Anda di halaman 1dari 20

SISTEM PENGISIAN KONVENSIONAL

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kelistrikan Engine Otomotif
Dengan dosen pengampu Drs. Tatang Permana, M.Pd dan H. Ibnu Mubarak, M.Pd.

Disusun Oleh :

Andika Abdul Latif 1801299


Iqlima Afra H M 1808426
Hari Muhammad Fazri 1801314
Wini Nurbayani F 1806100
Teddy Satriadi 1805660
Muhammad Thoriq K 1807549

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pengisian Konvensional”.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,


tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Serta kami sampaikan beribu-ribu terima
kasih kepada informasi dari internet dan perpustakaan yang sangat membantu
kami dalam proses pengerjaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
bisa menambah ilmu dan bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya dan semoga penulis sumber informasi ini diberi balasan yang setimpal
oleh Allah SWT.

Bandung, 16 Desember 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan ..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2

2.1. Pengertian Sistem Pengisian Konvensional ......................................2


2.2. Nama Komponen dan Fungsi Komponen .........................................2
2.3 Cara Kerja ..........................................................................................6
2.4 Penyebab Sistem Pengisian Tidak Bekerja........................................10
2.5 Cara Mengatasi Sistem Pengisian Tidak Bekerja ..............................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................14

3.1. Kesimpulan .......................................................................................14


3.2. Saran .................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Baterai ............................................................................................2

Gambar 2. Kunci Kontak .................................................................................3

Gambar 3. Fusiable Link .................................................................................3

Gambar 4. Regulator .......................................................................................4

Gambar 5. Alternator .......................................................................................4

Gambar 6. Ketika Kunci Kontak ON Namun Mesin Belum Hidup.................6

Gambar 7. Mesin Hidup Pada Kecepatan Rendah............................................7

Gambar 8. Mesin Hidup Pada Kecepatan Sedang............................................8

Gambar 9. Mesin Hidup Pada Kecepatan Tinggi.............................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Baterai pada mobil berfungsi untuk memberikan tenaga listrik dalam jumlah
yang cukup pada bagian-bagian kelistrikan mobil seperti motor starter, lampu-
lampu besar dan wiper. Akan tetapi, kapasitas baterai terbatas dan tak mampu
memberikan semua tenaga yang diperlukan secara terus-menerus oleh mobil. Oleh
karena itu, baterai harus terisi penuh agar mampu memberikan tenaga listrik yang
diperlukan oleh bagian-bagian kelistrikan. Untuk memproduksi tenaga listrik dan
mempertahankan baterai tetap terisi. Sistem pengisian memproduksi tenaga listrik
untuk mengisi baterai serta untuk memberikan arus yang dibutuhkan oleh bagian-
bagian kelistrikan yang cukup selama mesin bekerja.

Kebanyakan mobil dilengkapi dengan alternator arus bolak-balik karena ini


lebih baik dari dinamo arus searah dalam hal kemampuan membangkitkan tenaga
listrik dan ketahanannya. Karena mobil membutuhkan arus searah (AC) maka arus
bolak-balik (DC) yang diproduksi oleh alternator disearahkan (diubah menjadi
arus searah) sebelum dikeluarkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sistem pengisian konvensional?
2. Apa saja nama komponen dan fungsinya?
3. Apa saja prinsip kerja sistem pengisian konvensional?
4. Bagaimana cara kerja sistem pengisian konvensional?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian sistem pengisian konvensional.
2. Mengetahui nama komponen dan fungsinya.
3. Mengetahui prinsip kerja sistem pengisian konvensional.
4. Mengetahui cara kerja sistem pengisian konvensional.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Sistem Pengisian Konvensional

Sistem pengisian konvensional adalah sistem pengisian yang pengaturan


output alternatornya dilakukan dengan regulator model konvensional (tipe kontak
poin) dan bekerja berdasarkan medan magnet pada kumparan regulator untuk
mengatur arus listrik yang mengalir menuju kumparan rotor, sehingga kuat
lemahnya medan magnet pada kumparan rotor tersebut dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.

