Anda di halaman 1dari 58

SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM

Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru


Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

NOTA KEBERATAN (EKSEPSI) TIM PENASIHAT HUKUM


Nomor. 215/TIM/EKS/2018

TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM


SURAT DAKWAAN Nomor : DAK-02/22/03/2018, tanggal 16 April 2018
DALAM PERKARA PIDANA Nomor : 10/PID.SUS/TPK/2018/PN.PBR
PADA PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PEKANBARU

ATAS NAMA TERDAKWA :


ASHA SAGSHA NURSHOFFA

DIAJUKAN OLEH TIM PENASIHAT HUKUM TERDAKWA DI


PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PEKANBARU

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 1 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Majelis Hakim Yang Mulia

Eksepsi ini kami sampaikan dengan sistematika sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

II. SURAT DAKWAAN MENURUT KUHAP

III. SURAT DAKWAAN MENURUT PARA AHLI

IV. KEBERATAN :
1. Mengenai Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru
yang tidak berwenang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara A Quo.
2. Surat Dakwaan Obscuur Libelum.
3. Bahwa Dakwaan Penuntut Umum Error in Procedure
karena disusun atas dasar penyidikan yang melanggar
prinsip Miranda Rule.
4. Hilangnya asas ultimum remedium.
5. Jaksa tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Pencucian
Uang.

V. KESIMPULAN

VI. PENUTUP & PERMOHONAN

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 2 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan Anugerah-Nya kita masih
diizinkan untuk menjalani dengan baik tahap persidangan ini. Pada
kesempatan baik ini, kami selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa Asha
Sagsha Nurshoffa mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan
Majelis Hakim kepada kami untuk menanggapi Surat Dakwaan saudara
Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan
NOMOR : DAK-02 / 16 / 04 / 2018 Tanggal 16 April 2017 yang dibacakan
dalam sidang tanggal 12 Februari 2018 di Pengadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri Pekanbaru.

Perkenalkan kami selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa berdasarkan


Surat Kuasa Khusus tertanggal 6 Juni 2017 bertindak untuk dan atas nama
terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa, adanya kesempatan ini menjadikan bukti
bahwa KUHAP sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dengan cara
memberikan kesempatan pada kedua belah pihak untuk mengungkapkan
pandangannya masing-masing (due choc des opinions jaillitla veritie). Disamping
itu, KUHAP juga mengenal asas praduga tak bersalah (presumption of innocent)
yang artinya seseorang tidak bisa dinyatakan bersalah sebelum adanya putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan final (inkracht van
gewijsdde). Oleh karena itu, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa dengan
ini bermaksud untuk mengajukan keberatan atas nama terdakwa Asha Sagsha
Nurshoffa.
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 3 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa


Penuntut Umum terhadap Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa, kita semua
sependapat saudara Jaksa Penuntut Umum mempunyai tugas dan wewenang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir 6 KUHAP, bahwa setiap perbuatan
kejahatan yang dilakukan oleh siapapun tidak boleh dibiarkan dan haruslah
dilakukan penyidikan serta pelaksanaan hukumnya tidak boleh ditawar-tawar,
dalam arti siapapun yang bersalah harus dituntut dan dihukum setimpal dengan
perbuatannya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang menghukum orang
yang bersalah merupakan tuntutan dari hukum, keadilan dan kebenaran itu sendiri.
Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Yang Terhormat, kiranya
kami merasa sangat perlu untuk menyampaikan Eksepsi ini demi kepentingan
hukum dan keadilan serta memperoleh jaminan perlindungan hak-hak asasi
Terdakwa atas kebenaran, kepastian hukum dan keadilan.

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa, sangat berharap agar


Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini dapat
bertindak dengan adil sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan sebagaimana
pepatah menyatakan “Justitia est ius cuique tribuere” yang artinya keadilan
diberikan kepada tiap orang apa yang menjadi haknya. Pepatah lainpun
mengatakan “Fiat Justitia Ruat Caelum” yang artinya keadilan harus ditegakkan
meskipun langit akan runtuh.

Sebagaimana tugas dan peran Hakim maupun Penuntut Umum, yang telah
di amanahkan oleh Undang-Undang begitu Mulia, maka pada kesempatan ini
izinkan kami juga mengapresiasikan kepercayaan yang ditegaskan dalam UU
Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, bahwa Advokat merupakan salah satu
unsur sistem peradilan yang merupakan “salah satu pilar” dalam menegakkan
supremasi hukum dan hak asasi manusia. Sebagaimana yang telah termaktub

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 4 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

dalam pasal 5 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tersebut bahwa Advokat berstatus
sebagai penegak hukum, bebas, mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan
perundang-undangan. Dengan demikian, sebagai salah satu unsur penegak hukum
yang sejajar dengan unsur penegak hukum yang lainnya maka kami akan
menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dengan mengajukan Nota
Keberatan (eksepsi) yang berisikan analisa yuridis yang didasarkan pada kaidah-
kaidah hukum, dasar-dasar hukum maupun instrumen lainnya. Sehingga Hakim
dapat memutus perkara ini betul-betul berdasarkan pada alasan hukum yang kuat,
yang pada akhirnya tidak akan mengecewakan pihak-pihak pencari keadilan,
khususnya terdakwa maupun masyarakat secara umum.

Dengan tanpa bermaksud mengurangi independensi Badan Peradilan


sebagai Lembaga Yudikatif di Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
hukum (rechtstaat) Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa memohon kepada Mejelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menegakkan supremasi
hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
hati nurani yang bersih, dengan mengabaikan unsur subjektivitas, akan tetapi
berdasarkan fakta-fakta dan kebenaran materiil dengan menganut Asas Praduga
Tak Bersalah (Presumption Of Innocent) dengan mengutamakan objektivitas
Majelis Hakim yang independen tanpa dicampuri dan dipengaruhi serta intervensi
dari pihak-pihak tertentu.

Perlu kami tegaskan lagi keberatan ini kami susun tidak dengan maksud
mencari-cari kesalahan dalam penyusunan dakwaan, melainkan demi memastikan
terpenuhinya keadilan yang menjadi hak asasi tiap-tiap manusia sebagaimana
yang telah dicantumkan dalam Pasal 7 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, pasal 14 ayat (1) Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik,
Pasal 27 (1) dan Pasal 28 D (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, pasal 7 dan pasal 8 ketetapan MPR No. XVII tentang
Hak Asasi Manusia dimana semua orang adalah sama didepan hukum.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 5 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Bahwa keberatan ini kami buat untuk penyeimbang dan kontrol terhadap surat
dakwaan Penuntut Umum yang telah dikemukakan panjang lebar dalam
persidangan. Kami percaya bahwa majelis Hakim dapat mencermati segala
masalah hukum tersebut, sehingga dalam keberatan ini kami mencoba untuk
menggugah pandangan dan hati nurani Majelis Hakim maupun Penuntut Umum
mengenai pentingnya melihat perkara ini secara menyeluruh, terpadu dan tidak
semata-mata dari sudut pandang yuridis sempit atau dari kacamata hukum
legalitas formalitas menurut hukum positif yang ada. Keberatan ini diajukan
karena kami menemukan hal-hal yang prinsip dalam Surat Dakwaan. Secara
faktual dalam hal yuridis banyak ditemukan adanya keterangan dan/atau
kejanggalan dalam Surat Dakwaan dalam perkara a quo.

Bahwa seberapapun skeptisnya Terdakwa memperoleh keadilan, tetapi


sebagai suatu keharusan, haruslah dilalui dengan harapan yang tidak lain Hakim
akan berani memutuskan sesuatu dengan kebenaran yang diperoleh dari
fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, yang dapat memberikan
keyakinan kepada Hakim, tanpa memperhitungkan apakah putusan tersebut
disukai atau tidak disukai oleh pihak manapun karena sesuai dengan
adanya, “peradilan yang benar adalah peradilan yang mengambil putusan
berdasarkan fakta yang benar, merdeka dari segala tekanan dan pengaruh”.

Semoga Majelis Hakim yang kami muliakan dapat memahami Keberatan


Tim Penasihat hukum dan dapat dijadikan tolok ukur mengungkapkan tabir dan
sekaligus penyelesaiannya, serta apakah benar ketentuan hukum yang telah ada
dan berlaku sah itu dijalankan sesuai dengan yang diharuskan.

Dalam kesempatan ini juga, kami Tim Penasihat Hukum ingin menyatakan
bahwa turut sertanya kami sebagai Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara ini
adalah untuk ikut meletakkan duduk perkara yang sebenarnya dalam rangka
menggali kebenaran untuk mencapai keadilan yang hakiki.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 6 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Kamipun yakin saudara Penuntut Umum sependapat dengan kami bahwa


kehadiran saudara Penuntut Umum sebagai alat Negara pada sidang yang mulia
adalah untuk mengadili kebenaran demi mencapai keadilan yang hakiki.

II. SURAT DAKWAAN MENURUT KUHAP

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 7 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Surat Dakwaan adalah sebuah akta yang dibuat oleh Penuntut Umum yang
berisi perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa berdasarkan
kesimpulan dari hasil penyidikan. Surat Dakwaan merupakan senjata yang hanya
bisa digunakan oleh Penuntut Umum berdasarkan atas asas oportunitas yang bisa
digunakan oleh Penuntut Umum sebagai wakil dari negara untuk melakukan
penuntutan kepada Terdakwa pelaku tindak pidana.

Surat Dakwaan apakah sudah sesuai dengan fakta dan bukti kejadian yang
sebenarnya, ataukah rumusan delik dan tuntutan pidana itu hanya merupakan
suatu “cover story” yang sengaja diciptakan melalui kontruksi yuridis tanpa
didukung dengan fakta yuridis yang dapat diakumulasikan terhadap pasal-pasal
yang didakwakan kepada Tedakwa sebagaimana diamanatkan dalam pasal 143
ayat (2) KUHAP bahwa suatu dakwaan harus jelas dan terperinci serta memuat
semua unsur tindak pidana yang didakwakan, yang apabila ketentuan tersebut
tidak terpenuhi mengakibatkan batalnya surat dakwaan tersebut. Dengan
memperhatikan isi dari pasal 143 ayat (2) KUHAP, yang terdiri dari dua unsur
yang harus dipenuhi dalam surat dakwaan yaitu:
- Syarat Formil ( Pasal 143 ayat (2)) huruf a
Dimana surat dakwaan harus memuat Tanggal, ditandatangani oleh
penuntut umum serta memuat nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan
pekerjaan Terdakwa.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 8 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

- Syarat Materiil (Pasal 143 ayat (2)) huruf b


Dimana surat dakwaan harus memuat uraian secara cermat, jelas, dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Bahwa apabila waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh Terdakwa
tidak cermat,tidak jelas dan tidak lengkap, maka menurut ketentuan Pasal 143 ayat
(3) KUHAP, dakwaan Sdr. Penuntut Umum batal demi hukum, yang lengkapnya
berbunyi sebagai berikut : “…3. Surat Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum…”

Demi keabsahan Surat Dakwaan, maka Surat Dakwaan harus dibuat


dengan sebaik-baiknya sehingga memenuhi syarat-syarat dalam surat dakwaan
yang akan kami jelaskan secara uraian sebagai berikut :
A. Syarat Formil
Diantara syarat formil yang harus dipenuhi :
1. Diberi tanggal dan ditandatangani oleh Penuntut Umum
2. Berisi identitas Terdakwa
o Meliputi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan
Terdakwa (pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP). Identitas tersebut
dimaksudkan agar orang yang didakwa dan diperiksa didepan
sidang pengadilan adalah benar-benar Terdakwa yang sebenarnya
bukan orang lain.
o Apabila syarat formil ini tidak seluruhnya dipenuhi dapat
dibatalkan oleh Hakim (vernietigbaar) dan batal demi hukum
karena tidak jelas terhadap siapa dakwaan tersebut ditujukan.

