Anda di halaman 1dari 10

Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN … 25

KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC)


DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI KALIMAS SURABAYA
MENJADI AIR BERSIH
Anton Budiman1), Candra Wahyudi1), Wenny Irawati2), Herman Hindarso2)

ABSTRAK

Poly Aluminium Chloride (PAC) sebagai koagulan dalam proses penjernihan air telah dilakukan
penelitiannya dalam skala laboratorium untuk mengetahui kinerja PAC ini. Proses penjernihan air dilakukan
pada sampel air sungai Kalimas Surabaya yang diambil di dekat lokasi Monumen Kapal Selam Surabaya.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pH, turbiditas, Total Suspended Solid (TSS), dan Total
Dissolved Solid (TDS) dari air sungai. Koagulan PAC yang digunakan memiliki karakteristik pH 4,35; basisitas
31,22%; kadar Al2O3 4,5726%; kadar Cl 4,24%; densitas 1,095 gram/mL. Dari penelitian di laboratorium didapat
hasil penelitian terbaik pengolahan air sungai Kalimas Surabaya pada musim hujan kadar PAC 75 ppm, waktu
pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas air sungai hasil penjernihan
0,8 NTU, TSS 141,8 mg/L, pH larutan 5,86, dan TDS-mg/L. Pada musim kemarau hasil penelitian terbaik pada
kadar PAC 50 ppm, waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas
hasil penjernihan air sungai 0,7 NTU, TSS 96,4 mg/L, pH larutan 6,53, dan TDS-mg/L.

Kata kunci: air sungai, Poly Aluminium Chloride (PAC), koagulan, penjernihan, air bersih

PENDAHULUAN penjernih air[2]. Pada umumnya koagulan yang


Sungai Kalimas Surabaya memiliki paling sering digunakan adalah Aluminium
peranan yang sangat vital bagi masyarakat Sulfat atau biasanya sering disebut tawas. Tetapi
Surabaya. Selain sebagai jalur transportasi, air saat ini telah ditemukan koagulan yang lebih
sungai juga digunakan sebagai tempat mandi dan baik kinerjanya daripada menggunakan tawas
cuci. Akan tetapi air sungai Kalimas yang yaitu Poly Aluminium Chloride (PAC). Jika
berwarna coklat kehitaman secara kesehatan dibandingkan dengan penggunaan koagulan
tidak memenuhi syarat fisis, kimiawi dan Aluminium Sulfat, PAC memiliki beberapa
biologis. Berdasarkan Djayadiningrat (1995) air keuntungan yaitu korosivitasnya rendah, flok
yang tercemar oleh limbah domestik berwarna yang dihasilkan lebih mudah untuk dipisahkan,
abu-abu kehitaman, bau kurang sedap, dan dan pH air hasil pengolahannnya tidak terlalu
keruh[1]. Dengan demikian, dapat diduga air rendah[3].
sungai Kalimas sudah tercemar.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih TINJAUAN PUSTAKA
bagi masyarakat Surabaya seperti untuk mandi, Pengolahan atau pemurnian air
cuci, minum, dan lain sebagainya. Pemerintah (purification water) adalah suatu cara yang
kota Surabaya melakukan pengolahan air sungai dilakukan untuk menghilangkan kontaminan-
Kalimas Surabaya yang dilakukan oleh pihak kontaminan yang terlarut dalam air, sehingga
PDAM. Dalam pengolahannya, PDAM dihasilkan air yang dapat digunakan untuk
melakukan pengolahan air ini dengan beberapa kehidupan manusia, misalnya untuk air minum,
metode pengolahan yaitu pengolahan secara dan untuk memasak. Beberapa kontaminan yang
fisis, kimiawi dan biologis. Pada pengolahan dihilangkan selama proses pemurnian air
secara fisis, beberapa cara yang dilakukan adalah meliputi bakteri, alga, virus, jamur, dan bahan-
filtrasi, dan sedimentasi. Pada pengolahan secara bahan kimia, dan logam berat yang dapat
biologis biasanya dilakukan untuk membunuh menimbulkan masalah bagi kehidupan
mikroorganisme yang patogen dengan manusia[4].
pemberian bahan desinfektan. Pada pengolahan Secara umum ada tiga metode yang sering
secara kimiawi, pengolahannya dilakukan digunakan dalam pengolahan air yaitu:
dengan cara menambah suatu senyawa kimia 1. Pengolahan air secara fisis
yang biasanya disebut dengan koagulan dan Pengolahan air secara fisis adalah
flokulan di mana senyawa ini berfungsi sebagai pengolahan air di mana cara utama yang
1)
Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34)

