Anda di halaman 1dari 2

TRAGEDI SUNGAI BUAYA

(Bahan Studi Kasus MD : Etika Publik)

Enok dan Aho adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Mereka tinggal
disuatu daerah yang dipisahkan oleh sungai yang penuh buaya. Meskipun demikian
keduanya dapat saling mengunjungi untuk memadu kasih dengan melalui jembatan yang
hanya satu satunya di sungai tersebut

Pada suatu hari terjadi badai besar yang meruntuhkan dan menghanyutkan jembatan
tersebut. Pasangan kekasih tersebut menderita, karena jembatan yang menjadi tumpuan
untuk bisa selalu bertemu – lenyap. Setiap hari Aho dan Enok berdiri ditepi sungai yang
berseberangan menantikan terjadinya mukjizat.

Suatu hari, Gojir seorang tukang perahu melewati sungai tersebut untuk menjual jasa
penyeberangan. Enok menunggu apa yang akan dilakukan Aho, tetetapi ternyata Aho tidak
berbuat apa apa, maka Enok berinisiatip memanggil Gojir untuk minta diseberangkan
menemui Aho. Gojir senang hati atas permintaan tersebut, dan dia berkata “aku akan
membawamu keseberang sana , tetapi syaratnya kau harus tidur dulu semalam denganku”.
Enok menangis atas persyaratan tersebut, karena dia memang masih perawan thing thing.

Enok bingung, dia ingat punya teman yang bernama Geboy (sbg ketua pemuda), kemudian
Enok berkonsultasi atas masalah yang mereka hadapi. Ternyata Geboy sinis, acuh, dan
dingin menyikapinya. Sambil berpangkau tangan tidak melihat Enok, Geboy berkata “itu
urusanmu sendiri, saya tidak mau terlibat dengan urusan urusan yang cengeng itu”

Jawaban Geboy yang ketus tersebut membuat Enok semakin bingung terhadap masalah
yang dihadapi, sampai pada suatu saat Enok melihat Aho di seberang sana terlihat gelisah
dan sedih, ber kali kali Aho melihat kearah Enok berdiri, sepertinya Aho sangat berharap
segera bertemu dengan pujaan hatinya. Enok merasa kasihan kepada Aho, kemudian Enok
mengambil keputusan, untuk menyeberang menemu Aho dengan melalui jasa Gojir
(tentunya juga memenuhi tuntutan Gojir)

Hari berikutnhya, ketika Enok bertemu dengan kekasihnya (Aho), dia menceritakan betapa
besar pengorbannya dan berterus terang bahwa dia sudah tidak perawan lagi. Aho sangat
marah atas apa yang dilakukan Enok, Aho mengusir Enok dan memutuskan mengakhiri
hubungannya, serta tidak perlu bertemu dengan Enok seterusnya. putuus !!

Enok, gadis yang malang tersebut, menangis sambil tetap berlutut dan memeluk kaki Aho,
Enok memohon untuk tidak diputus hubungannya. Namun Aho tetap bersikeras “KITA
PUTUS”, pergi kau!!. Kemudian Enok tertatih tatih pergi ke rumah temannya di daerah itu
yaitu Uhe, dia menceritakan pederitaannya dan perlakukan Aho kepadanya. Marahlah Uhe,
kemudian dia mencari Aho, begitu ketemu, dihajarlah Aho habis habisan. Karena lukanya
terlalu parah, Aho mati, Uhe masuk penjara. Dan apa yang terjadi dengan Enok? Enok tidak
berani pulang, stress berat, gila, dan akhirnya mati.

Sampai sekarang akibat kasus diatas, masyarakat Enok dan Aho masih bermusuhan.

PERTANYAAN :

1. Dari ke 5 orang tersebut siapakah yang paling bersalah


2. Dari ke 5 orang tersebut siapakah yang kesalahannya paling sedikit
3. Kaitkan dengan Norma (Etika) Pelayanan Publik

Ctt : Norma norma dalam Etika Publik terdiri dari Etika Agama (keyakinan), Etika Sosial,
Etika Bisnis/Ekonomi, Etika Hukum, dan Etikan Kepemimpinan.

TUGAS.

1. Jawablah secara Individu


2. Dengan tidak merubah jawaban individu, diskusikan (jawaban) secara kelompok

Anda mungkin juga menyukai