Anda di halaman 1dari 28

Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

PENDAHULUAN

A. Petunjuk Penggunaan Modul


Modul “Sistem Pengisian” dirancang untuk pelaksanaan
pembelajaran mandiri tanpa kehadiran guru atau pembelajaran
klasikal. Apabila digunakan pada pembelajaran mandiri, ikutilah
petunjuk berikut agar memudahkan dalam mempelajarinya.

1. Pahami tujuan umum pembelajaran (TUP) dari modul dan


tujuan khusus pembelajaran (TKP) kegiatan belajar, agar
dapat mengukur ketercapaian pembelajarannya.
2. Pelajari materi kegiatan belajar dengan seksama sesuai
dengan selera, situasi dan kondisi yang dikehendaki.
3. Jika dirasa telah paham dengan materi yang dipelajari,
kerjakan latihan yang ada pada kegiatan belajar.
4. Cocokkan hasil pekerjaan latihan dengan kunci jawaban
latihan yang tersedia di belakang soal latihan.
5. Jika ada yang belum sesuai antara hasil pekerjaan latihan
dengan kunci jawaban, pelajari kembali materi dari soal
latihan yang belum terjawab dengan benar tadi, kemudian
coba lagi mengerjakan soal latihannya hingga jawabannya
benar.
6. Setelah semua soal latihan terjawab dengan benar,
kerjakanlah soal tesnya.
7. Cocokkan hasil pengerjaan soal tes dengan kunci jawaban
yang tersedia pada bagian akhir dari modul ini.
8. Jika ada yang belum sesuai antara hasil pengerjaan soal tes
dengan kunci jawaban, ulangi kembali mengerjakan soal
tersebut sampai jawabannya benar.
9. Selama mempelajari isi modul ini, diperkenankan
menggunakan referensi lain atau minta keterangan dari
teman sejawat atau pembimbing.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     1 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

10. Setelah menyelesaikan semua aktifitas pembelajaran dan


dirasa telah menguasai materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran, disarankan menemui pembimbing untuk tindak
lanjutnya.

B. Deskripsi Modul
Mata diklat ini menggambarkan kegiatan perawatan,
pemeriksaan/penyetelan dan perbaikan alternator, regulator,
battery, igntion key dan wire harness, berdasarkan spesifikasi
dan toleransi pabrik. Seluruh kegiatan perawatan, pemeriksaan/
penyetelan dan perbaikan tidak menga-lami kerusakan dan
dilaksanakan ber-dasarkan SOP, dan K3.

C. Prasyarat
Untuk memudahkan dalam mempelajari modul “Sistem
Pengisian” ini, maka peserta harus menguasai modul “Dasar-
dasar kelistrikan” baik berupa teori maupun praktik, modul “Dasar-
dasar kelistrikan” berisi materi yang berhubungan dan mendasari
semua modul kelistrikan otomotif.

D. Tujuan Umum Pembelajaran


Secara umum diklat ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan peserta dalam memahami konsep, aplikasi dan
keterampilan perawatan dan perbaikan sistem pengisian.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     2 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

KEGIATAN BELAJAR 1 :
DASAR DAN CARA KERJA SISTEM PENGISIAN

A. Tujuan Khusus Pembelajaran


Setelah mempelajari modul ini peserta dapat :
1. Menguasai prinsip pembangkitan listrik
2. Menjelaskan komponen dan fungsi komponen sistem
pengisian.
3. Menjelaskan cara kerja sistem pengisian.

B. Materi Pembelajaran
1. Fungsi Sistem Pengisian
Sistem pengisian pada kendaraan secara umum berfungsi untuk
mengisi kembali muatan batere yang telah digunakan untuk
menghidupkan engine dan menyuplai arus pada komponen
kelistrikan lainnya pada kendaraan.
Sistem pengisian bekerja pada tiga tahap :
- Pada saat engine mulai dijalankan, batere menyuplai seluruh
beban pada kendaraan.
- Selama operasi normal, alternator menyuplai kebutuhan arus
dan pengisian kembali muatan batere.
- Selama operasi puncak, batere membantu alternator
menyuplai arus.

