Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

HUBUNGAN MASA KERJA DAN SHIFT KERJA


DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI
UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING KABUPATEN SLEMAN

Diajukan untuk memenuhi


salah satu persyaratan dalam mencapai derajat
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Diajukan Oleh:
Dinda Dwi Bestari
1500029088

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019

i
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN MASA KERJA DAN SHIFT KERJA


DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI
UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING KABUPATEN SLEMAN

Disusun oleh :
Dinda Dwi Bestari
1500029088

Telah Disetujui Untuk Ujian Skripsi


Tanggal:

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Widodo Hariyono, A.Md., M.Kes


NIY : 60020439

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lina Handayani, S.KM., M.Kes, Ph.D


NIY : 60030447

ii
PERNYATAAN

yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dinda Dwi Bestari

Nim : 1500029088

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Judul Penelitian : Hubungan Masa Kerja Dan Shift Kerja Dengan Perasaan
Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Unit Rawat Inpa Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penelitian ini adalah hasil


karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak bersifat materi yang di
publikasikan atau ditulis orang lain atau digunakan untuk menyelesaikan studi di
perguruan tinggi lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil
sebagai acuan secara tertulis. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, September 2019


Yang menyatakan,

Dinda Dwi Bestari


1500029088

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Shalawat serta salam saya limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad

SAW yang sudah membawa kita semua ke zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan. Atas limpahan nikmat sehat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dengan judul “Hubungan

Masa Kerja Dan Shift Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Pada

Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Gamping

Kabupaten Sleman”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesrsitas Ahmad Dahlan.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan dalam penyusunan tugas

akhir ini dapat terselesaikan berkat semangat, motivasi, bantuan, dan bimbingan

dari berbagai pihak yang merupakan kotribusi sangat berarti bagi penulis. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Dr. Kasiyarno, M.Hum., selaku Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

2. Lina Handayani, S.KM., M.Kes., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan yang telah memberikan dukungan dan

semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Muhammad Syamsu Hidayat, SE., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

iv
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ahmad Faizal Rangkuti, S.KM., M.Kes., selaku Sekertaris Prodi Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Ahmad Ahid Mudayana, S.KM., M.PH., selaku Ketua Dewan Penguji yang

telah memberikan motivasi, masukan dan arahan penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

6. Subhan Zul Ardi, S.KM., M.Sc., selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan motivasi, dan selalu sabar dalam memberi masukan dan arahan

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Dr. Ir. Widodo Hariyono, A.Md., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing dan

Penguji II yang selalu sabar dalam membimbing, memberi arahan dan masukan

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Dyah Suryani, S.Si., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis baik secara akademik maupun non akademik dari awal

masuk kuliah sampai saat ini.

9. Seluruh dosen pengajar, staf, dan karyawan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang telah banyak memberikan ilmu,

pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

10. Terkhusus kedua orang tua tersayang Mamah (Sagiah Budiarti) Bapa

(Sugiantoro) kakak tersayang (Bagas RP) yang selalu sabar dan ikhlas

memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang, kerjasama yang baik serta

v
doa yang tidak henti-hentinya selalu mengiringi kehidupan penulis selama

perkuliahan sampai sekarang menyelesaikan tugas ahhir ini.

11. Sahabat seperjuangan (Andinur, Rifa, Andini, Krisna, Shinta) terimakasih telah

menemaniku, mendukungku dalam suka dan duka, memberi motivasi,

perhatian dan membantuku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

12. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan

angkatan 2015, terutama peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

selalu menyemangati, mendukung dan saling berbagi cerita. Terimakasih untuk

kebersamaannya, suka duka dan saling berjuang dan berbagi ilmu selama

berada di bangku kuliah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang telah membaca

skripsi ini untuk menyempurnakannya. Akhir kata, tiada yang patut penulis

ucapkan selain doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan ridho dan

berkah-Nya atas amalan kita di dunia dan di akhirat. Aamiin.

Yogyakarta, September 2019


Yang menyatakan,

Dinda Dwi Bestari


1500029088

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
4. Keaslian Penelitian.................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9


A. Masa Kerja .............................................................................................................. 9
B. Shift Kerja ............................................................................................................. 10
C. Perasaan Kelelahan Kerja ..................................................................................... 17
D. Landasan Teori...................................................................................................... 23
E. Kerangka Konsep .................................................................................................. 24
F. Hipotesis ............................................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 25


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................................ 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 25
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 25
D. Instrumen dan Alat Penelitian ............................................................................... 27
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................................... 29
F. Rencana Jalan Penelitian....................................................................................... 31
G. Analisis Data ......................................................................................................... 33

vii
H. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 34


A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 34
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................................. 34
2. Karakteristik Responden ................................................................................... 35
3. Analisis Univariat ............................................................................................. 38
4. Analisis Bivariat................................................................................................ 40
B. Pembahasan........................................................................................................... 42
1. Analisis Univariat ............................................................................................. 43
2. Analisis Bivariat................................................................................................ 46

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 55


1. Kesimpulan ........................................................................................................... 55
2. Saran ..................................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 57


LAMPIRAN...................................................................................................................... 60

viii
DAFTAR TABEL

ix
DAFTAR LAMPIRAN

x
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam,

dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit.

Perawat tidak bisa dipisahkan dari akan banyak terpapar dengan berbagai faktor

yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan

mereka. Perawat selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana

bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan kerjanya. Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang

menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Rumah

sakit yang memberikan pelayanan rawat inap mengharuskan adanya pengaturan

shift kerja agar pelayanan kesehatan terus diberikan kepada seluruh pasiennya.

Didalam Undang – Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, setiap

pengusaha atau pelayanan kesehatan diwajibkan untuk melaksanakanketentuan

jam kerja. Karena ada ketentuan tersebut dan proses kerja tidak bisa berhenti,

maka diaturlah pembagian waktu kerja bagi setiap karyawan atau pegawai dengan

shift kerja. Periode kerja dibagi menjadi 3 yaitu periode pagi sampai sore, periode

sore sampai malam dan ada yang bekerja pada periode malam sampai pagi.

Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimal 8 jam

kerja dan sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.

Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja,

meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka dan

1
2

Bakri, 2004). Kelelahan merupakan fenomena kompleks fisiologis maupun

psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan

fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat dengan menurunnya

kemampuan kerja dan ketahanan tubuh (Sucipto, 2014). Semua jenis pekerjaan

akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan akan menurunkan kinerja dan

menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatkan kesalahan kerja dapat

memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Karakteristik

kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang

dilakukan (Nurmianto, 2008). Kelelahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor

individu yaitu faktor internal sepeti usia, jenis kelamin, psikis, kesehatan, status

pernikahan, sikap kerja dan status gizi. Faktor internal seperti masa kerja, beban

kerja, shift kerja, penerangan, kebisingan dan iklim kerja.

Menurut organisasi buruh internasional yang disebut dengan istilah

International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi sebanyak 337 juta

kecelakaan kerja di berbagai negara yang mengakibatkan sekitar tiga juta orang

pekerja kehilangan nyawa. Di tingkat global, lebih dari 2,78 juta orang meninggal

setiap tahun akibat kecelakaan. ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak

dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

faktor kelelahan kerja (ILO, 2018). International Labour Organization

memperkirakan pada tahun 2018 lebih dari 1,8 juta kematian akibat kerja terjadi

setiap tahunnya di kawasan Asia dan Pasifik. Bahkan dua pertiga kematian akibat

kerja di dunia terjadi di Asia.


3

Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans),

data mengenai kecelakaan kerja pada tahun 2004 di Indonesia setiap hari rata-rata

terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi,

kurang lebih 9,5% atau 39 orang mengalami cacat (Atiqoh, dkk., 2014). Di

Indonesia, angka kecelakaan juga tinggi. Menurut data Jamsostek, angka

kecelakaan tahun 2007 tercatat 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus,

tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus, dan tahun

2011 mencapai 99.491 kasus. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh

perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar tujuh

juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian,

angka kecelakaan mencapai 930 kasus untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun

(Ramli, 2013).

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping adalah salah satu rumah sakit

swasta, sebagai tempat kerja yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan yang

beroperasi 24 jam setiap harinya. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

khususnya unit rawat inap memiliki total jumlah perawat 116 orang. Berdasarkan

studi pendahuluan yang telah dilakukan (1) Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping memberlakukan sistem shift kerja dengan 3 shift kerja, yaitu shift pagi,

shift siang dan shift malam. (2) Sistem rotasi yang digunakan pada Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping adalah Shift pagi dimulai pada pukul 07.00 –

14.00 WIB, Shift siang dimulai pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan Shift malam

dimulai pukul 21.00 – 07.00 WIB. (3) Jumlah beban kerja setiap perawat berbeda-

beda sesuai dengan ruangan masing-masing karna setiap ruang memiliki jumlah
4

pasien yang berbeda-beda. (4) Pada shift pagi, dengan waktu shift yaitu 7 jam

memiliki beban kerja lebih karena aktivitas banyak dilakukan pagi hari karena

hampir semua tindakan dilakukan pagi hari seperti USG, operasi,cek dan cuci

darah dan lain-lain. Tetapi ada juga tindakan dilakukan pada malam hari jika

memang tidak keadaan darurat. (5) shift siang dengan waktu shift aktivitas lebih

ringan seperti melanjutkan pekerjaan perawat shift pagi, mengobservasi ulang

pasien dan lain-lain, mengganti infus.(5) Pada saat shift malam, memiliki waktu

shift lebih panjang yaitu 10 jam dengan aktivitas seperti menerima pasien baru

yang tidak tentu waktunya, program obat, injeksi setiap jam 12, berkeliling jam 5

cek tanda-tanda vital, pembagian obat berbarengan dengan program gizi baik

sebelum atau sesudah makan, pada shift malam tenaga lebih terporsir, kurang

berkonsentrasi dan waktu istirahat berkurang. (7) pekerja di ruang At–tin, Az-

zahra, Naim, Wardah, Al-kautsar, Ar-royyan memiliki masa kerja yang berbeda-

beda, terdapat pekerja yang telah bekerja < 6 tahun, > 6 tahun sebagai perawat (8)

4 dari 5 pekerja mengeluh terkadang mengalami pegal-pegal seluruh badan,

menguap, terkadang pusing dan langsung istirahat (tidur) ketika sampai dirumah.

B. Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya angka kejadian kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

kelelahan kerja terus terjadi di Indonesia, tidak lepas dari faktor yang

menyebabkan kelelahan kerja yaitu masa kerja dan shift kerja. Berdasarkan studi

pendahuluan, terdapat shift kerja yang memiliki banyak aktivitas , waktu kerja

yang melebihi 8 jam yaitu pada shift malam yang memiliki waktu shift 10 jam yitu

pukul 21.00 – 07.00 WIB dan terdapat perawat yang mengeluh terkadang
5

mengalami pegal-pegal seluruh badan, menguap, terkadang pusing dan langsung

istirahat (tidur) ketika sampai dirumah. Terdapat perawat yang telah bekerja lebih

dari 6 tahun, dimana semakin lamanya seseorang bekerja dapat menyebabkan rasa

bosan dan jenuh yang dapat mendukung terjadinya kelelahan kerja pada

seseorang, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut terkait hubungan

masa kerja dan shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat di unit

rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui ”Hubungan Masa Kerja Dan

Shift Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Unit Rawat

Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan perasaan kelelahan kerja

pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Kabupaten Sleman.

b. Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja

pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Kabupaten Sleman.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Gamping

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis sebagai

bahan evaluasi kepada para pekerja mengenai Hubungan Masa Kerja Dan Shift

Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Pada Perawat di sehingga dapat

dilakukan upaya pencegahan kecelakaan kerja di Unit Rawat Inap Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman.

2. Bagi Keilmuan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pustaka pada penelitian

selanjutnya serta dapat menambah pengetahuan mengenai Hubungan Masa

Kerja Dan Shift Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja pada Perawat di Unit

Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai

Hubungan Masa Kerja Dan Shift Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja pada

Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Kabupaten Sleman.

4. Keaslian Penelitian

1. Aini, (2019). Dengan judul “Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja

Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Herna Medan Tahun

2018”. Persamaan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel
7

terikat, desain penelitian, teknik pengambilan sampel. Perbedaan dalam

penelitian ini terletak pada tempat dan waktu penelitian. Hasil penelitian ini

adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara shift kerja dengan kelelahan

kerja pada perawat rawat inap di RS Herna Medan.

2. Astuti, dkk (2017). Dengan judul “Hubungan Antara Faktor Individu, Beban

Kerja Dan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Rsjd Dr.

Amino Gondohutomo Semarang”. Persamaan penelitian ini adalah variabel

bebas yang diteliti yaitu shift kerja, variabel terikat yaitu kelelahan kerja,

desain penelitian. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada tempat,

waktu dan teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian adalah terdapat

hubungan antara usia, masa kerja, beban kerja mental dan shift dengan

kelelahan kerja. Sedangkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, status

pernikahan, status gizi, dan beban kerja fisik dengan kelelahan kerja.

3. Pramitasari, (2016). Dengan Judul “Pengaruh Masa Kerja Dan Shift Kerja

Terhadap Kelelahan Kerja Pada Perawat Inap Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta”. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikat,

variabel bebas dan desain penelitian. Perbedaan dalam penelitian ini terletak

pada teknik pengambilan sampel, tempat dan waktu penelitian. Hasil penelitian

adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara masa kerja dan kelelahan kerja

antara masa kerja baru, cukup lama dan lama.

4. Purba, (2018). Dengan judul “Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja

Pada Perawat Di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2018”.


8

Persamaan penelitian ini adalah variabel terikat, desain penelitian dan teknik

pengambilan sampel. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada

tempat, waktu. Hasil penelitian adalah tidak ada hubungan yang signifikan

antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Vita

Insani Pematang Siantar Tahun 2018.

5. Wiyarso, (2018). Dengan judul “Hubungan Antara Shift Kerja Dan Beban

Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Yeheskiel

Dan Hana Di Rumah Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado”, persamaan

dalam penelitian ini yaitu terletak pada variabel bebas, variabel terikat dan

desain penelitian. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada variabel

bebas, tempat, waktu, dan teknik pengambilan sampel. Hasil dalam penelitian

ini menunjukan bahwa terdapat Hubungan Antara Shift Kerja dengan

Kelelahan Kerja Pada pada perawat di ruang rawat inap Yeheskiel dan Hana

Rumah Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado, terdapat Hubungan

Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada perawat di ruang rawat inap

Yeheskiel dan Hana Rumah Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Kerja

1. Pengertian Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali

masuk kerja hingga saat penelitian. Tekanan melalui fisik (beban kerja)

pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala

yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini

tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya

beban kerja, namun juga oleh tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap

harinya pada suatu masa yang panjang (Melati, 2013)

Astuti, dkk (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada

perawat. Perawat menjalankan tugas secara berulang-ulang setiap harinya

sehingga menimbulkan rasa jenuh atau bosan pada perawat yang bekerja > 5

tahun jika dibandingkan perawat yang bekerja ≤ 5 tahun. Hal ini dapat

mempengaruhi stamina pada tubuh pekerja kemudian menurunkan

ketahanan tubuh sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan. Masa kerja

yang lama akan mengakibatkan perasaan jenuh dan bosan apabila pekerjaan

yang dilakukan tersebut monoton.

9
10

Masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu (Gibson, 2009):

a. Masa kerja baru: < 6 tahun

b. Masa kerja sedang: 6 - 10 tahun

c. Masa kerja lama: > 10 tahun

2. Pengaruh Masa Kerja terhadap Kelelahan Kerja

Pekerjaan fisik yang dilakukan pada pekerjaa secara kontinyu dalam

jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam

tubuh (sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf dan pernafasan), hal

ini yang membuat pekerja mudah untuk mengalami kelelahan

(Sedarmayanti, 2017). Pengaruh semakin lama masa kerja seseorang makan

semakin tinggi tingkat kelelahan. Hal ini disebabkan oleh karena semakin

lama seseorang bekerja maka perasaan jenuh akibat pekerjaan yang

monoton tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang

dialaminya (Sucipto, 2014).

B. Shift Kerja

1. Pengertian Shift Kerja

Menurut Kuswadji (1997) Pekerja shift merupakan pekerja yang

mempunyai jam kerja yang tidak teratur. Dalam pembagiannya shift kerja

biasa dilaksanakan pada waktu pagi, siang dan malam. Shift kerja adalah

bila dua lebih pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi pekerjaan yang

sama. Shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, baik teratur

pada saat yang sama (shift kerja rotasi). Shift kerja dapat dilakukakn lebih
11

dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari (Nurmianto, 2005).

Pekerjaan dengan shift kerja adalah seseorang yang bekerja di luar jam kerja

normal selama kurun waktu tertentu. Para pekerja shift kerja termasuk

meraka yang bekerja dalam tim yang berotasi, pekerja dapat bekerja pada

pagi hari, siang hari atau malam hari dan dapat pula bekerja pada jam-jam

yang tidak lazim, bahkan juga dapat bekerja pada hari minggu. Adapula

pengertian lain dari shift kerja dimana shift kerja adalah semua pengaturan

jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang

hari sebagaimana yang bisa dilakukan ( Maurist dan Widodo, 2011).

Terdapat tiga jenis kerja shift sesuai dengan definisi kerja shift,

walaupun sebenarnya dalam pelaksanaannya kerja shift akan berbeda-beda

antar negara.Secara umum tiga jenis kerja shift diantaranya:

a. Permanent

Shift kerja permanent merupakan waktu dimana pekerja melakukan


pekerjaannya secara teratur pada satu shift saja yaitu pagi, sore, atau
malam. Dengan kata lain dalam melakukan pekerjaan secara rotasi
(beberapa orang bergantian secara periodik pada shift yang berbeda).

b. Continous

Bekerja selama seminggu penuh tanpa hari libur atau discontinous yaitu
bekerja dengan waktu libur pada hari minggu atau akhir pekan saja.

c. With or without night work

Aktivitas bekerja dilaksanakan setiap malam atau hanya sebagian malam

saja, dengan jumlah kerja malam per minggu/bulan/tahun dapat


12

bervariasi (Sugiono dkk, 2018)

2. Waktu Kerja

Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang mengatur

mengenai kewajiban pengurus antara lain (Departemen Kesehatan RI,

2003):

a. Pasal 77 ayat 1 yang berbunyi “setiap pengusaha wajib melaksanakan


waktu kerja”

b. Pasal 77 ayat 2: wakt kerja sebagiamana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:

1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

c. Pasal 79 ayat 1 dan 2 yaitu mengenai pemberian waktu istirahat dan cuti

kepada pekerja/buruh, dengan waktu istirahat antara jam kerja, sekurang-

kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus

menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja dan

istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang

bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek

terpenting dalam hal kerja meliputi:


13

a. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik

b. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat

c. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari

(pagi, siang, sore) dan malam hari.

