Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REPORT

“LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF”


CRITICAL BOOK REPORT.
Dosen pengampu : Drs. Suherman, M.Pd.
SKOR NILAI:

DISUSUN OLEH :

PRIMA HAPRI DANIEL SURBAKTI RIFQI IQBAL MUZAKKI

(5182122007) ( 5183122029 )

S-1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan Kepada Tuhan yang Maha esa atas berkat dan
rahmat-nya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Critical
Book Review ini dengan materi Elektronika otomotif ini dibuat guna memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah Listrik dan Elektronika otomotif, semoga Critical
Book Review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan Critical Book Review ini saya tentu saja tidak dapat menyelesaikanya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain ,oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada yang telah bersedia membantu kami.

Kami menyadari bahwa Critical Book Review ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan.oleh karena itu,saya dengan segala kerendahan hati
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan kedepanya.

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
Critical Book Review yang terbentuk dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca.

Medan ,30 april 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Critical Book Review merupakan salah satu instrument yang dapat mendukung
keberhasilan dalam proses pembelajaran dibangku perkuliahan. Indikator keberhasilan
Critical Book Review untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran itu dapat
dilihat dari terciptanya kemampuan dari setiap mahasiswa/i untuk mengevaluasi
penjelasan, interpretasi serta analisis mengenai kelebihan maupun kelemahan dari buku
yang akan dibahas pada makalah ini sehingga berdampak besar bagi pengembangan
cara berfikir dari mahasiswa yang pada akhirnya menambah pemahaman dan
pengetahuan mahasiswa itu sendiri terhadap kajian mata kuliah yang telah diambil.
Dalam mata kuliah Listrik dan Elektronika otomotif ini, adapun yang mendasari
dilakukannya penulisan Critical Book Review ini yakni untuk membandingkan
bagaimana pengkajian tentang Elektronika otomotif sehingga terdapat dua buku dengan
pengarang yang berbeda-beda yang dibandingkan dalam penulisan ini. Melalui Critical
Book Review ini mahasiswa diajak untuk menguji pemikiran dari pengarang atau
penulis berdasarkan sudut pandang yang akan dibangun oleh setiap mahasiswa
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengulas isi dari buku Elektronika
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada didalam buku
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan dari buku
pertama dan kedua
4. Melatih diri untuk mencari kelemahan dan kelebihan dari kedua buku yang
dibandingkan

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Listrik dan Elektronika otomotif yang
telah disesuaikan dengan kurikulum KKNI
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai Elektronika otomotif

D. Identitas Buku

1. BUKU UTAMA
Judul Buku : sistem kelistrikan otomotif
ISBN : 978-602-262-494-3
Pengarang : Ir. Philip Kristanto
Penerbit : Graha Ilmu
Tahun terbit : 2015
Kota terbit : Yogyakarta

2. BUKU PEMBANDING
Judul Buku : kelistrikan otomotif
ISBN : 978-602-122-303-1
Pengarang : DRS. IMAM MUDA N,S.T,M.T
Penerbit : Penerbit Gunung Samudera
Tahun terbit : 2013
Kota terbit : Jakarta
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BAB I :

1. Sistem pengapian konvensional

Model ini merupakan sistem pengapian pada mobil yang pertama kali di rancang,
sistem ini mengandalkan meknikal distribustor dan platina sebagai inti dari
penyaluran percikan api sehingga terjadi pembakaran di ruang bakar. Model ini
menjadi dasar sistem pengapian seperti CDI dan DLI. Prinsip dasarnya adalah sebuah
rangkaian mekatronika yang bertujuan untuk membangkitkan percikan api pada
busi, dengan memanfaatkan energi listrik bertegangan tinggi yang didapat dari
proses induksi pada coil.

Didalam coil terdapat dua kumparan yaitu kumparan primer dan sekunder, keduanya
memiliki input arus listrik yang sama, akan tetapi untuk outputnya berbeda. Jadi
kumparan primer memiliki output yang mengarah ke rangkaian pemutus arus
sedangkan sekuder memiliki output mengarah ke busi.

Pada sistem ini banyak digunakan pada mobil lawas seperti kijang generasi awal dan
colt. Cara kerja sistem pengapian konvensional cukup sederhana. Pada saat kontak
berada di posisi ON , maka arus listrik dari battery atau accu mengalir ke coil dan
keluar menuju platina. Dalam hal ini posisi mesin belum berputar atau belum starting
maka dari platina akan menghubungkan arus ke massa, sehingga menimbulkan
kemagnetan pada kumparan primer.