dilakukan adalah dengan menggunakan memisahkan bahan-bahan organik dan bahan


teknik filtrasi dan sedimentasi. Filtrasi bahan bukan organik yang biodegradable
adalah suatu langkah pemurnian untuk serta menghilangkan mikroorganisme. Pada
memisahkan padatan dari cairannya dengan tahap ini metode pengolahan yang
menggunakan suatu media filter. digunakan adalah metode pengolahan secara
Sedimentasi adalah langkah pemurnian biologis dan metode pengolahan secara
untuk memisahkan padatan dari cairannya kimiawi ataupun penggabungan dari
dengan menggunakan gaya gravitasi. keduanya. Beberapa cara atau tahap
2. Pengolahan air secara kimiawi pengolahan air tingkat kedua meliputi:
Pengolahan air dengan metode kimiawi pengontrolan pH, koagulasi dan flokulasi,
biasanya diartikan sebagai suatu proses sedimentasi, dan filtrasi.
pengolahan air untuk menghilangkan 4. Pengolahan air tingkat lebih lanjut
kontaminan-kontaminan yang terkandung (Advanced/ tertiary water treatment)
dalam air, dengan cara penambahan bahan- Pengolahan air pada tahap ini
bahan kimia atau dengan melakukan proses merupakan pengolahan air setelah
kimiawi. pengolahan air tahap kedua untuk
3. Pengolahan air secara biologis menghilangkan pengotor-pengotor yang
Pengolahan air secara biologis dilakukan spesifik seperti: nutrient, racun, logam-logan
dengan tujuan untuk menghilangkan berat, dan bahan lainnya yang tidak dapat
organisme-organisme yang berbahaya yang dihilangkan pada tahap pengolahan air
terdapat dalam air. Secara umum pengolahan sebelumnya. Pengolahan air tingkat lanjut
air secara biologi dibagi menjadi 2 kategori ini bertujuan untuk menghilangkan atau
yaitu: pengolahan secara aerob dan membunuh mikroorganisme patogen seperti:
pengolahan anaerob[2,5,6,7]. virus, bakteri, termasuk Escherichia coli,
Beberapa tahapan pengolahan air: Campylobacter dan Shigella, dan protozoa,
1. Pengolahan air tahap awal (Preliminary meliputi G. lamblia dan Cryptosporidia, dan
water treatment) logam-logam berat yang sangat berbahaya
Pengolahan air tahap awal didefinisikan bagi kesehatan manusia yang masih terdapat
sebagai suatu proses yang dilakukan untuk dalam air. Untuk menghilangkan
menghilangkan kontaminan-kontaminan mikroorganisme yang patogen cara yang
yang terdapat dalam air yang dapat sering dilakukan adalah dengan penambahan
menyebabkan timbulnya masalah pada senyawa disinfetan, prosesnya dikenal
proses pengolahan selanjutnya. dengan disinfection. Desinfection adalah
2. Pengolahan air tingkat pertama (Primary langkah terakhir dalam pengolahan air
water treatment) minum. Beberapa desinfektan yang sering
Pengolahan air tingkat pertama adalah digunakan untuk pengolahan air adalah
proses yang dilakukan untuk menghilangkan klorin, klorin dioksida, ozon, bromin, iodin,
atau memisahkan padatan yang dapat fenol, alkohol, dan dapat pula dengan UV
diendapkan dan bahan-bahan lainnya. Pada radiation[8]. Untuk menghilangkan
pengolahan air tahap ini, metode yang sering kandungan logam berat yang berbahaya
digunakan adalah metode pengolahan secara seperti arsenik (As), kadmium (Cd), krom
fisis. Pada umumnya air yang melewati (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), Zink (Zn),
proses pengolahan tingkat pertama akan biasanya dilakukan dengan cara kimiawi
dilanjutkan pada pengolahan air tahap yaitu dengan menambahkan senyawa
kedua. Beberapa cara atau tahapan kimiawi yang dapat mengikat logam berat
pengolahan air pada pengolahan air tingkat tersebut dan dapat mengendapkannya[4].
pertama adalah: penyimpanan, penyaringan, Koagulasi dan flokulasi merupakan suatu
pre-conditioning, dan pre-chlorinatioan. metode pemurnian yang bekerja dengan
3. Pengolahan air tingkat kedua (Secondary menggunakan bahan kimia. Koagulasi
water treatment) merupakan proses destabilisasi muatan pada
Pada tahapan ini biasanya air akan partikel tersuspensi dan koloid, sedangkan
diolah untuk menghilangkan atau flokulasi adalah aglomerasi dari partikel yang