B. Syarat Materiil
1. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 9 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Dalam menyusun Surat Dakwaan, penguraian unsur mengenai


waktu tindak pidana dilakukan adalah sangat penting karena hal ini
berkaitan dengan hal-hal mengenai asas legalitas, penentuan
residive, alibi, daluwarsa, kepastian umur Terdakwa, atau korban
serta hal-hal yang memberatkan. Begitu juga halnya dengan
penguraian tentang tempat terjadinya tindak pidana dikarenakan
berkaitan dengan kompetensi relatif pengadilan, ruang lingkup
berlakunya Undang-undang tindak pidana serta unsur yang
diisyaratkan dalam tindak pidana tertentu misalnya “dimuka
umum, didalam pekarangan tertutup” dan lain-lain.

2. Memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai


tindak pidana yang didakwakan.
a. Uraian harus cermat
Dalam penyusunan Surat Dakwaan, Penuntut Umum harus
bersikap cermat atau teliti terutama yang berkaitan dengan
penerapan perundang-undangan yang berlaku agar tidak
terjadi kekurangan dan atau kekeliruan yang
mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau unsur-unsur
dalam dakwaan karena tidak berhasil dibuktikan.
b. Uraian harus jelas
Uraian harus jelas adalah Penuntut Umum harus mampu
merumuskan unsur-unsur tindak pidana/delik yang
didakwakan secara jelas dalam arti rumusan unsur-unsur
delik harus dapat dipadukan dan dijelaskan dalam bentuk
uraian fakta perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa.
Dengan kata lain uraian unsur-unsur delik yang dirumuskan
dalam pasal yang didakwakan harus dapat dijelaskan atau
digambarkan dalam bentuk fakta perbuatan yang dilakukan
oleh Terdakwa. Sehingga unsur-unsur dakwaan dapat

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 10 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

diketahui secara jelas apakah terdakwa dalam melakukan


tindak pidana yang didakwakan tersebut sebagai pelaku
(dader/pleger), pelaku peserta (mede pleger/pleger),
penggerak (uitlokker), penyuruh (doen pleger) atau hanya
sebagai pembantu (medeplichting). Dengan perumusan
unsur tindak pidana secara jelas dapat dicegah terjadinya
kekaburan dalam Surat Dakwaan (obscuur Libellum).
c. Uraian harus lengkap
Lengkap adalah bahwa dalam menyusun surat dakwaan
harus diuraikan unsur-unsur tindak pidana yang dirumuskan
dalam Undang-Undang secara lengkap dalam arti gtidak
boleh ada yang tercecer/tertinggal tidak tercantum dalam
surta dakwaan. Surat dakwaan harus dibuat sedemikian
rupa dimana semua harus diuraikan, baik unsur tindak
pidana yang didakwakan, perbuatan materiil, waktu dan
tempat dimana tindak pidana dilakukan sehingga tidak
satupun yang diperlukan dalam rangka usaha pembuktian
didalam sidang pengadilan yang ketinggalan.

III. SURAT DAKWAAN MENURUT AHLI

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 11 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena


berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu.
Pemeriksaan didasarkan pada Surat Dakwaan dan menurut Nederbrug,
pemeriksaan tidak batal jika batasan-batasan dilampaui, namun putusan hakim
hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batas itu, dalam hal
ini ada beberapa pengertian Surat Dakwaan menurut ahli sebagai berikut :
a. Harun M Husein
Surat Dakwaan adalah surat yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh
Penuntut Umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap Terdakwa,
perumusan tindak pidana yang didakwakan dengan unsur-unsur tindak pidana
sebagaimana yang didakwakan dengan unsur-unsur tindak pidana
sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang bersangkutan, disertai
uraian tentang waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh Terdakwa,
surat yang menjadi dasar dan batasan ruang pemeriksaan di samping
pengadilan.

b. A. Karim Nasution
Suatu surat atau akta yang memuat suatu perumusan tindak pidana yang
dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan
pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan
yang bila ternyata cukup terbukti, Terdakwa dapat dijatuhi hukuman.

c. M. Yahya Harahap

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 12 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Surat Dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana
yang didakwakan kepada Terdakwa yang disimpulkan dengan ditarik dari
hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi
hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

Proses persidangan peradilan pidana sendiri, berangkat dari adanya Surat


Dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum. Posisi atau kedudukan surat
dakwaan dalam penanganan perkara pidana ini menempati posisi yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan surat dakwaan mempunyai 2 (dua) segi dalam suatu
persidangan, yaitu segi positif dan segi negatif (Zulkarnain;2006: 89). Surat
dakwaan mempunyai segi positifnya dimana keseluruhan isi dakwaan yang
terbukti di persidangan harus dijadikan dasar oleh majelis hakim dalam
memberikan putusannya. Sementara itu, surat dakwaan mempunyai segi negatif
bahwa apa yang dinyatakan terbukti dala suatu proses persidangan harus dapat
ditemukan kembali dalam surat dakwaan yang diajukan Penuntut Umum pada
awal persidangan.

M. Yahya Harahap (1988; 415) menyatakan bahwa putusan perkara pidana


dalam teori maupun praktik sangat bergantung pada surat dakwaan, oleh karena
surat dakwaan merupakan landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka
persidangan, dan kemudian menjadi landasan bagi hakim dalam menyusun
pertimbangan hukum dan putusan. Selain itu, dalam Yurisprudensi MA RI No:
68K/KR/1973, 16 Desember 1976 menyatakan bahwa putusan hakim wajib
mendasarkan pada rumusan surat dakwaan.

Perlu kami kemukakan, bahwa persidangan ini yang nantinya akan


diakhiri dengan putusan yang MENGATAS-NAMAKAN KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, tentu merupakan
putusan yang sangat diharapkan bukan saja oleh Terdakwa Asha Sagsha
Nurshoffa dan Penasihat Hukumnya tetapi juga tentunya diharapkan oleh rekan
Jaksa Penuntut Umum sekalipun.
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 13 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Kami, Penasihat Hukum Terdakwa, secara khusus merasa perlu


menyampaikan kesan bahwa persidangan ini telah berjalan secara seimbang.
Yaitu seimbang antara kepentingan untuk mendakwa Terdakwa Asha Sagsha
Nurshoffa dan kepentingan untuk membela Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa
sebagai pihak yang tidak bersalah. Kami berpendapat Majelis hakim telah berhasil
berperan menciptakan keseimbangan ini. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam praktek peradilan pidana di Indonesia, masih dapat ditemui sementara
Hakim yang bersikap “mengambil alih” tugas seorang Penuntut Umum sebagai
pendakwa, dan hanya tertarik untuk membuktikan kesalahan terdakwa dan
melupakan tugasnya sebagai Hakim dan tidak menyadari bahwa sikap seperti itu
adalah bertentangan dengan ketentuan dalam pasal 158 KUHAP yang melarang
seorang Hakim selama persidangan menunjukan sikap atau mengeluarkan
pernyataan disidang tentang keyakinan mengenai salah atau tidaknya seorang
terdakwa.

M. Yahya Harahap juga mengatakan bahwa “pada dasarnya alasan yang


dapat dijadikan dasar hukum mengajukan keberatan agar surat dakwaan
dibatalkan, apabila surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 atau
melanggar ketentuan Pasal 144 ayat (2) dan (3) KUHAP”. (Pembahasan dan
penerapan KUHAP, pustaka Kartini, Jakarta, 1985, hlm. 663-664).

Surat dakwaan sendiri yang memuat berbagai uraian verbal tindak pidana
yang diduga dilakukan terdakwa, haruslah disusun berdasarkan bahan-
bahan/fakta-fakta, kemudian ditarik dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan
penyidikan yang sudah tertuang secara resmi dalam Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) yang dilimpahkan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke
Direktorat Penuntutan pada Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia
untuk kemudian berangkat dari bahan-bahan/fakta-fakta tersebut, Jaksa Penuntut
Umum akan menuangkannya dalam suatu Surat Dakwaan yang dipergunakan

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 14 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

untuk mendakwa seorang terdakwa dalam suatu proses persidangan perkara


pidana.

Dengan mengingat bahwa eksistensi Surat Dakwaan adalah sebagai


pedoman pemeriksaan yang berfungsi membatasi ruang lingkup pemeriksaan,
dasar pertimbangan dan dasar pengambilan keputusan tentang bersalah atau
tidaknya Terdakwa dalam tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka Jaksa
Penuntut Umum sebagai peletak dasar (Grondlleger), dituntut benar-benar cermat
dalam menyusun Surat Dakwaan tersebut.

Selanjutnya pasal 156 KUHAP memberikan hak bagi Terdakwa sekaligus


mewajibkan untuk mengajukan eksepsi apabila dalam suatu Surat Dakwaan
terdapat kekurangan-kekurangan atau kekeliruan yang bersifat yuridis yang akan
menyebabkan Terdakwa tidak dapat membela dirinya dengan sebaik-baiknya di
muka sidang. Sebagaimana kemudian diketahui bersama bahwa materi eksepsi
sesuai ketentuan pasal 156 tersebut adalah berkenaan dengan ketidakwenangan
Pengadilan, berkenaan dengan Dakwaan yang harus dinyatakan tidak dapat
diterima, dan mengenai Surat Dakwaan yang harus dibatalkan atau batal demi
hukum.

Dalam Eksepsi sekarang ini, Kami lebih mengkonsentrasikan diri pada


Eksepsi: syarat material (syarat cermat, jelas dan lengkap) sebagaimana
ketentuan pasal 143 ayat (2) b KUHAP), yaitu untuk menguji apakah Surat
Dakwaan Sdr.Penuntut Umum a quo sebagai telah memadahi ataukah secara
yuridis harus dinyatakan dibatalkan atau batal demi hukum.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 15 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Berdasarkan ketentuan KUHAP tersebut diatas, maka diperoleh konklusi


bahwa in casu yang harus diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap oleh Sdr
Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan a quo adalah:
 Rumusan dan unsur-unsur delik atau tindak pidana yang didakwakan, dan:
 Rumusan perbuatan-perbuatan material mengenai perbuatan yang
dilakukan oleh Terdakwa yang keseluruhannya dapat mengisi secara tepat
dan benar semua unsur dari delik yang ditentukan dalam pasal undang-
undang yang didakwakan kepada Terdakwa tersebut.