Saat mesin starting atau kalian mendengar suara mesin, platina akan terputus saat
cam menyentuh kaki platina. Sehingga terjadi kemagnetan pada kumparan primer
bergerak ke kumparan sekunder untuk menghasilakn tegangan tinggi yang di
salurkan langsung ke busi untuk proses pemercikan api sebagai api pembakaran,
namun percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja.

Untuk melengkapi kinerja pada sistim ini terdapat beberapa komponen yang di
dominasi dari komponen mekanikal, diantaranya adalah :

 Battery / Accu
 Ignition coil /Coil
 Distributor
 Busi

Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses


pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh
performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Kendala pada
sistem pengapian konvensional pada mobil berbahn bakar bensin paling sering
terjadi dibandingkan sistem lain. Bisanya kendala yang terjadi antara lain mesin tidak
mau hidup, mesin sulit hidup karena percikan api di busi kecil sampai hal yang paling
sering dalah ledakan di kenalpot.
Biasanya hal tersebut di sebabkan oleh komponen sistem pengapian yang cepat kotor
adalah busi, platina, ujung rotor dan terminal pada tutup distributor, sehingga perlu
dilakukan perawatan secara berkala. Bagian-bagian tersebut perlu diperiksa dan
dibersihkan kotorannya menggunakan amplas. Komponen sistem pengapian yang
perlu diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal
Advancer. Serta penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah
platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.(Baca juga: Penyebab
Mobil Tidak Bisa Distarter)

2. Sistem pengapian transistor

Pada prinsipnya sistem ini sama dengan sistem pengapian konvensional, yang
membedakan adalah platina sudah tidak digunkan melainkan sebuah transistor.
Fungsinya untuk menggantikan peran platina, biasanya dikenal dengan sistem
pengapian elektronik.

Sistem pengapian transistor memanfaatkan komponen transistor sebagai saklar


elektronik untuk pemutus arus premier dan mengasilkan induksi eletromagnetik.

Sistem pengaian pada mobil ini di perkenalkan pada tahun 1955 oleh Lucas, saat itu
mdel pengapian ini digunakan pada mobil BRM dan Conventry Climax F1, masih
banyak memanfaatkan komponen mekanikal pada sistem pengapian konvensional.

Pengapian sistem transistor (eletronik) dibagi menjadi dua macam:

 Sistem pengapian semi transistor

Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi untuk
memutus arus primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki basis
pada transistor.

 Sistem pengapian fully transistor

Sistem kedua sudah tidak menggunakan platina atau murni pengapian elektrik. Untuk
memutuskan arus pada kaki basis, digunakan alat berupa igniter yang akan
mengirimkan sinyak sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus pada kaki
basis transistor

Prinsip kerja pengapian transistor (elektronik) pada mobil hampir sama dengan
pengapian konvensional dan perbedaan terletak pada cara pemutusan arus
primer. Namun baik pengapian semi transistor dan pengapian fully transistor
memiliki perbedaan cara kerja, pada pengapian semi transistor Saat mesin berputar,
cam didalam distributor juga ikut berputar. Hal itu menyebabkan platina dalam
kondisi terbuka dan tertutup. Saat platina dalam kondisi terbuka atau terputus, arus
listrik yang menuju kaki basis juga ikut terputus. Sehingga kaki kolektor dan emitor
juga ikut terputus. Sedangkan pada fully transistor pulse igniter sebagai pengganti
peran platina sebagai pemutus dan pembuka aliran arus listik.
3. Sistem pengapian DLI (Distributor Less Ignition)

Artinya sistem pengapian tanpa melibatkan distributor, merupakan sistem pengapian


yang telah terkontrol oleh computer, pada sistem ini telah menggunakan EFI.
Pengontrolan pengapian dilakukan oleh electronic control unit (ECU), dengan
menghilangkan distributor maka akan meningkatkan relibilitas system pengapian
dengan mengurangi sejumlah komponen mekanik, prinsip kerja DLI sama dengan
pengapian konvensional.

perbedaan utama pada sistem pengapian konvensional dan DLI adalah media
pemutusan arus. pada sistem pengapian konvensional, pemutusan arus dilakukan
oleh platina pada sudut tertentu. sedangkan pada sistem pengapian DLI media
pemutusan arus dilakukan oleh igniter pada coil pack atas perintah ECM dengan
bantuan beberapa sensor.