26
Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN ...

terdestabilisasi dan koloid menjadi partikel yang berdasarkan basisitasnya, yang secara matematis
terendapkan. Partikel-partikel ini tidak dapat didefinisikan dengan persamaan:
mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh Jumlah muatan (OH - )
perlakuan fisis. Melalui proses koagulasi ini, Basisitas 
Jumlah muatan(Cl  )
kekokohan partikel koloid ditiadakan, sehingga
terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat 
6  n  .100%  6 / n  1.100% (2)
disatukan melalui proses flokulasi. Penggoyahan n
partikel koloid ini akan terjadi apabila elektrolit Basisitas adalah kemampuan ion
yang ditambahkan dapat diserap oleh pertikel Al2 OH 6n  dalam mengikat ion Cl dari
n -
koloid, sehingga muatan partikel menjadi netral.
Penetralan muatan hanya mungkin terjadi jika HCl membentuk Al2 (OH)6-n Cln (PAC).
muatan partikel mempunyai konsentrasi yang Kestabilan larutan PAC bergantung pada
cukup kuat untuk mengadakan gaya tarik basisitasnya. PAC dengan perbandingan molar
menarik antar partikel koloid. Flokulasi aluminium dan klorida antara 0,5:1 sampai 1,6:1
merupakan kelanjutan dari proses koagulasi, di (atau basisitas berkisar antara 30-75%) akan
mana, mikroflok hasil koagulasi mulai membentuk kristal yang kecepatannya
menggumpal membentuk flok-flok yang lebih tergantung pada suhu dan konsentrasi larutan
besar (makro flok) yang akan dengan mudah tersebut.
dapat diendapkan. Proses penggumpalan ini Keuntungan penggunaan PAC sebagai
tergantung dari waktu dan pengadukan lambat koagulan dalam proses penjernihan air adalah
dalam air[9,10,11]. sebagai berikut[13,14,15,16]:
Beberapa macam koagulan yang sering 1. Korosivitasnya rendah karena PAC adalah
digunakan dalam proses penjernihan air adalah koagulan bebas sulfat sehingga aman dan
Poly Aluminiumunium Chloride (PAC), mudah dalam penyimpanan dan
aluminium sufat (Al2(SO4)3), ferri klorida transportasinya.
(FeCl3), dan feri sulfat (Fe2(SO4)3). Pada 2. Pada umumnya koagulan yang digunakan
umumnya koagulan yang paling sering akan membentuk logam hidroksida.
digunakan oleh masyarakat adalah aluminium Penggunaan koagulan aluminium sulfat
sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas. menyebabkan pelepasan sebuah ion
PAC adalah garam khusus pada hidrogen untuk tiap gugus hidrogen yang
pembuatan aluminium klorida yang mampu dihasilkan. Ion hidrogen yang dihasilkan ini
memberikan daya koagulasi dan flokulasi yang menyebabkan penurunan pH yang cukup
lebih kuat daripada aluminium yang biasa dan tajam, sehingga air yang diolah menjadi
garam-garam besi seperti aluminium sulfat atau lebih asam. Pada penggunaan PAC sebagai
ferri klorida. Kegunaan dari PAC adalah sebagai koagulan, pH air hasil pengolahan tidak
koagulan atau flokulan untuk menguraikan mengalami penurunan pH yang cukup tajam
larutan yang keruh dan menggumpalkan partikel, seperti pada penggunaan koagulan
sehingga memungkinkan untuk memisah dari aluminium sulfat. Hal ini dapat dilihat dari
medium larutannya[12]. PAC mempunyai rumus reaksi yang terjadi sebagai berikut:
umum kimia: Al2 (OH)6-n Cln .xH 2 O (n=1-5) . Aluminium sulfat:
Pembuatan PAC dapat dilakukan dengan 2Al3+ +6H 2 O  2Al(OH)3 +6H + (3)
mereaksikan aluminium dengan asam klorida 5- PAC:
15 % (aluminium ekses terhadap hidrogen [Al2 (OH)5 ]+ +H 2 O  2Al(OH)3 +H + (4)
klorida), pada suhu 67-970C atau dengan
mereaksikan aluminium hidroksida dengan asam Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa
pada reaksi hidrolisis, aluminium sulfat dalam
klorida dengan reaksi sebagai berikut:
air melepas ion H+ sebanyak 6H+, sedangkan
2Al(OH)3 +nHCl  Al2 (OH)6-n Cln +nH 2 O pada reaksi hidrolisis PAC hanya dilepaskan 1
(1) buah ion H+. Hal ini akan menyebabkan pH air
Keberadaan PAC sering dinyatakan sebagai yang menggunakan aluminium sulfat akan
perbandingan molar antara aluminium dan bersifat lebih asam daripada yang menggunakan
kloridanya (2/n) atau sering juga dinyatakan koagulan PAC.