Berdasarkan ketentuan pasal 156, pasal 143 ayat (2) dan ayat (3),
Yurisprudensi, dan pendapat ahli tersebut, maka kami berkesimpulan bahwa Surat
Dakwaan Penuntut Umum dalam perkara ini, maka kami akan menganalisa
apakah Surat Dakwaan Sdr.Penuntut Umum telah memenuhi ketentuan-ketentuan
tersebut atau termasuk kategori yang harus dinyatakan “Tidak Dapat Diterima”
dan atau “Batal Demi Hukum”. Selanjutnya akan kami uraikan secara lebih
detail dibawah ini.

Sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka perkenankan
kami untuk memberikan suatu adagium yang mungkin bisa dijadikan salah satu
pertimbangan Majelis Hakim, “dakwaan merupakan unsur penting hukum
acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim akan
memeriksa surat itu” (Andi Hamzah). Dalam hal ini maka Penuntut Umum
selaku penyusun Surat Dakwaan harus mengetahui dan memahami benar

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 16 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

kronologi peristiwa yang menjadi fakta bagi dakwaan yang akan dibuat, apakah
sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan ke tahap pengadilan ataukah fakta
tersebut tidak seharusnya diteruskan karena memang secara materiil bukan
merupakan tindak pidana. Salah satu fungsi hukum adalah menjamin agar tugas
negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat bisa terlaksana dengan baik adalah
suatu paradoks dan kerugian hakiki ketika penegakan hukum justru menyebabkan
negara tidak bisa menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

Setelah surat dakwaan kami pelajari dan tentunya setelah surat dakwaan
dibacakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan yang terbuka
dan dinyatakan terbuka untuk umum di Pengadilan Tipikor Pekanbaru, dan telah
dimengerti oleh terdakwa, ada beberapa hal yang menurut kami perlu diluruskan,
khususnya terkait isi dari surat dakwaan. Guna mengoreksi tata aturan penyusunan
sebuah dakwaan yang tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap dalam
kesempatan ini telah tepat sekali jika Majelis Hakim menyoroti kualitas dakwaan
yang diajukan oleh penuntut umum, apakah rumusan delik dan penerapan
Undang-Undangnya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan pasal-pasal pidana ini
sudah tepat dan benar. Memperhatikan isi dari pasal 143 ayat (2) KUHAP, yang
terdiri dari dua unsur yang harus dipenuhi dalam surat dakwaan yaitu:
- Syarat Formil ( Pasal 143 ayat (2)) huruf a
Dimana surat dakwaan harus memuat Tanggal, ditandatangani oleh
penuntut umum serta memuat nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan
pekerjaan Terdakwa.
- Syarat Materiil (Pasal 143 ayat (2)) huruf b
Dimana surat dakwaan harus memuat uraian secara cermat, jelas, dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 17 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Bahwa apabila waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh Terdakwa
tidak cermat,tidak jelas dan tidak lengkap, maka menurut ketentuan Pasal 143 ayat
(3) KUHAP, dakwaan Sdr. Penuntut Umum batal demi hukum, yang lengkapnya
berbunyi sebagai berikut : “…3. Surat Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum…”

Sejalan dengan argumentasi yuridis tersebut diatas, adalah tidak berlebihan


jika kami mengajukan keberatan atas surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum,
bukan untuk menilai baik buruknya kualitas surat dakwaan tersebut, tetapi kami
ingin secara bersama-sama menegakan hukum sesuai dengan porsi kaidah hukum
perundang-undangan yang berlaku agar hak-hak Terdakwa dapat terlindungi
sejalan dengan ketentuan undang-undang sehingga pada akhirnya kita semua
menyetujui bahwa supremasi hukum sedang dilakukan dalam persidangan ini.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 18 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

IV. KEBERATAN

Majelis Hakim yang kami muliakan


Saudara Penuntut Umum yang terhormat
Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Berdasar pada apa yang telah kami sampaikan dimuka persidangan pada
kesempatan ini ijinkanlah kami, atas nama Tim Penasihat Hukum dari
Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa mengajukan keberatan atas surat dakwaan
yang dibacakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum di persidangan yang dibuka
dan dinyatakan terbuka untuk umum pada 16 Februari 2018 sebagai berikut :

A. TERDAKWA
Nama : Asha Sagsha Nurshoffa
Tempat Lahir : Pekanbaru
Umur/ Tanggal Lahir : 53 tahun / 28 April 1975
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan/ Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jalan Tanjung Jati Nomor
4 Pekanbaru, Riau.
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Strata Dua (S2)

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 19 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

B. PENAHANAN
Terdakwa ditahan di Rumah Tahanan Negara:
- Ditahan Penyidik KPK tanggal 6 Desember 2017 s/d 26
Desember 2017;
- Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum pada Komisi
Pemberantasan Korupsi tanggal 27 Desember 2017 s/d 6
Februari 2018;
- Ditahan oleh Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan
Korupsi tanggal 7 Februari 2018 s/d 27 Februari 2018;
- Perpanjangan penahanan oleh ketua pengadilan tanggal 28
Februari 2018 s/d 28 Maret 2018;
- Ditahan oleh Majelis Hakim tanggal 19 Maret 2018 s/d 18
April 2018;
- Perpanjangan penahanan oleh majelis Hakim tanggal 18 April
2018 s/d 17 Juni 2018;

Selanjutnya setelah mempelajari dan mendengarkan secara seksama dari


Surat Dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum, maka sesuai hukum acara,
sekarang adalah saatnya kami, Tim Penasehat Hukum untuk memberikan
tanggapannya, apakah Surat Dakwaan ini telah memenuhi azas dan ketentuan
hukum untuk mendudukkan Sdr. Asha Sagsha Nurshoffa, ini menjadi
Terdakwa dan sekaligus menjadi dasar satu-satunya sebagai pedoman untuk
memeriksa dalam persidangan nanti yakni apakah ia telah melakukan tindak
pidana sebagaimana yang diuraikan dalam Surat Dakwaan.

Surat Dakwaan yang sudah dibacakan pada awal persidangan tadi, pada
pokoknya, Sdr. Asha Sagsha Nurshoffa didakwa, yaitu :

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 20 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Dakwaan Pertama

- Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat
(1) Jo Pasal 18 Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 64 ayat (1) Kitab
Undang-undang Hukum Pidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana.

DAN

Dakwaan Kedua
- Perbuatan Terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 3
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang Jo. Pasal 64 ayat (1) Jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 21 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

1. Keberatan Pertama :
“Mengenai Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru yang tidak
berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara A Quo”

Sebelum menguraikan alasan keberatan maka kami akan memberikan


dasar hukum dan penjelasan terkait kewenangan mengadili baik kompetensi
absolut maupun kompetensi relatif sebagai berikut :
a. Kompetensi Absolut
Menyangkut kewenangan badan peradilan apa yang berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara tertentu yang secara
mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain, baik dalam
lingkungan pengadilan yang sama (pengadilan negeri dengan pengadilan
tinggi) maupun dalam lingkungan peradilan yang lain (pengadilan negeri
dengan pengadilan agama) sebagaimana diketahui berdasarkan pasal 10
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok
Kekuasaan, membagi 4 (empat) lingkungan peradilan, yakni:
 Kompetensi Absolut dari Peradilan umum
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Militer
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Agama
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Tata Usaha Negara
Menurut Retnowulan, wewenang mutlak adalah menyangkut
pembagian kekuasaan antar badan-badan peradilan, dilihat dari macam-
macam pengadilan menyangkut pemberian kekuasaan untuk mengadili,
dan dalam bahasa belanda disebut Atributie van Rechtmacht. Selain itu,

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 22 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

menurut Dr. Muhammad Nasir, SH., MS., kompetensi absolut suatu badan
peradilan adalah atribut kekuasaan berbagai jenis badan peradilan untuk
menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya.

b. Kompetensi Relatif
Kewenangan relatif menyangkut mengenai badan peradilan mana
yang merupakan kewenangan lingkungan peradilan tertentu berdasarkan
yuridiksi wilayahnya. Dalam bukunya, M. Nur Rasaid, SH.,
mendefinisikan kewenangan relatif, yaitu mengatur tentang pembagian
kekuasaan mengadili antar pengadilan yang serupa atau sejenis. Menurut
Dr. Muhammad Nasir, SH., MH., kompetensi relatif adalah distribusi
kekuasaan badan peradilan sejenis untuk memiliki kewenangan menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan
kepadanya. Sedangkan menurut Retnowulan, wewenang relatif mengatur
pembagian kekuasaan mengadili antara pengadilan serupa, tergantung dari
tempat tinggal tergugat, pasal 118 HIR, menyangkut kekuasaan relatif
yang dalam bahasa belanda disebut Distributie van Rechtmacht. Asasnya
adalah “yang berwenang adalah pengadilan negeri tempat tinggal
tergugat”. Asas ini dalam bahasa latin dikenal dengan sebutan “Actor
Sequitor Forum Rei”. Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
disebut dengan BW menyatakan bahwa tempat tinggal seorang adalah
tempat dimana seseorang menempatkan pusat kediaman. Kewenangan
relatif menyangkut mengenai badan peradilan mana yang merupakan
kewenangan lingkungan peradilan tertentu berdasarkan yuridiksi
wilayahnya.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 23 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Dalam perkara a quo, keberatan kami terkait dengan Kewenangan


Mengadili yaitu :

Bahwa perkara a quo bukan merupakan perkara pidana


melainkan perkara perdata sehingga Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Pekanbaru tidak berwenang mengadili perkara a quo.
Pengadilan yang berwenang mengadili perkara a quo adalah
Pengadilan Negeri Pekanbaru.

Menurut kami tim penasihat hukum terdakwa bahwa


berdasarkan fakta yang terjadi bahwa perkara a quo bukan merupakan
perkara pidana melainkan perkara perdata dengan alasan sebagai
berikut :

- Dalam perkara a quo merupakan hubungan privat antara pihak PT.


Hutabani Offshore Indonesia (PT.HOI) dengan PT. Pertamina
mengenai pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan jasa
bongkar muat Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dibuktikan dengan
Surat Keputusan (SK) nomor SK/12/III/3/013 yang keluarkan oleh
IGNASIUS JONAN selaku menteri Energi dan sumber daya Mineral
(ESDM) kemudian ditandatangani oleh AGUNG RISQIANTO Shipp
Operation White manager PT. Pertamina dan FEYSKA IMAN SARI
selaku Direktur Utama PT. Hutabani Offshore Indonesia (PT. HOI).
Oleh karena itu, pada tanggal 11 Februari 2013 dilakukan
penandatanganan kontrak kerjasama Nomor : 178/F30120/2013-S6
antara pihak PT Pertamina oleh AGUNG RISQIANTO Shipp
Operation White manager dan dari PT Hutabani Offshore (HOI)
diwakili oleh FEYSKA IMAN SARI selaku Direktur PT Pertamina
yang dapat dilihat dari kutipan dakwaan :

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 24 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

“Bahwa pada tanggal 11 April 2013 PT. Hutabani Offshore


Indonesia (PT. HOI) mendapat kontrak untuk pertama kalinya
dari PT. Pertamina untuk melakukan pengangkutan bahan bakar
minyak (BBM) dan jasa bongkar muat bahan bakar minyak
(BBM). Kontrak pertama antara PT. Hutabani Offshore
Indonesia (PT. HOI) dengan PT. Pertamina tersebut dibuktikan
dengan Surat Keputusan (SK) nomor SK/12/III/3/013 yang
keluarkan oleh IGNASIUS JONAN selaku menteri Energi dan
sumber daya Mineral (ESDM) kemudian ditandatangani oleh
AGUNG RISQIANTO Shipp Operation White manager PT.
Pertamina dan FEYSKA IMAN SARI selaku Direktur Utama PT.
Hutabani Offshore Indonesia (PT. HOI). Penandatanganan Surat
Keputusan (SK) nomor SK/12/III/3/013 tersebut dilakukan di
Kantor Pusat PT. Pertamina yang beralamat di jalan Medan
Merdeka Timur nomor 1A RT 2/RW 1 Gambir, Pekanbaru”.