Bab 2 :

SISTEM STARTER

Motor starter adalah suatu komponen dalam sistem starter mobil yang berfungsi
untuk mengubah energi listrik dari baterai (aki) menjadi energi gerak (mekanik)
putar yang akan digunakan untuk memutar fly wheel pertama kali, yang dibutuhkan
mesin tersebut untuk hidup atau melakukan siklus kerjanya. Berikut ini komponen
komponen dari motor starter :

Saat kunci kontak ON arus yang masuk ke dalam kumparan shunt Kumparan medan
akan memperkuat kemagnetan Kumparan medan karena arah arus masuk ke dalam
shunt Kumparan medan sama maka kemagnetan juga sama, akan tetapi pada saat
kontak starter OFF, terjadi hal sebagai berikut. Proses pelepasan contact plate sama
seperti yang model biasa dan anker masih berputar oleh putaran enersia, pada saat
ini brake surface dan pegas pengereman tidak dapat langsung mengerem anker.
Sedangkan anker masih terdapat sisa-sisa kemagnetan listrik pada inti besinya dan
ini mengakibatkan timbulnya arus listrik pada shunt Kumparan medan yang
menyerupai sebuah generator penghasil arus listrik.

1. Solenoid/Sakelar Magnet (Magnetic Switch)

Sakelar magnet (magnetic switch) atau disebut juga dengan solenoid ini digunakan
untuk menghubungkan dan melepaskan pinion gear ke/dari ring gear flywheel,
sekaligus mengalirkan arus listrik yang besar pada sirkuit motor starter melalui
teminal utama

terminal 30 dan C). Di dalam saklar magnet terdapat dua kumparan, yaitu:
Pull In Coil merupakan suatu kumparan yang apabila dialiri arus listrik menimbulkan
medan magnet yang berfungsi untuk mendorong plunyer sehingga gear pinion
berhubungan dengan fly wheel.

Hold In Coil merupakan suatu kumparan yang bila dialiri arus listrik menimbulkan
medan magnet yang berfungsi untuk menahan plunyer sehingga mempertahankan
gear pinion dengan fly wheel tetap berkaitan.

2. Armature (Rotor) dan Shaft (Poros)

Armature terdiri dari sebatang besi yang berbentuk silindris dan diberi slot-slot,
poros, komutator serta kumparan armature. Armatur berfungsi untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik (gerak), dalam bentuk gerak putar. Armatur
terkadang juga disebut dengan angker.

3. Yoke dan Pole Core

Yoke dibuat dari logam yang berbentuk silinder dan berfungsi sebagai tempat pole
core yang diikat dengan sekrup. Pole core berfungsi sebagai penopang field coil dan
memperkuat medan magnet yang ditimbulkan oleh field coil.

4. Field Coil (Kumparan Medan)

Kumparan medan atau yang biasa disebut dengan field coil dibuat dari lempengan
tembaga, dengan maksud dapat memungkinkan mengalirnya arus listrik yang cukup
kuat/besar. Field coil ini berfungsi untuk membangkit medan magnet.

5. Brush (Sikat) dan Brush Holder (Pemegang Sikat)

Brush atau sikat terbuat dari tembaga lunak, dan berfungsi untuk meneruskan atau
menyalurkan arus listrik dari field coil ke armature coil langsung ke massa melalui
komutator. Umumnya sarter memiliki empat buah brush, yang dikelompokkan
menjadi dua:

a. Dua buah brush disebut dengan brush positif yang digunakan untuk
menghubungkan arus dari field coil ke armatur dan brush.

b. Dua buah brush lainnya disebut dengan brush negatif yang digunakan untuk
menghubungkan arus dari armatur ke massa.

6. Armature Brake

Armature brake berfungsi sebagai pengereman putaran armature setelah lepas dari
perkaitan dengan ring gear pada roda gila (fly wheel).
7. Drive Lever/Shift Fork (Tuas Penggerak)

Drive lever meneruskan gerakan dari plunyer solenoid untuk menggerakkan roda
gigi pinion. Drive lever berfungsi untuk mendorong/menghubungkan pinion gear ke
arah posisi berkaitan dengan ring gear pada fly wheel, serta melepas perkaitan pinion
gear dengan ring gear pada fly wheel.

