Anda di halaman 1dari 23

Apa pentingnya jualan offline?

Kenapa perlu jualan offline?

Kan sekarang zamannya


online.
Iya sih sekarang zaman digital yang
kita bisa jualan tanpa perlu sewa
lapak. Tapi percaya deh, secanggih
apa pun dunia digital saat ini, jualan
offline akan tetap ada dan worth it
untuk dilakukan.
Sederhananya kalau kita sudah
sukses jualan online, kita akan
punya corong lain dari offline
yang akan meningkatkan
penghasilan kita.

Atau, kalau misalnya jualan


online dirasa terlalu banyak
makan waktu untuk
mengumpulkan audience, offline
bisa membantu kita
mendapatkan pembeli lebih
cepat dengan menawarkan ke
orang terdekat atau kepada
orang yang hari itu kita temui.
Sebab, banyak juga orang yang lebih
yakin ketika sudah melihat,
merasakan dan bahkan mencoba
barangnya langsung (untuk barang-
barang fashion) daripada sekadar
melihat fotonya saja.

Dan jika mereka sudah yakin karena


telah mencoba dan membeli produk
kita secara offline, akan lebih mudah
bagi kita untuk meyakinkan pembeli
untuk repeat order melalui penjualan
online. So, pada akhirnya penjualan
online akan terbantu juga. Itulah
kenapa kita harus tetap paham dan
mengetahui cara jualan offline.
Cara Menawarkan Produk
dengan Tatap Muka
Ini adalah tips menawarkan produk
Warung Umat dengan cara tatap
muka. Ini penting dipelajari, sebab
tanpa pendekatan tidak ada
penjualan.
1. Perkenalan
Sering dengar pepatah, “Tak kenal
maka tak sayang.”
Sayang di sini artinya perkenalkan diri
Ayah/Bunda sampai lawan bicara kita
tidak lagi menganggap kita orang
asing yang membahayakan atau
mengancam hidup mereka. Tunjukan
sikap hormat dan santun di depannya
agar ia nyaman kita ajak bicara. Jika
sudah muncul rasa percaya dari
lawan bicara, akan lebih mudah kita
memperkenalkan produk kita.
Kenali Produk dan Perbanyak ilmu
agar kita bisa sharing ilmu
bermanfaat secara ‘”Cuma-Cuma”
seputar produk.
Misal kita menjual pakaian kita bisa
sharing bagaimana cara merawat
pakaian agar lebih awet, atau cara
memilih bahan yang bagus. Di mana
membeli produk yang bagus untuk
anak.
Misal kita menjual produk edukatif
untuk anak, kita bisa sharing tentang
perkembangan anak masa kini, ada
masalah apa, dan solusinya apa,
jangan lupa selipkan kalimat promosi
terkait produk kita.
Contoh
“Saya pernah denger bund, kalau
remaja yang hamil di luar nikah, gonta
ganti pacar. Itu penyebabnya karena
dia kurang deket sama ayahnya. Anak
perempuan kan butuh kasih sayang.
Nah kalau dia nggak dapet kasih
sayang dari ayahnya, jadi besar
kemungkinan kerinduannya
dilampiaskan ke lawan jenis yang jadi
pacarnya.”
“Ngeri bund, maka penting banget
sejak dini ayah tuh punya kegiatan
sama anak. Ibu juga nggak kalah
penting. Bla bla bla…”
“Ini kalo ibu bingung ya mau bikin
kegiatan apa, ada salah satu brand
Namanya littlezam, mereka sering
bikin mainan edukatif yang
hashtagnya #melantaibersamaanak
dan mainan itu memang bisa jadi
media bermain untuk anak Bersama
orang tua.”
“Mumpung anak masih kecil bund,
kedekatan itu udah harus mulai
dibangun.”
2. Beri Perhatian Saat
Berbicara dan Selalu
Bersikap Ramah
Kalau kita aja nggak suka dicuekin
saat ngobrol, berarti orang lain juga
merasakan hal yang sama.

Bayangkan posisi sebagai pembeli


saat sedang antusias-antusiasnya
sama produk yang kita jual. Eh respon
penjualnya begini:
Pembeli: “Mbak, baju renang di atas
itu berapa?”
Penjual: “250.000” (sambil main hp)
Pembeli: “Ada ukuran apa aja mbak?
Badan anak saya cukup besar. Jadi
ukurannya harus yang besar mbak.”
Penjual: “Itu all size bund.” (ekspresi
datar)

DENG DOOOOONG, sebel loh


sama penjual yang terlihat
nggak niat jualan.
Pernah kan kita kembali membeli
bubur di dekat rumah bukan karena
buburnya enak banget, tapi karena
bapaknya baik sama kita dan enak
diajak ngobrol?