- Dapat pula dilihat pada kutipan dakwaan paragraf selanjutnya, sebagai


berikut :

“Bahwa pada tanggal 11 Februari 2013 dilakukan


penandatanganan kontrak kerjasama Nomor : 178/F30120/2013-
S6 antara pihak PT Pertamina oleh AGUNG RISQIANTO Shipp
Operation White manager dan dari PT Hutabani Offshore (HOI)
diwakili oleh FEYSKA IMAN SARI selaku Direktur PT
Pertamina.”

Perlu kita ingat bahwa adanya suatu perjanjian atau


kontrak merupakan suatu bukti terjadinya hubungan keperdataan
antara kedua belah pihak hal ini diatur dalam pasal 1313 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi atau yang lebih
dikenal dengan istilah BW “Perjanjian adalah perbuatan dengan
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 25 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu


orang atau lebih. Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan yang
didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak”.

Dalam suatu perjanjian harus dilaksanakan sebuah prestasi


yang mana pemenuhan prestasi merupakan hakikat dari sebuah
perikatan. Dalam sebuah perikatan tentunya selalu ada dua subjek
yaitu pihak yang berkewajiban untuk melaksanakan suatu prestasi
dan pihak yang berhak atas suatu prestasi. Didalam pemenuhan
prestasi tidak jarang pula terdapat kelalaian dalam pemenuhan
prestasi yang mana hal ini disebut dengan Wanprestasi. Dr.
Wirjono Prodjodikoro SH, mengatakan bahwa Wanprestasi
merupakan ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Prof. R. Subekti, SH yang
mengemukakan bahwa wanprestasi adalah kelalaian atau
kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu :
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan
dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikan tetapi tidak
sebagaimana yang diperjanjikan.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak
dapat dilakukan.

M. Yahya Harahap menyatakan Wanprestasi sebagai


pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau
dilakukan tidak menurut selayaknya. M. Yahya Harahap juga
menyatakan bahwa apabila terdapat keterlambatan jadwal
sebagaimana yang ditentukan dan dalam menjalankan prestasi
yang tidak semestinya atau disebut wanprestasi. (M.Yahya
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 26 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung:alumni, 1982),


hal 60) .

Dalam perkara a quo dalam hal ini dapat dilihat atau kita
cermati bersama bahwa dalam dakwaan penuntut umum
menjelaskan sebagai berikut :

- “Bahwa pada bulan April sampai dengan bulan Oktober tahun 2013
dilakukan pengiriman minyak/BBM milik PT Pertamina oleh Kapal
MT. Bontar GT.16000. diketahui terdapat sisa minyak 100 kiloliter
minyak/BBM dikarenakan tidak terserap pompa kapal secara
maksimal. Kemudian pihak Kapal MT. Bontar melakukan
pengembalian minyak 100 kiloliter tersebut sesuai dengan perjanjian
kontrak dilakukan oleh PT Pertamina dengan PT Hutabani Offshore
(HOI) yang dibuat sebelumnya nomor 178/F30120/2013-S6 dalam
klausul “Transportation Losses” pada pokoknya disebutkan bahwa
terhadap sisa BBM setelah dilakukan proses bongkar adalah
merupakan milik negara yang harus dikembalikan ke PT Pertamina.

- Bahwa pada bulan November 2013, yaitu pada saat kapal MT. Bontar
GT.16000 melakukan pengiriman atau bongkar muat BBM Milik
Pertamina yang ke 5. Yang seharusnya ada pengembalian
Minyak/BBM yang tidak terserap pompa kapal tersebut namun tidak
dikembalikan oleh terdakwa ASHA SAGSHA NURSHOFFA
malahan terdakwa ASHA SAGSHA NURSHOFFA memanfaatkan
minyak/BBM milik Pertamina tersebut untuk dijual kembali kepada
penadah minyak.”

Dalam paparan diatas sudah jelas bahwa perkara a quo


merupakan perkara perdata yaitu wanprestasi sehingga dapat disimpulkan

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 27 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru tidak berwenang


mengadili, memeriksa dan memutus perkara a quo. Pengadilan yang
berwenang mengadili, memeriksa dan memutus perkara a quo adalah
Pengadilan Negeri Pekanbaru.

2. Keberatan Kedua
“Surat Dakwaan Obscuur Libelum”.

Keberatan mengenai surat dakwaan kabur (Obscuur Libelum)


merupakan keberatan yang diajukan karena Surat dakwaan yang dibuat tidak
jelas atau tidak memenuhi syarat materiil sebagaimana diatur dalam pasal 143
ayat (2) huruf b KUHAP. Yang mana dapat diformulasikan apabila suatu
dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum tidak memenuhi syarat yang
tercantum dalam Pasal 143 ayat (2) dapat menyebabkan dakwaan Batal Demi
Hukum (Absolut Nietig).

Selain itu dalam rumusan pasal 143 ayat (2) KUHAP menyatakan
“Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan
ditandatangani serta berisi :
a) Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Tersangka.
b) Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana
itu dilakukan”.

Secara materiil, surat dakwaan dianggap telah memenuhi syarat


apabila telah memenuhi syarat apabila surat dakwaan telah memberi
gambaran yang bulat dan terang terkait :
1) Tindak pidana yang dilakukan
2) Siapa yang melakukan tindak pidana tersebut

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 28 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

3) Dimana tindak pidana dilakukan


4) Bilamana atau kapan tindak pidana tersebut dilakukan
5) Akibat apa yang ditimbulkan tindak pidana tersebut (delik materiil)
6) Apakah yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana tersebut
(delik-delik tertentu)
7) Ketentuan-ketentuan pidana yang diterapkan

Dengan demikian dapat diformulasikan bahwa syarat materiil


merupakan syarat yang berkenaan dengan materi atau substansi surat
dakwaan yang apabila tidak terpenuhi menyebabkan Surat Dakwaan Batal
Demi Hukum (Absolut Nietig).

Dalam perkara a quo kami ajukan keberatan adalah menyangkut isi


Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, oleh karena itu berkaitan dengan
persyaratan materiil sebagaimana diharuskan Pasal 143 ayat (2) huruf b dan
ayat (3) KUHAP, khususnya yang mensyaratkan bahwa dakwaan haruslah
disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang
didakwakan.

Berkenaan dengan maksud ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b dan
ayat (3) KUHAP maka perkenankan kami untuk menyampaikan Nota
Keberatan dan Eksepsi, karena Jaksa Penuntut Umum kami anggap tidak
cermat, jelas, dan lengkap dalam membuat surat dakwaan karena Jaksa
Penuntut Umum tidak menguraikan kronologis peristiwa hukum yang
sebenarnya. Mengenai keberatan Surat Dakwaan Obscuur Libelum kami
selaku Tim Penasihat Hukum dari terdakwa akan menguraikannya terkait dua
hal :
1. Saudara Jaksa Penuntut Umum yang tidak cermat dalam
mencantumkan pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 29 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Bahwa karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang tidak cermat


dalam membuat surat dakwaan karena mencantumkan pasal 18 Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999. Sebelum kami menguraikan ketidakjelasan
Jaksa Penuntut Umum dalam mencantumkan pasal 18 Undang-Undang
Nomor 31 tahun 1999, akan kami uraikan terlebih isi dari pasal tersebut
adalah sebagai berikut :

Pasal 18
(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah :
a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak
berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk
atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk
perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi
dilakukan, begitu pula dari barang yang mengantikan barang-
barang tersebut;
b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi.
c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu
paling lama (satu) tahun.
d. Pencabutan Seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau
penghapusan Seluruh atau keuntungan tertentu, yang telah atau
dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.

(2) Jika Terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana diaksud


dalam ayat (1) huruf b paling lama waktu 1 (satu) bulan sesudah
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk
menutupi uang pengganti tersebut.
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 30 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi
untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak
melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut
sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

Bahwa pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah pidana


tambahan, sedangkan pidana tambahan hanya dapat diberikan jika pidana
pokok sudah dapat dibuktikan.

Bahwa saudara Jaksa Penuntut Umum tidak mengerti cara


menjatuhkan pasal dalam surat dakwaan. Penuntut Umum juga tidak
cermat mencantumkan pasal tersebut pada surat dakwaan, karena surat
dakwaan bukan menyatakan terbukti atau tidaknya suatu tindak pidana.
Mengingat Surat Dakwaan adalah sebagai pedoman pemeriksaan yang
berfungsi membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dan
dasar pengambilan keputusan tentang bersalah atau tidaknya Terdakwa
dalam tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka Jaksa Penuntut
Umum sebagai peletak dasar (Grondlleger), dituntut benar-benar cermat
dalam menyusun Surat Dakwaan tersebut.

2. Saudara Jaksa Penuntut Umum yang tidak jelas mencantumkan


pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP dalam surat dakwaan tanpa
menjelaskan berperan sebagai apakah terdakwa didalam
melakukan Tindak Pidana.

Bahwa karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang tidak jelas dalam
membuat surat dakwaan karena Jaksa Penuntut Umum tidak menguraikan

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 31 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

secara jelas mengenai penyertaan terdakwa dalam melakukan Tindak


Pidana. Jaksa Penuntut Umum yang mencantumkan pasal 55 ayat 1 ke
(1) KUHP dalam surat dakwaan tanpa menjelaskan berperan sebagai
apakah terdakwa didalam melakukan Tindak Pidana, apakah sebagai
orang yang melakukan (plegen), apakah sebagai orang yang menyuruh
melakukan (doenplegen) atau apakah sebagai orang yang turut serta
melakukan perbuatan (medeplegen). “Dimana uraian Surat Dakwaan
Pertama dan Kedua saudara Jaksa Penuntut Umum yang disampaikan
tidak menjelaskan secara jelas kedudukan Terdakwa pada pasal 55 ayat
(1) ke (1) KUHP”.