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada

umumnya 6-10 jam. Sisannya dipergunakan untuk kehidupan dalam

keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang

waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak

disertaiefisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal,bahkan

biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan

waktu yang berkepanjangan timbul kecenderungan untuk terjadinya

kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta

ketidakpuasan kerja (Suma’mur, 2009).

3. Dampak Shift Kerja

Menurut Fish (2002) mengemukakan bahwa efek shift kerja yang

dapat dirasakan antara lain:

a. Efek Fisiologis

1) Kualitas tidur: tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus

kurang tidur selama kerja malam.


14

2) Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah.

3) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

b. Efek Psikososial

Efek menunjukan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain

adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil

kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas

kelompok kelompok dalam masyarakat.

c. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift yang diakibatkan oleh efek fisiologis

dan psikologis. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan

mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan

pekerja seperti kualitas kendali dan pemantauan.

d. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah

terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

Kerja shift memberikan dampak terhadap kesehatan, psikososial,

kinerja dan fisiologis. Secara fisiologis, dampak dari kerja shift dapat diukur

dari menurunnya kapasitas kerja fisik, penurunan nafsu makan dan kualitas
15

tidur yang terganggu. Sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerjaan

yang bekerja pada shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk

mengalami kecelakaan kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift

normal. Para pekerja shift terutama yang bekerja dimalam hari, dapat

terkena beberapa permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan ini

antara lain : gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah

tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Segala gangguan kesehatan tersebut,

ditambah dengan tekanan stress yang besar dapat secara otomatis

meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja shift malam

(Nurmianto, 2005).

4. Penyusunan Shift Kerja

Nurmianto (2005) berpendapat bahwa pembuatan jadwal shift kerja

tidak bisa mengabaikan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Beberapa

saran yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu :

a. Pekerja shift malam sebaiknya berumur antara 25-50 tahun.

b. Pekerja cenderung punya penyakit di perut dan di usus, serta yang

mempunyai emosi tidak stabil disarankan untuk tidak ditempatkan di

shift malam.

c. Yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang

ramai tidak dapat bekerja malam.

d. Sistem shift 3 rotasi biasanya berganti pada pukul 6-14-22, lebih baik
16

diganti pada pukul 7-15-23 atau 8-16-24.

e. Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang dan harus dihindarkan

kerja malam secara terus menerus.

f. Rotasi yang baik 2-2-2 (metropolitan pola) atau 2-2-3 (continental pola).

g. Kerja malam 3 hari berturut-turut harus segera diikuti istirahat paling

sedikit 24 jam.

h. Perecanaan shift meliputi akhir pekan dengan 2 hari libur berurutan.

i. Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup untuk makan.

5. Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja

Menurut suma’mur (2009) salah satu penyebab kelelahan kerja

adalah lamanya kerja mental dan fisik dan faktor-faktor lain yang telah

disebutkan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul didalam

tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini menyebabkan

seseorang berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis seperti

mengantuk. Dan para pekerja shift rotasi maupun permanen sangat

potensial mengalami kelelahan tersebut karena metabolismen tubuh

terganggu. Shift kerja merupakan suatu keadaan yang positif berhubungan

dengan terjadinya kelelahan kerja. Bila periode rotasi shift kerja semakin

panjang, sifat pekerjaan monoton dan kondisi psikologis yang kurang baik

maka hal-hal tersebut akan semakin memperberat kelelahan yang dialami

oleh tenaga kerja.


17

C. Perasaan Kelelahan Kerja

1. Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah perasaan subjektif, akan tetapi berbeda dengan

kelemahan dan memiliki sifat bertahap. Tidak seperti kelemahan, kelelahan

dapat diatasi dengan periode istirahat (Kuswana, 2015). Kelelahan kerja

merupakan rasa bosan yang muncul pada saat bekerja. Rasa bosan

merupakan manifestasi dari reaksi adanya suasana yang monoton (kurang

bervariasi) (Nurmianto, 2008). Kelelahan kerja adalah keasaan yang disertai

penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Suma’mur, 2009).

Kelelahan fisik yaitu kelelahan akibat kerja fisik, kerja patologis ditandai

dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor

psikososial (Hartoyo, dkk 2015).

Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda

beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan

efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan

kerja merupakan rasa bosan yang muncul pada saat bekerja. Rasa bosan

merupakan manifestasi dari reaksi adanya suasana yang monoton (kurang

bervariasi) (Nurmianto, 2008). Kelelahan adalah suatu mekanisme

perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral

oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat

simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis) (Tarwaka, 2015).


18

2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Kerja

Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat komplek dan

saling mengikat antara faktor yang satu dengan yang lain. Faktor penyebab

terjadinya kelelahan yaitu aktivitas kerja fisik, aktivitas kerja mental,

pekerjaan yang monoton, tekanan psikologis, dan lain-lain. Resiko yang

timbul akibat kelelahan meliputi stres kerja, kualitas kerja rendah,

performansi rendah, motivasi kerja turun, dan lain-lain (Tarwaka, 2015).

Penyebab lain dari kelelahan kerja juga dapat berupa beban kerja

yang berlebih, serta kurangnya sumber daya yang kompeten yang

mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan

dengan karyawan yang lebih banyak. Akar permasalahan kelelahan

diantaranya disebabkan oleh monotoninya pekerjaan, intensitas dan lamanya

bekerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja

yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula,

tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik

batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja (suma’mur, 2009).

3. Tanda-tanda Kelelahan Kerja

Tanda kelelahan yang utama adalah mengalami hambatan pada

fungsi kesadaran otak dan perubagan organ-organ diluar kesadaran

seseorang. Seseorang yang mengalami kelelahan memiliki gejala antara lain

turunnya konsentrasi, hambatan persepsi, sulit berfikir, turunnya kemauan

atau dorongan unuk bekerja, kurangnya efisiensi untuk melakukan kegiatan


19

fisik dan mental (Tarwaka, 2015). Secara umum gejala kelelahan dapat

dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan.

Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja apabila rata-rata

beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal (susetyo, 2012).

Kuswana (2017) menjelaskan bahwa secara umum seseorang dapat

menampilkan tanda-tanda berikut sakit kepala dan pusing, menembara atau

pikiran terputus, melamun, kurang konsentrasi, penglihatan kabur atau

kesulitan menjaga mata terbuka, menguap terus-menerus, mengantuk yang

santai, perasaan atau jatuh tertidur ditempat kerja, kemurungan, seperti

mudah marah, masalah memori jangka pendek, motivasi rendah, halusinasi,

gangguan pengambilan keputusan dan penilaian, memperlambat refleks dan

tanggapan, fungsi sistem kekebalan tubuh berkurang, peningkatan

kesalahan, tidur diperpanjang selama hari-hari libur kerja, tertidur selama

kurang dari satu detik untuk beberapa detik, dan menjadi tidak menyadari

telah melakukan (atau dikenal sebagai tidur mikro), hanyut dalam dan

keluar dari jalur lalu lintas dan kehilangan kendali saat berkendara.

4. Dampak Kelelahan

Kuswana (2017) menyebutkan bahwa tubuh memiliki irama alarm

yang diulang 24 jam, hal ini dikenal sebagai “jam tubuh” kita. Jam tubuh

kita mengatur fungsi termasuk pola tidur, suhu, tubuh, kadar hormon dan

pencernaan. Seperti yang diprogram untuk berbagai tingkat terjaga, kita

mengalami berbagai tingkat kewaspadaan bergantung pada banyaknya hari.


20

Ketika jam tubuh manusia keluar dari irama itu, kewaspadaan kita

berkurang dan sebagai hasilnya kita merasa lelah. Hal ini meningkatkan

risiko membuat kesalahan dan menyebabkan kecelakaan dan cedera, naik di

tempat kerja atau dalam perjalanan pulang dari kerja. Kelelahan memiliki

implikasi dalam situasi di tempat kerja dan untuk keselamatan umum serta

dapat mempengaruhi kinerja, terdapat potensi untuk peningkatan kecelakaan

dan cedera terjadi.

Kuswana (2017) menyebutkan bahwa efek dari kelelahan bisa

jangka pendek atau panjang, misalnya seseorang dapat memiliki :

a. Kesulitan dalam konsentrasi dan mudah terganggu.

b. Penilaian buruk dan pengambilan keputusan.

c. Mengurangi kapasitas komunikasi interpersonal yang efektif.

d. Koordinasi tangan, mata berkunang dan persepsi visual.

e. Kewaspadaan berkurang.

f. Waktu reaksi lebih lambat.

g. Memori berkurang.

5. Pengukuran Kelelahan

Tarwaka (2015) menyebutkan bahwa sampai saat ini belum ada cara

untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran

yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang

menunjukan terjadinya kelelahan akibat kerja. Metode pengukuran


21

kelelahan ada beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Kualitas dan Kuntitas Kerja

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu

jumlah proses kerja (waktu yang digunakan dalam setiap item) atau

proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian

banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti target produksi, faktor

sosial, dn perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output

(kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat

menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah

merupakan causal factor.

b. Uji psiko-motor (Psychomotor Test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan

reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer untuk

mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari

pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau

dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala

lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya

pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada

proses faal syaraf dan otot.