Sistem pengisian konvensional merupakan salah satu sistem pengisian dengan


menggunakan sebuah relay sebagai pengatur tegangan yang masuk ke baterai.
Relay tersebut berfungsi memutus, menyambung, memperbesar, dan memperkecil
tegangan yang masuk ke baterai dari alternator. Relay tersebut sering disebut
regulator. Regulator terpasang terpisah dengan alternator sehingga rangkaian lebih
rumit.

2.2 Nama Komponen dan Fungsinya

Gambar 1.
1. Baterai

Baterai pada sistem pengisian konvensional berfungsi untuk memberi energi


listrik pada system pengisian terutama untuk menghasilkan medan magnet di rotor
coil pada altenator saat mesin belum hidup. Kemudian setelah mesin hidup baterai

2
3

akan berfungsi untuk menyimpan energi listrik dengan catatan bahwa sistem
pengisian berfungsi dengan baik. Jika beban listrik yang bekerja pada kendaraan
melebihi kemampuan alternator dalam menghasilkan listrik, maka baterai bertugas
memberi listrik tambahan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan listrik dari
alternator.

2. Kunci Kontak

Gambar 2.

Kunci kontak pada sistem pengisian berfungsi sebagai sakelar yaitu untuk
menghidupkan dan mematikan sistem pengisian. Dalam hal ini, kunci kontak
menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang masuk ke rotor coil di dalam
alternator.

3. Fuse (Sekering)

Gambar 3.
4

Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada sistem pengisian atau jika
terjadinya korsleting (hubungan pendek arus listrik).

4. Voltage Regulator

Gambar 4.

Komponen ini adalah komponen yang berfungsi mengatur output tegangan


dari alternator agar tetap stabil pada putaran mesin yang berbeda-beda.

5. Alternator

Gambar 5.
5

Alternator adalah komponen utama sistem pengisian. Alternator berfungsi


untuk mengubah energi gerak putar dari mesin menjadi energi listrik. Pada
alternator ada empat terminal, terminal tersebut adalah terminal E, F, N dan B
(ada yang menyebut terminal N sebagai terminal P). alternator pada sistem
pengisian terdiri dari beberapa komponen kecil diantaranya :

a. Sikat (Brush)

Sikat berfungsi untuk menghantarkan arus dari terminal F ke kumparan


rotor melalui slip ring positif. Selain itu, sikat juga berfungsi untuk
menghantarkan listrik dari rotor coil ke terminal E alternator melalui slip ring
negatif.

b. Kumparan Stator (Stator Coil)

Kumparan stator berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik AC


(bolak-balik).

c. Kumparan Rotor (Rotor Coil)

Kumparan rotor berfungsi untuk menghasilkan medan magnet pada


alternator.

d. Bantalan (Bearing)

Bantalan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara poros rotor dengan


rumah depan dan rumah belakang alternator.

e. Rangka Depan dan Belakang

Berfungsi sebagai dudukan bantalan depan dan bantalan belakang dan


juga sebagai peutup bagian depan dan belakang alternator.

f. Spacer
Berfungsi untuk memberi jarak antara kipas dan bantalan sehingga kipas
tidak menggesek rangka depan.
g. Kipas
Berfungsi untuk mendinginkan komponen yang ada pada alternator.
6

h. Pulley
Berfungsi untuk meneruskan tenaga putar dari poros engkol melalui tali
kipas ke poros alternator.
i. Dioda Penyearah (Rectifier)
Dioda penyearah berfungsi untuk menyearahkan arus listrik bolak-balik
(AC) yang dihasilkan kumparan stator menjadi arus listrik searah (DC).
j. Dudukan Sikat (Brush Holder)
Berfungsi sebagai tempat terpasangnya sikat dan per (pegas).

2.3 Cara Kerja


1. Ketika Kunci Kontak ON Namun Mesin Belum Hidup
Cara kerja sistem pengisian dalam kondisi kunci kontak ON dan mesin
belum hidup adalah sebagai berikut :
 Arus dari baterai mengalir ke fusible link (FL), lalu ke kunci kontak (KK), ke
fuse, lalu ke charge warning lamp (CWL), kemudian ke L, ke P0, lalu ke P1
dan kemudian ke massa. Akibatnya lampu pengisian akan menyala.

Gambar 6.

 Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke Fusible Link, lalu ke
kunci kontak, ke fuse, lalu ke Ig, lalu ke PL1, lalu ke PL0, kemudian ke
terminal F regulator, lalu ke F alternator, lalu ke rotor coil (RC) dan ke massa.
Akibat arus ini pada RC muncul medan magnet.
7

2. Mesin Hidup Pada Kecepatan Rendah


Pada saat mesin sudah mulai hidup dalam kecepatannya rendah, terjadi
kondisi sebagai berikut :
 Stator Coil menghasilkan arus listrik
 Tegangan dari terminal N alternator tadi mengalir ke N regulator, kemudian
ke kumparan voltage relay, lalu ke massa. Akibatnya pada kumparan voltage
relay akan muncul medan magnet dan terminal P0 akan tertarik dan
menempel dengan P2. Akibatnya lampu pengisian menjadi padam karena
tidak mendapatkan massa.

Gambar 7.

 Output dari stator coil disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus DC
atau arus searah, lalu mengalir ke B alternator dan lalu ke baterai. Dalam
posisi ini terjadi pengisan pada baterai.
 Arus dari terminal B juga akan mengalir ke B regulator lalu ke P2, lalu ke P0,
lalu ke kumparan voltage regulator dan ke massa. Akibatnya muncul
kemagnetan pada voltage regulator.
 Karena putaran masih rendah, maka tegangan output alternator juga
cenderung rendah. Dan jika tegangan B kurang dari 13,8 volt maka medan
magnet pada kumparan voltage regulator akan lemah dan PL0 akan tetap
menempel di PL1 karena adanya pegas pada PL0.
 Akibatnya arus yang besar juga akan mengalir dari Ig, ke PL1, lalu ke PL0,
ke F regulator, lalu ke F alternator lalu ke rotor coil, lalu ke massa. Karena
8

adanya arus besar ini maka arus yang mengalir ke rotor coil besar dan medan
manget pada rotor coil juga menjadi kuat. Sehingga walaupun lambat, output
masih cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet pada rotor coil
kuat.

3. Mesin Hidup Pada Kecepatan Sedang


Jika putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output
alternator pada terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B regulator,
lalu ke P2, ke P0, lalu ke kumparan voltage regulator, dan ke massa. Akibatnya
medan magnet pada kumparan voltage regulator menjadi semakin kuat dan
menarik PL0 sehingga lepas dari PL1 (dengan kata lain PL0 mengambang).
Akibatnya pula arus dari B alternator mengalir ke IG lalu ke resistor (R) lalu ke F
regulator, lalu ke F alternator, lalu ke Rotor Coil dan ke massa. Pada proses ini
kemagnetan pada Rotor Coil melemah karena arus melewati resistor.

Gambar 8.

Walaupun kemagnetan pada Rotor Coil melemah, namun putaran akan


naik ke putaran sedang sehingga output alternator cukup untuk mengisi baterai
demgan tegangan antara 13,8 volt hingga 14,8 volt.

4. Mesin Hidup Pada Kecepatan Tinggi


Jika putaran mesin naik kembali ke putaran tinggi, maka tegangan output
pada terminal B alternator akan cenderung semakin tinggi. dan jika tegangan
9

tersebut melebihi 14,8 volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator
akan semakin kuat sehingga kontak PL0 akan tertarik dan menempel dengan PL2.

Gambar 9.

 Akibatnya arus dari Ig akan mengalir ke Resistor, lalu ke PL0, lalu ke PL2,
lalu ke massa (tanpa melalui ke Rotor Coil). Hal ini akan menyebabkan
medan magnet pada Rotor Coil menjadi drop.
 Output dari terminal B alternator akan menjadi turun. Dan jika tegangan
output kurang dari tegangan standar yakni antara 13,8 – 14,8 volt. Maka
kemagnetan pada voltage regulator akan melemah lagi, lalu PL0 akan terlepas
lagi dari PL2.
 Arus dari Ig ke Resistor lalu kembali mengalir ke RC dan ke massa, sehingga
medan magnet yang ada pada RC akan kembali menguat sehingga tegangan
output aternator akan naik lagi.
 Jika tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt maka proses akan
berulang ke proses nomor 13 dan itu secara berulang-ulang dan PL0 lepas dan
memempel dengan PL2 yang secara periodik sehingga output dari alternator
akan menjadi stabil.
Berdasarkan cara kerja sistem pengisian konvensional di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa terjadinya tegangan output pada alternator dipengaruhi
oleh tiga hal yaitu adanya medan magnet yang dihasilkan oleh rotor coil, adanya
kumparan disekitar medan magnet (stator coil), dan adanya pemotongan medan
magnet oleh kumparan. Pemotongan medan magnet ini terjadi karena adanya
10

putaran poros alternator yang menyebabkan rotor coil berputar dan medan magnet
yang ada padanya juga berputar untuk memotong kumparan di stator coil.