LOAD
G
+ Batery
Battery
Alternator

Gambar 1. Batere menyuplai arus beban

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     3 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

LOAD
G
+ Batery
Battery
Alternator

Gambar 2. Alternator dan batere menyuplai arus beban

LOAD
G + Batery
Battery
Alternator

Gambar 3. Alernator menyuplai arus beban dan pengisian batere

2. Komponen Sistem Pengisian


Sistem pengisian dengan alternator juga mempunyai dua alat
utama yaitu alternator dan regulator. Alternator menghasilkan
tenaga listrik arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC)
secara elektronik dengan menggunakan diode. Regulator
berfungsi untuk menjaga agar tegangan (Output) alternator tetap
pada nilai tertentu.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     4 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Gambar 4. Rangkaian sistem pengisian dengan alernator

Komponen sistem pengisian lainnya terdiri dari sakelar/kunci


kontak, ampere meter, lampu kontrol, dan batere. Sakelar/kunci
kontak berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus dari
batere ke gulungan medan (rotor) alternator. Sedangkan
amperemeter/lampu kontrol berfungsi sebagai
penunjuk/pengontrol aliran dan besarnya arus alternator ke
batere. Fungsi batere di dalam sistem pengisian adalah untuk
memberikan arus listrik awal yang digunakan sebagai
pembangkit medan magnet pada rotor.

3. Cara Kerja Alternator


Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik dari mesin
menjadi energi listrik.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     5 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Gambar 5. Rangkaian Alternator

Pada saat terminal F dialiri arus, maka arus tadi akan mengalir
melalui sikat (brush) → slipring → kumparan rotor → terminal E
dan kemudian ke massa. Akibatnya pada kumparan rotor timbul
kemagnetan. Apabila pada saat ini rotor diputarkan, maka
kumparan stator akan membangkitkan sejumlah arus listrik yang
dikeluarkan melalui terminal B.
Besar tegangan yang dibangkitkan tergantung pada tinggi
rendahnya putaran rotor. Makin tinggi putaran rotor makin tinggi
pula tegangan yang dibangkitkan.

4. Cara Kerja Sistem Pengisian


a. Cara kerja saat kunci kontak ON dan mesin mati.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     6 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Gambar 6. Cara kerja sistem pengisian

Kunci kontak diputar ke posisi ON, arus dari batere akan


mengalir ke rotor, merangsang kumparan rotor dan juga
mengalir ke lampu CHG. Akibatnya lampu CHG menyala
dan pada kumparan rotor timbul kemagnetan.
Aliran arusnya sebagai berikut :
1) Arus yang ke rotor coil (kumparan rotor)
Terminal (+) baterai Æ kunci kontak Æ sikring Æ terminal
IG regulator Æ point PL1 Æ point PLo Æ terminal F
regulator Æ terminal F alternator Æ brush Æ slip ring Æ
kumparan rotor Æ slip ring Æ brush Æ terminal E
alternator Æ massa .Akibatnya pada rotor timbul
kemagnetan.

2) Arus ke lampu CHG


Terminal (+) batere Æ kunci kontak Æ sikring Æ lampu
CHG Æ terminal L regulator Æ titik kontak Po Æ titik

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     7 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

kontak P1 Æ terminal E regulator Æ massa. Akibatnya


lampu CHG menyala.

b. Cara kerja saat mesin dari putaran rendah ke putaran


sedang

Gambar 7. Cara kerja sistem pengisian pada putaran sedang

Mesin hidup dan rotor berputar, stator membangkitkan


tegangan dan arus tiga phase, dan tegangan netral (terminal
N) untuk voltage relay, karena itu lampu CHG jadi mati. Arus
medan (field current) yang ke rotor coil dikontrol dan
disesuaikan dengan tegangan yang dikeluarkan pada
terminal B yang beraksi pada voltage regulator. Arus medan
akan lewat menembus/tidak menembus resistor R tegantung
pada kondisi titik kontak PLo.