22

c. Uji hilangan kelipan (Flicker-fusion Test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat

kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu

yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping

untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadan

tenaga kerja.

d. Perasaan kelelahan secara subyektif (Subjektive feeling of fatigue)

Subjektive Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research

Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat

untuk mengukur tingkat kelelahan subyektif. Kuesioner tersebut berisi 30

daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyan tentang pelemahan

kegiatan (pertanyaan no 1 s/d 10), 10 pertanyaan tentang pelemahan

motivasi (11 s/d 20), dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik

(21 s/d 30). Berkaitan dengan metode yang dapat digunakan dalam

pengukuran subjektif . metode tersebut antara lain: ranking methods,

rating methods, quesionaire methods, interview dan checklist.

6. Mengelola Kelelahan

Kuswana (2017) menyebutkan bahwa tidur adalah salah satu strategi

jangka panjang yang efektif untuk mencegah dan mengelola kelelahan.

Sementara otot telah dapat sembuh dengan istirahat, otak hanya dapat

dipulihkan dengan tidur. Tidur paling menguntungkan adalah tidur malam

yang baik diambil dalam jangka waktu terus-menerus. Waktu maksimal


23

tidur bervariasi untuk setiap orang, tetapi orang dewasa umumnya

membutuhkan 7 sampai 8 jam tidur setiap hari. Ketika individu

mendapatkan tidur kurang dari yang merek butuhkan dalam sehari, maka

akan terjadi utang tidur yang harus dibayar cukup.

D. Landasan Teori

Kelelahan merupakan suatu perasaan subjektif, timbulnya rasa lelah dari

dalam tubuh manusia yang disebabkan dari beberapa faktor penyebab yang

terakumulasi sehingga dapat menimbulkan atau mendatangkan ketegangan

(stress) pada tubuh manusia. Faktor penyebab terjadinya kelelahan yaitu aktivitas

kerja fisik, aktivitas kerja mental, pekerjaan yang monoton, tekanan psikologis,

dan lain-lain. Resiko yang timbul akibat kelelahan meliputi stres kerja, kualitas

kerja rendah, performansi rendah, motivasi kerja turun, dan lain-lain. Shift kerja

adalah rotasi waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan

sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.

Masa kerja merupakan lamanya waktu seseorang dalam bekerja yang

terhitung dari awal pertama masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung. Masa

kerja dalam penelitian ini diartikan sebagai lama bekerja dalam tahun.

Pengalaman kerja seseorang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja,

karena semakin lama seseorang bekerja akan menimbulkan perasaan jenuh

terhadap pekerjaannya dan akan mempengaruhi tingkat kelelahan yang

dialaminya. Shift kerja dapat menyebabkan timbulnya perasaan kekelalah kerja,

jika seseorang bekerja melebihi waktu kerja yang telah ditentukan yaitu 8 jam

kerja, pekerjaan yang monotoni dan memiliki banyak aktivitas kerja sehingga
24

menampilkan tanda-tanda berikut sakit kepala dan pusing, melamun, kurang

konsentrasi, penglihatan kabur, menguap terus-menerus, halusinasi yang dapat

menyebabkan kecelakaan dan kesalahan dalam bekerja.

E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Masa Kerja Variabel Terikat

Perasaan
Kelelahan Kerja
Shift Kerja

Durasi Tidur

Variabel Pengganggu

Keterangan:

: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara masa kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat

di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman.

2. Ada hubungan antara shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat

di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan

desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan Masa Kerja dan

Shift Kerja dengan Perasaan Kelelahan Kerja pada Perawat di Unit Rawat Inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Ssakit PKU Muhammadiyah

Gamping, Jl. Wates Km. 5,5 RT.05 / RW.25, Ambarketawang, Gamping, Bodeh,

Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

55294. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat di bagian rawat inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping sebanyak 116 perawat.

2. Sampel

a. Jumlah Sampel

Dalam penelitian ini mentukan jumlah sampel adalah menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut:


𝑁
𝑛 = 𝑁(𝑑)2 + 1
26

n : Jumlah sampel/Jumlah responden

N : Jumlah Populasi

d2 : Tingkat ketelitian yang diinginkan

Tingkat ketelitian yang diinginkan sebesar 10% agar dapat

mengantisipasi terjadinya drop out dilakukan penambahan jumlah sampel

sebesar 10% sebagai cadangan agar dapat terpenuhi.


𝑁
𝑛 = 𝑁(𝑑)2 + 1

116
𝑛 =
116 (0.1)2 + 1

116
𝑛 = 2.16 = 53,70 = 54

= 54 + 10% = 59,4 = 60

Jumlah sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 60 perawat

dari 116 populasi perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Sampel yang diambil berdasarkan teknik Simple Random Sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dengan metode penarikan dari sebuah populasi

atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau

semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil

(Kerlinger, 2006). Pengambilan sampel diambil secara acak hingga

terpenuhi menjadi 60 sampel. Sampel yang akan diteliti yaitu di unit rawat

inap PKU gamping terdiri dari At-tin, Az-zahra, Naim, Wardah, Al-kautsar,
27

Ar-royyan. Masing-masing ruang rawat inap At-tin terdapat 19 perawat, Az-

zahra terdapat 19 perawat, Naim terdapat 17 perawat, Wardah terdapat 15

perawat, Al-kautsar terdapat 17 perawat, Ar-royyan terdapat 20 perawat

diambil secara acak jumlah sampel sebesar dari jumlah sampel

penelitian. Pengambilan sampel secara acak dilakukan berdasarkan nomor

responden secara urut 1 sampai 10 yang diambil dari setiap nomor urut

jadwal dinas perawat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping disetiap

ruangan.

D. Instrumen dan Alat Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar checklist

dan kuesioner penelitian bersifat adopsi antara lain :

1. Lembar checklist terkait masa kerja mengadopsi dari kategori masa kerja

menurut Gibson (2009), sebagai berikut:

a. Masa kerja baru: < 6 tahun

b. Masa kerja sedang: > 6-10 tahun

c. Masa kerja lama: > 10 tahun

2. Lembar checklist terkait shift kerja mengadopsi dari ketetapan rotasi shift kerja

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping:

a. Shift Pagi (pukul 07.00-14.00)

b. Shift Siang (pukul 14.00-21.00)

c. Shift Malam (pukul 21.00-07.00)

3. Kuesioner IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) merupakan

kuesioner pengukuran perasaan kelelahan berisi 30 pertanyaan yang terdiri dari


28

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan

motivasi dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik (21-30)

(Tarwaka, 2015). Desain penilaian dengan skoring likert yaitu 4 skala likert:

a. Skor 0 = Tidak pernah merasakan

b. Skor 1 = Kadang-kadang merasakan

c. Skor 2 = Sering merasakan

d. Skor 3 = Sering sekali merasakan

Klasifikasi Tingkat dan Kategori Kelelahan Berdasarkan Total Skor Individu:

a. Nilai 0-44 = Kelelahan rendah

b. Nilai 44-90 = Kelelahan tinggi

Instrumen penelitian baik lembar checklist maupun kuesioner yang digunakan

bersifat adopsi dari Gibson (2009) dan industrial Fatigue research Commitee

Tarwaka (2015) sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena

instrumen tersebut sudah bersifat baku. Koding yang digunakan pada penelitian

ini yaitu koding 1 yang berarti beresiko dan koding 2 untuk kategori tidak

beresiko.

4. Kamera

Kamera merupakan alat yang digunakan untuk mengambil gambar atau

dokumentasi di lingkungan tempat kerja penelitian yang dilakukan di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

5. Alat Tulis
29

Alat tulis merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencatat

hasil pengukuran intensitas pencahayaan. Alat tulis yang digunakan

diantaranya adalah pulpen, dan buku.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Ada 2 macam variabel yang digunakan peneliti, antara lain:

a. Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah masa kerja dan shift kerja.

b. Variabel terikat dari penelitian ini adalah perasaan kelelahan kerja.

2. Defisini Operasional

a. Masa Kerja

Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah

memegang pekerjaannya di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah PKU

Muhammadiyah Gamping yang terhitung dari awal pertama masuk kerja

hingga saat penelitian berlangsung. Masa kerja dalam penelitian ini

diartikan sebagai lama bekerja dalam tahun.

1) Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini yaitu checklist

2) Hasil Ukur

a) Masa kerja baru: < 6 tahun (koding 3)

b) Masa kerja sedang: 6 - 10 tahun (koding 2)

c) Masa kerja lama: > 10 tahun (koding 1) (Gibson, 2009).


30

3) Skala Data

Skala data yaitu Ordinal

b. Shift Kerja

Shift kerja adalah rotasi waktu kerja yang diberikan pada perawat

untuk mengerjakan sesuatu di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

dan biasanya dibagi atas kerja pagi, siang dan malam.

1) Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini yaitu checklist

2) Hasil Ukur

a) Shift Pagi (pukul 07.00-14.00) (koding 2)

b) Shift Siang (pukul 14.00-21.00) (koding 3)

c) Shift Malam (pukul 21.00-07.00) (koding 1)

3) Skala Data

Skala data yaitu Nominal

c. Perasaan Kelelahan

Gejala kelelahan subyektif yang dirasakan oleh perawat di unit rawat

inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping karena pekerjaan baik

berkaitan dengan kelelahan otot maupun umum.

