Anda di halaman 1dari 4

Nama kelompok:

1. ........................... (....)
2. ............................(....)
Lembar kerja kebahasaan
1. Bentuklah kelompok dengan jumlah anggota 2 orang!
2. Siapkan bolpoin warna/stabilo untuk menandai kesalahan kebahasaan yang
ada pada fabel berikut! Serta perbaikilah kesalahan kebahasaan tersebut!

Cendrawasih
Dihutan belantara papua, hiduplah seekor cendrawasih. Bulunya kusam dan
kurang menarik. Sayapnya lemah dan tak bisa terbang tinggi. Suatu hari, ketika
Cendrawasih sedang mandi di sungai, nuri dan kakaktua kebetulan sedang
bertengger dipelepah pohon sagu dipinggir sungai itu. Merekapun mulai
mengejeknya.
“Hai Cendrawasih percuma kamu mandi. Lihatlah bulumu tetap kusam. Tidak
seperti bulu kami yang sangat indah”, ejek Nuri sambil menari-nari memamerkan
keindahan bulunya.
“Kamu memang malang, Cendrawasih”, kata Kakaktua. “Selain bulumu jelek,
kamu juga tidak bisa terbang tinggi. Sebentar lagi kamu pasti terkena panah
pemburu.”
Baru saja Kakaktua selesai berbicara, tiba-tiba sebuah anak panah melesat
dan hampir mengenainya. Nuri dan Kakaktuapun sangat ketakutan. Mereka cepat-
cepat terbang dan bersembunyi di pepohonan yang sangat tinggi hingga tak
terjangkau lagi oleh panah para pemburu.
Cendrawasih juga sangat ketakutan. Tetapi dia tidak bisa terbang setinggi
Nuri dan Kakaktua, apalagi bulu-bulunya masih basah. Dia pun hanya bisa berlari
dan bersembunyi dibalik batu. Tapi dia beruntung, pemburu itu ternyata tak
melihatnya.
Ketika pemburu pergi, Cendrawasih pun perlahan-lahan keluar dari
persembunyiannya. Saat itulah dia melihat Kasuari tua berjalan tertatih-tatih
sambil menahan rasa sakit. Ada anak panah menancap disayapnya. Cendrawasih
pun bergegas menghampiri Kasuari tua itu. “Nenek Kasuari, mari saya tolong. Kita
bersembunyi di balik bebatuan itu,” kata Cendrawasih.
Lalu, dengan paruhnya, Cendrawasih mencabut anak panah yang menancap di
sayap Kasuari tua itu. Darah pun mengucur. Cendrawasih segera mengambil
rerumputan obat di pinggir sungai. Lalu ia menghaluskan rerumputan obat itu
dengan paruhnya dan membubuhkannya pada luka Kasuari itu. Darah pun tak
mengalir lagi.
Terima kasih, Cendrawasih,” kata Kasuari, “Kamu memang anak baik. Kalau
tidak ada kamu, nenek pasti sudah mati”.
“Bukankah kita harus saling menolong, nenek Kasuari?”
“Betul, Cendrawasih. Kita memang harus saling menolong. Dan karena kamu
sudah menolong Nenek, Nenek akan memberi kamu hadiah.”
“Hadiah? Tapi saya menolong nenek bukan karena saya mau minta hadiah…”
“Nenek tahu, kamu memang tidak mengharapkan hadiah. Justru karena
itulah kamu pantas mendapatkan hadiah.”
Lalu Kasuari tua itu mengangkat sayapnya. Di bawah sayapnya itu ternyata
tersimpan seikat bulu warna-warni yang sangat indah. “Bulu-bulu ini untukmu,
Cendrawasih. Pasanglah di tubuhmu.”
“Wah, indah sekali. Terima kasih, Nenek,” kata Cendrawasih dengan girang.
Ia pun segera memasang bulu-bulu itu satu persatu.
“Lihatlah. Kamu cantik sekali, Cendrawasih,” kata Kasuari setelah
Cendrawasih selesai memasang semua bulu itu.
Terima kasih, Nenek Kasuari. Saya senang sekali dengan bulu-bulu indah ini.”
“Sekarang kamu juga bisa terbang tinggi, Cendrawasih. Terbanglah dan
bermainlah bersama Nuri dan Kakaktua. Maafkan mereka karena mereka tidak
mengerti apa yang mereka perbuat padamu.”
“Iya, Nenek Kasuari, saya memaafkan mereka.”
“Dan satu lagi, Cendrawasih. Walaupun bulumu indah dan sangat dikagumi,
tetaplah rendah hati, dan jadilah penolong yang baik hati.”
“Iya, Nenek Kasuari, saya akan selalu ingat pesan itu.”
Sejak saat itu, Cendrawasih menjadi burung yang sangat dikagumi. Bukan hanya
karena bulunya yang sangat indah, tetapi juga karena ia tetap rendah hati dan
suka menolong. Walaupun bulunya sangat indah, ia mau berteman dengan siapa
saja dan mau menolong siapa saja, termasuk Nuri dan Kakaktua.
Nuri dan Kakaktua pun meminta maaf kepadanya. Mereka kini hidup rukun dan
saling menolong di hutan itu. Tidak ada yang suka mengejek lagi.
Nama kelompok:
1. ........................... (....)
2. ............................(....)
Lembar kerja kebahasaan
1. Bentuklah kelompok dengan jumlah anggota 2 orang!
2. Siapkan bolpoin warna/stabilo untuk menandai kesalahan kebahasaan yang
ada pada fabel berikut! Serta perbaikilah kesalahan kebahasaan tersebut!

