(RPP)
Disusun Oleh :
NIM : 2021006049
Prodi : PVTM
(RPP)
A. KOMPETENSI INTI
KI 3 - Pengetahuan
KI.4- Keterampilan
B. KOMPETENSI DASAR
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Siswa dapat menyebutkan komponen-komponen sistem pengapian konvensional dengan
benar
2) Siswa dapat menjelaskan fungsi komponen-komponen sistem pengapian konvension
al secara teliti
3) Siswa dapat menjelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional secara cermat
4) Siswa dapat melakukan pengukuran tahanan kabel busi menggunakan alat ukur ya
ng tersedia berdasarkan prosedur dengan cermat
5) Siswa dapat melakukan pemerikasaan busi dengan dengan cermat
E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian yang terdapat pada kendaraan
bermotor yang masih menggunakan platina sebagai pemutus dan penghubung pengapian
Rangkaian sistem pengapian konvensional:
Gambar 2. Bateray
https://1.bp.blogspot.com/-qoSEg9XOQK8/VsxpamlKf7I/AAAAAAAAKAo/K1CHx-vW1Ko/
s1600/accu.JPG
Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun mobil. Perbedaan antara
aki motor dan mobil itu bukan pada tegangannya melainkan pada dayanya yang memiliki sat
uan Watt. Ini karena daya listrik pada mobil itu lebih besar, selain sistem pengapian ada pula
sistem penerangan dan aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.
2. Kunci kontak
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik dari baterai ke coil.
Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau komponen untuk
menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu fungsi ignition switch. Pada
lubang ignition ada 4 posisi yakni ;
Posisi Off
Posisi Acc
Posisi On
Posisi ST
Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum ada arus yang
memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat kunci kontak kita
posisikan pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil primer yang mendapatkan arus
tapi seluruh sistem utama kendaraan juga sudah siap diaktifkan.
3. Ignition Coil
Berfungsi sebagai trafo step up, atau menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita si
nggung diatas bahwa coil ini bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet memakai dua bu
ah coil. Dimana jumlah lilitan coil sekunder lebih banyak dari coil primer, sehingga ketika k
emagnetan dari coil primer menginduksi coil sekunder dapat terjadi peningkatan tegangan.
4. Distributor
Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang digunakan
dalam hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung dengan cam, cam
ini dipakai untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.
Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama yang
berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor merupakan komponen
konduktor yang membagikan output dari coil ke kabel busi sesuai FO, sementara distributor
cap merupakan pangkal dari kabel busi untuk menyalurkan dan menerima output coil ke
rotor.
Gambar 5. Distributor
http://1.bp.blogspot.com/-Tmrfw8pincE/UosxWnrFv8I/AAAAAAAAAKQ/IBsu9zTu2UY/s1600/
distributor+7.gif
5. Kontak point/platina
Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang dapat
terputus dan tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil dimana untuk
menghasilkan tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan arus primer. Kontak
inilah yang bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan sudut pengapian.
Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang menyentuh kaki ebonit. Saat
kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka dan menyebabkan arus primer terputus.
Kontak ini juga familiar disebut platina karena memakai logam platina pada ujung
kontaknya.
6. Vacuum advancer
Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau pengubahan timming
pengapian. Bertujuan untuk menyesuaikan kondisi mesin dengan pengapian, misal pada saat
mesin membawa beban berat. Kondisi ini akan menimbulkan gerakan piston yang lambat
meski katup gas terbuka penuh.
Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra yang justru menghambat laju
piston. Untuk menyesuaikannya, maka timming pengapian akan dimundurkan hampir 0
derajat sehingga expansi hasil pembakaran bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong piston
kebawah.
Vacuum advancer akan memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini dideteksi
dari kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya hisap pada
piston menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat.
7. Governoor advancer
Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum advancer, fungsi governorr
advancer adalah mengubah timming pengapian mesin berdasarkan RPM mesin. Kondisinya,
apabila RPM tinggi maka timming pengaian harus dibuat lebih awal agar tidak terjadi
knocking dan self ignition.
Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang berdasarkan gaya
sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada poros distributor dan putaran
poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada bandul, regangan bandul digunakan untuk
mempercepat sudut buka platina.
Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun, pembukaan
platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik tegangan 12 volt bisa
melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina dan proses pemutusan arus
terganggu.
Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus listrik akan dipindahkan ke
capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya tidak disimpan didalam capasitor karena
langsung dihubungkan ke masa. Proses ini akan membuat capasitor langsung mengalami
kekosongan sehingga bisa dipakai secara cepat dan berulang-ulang.
Gambar 9. Condensor
https://www.otosigna.com/wp-content/uploads/2020/12/fungsi-kondensor-736x531.jpg
9. Kabel Busi
Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-kabel umu
mnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan isolator yang tebal.
Ini karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super tinggi dari output coil. Sehingga d
iperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.
Gambar 10.Kabel Busi
https://www.suzuki.co.id/uploads/image/kabel_busi_mobil.jpg
10. Busi
Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug.
Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari output
coil dan masa yang terletak pada body busi. Celah yang anda lihat pada busi, itu celah antara
ujung elektroda yang memiliki listrik positif dan ground yang memiliki listrik negatif.
Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan yang besar, maka listrik tersebut
mampu keluar atau melompat ke ground yang berwujud percikan api. Begitulah cara busi
menghasilkan api.
Arus listrik ini, akan mengaliri kedua lilitan baik lilitan primer maupun sekunder.
Output dari coil, ada dua yakni output lilitan primer dan sekunder. Output lilitan primer mengalir ke
breaker point sementara output lilitan sekunder mengalir ke busi.
Pada tahap ini, sudah terbentuk medan magnet pada lilitan primer ignition coil. Tapi karena platina
belum bergerak, dengan kata lain belum ada pemutusan arus maka tidak ada pergerakan medan
magnet. Sehingga percikan api belum terbentuk.
2. Saat Starter
Saat anda memutar kunci ke posisi ST, maka motor starter akan bekerja. Ini memicu
poros engkol berputar, dan karena camshaft pada platina terhubung ke poros engkol mesin
maka saat poros engkol berputar, camshaft juga berputar.
Disinilah pemutusan arus terjadi, ketika cam menyentuh kaki platina maka platina akan
membuka/contact point tidak menempel. Sehingga arus primer coil akan terputus secara tiba-
tiba. Hal itu akan memicu close wave yang bergerak ke arah lilitan sekunder.
Sehingga tegangan pada lilitan sekunder naik hingga 20 KV dengan interval sangat singkat.
Ketika cam menjauhi kaki platina, maka contact point akan kembali menutup/menempel.
Sehingga arus lilitan primer coil kembali tersambung. Ini menyebabkan medan magnet pada
lilitan primer kembali terbentuk, dan saat cam kembali menyentuh kaki platina maka
pemutusan arus akan terjadi dan induksi pada lilitan sekunder kembali terjadi.
Siklus diatas akan berulang terus menerus selama kunci kontak masih ON.
4. Penyetelan, Pengukuran dan Pemeriksaan Sistem Pengapian Konvensional
Platina adalah salah satu komponen yang ada di sistem pengapian kendaraan yang berfungsi
untuk memutus atau menghubungkan arus listrik yang mengalir menuju kumparan primer
pada koil pengapian. Berikut cara menyetel platina yang bisa Anda.
1. Kondisi Mobil
Pastikan mobil Anda benar-benar dalam kondisi prima karena waktu menyetel perlu beberapa
kali memutar mesin. Langkah pertama yaitu Anda harus buka tutup distributor terlebih
dahulu, bersihkan lalu lihat apa permukaan platina bersih dan tidak ada benjolan. Karena
apabila terdapat benjolan lebih baik ganti yang baru berikut kondensornya.