8. Kopling Starter/Starter Clutch (Overrunning Clutch)

Kopling starter berfungsi untuk meneruskan momen putar armatur shaft kepada fly
wheel melalui roda gigi pinion, sehingga fly wheel dapat ikut berputar. Kopling
starter juga berfungsi sebagai pengaman dari armature coil (mengecah kerusakan
starter) bilamana putaran mesin yang tinggi cenderung memutarkan balik pinion
gear. Kopling starter akan melepaskan dengan sendirinya bila putaran fly wheel
(putaran mesin) lebih besar daripada putaran gear pinion (putaran starter).

9. Gigi Pinion dan Helical Spline

Gigi pinion dan ring gear meneruskan daya putar starter ke mesin. helical spline
mengubah daya putar dai motor ke tuas pinion dan menyebabkan perkaiatan dan
pelepasan gigi pinion dengan ring gear lebih lembut.

Bab 3:

Sistem pengisian adalah suatu system yang bekerja pada kendaraan


pembakaran dalam yang berfungsi untuk mengisi tegangan baterai saat mesin
menyala agar voltase baterai tetap pada kondisi penuh terutama saat mesin di start.

Komponen Sistem Pengisian

1. Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan arus saat mesin menyala. Dan menjadi sumber
tegangan untuk membuat rotor coil pada alternator menjadi megnet saat mesin akan
dinyalakan.

2. Kunci Kontak

Kunci kontak berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran arus listrik
ke system berikutnya (system pengisian).

3. Fuse (Sekering)

Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada system pengisian / jika
terjadinya korsleting (hubungan pendek arus listrik)

4. Voltage Regulator
Komponen ini adalah komponen yang berfungsi mengatur output tegangan
dari alternator agar tetap stabil pada putaran mesin yang berbeda – beda.
5. Alternator
Alternator adalah komponen system pengisian yang berfungsi untuk pembangkit
listrik berdasarkan putaran mesin. Komponen ini adalah komponen yang dapat
mengubah putaran mesin menjadi energy listrik berdasarkan prinsip kerja generator.

Komponen – Komponen Alternator :

1. Pulley
Berfungsi untuk menerima putaran mesin melalui sabuk belt (v- belt).

2. Fan(Kipas)
Berfungsi untuk mendinginkan stator pada alternator yang panas saat mesin
menyala terus menerus.

3. Stator
Berfungsi untuk membangkitkan arus listrik bolak balik / AC (Alternating Current)

4. Rotor
Berfungsi untuk membangkitkan medan magnet dengan prinsip elektromagnet

5. Diode (Rectifier)
Berfungsi untuk menyearahkan arus bolak – balik (AC) menjadi arus searah (DC).

6. Brush (Sikat)
Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik dari voltage regulator ke slip ring
dan menghubungkan slip ring satunya ke massa.

7. Slip Ring
Berfungsi untuk menerima arus listrik dari brush dan menyalurkannya ke
stator coil dan memassakan stator dengan melewati brush satunya.

6. Lampu Indikator Pengisian


Lampu ini berfungsi sebagai tanda kepada pengemudi jika system pengisian tidak
bekerja.

Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional :

1. Saat Kunci Kontak “ON” Mesin Belum Menyala


Aliran Arus Saat Kunci Kontak “ON” mesin belum menyala :
a. Arus yang ke stator coil

Terminal + baterai → Fusible Link → Kunci Kontak → Fuse → Terminal IG Voltage


Regulator → Kontak PL1 → Kontak PLO → Terminal F Voltage Regulator → Terminal
F Alternator → Brush → Slip Ring → Rotor Coil → Slip Ring → Brush → Terminal E
Alternator → Massa.
Dengan kondisi ini maka rotor coil akan penuh menjadi magnet dan jika rotor
berputar maka stator coil akan menghasilkan arus listrik yang besar.

b. Arus yang ke lampu indicator


Terminal + baterai → Fusible Link → Kunci Kontak → Fuse → Lampu Indikator →
Terminal L Regulator → Kontak P0 → Kontak P1 → Massa.

Dengan kondisi ini maka lampu indicator terhubung dengan massa karena terjadi
kontak antara kontak P0 dengan P1

2. Saat Mesin Menyala Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang


Aliran Arus Saat Putaran Mesin Rendah Ke Sedang
Saat mesin sudah menyala maka terminal N alternator menghasilkan arus listrik
yang akan mengaktifkan voltage relay pada voltage regulator. Sehingga kontak Po
akan ditarik dan terhubung dengan kontak P2. Pada kondisi ini kontak Po
memisahkan diri dari P1 sehingga Lampu Indikator tidak terhubung dengan massa.
Pada kondisi ini maka lampu indicator akan mati.