Jadi sebaiknya, kalau pembeli sudah


antusias sama produk kita. Kita harus
lebih antusias menyambut mereka
agar barang kita terjual. Ekspresi,
gesture, dan sikap kita dihadapan
pembeli jangan sampai menimbulkan
pertanyaan. “Niat gak sih jualan?”
Karena terkadang, orang
mau kembali lagi membeli
bukan hanya dari produk
yang bagus saja, tapi juga
karena pelayanan yang baik
dan sikap ramah
penjualnya.
Tanamkan di kepala kita
bahwa pintu rezeki mulai
terbuka saat ada orang yang
notice sama produk kita.
Maka sambutlah mereka.
3. Basa-Basi
• Semisal orang yang lewat di depan
toko atau stand kita tidak tertarik
membeli produk kita. Lakukan
pendekatan dengan memulai
perbincangan apapun, atau bisa
disebut juga dengan basa-basi.
• Basa-basi bisa dimulai dengan
membicarakan hal ringan atau hal-
hal yang ada di sekitar kita saat itu.
Misalnya:
“Hari ini panas banget ya?”
“Mbanya dari mana?”
“Ke sini lagi liburan ya Bund?”
“Ini anak Bunda? Gemesin
banget sih.”

Banyak cara untuk memulai


perbincangan. Biarkan dia menjawab
pertanyaan kita dan biarkan dia
bercerita tentang dirinya. Ketika dia
sudah mau bercerita dengan kita, itu
menandakan dia sudah mulai
nyaman dan senang kepada kita.

Nah, ini dia! Ini akan lebih mudah


menarik si calon pembeli untuk
segera membeli produk kita.
4. Tanyakan Kabar
Kalau obrolan sudah mulai habis. Kita
bisa pancing perbincangan lagi
dengan menanyakan kabar hari itu,
anaknya sekolah di mana, sibuk apa
aja, dan hal-hal umum lainnya.

Terus mengobrol sampai kita


mendapatkan celah untuk
menawarkan produk kita sebagai
solusi kehidupannya.
5. Sharing
“Stop Selling, Start Helping.”

Kita memang punya tujuan menjual


dan menghabiskan barang, tapi
jangan hanya fokus pada keuntungan
kita saja.
Miliki nilai dalam diri kita untuk mau
membantu orang lain dengan ilmu
yang kita miliki. Ketika kita mau
sharing ilmu, dan tidak pelit pada
orang lain, percayalah yang
membalas kebaikan itu bukan lagi
orang yang sedang kita tawarkan
produk.

Tapi langsung dari yang Maha Kaya,


yaitu Allah ta’ala.
6. Tawarkan Produk ke
Calon Pembeli
Saat kita menawarkan produk ke
calon pembeli, kita WAJIB
MENGUASAI product knowledge. Jadi
kita harus paham seluk beluk produk
yang kita jual.

Beri tahu juga manfaat dari produk


yang sedang kita jual yang lebih
terkesan menguntungkan mereka.
Terkadang, pembeli bukan mau
membeli barangnya, tapi ia mau
membeli apa yang akan ia dapatkan
dari barang tersebut.
Seperti seseorang membeli anti
ketombe dan pencegah rambut
rontok, bukan shampoo.

Dia mau beli pendingin ruangan


bukan AC. Jadi ketika kita tawarkan
produk yang ada di Warung Umat, kita
tawarkan juga nilai apa yang akan
didapat dari membeli produk yang
kita jual. Tinggal bagaimana kita
mengomunikasikan apa yang kita jual
dengan BAIK DAN BENAR.
7. Kepada Siapa
Ayah/Bunda Bisa
Menjual Barang
Dagangannya Secara
Offline?
• Keluarga • Taruh brosur ke
• Teman tempat ramai
Organisasi • Titip ke teman
• Tetangga yang punya
usaha
• Ibu-ibu arisan
• Teman kantor
• Orang tua
Murid • Orang yang kita
jumpai saat
• Guru-guru di menunggu atau
sekolah duduk di kereta
• Dll
“A Good relationship starts
with good communication.”

Sudah siap membangun


hubungan yang baik dengan
calon pembeli kita dengan
cara offline?

Anda mungkin juga menyukai