Tikus dan Kucing


Pada suatu pagi tikus sedang berjalan jalan dipinggir hutan. Ia berjalan
sambil bersenandung riang. Ketika sampai ditepi sungai yang jernih airnya, ia
mendengar teriakan meminta tolong. Ia mencari-cari darimana datangnya
teriakan itu. Tak lama tikus mencari, ia melihat kucing di atas sebuah papan yang
terapung di permukaan air sungai. Papan itu tersangkut onggokan sampah
ditengah sungai.
Kucing meminta tolong kepada tikus untuk membawanya ke tepi sungai.
“Wahai, tikus. Tolonglah aku. Jika kau tak menolongku, aku akan mati kedinginan
di sini”.
Pada mulanya tikus menolak, “Untuk apa kau kutolong jika nantinya kau
tetap memangsaku dan mengganggu bangsa tikus.”
“Aku berjanji tak akan memangsa dan mengganggu bangsa tikus. Aku akan
bersahabat denganmu, asal kau mau menolongku. Percayalah, sahabatku.
Tolonglah aku,” kata kucing memohon sambil meratap sedih.
Lama-lama tikus merasa iba. Walaupun kucing adalah musuh tikus, akhirnya
tikus menolong kucing. “Baiklah, aku akan menolongmu, tetapi ingat janjimu tadi!”
Dengan sebatang ranting panjang, tikus menarik papan yang diinjak kucing. Kucing
berpegang erat pada papan dan ranting itu. Memang tikus kewalahan karena ia
rasakan terlalu berat menarik papan itu. Namun ia keluarkan seluruh tenaganya
untuk dapat menolong kucing.
Setelah papan sampai di tepi sungai, kucing melompat ke tanah tepi sungai.
“Terima kasih, tikus sahabatku. Aku akan menepati janjiku.” Maka bersahabatlah
mereka.
Namun persahabatan mereka tidak berlangsung lama. Pada suatu siang
kucing berkeliaran di hutan untuk mencari mangsa. Saat itu seekor anak tikus
baru saja keluar dari semak belukar. Tanpa pikir panjang kucing langsung
menerkamnya dan memakannya. Ketika hampir habis, datanglah tikus sahabatnya
yang dulu telah menolongnya. Tikus bertanya, “Wahai, sahabatku. Apa yang
sedang kaumakan itu? Tampaknya lezat sekali?”
Kucing bingung untuk menjawabnya. Ia teringat janjinya dulu. Lalu ia
berbohong, “Yang kumakan adalah seekor anak burung yang tadi jatuh dari
sarangnya.”
Saat itulah tikus melihat ada ekor tikus kecil di mulut kucing. Seketika itu
marahlah tikus. Ia tahu bahwa yang dimakan kucing itu adalah anaknya yang
sedang dicari-carinya. Sambil marah bercampur tangis, tikus berkata, “Hai,
kucing. Kau telah mengingkari janjimu! Kau telah memangsa keturunanku!”
Kucing tidak peduli dengan kata-kata tikus. Ia bahkan siap akan menerkam
tikus. Tikus tahu itu. Maka ia berkata, “Aku sadar, aku lemah dan kau kuat.
Namun aku akan selalu berdoa, semoga aku diberi kekuatan untuk melindungi diri
sendiri dari kejahatanmu!” Kemudian tikus berlari cepat meninggalkan kucing.

Anda mungkin juga menyukai