27
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34)

Tujuan dari penelitian ini adalah sampel air sungai didiamkan selama 24 jam agar
menentukan kadar PAC yang ditambahkan partikel-partikel pengotor dapat diendapkan
dalam pengolahan air, waktu pengadukan, dan dengan gaya gravitasi. Hal ini dilakukan agar
kecepatan pengadukan yang memberikan hasil pengolahan air awal yang dilakukan dalam
terbaik pada penjernihan air sungai Kalimas penelitian mendekati cara yang dilakukan oleh
Surabaya, dan membandingkan kualitas air hasil perusahaan penyedia air bersih. Setelah
penjernihan dengan Standar Baku Mutu Air didiamkan selama 24 jam, dilakukan analisis lagi
Golongan A. terhadap filtrat dari air untuk ditentukan pH,
turbiditas, TSS, dan TDS. Data ini digunakan
METODE PENELITIAN sebagai pembanding antara sampel air yang
Bahan belum dilakukan treatment, dengan air yang
Pada penelitian ini digunakan koagulan telah mengalami treatment menggunakan
PAC dengan karakteristik pH 4,35; basisitas koagulan PAC. Proses penjernihan air dilakukan
31,22 %; kadar Al2O3 4,5726 %; kadar Cl 4,24 dengan cara mencampurkan koagulan PAC
%; densitas 1,095 gram/mL, dan air sungai dengan 1 L sampel air sungai Kalimas yang
Kalimas Surabaya yang diambil dari lokasi diambil di sekitar lokasi Monumen Kapal Selam
sekitar Monumen Kapal Selam Surabaya pada Surabaya dalam gelas beaker. Campuran
musim hujan (7 Febuari 2006) dan musim kemudian diaduk dan didiamkan selama 2 jam
kemarau (3 September 2006). Hasil analisis air sampai flok yang terbentuk dapat mengendap.
sungai tersebut disajikan pada Tabel 1 dan 2. Selanjutnya dilakukan analisis pH larutan, TSS,
Tabel 1. Analisis sampel air sungai pada TDS, dan turbiditas larutan.
musim hujan (7 Febuari 2006)
Parameter Sesaat setelah Setelah 24 jam HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
pengambilan Pengaruh kadar PAC, kecepatan dan waktu
pH 6,8 6,8 pengadukan terhadap pH air sungai.
Turbiditas 98,3 NTU 17,2 NTU Dari Gambar 1 di bawah tersaji bahwa
Berat Jenis 0,997 gr/ cm3 0,997 gr/ cm3 analisis sampel air sungai mula-mula untuk
TSS 226,8 mg/ L 22,3 mg/ L
variabel pH, didapat pH air pada musim hujan
TDS 37 mg/ L 6 mg/ L
6,8 dan pada musim kemarau pH air sungai 7,44.
Tabel 2. Analisis sampel air sungai pada musim Pada musim kemarau pH air sungai bersifat
kemarau (3 September 2006) lebih basa karena pada musim kemarau
Parameter Sesaat setelah Setelah 24 jam konsentrasi detergent dalam air sungai lebih
pengambilan tinggi daripada musim hujan. Nilai pH air sungai
pH 7,44 7,43 hasil penjernihan akan semakin rendah dengan
Turbiditas 6,3 NTU 5,4 NTU bertambahnya kadar PAC. Hal ini disebabkan
Berat Jenis 0,977 gr/ cm3 0,997 gr/ cm3 semakin besar kadar PAC yang ditambahkan
TSS 33,2 mg/ L 11,2 mg/ L
dalam sampel air, semakin banyak ion H+ yang
TDS 11 mg/ L -- mg/ L
dilepaskan dalam air. Hal ini dapat dijelaskan
melalui reaksi sebagai berikut[3]:
Prosedur Penelitian [Al2 (OH)3 ] + 3H 2 O  2Al(OH)3 +3H +
Pembuatan larutan PAC dilakukan dengan (5)
cara mereaksikan logam aluminium (1x1cm) Waktu pengadukan tidak mempengaruhi nilai
dengan 400 mL larutan HCl 2:1 dalam labu leher pH larutan. Berapapun variasi waktu
tiga yang dilengkapi dengan water bath pada pengadukan yang digunakan pada setiap kadar
temperature 900C selama 24 jam. Larutan hasil koagulan yang ditambahkan tidak mengubah
pelarutan kemudian dianalisis berat jenis, pH, nilai pH larutan. Demikian pula dengan
kadar Al2O3, basisitas, dan kadar Cl-. kecepatan pengadukan. Kondisi ini berlaku
Untuk mengetahui karakter dari bahan untuk pengolahan air yang diambil pada musim
baku air yang digunakan pada penelitian ini, kemarau dan musim hujan.