Catatan :
Bila Po berhubungan dengna P2 maka sirkuit sebelum dan
sesudah CHG tegangannya sama/tidak ada beda potensial,
lampu mati.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     8 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Aliran arusnya :
1) Tegangan Netral
Terminal N alternator Æ N regulator Æ voltage relay Æ
E regulator Æ massa. Akibatnya voltage relay terjadi
kemagnetan dan dapat menarik titik kontak Po dari P1
dan Po bersatu dengan P2 akibatnya lampu CHG mati.
2) Tegangan yang keluar (output voltage)
Terminal B alternator Æ terminal B regulator Æ titik
kontak P2 Æ titik kontak Po Æ voltage regulator Æ
terminal E regulator Æ massa bodi.
Akibatnya voltage regulator timbul kemagnitan yang
dapat mempengaruhi posisi dari titik kontak PLo. Dalam
hal ini PLo tertatik dari PL1.
3) Arus ke kumparan rotor (Rotor coil)
Terminal B alternator Æ IG Æ fuse Æ terminal IG
regulator Æ point PL1 point PLo Æ resistor R Æ terminal
F regulator Æ terminal F alternator Æ kumparan rotor Æ
terminal E alternator.
Berarti arus/tegangan yang ke kumparan rotor bisa
melalui dua saluran . Bila kemagnetan di voltage
regulator besar, dan mampu menarik PLo dari PL1 maka
arus ke kumparan rotor lewat resistor R.
Arus kecil kemagnetan yang ditimbulkan kumparan rotor
kecil. Bila kemagnetan di voltage regulator lemah PLo
tidak tertarik dari PL1, arus yang ke kumparan rotor coil
tetap lewat PL1 Æ PLo. Arus normal kembali.

4) Out put Current


Terminal B alternator Æ batere dan beban Æ massa.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     9 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

c. Cara kerja alternator pada putaran sedang ke putaran yang


lebih tinggi.

Gambar 8. Cara kerja sistem pengisian tinggi

Putaran engine semakin tinggi, tegangan yang dihasilkan


kumparan stator naik dan gaya tarik kemagnetan kumparan
voltage menjadi lebih kuat. Sehingga arus ke kumparan rotor
terputus-putus. Dengan kata lain, point PL1 dari voltage
regulator membuat hubungan dengan PL2. Titik kontak PLo
regulator berhubungan dengan kontak PL2 akan di batasi.
Karena point dari voltage relay tidak pernah lepas dari point
P2, tegangan N terpelihara dengan baik.

Aliran arusnya.
1) Tegangan Netral
Terminal N alternator Æ terminal N regulator Æ voltage
relay terminal E regulator Æ massa bodi.
2) Tegangan out put
Terminal B alternator Æ terminal B regulator Æ point P2 Æ
poin Po voltage regulator Æ terminal E regulator, maka

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     10 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

voltage regulator menmjadi magnit dan menarik Plo


berpisah dengan Pl1.

3) Arus ke kumparan rotor


Terminal B alternator Æ IG kunci kontak Æ fuse Æ IG
regulator Æ resistor R Æ F regulator Æ F alternator Æ
kumparan rotor Æ atau massa point PLo Æ point PL2 Æ
massa.

C. Rangkuman
Sistem pengisian pada kendaraan secara umum berfungsi untuk
mengisi kembali muatan batere yang telah digunakan untuk
menghidupkan engine dan menyuplai arus pada komponen
kelistrikan lainnya pada kendaraan.Sistem pengisian bekerja pada
tiga tahap yakni saat engine mulai dihidupkan, saat operasi normal,
dan operasi puncak.
Komponen utama sistem pengisian adalah alternator dan regulator,
adapun komponen lainnya adalah sakelar/kunci kontak, ampere
meter, lampu kontrol, dan batere.