Bahwa dakwaan pertama dan kedua dilakukan oleh para terdakwa


secara bersama-sama (deelneming) dan perbuatan berlanjut. Dengan demikian
seharusnya didalam surat dakwaan dijelaskan atau ditegaskan tentang peran
masing-masing terdakwa dan terdakwa dalam berkas lain dengan kualitasnya
masing-masing dihubungkan dengan pasal 55 KUHP. Adapun alasannya
adalah sebagai berikut :

1. Bahwa didalam pasal 55 KUHP terdapat macam-macam bentuk


penyertaan yaitu;
- orang yang melakukan (pleger),
- orang yang menyuruh melakukan (doen plegen),
- orang yang turut melakukan (medepleger)
2. Bahwa bentuk-bentuk penyertaan tersebut menggambarkan kualitas
perbuatan sesuai dengan kualitas masing-masing.
3. Ternyata didalam surat dakwaan kedua hal tersebut diatas tidak
dikemukakan.
4. Bahwa dalam mengenai penerapan pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dalam
Surat Dakwaan menunjukkan kekaburan, oleh karena tidak disebutkan
subyek hukum atau siapa yang yang didudukkan sebagai pelaku (dader),
siapa yang yang didudukkan sebagai yang menyuruh melakukan (doen
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 32 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

plegen) dan siapa pula yang turut melakukan perbuatan (medelegen atau
mededader). Oleh karena tidak ada kejelasan dalam dakwaan mengenai
penerapan pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP tersebut, maka potensial
menyesatkan dan mempersulit Terdakwa dan Penasehat Hukumnya dalam
melakukan pembelaan, sebab kedudukan dan peran Terdakwa dalam
perbuatan yang didakwakan pun menjadi tidak jelas.

M. Yahya Harahap menyatakan bahwa apabila tidak dijelaskan lebih


lanjut dalam surat dakwaan mengenai turut serta dari Terdakwa maka surat
dakwaan tersebut harus dinyatakan batal demi hukum. (Pembahasan dan
penerapan KUHAP, pustaka Kartini, Jakarta, 1985, hlm. 663-664)

Bahwa dengan demikian jelas dengan tidak menjelaskan dan


menegaskan tentang bentuk–bentuk penyertaan masing-masing terdakwa
dalam perkara ini menandakan bahwa dakwaan tersebut Obscurum
Libellum. Maka dari itu berdasarkan pasal 143 ayat 3 KUHAP surat
dakwaan Jaksa Penuntut Umum harus dinyatakan batal demi hukum.

3. Keberatan Ketiga
“Bahwa Dakwaan Penuntut Umum Error in Procedure karena disusun
atas dasar penyidikan yang melanggar prinsip Miranda Rule”

Bahwa Kami Penasihat Hukum terdakwa telah berupaya keras dalam


memahami dasar penyusunan surat dakwaan yang disusun oleh yang
terhormat rekan jaksa Penuntut Umum secara seksama baik dari segi formil
maupun segi materiilnya, oleh karenanya demi kepentingan hukum untuk
memperoleh hak jaminan perlindungan atas kebenaran, kepastian serta rasa
keadilan yang sarat dengan penghormatan nilai-nilai kemanusiaan yang harus
diperjuangkan dihadapan hukum serta obyektifitas tindakan didalam

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 33 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

penerapan prinsip-prinsip hukum acara pidana yang baik dan benar agar
semangat rasa keadilan tidak terciderai mengingat penegakan hukum dan
penghormatan nilai- nilai kemanusiaan adalah dua hal yang secara simultan
harus diperhatikan dan dipatuhi bagi setiap proses penegakan hukum di
Negara Indonesia, maka atas dasar itulah dipandang patut dan layak bagi
kami selaku Penasihat Hukum terdakwa untuk mengajukan eksepsi maupun
keberatan terhadap surat dakwaan dari yang terhormat rekan Jaksa Penuntut
Umum yang mana secara tegas akan disampaikan sebagai berikut :

Bahwa konsep “due process” merupakan bagian yang integral guna


menjunjung tinggi supermasi hukum dalam koridor penanganan tindak pidana
dimana pelaksanaannya harus berpedoman serta menghormati doktrin
inkorporasi yang memuat bagian hak yang antara lain telah dirumuskan
dalam bab VI KUHAP, salah satunya adalah hak untuk mendapatkan bantuan
hukum, sehubungan dengan hal tersebut pada perkara a quo kami selaku
Penasihat Hukum terdakwa secara keras menolak dan atau keberatan terhadap
hasil Berita Acara Penyidikan (BAP) dari pihak Kepolisian yang didalam
konteks perkara a quo telah dijadikan dasar dalam pembuatan atau
penyusunan surat dakwaan oleh yang terhormat rekan jaksa Penuntut Umum
yang telah ditujukan terhadap diri terdakwa yang ada dihadapan kita saat ini,
keberatan kami dasarkan karena didalam Berita Acara Penyidikan (BAP)
terdapat suatu hal yang tidak bersesuaian atau sangat bertolak belakang
dengan fakta yang terjadi mengingat secara de fakto terdakwa pada waktu
menjalani proses pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi Republik
Indonesia yaitu pada tanggal 18 September 2017 yaitu Terdakwa tidak
didampingi oleh penasihat hukum pada saat diperiksa hal ini kami nilai telah
melanggar prinsip Miranda Rule yang sangat menjunjung tinggi hak asasi
manusia.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 34 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Miranda rule adalah merupakan hak-hak konstitusional dari


tersangka/terdakwa yang meliputi hak untuk tidak menjawab atas pertanyaan
pejabat bersangkutan dalam proses peradilan pidana dan hak untuk
didampingi atau dihadirkan penasihat hukum sejak dari proses penyidikan
sampai dan/atau dalam semua tingkat proses peradilan.

Miranda Rule di Indonesia ada beberapa prinsip miranda rule,


miranda warning, miranda principle yang diakomodir di dalam Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP maka istilah Miranda Rule
ikut populer di dalam penegakan hukum pidana di Indonesia. Miranda rule
merupakan hak konstitusional yang bersifat universal dihampir semua negara
yang berdasarkan hukum. Komitmen terhadap penghormatan miranda rule
telah dibuktikan dengan mengadopsi miranda rule ini ke dalam sistem hukum
acara pidana kita yaitu pasal 56 ayat (1) Undang-Undang nomor 8 tahun 1981
atau yang lebih dikenal dengan istilah KUHAP.

Perlu diketahui bahwa yang ingin dicapai dan/atau ditegakkan di


dalam prinsip miranda rule yang terdapat di dalam pasal 56 ayat (1) Undang-
Undang nomor 8 tahun 1981 adalah agar terjamin pemeriksaan yang fair dan
manusiawi terhadap diri tersangka/terdakwa, sebab dengan hadirnya
penasehat hukum untuk mendampingi, membela hak-hak hukum bagi
tersangka atau terdakwa sejak dari proses penyidikan sampai pemeriksaan di
pengadilan dimaksudkan dapat berperan melakukan kontrol, sehingga proses
pemeriksaan terhindar dari penyiksaan, pemeriksaan dan kekejaman atau
kekerasan yang dilakukan oleh penegak hukum dalam proses peradilan yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (vide : pasal 33,
pasal 3 ayat (2), pasal 5 ayat (2), pasal 17, pasal 18 ayat (1) dari Undang-
Undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia) disamping itu
adanya kontrol oleh penasehat hukum terhadap jalannya pemeriksaan

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 35 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

tersangka selama dalam proses persidangan di pengadilan. Berdasarkan


uraian dalam pasal 56 ayat (1) KUHAP dapat disimpulkan sebagai berikut :

“Dalam tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan kepada


Tersangka/Terdakwa harus diancam dengan pidana mati atau 15 (lima belas)
tahun atau lebih atau yang tidak mampu diancam dengan pidana 5 (lima)
tahun atau lebih yang tidak punya Penasihat Hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk Penasihat Hukum bagi mereka (tersangka/terdakwa)”.

Pemeriksaan penyidikan yang tersangkanya tidak didampingi


Penasihat Hukum sesuai dengan kerangka pasal 114 Jo. Pasal 56 ayat (1)
KUHAP, maka hasil pemeriksaan penyidikan tersebut adalah tidak sah atau
batal demi hukum, karena bertentangan dengan hukum acara (undue process).

Perlu diketahui bahwa dalam KUHAP tidaklah dikenal istilah miranda


rule bahkan di Indonesia juga tidak pernah diatur, tetapi prinsip-prinsip yang
serupa dengan miranda rule juga dapat ditemukan dalam KUHAP. Jika terjadi
pelanggaran oleh polisi terhadap prinsip-prinsip tersebut dapat diajukan atau
dimohonkan ke pra peradilan (lihat pasal 77- pasal 83 KUHAP) dan petugas
polisi yang melanggar dapat diadukan ke KKEP (Komisi Kode Etik Profesi)
melalui Divpropam Polri karena telah terjadi pelanggaran kode etik profesi
polri yang terutama diatur dalam pasal 15 Perkapolri nomor 14 tahun 2011
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ketika
hasil penyidikan dan penuntutan sudah dilimpahkan ke persidangan, pada
beberapa kasus pelanggaran hak tersangka, seperti tidak dipenuhinya haknya
untuk didampingi penasehat hukum atau tidak diberikan bantuan hukum bagi
tersangka yang tidak mampu, hakim kemudian memutuskan dakwaan
penuntut umum batal demi hukum. Seperti juga ditulis advokat Anggara
dalam tulisannya yang berjudul “hak atas bantuan hukum sebagai bagian dari

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 36 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

eksepsi dan pembelaan dalam perkara pidana”. Putusan Mahkamah Agung RI


Nomor 1565 K/Pid/1991 tertanggal 16 September 1993 menyatakan pada
pokoknya “apabila syarat-syarat permintaan tidak dipenuhi seperti halnya
penyidik tidak menunjuk penasehat hukum bagi tersangka sejak awal
penyidikan, maka tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak dapat diterima
dalam tahap persidangan, pelanggaran-pelanggaraan hak untuk selanjutnya
mengambil keputusan”. Tersangka/terdakwa tersebut dapat dituangkan dalam
eksepsi/nota keberatan.

Bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam membuat Surat Dakwaan


pastilah melandaskan dari hasil penyidikan oleh penyidik. Di dalam pasal 56
ayat (1) KUHAP : “Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati
atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang
tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang
tidak mempunyai Penasihat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan
pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjukkan Penasihat Hukum bagi mereka”. Bahwa ketentuan Pasal 56
ayat (1) KUHAP tidak lain dimaksudkan untuk melindungi hak-hak asasi
manusia seorang tersangka atau terdakwa yang dipersangkakan atau didakwa
melakukan suatu tindak pidana, oleh karena seandainya orang itu benar telah
melakukan perbuatan seperti yang dipersangkakan atau didakwakan,
perbuatan itu belum tentu merupakan suatu tindak pidana, dan seandainya
perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana, belum tentu ia bersalah
melakukan tindak pidana itu karena berbagai keadaan yang dibenarkan oleh
hukum. Bahwa oleh karena itu peran seorang Advokat dalam mendampingi
tersangka yang sedang didengar keterangannya oleh penyidik menjadi sangat
penting dalam mengawal amanat Undang-Undang dalam menegakkan dasar
utama negara hukum, dengan pendampingan Advokat diharapkan dapat
dijaga misalnya :

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 37 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

a. Agar pada saat Tersangka memberikan keterangan tanpa adanya


tekanan dari siapa pun dan atau dalam bentuk apapun sebagaimana
diamanatkan oleh ketentuan Pasal 117 Ayat (1) KUHAP yang
berbunyi :
“Keterangan tersangka kepada penyidik diberikan tanpa
tekanan dari siapa pun dan atau dalam bentuk apapun”
b. Agar dapat dipastikan bahwa penyidik mencatat keterangan tersangka
dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang
dipergunakan oleh tersangka sendiri, bukan kata yang dikehendaki
oleh penyidik atau yang sesuai dengan keterangan saksi pelapor,
sesuai dengan ketentuan Pasal 117 Ayat (2) KUHAP yang
merumuskan :
“Dalam hal tersangka memberi keterangan apa yang
sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana
yang dipersangkakan kepadanya penyidik mencatat dalam berita
acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh
tersangka sendiri”.

