedisiplinan, (b) etika
dan (c) estetika (Sunanto, 2000 dalam http://www. c1tracking.com, diakses tanggal 7
September 2011). Refleksi budi pekerti dapat diukur dengan indikator sebagai
berikut:
b) merokok di sekolah;
September 2011) memaparkan tentang tiga teori yang mendasari pendidikan budi
pekerti antara lain teori kognitif, teori belajar sosial, dan teori psikoanalisis
sebagai berikut. Pertama, teori kognitif, teori ini dirintis Jean Pieget kemudian
dikembangan Law Kohlberg membagi enam tahap permikiran moral; (1) orientasi
hadiah dan hukuman, sasarannya adalah anak mulai usia 3 tahun. Jika berbuat
baik diberi hadiah dan sebaliknya pada suatu hari anak membuang sampah di
sembarang tempat, katakan, "Nak, ayo buang di kotak ini!" ujar mamanya; (2)
perilaku anak untuk menyenangkan lingkungan mereka; (4) orientasi aturan dan
kontrak sosial dan hak individu, yaitu yang menyatakan kepatuhan terhadap hak
dan prosedurnya; dan (6) etika universal yang berdasarkan atas hati nurani.
behaviorism John Watson serta B.F Skiner. Teori ini menganggap sosok manusia,
Selain itu, ras, institusi, suku, adat istiadat ikut mengukirnya. Baik atau buruk
Freud melibatkan tiga bagian, yaitu "ide" yang menunjukkan dorongan hewani,
liar, "ego" menggambarkan prinsip dan kerja realita untuk mengukur tindakan,
sebagai agen kontrol serta menjaga seseorang dari tindakan salah, buruk atau
moral, kemudian mengajarkan apa yang salah dan benar. Orang tua sangat
dominan membentuk superego anak menjadi amat baik. Sekolah dalam hal ini
yang berkembang berdasarkan tingkat kematangan anak. Teori belajar sosial lebih
anak, dimana lingkungan mempunyai andil yang besar dalam memupuk moralitas
anak. Sedang teori psikoanalisis, lebih menitik beratkan kepada anak sebagai
pribadi, yang didalam pribadi anak terdapat tiga kekuatan yang dikenal dengan
ide, ego, dan superego. Ketiga dorongan tersebut mewakili kutub negatif, positif,
dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur (Haidar,
2004:35). Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan Budi Pekerti, nilai-
nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia, yaitu tertanamnya
34
nilai-nilai akhlak yang mulia ke dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud
meliputi:
Secara umum, dapat dikatakan bahwa hakekat dari tujuan pendidikan budi
pekerti adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat dan warga negara yang baik. Indikator manusia yang baik, warga
masyarakat dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa,
secara umum didasarkan atas nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi
oleh budaya masyarakat atau bangsa tersebut. Oleh karena itu, hakikat pendidikan
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
Adapun fungsi pendidikan budi pekerti bagi peserta didik menurut Zuriah
(2007:221) meliputi:
35
menurut Haidar (2004:220) dapat dibagi ke dalam 3 ranah, yaitu: Pertama ranah
kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-
membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua dapat digolongkan sebagai
aspek pendidikan budi pekerti dicapai mulai dari memiliki pengetahuan tentang
berperilaku sesuai dengan apa yang diketahuinya dan apa yang disikapinya.
mesti mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk. Selanjutnya bagaimana
37
seseorang memiliki sikap terhadap baik dan buruk, dimana seseorang sampai ke
social stimuli and the quality of his adaptation to the social features of his
environment’. Dia memandang kepribadian itu sebagai suatu yang terjalin dalam
hubungan sosial.