1) Alat Ukur

Wawasan dengan menggunakan kuesioner IRFC (Industrial

Fatigue research Committee). Desain penilaian dengan skoring likert

yaitu 4 skala likert.

a) Skor 0 = Tidak pernah merasakan


31

b) Skor 1 = Kadang-kadang merasakan

c) Skor 2 = Sering merasakan

d) Skor 3 = Sering sekali merasakan

2) Hasil Ukur

Klasifikasi Tingkat dan Kategori Kelelahan berdasarkan Total Skor

Individu.

a) Nilai 0-44 = Kelelahan rendah (koding 2)

b) Nilai 45-90 = Kelelahan tinggi (koding 1)

3) Skala Data

Skala data yaitu Ordinal

F. Rencana Jalan Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Kabupaten Sleman.

b. Pembuatan proposal penelitian, pembuatan dan pengajuan perizinan

penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman.

c. Perekrutan asisten penelitian yang dibutuhkan sebanyak tiga asisten

dengan kriteria yaitu memiliki jurusan dan peminatan yang sama dengan

peneliti (kesehatan masyarakat peminatan keselamatan dan kesehatan

kerja) dan memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik serta

persamaan persepsi dengan asisten terkait wawancara yang akan dilakukan


32

pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Kabupaten Sleman.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Observasi dan wawancara

Tahap ini menggunakan lembar checklist terkait masa kerja, shift kerja dan

kuesioner IRFC (Industrial Fatigue research Committee). Wawancara

dilakukan setelah adanya persetujuan dan penandatanganan lembar

informend consent oleh responden.

b. Tahap Pengolahan Data

Tahap ini peneliti melakukan pengolahan data primer yang telah didapat di

lokasi penelitian. Data tersebut diolah menggunakan program pengolahan

data.

c. Tahap Analisis Data

Data penelitian yang telah diolah kemudian dianalisis secara univariat dan

bivariat menggunakan chi-square.

3. Tahap Penyelesaian

Melakukan penulisan laporan mengenai hasil, pembahasan dan

kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.


33

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Univariat

Analisis yang bertujuan melakukan deskripsi terhadap masing-masing

variabel. Analisis univariat dalam menyajikan distribusi frekuensi dari varibel-

variabel yang diteliti dan akan disajikan dalam bentuk tabel (Sopiyudin, 2014).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pada masing-

masing variabel penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah chi square.

Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% dan p ≤ 0,05 artinya hipotesis akan

diterima jika p ≤ 0,05. Chi-square digunakan apabila semua hipotesis kategorik

tidak berpasangan dengan syarat bahwa sel yang mempunyai nilai expected

count kurang dari lima maksimum 20% dari jumlah sel. Jika syarat Chi-Square

tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu adalah uji Fisher untuk

tabel 2x2 dan penggabungan sel untuk tabel 2xk (Sopiyudin, 2014).

H. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat mengetahui

besarnya resiko baik antara masa kerja dengan perasaan kelelahan maupun shift

kerja dengan perasaan kelelahan karena tabel berbentuk 2xk dan pada proses

pengambilan data peneliti hanya mengajukan pertanyaan sesuai dengan

kuesioner dan tidak semua dalam pengawasan secara langsung keadaan yang

sebenarnya, karena adanya keterbatasan waktu dan beberapa kesibukan dari

perawat di setiap ruangan.


34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping

terletak di Jl. Wates Km. 5,5 RT.05 / RW.25, Ambarketawang, Gamping,

Bodeh, Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta 55294. Rumah Sakit PKU Muhammadiah Gamping merupakan

pengembangan dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta JL.

Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping memiliki visi yaitu mewujudkan rumah sakit pendidikan utama

dengan keunggulan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset dengan

jenjang dan kemitraan yang kuat. Visi tersebut akan dituangkan pasa misi

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yaitu misi pelayanan

publik/sosial, misi pendidikan, misi penelitian dan pengembangan serta misi

dakwah.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping merupakan Rumah Sakit

swasta yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan yang beroperasi 24 jam

setiap harinya, menyediakan berbagai macam jenis pelayanan, salah satunya

adalah pelayanan rawat inap. Ruang rawat inap yang terdapat di Rumah Sakit

Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai macam kelas sesuai dengan biaya

yang dimiliki pasien. Peneliti melakukan penelitian di beberapa ruang yaitu

ruang At-tin, Az-zahra, Naim, Wardah, Al-kautsar dan Ar-royyan. Pelayanan


35

rawat inap ini memiliki masing-masing 5-6 perawat pada shift pagi pukul

07.00-14.00 WIB, 4-5 perawat pada shift siang pukul 14.00-21.00 WIB dan 3-4

perawat pada shift malam pukul 21.00-07.00 WIB, sesuai dengan jumlah

pasien dan banyaknya kamar dalam satu ruangan. Shift pagi dan shift siang

dengan waktu kerja selama 7 jam dan shift malam dengan waktu kerja selama

10 jam. Kelima ruang rawat inap memiliki masa kerja baru 28 perawat, sedang

17 perawat dan lama 15 perawat.

2. Karakteristik Responden

Pengumpulan data dimulai pada tanggal 29 Juli 2019 sampai 30 Agustus

2019 terhadap 60 perawat unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping. Pengumpulan data diperoleh menggunakan lembar checklist masa

kerja dan shift kerja dan kuesioner IRFC (Industrial Fatigue research

Committee). Dari lembar ceklis dan kuesioner tersebut juga terdapat pertanyaan

identitas responden seperti nomor responden, nama, umur, jenis kelamin dan

pendidikan terakhir.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program

pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai

penjelasan tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh jumlah

responden dengan yang telah ditentukan yaitu 60 responden. Adapun hasil

penelitian disajikan dalam tabel dan narasi.


36

a. Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dalam penelitian ini

ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pada Perawat Unit


Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

No Umur (Tahun) Frekuensi (%)


1 19-22 3 5
2 23-26 22 36,7
3 27-30 27 45
4 31-34 6 10
5 35-38 2 3,3
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, responden

penelitian terbanyak terdapat pada umur 27-30 dengan presentase sebesar

45% (27 perawat), sedangkan jumlah responden paling sedikit terdapat pada

umur 35-38 dengan presentase sebesar 3,3% (2 perawat).

b. Tingkat Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian

ini ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada


Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

No Tingkat Pendididkan Frekuensi (%)


1 DIII Keperawatan 29 48,3
2 Ners 31 51,7
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer 2019
37

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, responden

penelitian dengan tingkat pendidikan terbanyak terdapat pada Ners dengan

presentase sebesar 51,7% (31 perawat), sedangkan jumlah responden

dengan tingkat pendidikan paling sedikit terdapat pada DIII Keperawatan

dengan presentase sebesar 48,3% (29 perawat).

c. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian

ini ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Perawat


di Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

N
Jenis Kelamin Frekuensi (%)
o
1 Laki-laki 14 23,3
2 Perempuan 46 76,7
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, responden

penelitian terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan dengan

presentase sebesar 76,7% (46 perawat), sedangkan jumlah responden paling

sedikit terdapat pada jenis kelamin laki-laki dengan presentase sebesar

23,3% (14 perawat).


38

3. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan

cara mendeskripsikan tiap variabel penelitian tersebut dilihat dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel:

a. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja

Untuk mengetahui gambaran masa kerja responden pada unit rawat inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Masa Kerja Pada Perawat di Unit Rawat


Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

No Masa Kerja Frekuensi (%)


1 Lama 15 25
2 Sedang 17 28,3
3 Baru 28 46,7
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menjadi

responden penelitian menunjukan kategori masa kerja baru dengan

presentase sebesar 46,7% (28 perawat), kategori masa kerja sedang dengan

presentase sebesar 28,3% (17 perawat) sedangkan jumlah responden pada

kategori masa kerja lama dengan presentase sebesar 25% (15 perawat).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Shift Kerja

Untuk mengetahui gambaran shift kerja responden pada unit rawat inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping ditampilkan pada Tabel 5.
39

Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Shift Kerja Pada Perawat di Unit Rawat


Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

No Shift Kerja Frekuensi (%)


1 Malam 16 26,7
2 Pagi 29 48,3
3 Siang 15 25
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 Perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menjadi

responden penelitian menunjukan kategori shift kerja malam dengan

presentase sebesar 26,7% (16 perawat), shift kerja pagi dengan presentase

sebesar 48,3% (29 perawat) sedangkan shift kerja siang dengan presentase

sebesar 25% (15 perawat).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja pada penelitian ini adalah gejala kelelahan otot

maupun kelelahan umum yang dirasakan oleh perawat Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping menggunakan kuesioner Industrial Fatigue

Research Committee (IFRC) saat sesudah bekerja. Berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan bahwa pada penelitian ini kategori kelelahan kerja

dibedakan menjadi dua kategori yaitu responden yang mengalami kelelahan

kerja rendah apabila total skor individu 0-44 dan responden yang

mengalami tinggi apabila total skor individu 45-90. Untuk mengetahui

gambaran perasaan kelelahan kerja responden pada unit rawat inap Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gamping ditampilkan pada Tabel 6.


40

Tabel 6. Distribusi Berdasarkan Perasaan Kelelahan Kerja Pada Perawat di


Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Perasaan Kelelahan
No Frekuensi (%)
Kerja
1 Tinggi 22 38,7
2 Rendah 38 63,3
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 Perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menjadi

responden penelitian responden yang mengalami kelelahan kerja pada

kategori rendah dengan presentase sebesar 63,3% (38 perawat), sedangkan

jumlah responden yang mengalami kelelahan kerja pada kategori tinggi

dengan presentase sebesar 38,7% (22 perawat).