28
Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN ...

Gambar 1. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan terhadap pH larutan
pada: (a) musim hujan, (b) musim kemarau

Pengaruh kadar PAC, kecepatan dan waktu partikel koloid dalam air sebagai penyebab
pengadukan terhadap turbiditas air sungai kekeruhan bereaksi dengan muatan positif dari
Pada analisis sampel air sungai mula-mula koagulan yang kemudian membentuk flok yang
untuk variabel turbiditas, didapat turbiditas air dapat mengendap. Pada penambahan PAC
pada musim hujan 98,3 NTU dan pada musim dengan kadar 100 ppm nilai turbiditas menjadi
kemarau 6,3 NTU. Pada musim hujan, air sungai tinggi (rata-rata 23 NTU). Penambahan koagulan
keadaannya lebih keruh, karena air hujan merupakan penambahan kation untuk
membawa partikel koloid dari daratan ke sungai. menetralisasi muatan negatif partikel koloid
Dari Gambar 2 dapat dilihat pada musim dalam air sehingga terjadi gaya Van der Waals,
hujan memperlihatkan bahwa semakin besar sehingga partikel koloid terflokulasi. Pada PAC
kadar PAC yang ditambahkan pada kisaran 10- penambahan kadar 100 ppm kation yang
75 ppm, turbiditas larutan menjadi semakin dilepaskan terlalu berlebih daripada yang
rendah. Hal ini disebabkan karena semakin dibutuhkan oleh partikel koloid dalam air yang
banyak partikel koloid dalam air yang bermuatan negatif untuk membentuk flok.
dinetralkan dengan muatan positif koagulan Akibatnya akan terjadi penyerapan kation yang
PAC, sehingga filtrat air menjadi lebih jernih. berlebih oleh partikel koloid dalam air sehingga
Filtrat air menjadi lebih jernih tersebut karena partikel koloid akan bermuatan positif dan