“personality is those habits and habits system of social importance that are stable
karakter individu atau pembentukan budi pekerti seorang peserta didik tidak akan
lepas dari kepribadian yang dimiliki oleh siswa tersebut. Sebagaimana diketahui
38
bahwa anak pada usia sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP) tergolong kedalam
terjadi loncatan lagi pada usia 13-16 tahun yaitu masa remaja awal”, dimana
perkembangan aspek sosial sangat pesat, akan tetapi pada masa ini masih
dirinya.Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam
(0-4 tahun) sebagai binatang melata dan berjalan, masa anak (4-8 tahun) sebagai
manusia pemburu, masa puber atau remaja awal (8-12 tahun) sebagai manusia
biadab/liar, dan masa adolesen atau remaja sesungguhnya (12-13 sampai dewasa)
dimulai dengan masa gejolak perasaan, konflik nilai, dan berakhir sebagai
manusia berperadaban modern. Sedangkan dari segi psikis anak usia remaja ke
perkembangan anak usia SMP, sehingga dapat menerapkannya baik dalam proses
yang dapat membantu membentuk budi pekerti peserta didik tersebut dengan tidak
39
terbentuk dalam diri peserta didik tersebut. Jadi guru dapat mengetahui tindakan
apa yang tepat dalam meluruskan setiap perbuatan yang menyimpang dari peserta
didiknya sambil menanamkan kembali nilai-nilai budi pekerti yang harus dimiliki
pendidikan budi pekerti di sekolah perlu didukung oleh keluarga dan masyarakat.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal perlu mengambil peran dalam
pengembangan sisi afektif peserta didik. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan
perilaku peserta didik sebab budi pekerti pada dasarnya bukan penguasaan
pengetahuan atau penguasaan kognitif semata. Sampai saat ini, pembelajaran budi
seluruh mata pelajaran, terutama pada mata pelajaran Agama dan Pendidikan
diharapkan peserta didik dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-
norma luhur yang ada dalam masyarakat. Berbagai perilaku dasar dan sikap yang
Tabel 2.2
Nilai-nilai Budi Pekerti
12. Menumbuhkan cinta dan kasih Sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan
sayang adanya unsur memberi perhatian, perlindungan,
penghormatan, tanggung jawab dan pengorbanan
terhadap orang yang dicintai dan dikasihi.
13. Memiliki kebersamaan dan Sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan
gotong royong adanya kesadaran dan kemauan bersama-sama, saling
membantu, dan saling memberi tanpa pamrih.
14. Memiliki rasa kesetiakawanan Sikap dan perilaku yang mencerminkan kepedulian
kepada orang lain, keteguhan hati, rasa setia kawan,
dan rasa cinta terhadap orang lain dan kelompoknya.
15. Saling menghormati Sikap dan perilaku untuk menghargai dalam
hubungan antarindividu dan kelompok berdasarkan
norma dan tata cara yang berlaku.
16. Memiliki tata krama dan sopan Sikap dan perilaku sopan santun dalam bertindak dan
santun bertutur kata terhadap orang tanpa menyinggung atau
menyakiti serta menghargai tata cara yang berlaku
sesuai dengan norma, budaya, dan adat istiadat.
17. Memiliki rasa malu Sikap dan perilaku yang menunjukkan tidak enak hati,
hina, dan rendah karena berbuat sesuatu yang tidak
sesuai dengan hati nurani, norma dan aturan.
18. Menumbuhkan kejujuran Sikap dan perilaku untuk bertindak dengan
sesuangguhnya dan apa adanya, tidak berbohong,
tidak dibuat-buat, tidak ditambah dan tidak dikurangi,
dan tidak menyembunyikan kejujuran.
Sumber: Puskur Depdiknas, 2001
Nilai-nilai budi pekerti pada tabel di atas, menunjukkan nilai bidi pekerti
kepada Tuhan, budi pekerti kepada sesama manusia, dan budi pekerti terhadap
lingkungan sekitar. Hal ini menujukkan posisi manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan, dan sebagai mahluk sosial yang bermoral. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan
mahluk sosial manusia senantiasa akan bersosialisasi dengan manusia lain dan
lingkungannya.
42
Maksud teladan di sini adalah menunjukkan sikap dan tingkah laku yang
baik, misalnya berpakaian dengan sopan dan rapi, bertutur kata dengan
lingkungan sekolah.
b) Kegiatan Spontan
Maksud kegiatan spontan di sini adalah sikap dan perilaku peserta didik
c) Teguran
Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan
d) Pengkondisian Lingkungan
jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh
43
peserta didik, aturan tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat
e) Kegiatan Rutin
terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah
dahulu dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh guru. Hal ini dilakukan
oleh sekolah.
