MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kelistrikan Engine Otomotif
Dengan dosen pengampu Drs. Tatang Permana, M.Pd dan H. Ibnu Mubarak, M.Pd.
Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pengisian Konvensional”.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Serta kami sampaikan beribu-ribu terima
kasih kepada informasi dari internet dan perpustakaan yang sangat membantu
kami dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
bisa menambah ilmu dan bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya dan semoga penulis sumber informasi ini diberi balasan yang setimpal
oleh Allah SWT.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Baterai pada mobil berfungsi untuk memberikan tenaga listrik dalam jumlah
yang cukup pada bagian-bagian kelistrikan mobil seperti motor starter, lampu-
lampu besar dan wiper. Akan tetapi, kapasitas baterai terbatas dan tak mampu
memberikan semua tenaga yang diperlukan secara terus-menerus oleh mobil. Oleh
karena itu, baterai harus terisi penuh agar mampu memberikan tenaga listrik yang
diperlukan oleh bagian-bagian kelistrikan. Untuk memproduksi tenaga listrik dan
mempertahankan baterai tetap terisi. Sistem pengisian memproduksi tenaga listrik
untuk mengisi baterai serta untuk memberikan arus yang dibutuhkan oleh bagian-
bagian kelistrikan yang cukup selama mesin bekerja.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1.
1. Baterai
2
3
akan berfungsi untuk menyimpan energi listrik dengan catatan bahwa sistem
pengisian berfungsi dengan baik. Jika beban listrik yang bekerja pada kendaraan
melebihi kemampuan alternator dalam menghasilkan listrik, maka baterai bertugas
memberi listrik tambahan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan listrik dari
alternator.
2. Kunci Kontak
Gambar 2.
Kunci kontak pada sistem pengisian berfungsi sebagai sakelar yaitu untuk
menghidupkan dan mematikan sistem pengisian. Dalam hal ini, kunci kontak
menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang masuk ke rotor coil di dalam
alternator.
3. Fuse (Sekering)
Gambar 3.
4
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada sistem pengisian atau jika
terjadinya korsleting (hubungan pendek arus listrik).
4. Voltage Regulator
Gambar 4.
5. Alternator
Gambar 5.
5
a. Sikat (Brush)
d. Bantalan (Bearing)
f. Spacer
Berfungsi untuk memberi jarak antara kipas dan bantalan sehingga kipas
tidak menggesek rangka depan.
g. Kipas
Berfungsi untuk mendinginkan komponen yang ada pada alternator.
6
h. Pulley
Berfungsi untuk meneruskan tenaga putar dari poros engkol melalui tali
kipas ke poros alternator.
i. Dioda Penyearah (Rectifier)
Dioda penyearah berfungsi untuk menyearahkan arus listrik bolak-balik
(AC) yang dihasilkan kumparan stator menjadi arus listrik searah (DC).
j. Dudukan Sikat (Brush Holder)
Berfungsi sebagai tempat terpasangnya sikat dan per (pegas).
Gambar 6.
Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke Fusible Link, lalu ke
kunci kontak, ke fuse, lalu ke Ig, lalu ke PL1, lalu ke PL0, kemudian ke
terminal F regulator, lalu ke F alternator, lalu ke rotor coil (RC) dan ke massa.
Akibat arus ini pada RC muncul medan magnet.
7
Gambar 7.
Output dari stator coil disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus DC
atau arus searah, lalu mengalir ke B alternator dan lalu ke baterai. Dalam
posisi ini terjadi pengisan pada baterai.
Arus dari terminal B juga akan mengalir ke B regulator lalu ke P2, lalu ke P0,
lalu ke kumparan voltage regulator dan ke massa. Akibatnya muncul
kemagnetan pada voltage regulator.
Karena putaran masih rendah, maka tegangan output alternator juga
cenderung rendah. Dan jika tegangan B kurang dari 13,8 volt maka medan
magnet pada kumparan voltage regulator akan lemah dan PL0 akan tetap
menempel di PL1 karena adanya pegas pada PL0.
Akibatnya arus yang besar juga akan mengalir dari Ig, ke PL1, lalu ke PL0,
ke F regulator, lalu ke F alternator lalu ke rotor coil, lalu ke massa. Karena
8
adanya arus besar ini maka arus yang mengalir ke rotor coil besar dan medan
manget pada rotor coil juga menjadi kuat. Sehingga walaupun lambat, output
masih cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet pada rotor coil
kuat.
Gambar 8.
tersebut melebihi 14,8 volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator
akan semakin kuat sehingga kontak PL0 akan tertarik dan menempel dengan PL2.
Gambar 9.
Akibatnya arus dari Ig akan mengalir ke Resistor, lalu ke PL0, lalu ke PL2,
lalu ke massa (tanpa melalui ke Rotor Coil). Hal ini akan menyebabkan
medan magnet pada Rotor Coil menjadi drop.
Output dari terminal B alternator akan menjadi turun. Dan jika tegangan
output kurang dari tegangan standar yakni antara 13,8 – 14,8 volt. Maka
kemagnetan pada voltage regulator akan melemah lagi, lalu PL0 akan terlepas
lagi dari PL2.
Arus dari Ig ke Resistor lalu kembali mengalir ke RC dan ke massa, sehingga
medan magnet yang ada pada RC akan kembali menguat sehingga tegangan
output aternator akan naik lagi.
Jika tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt maka proses akan
berulang ke proses nomor 13 dan itu secara berulang-ulang dan PL0 lepas dan
memempel dengan PL2 yang secara periodik sehingga output dari alternator
akan menjadi stabil.
Berdasarkan cara kerja sistem pengisian konvensional di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa terjadinya tegangan output pada alternator dipengaruhi
oleh tiga hal yaitu adanya medan magnet yang dihasilkan oleh rotor coil, adanya
kumparan disekitar medan magnet (stator coil), dan adanya pemotongan medan
magnet oleh kumparan. Pemotongan medan magnet ini terjadi karena adanya
10
putaran poros alternator yang menyebabkan rotor coil berputar dan medan magnet
yang ada padanya juga berputar untuk memotong kumparan di stator coil.
1. V-belt putus
V-belt merupakan komponen yang berfungsi untuk menghubungkan
antara putaran mesin dengan alternator. Apabila v-belt putus maka putaran mesin
tidak akan terhubung dengan alternator sehingga alternator tidak akan berputar.
Akibatnya maka tidak akan terjadi induksi tegangan pada alternator atau tegangan
listrik tidak akan dihasilkan oleh alternator walaupun pada alternator terjadi
kemagnetan pada field coil atau kumparan rotor.
2. Regulator rusak
Apabila regulator mengalami kerusakan maka dapat mengakibatkan
sistem pengisian tidak bekerja. Beberapa komponen yang terdapat pada regulator
yang apabila terjadi kerusakan maka sistem pengisian tidak akan bekerja antara
lain resistor putus, kontak point pada voltage regulator kotor.
Apabila resistor dan kontak point yang ada pada rangkaian voltage
regulator ini putus maka aliran listrik dari terminal IG akan terhambat atau bahkan
tidak dapat dialirkan ke komponen rotor coil sehingga kemagnetan pada alternator
tidak dapat dibangkitkan oleh rotor coil.
3. Alternator rusak
c. Dioda putus
Bila kabel penghubung ini putus atau sambungan socket lepas maka akan
dapat menyebabkan sistem pengisian tidak bekerja karena sudah tentu bila kabel
putus atau socket lepas maka aliran listrik juga akan terputus, misalnya saja kabel
yang menghubungkan antara kunci kontak dengan terminal IG regulator putus
atau socket IG regulator lepas maka listrik tidak akan dapat dialirkan menuju ke
rotor coil sehingga rotor coil tidak akan terjadi kemagnetan dan menyebabkan
sistem pengisian tidak bekerja.
Ketika V-belt putus maka salah satu jalan untuk memperbaikinya yaitu
mengganti dengan v-belt yang baru dengan sefesifikasi yang sesuai pada buku
panduan service.
b. Regulator Rusak
Ketika regulator rusak ataupun terbakar maka harus diganti dengan yang
baru sesuai sfesifikasi pabrikan.
13
c. Alternator Rusak
Periksa rotor coil, stator coil, diode, komponen fuse dan wiring
sirkuitnya, jika masih bisa diperbaiki namun jika keadaan sudah sangat rusak
maka harus diganti sesuai spesifikasi pabrikan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
14
15
3.2. Saran
16