29
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34)

Gambar 2. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan terhadap turbiditas
larutan (a) musim hujan, (b) musim kemarau

terjadi gaya tolak-menolak antar partikel, baik daripada penambahan PAC dengan kadar
sehingga terjadi deflokulasi flok. Defokulasi flok 50 ppm. Hal ini disebabkan pada penambahan
akan menyebabkan larutan menjadi semakin PAC dengan kadar 75 ppm untuk musim
keruh dan nilai turbiditas air sungai menjadi kemarau sudah terlalu berlebih sehingga
meningkat. menyebabkan defokulasi flok.
Pada musim kemarau memperlihatkan Waktu dan kecepatan pengadukan tidak
bahwa semakin besar kadar PAC dari 10-50 ppm mempengaruhi nilai turbiditas, hal ini
turbiditas menurun. Pada penambahan PAC disebabkan karena sisa partikel koloid setelah
dengan kadar yang lebih besar yaitu 75-100 ppm dilakukan treatment dalam air sangat kecil,
turbiditas larutan yang dihasilkan meningkat sehingga nilai turbiditas yang dihasilkan relatif
karena penambahan koagulan yang berlebih konstan. Kondisi ini berlaku, baik pengolahan
menyebabkan terjadinya deflokulasi dan air di musim hujan dan musim kemarau.
turbiditas larutan naik. Tetapi hasil penelitian Total Suspended Solid (TSS) merupakan
pada musim hujan, menunjukkan bahwa flok yang terbentuk karena adanya penetralan
penambahan PAC dengan kadar 75 ppm muatan negatif dari koloid penyebab kekeruhan
memberikan hasil turbiditas larutan yang lebih air dengan muatan positif dari koagulan PAC.

30
Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN ...

Gambar 3. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan terhadap TSS
(a) musim hujan, (b) musim kemarau

Dari Gambar 3 (a) dan (b) terlihat nilai TSS menyebabkan deflokulasi atau restabilisasi
dipengaruhi oleh kadar PAC yang ditambahkan. koloid kembali. Tidak semua partikel ini dapat
Semakin besar kadar PAC yang ditambahkan diendapkan karena gaya gravitasi, sebagian
pada kisaran 10-75 ppm, semakin banyak partikel masih dapat disaring, dan tertahan oleh
muatan positif yang dihasilkan, maka jumlah medium penyaring.
flok yang terbentuk semakin banyak. Hal ini Pada musim hujan partikel-partikel koloid
dapat dijelaskan karena dengan semakin dalam sampel air lebih banyak dibandingkan
banyaknya kation dari koagulan yang dihasilkan, pada musim kemarau. Hasil penelitian pada
maka semakin banyak pula partikel koloid dalam musim hujan untuk waktu pengadukan 2-10
air sungai yang dinetralkan dan membentuk flok, menit dan kadar PAC 10-75 ppm terjadi
sehingga nilai TSS akan menjadi meningkat. peningkatan nilai TSS. Hal ini disebabkan karena
Pada penambahan PAC dengan kadar 100 ppm, semakin lama waktu pengadukan dan semakin
jumlah TSS yang terbentuk menjadi sedikit banyak PAC yang ditambahkan, maka reaksi
karena terjadi proses adsorbsi kation yang penetralan dan pembentukan flok menjadi lebih
berlebih oleh partikel koloid dalam air sehingga maksimal, sehingga flok yang terbentuk semakin
banyak dan nilai TSS menjadi meningkat. Untuk

31
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34)