Tabel 2.3
Contoh Pengintegrasian Perilaku Minimal dalam Kegiatan yang
Diprogramkan
Perilaku Minimal Contoh Pengintegrasian
Taat kepada ajaran agama Diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-
hari besar keagamaan
Toleransi Diintegrasikan pada saat kegiatan yang
menggunakan metode Tanya jawab dan
diskusi kelompok
Disiplin Diintegrasikan pada saat olah raga, upacara
bebdera dan menyelesaikan tugas dari guru
Tanggung jawab Diintegrasikan pada saat tugas piket
kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan guru.
Kasih sayang Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan
44
dalam setiap kegiatan, baik di dalam maupun di luar kelas. Penintegrasian tersebut
bermaksud untuk selalu mengikut sertakan budi pekerti dalam setiap kegiatan,
sehingga budi pekerti ini akan selalu melekat pada diri siswa.
untuk kembali diajarkan atau diberikan kepada peserta didik sudah lama
penyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik yang terkait dengan masalah
social sekaligus juga masalah hukum seperti tawuran yang membawa korban,
berintikan pengalaman sebab yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan,
sebagai sesuatu yang istimewa karena dengan kebiasaan tersebut manusia dapat
memiliki kekuatan yang melekat pada pribadi seseorang yang membimbing setiap
langkah dan perbuatan sesuai dengan akhlak yang diharapkan baik dalam ajaran
untuk menguatkan hafalan-hafalan pada anak didik, dan untuk penanaman sikap
maka akibatnya dia hafal doa itu dan para sahabatnya yang mendengarpun hafal
doa tersebut.
berikut:
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
sendiri. Jadi dalam oprasionalnya para guru pada jenjang Pendidikan Dasar dan
masing dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
48
Standar Proses, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, serta Standar
Pelayanan.
(SI) dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka setiap
Pendidikan (KTSP) yang memuat komponen Visi dan Misi Sekolah, Tujuan
tabel berikut:
Tabel 2.4
Kegiatan Pembiasaan
pembelajaran
3) Shalat Dluha bersama dan tadarus surat-surat
pendek ( Juzz Amma )
4) Dzikir bersama setiap jum’at pagi
5) Shalat Dzuhur berjamaah
6) Pengumpulan Infaq
7) Pemeriksaan kuku, gigi dan rambut peserta
didik dan berbaris sebelum masuk kelas
8) Membaca Asma’ul Husna
1) Pembentukan perilaku melalui Budaya 3 S
( Senyum, Sapa dan Salam )
2) Membuang sampah pada tempatnya melalui
Kegiatan Spontan
budaya TSP ( Tahan, Simpan, Pungut )
(Kegiatan tidak terjadwal
3) Budaya antri
dalam kegiatan khusus )
4) Mengatasi silang pendapat
5) Bermusawarah dalam menyelesaikan
masalah/persoalan
1) Berpakaian rapi
2) Berbahasa yang baik
Keteladanan (Kegiatan
3) Rajin membaca
dalam bentuk perilaku
4) Memuji kebaikan/keberhasilan orang lain
sehari-hari)
5) Datang tepat waktu
6) Membiasakan tidak merokok dalam kelas
Sumber: Puskur, Depdiknas 2001
haruslah berjalan secara beriringan dan saling mendukung satu sama lainnya, baik
yang terprogram atau yang tidak terprogram. Sehingga kedua kegiatan tersebut
pribadi siswa yang berbudi pekerti luhur. Budi pekerti luhur ini sangat diperlukan
a. Pengertian Disiplin
tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti
kegiatan belajar tersebut,bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-
discipline, berarti tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri
Dalam bahasa Indonesia istilah disiplin kerap kali terkait dan menyatu
dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong
atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya Istilah
disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran
dan dorongan dari dalam diri orang itu. Istilah tata tertib berarti separangkat
peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
tujuannya adalah memberitahukan kepada anak-anak perilaku mana yang baik dan
standarstandar ini.
nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu
antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik
suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem
51
tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah
bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta
merupakan bantuan kepada peserta didik agar mampu berdiri sendiri (help for self
help).