2.4. Penyebab Sistem Pengisian Tidak Bekerja


Salah satu masalah yang sering terjadi pada sistem pengisian konvensional
adalah tidak adanya tegangan listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan sistem pengisian tidak bekerja
antara lain :

1. V-belt putus
V-belt merupakan komponen yang berfungsi untuk menghubungkan
antara putaran mesin dengan alternator. Apabila v-belt putus maka putaran mesin
tidak akan terhubung dengan alternator sehingga alternator tidak akan berputar.
Akibatnya maka tidak akan terjadi induksi tegangan pada alternator atau tegangan
listrik tidak akan dihasilkan oleh alternator walaupun pada alternator terjadi
kemagnetan pada field coil atau kumparan rotor.
2. Regulator rusak
Apabila regulator mengalami kerusakan maka dapat mengakibatkan
sistem pengisian tidak bekerja. Beberapa komponen yang terdapat pada regulator
yang apabila terjadi kerusakan maka sistem pengisian tidak akan bekerja antara
lain resistor putus, kontak point pada voltage regulator kotor.

Apabila resistor dan kontak point yang ada pada rangkaian voltage
regulator ini putus maka aliran listrik dari terminal IG akan terhambat atau bahkan
tidak dapat dialirkan ke komponen rotor coil sehingga kemagnetan pada alternator
tidak dapat dibangkitkan oleh rotor coil.

3. Alternator rusak

Alternator merupakan bagian penting di dalam sistem pengisian yang


berfungsi untuk membangkitkan energi listrik yang nantinya digunakan untuk
mengisi kembali baterai dan untuk mensuplai arus listrik ke komponen-komponen
kelistrikan selama mesin hidup. Bila alternator ini rusak maka tentunya sistem
11

pengisian tidak akan bekerja, komponen-komponen alternator yang dapat


mempengaruhi hilangnya tegangan pengisian antara lain :

a. Rotor coil putus

Rotor coil merupakan kumparan yang ada di dalam alternator yang


bergerak bersama-sama dengan pully alternator. Rotor coil ini merupakan bagian
alternator yang berfungsi untuk membangkitkan medan magnet.

Rotor coil akan dapat membangkitkan medan magnet apabila ada


arus listrik yang melewati rotor coil sehingga apabila arus listrik ini hilang atau
tidak ada maka rotor coil tidak akan dapat membangkitkan kemagnetan.

Tegangan listrik dapat dihasilkan jika penghantar atau kumparan


stator memotong gaya medan magnet, apabila medan magnet tidak ada maka
tegangan listrik juga tidak akan dihasilkan. Arus listrik tidak dapat mengalir ke
rotor coil dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sambungan
rotor coil dengan slip ring putus, sikat habis, kumparan rotor terbakar atau terjadi
hubungan singkat.

b. Stator coil putus

Stator coil merupakan bagian di dalam alternator yang berfungsi


sebagai pemotong garis medan magnet yang dibangkitkan oleh rotor coil. Jika
kumparan pada stator coil ini putus maka sistem pengisian tidak akan terjadi.

c. Dioda putus

Dioda atau rectifier merupakan komponen elektronika yang


berfungsi untuk menyearahkan arus atau merubah arus bolak-balik (AC) menjadi
arus searah (DC). Jika dioda penyearah ini putus maka arus listrik yang dihasilkan
oleh alternator tidak dapat disearahkan dan tidak dapat dialirkan. Akibatnya tidak
akan ada arus pengisian atau sistem pengisian tidak akan bekerja.
12

4. Wiring dan sirkuit

Komponen-komponen sistem pengisian saling dihubungkan melalui


sebuah rangkaian sistem pengisian. Komponen penghubung rangkaian tersebut
adalah kabel dan socket.