Dalam perkara yang dialami oleh terdakwa yaitu Asha Sagsha


Nurshoffa kami selaku Tim Penasihat Hukum berpendapat bahwa Jaksa
Penuntut umum melanggar hak-hak Terdakwa yang telah mendapatkan
jaminan perlindungan hukum di Indonesia seperti yang telah dirumuskan
pada Pasal 54 KUHAP “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau
terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih
penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang
ini”.
Dalam hal ini terdakwa diwajibkan untuk didampingi penasehat
hukum sesuai dengan pasal yang telah tercantum dalam KUHAP tersebut
pada saat dilakukannya penyidikan, namun dalam penyidikan yang telah
dilakukan terdakwa tanpa didampingi penasehat hukum sesuai dengan
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 38 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

keinginan terdakwa, sehingga terdakwa tidak mendapatkan kenyamanan dan


kepercayaan yang maksimal kepada penasehat hukum yang mendampinginya
pada saat proses penyidikan tersebut. Sehingga apabila Jaksa Penuntut Umum
menyandarkan pada hasil penyidikan, oleh karena seandainya orang itu benar
telah melakukan perbuatan seperti yang dipersangkakan atau didakwakan,
perbuatan itu belum tentu merupakan suatu tindak pidana, dan seandainya
perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana, belum tentu ia bersalah
melakukan tindak pidana itu karena berbagai keadaan yang dibenarkan oleh
hukum. Bahwa oleh karena itu peran seorang Advokat dalam mendampingi
tersangka yang sedang didengar keterangannya oleh penyidik menjadi sangat
penting dalam mengawal amanat undang-undang dalam menegakkan dasar
utama negara hukum, dengan pendampingan Advokat diharapkan dapat
dijaga keutamaan dari amanat Undang-Undang tersebut.

Penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap Tersangka tanpa


didampingi oleh Penasihat Hukum tidak sesuai dengan ketentuan Pasal
56 ayat (1) KUHAP.

Seperti yang telah Tim Penasihat Hukum jelaskan diawal Nota


Keberatan ini bahwa Surat Dakwaan yang telah dibuat oleh Penuntut Umum
sangatlah baik akan tetapi dalam pembuatan Surat Dakwaan berdasar dari
Berkas Perkara Penyidikan yang diketahui terdapat pelanggaran terhadap
rumusan aturan didalam KUHAP atau dapat dikatakan error in procedure.
Hal tersebut karena terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat Hukum yang
diinginkan oleh terdakwa padahal kita ketahui bersama bahwa setiap
Tersangka yang diperiksa mempunyai beberapa hak atau biasa dikenal
dengan istilah Miranda Principles. Miranda Principle adalah hak-hak dasar
manusia atau hak-hak konstitusional tersangka yang pada pokoknya meliputi:
- Hak untuk tidak menjawab atau diam sebelum diperiksa dan/atau sebelum
dilakukan (a right to remind silent);

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 39 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

- Hak untuk menghadirkan penasihat hukum dan hak untuk berkonsultasi


sebelum melakukan penyidikan oleh penyidik (a right to the presence of
an attorney or the right to council)
- Hak untuk disediakan penasihat hukum bagi tersangka atau terdakwa yang
tidak mampu.

Jika merujuk pada ketetuan tersebut maka sudah jelas bahwa Terdakwa
harus didampingi oleh Penasihat Hukum dan itu harus sesuai dengan
keinginan terdakwa pada saat dilakukannya berita acara pemeriksaan terhadap
dirinya dikarenakan berdasarkan surat penangkapan terhadap Terdakwa,
bahwasannya terdakwa disangkakan melanggar pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18
Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan
ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-
undang Hukum Pidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang Jo. Pasal 64
ayat (1) KUHP uang Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, yang diancam dengan hukuman lebih dari 5 tahun, sehingga sangat
diwajibkan untuk didampingi oleh Penasehat Hukum.

Perlu diketahui bahwa yang ingin dicapai dan atau ditegakkan di dalam
prinsip Miranda Rule yang terdapat di dalam pasal 56 ayat (1) tentang
KUHAP adalah agar terjamin pemeriksaan yang fair dan manusiawi terhadap
diri Tersangka / Terdakwa, sebab dengan hadirnya Penasihat Hukum untuk
mendampingi, membela hak-hak hukum bagi tersangka pada saat proses
penyidikan dimaksudkan dapat berperan melakukan kontrol terhadap
pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik untuk menghindari adanya
kesewenang-wenangan dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap tersangka
karena penegakan prinsip Miranda Rule merupakan bagian dari penegakan

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 40 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Hak Asasi Manusia bagi tersangka. Hal ini dikarenakan Ketentuan Pasal 56
ayat (1) KUHAP dari segi pendekatan stict law atau formalistic legal thinking
mengandung berbagai aspek permasalahan hukum yakni:

1. Mengandung aspek nilai HAM


Setiap tersangka atau terdakwa berhak didampingi penasihat hukum dalam
semua tingkat pemeriksaan. Hak ini sesuai dengan deklarasi “universal”
HAM yang menegaskan hadirnya penasihat hukum mendampingi
tersangka atau terdakwa merupakan nilai yang inherent pada diri manusia.
Dengan demikian mengabaikan hak ini bertentangan dengan nilai HAM.
2. Pemenuhan hak ini dalam proses peradilan pada semua tingkat
pemeriksaan, menjadi kewajiban dari pejabat yang bersangkutan. Apabila
tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan :
a. diancam dengan pidana mati atau 15 tahun lebih,atau
b. bagi yang tidak mampu yang diancam pidana 5 tahun lebih
yang tidak mempunyai penasihat hukum

Dengan demikian peran pendampingan seorang advokat bagi


Tersangka dalam pemeriksaan penyidik sangat inherent dengan perlindungan
hak-hak asasi manusia khususnya bagi mereka yang tengah menjalani
persaksian di hadapan penyidik atau penuntut umum, oleh karena seperti
dikatakan oleh Bambang Poernomo dalam bukunya “Pandangan terhadap
Azas-azas Umum Hukum Acara Pidana” (Liberty, Yogyakarta, 1982,
halaman 4). Pada hakikatnya pekerjaan seseorang untuk menduga dan
menyangka orang lain melakukan perbuatan pidana yang berupa kejahatan
atau pelanggaran, dapat menjurus sebagai perbuatan yang bersifat barbar
karena di satu pihak akan giat mempertahankan tuduhannya dan di lain pihak
dengan gigih melakukan pembelaan yang didorong oleh harga diri dan
kebebasan pribadi setiap orang. Dalam beberapa waktu yang lalu, terdakwa
Asha Sagsha Nurshoffa mengatakan secara terang-terangan kepada kami
selaku Tim Penasihat Hukumnya bahwa terdakwa pada saat pemeriksaan
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 41 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

penyidikan merasa tidak mendapatkan kenyamanan dan kepercayaan karena


dalam proses pemeriksaan Terdakwa merasa ada tekanan dan intimidasi dari
penyidik seakan-akan hak untuk tidak menjawab.

Sehingga dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa dakwaan yang


dibuat dan disusun oleh Jaksa Penuntut Umum tidak sah atau batal demi
hukum (Null and Void) dikarenakan disusun atas dasar penyidikan yang tidak
sah atau melanggar prinsip Miranda Rule yang menjunjung tinggi penegakan
Hak Asasi Manusia.

4 Keberatan Keempat

“Hilangnya asas ultimum remedium”

Ultimum Remedium merupakan salah satu asas yang terdapat di


dalam hukum pidana di Indonesia yang menyatakan bahwa hukum pidana
hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum. Ultimum
remedium berarti sanksi pidana dipergunakan manakala sanksi-sanksi
yang lain sudah tidak berdaya. Dengan perkataan lain, dalam suatu
undang-undang sanksi pidana dicantumkan sebagai sanksi yang terakhir,
setelah sanksi perdata maupun sanksi administratif.

Ultimum Remedium memiliki makna apabila suatu perkara dapat


diselesaikan melalui jalur lain seperti kekeluargaan, negosiasi, mediasi,
perdata, ataupun hukum administrasi hendaklah jalur tersebut terlebih
dahulu dilalui. Mekanisme tersebut dipergunakan agar selain memberikan
kepastian hukum juga agar poses hukum pidana yang cukup panjang dapat
memberikan keadilan untuk semua yang terlibat di dalamnya. Mekanisme
ultimum remedium didasarkan selain agar tercapainya hukum menciptakan
keadilan, memudahkan “penagihan” kerugian negara maupun menghemat
biaya persidangan yang cenderung lama dan rumit.
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 42 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa norma-norma atau


kaidah-kaidah dalam bidang hukum tata negara dan hukum tata usaha
negara harus pertama-tama ditanggapi dengan sanksi administrasi, begitu
pula norma-norma dalam hukum perdata pertama-tama harus ditanggapi
dengan sanksi perdata. Hanya, apabila sanksi administrasi dan sanksi
perdata ini belum mencukupi untuk mencapai tujuan meluruskan neraca
kemasyarakatan, maka baru diadakan juga sanksi pidana sebagai
pamungkas (terakhir) atau ultimum remedium. Wirjono Prodjodikoro lebih
lanjut mengatakan bahwa sifat sanksi pidana sebagai senjata pamungkas
atau ultimum remedium jika dibandingkan dengan sanksi perdata atau
sanksi administrasi. Sifat ini sudah menimbulkan kecenderungan untuk
menghemat dalam mengadakan sanksi pidana. (Wirjono Prodjodikoro
dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (2003)).

Dari pengertian dan definisi ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan


bahwa ultimum remedium merupakan conditio sine qua non atau syarat
mutlak dalam hukum pidana. Jaksa Penuntut umum terkesan tergesa-gesa
memaksakan kasus ini dibawa dalam persidangan. Jika melihat pasal 94
ayat (1) Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2010 jo Peraturan Presiden
nomor 70 tahun 2012 menjelaskan bahwa dalam hal terjadi perselisihan
antara para pihak dalam Penyediaan Barang/Jasa Pemerintah, para pihak
terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah
untuk mufakat. Pada pasal 94 ayat (2) Peraturan Presiden nomor 4 tahun
2010 jo Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 baru dijelaskan bahwa
dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui
arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 43 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Dari Peraturan Presiden pasal 94 ayat (1) dan (2) Peraturan


Presiden nomor 4 tahun 2010 jo Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012
tersebut dapat diketahui bahwa harusnya permasalahan mengenai impor
minyak mentah yang menjadikan terdakwa sebagai terdakwa dalam
persidangan ini dapat diselesaikan terlebih dahulu melalui jalur mediasi.
Bahkan, ketika jalur mediasi mengalami kegagalan penyelesaian masalah
juga masih disarankan menggunakan jalur lain seperti kekeluargaan,
negosiasi, perdata, ataupun hukum administrasi hendaklah jalur tersebut
terlebih dahulu dilalui. Jaksa Penuntut Umum harusnya sadar dan peka
dalam melihat permasalahan yang terjadi dengan tidak tergesa-gesa
membawa permasalahan ini ke ranah persidangan atau hukum pidana.