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan
pengalaman.
makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang
dan mengikuti aturan yang ada. Menurut Arikunto (1990:155), peraturan dan tata
tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai
peraturan dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Di
dalam kehidupan sekolah peraturan dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga
peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku. Belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
1) Disiplin Preventif
Adalah tindakan yang didorong para karyawan untuk taat kepada berbagai
ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya
terletak pada disiplin pribadi para anggota organisasi.dalam hal ini terdapat 3
53
pribadi.
2) Disiplin Korektif
bertahap. Dalam hal ini Horald D.Garret ( 1994 ) menyebutkan bahwa bila
dalam intruksinya seorang karyawan dari unit kelompok kerja memiliki tugas
yang sudah jelas dan sudah mendengarkan masalah yang perlu dilakukan
untuk mencapai standar kriteria tata tertib maka sekalipun agak enggan perlu
sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan disiplin itu sesuatu yang
menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tinggkah
lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak
proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan
berkesinambungan dilakukan.
b. Unsur-unsur Disiplin
kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan
dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan
diajarkan
laku.
c. Fungsi Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi
akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.
Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi disiplin menurut Tulus (2004:38) yaitu :
tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu
2) Membangun Kepribadian
3) Melatih Kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk
serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang
4) Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif
kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan
ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri.
Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan
dari luar.
5) Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh
siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib
tersebut. Ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberi
56
dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa
lemah.
pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan
sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan
pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti
d. Perlunya Disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapa pun dan di mana pun. Hal itu disebabkan di
mana pun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib. Soegeng
rumah sakit, di stasiun, naik bus, naik lift, dan sebagainya, diperlukan adanya
dalam hidupnya di mana pun berada. Apabila manusia mengabaikan disiplin, akan
perilaku hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di tempat manusia
dalam membentuk individu yang berciri keunggulan”. Disiplin itu penting karena
alasan
berikut ini.
1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas, menjadi kurang
4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan
setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib
berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut
disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya
yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang
dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
Dalam suatu sekolah, usaha untuk menciptakan disiplin selain melalui tata
tertib atau peraturan yang diperlukan juga adanya penjabaran tugas dan wewenang
yang jelas dan sederhana yang dengan mudah dapat diikuti apabila aturan, norma
hokum dan tata tertib yang belaku tersebut sudah dilaksanakan dan ditaati.
Pengertian disiplin dalam arti sempit berarti menghukum. Pengertian ini menjadi
hal yang umum sehingga bermakna negative, namun kalau dicermati lebih
59
sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan-peraturan, baik
organisasi dan norma-norma social yang berlaku. Lain halnya dengan Soekanto
agar segala perbuatan selalu mentaati tata tertib, 2) ketaatan pada aturan dan tata
tertib.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa untuk selalu mentaati tata
tertib atau aturan yang berlaku dalam suatu sekolah harus atas dasar kesadaran
melaksanakan tugas atau menjalani proses pembelajaran dan dengan sadar apabila
secara pribadi, kelompok, maupun organisasi, sebab disiplin itu sendiri adalah
suatu kondisi yang tercipta karena adanya perilaku. Perilaku siswa akan
mempengaruhi perilaku sekolah dimana dia belajar, perilaku keluarga akan dapat
siswa dapat mempengaruhi citra sekolah tersebut, dan seterusnya yang pada
gilirannya akan membawa nama baik atau buruknya suatu bangsa, seperti yang
60
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
ketertiban “.
menjadi bagian dari perilaku siswa dalam hidupnya, sehingga sebelum orang lain
menyatakan “aneh” kalau dia berbuat menyimpang, maka dirinya terlebih dahulu
sudah merasa risi, malu dan berdosa telah melakukan penyimpangan. Disiplin
dilakukan atau tidak boleh dilakukan, apa yang sepatutnya dan apa yang tidak
1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran
dan pengendalian watak;
2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma,
criteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan (sukses);
3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati,
untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
seperti apa yang dikemukakan oleh G.R.Terry (1996:108) ada dua macam
disiplin, meliputi :
mewujudkan disiplin yang baik dalam suatu sekolah dijelaskan oleh Orduay Tead
disiplin yang baik dapat ditujukan dan dijamin melalui peraturan (a)
sedapat mungkin terperinci dan terpisah (b) cukup singkat dan sederhana
(c) sedapat mungkin jelas hubungan dengan adanya sanksi/hukuman.
Peraturan tersebut seyogyanya dapat diketahui secara luas oleh siswa
melalui buku pedoman, surat edaran yang ditempel di papan
pengumuman, penjelasan secara lisan kepada siswa baru dan cara-cara lain
yang jelas.
sekolah, dan
persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa
kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai
tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat
internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah
masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai
disinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah.
disiplin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan atau tata tertib
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil
dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak
untuk menghasilkan kendali diri dan kebiasaan untuk patuh. Disiplin dalam
kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga
yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat
kesalahan dan berupa sanksi. Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan
berarti orang yang disiplin adalah yang mampu mengendalikan diri untuk
masyarakat, atau bangsa selalu terikat kepada berbagai peraturan yang mengatur
atau negara. Bagi siswa perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan
yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi
daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat
lebih memacu dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul
karena adanya pengawasan dari orang lain. Seorang siswa yang bertindak disiplin
apabila tidak ada pengawas. Karena itu perlu ditegakkan di sekolah berupa
koreksi dan sanksi. Apabila melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu
pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini
sejak kecil oleh orang tuanya. Anak yang dididik disiplin, perlu mendapatkan
perlakuan yang sesuai/sepatutnya bagi orang yang belajar. Apabila anak telah
mengetahui kegunaan dari disiplin, maka siswa sebagai manifestasi dari tindakan
keterpaksaan atau paksaan dari orang lain. Sehingga siswa akan berlaku tertib dan
teratur dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dan akan menghasilkan
suatu sistem aturan tata laku. Dimana siswa selalu terikat kepada berbagai
lingkungan keluarganya. Suatu hal yang menjadi titik tolak dalam disiplin adalah
sikap dan tindakan yang senantiasa taat dan mau melaksanakan keteraturan dalam
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa
adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar. Dengan
demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata
tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
(kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar
di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa
dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain
65
berikut: (1) Ketaatan, adalalah suatu sikap/perilaku individu yang mengikuti apa-
apa yang menurut dirinya perintah atau aturan yang harus dijalaninya dengan
sikap atau perilaku individu yang tunduk atas segala perintah dan aturan tanpa
mengkaji terlebih dahulu benar tidaknya perintah tersebut; (3) Kesetiaan, adalah
sikap atau perilaku individu yang dengan kontinyu melaksanakan aturan atau
aturan atau perintah itu; (4) Keteraturan, adalak sikap atau perilaku individu yang
dalam melaksanakan aturan atau perintah mengikuti berulang secara tetap; (5)
Ketertiban, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan
atau perintah urutan dan tahapan yang benar; (6) Komitmen, adalah sikap atau
perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau perintah penuh rasa
tanggung jawab; (7) Konsisten, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam
menjalankan aturan atau perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau teguh
macam disiplin belajar yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan
Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan ketaatan
sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah
yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dari
tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah yang ditunjukkan
dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau melaksanakan tata tertib
di sekolah adalah suatu cara masyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang
(1980:83) adalah sebagai berikut: (1) Patuh dan taat terhadap tata tertib di
Disiplin turut berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat terlihat
pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan
teratur, serta akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Faktor-faktor belajar
udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar, (2) faktor
jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.
disiplin diri siswa antara lain (1) sering mengkritik pekerjaan siswa tanpa
memberi solusi,(2) memberi tugas tapi tidak pernah memberi umpan balik, dan
penegakan disiplin menjadi kurang efektif, merusak kepribadian dan harga diri
berbagai peraturan yang disebut tata tertib. Berbagai macam aturan yang harus
dijalankan oleh siswa termuat di dalamnya termasuk berbagai sanksi yang akan
dijatuhkan apabila siswa melanggar peraturan tata tertib sekolah. Meskipun sudah
ada tata tertib yang disertai berbagai sanksi dan hukuman, belum tentu siswa mau
terpenuhi.