4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas yaitu masa kerja dan shift kerja dengan variabel terikat yaitu perasaan

kelelahan kerja. Adapun hasil analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk

crosstab sebagai berikut:

a. Hubungan Masa Kerja dengan Perasaan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data

mengenai hubungan masa kerja dengan perasaan elelahan kerja pada

perawat unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

Berikut ini adalah hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan perasaan

kelelahan kerja dapat dilihat pada Tabel 7.


41

Tabel 7. Hasil Analisis Bivariat Masa Kerja dengan Perasaan Kelelahan


Kerja pada Perawat Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping

Perasaan Kelelahan Kerja


Total
Masa Kerja Tinggi Rendah
N (%) N (%) N (%)
P Value
Lama 7 46,7 8 53,3 15 100 0,068
Sedang 9 52,9 8 47,1 17 100
Baru 6 21,4 22 78,6 28 100
Total 22 36,7 38 63,3 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa dari 22 perawat yang

mengalami perasaan kelelahan kerja terbanyak adalah perawat yang

memiliki masa kerja sedang dengan presentase sebesar 52,9% (9 perawat).

Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi-square secara statistik

diperoleh nilai p = 0,068 (p > 0,05) berarti H0 diterima dan Ha ditolak, atau

tidak ada hubungan antara masa kerja dengan perasaan kelelahan kerja.

Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa secara statistik tidak ada hubungan

antara masa kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat di unit

rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kabupaten Sleman.

b. Hubungan Shift Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data

mengenai hubungan shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada

perawat unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

Berikut ini adalah hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan perasaan

kelelahan kerja dapat dilihat pada Tabel 7.


42

Tabel 8. Hasil Analisis Bivariat Shift Kerja dengan Perasaan Kelelahan


Kerja pada Perawat Unit Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping

Perasaan Kelelahan Kerja


Total
Shift Kerja Tinggi Rendah
N (%) N (%) N (%)
P Value
Malam 13 81,3 3 18,8 16 100
0.000
Pagi 3 10,3 26 89,7 29 100
Siang 6 40 9 60 15 100
Total 22 36,7 38 63,3 60 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa dari 22 perawat yang

mengalami perasaan kelelahan kerja terbanyak adalah perawat yang bekerja

pada malam hari dengan presentase sebesar 81,3% (13 perawat). Hasil

analisis data dengan menggunakan uji chi-square secara statistik diperoleh

nilai p = 0,000 (p ≤ 0,05) berarti H0 ditolak dan Ha diterima, atau ada

hubungan antara shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja. Sehingga

dapat diinterpretasikan bahwa secara statistik ada hubungan antara masa

kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat di unit rawat inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kabupaten Sleman.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan masa kerja dan shift

kerja dengan perasaan kelelahan pada pekerja di unit rawat inap Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman. Adapun pembahasan dari

hasil analisis variabel bebas dan variabel terikat dinarasikan sebagai berikut:
43

1. Analisis Univariat

Pembahasan mengenai deskripsi karakteristik responden dan variabel

penelitian. Berikut adalah uraian karakterik responden dan variabel penelitian:

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur/Usia

Dari hasil pengisian identitas responden dapat diketahui bahwa

presentase perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping paling banyak terdapat pada kelompok umur 27-30 tahun

sedangkan jumlah responden paling sedikit terdapat paa kelompok umur 35-

38 tahun. Usia perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah

Gamping tergolong usia produktif karena rentang usia responden antara usia

19-38 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kementrian

Republik Indonesia bahwa rentang usia produktif penduduk Indonesia yaitu

berkisar antara 15-64 tahun (Kemenkes, 2018).

b. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengisian identitas responden dapat diketahui

bahwa pendidikan terakhir responden paling banyak adalah Ners 31 perawat

sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kategori DIII Keperawatan 29

perawat. Perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping terdiri dari DIII Keperawatan dan Ners. Hal ini dikarenakan untuk

bekerja sebagai perawat dirumah sakit diwajibkan menempuh pendidikan

DIII Keperawatan maupun Ners.


44

c. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengisian identitas responden dapat diketahui

bahwa jenis kelamin perawat yang bekerja di unit rawat inap Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping terdiri dari perempuan dan laki-laki.

Berdasarkan analisis data dari 60 responden dapat diketahui bahwa jumlah

responden terbanyak adalah perawat perempuan.

d. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali

masuk kerja hingga saat penelitian (Melati, 2013). Masa kerja dapat

mempengaruhi stamina pada tubuh pekerja kemudian menurunkan

ketahanan tubuh sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan. Masa kerja

yang lama akan mengakibatkan perasaan jenuh dan bosan apabila pekerjaan

yang dilakukan tersebut monoton (Astuti dkk ,2017). Pengambilan data

dalam penelitian ini dengan menggunakan lembar checklist dilakukan pada

bulan Agustus 2019. Responden dalam penelitian ini adalah perawat di unit

rawat inap rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, masa kerja

responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu baru jika masa kerja < 6

tahun, sedang jika masa kerja 6-10 tahun dan lama jika masa kerja > 10

tahun. Berdasarkan analisis data dari 60 responden dapat diketahui bahwa

jumlah responden terbanyak adalah perawat yang memiliki masa kerja baru.
45

e. Distribusi Responden Berdasarkan Shift Kerja

Pengambilan data pada shift kerja menggunakan lembar checklist

yang dilakukan pada bulan Agustus 2019. Responden dalam penelitian ini

adalah perawat di unit rawat inap rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping, shift kerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

memberlakukan sistem shift kerja dengan 3 shift kerja, yaitu shift pagi, shift

siang dan shift malam. Sistem rotasi yang digunakan pada Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping adalah Shift pagi dimulai pada pukul 07.00

– 14.00 WIB, Shift siang dimulai pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan Shift

malam dimulai pukul 21.00 – 07.00 WIB. Berdasarkan analisis data dari 60

responden dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak adalah

perawat yang bekerja pada shift pagi dan malam. Pekerjaan dengan shift

kerja adalah seseorang yang bekerja di luar jam kerja normal selama kurun

waktu tertentu. Para pekerja shift kerja termasuk meraka yang bekerja dalam

tim yang berotasi, pekerja dapat bekerja pada pagi hari, siang hari atau

malam hari dan dapat pula bekerja pada jam-jam yang tidak lazim, bahkan

juga dapat bekerja pada hari minggu. Adapula pengertian lain dari shift

kerja dimana shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai

pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana

yang bisa dilakukan ( Maurist dan Widodo, 2011).


46

f. Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan fenomena kompleks fisiologis maupun

psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan

perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan akan berakibat dengan

menurunnya kemampuan kerja dan ketahanan tubuh (Sucipto, 2014).

Pengambilan data pada perasaan kelelahan kerja menggunakan kuesioner

Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) yang dilakukan pada

Agustus 2019. Pada penelitin ini kelelahan kerja yang dimaksud adalah

gejala kelelahan kerja baik berkaitan dengan kelelahan otot maupun umum

yang dirasakan oleh perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping pada saat bekerja. Berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan bahwa pada penelitian ini kategori kelelahan kerja dibedakan

menjadi dua kategori yaitu responden yang mengalami kelelahan kerja

rendah apabila total skor individu 0-44 dan responden yang mengalami

tinggi apabila total skor individu 45-90. Berdasarkan analisis data dari 60

responden dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami

perasaan kelelahan tinggi dengan presentase sebesar 38,7% (22 perawat).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada pembahasan ini adalah Hubungan Masa Kerja dan

Shift Kerja dengan Perasaan Kelelahan Kerja pada Perawat di Unit Rawat Inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman. Berikut

uraian dari hasil analisis bivariate variabel penelitian:


47

a. Hubungan Masa Kerja dengan Perasaan Kelelahan Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, persentase

yang mengalami perasaan kelelahan kerja kategori tinggi pada perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman lebih banyak pada perawat dengan kategori masa kerja sedang

dibandingkan dengan kategori masa kerja lama dan baru. Presentase yang

mengalami perasaan kelelahan kerja rendah pada perawat di unit rawat inap

Rumh Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman lebih

banyak pada perawat dengan kategori masa kerja baru dibandingkan dengan

kategori masa kerja lama dan sedang. Dalam penelitian ini didapat hasil uji

statistik menggunakan uji chi-square mengenai hubungan masa kerja

dengan perasaan kelelahan kerja, menunjukkan nilai p-value 0,068 (> 0,05)

sehingga tidak ada hubungan antara masa kerja dengan perasaan kelelahan

kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Kabupaten Sleman.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan pada perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, tidak adanya

hubungan antara masa kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat

di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping ini

dikarenakan responden dengan masa kerja lama memiliki asupan energi

yang baik dalam tubuhnya, dan responden dengan masa kerja yang lama

lebih berpengalaman sehingga mereka telah mengetahui posisi kerja yang

terbaik atau nyaman untuk dirinya.


48

Semakin berjalannya waktu, pekerja sudah mulai beradaptasi dengan

pekerjaan yang dilakukannya dan sudah dapat mengatur energi atau tenaga

yang dikeluarkan saat bekerja. Hal tersebut juga didukung dengan

lingkungan kerja yang nyaman baik dari segi tempat kerja dan teman-teman

kerja yang menyenangkan, sehingga perawat tidak merasa jenuh menjalani

pekerjaannya sehari-hari. Hasil ini dapat memberikan makna bahwa tidak

selamanya lama masa kerja seseorang yang semakin tinggi akan

memberikan tingkat kelelahan yang semakin tinggi pula. Ini terlihat dari

hasil penelitian yang menunjukkan tingkat kelelahan tinggi dialami oleh

perawat dengan masa kerja sedang.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Ardiyanti, dkk

(2017) yang dilakukan pada tenaga keperawatan dan tenaga kebidanan di

Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta diperoleh bahwa responden dengan

kelelahan kerja kategori lebih banyak pada masa kerja lama (> 5 tahun)

yaitu sebanyak 10 responden dengan presentase 71,4%. Namun responden

dengan tingkat kelelahan sangat lelah hanya terjadi pada masa kerja baru (≤

5 tahun) sebanyak 3 responden dengan presentase 42,8%. Hasil uji statistik

menunjukkan nilai p-value 0,236 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan pada

tenaga keperawatan dan tenaga kebidanan di Puskesmas Mlati II karena

responden dengan masa kerja baru ataupun lama memiliki tugas pokok dan

tambahan yang sesuai dengan pendidikannya. Penelitian ini didukung

dengan hasil penelitian dari Mallapiang, dkk (2016) yang dilakukan pada
49

perawat IGD di RSUD Haji Makassar diperoleh bahwa berdasarkan hasil uji

statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan anata masa kerja dengan

kelelahan kerja dengan nilai p-value 0,338 yang berarti bahwa Ha ditolak

dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada perawat IGD di RSUD Haji

Makassar karena beberapa faktor misalnya umur, beberapa responden telah

bekerja leih dari 5 tahun tetapi umurnya masih tergolong muda, sehingga

masa ketahanan tubuh atau fisiknya masih kuat.

b. Hubungan Shift Kerja dengan Perasaan Kelelahan Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, persentase

yang mengalami perasaan kelelahan kerja kategori tinggi pada perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman lebih banyak pada perawat dengan shift kerja malam dibandingkan

dengan shift kerja pagi dan siang. Presentase yang mengalami perasaan

kelelahan kerja rendah pada perawat di unit rawat inap Rumh Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman lebih banyak pada perawat

dengan shift kerja pagi dibandingkan perawat dengan shift kerja siang dan

malam. Dalam penelitian ini didapat hasil uji statistik menggunakan uji chi-

square mengenai hubungan shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja,

menunjukkan nilai p-value 0,000 (≤ 0,05) sehingga ada hubungan antara

shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat di unit rawat inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman.


50

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang

bekerja pada shift malam mengalami kelelahan kerja tinggi lebih banyak

dengan presentase 81,3% apabila dibandingkan dengan perawat yang

bekerja pada shift pagi dengan presentase 10,3% dan shift siang dengan

presentase 40% hal ini dikarenakan shift malam mempunyai durasi kerja

yang lebih lama yaitu selama 10 jam (21.00-07.00 WIB) dibandingkan

denga shift pagi yaitu selama 7 jam (07.00-14.00 WIB) dan shift siang yaitu

selama 7 jam (14.00-21.00 WIB). Menurut Tarwaka dan Bakri (2004)

bahwa di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimal 8

jam kerja dan sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan

menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Menurut Suma’mur (2009) bila periode rotasi shift

kerja semakin panjang, sifat pekerjaan monoton dan kondisi psikologis yang

kurang baik maka hal-hal tersebut akan semakin memperberat kelelahan

yang dialami oleh tenaga kerja.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan

terhadap perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping diperoleh bahwa gejala kelelahan pekerja merasa ingin berbaring,

sering menguap lebih sering dirasakan gejala tersebut termasuk dalam gejala

pelemahan motivasi, gejala ini muncul disebabkan perawat hanya memiliki

waktu istirahat saat waktu senggang, pada waktu senggang tersebut

dimanfaatkan oleh perawat untuk beribadah, makan atau minum saja, beban
51

kerja yang dirasakan setiap ruangan berbeda-beda karena kondiri pasien

yang ditangani berbeda. Meskipun aktivitas yang dilakukan tidak sebanyak

saat shift pagi namun perawat harus menahan rasa mengantuk karena harus

siaga, sehingga hal tersebut mengganggu pola tidur perawat, sehingga

perawat mengganti tidurnya di pagi atau siang hari. Diketahui bahwa waktu

tidur di siang hari tidak seefektif saat malam hari, dimana pagi dan siang

hari seharusnya dilakukan untuk beraktivitas seperti bekerja, mengurus

rumah tangga dan bersosial dengan masyarakat ataupun dengan teman-

temannya. Pada shift malam hanya ada 3-4 perawat yang berjaga

dibandingkan dengan shift pagi yang mencapai 5-6 dan siang 4-5 perawat.

Perawat dituntut untuk memberikan tindakan asuhan keperawatan yang baik

untuk pasien serta selalu siaga dalam mengawasi pasien. Perawat yang

bekerja di malam hari sangat mudah lelah karena waktu yang seharusnya

digunakan untuk tidur dan istirahat, justru digunakan untuk bekerja dan hal

ini sangat bertentangan dengan irama sirkadian tubuh. Tidak jarang perawat

harus berjaga hingga selesai shift malam pada saat kondisi pasien darurat

atau adanya pasien baru dan kegiatan rutinitas mengecek pasien. Hal

inisesuai dengan pendapat Nurmianto

Secara teoritis menurut Suma’mur (2009) bahwa lamanya seseorang

bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10 jam. Sisannya

dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat,

tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama

kerja tersebut biasanya tidak disertaiefisiensi, efektivitas dan produktivitas


52

kerja yang optimal,bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil

kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul

kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit

dan kecelakaan serta ketidakpuasan kerja. Kerja shift memberikan dampak

terhadap kesehatan, psikososial, kinerja dan fisiologis. Secara fisiologis,

dampak dari kerja shift dapat diukur dari menurunnya kapasitas kerja fisik,

penurunan nafsu makan dan kualitas tidur yang terganggu. Sudah dipercaya

bahwa sebagian besar dari pekerjaan yang bekerja pada shift malam

memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja

dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal. Para pekerja shift

terutama yang bekerja dimalam hari, dapat terkena beberapa permasalahan

kesehatan. Permasalahan kesehatan ini antara lain : gangguan tidur,

kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan

gastrointestinal. Segala gangguan kesehatan tersebut, ditambah dengan

tekanan stress yang besar dapat secara otomatis meningkatkan resiko

terjadinya kecelakaan pada para pekerja shift malam (Nurmianto, 2005).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Astuti, dkk (2017) yang

dilakukan pada perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

menunjukkan bahwa hasil uji statistik didapat nilai p-value 0,036 (≤ 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara shift kerja dengan

kelelahan kerja pada perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang,

pekerja shift malam mengalami kelelahan lebih banyak yaitu 92,9%

dibandingkan dengan perawat yang bekerja pada shift pagi 71,4%dan shift
53

siang sebanyak 50%. Hal ini dikarenakan perawat harus berjaga selama shift

malam karena kondisi pasien yang belum kooperatif. Penelitian ini

didukung oleh penelitian dari Aini (2019) yang dilakukan pada perawat

rawat inap di RS Herna Pekerja Indonesia menunjukkan bahwa tingkat

kelelahan dalam kategori lelah pada shift pagi sebanyak 7 orang (36,8%),

shift sore sebanyak 6 orang (31,6%) dan shift malam 14 orang (73,3%).

Pada hasil uji chi-square antara shift kerja dengan kelelahan dapat diketahui

nilai pearson chi-square diperoleh p-value 0,016 (≤ 0,05) yaitu H0 ditolak

dan Ha diterima artinya ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan

pada perawat rawat inap di RS Herna Pekerja Indonesia.

Perawat di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Kabupaten Sleman yang setiap harinya bekerja dengan masa kerja

yang semakin hari semakin bertambah lama dan sistem shift baik shift pagi,

siang ataupun malam yang memungkinkan perawat terjaga hingga selesai

shift malam untuk memberikan tindakan asuhan keperawatan yang baik

untuk pasien serta selalu siaga dalam mengawasi pasien. Kondisi tersebut

dapat mengancam keselamatan dan kesehatannya. Sehingga perlunya

berupaya agar terhindar dari bahaya selamatan dan kesehatan kerja seperti

kelelahan kerja dengan rutin menerapkan pola hidup sehat, istirahat yang

cukup, memperbaiki pola tidur, menyempatkan waktu untuk berolahraga

setiap harinya, mengonsumsi makanan bergizi dan perbanyak mengonsumsi

air putih.
54

Menurut Q.S An-Naba’ ayat 9 yang berbunyi :

(٩) ‫س َبات ً ۙا‬


ُ ‫َّو َج َع ْلنَا ن َْو َم ُك ْم‬
Terjemah :

“Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,”

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT menganjurkan untuk

menjadikan tidurmu untuk istirahat dari kepenatan bekerja di siang hari

sehingga kamu bisa kembali bekerja esok hari dengan tenaga baru. Allah

menjadikan tidur pada malam hari untuk beristirahat dari kesibukan

pekerjaan pada siang hari, agar menghasilkan berbagai mata pencaharian.

Dengan istirahat waktu tidur itu, manusia dapat mengembalikan daya dan

kekuatan untuk melangsungkan pekerjaan pada keesokan harinya.

Seandainya tidak diselingi oleh istirahat tidur tentu kekuatan siapa pun akan

merosot sehingga tidak dapat melangsungkan tugas sehari-hari (Qur’an

Kemenag, 2019)
55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dulakukan pada perawat di unit rawat

inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tidak hubungan antara masa kerja dengan perasaan kelelahan pada perawat di

unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman.

