Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Dosen Pembimbing :

Ir. Kasijanto, M.T.

Di Susun Oleh :

1. Aditya Juniar Bramastyo (1941220050)


2. Sayful Rozzy (1941220081)

KELAS 1A

TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK

TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, terima kasih Saya ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah

mempermudah dalam pembuatan Laporan Makalah ini, hingga akhirnya

terselesaikan tepat waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, Saya bukanlah siapa-siapa.

Selain itu, Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga,

serta pasangan yang sudah mendukung hingga titik terakhir ini.

Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Sistem

Pengapian Konvensional”. Dalam hal ini, Saya ingin membahas mengenai

pengertian sistem pengapian konvensioal dan penjabaran nya. Untuk membaca

lebih lengkap, Anda dapat membaca Makalah ini.

Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,

seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan

pembaca lain. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-

kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan.

Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil

penulisan makalah ini.

Malang, 20 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1.Latar Belakang.......................................................................................4

1.2.Rumusan Masalah..................................................................................4

1.3.Tujuan.....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1.Pengertian Sistem Pengapian Konvensional..........................................6

2.2.Komponen Sistem Pengapian Konvensional.........................................7

2.3.Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional........................................13

2.4.Kerusakan Sistem Pengapian Konvensional dan Perbaikan nya.........14

BAB III PENUTUP................................................................................................17

3.1.Kesimpulan..........................................................................................17

3.2.Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

3
BAB I

1.1.Latar Belakang

Mobil adalah suatu kendaraan yang penggeraknya menggunakan motor.

Motor menggunakan bahan bakar yang berupa bensin atau solar. Seiring

perkembangan zaman dan kemajuan dibidang IPTEK, saat ini ada juga mobil yang

menggunakan tenaga penggerak dari motor listirk atau menggunakan tenaga surya.

Pada era globalisasi sekarang ini, produktivitas dan kualitas hasil-hasil produksi

sangatlah mutlak diperlukan agar mampu bersaing dalam era perdagangan bebas

dimana sistem pereknomian bangsa dipertahankan kemampuannya. Untuk itulah

dalam sistem produksi banyak dibutuhkan inovasi sebagai solusi dalam

menghadapi perkembangan sistem perekonomian dunia, dengan mesin-mesin

inilah diharapkan kemampuan produksi dan kualitas dapat ditingkatkan. Dalam bab

ini kami akan menjelaskan tentang sistem pengapian konvensional, yang terdapat

pada esin mobil dan bertujuanagar pembaca lebih memahami sistem pengapian

konvensional

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Sistem Pengapian Konvensional ?

2. Sebutkan Komponen Sistem Pengapian Konvensional ?

3. Bagaimana Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional ?

4. Apa Saja Kerusakan Sistem Pengapian Konvensional dan Bagaimana Cara


Perbaikan nya ?

4
1.3.Tujuan

1. Agar Pembaca Mengetahui yang di Maksud Sistem Pengapian

Konvensional.

2. Agar Pembaca Mengetahui Macam-macam Komponen Sistem Pengapian

Konvensional.

3. Agar Pembaca Mengetahui Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional.

4. Agar Pembaca dapat Mengidentifikasi Kerusakan Sistem Pengapian

Konvensional dan Cara Perbaikan nya.

5
BAB II

2.1.Pengertian Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor

yang berfungsi untuk membangkitkan tegangan baterai (12 volt) menjadi tegangan

tinggi (10k volt) yang kemudian disalurkan ke masing-masing silinder sehingga

menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang dibutuhkan untuk proses

pembakaran. Motor bakar merupakan motor yang menghasilkan tenaga melalui

proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam cylinder (ruang

bakar). Berdasarkan jenis bahan bakarnya, motor bakar khususnya mobil dibedakan

menjadi dua yaitu mesin bensin dan mesin diesel. Pada mesin bensin, pada akhir

langkah kompresi dibutuhkan percikan bunga api untuk membakar campuran udara

dan bahan bakar yang telah dikompresi tadi. Sehingga akan terjadi langkah usaha

yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan mobil. Sebuah sistem yang

menyediakan percikan bunga api dalam ruang bakar ini disebut sebagai sistem

pengapian. Percikan atau loncatan bunga api akan terjadi pada ujung elektroda

pada busi, bunga api ini dapat terjadi apabila tegangan yang melawatinya cukup

6
tinggi. Untuk itu diperlukan ignition coil (koil pengapian) untuk menaikkan

tegangan baterai (12 volt) menjadi 10k volt.

2.2.Komponen Sistem Pengapian Konvensional

1. Baterai

Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk ke komponen

pengapian ? bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ? memang dan

sistem pengapian salah satu kelistrikan mobil, jadi semua yang memerlukan arus

listrik harus menyertakan baterai sebagai komponennya.Tegangan baterai normal,

12 volt entah pada motor ataupun mobil. Perbedaan antara aki motor dan mobil itu

bukan pada tegangannya melainkan pada dayanya yang memiliki satuan Watt. Ini

karena daya listrik pada mobil itu lebih besar, selain sistem pengapian ada pula

sistem penerangan dan aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.

7
2. Kunci kontak

Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau

komponen untuk menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu

fungsi ignition switch. Pada lubang ignition ada 4 posisi yakni ;

 Posisi Off

 Posisi Acc

 Posisi On

 Posisi ST

Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum ada arus

yang memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat kunci

kontak kita posisikan pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil primer yang

mendapatkan arus tapi seluruh sistem utama kendaraan juga sudah siap diaktifkan.

3. Ignition coil

8
Inilah komponen yang paling penting, karena mengusung fungsi sebagai trafo step

up, atau menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita singgung diatas bahwa coil

ini bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet memakai dua buah coil. Dimana

jumlah lilitan coil sekunder lebih banyak dari coil primer, sehingga ketika

kemagnetan dari coil primer menginduksi coil sekunder dapat terjadi peningkatan

tegangan.

4. Distributor

Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang

digunakan dalam hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung

dengan cam, cam ini dipakai untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.

Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama

yang berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor

merupakan komponen konduktor yang membagikan output dari coil ke kabel busi

sesuai FO, sementara distributor cap merupakan pangkal dari kabel busi untuk

menyalurkan dan menerima output coil ke rotor.

9
5. Kontak point/platina

Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang dapat

terputus dan tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil dimana

untuk menghasilkan tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan arus

primer. Kontak inilah yang bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan sudut

pengapian. Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang

menyentuh kaki ebonit. Saat kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka

dan menyebabkan arus primer terputus. Kontak ini juga familiar disebut platina

karena memakai logam platina pada ujung kontaknya.

6. Vacuum advancer

10
Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau pengubahan

timming pengapian. Mengapa timming perlu diubah ? ini bertujuan untuk

menyesuaikan kondisi mesin dengan pengapian, misal pada saat mesin membawa

beban berat. Kondisi ini akan menimbulkan gerakan piston yang lambat meski

katup gas terbuka penuh. Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra

yang justru menghambat laju piston. Untuk menyesuaikannya, maka timming

pengapian akan dimundurkan hampir 0 derajat sehingga expansi hasil pembakaran

bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong piston kebawah.Vacuum advancer akan

memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini dideteksi dari kevakuman

di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya hisap pada piston

menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat.

7. Kapasitor

Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki

kemampuan menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian

konvensional, kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.

Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun,

pembukaan platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik

11
tegangan 12 volt bisa melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina

dan proses pemutusan arus terganggu. Dengan adanya capasitor maka ketika platina

membuka, arus listrik akan dipindahkan ke capasitor yang memiliki koneksi.

Namun arusnya tidak disimpan didalam capasitor karena langsung dihubungkan ke

masa. Proses ini akan membuat capasitor langsung mengalami kekosongan

sehingga bisa dipakai secara cepat dan berulang-ulang.

8. Kabel Busi

Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-kabel

umumnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan

isolator yang tebal. Ini karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super

tinggi dari output coil. Sehingga diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.

9. Busi

12
Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug.

Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari

output coil dan masa yang terletak pada body busi. Celah yang anda lihat pada busi,

itu celah antara ujung elektroda yang memiliki listrik positif dan ground yang

memiliki listrik negatif. Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan

yang besar, maka listrik tersebut mampu keluar atau melompat ke ground yang

berwujud percikan api. Begitulah cara busi menghasilkan api.

2.3.Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional


Saat kunci dimasukan kemudian diputar pada posisi ON, maka arus dari baterai

mengalir melalui fuse, relay, dan masuk ke dalam ignition coil. Arus listrik ini, akan

mengaliri kedua lilitan baik lilitan primer maupun sekunder.Output dari coil, ada

dua yakni output lilitan primer dan sekunder. Output lilitan primer mengalir ke

breaker point sementara output lilitan sekunder mengalir ke busi.Pada tahap ini,

sudah terbentuk medan magnet pada lilitan primer ignition coil. Tapi karena platina

belum bergerak, dengan kata lain belum ada pemutusan arus maka tidak ada

pergerakan medan magnet. Sehingga percikan api belum terbentuk.

Saat anda memutar kunci ke posisi ST, maka motor starter akan bekerja. Ini memicu

poros engkol berputar, dan karena camshaft pada platina terhubung ke poros engkol

mesin maka saat poros engkol berputar, camshaft juga berputar. Disinilah

pemutusan arus terjadi, ketika cam menyentuh kaki platina maka platina akan

membuka/contact point tidak menempel. Sehingga arus primer coil akan terputus

secara tiba-tiba. Hal itu akan memicu close wave yang bergerak ke arah lilitan

sekunder.Sehingga tegangan pada lilitan sekunder naik hingga 20 KV dengan

interval sangat singkat. Ketika cam menjauhi kaki platina, maka contact point akan

kembali menutup/menempel. Sehingga arus lilitan primer coil kembali tersambung.

13
Ini menyebabkan medan magnet pada lilitan primer kembali terbentuk, dan saat

cam kembali menyentuh kaki platina maka pemutusan arus akan terjadi dan induksi

pada lilitan sekunder kembali terjadi.Siklus diatas akan berulang terus menerus

selama kunci kontak masih ON.

Mungkin beberapa dari anda ada yang masih bingung, output sistem pengapian itu

hanya listrik bertegangan tinggi. Tapi mengapa sampai diujung busi, bentuknya

berubah menjadi percikan api ? Percikan api pada ujung busi tersebut sebenarnya

wujud dari elektron yang loncat dari elektroda busi (kutub positif) ke ground (kutub

negatif), memang elektron ini tidak terlihat tapi kalau tegangannya sangat tinggi

maka elektron mampu loncat pada celah sempit. apabila anda mendekatkan sumber

arus (tegangan tinggi misal 220 V) pada masa, maka sebelum sumber arus tersebut

menempel akan ada pecikan. Konstruksi busi pun demikian, dimana ada celah

antara elektroda dan masa. Sehingga ketika ada listrik bertegangan tinggi pada

elektoda busi, percikan api dapat terbentuk.

Satu lagi mengenai timming pengapian, kalau kita memahami siklus pengapian

konvensional diatas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang menentukan

timming atau yang menentukan kapan busi mengeluarkan api itu ada pada saat

pembukaan platina. Dan yang mempengaruhi pembukaan platina, adalah nok.

Sehingga timming ini dipengaruhi oleh sudut nok terhadap sudut kaki platina.

2.4.Kerusakan Sistem Pengapian Konvensional dan Perbaikan nya

Gejala Kemungkinan Cara mengatasi


penyebab

14
Mesin a. Busi mati atau a. Ganti busi atau bersihkan
tidak dapat deposit berlebihan
hidup b. Kabel tegangan b. Ganti kabel tegangan tinggi
(tidak ada tinggi bocor
percikan berlebihan c. Pasang rotor
api di c. Rotor tidak d. Perbaiki urutan pengapian
busi) terpasang
d. Urutan pengapian e. Bersihkan kotorannya
tidak benar
e. Platina terganjal f. Stel celah platina/ sudut dweel
kotoran
f. Platina menutup g. Ganti koil
terus atau h. Ganti kondensori
membuka terus i. Pasang konektor kabel yang lepas
g. Koil mati j. Ganti / perbaiki kabel yang putus
h. Kondensor mati k.Ganti kontak
i. Konektor kabel
lepas

j. Kabel putus

k. Kontak rusak
Mesin sulit
a. Deposit di a. Bersihkan atau ganti busi
hidup busi berlebihan b. Ganti kabel tegangan tinggi
(percikan b. Kabel tegangan c. Bersihkan terminal di tutup
api di busi tinggi bocor distributor
kecil) c. Tutup distributord. Pasang kaarbon ataau ganti tutup
kotor distributor
e. Ganti tutup distributor
d. Karbon di tutup f. Perbaiki urutan pengapian
distributor hilang
e. Tutup distributorg. Bersihkan kotoran
retak h. Stel celah platina/ sudut dweel
f. Urutan i. Stel saat pengapian
pengapian tidak j. Ganti koil
benar k. Ganti kondensori
g. Platina kotor l. Bersihkan terminal konektor kabel
h. Stelan celah m. Bersihkan kontak atau ganti
platina tidak tepat
i. Saat pengapian
tidak tepat
j. Koil rusak
k. Kondensor rusak
l. Konektor kabel
kotor

m. Kontak kotor
Terjadi a. Busi kotor a. Bersihkan busi atau ganti
ledakan di
b. Platina kotor b. Bersihkan platina atau ganti
knalpot c. Stel saat pengapian

15
c. Saat pengapian
terlalu mundur

Terjadi Kerja vacuum Perbaiki mekanisme vacuum advancer


ledakan di advancer kurang
knalpot sempurna
saat pedal
gas dilepas
Terjadi Kerja centrifugal Kerja centrifugal advancer kurang
ledakan di advancer kurang sempurna
knalpot sempurna
saat pedal
gas
ditekan
Busi cepata. Pemakaian busi a. Ganti busi dengan tingkat panas yang
kotor yang tidak tepat tepat
b. Platina kotor b. Bersihkan atau ganti busi
c. Saat pengapian c. Stel saat pengapian
tidak tepat
Elektrode Pemakaian tingkat Ganti busi dengan tingkat panas busi
busi busi yang terlalu yang lebih dingin
meleleh panas

16
BAB III

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan Makalah “SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL” di atas,

Penulis dapat menyimpul kan bahwa, Apa yang di maksud dengan Sistem

Pengapian Konvensional, apa saja komponen-komponen pengapian konvensional

serta fungsi nya, dan bagaimana cara memperbaiki kerusakan yang ada pada

pengapian konvensional dan dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang telah

di jelas kan di atas. Bersama dengan penulisan Makalah ini, diharap kan pembaca

lebih mengetahui informasi tentang Sistem Pengapian Konvensional.

3.2. Saran
Demikian lah akhir dari pembahasan makalah tentang “Sistem Pngapian

Konvensional” ini, penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang harus di

jelaskan secara rinci, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat di

perlukan oleh penulis agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi di masa

yang akan datang

17
DAFTAR PUSTAKA

https://andhymoe.wordpress.com/2015/10/30/sistem-pengapian-konvensional/
https://mapelotomotif.blogspot.com/2014/10/materi-cara-kerja-sistem-
pengapian.html
http://famolahx.blogspot.com/2011/06/gangguan-dan-cara-mengatasi-
sistem.html
https://www.bisaotomotif.com/sistem-pengapian-konvensional/

18

Anda mungkin juga menyukai