kecepatan pengadukan 100 rpm, waktu melakukan pencampuran yang baik. Untuk kadar
pengadukan 2-6 menit, dan kadar PAC 10-75 PAC 100 ppm dan waktu pengadukan berkisar 2-
ppm terjadi kenaikan nilai TSS yang cukup 10 menit nilai TSS lebih kecil dan relatif
signifikan karena pada kecepatan ini proses konstan, karena pada penambahan PAC kadar
pencampuran berjalan semakin lambat, sehingga 100 ppm terjadi deflokulasi flok. Kecepatan
ketika waktu pengadukan menjadi semakin pengadukan dan waktu pengadukan tidak
lama, pencampuran menjadi lebih sempurna, berpengaruh terhadap nilai TSS.
sehingga flok yang terbentuk semakin banyak
dan nilai TSS menjadi tinggi. Pada kecepatan Pengaruh kadar PAC, kecepatan dan waktu
pengadukan 200-300 rpm, waktu pengadukan 2- pengadukan terhadap TDS
6 menit nilai TSS tidak mengalami kenaikan Dengan bertambahnya kadar PAC, nilai
cukup signifikan karena pada kondisi kecepatan TDS akan semakin kecil sampai pada batas kadar
pengadukan 200 rpm dan waktu pengadukan PAC yang diijinkan, karena semakin banyak
yang paling rendah proses pencampuran sudah pengotor-pengotor dalam air yang dinetralkan
cukup baik. Pada musim kemarau untuk waktu oleh kogulan PAC. Tetapi ketika kadar PAC
pengadukan 2-10 menit dan kadar PAC berkisar yang ditambahkan berlebih terjadi deflokulasi,
10-17 ppm nilai TSS relatif konstan karena sehingga akan terbentuk kembali partikel koloid
partikel koloid dalam air sedikit sehingga dalam air, hal ini memungkinkan nilai TDS
dibutuhkan waktu yang singkat saja untuk menjadi semakin besar.

Gambar 4. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan terhadap TDS
(a) musim hujan, (b) musim kemarau

32
Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN ...

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hasil KESIMPULAN


penelitian baik pada musim hujan maupun pada Dari hasil penelitian dan pembahasan
musim kemarau, pada penambahan PAC dengan didapat hasil penelitian terbaik pengolahan air
kadar berkisar 10-75 ppm, nilai TDS tidak dapat sungai Kalimas Surabaya sebagai berikut:
ditentukan karena sisa partikel koloid dalam 1. Pada musim hujan pada kadar PAC 75 ppm,
filtrat air sangat kecil, sehingga tidak dapat waktu pengadukan 100 rpm di mana nilai
dianalisis. Hasil penelitian pada penambahan turbiditas air sungai hasil pengolahan 0,8
PAC dengan kadar 100 ppm, nilai TDS menjadi NTU; TSS 141,8 mg/L; pH larutan 5,86; dan
besar karena adanya partikel koloid dalam filtrat TDS –mg/L. Pada musim kemarau air hasil
air setelah mengalami proses deflokulasi. pengolahan terbaik pada kadar PAC 50 ppm,
Sedangkan pengaruh waktu dan kecepatan waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan
pengadukan terhadap nilai TDS tidak dapat pengadukan 100 rpm di mana harga
diamati karena adanya penambahan PAC turbiditas air hasil pengolahan air sungai 0,7
dengan kadar 10-75 ppm sisa partikel koloid NTU; TSS 96,4 mg/L; pH larutan 6,53; dan
yang larut dalam air sangat kecil. Pada TDS – mg/L.
penambahan PAC dengan kadar 100 ppm telah 2. Untuk air hasil pengolahan pada musim
terjadi deflokulasi flok. kemarau, semua parameter penelitan telah
memenuhi standar baku mutu air. Untuk
Perbandingan kualitas air hasil pengolahan musim hujan air hasil pengolahan untuk
dengan standar baku mutu air golongan A parameter pH belum memenuhi standar baku
Untuk musim hujan, air hasil pengolahan mutu air.
terbaik dipilih pada kadar PAC 75 ppm, waktu
pengadukan 10 menit, dan kecepatan DAFTAR PUSTAKA
pengadukan 100 rpm disajikan pada Tabel 3. [1] Alimuddin, “Optimasi Pengolahan Secara
Dari Tabel 3 terlihat nilai turbiditas larutan 0,8 Konvensional Air Sungai dan Pemanfaatan
NTU, TSS 141,8 mg/L, pH larutan 5,86 TDS- Serbuk Gergaji Dalam Pengolahannya”,
mg/L, pada musim kemarau air hasil pengolahan Jurnal Ilmiah Mahakam, diakses tanggal 4
terbaik dipilih pada kadar 50 ppm, waktu Juni 2006
pengadukan 10 menit, dan kecepatan [2] Eckenfelder, W.W., Industrial Water
pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas Pollution Control, Edisi Ketiga, McGraw-
larutan 0,7 NTU, TSS 96,4 mg/ L, pH larutan Hill Inc., Sydney, 2002
6,53, TDS—mg/L. [3] Hardman Ltd., Aluminium Chloride,
http://www.hardman.co.au, Australia,
Tabel 3. Perbandingan air hasil pengolahan dengan diakses tanggal 31 Agustus 2005
standar baku mutu air golongan A[17] [4] Anonim, “Water Purification”,
Parameter Standar Standar Air Air http://en.wikipedia.org/wiki/water-
baku mu- baku mu- hasil hasil purification, diakses tanggal 4 Juni 2006
tu air tu air peng- peng-
[5] Anonim, “Water Purification Steps”,
golong- golong- olah- olah-
an A an A an an
www.lenntech.com/water-purification-steps
(maksi- (maksi- (mu- (mu- -FAQ.htm, diakses 4 Juni 2006
mal yang mal yang sim sim [6] Anonim, “DW Fact Treatment Water”,
dianjur- diperbo- hu- ke- www.waterquality.crc.org.au/DWFact/DW
kan) lehkan) jan) ma- Fact_Treatment_Water.pdf+%22water+treat
rau) ment%22&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=22,
Turbiditas 5 25 0,8 0,7 diakses tanggal 4 Juni 2006
(NTU) [7] Anonim, “Water Treatment”,
pH 6,5-8,5 6,5-8,7 5,87 6,56 http://en.wikipedia.org/wiki/Water
Kadar 500 1500 -- -- Treatment, diakses tanggal 4 Juni 2006
padatan [8] Anonim, “What is water disinfection”,
(mg/L)
http://www.lenctech.com/water-