5. Keberatan Kelima
“Jaksa tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Pencucian Uang”

Tindak Pidana Pencucian Uang diatur dalam Undang-Undang


Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang. Dalam ketentuan pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 8 tahun 2010 disebutkan bahwa pencucian uang adalah segala
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang tersebut. Dalam pengertian, unsur-unsur
yang dimaksud adalah unsur pelaku, unsur perbuatan melawan hukum
serta unsur merupakan hasil tindak pidana. Para pakar telah
menggolongkan proses pencucian uang (money laundering) ke dalam tiga
tahap, yakni :
Tahap Placement : tahap dimana menempatkan dana yang
dihasilkan dari suatu aktivitas kriminal, misalnya dengan mendepositkan
uang kotor tersebut ke dalam sistem keuangan. Sejumlah uang yang

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 44 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

ditempatkan dalam suatu bank, akan kemudian uang tersebut akan masuk
ke dalam sistem keuangan negara yang bersangkutan. Jadi misalnya
melalui penyelundupan, ada penempatan dari uang tunai dari suatu negara
ke negara lain, menggabungkan antara uang tunai yang bersifat ilegal itu
dengan uang diperoleh secara legal. Variasi lain dengan menempatkan
uang giral ke dalam deposito bank, ke dalam saham, mengkonversi dan
mentransfer ke dalam valuta asing.
Tahap Layering : yang dimaksud dengan tahap layering ialah tahap
dengan cara pelapisan. Berbagai cara dapat dilakukan melalui tahap ini
yang tujuannya menghilangkan jejak, baik ciri-ciri aslinya ataupun asal
usul dari uang tersebut. Misalnya melakukan transfer dana dari beberapa
rekening ke lokasi lainnya atau dari satu negara ke negara lain dan dapat
dilakukan berkali-kali, memecah-mecah jumlah dananya di bank dengan
maksud mengaburkan asal usulnya, mentransfer dalam bentuk valuta asing,
membeli saham, melakukan transaksi derivatif, dan lain-lain.
Seringkali pula terjadi bahwa si penyimpan dana itu sudah merupakan
lapis-lapis yang jauh, karena sudah diupayakan berkali-kali simpan
menyimpan sebelumnya. Bisa juga cara ini dilakukan misalnya si pemilik
uang kotor meminta kredit di bank dan dengan uang kotornya dipakai
untuk membiayai suatu kegiatan usaha secara legal. Dengan melakukan
cara seperti ini, maka kelihatan bahwa kegiatan usahanya yang secara legal
tersebut tidak merupakan hasil dari uang kotor itu melainkan dari
perolehan kredit bank tadi.
Tahap Integration : merupakan tahap menyatukan kembali uang-
uang kotor tersebut setelah melalui tahap-tahap placement atau layering
diatas, yang untuk selanjutnya uang tersebut dipergunakan dalam berbagai
kegiatan-kegiatan legal. Dengan cara ini akan tampak bahwa aktivitas yang
dilakukan sekarang tidak berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ilegal
sebelumnya, dan dalam tahap inilah kemudian uang kotor itu telah tercuci.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 45 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Dengan demikian, melihat dari uraian diatas dapat disimpulkan


bahwa unsur-unsur tindak pidana pencucian uang sebagai berikut :
- Pelaku
- Perbuatan (transaksi keuangan atau finansial) dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dari
bentuknya yang tidak sah (ilegal) seolah-olah menjadi harta kekayaan yang
sah (legal)
- Merupakan hasil tindak pidana

Selanjutnya kami Tim Penasehat Hukum akan menguraikan


keberatan/eksepsi keempat dengan berdasarkan diri pada ketentuan pasal
156 KUHAP yang akan difokuskan pada eksepsi tentang surat dakwaan
batal diantaranya ialah :
Penuntut Umum KPK tidak berwenang dalam melakukan
penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang, berdasarkan pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Kejaksaan
menyatakan bahwa Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi
wewenang oleh Undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim.

Penjelasan pasal 2 ayat 3 Undang-Undang Kejaksaan menyatakan


yang dimaksud dengan Kejaksaan adalah satu landasan dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya di bidang penuntutan yang
bertujuan memelihara kesatuan kebijakan di bidang penuntutan
sehingga dapat menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata
pikir, tata laku, dan tata kerja kejaksaan.

Sementara dalam Pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010


tentang Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan penyidik
menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dengan penyidikan
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 46 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

tindak pidana Pencucian Uang dan memberitahukannya kepada


PPATK, berdasarkan isi pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut, penggabungan tindak
pidana asal dengan Tindak Pidana Pencucian Uang hanya dapat dilakukan
oleh KPK dalam proses penyidikan tidak termasuk penuntutan karena
tindak pidana Pencucian Uang tidak mengatur secara spesifik Penuntut
Umum yang berwenang menuntut tindak pidana Pencucian Uang.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 huruf c UU No 30 Tahun 2002


tentang KPK, lembaga itu bertugas menyelidiki, menyidik, dan menuntut
tindak pidana korupsi. Sedangkan dalam pasal 51 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi menyatakan bahwa Penuntut Umum yang diangkat dan
diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi melaksanakan
fungsi penuntutan tindak pidana korupsi, berdasarkan isi pasal 51 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, juga tidak diatur secara spesifik apakah Jaksa
Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi selain berhak
melaksanakan penuntutan tindak pidana korupsi juga berhak melaksanakan
penuntutan terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang.

Pasal 74 UU No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan


Pemberantasan TPPU mengatur KPK sebagai instansi yang
berwenangmelakukan penyidikan atas TPPU yang tindak pidana asalnya
adalah korupsi. Namun, UU No.8 Tahun 2010 tidak mengatur instansi
mana yang berwenang melakukan penuntutan TPPU. Mengingat UU No.8
Tahun 2010 tidak mengatur secara khusus mengenai penuntut umum yang
menyidangkan perkara TPPU, maka merujuk pada ketentuan KUHAP.
Pasal 1 angka 6 KUHAP menyatakan, jaksa adalah pejabat yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 47 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Ketentuan serupa juga diatur dalam Pasal 13 UU No 8 Tahun 2010.


“Dengan merujuk pada ketentuan Pasal 1 angka 6 KUHAP dan Pasal 13
UU No 8 Tahun 2010, penuntut umum yang memiliki kewenangan
melakukan penuntutan atas TPPU adalah jaksa. Hal mana dipertegas dalam
Pasal 71 UU No 8 Tahun 2010.

Pasal 71 UU No 8 Tahun 2010 menegaskan bahwa surat


permintaan pemblokiran yang dikirimkan kepada penyedia jasa keuangan
harus ditandatangani oleh a. Koordinator penyidik untuk tingkat
penyidikan b. Kepala Kejari untuk tingkat penuntutan c. Hakim ketua
majelis untuk tingkat pemeriksaan pengadilan.

Atas dasar itu Penuntut Umum yang dimaksud tindak pidana


Pencucian Uang adalah Penuntut Umum pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Kejaksaan Jo penjelasan pasal 2 ayat 3 Undang-undang Kejaksaan.
Mengacu ketentuan itu, sehingga KPK memiliki kewenangan menyidik
TPPU, KPK tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penuntutan
perkara TPPU. Hasil penyidikan KPK harus diserahkan kepada penuntut
umum pada Kejari setempat, untuk selanjutnya penuntut umum Kejari
melakukan penuntutan ke pengadilan.

Hukum acara pidana tidak dapat dianalogikan. Kewenangan


tersebut tidak jatuh dari langit, tapi harus ditentukan oleh hukum.
Kewenangan KPK menuntut perkara TPPU harus diatur secara eksplisit
dalam UU No 8 Tahun 2010. Oleh karena itu terhadap surat dakwaan
Jaksa Penuntut Umum mengenai tindak pidana pencucian uang,
Penuntut Umum KPK tidak berwenang melakukan penuntutan atas
perkara Tindak Pidana Pencucian Uang.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 48 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

V. KESIMPULAN

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Berdasarkan segala sesuatu yang telah kami uraikan dalam Eksepsi kami
ini, maka Kami selaku Penasehat Hukum berkesimpulan sebagai berikut :

1. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru tidak berwenang


mengadili, memeriksa dan memutus perkara a quo karena yang berhak
mengadili, memeriksa dan memutus adalah Pengadilan Negeri Pekanbaru.
Bahwa perkara a quo bukan merupakan perkara pidana melainkan perkara
perdata dikarenakan adanya hubungan hukum keperdataan antara pihak
PT. Hutabani Offshore Indonesia (PT.HOI) dengan PT. Pertamina
mengenai pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan jasa bongkar
muat Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dibuktikan dengan Surat
Keputusan (SK) nomor SK/12/III/3/013 yang keluarkan oleh IGNASIUS
JONAN selaku menteri Energi dan sumber daya Mineral (ESDM)
kemudian ditandatangani oleh AGUNG RISQIANTO Shipp Operation
White manager PT. Pertamina dan FEYSKA IMAN SARI selaku
Direktur Utama PT. Hutabani Offshore Indonesia (PT. HOI). Oleh karena
itu, pada tanggal 11 Februari 2013 dilakukan penandatanganan kontrak
kerjasama Nomor : 178/F30120/2013-S6 antara pihak PT Pertamina oleh
AGUNG RISQIANTO Shipp Operation White manager dan dari PT
Hutabani Offshore (HOI) diwakili oleh FEYSKA IMAN SARI selaku
Direktur PT Pertamina, sehingga perkaranya harus diselesaikan secara

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 49 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

keperdataan terlebih dahulu mengingat hukum pidana bersifat


Ultimum Remidium.

2. Bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini tidak


memenuhi ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b dan ayat (3) KUHAP.
Dengan kata lain Jaksa Penuntut Umum tidak menguraikan secara jelas,
cermat, dan lengkap. Karena dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum
banyak yang tidak sesuai dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b dan
ayat (3). Bahwa dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang
mencantumkan pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 mengenai
pidana tambahan, sedangkan pidana tambahan hanya dapat diberikan jika
pidana pokok sudah dapat dibuktikan. Saudara Jaksa Penuntut Umum
tidak mengerti cara menjatuhkan pasal dalam surat dakwaan. Penuntut
Umum juga tidak cermat mencantumkan pasal tersebut pada surat
dakwaan, karena surat dakwaan bukan menyatakan terbukti atau tidaknya
suatu tindak pidana. Mengingat Surat Dakwaan adalah sebagai pedoman
pemeriksaan yang berfungsi membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar
pertimbangan dan dasar pengambilan keputusan tentang bersalah atau
tidaknya Terdakwa dalam tindak pidana yang didakwakan kepadanya.
Serta dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang tidak jelas dalam membuat
surat dakwaan karena Jaksa Penuntut Umum tidak menguraikan secara
jelas mengenai penyertaan terdakwa dalam melakukan Tindak Pidana.
Jaksa Penuntut Umum yang mencantumkan pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP
dalam surat dakwaan tanpa menjelaskan berperan sebagai apakah
terdakwa didalam melakukan Tindak Pidana, apakah sebagai orang yang
melakukan (plegen), apakah sebagai orang yang menyuruh melakukan
(doenplegen) atau apakah sebagai orang yang turut serta melakukan
perbuatan (medeplegen). “Dimana uraian Surat Dakwaan Pertama dan
Kedua saudara Jaksa Penuntut Umum yang disampaikan tidak
menjelaskan secara jelas kedudukan Terdakwa pada pasal 55 ayat (1) ke
Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 50 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

(1) KUHP”, maka Jaksa Penuntut Umum sebagai peletak dasar


(Grondlleger), dituntut benar-benar cermat dalam menyusun Surat
Dakwaan tersebut.