disiplin yang lain diantaranya: (a) Disiplin sekolah yang kurang direncanakan
69
dengan baik dan mantap; (b) Perencanaan yang baik, tetapi implementasinya
kurang baik dan kurang dimonitor oleh kepala sekolah; (c) Penerapan disiplin
yang tidak konsisten dan tidak konsekuen; (d) Kebijakan kepala sekolah yang
kerja sama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan implementasi disiplin
sekolah; (f) Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dalam menangani
disiplin sekolah, secara khusus siswa yang bermasalah; (g) Siswa di sekolah
tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah dalam disiplin diri. Mereka
Agar disiplin dapat dilakukan dengan baik, kita harus dapat menjaga
personality anak, penegasan yang kuat dan kesadaran diri dari tingkat usia yang
berbeda, dalam hal ini dapat digunakan "Teknik Perkembangan" untuk dapat
mengendalikan anak sebaik mungkin setiap harinya. Hal tersebut dapat di lihat
a. Usia 0-18 bulan, kata yang menjadi favorit anak adalah "Tidak!" dan yang
b. Usia 1,5-2 tahun, merupakan usia yang berlawanan yang ekstrem. Hindari
kalimat pembuka seperti "Mari kita." dan "Bagaimana mengenai ." Anak
berganti pakaian.
d. Usia 4 tahun, anak sudah mampu dibatasi dan diberi peraturan. Tetapi kita
perkembangannya. Jika ditangani dengan kasih sayang dan rasa hormat untuk
disekitarnya. Cara yang efektif untuk menerapkan disiplin pada anak adalah
71
lakukanlah disiplin tersebut secara konsisten dan yakin dengan tindakan yang kita
lakukan.
Imron (1995:65) teknik yang digunakan dalam pembinaan disiplin belajar yaitu:
control adalah pembinaan disiplin belajar dengan mengendalikan dari luar yaitu
berupa bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
menumbuhkan kesadaran pada diri siswa akan pentingnya disiplin dalam belajar.
Dengan adanya kesadaran yang timbul dari jiwa siswa itu sendiri, diharapkan
berbagai macam peraturan yang ada, misalnya; tata tertib sekolah, tata tertib di
kelas, kewajiban dan tugas siswa, selalu ditaati tanpa harus dipaksa dengan
hukuman.
tujuan bersama, siswa dibina agar mempunyai tujuan yang hendak dicapai secara
bersama. Setiap siswa mempunyai tujuan bersama yaitu untuk mencapai prestasi
belajar yang tinggi, suasana dalam kelas menentukan kemampuan seorang siswa
dalam menyerap dan memahami berbagai pelajaran. Oleh karena itu haruslah
72
menumbuhkan kedisiplinan pada diri siswa menjadi bagian integral dari suatu
proses atau kegiatan belajar. Ada beberap teknik atau cara untuk menumbuhkan
dan membina disiplin diri siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Tulus
(2004:44) sebagai berikut: “(1) Teknik Disiplin Otoritarian, (2) Teknik Disiplin
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Disiplin
disiplin itu harus dilakukan dan apa tujuan disiplin itu. Orang hanya berfikir
kalau harus dan wajib mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku. Teknik
ini biasanya tidak akan berhasil dengan baik dalam menumbuhkan dan
sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Siswa yang berbuat sesuatu,
dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku
tidak diberi sanksi atau hukuman. Akibat dari teknik ini akan mengalami
belajar.
mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek
edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada
yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud
akan membuahkan hasil yang lebih baik karena siswa diberi kesempatan untuk
mengambil keputusan.
demokratis karena remaja telah mampu berpikir analitis, mereka tahu perbuatan
yang baik dan yang buruk, serta mampu mengungkapkan pendapatnya. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan disiplin siswa, khususnya disiplin belajar yaitu
Melalui pelayanan ini siswa akan lebih mampu mengarahkan diri, mengendalikan
74
diri, serta memiliki kesadaraan diri dalam hal belajar. Dengan teknik demokratis
siswa mampu melakukan hal yang benar tanpa ada yang mengawasi.