33
-5

WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34)

disinfection/what-is-water-disinfection.htm, 1dEZ71OMJ:www.pu.go.id/balitbang/sni/
diakses tanggal 4 Juni 2006 pdf/SNI%2520-19-6784-2002.pdf+
[9] Elita, N., “Optimasi Proses Koagulasi dan koagulan&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=21,
Flokulasi Pada Limbah Cair Yang diakses tanggal 4 Juni 2006
Mengandung Melanoidin”, Jurnal Nasional [15] Anonim, “Koagulan”,
Ilmu Dasar, diakses tanggal 4 Juni 2006 http://72.14.203.104/search?q=cache:mjn
[10] Anonim, “Coagulation-Flocculation”, NoJVPMMJ:proceedings.itb.ac.id/downlo
http://www.lenctech.com/coagulation- ad.php%Ffile%3DA03014.pdf%26id%3D
flocculation.htm, diakses tanggal 4 Juni 57%26up%D2+koagulan&hl=id&gl=id&c
2006 t=clnk&cd=53, diakses tanggal 4 Juni
[11] Anonim, “Coagulant-flocculant”, 2006
http://www.lenctech.com/coagulant- [16] Anonim, ”Koagulan”,
flocculant.htm., diakses tanggal 4 Juni http://72.14.203.104/search?q=cache:Gc0
2006 QfWm8N8wJ:proceedings.itb.ac.id/downl
[12] Anonim, “Aluminium”, oad.php%Ffile%3DA03013.pdf%26id%3
http://www.google.com/search?hl=en&ei= D67%26up%3D3+koagulan&hl=id&gl=id
UTF-8&oe=%27aluminium, diakses &ct=clnk&cd=61, diakses tanggal 4 Juni
tanggal 31 Agustus 2005 2006
[13] Linggawati, A., Muhdarina, Sianturi, H., [17] Standar Nasional Indonesia, “Poli
“Efektivitas Pati-fosfat dan Koagulan”, Aluminiuminum Klorida”, SNI: 06-3822-
Jurnal Natur Indonesia, diakses tanggal 4 1995, Dewan Standarisasi Nasional-DSN,
Juni 2006 Jakarta, 1995
[14] Anonim, ”Koagulan”,
http://72.14.203.104/search?q=cache:OHJ

34

Anda mungkin juga menyukai