A. TUJUAN
1. Pengujian dilaksanakan tanpa menyebabkan kerusakan tanpa menyebabkan komponen
atau system pengisian
2. Informasi yang benar diakses dari spesifikasi pabrik dan diterapkan pada saat
praktek system pengisian
3. Tes atau pengujian dilakukan untuk menetukan kesalahan atau kerusakan pada
system pengisian
4. Mengidentifikasi kesalahan pada system pengisian dan menentukan langkah
perbaikan pada system pengisian
5. Seluruh kegiatan pengujian dilaksanakan berdasarkan SOP undang undang K3,
peraturan perundang undangan dan prosedur atau kebijakan yang berlaku
B. KESELAMATAN KERJA
1. Mekanik bekerja sesuai dengan SOP
2. Pelaksanaan K3 harus memenuhi undang undang K3 undang undang no 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja yang tertuang pada bab III pasal (3) ayat (1)
a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e) memberi pertolongan pada kecelakaan;
f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran;
h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, insfeksi dan penularan;
i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j) menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;
k) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan
proses kerjanya;
n) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
Penyimpanan barang;
q) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;
1. Pengertian
Sistem pengisian berfungsi untuk mengisi kembali baterai, dan mensuplai arus
listrik ke seluruh sistem kelistrikan setelah mesin hidup. Komponen –komponen pada
sistem pengisian adalah seperti ditunjukkan pada gambar di ba wah ini, terdiri dari
baterai, kunci kontak, alternator,dan regulator.
Gambar 1. Sistem pengisian baterai
a. Baterai
c. Fuse (Sekering)
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus
pada system pengisian / jika terjadinya korsleting
(hubungan pendek arus listrik)
d. Voltage Regulator
- Fan (Kipas)
- Rotor
- Diode (Rectifier)
- Brush (Sikat)
Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik
dari voltage regulator ke slip ring dan
menghubungkan slip ring satunya ke massa.
- Slip Ring
Untuk lebih memudahkan dalam memahami cara kerja sistem pengisian konvensional,
perhatikan gambar berikut ini:
Pada skema rangkaian sistem pengisian konvensional di atas, ada dua bagian utama yaitu
komponen alternator dan komponen regulator (dalam kotak garis putus-putus). Di dalam
alternator ada beberapa komponen yaitu stator (stator coil). Kumparan rotor, enam buah
dioda yang dirangkai dengan model jembatan, dan terminal alternator yakni E, F, N dan
B.
Sedangkan dalam komponen regulator, ada beberapa bagian yaitu voltage regulator,
voltage relay, kontak poin, resistor, serta terminal-terminal regulator seperti IG, N, F, E,
L, dan B. Semua komponen dalam regulator dan alternator tersebut dihubungkan satu
dengan yang lain sehingga membentuk suatu rangkaian sistem pengisian.
Prinsip kerja dari sistem pengisian regulator konvensional terdiri dari empat bagian, yaitu
ketika kunci kontak di ON-kan namun mesin belum hidup, ketika mesin hidup dalam
putaran lambat, ketika mesin hidup pada putaran sedang, dan ketika mesin hidup pada
putaran tinggi. berikut ini cara kerja masing-masing kondisi tersebut:
Cara kerja sistem pengisian dalam kondisi kunci kontak ON dan mesin belum hidup
adalah sebagai berikut:
Arus dari baterai mengalir ke fusible link (FL), lalu ke kunci kontak (KK), ke fuse, lalu
ke charge warning lamp (CWL), kemudian ke L, ke P0, lalu ke P1 dan kemudian ke
massa.
Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke Fusible Link, lalu ke kunci
kontak, ke fuse, lalu ke Ig, lalu ke PL1, lalu ke PL0, kemudian ke terminal F regulator,
lalu ke F alternator, lalu ke rotor coil (RC) dan ke massa. Akibat arus ini pada RC muncul
medan magnet.
Pada saat mesin sudah mulai hidup dalam kecepatannya rendah, terjadi kondisi sebagai
berikut:
Stator Coil menghasilkan arus listrik
Tegangan dari terminal N alternator tadi mengalir ke N regulator, kemudian ke
kumparan voltage relay, lalu ke massa. Akibatnya pada kumparan voltage relay akan
muncul medan magnet dan terminal P0 akan tertarik dan menempel dengan P2.
Akibatnya lampu pengisian menjadi padam karena tidak mendapatkan massa.
Output dari stator coil disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus DC atau arus
searah, lalu mengalir ke B alternator dan lalu ke baterai. Dalam posisi ini terjadi pengisan
pada baterai.
Arus dari terminal B juga akan mengalir ke B regulator lalu ke P2, lalu ke P0, lalu ke
kumparan voltage regulator dan ke massa. Akibatnya muncul kemagnetan pada voltage
regulator.
Karena putaran masih rendah, maka tegangan output alternator juga cenderung rendah.
Dan jika tegangan B kurang dari 13,8 volt maka medan magnet pada kumparan voltage
regulator akan lemah dan PL0 akan tetap menempel di PL1 karena adanya pegas pada
PL0.
Akibatnya arus yang besar juga akan mengalir dari Ig, ke PL1, lalu ke PL0, ke F
regulator, lalu ke F alternator lalu ke rotor coil, lalu ke massa. Karena adanya arus besar
ini maka arus yang mengalir ke rotor coil besar dan medan manget pada rotor coil juga
menjadi kuat. Sehingga walaupun lambat, output masih cukup untuk mengisi baterai
karena medan magnet pada rotor coil kuat.
Jika putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator pada
terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B regulator, lalu ke P2, ke P0, lalu ke
kumparan voltage regulator, dan ke massa. Akibatnya medan magnet pada kumparan
voltage regulator menjadi semakin kuat dan menarik PL0 sehingga lepas dari PL1
(dengan kata lain PL0 mengambang). Akibatnya pula arus dari B alternator mengalir ke
IG lalu ke resistor (R) lalu ke F regulator, lalu ke F alternator, lalu ke Rotor Coil dan ke
massa. Pada proses ini kemagnetan pada Rotor Coil melemah karena arus melewati
resistor.
Walaupun kemagnetan pada Rotor Coil melemah, namun putaran akan naik ke putaran
sedang sehingga output alternator cukup untuk mengisi baterai demgan tegangan antara
13,8 volt hingga 14,8 volt.
Jika putaran mesin naik kembali ke putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B
alternator akan cenderung semakin tinggi. dan jika tegangan tersebut melebihi 14,8 volt,
maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator akan semakin kuat sehingga kontak
PL0 akan tertarik dan menempel dengan PL2.
Akibatnya arus dari Ig akan mengalir ke Resistor, lalu ke PL0, lalu ke PL2, lalu ke
massa (tanpa melalui ke Rotor Coil). Hal ini akan menyebabkan medan magnet pada
Rotor Coil menjadi drop.
Output dari terminal B alternator akan menjadi turun. Dan jika tegangan output kurang
dari tegangan standar yakni antara 13,8 – 14,8 volt. Maka kemagnetan pada voltage
regulator akan melemah lagi, lalu PL0 akan terlepas lagi dari PL2.
Arus dari Ig ke Resistor lalu kembali mengalir ke RC dan ke massa, sehingga medan
magnet yang ada pada RC akan kembali menguat sehingga tegangan output aternator
akan naik lagi.
Jika tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt maka proses akan berulang ke
proses nomor 13 dan itu secara berulang-ulang dan PL0 lepas dan memempel dengan
PL2 yang secara periodik sehingga output dari alternator akan menjadi stabil.
Berdasarkan cara kerja sistem pengisian konvensioanal di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terjadinya tegangan output alternator dipengaruhi oleh tiga hal
penting, yaitu :
o Adanya medan magnet yang dihasilkan oleh rotor coil.
o Adanya kumparan di sekitar medan magnet, yaitu stator coil.
o Adanya pemotongan medan magnet oleh kumparan. Pemotongan medan magnet ini
terjadi karena adanya putaran poros alternator yang menyebabkan rotor coil berputar dan
medan magnet yang ada padanya juga berputar memotong kumparan pada stator coil.
E. GAMBAR KERJA
F. LANGKAH KERJA PEMERIKSAAN PADA KENDARAAN
g. Periksa regulator
(a) Periksa permukaan titik kontak, apabila
ada pencemaran bersihkan permukaan.
Apabila titik kontak tidak ada
kerusakan, lepas regulator
(b) Periksa resistensi antar terminal.
Pastikan resistansi antar terminal sesuai
dengan gambar disamping.
3) Periksa sirkuit untuk lampu
tanda pengisian
a. Putar kunci kontak pada posisi ON
lampu tanda harus menyala.
b. Hidupkan mesin pastikan lampu tanda
mati, jika lampu bekerja tidak sesuai
spesifikasi periksa sirkuitnya.
Jika pembacaan pada voltmeter lebih dari tegangan standar, stel regulator atau ganti.
5) Pemeriksaan sirkuit pengisian dengan beban
ROTOR
SIKAT
BEARING
3. Pasang rotor
a. Pasang snap ring dan spacer ring
pada poros rotor
b. Mengunakan pres pasang rotor
L. PENUTUP
Demikian jobsheet ini kami susun. Semoga jobsheet ini dapat berguna bagi
yang membaca. Apabila ada kesalahan kata dalam pengetikan dan penyusunan, kami
mohon maaf. Kami mohon bimbigan dari bapak guru. Atas seluruh bimbinganya
kami ucapkan terima kasih.
Denny Setiawan