antara lain sebagai beriku: (1) Pelajari kemunduran untuk menempuh jalan ke
arah kebersihan; (2) Jangan sekali-kali menyalahkan nasib buruk; (3) Gabungkan
ketekunan dan eksperimen-eksperimen baru; (4) Ingat, bahwa dalam setiap situasi
selalu ada segi baik dan positif. Temukan segi positif itu dan buang keputus asaan.
sebagai usaha yang perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah:
pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di
perguruan tinggi yang identik dengan istilah ”social studies” dalam kurikulum
2009:19 ).
sosial, psikologis, filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Konsep IPS di
atas sejalan dengan rumusan tentang studi sosial dari National Council for the
Social Study.
(http://en.wikipedia.org/wiki/
Talk:National_Council_for_the_Social_Studies)
IPS merupakan kajian antar disiplin ilmu yaitu ilmu-ilmu sosial dan
IPS sebagai program sekolah mengadakan kajian terpadu dan sistematis yang
sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi serta ilmu-
studi sosial merupakan mata pelajaran yang langsung berkaitan dengan organisasi
bahwa pengetahuan sosial adalah studi tentang manusia untuk menolong siswa
mengenal dirinya sendiri maupun dengan orang lain, di dalam suatu masyarakat
yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat atau waktu sebagai individu
seperti halnya manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat yang bersatu.
sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Makna synthetic
kenegaraan. Secara lebih tegas, bahwa Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan,
bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara
reflektif.
sosial dari kajian berbagai bidang ilmu, baik ilmu sosial, humaniora maupun sain.
Oleh karena itu IPS merupakan kajian yang bersifat interdisipliner karena
menggunakan dan menghubungkan tinjauan berbagai ilmu, terpadu karena isu dan
masalah yang dikajinya dihubungkan, dipadukan antara satu masalah dengan yang
lainnya.
informasi dan ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu siswa untuk belajar
78
lebih banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Dimensi yang
menyangkut pengetahuan sosial mencakup: (1) fakta; (2) konsep; dan (3)
kecenderungan tertentu.
Tindakan sosial ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan
sosial dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif, dengan jalan ;
berlatih secara konkret dan praktek, belajar dari apa yang diketahui dan dipikirkan
tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang dilakukan dan
bagaimana caranya dengan demikian siswa akan belajar menjadi warga negara
memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak memahami pengalamannya dan
menemukan arti atau makna dalam kehidupannya. Dalam tujuan pertama ini
prestasinya sebagai bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara.
memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang
standar isi disebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah : (1) mengenal konsep-
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Sementara itu
pada peserta didik adalah menjadikan warga negara yang baik, melatih
Secara khusus tujuan pendidikan IPS untuk tingkat SMP Sapriya (2009 :
B. Kerangka Pemikiran
kesadaran diri untuk dipraktekan dalam kehidupannya melalui proses yang amat
panjang, mulai dari apa yang diketahui manusia sampai terbentuk menjadi pekerti
untuk membangun generasi masa depan agar selain cerdas juga berakhlak dan
berbudi pekerti luhur sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasiona; yang tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, bab II, pasal 3
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
82
penanaman nilai-nilai budi pekerti masih sangat kurang sebagai akibat tekanan
ekonomi. Para orang tua sibuk memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup. Dengan
demikian peran aktif orang tua atau keluarga, sekolah dan masyarakat sangat
dituntut dalam upaya menganggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti anak.
pendidikan budi pekerti yang didasarkan pada tiga hal pertimbangan yaitu: (1)
remaja dewasa ini; (3) suatu kebangkitan kembali dan perlunya nilai-nilai etik,
Budi pekerti adalah perilaku atau tingkal laku nyata dalam kehidupan
jadi pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada
diri manusia, sehingga menjadi bagian dari kehidupannya dan diamalkan dalam
selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagi bekal masa depannya, agar
memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan
ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja, dan hasil karya berdasarkan
nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa (Depdiknas, 2004:9).