3. Bahwa Jaksa Penuntut umum melanggar hak-hak Terdakwa yang telah


mendapatkan jaminan perlindungan hukum di Indonesia seperti yang
telah dirumuskan pada Pasal 54 KUHAP “Guna kepentingan pembelaan,
tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang
atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang
ini”, pasal 55 KUHAP “Untuk mendapatkan Penasihat Hukum tersebut
dalam Pasal 54 seperti yang telah kami terangkan sebelumnya, tersangka
atau terdakwa berhak memilih sendiri Penasehat Hukumnya”, dan pasal
56 ayat (1) KUHAP “Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak
mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak
mempunyai Penasihat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjukkan
Penasihat Hukum bagi mereka”, serta Jaksa Penuntut Umum juga telah
melanggar hak-hak konstitusional terdakwa. Bahwa dalam penyidikan
yang telah dilakukan terdakwa tanpa didampingi penasehat hukum sesuai
dengan keinginan terdakwa, sehingga terdakwa tidak mendapatkan
kenyamanan dan kepercayaan yang maksimal kepada Penasehat Hukum
yang mendampinginya pada saat proses pemeriksaan penyidikan tersebut.
Sehingga apabila Jaksa Penuntut Umum menyandarkan pada hasil
penyidikan, oleh karena seandainya orang itu benar telah melakukan
perbuatan seperti yang dipersangkakan atau didakwakan, perbuatan itu
belum tentu merupakan suatu tindak pidana, dan seandainya perbuatan itu

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 51 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

merupakan suatu tindak pidana, belum tentu ia bersalah melakukan tindak


pidana itu karena berbagai keadaan yang dibenarkan oleh hukum.

4. Bahwa Jaksa Penuntut Umum tergesa-gesa dan tidak peka dalam


mempelajari kasus ini dengan menghilangkan asas ultimum remedium.
Ultimum remedium yang merupakan conditio sine qua non atau syarat
mutlak dalam hukum pidana. Jaksa Penuntut umum terkesan tergesa-gesa
memaksakan kasus ini dibawa dalam persidangan. Jika melihat pasal 94
ayat (1) Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2010 jo Peraturan Presiden
nomor 70 tahun 2012 menjelaskan bahwa dalam hal terjadi perselisihan
antara para pihak dalam Penyediaan Barang/Jasa Pemerintah, para pihak
terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah
untuk mufakat. Pada pasal 94 ayat (2) Peraturan Presiden nomor 4 tahun
2010 jo Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 baru dijelaskan bahwa
dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui
arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Bahwa Penuntut Umum KPK tidak berwenang melakukan penuntutan


atas perkara Tindak Pidana Pencucian Uang, karena berdasarkan isi
Pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang yaitu penggabungan tindak pidana asal dengan Tindak
Pidana Pencucian Uang hanya dapat dilakukan oleh Penuntut Umum
KPK dalam proses penyidikan tidak termasuk penuntutan. Sehingga
Penuntut Umum yang dimaksud Tindak Pidana Pencucian Uang adalah
Penuntut Umum pasal 1 angka 2 Undang-Undang Kejaksaan Jo
penjelasan pasal 2 ayat 3 Undang-undang Kejaksaan.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 52 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

VI. PENUTUP DAN PERMOHONAN

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Perlu kami sampaikan pada bagian penutup ini, bahwa segala


Keberatan kami di atas semuanya adalah tentang formalitas Surat Dakwaan.
Segala uraian kami diatas dalam rangka menguji kecermatan, kejelasan, dan
kelengkapan Surat Dakwaan yang telah dirumuskan oleh Saudara Penuntut
Umum, sama sekali tidak membahas “pokok perkara”. Sehingga, mohon
dengan hormat Saudara Penuntut Umum, tidak menghindar dari
kewajibannya untuk menanggapi dengan jawaban klasik seperti “Keberatan
Pensihat Hukum telah memasuki pokok perkara”. Pengamatan kami, bila
Saudara Penuntut Umum kesulitan menanggapi maka dengan mudah dan
dengan bahasa yang standar, mengatakan bahwa kami telah memasuki pokok
perkara. Marilah sebagai sesama penegak hukum kita mengupayakan
kebenaran dan keadilan, apabila memang perkara ini menurut hukum tidak
dapat dilanjutnya, maka sudah seharusnya perkara ini dihentikan sampai
disini. Janganlah memaksakan diri untuk memenuhi target tertentu atau
sekedar menyelamatkan muka dengan mengorbankan terdakwa dan
mengorbankan hukum serta keadilan dan kebenaran itu sendiri.

Di sini perlu ditegaskan bahwa agar pengadilan yang diwakili oleh


Majelis Hakim dapat menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, yakni

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 53 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

memberi keputusan yang semata-mata berdasarkan kebenaran, keadilan, dan


kejujuran, maka tidak dapat dibenarkan adanya tekanan-tekanan atau
pengaruh-pengaruh dari luar yang menyebabkan Majelis Hakim tidak bebas
lagi dalam mengambil keputusan yang seadil-adilnya.

Majelis Hakim yang kami muliakan

Saudara Penuntut Umum yang terhormat

Serta Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa eksepsi merupakan bagian


dari Pledoi dan merupakan Ujung Tombak dari Pledoi yang amat penting
untuk mematahkan argumentasi-argumentasi Saudara Penuntut Umum yang
telah membawa suatu yang tidak mempunyai dasar hukum untuk diajukan
sebagai perkara pidana. Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa,
memohon dengan sangat agar Majelis Hakim dapat meneliti dengan hati-hati
dan cermat Perkara TERDAKWA Asha Sagsha Nurshoffa dkk yang
diajukan oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang nyata-nyata telah
memaksakan suatu keadaan sehingga terlihat benar-benar suatu tindak pidana
telah dilakukan Terdakwa. Sekiranya Majelis Hakim meyakini Surat
Dakwaan Saudara Penuntut Umum tidak mempunyai dasar hukum atau
kabur/tidak jelas untuk diajukan ke persidangan maka kami Tim Penasihat
Hukum Terdakwa memohon dikabulkan Eksepsi ini dan kami menuntut
keadilan formil. Dengan alasan sebagai berikut : Dalam keadilan formil atau
keadilan hukum acara, Majelis Hakim harus memberikan perlakuan yang
sama kepada para pihak berlainan dalam Keadilan subtantif, tidak boleh
memperlakukan sama, melainkan harus sesuai dengan bagian yang wajar dan
patut. Keadilan Subtantif tidak boleh menyamaratakan tiap kasus harus
dipertimbangkan sendiri-sendiri. Hal tersebut berhubungan dengan uraian

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 54 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

tentang kemandirian pengadilan menjadi penting tidak lain karena Surat


Dakwaan Saudara Penuntut Umum yang begitu berat dan masuk ke dalam
relung-relung persoalan kehakiman dan kekuasaan, maka integritas dunia
peradilan dipertaruhkan di sana. Dewasa ini dunia serba informasi, tidak
dapat dipungkiri pengadilan ini di samping menjadi sorotan masyarakat
Indonesia, juga disimak oleh jutaan penduduk dunia.

Setelah kami menguraikan panjang lebar baik hal-hal yang berkenaan


dengan aspek-aspek prosesuil formal dan materiil, maupun yang berkenaan
dengan aspek-aspek substansial yang kesemuanya adalah merupakan prinsip-
prinsip hukum universal yang harus ditegakkan dalam persidangan ini.
Berdasarkan berbagai fakta yang telah kami uraikan diatas maka kami selaku
Tim Penasehat Hukum terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa menyimpulkan
bahwa Nota Pembelaan dan Eksepsi Penasehat Hukum adalah permohonan
berdasarkan fakta dan kebenaran dan kami Penasehat Hukum terdakwa
memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan
mengadili perkara ini untuk memberikan putusan sela dalam perkara ini yang
amarnya sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi atau keberatan yang diajukan dari
Tim Penasehat Hukum Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa secara
keseluruhan.
2. Membebaskan Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa dari seluruh dakwaan
Penuntut Umum.
3. Menyatakan bahwa proses pemeriksaan pendahuluan terhadap Terdakwa
Asha Sagsha Nurshoffa adalah cacat hukum.
4. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor : DAK-
02/16/04/2018 tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b
KUHAP karenanya dakwaan batal demi hukum (null and void) atau
setidak-tidaknya menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
tersebut tidak dapat diterima.

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 55 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

5. Menyatakan Pengadilan Tipikor Pekanbaru tidak berwenang mengadili


perkara ini.
6. Mengeluarkan Terdakwa Asha Sagsha Nurshoffa dari tahanan.
7. Memulihkan nama baik, harkat, dan martabat Terdakwa Asha Sagsha
Nurshoffa.
8. Menetapkan perkara a quo tidak diperiksa lebih lanjut.
9. Menetapkan menghentikan demi hukum pemeriksaan atas perkara ini.
10. Membebankan biaya perkara ini kepada Negara.

Atau bilamana Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon agar
diberikan putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono), demi tegaknya
keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan hukum perundang-
undangan yang berlaku. Demikian eksepsi ini kami sampaikan, atas perhatian dan
dikabulkannya eksepsi ini oleh Majelis Hakim Yang Mulia, kami ucapkan terima
kasih.

Pekanbaru, 6 November 2017


Hormat Kami
Tim Penasihat Hukum Terdakwa Asha
Sagsha Nurshoffa

Bintang Rusdyansyah, S.H, M.H

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 56 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Taufiqi Raka Ariyananda, S.H.,


M.H

Aswin Sumawan S.H.,M.H

Guntur Maulana, S.H.,M.H

Henu Wigasta, S.H.,M.H Natasha Ahmanda, SH.,MH

Puspa Avininda, SH.,MH

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 57 of 58
SYAIFUDIN AND PARTNERS LAW FIRM
Jl. Cipta Karya, Tuah Karya, Pekanbaru
Telp : (0761)83704560, 83709678.Fax : (0761) 83786425.
Email : syaifudin&partners.co.id
Web : www.syaifudin&partners.co.id

Rian Rivanda, SH.,MH

Triana Radita, SH.,MH

Eksepsi dalam perkara pidana atas nama Asha Saghsa Nurshoffa Page 58 of 58

Anda mungkin juga menyukai