D. Tes Formatif
1. Sebutkan fungsi komponen sistem pengisian di bawah ini !
- Rotor coil
- Voltage relay
- Dioda
2. Apa yang terjadi bila beban pada kendaraan lebih besar dari
output alternator (operasi puncak) ?
3. Sebutkan bagian yang harus disetel bila tegangan pengisian
terlalu rendah !

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     11 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

E. Kunci Jawaban
1. Fungsi komponen sistem pengisian.
- Rotor coil berfungsi untuk membangkitkan medan magnet bila
dialiri arus listrik.
- Voltage relay berfungsi untuk mematikan lampu tanda
pengisian dan mengalirkan arus ke kumparan voltage
regulator.
- Dioda berfungsi untuk menyearahkan arus yang dibangkitkan
oleh stator coil.
2. Bila beban kelistrikan pada kendaraan lebih besar dari output
yang dihasilkan oleh alternator, maka selama itu batere akan
membantu menyuplai arus pada beban kelistrikan.
3. Bila tegangan pengisian terlalu rendah, maka bagian yang harus
disetel adalah voltage regulator.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     12 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

KEGIATAN BELAJAR 2 :
PERAWATAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGISIAN

A. Tujuan Khusus Pembelajaran


Setelah mempelajari modul ini peserta dapat :
1) Merawat komponen sistem pengisian.
2) Menguji sistem pengisian.

B. Materi Pembelajaran
Agar sistem pengisian selalu dalam kondisi siap pakai, maka seluruh
komponen sistem pengisian harus selalu dalam kondisi baik. Untuk
tujuan tersebut maka perlu dilakukan perawatan terhadap komponen
tersebut. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diperlukan
persiapan sebagai berikut :

1. Alat dan Bahan


Alat :
a. Obeng (+ dan -)
b. Obeng socket (8mm dan 10 mm)
c. Tang
d. Kunci ring
e. Alat tangan
f. Jangka sorong
g. AVO meter
h. Kertas ampelas
j. Test bench (bangku uji)

Bahan :
a. Alternator
b. Batere
c. Kabel
d. Timah dan pasta
e. Terminal/sepatu kabel
f. Buku informasi/manual

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     13 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

2. Keselamatan Kerja
a. Selama bekerja harus selalu mematuhi aturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diberlakukan
oleh Pemerintah dan tempat kerja.
b. Menangani listrik memerlukan kesadaran akan
keselamatan kerja yang tinggi. Tegangan yang terdapat
pada sistem pengisian kendaraan rendah sekalipun, harus
ditangani dengan baik.
c. Rangkaian listrik pada kendaraan harus ditangani secara
hati-hati.

3. Membongkar Alternator
a. Membongkar alternator menurut urutan seperti pada
gambar berikut.

Brush
holder

Bearing
Front end
frame Rear end
frame
Fan Rectifier

Rear Brush
Bearing
Stator
Rotor

Rotor shaft
Washer
Pully

Gambar 9. Urutan Membongkar Alternator

b. Membongkar drive end frame dari stator lalu dilepas


Catatan : Hati-hati jangan memukul bagian kumparan rotor.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     14 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Gambar 10. Membongkar drive end frame

c. Membuka mur puli

Gambar 11. Membuka mur puli

d. Membuka bantalan/bearing menggunakan SST (09286-


46011)

Gambar 12. Membuka bantalan/bearing

e. Buka solderan masing-masing timah stator pada rectifier


Perhatian : Lindungi rectifier agar tidak terlalu panas dengan
menggunakan tang lancip/ long nose

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     15 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Gambar 13. Membuka solderan pada Rectifier

4. Memeriksa Alternator

Rotor Coil
Periksa periksa rotor coil dari
kemungkinan ada sirkuit yang
terbuka (putus).
Dengan menggunakan ohm
meter, periksa bahwa antara
slipring ada hubungan.
Tahanan standar (dingin)
Tanpa IC Regulator :3,9–4,1Ω
Dengan IC Regulator2,8–3,0Ω
Bila tidak ada hubungan,
maka gantilah rotor coil

Rotor coil bisa juga diperiksa


dengan lampu. Seperti
ditunjukkan pada gambar, bila
lampu menyala berarti
hubungan baik.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     16 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Dengan menggunakan Ohm


meter, periksa apakah rotor
coil berhubungan dengan
masa. Bila jarum penunjuk
bergerak berarti terdapat
hubungan ke masa, rotor
harus diganti.

Dengan menggunakan
Caliper, ukur diameter slip
ring, diameter standar 32,3 –
32,5 mm (1,272-1,280 in)
Diameter minimum 32,1
mmbila diameternya berada di
bawah minimum, gantilah rotor
Gambar 14. Pemeriksaan rotor
coil.

Stator Coil
Dengan menggunakan Ohm
meter, periksa kemungkinan
adanya sirkuit terbuka pada
stator coil.
Bila tidak terdapat hubungan
stator coil harus diperbaiki atau
diganti.

Periksa hubungan stator coil


dengan masa. Bila terdapat
hubungan maka stator harus
diganti

Gambar 15 Pemeriksaan stator

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     17 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Sikat-sikat
Ukuran panjang sikat dengan
menggunakan mistar atau
jangka sorong.
Panjang standar
Tanpa IC Regulator :
12,5 mm (0,492 In)
Dengan IC Regulator :
16,5 mm (0,650 in)
Bila perlu, ganti sikat-sikatnya
dengan cara :
- Buka soldernya dan
lepaskan sikat dengan
pegasnya.
- Masukkan kawat sikat ke
dalam pegasnya
- Pasang sikat pada brush
holder
- Solderlah kawat sikat pada
dudukannya/holder dengan
panjang sikat yang keluar
seperti ketentuan :
- Tanpa IC Regulator :
12,5 mm
- Dengan IC Regulator :
16,5mm
Gambar 16 Pemeriksaan sikat/brush

Pemeriksaan Rectifier
(Rectifier Holder)

- Dengan menggunakan
Ohm meter, hubungkan
salah satu test probe pada
terminal rectifier dan yang
lainnya dengan terminal
positif
- Balikkan polaritas probe
dan ulangi langkah
pertama.
Gambar 17 Pemeriksaan rectifier positif - Periksa bahwa salah satu
menunjukkan adanya

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     18 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

hubungan dan yang lain


tidak
- Bila tidak ada hubungan
seperti yang ditentukan,
gantilah rectifier.

Periksa rectifier negatif dengan


cara :
- Dengan menggunakan
ohm meter, hubungan
salah satu test probe pada
tiap terminal rectifier dan
yang lainnya ke terminal
negative
Gambar 18
Pemeriksaan rectifier negatif - Balikkan polaritas test
probe dan ulangi langkah
pertama
- Periksa bahwa yang satu
menunjukkan hubungan
dan yang lainnya tidak.
- Periksa bahwa yang satu
menunjukkan hubungan
dan yang lainnya tidak.
- Bila tidak ada hubungan
seperti yang ditentukan,
gantilah rectifier.
Bantalan-bantalan/bearing

Periksa bahwa bearing tidak


kasar atau aus .
Bila perlu, ganti Rear Bearing.

Gambar 19. Pemeriksaan bantalan

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     19 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

5. Merakit Alternator
Alternator dirakit sesuai kebalikan dari urutan pembongkaran.
a. Merakit end frame dan pemegang rectifier dengan
isolatornya.

Gambar 20. Merakit End Frame dan pemegang Rectifier

b. Memasang semua cincin seperti pada gambar dan


kencangkan murnya. Momen : 5.0 – 6.5 kg m.

Gambar 21. Memasang Cincin pengikat

c. Masukkan semua sikat untuk sementara tahan dengan kawat


ang dimasukkan melalui lubang di frame ujung belakang.
Periksa rotor dapat berputar dengan halus.

Gambar 22. Memasukkan sikat-sikat/brush

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     20 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

6. Menguji Alternator

a. Menguji Output Alternator


- Pasang alternator pada alat bangku uji/test bench
- Hubungkan Voltmeter dan Amperemeter
- Catatan : Hati-hati jangan terjadi hubungan singkat
- Jalankan variable motor sambil amati dan catat output
alternator pada berbagai kecepatan putaran
- Seluruh hasil pemeriksaan dan pengetesan harus
mengacu kepada buku manual

Gambar 23. Pengetesan output Alternator

b. Pemeriksaan pada Kendaraan


1) Penyimpangan (defleksi) tali kipas diukur dengan
menggunakan tensioner. Pada umumnya defleksi tali
kipas antara 7-11 mm pada 10 kg.

Gambar 24. Memeriksa penyimpangan tali kipas (defleksi)

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     21 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

2) Mengetes kemampuan alternator tanpa beban


Voltage yang diatur : 13,8 – 14,8 volt
Arus (batere penuh) : kurang dari 10 amper
Kecepatan mesin : Idle hingga 2000 rpm

3) Mengetes kemampuan dengan beban


- Putaran mesin 2000 rpm
- Hidupkan lampu besar dan semua perlengkapan
listrik
Voltage yang diatur 13,5 – 14,8 volt
Arus lebih dari 20 amper

Gambar 25. Mengetes Kemampuan Alternator dengan beban

7. Pemeriksaan Regulator
Untuk menentukan kondisi bagian-bagian regulator, maka
dapat dilakukan dengan pemeriksaan melalui terminal-
terminal regulator tersebut. Sebelum melakukanpemeriksaan
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
• Terlebih dahulu harus menentukan kumparan Voltage
regulator dan Voltage relay. Untuk membedakan kedua
kumparan tersebut dapat dilakukan secara visual.
Diameter kumparan pada voltage regulator lebih kecil
(halus) daripada diameter kumparan voltage relay.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     22 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

• Selektor AVO meter diarahkan pada skala tahanan (Ohm


meter). Skala yang dipilih (X1).
• Setelah dilakukan kalibrasi, salah satu probe AVO meter
dihubungkan pada badan regulator (Ground), sedangkan
probe yang lain dihubungkan pada salah satu terminal
regulator.

Data berikut adalah hasil pemeriksaan pada regulator 6


terminal.

Terminal
Kondisi Regulator Hasil ukur
Regulator
IG – E*) Bebas ∞ Ω (Tak
terhingga)
IG - E*) Voltage regulator ditekan 5 – 11 Ω
F - E*) Bebas ∞ Ω (Tak
terhingga)
F - E*) Voltage regulator ditekan OΩ
N - E*) Bebas/Regulator ditekan ± 23 Ω
L - E*) Bebas OΩ
L - E*) Voltage Relay ditekan ± 100 Ω
B - E*) Bebas ∞ Ω (Tak
terhingga)
B - E*) Voltage Relay ditekan ± 100 Ω
E - E*) Bebas/Regulator ditekan OΩ
)
E* = Badan Regulator

C. Rangkuman
Sistem pengisian berfungsi sebagai alat untuk mengisi kembali
muatan listrik dalam batere dan menyuplai arus pada rangkaian
kelistrikan dalam kendaraan. Untuk mendapatkan hasil kerja
yang maksimal dari sistem pengisian, maka seluruh komponen
pada sistem pengisian harus dijaga kondisinya. Oleh karena itu
secara rutin perlu dilakukan perawatan terhadap komponen
sistem pengisian tersebut.

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     23 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

D. Test

Jawab dengan singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini !


1. Jelaskan fungsi sistem pengisian !
2. Jelaskan 3 tahap kerja sistem pengisian pada kendaraan !
3. Sebutkan pemeriksaan yang harus dilakukan pada
komponen sistem pengisian !
4. Apa yang harus diperhatikan saat menyolder rectifier ?
5. Jelaskan cara menguji output sistem pengisian dengan
beban !

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     24 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

E. Kunci jawaban
1. Sistem pengisian berfungsi sebagai alat untuk mengisi
kembali muatan listrik dalam batere dan menyuplai arus pada
rangkaian kelistrikan dalam kendaraan.
2. Tiga tahap kerja sistem pengisian pada kendaraan :
- Pada saat engine mulai dijalankan, batere menyuplai seluruh
beban pada kendaraan.
- Selama operasi normal, alternator menyuplai kebutuhan arus
dan pengisian kembali muatan batere.
- Selama operasi puncak, batere membantu alternator
menyuplai arus.
3. Pemeriksaan yang harus dilakukan pada komponen sistem
pengisian antara lain :
a. Pemeriksaan alternator terdiri dari :
- Rotor coil (hubungan massa, hubungan terbuka).
- Stator coil (hubungan massa, hubungan terbuka).
- Rectifier (Hubungan terbuka, hubungan singkat).
- Brush/sikat arang (Panjang sikat arang).
- Output alternator (arus dan tegangan).
b. Pemeriksaan regulator, regulator diperiksa terhadap
kemungkinan adanya kerusakan kumparan, tahanan, dan
kontak platina. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memeriksa terminal untuk menentukan kondisi rangkaian
dalamnya.
4. Pada saat menyolder rectifier harus memperhatikan suhu
yang diterima oleh rectifier. Suhu yang terlalu tinggi dapat
merusak rectifier.
5. Mengetes kemampuan dengan beban
- Hidupkan mesin pada putaran 2000 rpm.
- Hidupkan lampu besar dan semua perlengkapan listrik.
Tegangan diatur antara 13,5 volt – 14,8 volt
Arus lebih dari 20 amper

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     25 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Bosch, Kraftfahrtechniches Taschenbuch, Robert Bosch GmbH, 1995


Bosch, Automotive Electric/Electronic Systems, Robert Bosch GmbH,
1988
Gregory’s, Automotive Electric/Electronics, Gregory’s Scientific
Publications, 1991
Jurgen Kasedoft, Elektrische Systeme im Kraftfahrzeug, Vogel Verlag
und Druck, GmbH &Co.KG, Wurzburg, 1995.
Toyota, Pedoman Reparasi Mesin Seri K, PT Toyota Astra Motor, 1996
Toyota, New Step 1 Training Manual, PT Toyota Astra Motor, 1995

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     26 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii
PENDAHULUAN
A. Petunjuk Penggunaan Modul …….……………………………... 1
B. Deskripsi Modul ………………………………………………….. 2
C. Prasyarat ………………………………………………………….. 2
D. Tujuan Umum Pembelajaran …………………………………… 2

KEGIATAN BELAJAR 1 :
DASAR DAN CARA KERJA SISTEM PENGISIAN
3
A. Tujuan Khusus Pembelajaran …………………………………..
3
B. Materi Pembelajaran ……………………………………………..
3
1. Fungsi Sistem Pengisian .……………………………………
4
2. Komponen Sistem Pengisian…….. …………………………
5
3. Cara Kerja Alternator …………………………………………
6
4. Cara Kerja Sistem Pengisian ………………………………..
11
C. Rangkuman ………………………………………………………..
11
D. Test Formatif ………………………………………………………
11
E. Kunci Jawaban ………..…………………………………………..
12
KEGIATAN BELAJAR 2 :
PERAWATAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGISIAN
A. Tujuan Khusus Pembelajaran ... ……………………………….. 13
B. Materi Pembelajaran …………………………………………….. 13
1. Alat dan Bahan ……………………………………………….. 13
2. Keselamatan Kerja …………………………………………... 14
3. Membongkar Alternator ……………………………………... 14
4. Memeriksa Alternator ………………………………………... 16
5. Merakit Alternator ……………………………………………. 20
6. Menguji Alternator ……………………………………………. 21
7. Pemeriksaan Regulator ……………………………………... 22
C. Rangkuman ………………………………………………………. 23
D. Test ………………………………………………………………... 24
E. Kunci Jawaban …………………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA 26

ii
Smn – PPPPTK BMTI Bandung     27 
Diklat Mekanik Otomotif 2    Sistem Pengisian 

Smn – PPPPTK BMTI Bandung     28 

Anda mungkin juga menyukai