adalah mendidik dalam arti menuntun perkembangan fungsi cipta, rasa dan karsa
manusia selalu menuju kepada nilai-nilai yang baik dan luhur, yakni: (1) dibidang
cipta, pikiran agar selalu dapat berpikir yang benar, bernilai kebaikan dan
kepentingan umum; (2) dibidang rasa, selalu tertuju pada perasaan-perasaan yang
baik, luhur dan indah (estetis); (3) Dibidang karsa, kemauan dan keinginan selalu
tertuju pada kemauan-kemauan dan keinginan yang baik, luhur dan susila (etis).
diterapkan dalan jalur pendidikan formal baik melalui mata pelajaran maupun
kita sebagai pendidik mengupayakan strategi, metode dan bentuk evaluasi apa
yang dapat digunakan untuk menilai budi pekerti tersebut sehingga dapat menjadi
untuk dilaksanakan dan terapkan pada peserta didiknya di mana dalam kurikulum
rencana kegiatan pemebelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Dalam
norma sehingga terbentuk warga negara yang baik “good citizenship”, sehingga
84
sekolah merupakan tempat yang cocok untuk menanamkan sikap disiplin peserta
pembentukan disiplin siswa juga sebab dalam kegiatan tersebut peserta didik
diajak untuk menjalankan nilai-nilai akhlak mulia sebagai warisan leluhur bangsa
Indonesia.
ini yang sedikit tidaknya membawa dampat terhadap perilaku peserta didik yang
dengan membangkitkan kembali disiplin siswa dalam dirinya sebagai jati diri
bangsa.
nilai-nilai. Di mana lingkungan fisik adalah lingkungan alam dan buatan manusia
yang berupa sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang proses interaksi
antara pendidik dan peserta didik serta orang-orang lain yang terlibat dalam
85
intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang
kehidupan nilai baik nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika
maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau
kelompok tertentu.
sekolah lebih bersifat formal sebab ada kurikulum sebagai rencana pendidikan dan
pengajaran, ada guru-guru, ada sarana dan prasarana pembelajaran serta ada
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan sebagai kelanjutan dari apa yang telah
individu (anak, remaja, atau orang dewasa) dengan status lain yang menunjukkan
lingkungan masyarakat lebih bersifat terbuka, sebab bahan yang dipelajari adalah
mencakup seluruh aspek kehidupan, dengan sumber belajar semua yang ada
Jiwa manusia dapat diukur kualitasnya yang tercermin dalam perbuatan atau
tindakan sebagai pribadi yang multi dimensi. Perbuatan yang disadari oleh hati
akan berimplikasi pada hukum benar atau salah, sedangkan perbuatan yang tidak
disadari oleh hati tidak akan berimplikasi pada hukum benar atau salah.
penyakit, perasaan takut, getaran, kedamaian, keberanian, cinta dan kasih sayang,
diukur melalui kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma
hukum, tata karma, dan sopan santun, serta norma budaya atau adat istiadat
hal-hal yang perlu dijadikan kebiasaan tingkah laku adalah (a) sopan santun atau
Pembiasaan tingkah laku sopan adalah akhlak yang bersifat lahiriah yang
ukurannya bertumpu pada cara pandang suatu masyarakat, artinya tingkah laku yang
penekanan terutama (Mubarok, 2009:211): (1) kepada orang yang lebih tua, orang
tua, guru atau atasan, (2) kepada orang yang lebih muda; anak, murid atau bawahan,
dan (3) kepada orang yang setingkat, sebaya usia maupun setingkat status social.
2. Asumsi
3. Paradigma Penelitian
1. Ketaatan terhadap
1. Akhlak terhadap aturan sekolah
Tuhan Yang Maha 2. Kepatuhan dalam
Esa mengerjakan tugas
2. Akhlak terhadap Rutin guru
sesama 3. Kesetiaan untuk
3. Akhlak terhadap menjaga nama baik
lingkungan sekolah
Spontan 4. Keteraturan dalam
menggunakan waktu
5. Kesadaran untuk
menjaga kebersihan
lingkungan sekolah
88
Gambar 2.1
Paragidma Penelitian