2. Crank Shaft
Putar puli poros engkol atau yang disebut dengan crank shaft searah jarum jam hingga titik
puli mengarah ke angka 0 derajat atau dalam istilahnya top satu. perhatikan noken pada
distributornya berhenti ketika knobnya mengatup benjolan pada platina.
Kendurkan baut pengikat platina dalam hal tersebut Anda harus diusahakan jangan terlalu
longgar saat memutar baut yang mengikat platina. Kurang lebih satu putaran saja sampai
platina dapat digoyangkan dengan obeng negatif pada alur penyetelan celah alur platina
sehingga dapat direnggangkan dan disempitkan.
Untuk ukuran celah platina standarnya yaitu 0,4 mm dikarenakan pada ukuran fuller tidak ada
ukuran 0,45 mm. Maka Anda boleh menggunakan ukuran fuller tersebut. Akan tetapi, jangan
terlalu rapat dan sedikit longgar supaya mengikuti celah ukuran 0,4 mm.
5. Setel Platina
Setel platina dengan menggunakan obeng negatif, caranya yaitu geser platina dengan
perlahan-lahan menggunakan obeng negatif dengan menakan tonjolan yang berada di dekat
platina tersebut. Setiap jenis kendaraan mobil memiliki coakan atau tonjolan yang berbeda.
Apabila platina harus diganti pada tahap ini, sebaiknya langsung diganti platina yang rusak
dengan yang baru.
Lakukan kalibrasi multimeter dengan cara menghubungkan test lead merah dan test
lead hitam, kemudian posisikan jarum sampai di 0. Karena pengukuran ohm, maka jarum
seharusnya ada di 0 ohm sebelah kanan.
Di tahapan ini kamu akan tahu apakah kabel busi perlu diganti atau tidak. Bila tahanan kabel
busi melebihi 25 k ohm maka kabel busi perlu diganti.
3. Pemeriksaan Busi
Siapkan multitester atau avometer digital ata ohm meter dan setel satuan alat tersebut
menjadi kiloohm.
Buka kap mesin dan lepaskan 4 kabel busi dan 1 kabel yang terkoneksi ke coil. Lepas
kabel-kabel tersebut dengan hati-hati, sebaiknya pegang bagian karet konektor sewaktu
melepasnya dan hindari menarik langsung kabelnya.
Cermati kondisi fisik kabel-kabel tersebut. Apakah ada bagian yang tertekuk, terkelupas,
patah atau bahkan pecah?
Jika kondisi fisik kabel masih bagus maka kamu bisa melanjutkan dengan memeriksa
tegangan di tiap-tiap kabel dengan mengkoneksikan multitester dengan tiap-tiap ujung
kabel busi.
Lihat angka yang tertera pada multitester, bila angkanya 25 atau di bawah 25 kiloohm
maka busi masih dalam kondisi baik.
2. Alat Pembelajaran
a. laptop/PC/Handphone
b. LCD Proyektor
c. White board dan spidol
d. New Step Toyota; Buku Paket “Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan”
3. Sumber Pembelajaran
a. Drs. Daryanto, “Reparasi Sistem Kelistrikan Mesin Mobil”, (Malang : Bumi Aksara,19
97), h. 82.
b. Amirono, “Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan” Jilid 2, (Malang :Kementeria
n Pendidikan dan kebudayaan, 2013), h. 7.
c. Buntarto,. 2015. Dasar-Dasar Kelistrikan Otomotif. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan ke-1
RINCIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan
Memberikan salam pembuka dan berdoa
Memeriksa kehadiran siswa
Apersepsi (Guru bertanya “apakah peserta didik sudah mengerti
bagaimana bahan bakar di bakar di dalam ruang bakar”)
Motivasi (Memberi contoh tentang pentingnya belajar sisitem 15 MENIT
pengapian).
2. Keaktifan
3. Kreatifitas
4. Peniaian Keterampilan
1. Menggambar sistem pengapian konvensional
2. Mampu mengukur tahanan kabel tegangan tinggi
3. Mampu melakukan pemeriksaan busi