Bila kabel penghubung ini putus atau sambungan socket lepas maka akan
dapat menyebabkan sistem pengisian tidak bekerja karena sudah tentu bila kabel
putus atau socket lepas maka aliran listrik juga akan terputus, misalnya saja kabel
yang menghubungkan antara kunci kontak dengan terminal IG regulator putus
atau socket IG regulator lepas maka listrik tidak akan dapat dialirkan menuju ke
rotor coil sehingga rotor coil tidak akan terjadi kemagnetan dan menyebabkan
sistem pengisian tidak bekerja.

5. Komponen-komponen pengaman putus

Setiap komponen kelistrikan selalu dilengkapi dengan komponen


pengaman yaitu fuse. Fuse atau sekering berfungsi untuk mengamankan
komponen-komponen pada sistem pengisian agar tidak rusak bila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan misalnya terjadi hubungan pendek (korslet) atau arus yang
mengalir besar.

2.5. Cara Mengatasi Sistem Pengisian Tidak Bekerja


a. V-Belt Putus

Ketika V-belt putus maka salah satu jalan untuk memperbaikinya yaitu
mengganti dengan v-belt yang baru dengan sefesifikasi yang sesuai pada buku
panduan service.

b. Regulator Rusak

Ketika regulator rusak ataupun terbakar maka harus diganti dengan yang
baru sesuai sfesifikasi pabrikan.
13

c. Alternator Rusak

Memeriksa alternator yang rusak apakah masih bisa diperbaiki lilitannya


atau hanya socket kabel putus, kendor atau terbakar maka perbaiki, namun jika
keadaanya sudah sangat rusak maka harus diganti.

Periksa rotor coil, stator coil, diode, komponen fuse dan wiring
sirkuitnya, jika masih bisa diperbaiki namun jika keadaan sudah sangat rusak
maka harus diganti sesuai spesifikasi pabrikan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berasarkan uraian bab diatas penulis dapat mengambil simpulan, bahwa :

a. Sistem Pengisian adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa


komponen dan bekerja untuk menghasilkan arus listrik yang didapat dari
putaran rotor, yang kemudian arus tersebut digunakan untuk menyuplai
arus pada baterai sehingga tetap terisi penuh
b. Fungsi dari system pengisian yaitu :
 Mempertahankan daya Baterai
 Menyuplai arus baterai
 Melindungi komponen kelistrikan atau elektronik kendaraan
 Mempeerpanjang umur baterai
c. Cara Kerja Sistem Pengisian yaitu :

Ketika mesin berputar dengan kecepatan putaran semakin tinggi, pada


generator atau pembangkit tegangan terbentuk arus listrik bolak balik atau
alternating current yang terus meningkat tegangannya seiring putaran mesin,
diperlukan regulator untuk membatasi tegangan sesuai yang di perlukan, dengan
mengurangi suplay arus listrik ke rotor koil untuk mengurangi gaya medan
magnet yang terbentuk. Dengan beban besar, maka alternator akan menghasilkan
arus yang besar pula, begitu juga sebaliknya,seperti contoh saat mesin habis di
starter, maka pengisian alternator akan besar, dan mengecil secara otomatis
setelah arus aki tercukupi. Bisa juga saat kita menyalakan lampu besar, maka
kinerja alternator akan otomatis naik.

Pada dasarnya alternator memiliki beberapa terminal utama diantara nya


terminal F, terminal N, terminal E ada juga yang tidak pakai terminal E karena
terminal E sama dengan ground, serta terminal B+ dan Ground. Seiring dengan
kebutuhan beban dan fitur kendaraan terminal alternator juga di sesuaikan dengan
kebutuhan tersebut.

14
15

3.2. Saran

Sejalan dengan simpulan diatas, penulis merumuskan saran


sebagai berikut :

1. Penulis mengharapkan pembaca untuk bisa membuat sebuah penelitian


tentang Sistem Pengisian.
2. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai analisis, teori, prinsip tentang
sistem pengisian pada kendaraan.
3. Kepada bapak dan ibu dosen diharapkan untuk selalu membimbing kami
dalam pembuatan makalah yang selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai