Anda di halaman 1dari 32

SMK N 1 Seputih Surabaya TAHUN : 2020-2021

MAPEL : Kelistrikan SISTEM PENGISIAN JURUSAN : TKR


TANGGAL : KELOMPOK :

A. TUJUAN
1. Pengujian dilaksanakan tanpa menyebabkan kerusakan tanpa menyebabkan komponen
atau system pengisian
2. Informasi yang benar diakses dari spesifikasi pabrik dan diterapkan pada saat
praktek system pengisian
3. Tes atau pengujian dilakukan untuk menetukan kesalahan atau kerusakan pada
system pengisian
4. Mengidentifikasi kesalahan pada system pengisian dan menentukan langkah
perbaikan pada system pengisian
5. Seluruh kegiatan pengujian dilaksanakan berdasarkan SOP undang undang K3,
peraturan perundang undangan dan prosedur atau kebijakan yang berlaku

B. KESELAMATAN KERJA
1. Mekanik bekerja sesuai dengan SOP
2. Pelaksanaan K3 harus memenuhi undang undang K3 undang undang no 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja yang tertuang pada bab III pasal (3) ayat (1)
a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e) memberi pertolongan pada kecelakaan;
f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran;
h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, insfeksi dan penularan;
i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j) menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;
k) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan
proses kerjanya;
n) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
Penyimpanan barang;
q) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Obeng (+) (-)
b. Kunci T 8
c. Kunci T 10
d. Kunci T 12 -13
2. Bahan
a. 1 unit engine stand
b. Alternator
c. Baterai 12V
D. LANDASAN TEORI

1. Pengertian

Sistem pengisian berfungsi untuk mengisi kembali baterai, dan mensuplai arus
listrik ke seluruh sistem kelistrikan setelah mesin hidup. Komponen –komponen pada
sistem pengisian adalah seperti ditunjukkan pada gambar di ba wah ini, terdiri dari
baterai, kunci kontak, alternator,dan regulator.
Gambar 1. Sistem pengisian baterai

2. Jenis sistem pengisian baterai


Ada 2 jenis sistem pengisian baterai yaitu :

a. Sistem pengisian baterai dengan regulator konvensional


Sistem pengisian tipe konvensional adalah sistem pengisian yang pengaturan output
alternator dilakukan dengan regulator model konvensional (tipe kontak poin) yang
bekerja berdasarkan medan magnet pada kumparan regulator untuk mengatur arus
listrik
yang mengalir ke kumparan rotor (rotor coil) sehingga kuat lemahnya medan magnet pada
kumparan tersebut dapat diatur sesuai kebutuhan.

b. Sistem pengisian baterai dengan regulator IC

Sistem pengisian dengan regulator IC merupakan perkembangan dari sistem


pengisian dengan regulator konvensional. Pada regulator tipe konvensional seperti yang
telah dijelaskan di atas, proses pengaturan tegangan output alternator dilakukan secara
elektromagnetik dengan memindahkan posisi titik kontak pada voltage regulator sesuai
dengan kebutuhan. Pemindahan posisi titik kontak ini digunakan untuk mengatur besar
kecilnya arus yang masuk ke kumparan rotor. Saat putaran tinggi, arus yang masuk ke
kumparan rotor dikurangi sehingga kuat medan magnetnya menurun, dan sebaliknya pada
putaran rendah arus yang ke kumparan rotor dibesarkan sehingga medan magnet pada
kum paran rotor kuat. Efek dari pengaturan arus pada kumparan rotor sesuai dengan
kecepatan putaran rotor adaalah tegangan yang dihasilkan oleh alternator stabil (13,8
sampai 14,8 V).

3. Komponen-Komponen Sistem Pengisian Konvensional

Sistem pengisian terdapat beberapa komponen utama yaitu :

a. Baterai

Baterai berfungsi untuk menyimpan arus saat


mesin menyala. Dan menjadi sumber tegangan
untuk membuat rotor coil pada alternator menjadi
megnet saat mesin akan dinyalakan.
b. Kunci Kontak

Kunci kontak berfungsi untuk


menghubungkan dan memutuskan aliran arus
listrik ke system berikutnya (system pengisian).

c. Fuse (Sekering)
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus
pada system pengisian / jika terjadinya korsleting
(hubungan pendek arus listrik)

d. Voltage Regulator

Komponen ini adalah komponen yang


berfungsi mengatur output tegangan dari
alternator agar tetap stabil pada putaran mesin
yang berbeda – beda
e. Alternator

Alternator adalah komponen system pengisian


yang berfungsi untuk pembangkit listrik
berdasarkan putaran mesin. Komponen ini adalah
komponen yang dapat mengubah putaran mesin
menjadi energy listrik berdasarkan prinsip kerja
generator.

Komponen – Komponen Alternator :


- Pulley

Berfungsi untuk menerima putaran mesin melalui


sabuk belt (v- belt).

- Fan (Kipas)

Berfungsi untuk mendinginkan stator pada


alternator yang panas saat mesin menyala terus
menerus.
- Stator

Berfungsi untuk membangkitkan arus listrik


bolak balik / AC (Alternating Current)

- Rotor

Berfungsi untuk membangkitkan medan


magnet dengan prinsip elektromagnet

- Diode (Rectifier)

Berfungsi untuk menyearahkan arus bolak –


balik (AC) menjadi arus searah (DC).

- Brush (Sikat)
Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik
dari voltage regulator ke slip ring dan
menghubungkan slip ring satunya ke massa.

- Slip Ring

Berfungsi untuk menerima arus listrik dari


brush dan menyalurkannya ke stator coil dan
memassakan stator dengan melewati brush
satunya.

- Lampu Indikator Pengisian

Lampu ini berfungsi sebagai tanda kepada


pengemudi jika system pengisian tidak
bekerja.

4. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional

Untuk lebih memudahkan dalam memahami cara kerja sistem pengisian konvensional,
perhatikan gambar berikut ini:
Pada skema rangkaian sistem pengisian konvensional di atas, ada dua bagian utama yaitu
komponen alternator dan komponen regulator (dalam kotak garis putus-putus). Di dalam
alternator ada beberapa komponen yaitu stator (stator coil). Kumparan rotor, enam buah
dioda yang dirangkai dengan model jembatan, dan terminal alternator yakni E, F, N dan
B.

Sedangkan dalam komponen regulator, ada beberapa bagian yaitu voltage regulator,
voltage relay, kontak poin, resistor, serta terminal-terminal regulator seperti IG, N, F, E,
L, dan B. Semua komponen dalam regulator dan alternator tersebut dihubungkan satu
dengan yang lain sehingga membentuk suatu rangkaian sistem pengisian.

Prinsip kerja dari sistem pengisian regulator konvensional terdiri dari empat bagian, yaitu
ketika kunci kontak di ON-kan namun mesin belum hidup, ketika mesin hidup dalam
putaran lambat, ketika mesin hidup pada putaran sedang, dan ketika mesin hidup pada
putaran tinggi. berikut ini cara kerja masing-masing kondisi tersebut:

a. Ketika Kunci Kontak ON Namun Mesin Belum Hidup

Cara kerja sistem pengisian dalam kondisi kunci kontak ON dan mesin belum hidup
adalah sebagai berikut:

Arus dari baterai mengalir ke fusible link (FL), lalu ke kunci kontak (KK), ke fuse, lalu
ke charge warning lamp (CWL), kemudian ke L, ke P0, lalu ke P1 dan kemudian ke
massa.
Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke Fusible Link, lalu ke kunci
kontak, ke fuse, lalu ke Ig, lalu ke PL1, lalu ke PL0, kemudian ke terminal F regulator,
lalu ke F alternator, lalu ke rotor coil (RC) dan ke massa. Akibat arus ini pada RC muncul
medan magnet.

b. Mesin Hidup Pada Kecepatan Rendah

Pada saat mesin sudah mulai hidup dalam kecepatannya rendah, terjadi kondisi sebagai
berikut:
 Stator Coil menghasilkan arus listrik
 Tegangan dari terminal N alternator tadi mengalir ke N regulator, kemudian ke
kumparan voltage relay, lalu ke massa. Akibatnya pada kumparan voltage relay akan
muncul medan magnet dan terminal P0 akan tertarik dan menempel dengan P2.
Akibatnya lampu pengisian menjadi padam karena tidak mendapatkan massa.
 Output dari stator coil disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus DC atau arus
searah, lalu mengalir ke B alternator dan lalu ke baterai. Dalam posisi ini terjadi pengisan
pada baterai.
 Arus dari terminal B juga akan mengalir ke B regulator lalu ke P2, lalu ke P0, lalu ke
kumparan voltage regulator dan ke massa. Akibatnya muncul kemagnetan pada voltage
regulator.
 Karena putaran masih rendah, maka tegangan output alternator juga cenderung rendah.
Dan jika tegangan B kurang dari 13,8 volt maka medan magnet pada kumparan voltage
regulator akan lemah dan PL0 akan tetap menempel di PL1 karena adanya pegas pada
PL0.
 Akibatnya arus yang besar juga akan mengalir dari Ig, ke PL1, lalu ke PL0, ke F
regulator, lalu ke F alternator lalu ke rotor coil, lalu ke massa. Karena adanya arus besar
ini maka arus yang mengalir ke rotor coil besar dan medan manget pada rotor coil juga
menjadi kuat. Sehingga walaupun lambat, output masih cukup untuk mengisi baterai
karena medan magnet pada rotor coil kuat.

c. Mesin Hidup Pada Kecepatan Sedang

Jika putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator pada
terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B regulator, lalu ke P2, ke P0, lalu ke
kumparan voltage regulator, dan ke massa. Akibatnya medan magnet pada kumparan
voltage regulator menjadi semakin kuat dan menarik PL0 sehingga lepas dari PL1
(dengan kata lain PL0 mengambang). Akibatnya pula arus dari B alternator mengalir ke
IG lalu ke resistor (R) lalu ke F regulator, lalu ke F alternator, lalu ke Rotor Coil dan ke
massa. Pada proses ini kemagnetan pada Rotor Coil melemah karena arus melewati
resistor.

Walaupun kemagnetan pada Rotor Coil melemah, namun putaran akan naik ke putaran
sedang sehingga output alternator cukup untuk mengisi baterai demgan tegangan antara
13,8 volt hingga 14,8 volt.

d. Mesin Hidup Pada Kecepatan Tinggi

Jika putaran mesin naik kembali ke putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B
alternator akan cenderung semakin tinggi. dan jika tegangan tersebut melebihi 14,8 volt,
maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator akan semakin kuat sehingga kontak
PL0 akan tertarik dan menempel dengan PL2.
 Akibatnya arus dari Ig akan mengalir ke Resistor, lalu ke PL0, lalu ke PL2, lalu ke
massa (tanpa melalui ke Rotor Coil). Hal ini akan menyebabkan medan magnet pada
Rotor Coil menjadi drop.
 Output dari terminal B alternator akan menjadi turun. Dan jika tegangan output kurang
dari tegangan standar yakni antara 13,8 – 14,8 volt. Maka kemagnetan pada voltage
regulator akan melemah lagi, lalu PL0 akan terlepas lagi dari PL2.
 Arus dari Ig ke Resistor lalu kembali mengalir ke RC dan ke massa, sehingga medan
magnet yang ada pada RC akan kembali menguat sehingga tegangan output aternator
akan naik lagi.
 Jika tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt maka proses akan berulang ke
proses nomor 13 dan itu secara berulang-ulang dan PL0 lepas dan memempel dengan
PL2 yang secara periodik sehingga output dari alternator akan menjadi stabil.
Berdasarkan cara kerja sistem pengisian konvensioanal di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terjadinya tegangan output alternator dipengaruhi oleh tiga hal
penting, yaitu :
o Adanya medan magnet yang dihasilkan oleh rotor coil.
o Adanya kumparan di sekitar medan magnet, yaitu stator coil.
o Adanya pemotongan medan magnet oleh kumparan. Pemotongan medan magnet ini
terjadi karena adanya putaran poros alternator yang menyebabkan rotor coil berputar dan
medan magnet yang ada padanya juga berputar memotong kumparan pada stator coil.
E. GAMBAR KERJA
F. LANGKAH KERJA PEMERIKSAAN PADA KENDARAAN

1) Sebelum malaksanakan pengecekan sistem pengisian pada


kendaraan pastikan

a. Periksa banyak elektrrolit pada sel baterai.


b. Periksa berat jenis elektrolit pada masing-
maning sel baterai
Berat jenis baterai standar: 1125-1150
c. Periksa terminal baterai
d. Periksa fusible link
(a) Periksa kontiunitas pada fusebel link
dan fuse
e. Periksa kabel body

f. Pemeriksaan tali kipas


(a) Periksa tali kipas secara visual pastikan
tidak ada retak, atau terkena oli.
(b) Periksa kekencangan tali kipas dengan
menekanya pada posisi yang
ditunjukan dengan gaya sebear 8 N
Defleksi tali kipas baru : 11-15 mm

g. Periksa regulator
(a) Periksa permukaan titik kontak, apabila
ada pencemaran bersihkan permukaan.
Apabila titik kontak tidak ada
kerusakan, lepas regulator
(b) Periksa resistensi antar terminal.
Pastikan resistansi antar terminal sesuai
dengan gambar disamping.
3) Periksa sirkuit untuk lampu
tanda pengisian
a. Putar kunci kontak pada posisi ON
lampu tanda harus menyala.
b. Hidupkan mesin pastikan lampu tanda
mati, jika lampu bekerja tidak sesuai
spesifikasi periksa sirkuitnya.

4) Pemeriksaan sirkuit pengisian tanpa beban


Hubungkan volt meter dan
ammeter pada sirkuit pengisian
sebagai berikut:
 Lepas kabel pada terminal
B alternatordan hubungkan
kabel ini dengan kabel ( - )
ammeter.
 Pasang kabel (+ ) ammeter
pada terminal B alternator
 Pasang kabel positif ( + )
ammeter pada terminal B alternator
 Hubungkan kabel ( - ) ke massa
a. Periksa sirkuit pengisian sebagai berikut:
Dengan putaran mesin idle sampai 2000 RPM, lakukan pembacaan pada ammeter
dan voltmeter.

Nilai tegangan standar : 10 A atau kurang

Tegangan standar : 13,8 – 14,8 Volt

Jika pembacaan pada voltmeter lebih dari tegangan standar, stel regulator atau ganti.
5) Pemeriksaan sirkuit pengisian dengan beban

a. Dengan putaran mesin


sampai 2000 RPM. Nyalakan
lampu jauh dan posisikan swit
blower pada posisi “ HI “
Lakukan pembacaan pada
ammeter

Nilai amper standar : 30 A atau


lebih

Jika nilan pembacaan dari


ammeter kurang dari standar perbaiki alternator.
G. LANGKAH KERJA PEMBONGKARAN ALTERNATOR
Lakukan pembongkaran alternator sesuai dengan gambar.
H. LANGKAH KERJA PEMERKSAAN DAN PERBAIKAN
ALTERNATOR

ROTOR

1. Memeriksa terputusnya sirkuit


rotor.
Dengan menggunakan ohm meter
periksa kantiyunitas antar slip ring.
Pada suhu normal standar hasil
pengukuran 3,9-4,1 ohm.
Jika tidak ada kontiyunitas ganti rotor.
Hasil Pemeriksaan : ……

2. Pemeriksaan hubungan ke masa


pada rotor
Dengan menggunakan ohm meter
periksa tidak adanya kontiyunitas
antara slip ring dan toror jika ada
kontiyunitas ganti rotor.
Hasil Pemeriksaan :…….

3. Periksa slip ring


a. Periksa kehalusan slip ring, jika
slip ring kasar atau tergores ganti rotor.

b. Dengan menggunakan jangka


sorong ukur diameter slip ring
Diameter standar : 32,3-32,6 mm
Diameter minimum : 32,1 mm.

Hasil Pemeriksaan :…….


STATOR

1. Periksa terputusnya sirkuit pada


stator
Dengan menggunakan ohm meter, periksa
kontiyunitas antar kabel kumparan.
PERHATIAN : menyambung kabel
dilakukan dengan menggunakan solder.
Jika tidak ada kontiyunitas ganti stator.
Hasil Pemeriksaan : ………

2. Priksa hubungan ke massa pada


stator
Dengan menggunakan ohm meter periksa
kontiyunitas antar ujung kumparan dengan
stator core.
Jika ada kontiyunitas ganti stator.
Hasil Pemeriksaan : ……..

SIKAT

1. Periksa panjang bagian sikat yang keluar.


Dengan menggunakan skala ukur panjang
bagian sikat yang keluar.
Panjang standar : 12,5 mm
Panjang minimum : 5,5 mm
Jika panjang sikat kurang dari minimum
maka sikat perlu diganti.

Hasil Pemeriksaan :……


2.Jika diperlukan gantilah sikat.
a.Mengunakan solder lepas sikat dan pegas.
b.Masukan kabel pada sikat baru melalui
pegas dan lubang dalam brush holder dan
pasanglah pegas sikat dan sikat pada
pemegang sikat.
c.Sambunglah kabel sikat pada pegangan
sikat dengan solder. Panjang bagian sikat yang keluar sesuai spesifikasi
d. Periksa bahwa sikat bergerak dengan lembut.
e. Potong kelebihan kabel.
f. Oleskan cat sekat pada solderan.
Hasil Pemeriksaan : ……..

RECTIFIER ( RECTIFIER HOLDER )

1. Periksa rectifier positif


a. Mengunakan ohm meter hubungkan satu probe
pada terminal positif dan probe lainya ke
masing masing rectifier.
b. Baiklah polaritas probe pada ohm meter dan
ulangi langkah a.
c. Langkah ke satu menunjukan kontiyunitas dan
pada langkah ke dua menunjukan tidak ada
kontiyunitas.
d. Jika kontiyunitas tidak sesuai maka gantilah
rectifier holder.
Hasil Pemeriksaan : ………
2. Periksa rectifier negative
a. Menggunakan ohmmeter, hubungkan 1 probe
negative dan prebe lainnya ke masing-masing
rectifier
b. Baliklah polaritas probe dan ulangi langkah a
c. Langkah ke satu menunjukan kontinyunitas
dan pada langkah ke dua tidak menunjukan
kontinyunitas
d. Jika kontinyunitas tidak sesuai dengan spesifikasi ganti rectifier holder

Hasil Pemeriksaan : …….

BEARING

1. Periksa bearing depan


Periksa keausan dan kekasaran bearing
2. Jika diperlukan ganti bearing depan
a. Lepas sekrup
b. Menggunakan SST dan pres lepas bearing .
SST no 09950-60010
c. Menggunakan SST dan pres pasang bearing
baru. SST no 09950-60010
d. Pasang tiga sekrup
3. Periksa bearing belakang
Periksa keausan dan kekasaran bearing
4. Jika diperlukan ganti bearing belakang
a. Menggunakan SST lepas bearing. SST no 0928646011
b. Dengan menggunakan pres pasang bearing baru

Hasil Pemeriksaan : ………


I. LANGKAH PERAKITAN ALTERNATOR
1. Pasang rectifier holder pada stator

2. Pasang rectifier end frame pada


rectifier holder
a. Tempatkan dua washer sekat pada
kutub positif rectifier holder
b. Tempatkan rectifier end frame
pada rectifier holder
c. Pasang rear end cover pada rectifier end frame
d. Pasang dua sekat terminal pada kutub positif rectifier holder
e. Pasang mur momen : 4,4 Nm
f. Pasang kleman kabel dan condenser dengan empat mur momen : 4,4 Nm
g. Periksa bhwa kabel timah tidak menyentuh rectifier end frame

3. Pasang rotor
a. Pasang snap ring dan spacer ring
pada poros rotor
b. Mengunakan pres pasang rotor

4. Pasang kipas dan pully


a. Jepitlah rotor pada ragum
yang telah dilapisi bahan
lunak
b. Pasang komponen –
komponen berikut :
(1) Spacer collar
(2) Kipas
(3) Pully
(4) Spacer collar
(5) Washer pegas
Momen : 61,3 Nm
5. Pasang perakitan drive end frame dan rectifier end frame
a. Bengkokan kabel rectifier untuk
membebaskan rotor
b. Masukan kawat kedalam lubang
pda rectifier end frame dan tekan sikan
kedalam sepenuhnya, pada posisi ini tahan
sikat
c. Rakit drive end frame dan
rectifier end frame dengan memasukan
rear bearing bersama poros rotor kedalam rectifier end frame
d. Pasang tiga sekrup panjang dengan momen : 5,9 Nm
e. Lepas kawat dari lubang

6. Periksa kelembutan putaran rotor


a. Periksa bahwa rotor berputar
dengan lembut
J. LANGKAH PEMERIKSAAN REGULATOR
1. Memeriksa regulator. Pemeriksaan terminal regulator sesuai gambar dan tabel
K. REFRENSI JOBSHEET
1. Jobsheet SMK Negeri 1 Seputih Surabaya
2. File PDF resmi DAIHATSU Training Center
3. Buku New Step 1 TOYOTA
4. Pengalaman penulis.

L. PENUTUP
Demikian jobsheet ini kami susun. Semoga jobsheet ini dapat berguna bagi
yang membaca. Apabila ada kesalahan kata dalam pengetikan dan penyusunan, kami
mohon maaf. Kami mohon bimbigan dari bapak guru. Atas seluruh bimbinganya
kami ucapkan terima kasih.

Seputih Surabaya, 20 Oktober 2020


Penyusun

Denny Setiawan

Anda mungkin juga menyukai