Saat kondisi ini terminal B alternator juga sudah menghasilkan arus listrik dan
saat kontak Po Terhubung dengan Kontak P2 maka voltage regulator relay pada
voltage regulator akan aktif dan menarik kontak Plo sehingga berada mengambang
antara kontak PL1 dan PL2.

Pada kondisi ini Arus Listrik dari terminal IG Voltage Regulator akan melalui
resistor sebelum mencapai terminal F Regulator. Sehingga arus listrik yang mengalir
ke terminal F akan lebih sedikit dan membuat kemagnetan pada rotor coil akan
berkurang. Kondisi inilah yang menyebabkan output pengisian dari kecepatan
Rendah ke kecepatan sedang tetap stabil.

3. Saat Mesin Kecepatan Tinggi


Aliran Arus Saat Kecepatan Sedang Ke Tinggi
Saat putaran mesin tinggi maka output tegangan terminal B Alternator juga besar
sehingga menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator relay pada voltage
regulator menjadi kuat sehingga mampu menarik dan menghubungkan terminal PLo
dengan Terminal PL2. Sehingga arus listrik dari terminal IG yang ke terminal F akan
langsung di massa-kan oleh kontak PL2 sehingga arus listrik yang mengalir ke rotor
coil akan terputus – putus dan kemagnetan rotor coil juga terputus – putus. Sehingga
meski pada putaran tinggi output alternator untuk pengisian baterai akan tetap
stabil.
BAB III
PEMBAHASAN

BUKU UTAMA
Kelemahan:

- Di dalam buku ini masih banyak menggunakan kata – kata yang kurang
dimengeti oleh
pembacanya
- Di dalam buku ini banyak kata-kata yang tidak baku
- Penulisan kata-kata kurang maksimal.
- Pembahasan yang disampaikan terlalu bertele-tele dan bukan semakin
mengerucut pada
inti melainkan malah semakin meluas.
- Memiliki cover buku yang kurang menarik
Kelebihan :

- Materi – materi yang ada di dalam buku ini mencakup banyak hal tentanng materi
dasar elektronika.
- Di dalam buku ini juga terdapat metode metode perangkaian setiap komponen
untuk menciptakan suatu rangkaian.
- Di dalam buku ini juga terdapat pembelajaran tentang kebutuhan komponen dalam
setiap rangkaian elektronika.

BUKU PEMBANDING
Kelemahan:
- Didalam buku ini ada beberapa kata yang kurang dimengerti oleh pembaca
- Buku ini lebih membahas kedalam rangkaian
- Tidak menempatkan komponen-komponen yang dibutuhkan membuat rangkaian
nyata.
Kelebihan :
- Buku ini menjelaskan materi perjudul lebiih mendalam dan saling terkait.
- Terdapat rangkuman disetiap bab yang lengkap
- Cover buku menarik perhatian kita bila kita melihatnya
- Sangat bagus untuk pembelajaran bagi pemula
BAB IV
PENUTUP

● Kesimpulan

Jika dibandingkan antara buku I dan buku II yang memiliki pembahasan hampir
sama. buku II membahas lebih mendalam materi materi yang diapaparkan. Jika
dibandingkan menurut bahasa ,perbandingan buku I dan II adalah: BUKU I ,terdapat
bahasa asing yang masih mudah untuk dipahami BUKU II,bahasa yang digunakan
masih mudah untuk dimengerti oleh orang orang yang berpendidikan.

Dengan critical book ini, dan dari hasil perbandingan kedua buku tersebut, setiap
buku memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Selain itu, isi dari kedua
buku tersebut masih berkesinambungan satu sama lain, hanya saja pendalaman materi
dari setiap buku berbeda.

● Saran

Mungkin akan lebih baik ketika membaca buku sebaiknya kita benar-benar dapat
memahami maksud dari buku tersebut.
Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan memahami materi dasar
dasar elektronika,tetapi ada baiknya kedua buku ini lebih diperbanyak dibagian aspek
pendukung nya seperti tabel,diagram,dan masih banyak lagi sebagai panduan untuk
memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam kedua buku ini.
DAFTAR PUSTAKA

Owen Bishop.2004.Dasar-dasar Elektronika.Jakarta:Erlangga

Eduard Rusdianto.1999.Penerapan konsep dasar litrik dan


elektronika.Yogyakarta:Kansius

Anda mungkin juga menyukai