2. Ada hubungan antara shift kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat

di unit rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten

Sleman.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan peneliti berdasarkan hasil penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

a. Mengadakan kegiatan rutin olahraga atau senam untuk pegawaimsebagai

upaya mengurangi ketegangan pikiran ketika bekerja.

b. Memberikan penyuluhan terkait kelelahan kerja seperti gejala, faktor

penyebab, dampak dan pencegahannya.

c. Menjadwalkan rotasi shift kerja setiap satu minggu atau dua minggu agar

ritme sirkadian tubuh dapat beradaptasi.


56

2. Bagi Perawat

a. Melakukan pengaturan waktu istirahat baik sebelum bekerja maupun setelah

bekerja untuk menjaga kondisi fisik dan mental yang mengalami kelelahan

maupun yang tidak mengalami kelelahan, terutama yang bekerja pada shift

malam.

b. Meluangkan waktu untuk melakukan olahraga 2-3 menit setiap harinya

seperti menggerak-gerakkan badan atau relaksi otot-otot tubuh baik sebelum

memulai aktivitas maupun setelah melakukan aktivitas.

c. Memanfaatkan waktu istirahat disela-sela merawat pasien dengan sebaik

mungkin.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya melakukan penelitian hubungan kelelahan kerja dengan

faktor-faktor lainnya seperti, durasi tidur, jarak tempat tinggal.


57

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2019. Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di
Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Herna Medan Tahun 2018. Jurnal
Jumantik, Institut Kesehatan Helvetia Medan. Vol. 4, No. 1, Hal 49-51.
Ardiyanti, N., Ida, W., Suroto., dan Siswi, J. 2017. Hubungan Beban Kerja Mental
Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Keperawatan Dan Tenaga
Kebidanan Di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Universitas Dipinegoro. Volume 5, Nomor 5, Hal 268-270.
Astuti, F.W., Ekawati., dan Ida, W. 2017. Hubungan Antara Faktor Individu,
Beban Kerja Dan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di
Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro. Volume 5, Nomor 5, Hal 165-168, 170.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No.
13Tahun 2003 tentang Ketenagakerjan. Hal 53-55.
Fish, D. 2002. The Impact of Shift Work, Australia: Health Service. Hal 9-20.
Gibson. 2009. Pengaruh Masa Kerja. Jakarta: Erlangga. Hal 48-50.
Hartoyo, E., Sholihah, Q., Fauzia, R., dan Rachmah, D. N. 2015. Sarapan Pagi
dan Produktivitas. Universitas Brawijaya Press. Hal 82.
International Labour Organization. 2018. Bulan K3 Nasional: www.ilo.org .
Diambil pada tanggal 27 Maret 2019. Yogyakarta.
Karlingger, F.N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM. Hal
188.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal 5.
Kuswana, W.S. 2017. Ergonomi dan K3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal
236-238.
Kuswana, W. 2015. Mencegah Kecelakaan Kerja. Bandung: Rosda. Hal. 155.
Kuswadji, S. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja shift. Jakarta: Majalah Cermin
Dunia Kedokteran No. 16. Hal 42.
Mallpiang, F., Syamsul, A., dan Andi, A.S. 2016. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat IGD Di RSUD Haji Makassar
Tahun 2014. Punblic Health Science Journal. UIN Alauddin Makassar.
Volume 8, Nomor 1, Hal 44-45.
Maurist, L.S., dan Widodo, I.D. 2008. Faktor dan Penjadualan shift Kerja Pada
Karyawan. Jurnal Teknoin. Vol. 13, No. 2, Hal 11-22.
Melati. 2013. Manajemen. Edisi Sepuluh. Jakarta: Erlangga. Hal 47.
58

Noor, J. 2017. Metodologi Penelitian : Skripsi, Thesis, Disertasi dan Karya


Ilmiah. Jakarta: Kencana. Hal. 156
Nurmianto, E. 2005. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua,
Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hal 301-306, 311-
312.
Nurmianto, E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua,
Cetakan Ke-2, Institut Teknologi Sepuluh November. Hal 264-268, 301-
312.
Pramitasari, R.M. 2016. Pengaruh Masa Kerja Dan Shift Kerja Terhadap
Kelelahan Kerja Pada Perawat Inap Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah
Surakarta. Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal
4, 8.
Purba, S.I.A. 2018. Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat Di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2018.
Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal 37-37, 58-64.
Qur’an Kementrian Agama. 2019. Q.S An-Naba’ ayat 9.
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/78. Diakses pada tanggal 22
September 2019. Hal 78.
Ramli, S. 2013. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 4.
Sedarmayanti. 2017. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju. Hal 64.
Sucipto,C.D. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing. Hal 2-3, 37.
Sugiono, Wisnu, W . P., dan Sylvie, I . K . S. 2018. Ergonomi Untuk Pemula
(Prinsip Dasar & Aplikasinya). Malang: UB Press. Hal 49.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto. Hal 352, 358-363.
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto. Hal. 358.
Sopiyudin, D. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika. Hal. 16-17.
Susetyo, J. 2012. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Karyawan dengan
Metode Bourdon Wiersma dan 30 Item of Rating Scale. Jurnal Teknologi,
Fakultas Teknologi Industri Akprind Yogyakarta. Vol. 5, No. 1, Hal 10.
Tarwaka, S.H.A., dan Bakri, L.S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Hal 317.
59

Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi Dan


Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Hal 363-39.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 77 ayat (1) dan (2). Tentang
Ketenagakerjaan.
Wiyarso, J. 2018. Hubungan Antara Shift Kerja Dan Beban Kerja Dengan
Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Yeheskiel Dan
Hana Di Rumah Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol 7 No. 5,
Hal 3-4.
LAMPIRAN

60
61

Lampiran 1. Informed Consent

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Masa Kerja dan Shift Kerja dengan
Perasaan Kelelahan Kerja pada Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gamping Kabupaten Sleman”

2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek

3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian

4. Bahaya yang akan timbul

5. Prosedur Penelitian

6. Persetujuan perizinan tempat penelitian

7. Hak keamanan dan privasi

Dan prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan


mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh
karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek
penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Tanda Tangan Tanggal
Partisipan
62

Nama saksi:
Tanda Tangan Tanggal
Saksi*

Saya telah menjelaskan penelitian kepada partisipan yang bertandatangan


diatas, dan saya yakin bahwa partisipan tersebut paham tentang tujuan, proses,
dan efek yang mungkin terjadi jika dia ikut terlibat dalam penelitian ini.
Nama peneliti : Dinda Dwi Bestari
Tanda Tangan Tanggal
Peneliti

Nb : semua pihak yang menandatangani formulir persetujuan ini harus memberi


tanggal pada tanda tangannya. *) Dibutuhkan jika diperlukan, seperti pada kasus
buta huruf.
63

Lampiran 2. Lembar Checklist dan Kuesioner Penelitian

LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN MASA KERJA DAN SHIFT KERJA

DAN KUESIONER PERASAAN KELELAHAN KERJA INDUSTRIAL

FATIGUE RESEARCH COMMITTEE (IFRC)

A. Identitas Responden

Petunjuk : Isilah data identitas anda dibawah ini dengan jawaban yang paling

sesuai dengan keadaan yang anda alami dengan sebenar-benarnya dan sesuai

identitas. *) coret yang tidak perlu

1. Nomor Responden : ………………

2. Nama : ........................

3. Usia : ……. Tahun

4. Tingkat Pendidikan : ...........................

5. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki / b. Perempuan

6. Durasi Tidur (dalam satu hari) : a. < 7 jam / b. ≥ 7 jam

B. Masa Kerja

Petunjuk : Berilah tanda (√) pada jawaban yang Saudara / Saudari anggap
paling tepat.

Masa Kerja : 1. < 6 tahun

: 2. 6 – 10 tahun

: 3. > 10 tahun
64

C. Shift Kerja

Petunjuk : Berilah tanda (√) pada jawaban yang Saudara / Saudari anggap
paling tepat.

Shift Kerja : 1. Pagi

: 2. Siang

: 3. Malam

D. Perasaan Kelelahan Kerja

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban (Sering

sekali/Sering/Kadang-kadang/Tidak Pernah). Dimohon semua butir pertanyaan

yang ada harus dijawab dan tidak ada yang terlewatkan. Isilah pertanyaan

berikut sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaan Anda dan bukan

berdasarkan pendapat orang lain atau pendapat umum.

Keterangan :

Alternatif Jawaban Keterangan


SS (Sering Sekali) Jika hampir setiap hari terasa dalam satu minggu
S (Sering) 3 sampai 4 hari terasa dalam satu minggu
KK (Kadang-Kadang) 1 sampai 2 hari terasa dalam satu minggu
TP (Tidak Pernah) Tidak pernah terasa dalam satu minggu

SS S KK TP
No Daftar Pertanyaan
(3) (2) (1) (0)
1 Apakah saudara ada perasaan berat di kepala ?
2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan?
3 Apakah saudara merasa berat di kaki ?
4 Apakah saudara sering menguap pada saat bekerja ?
5 Apakah pikiran saudara kacau pada saat bekerja ?
6 Apakah saudara merasa mengantuk ?
7 Apakah saudara merasa ada beban pada bagian mata ?
8 Apakah gerakan saudara terasa canggung dan kaku ?
9 Apakah saudara merasakan pada saat berdiri tidak stabil ?
65

10 Apakah saudara merasa ingin berbaring ?


11 Apakah suadara merasa susah berfikir ?
12 Apakah saudara merasa malas untuk berbicara ?
13 Apakah saudara merasa gugup ?
14 Apakah saudara merasa tidak dapat berkonsentrasi ?
15 Apakah saudara merasa sulit memusatkan perhatian ?
16 Apakah saudara merasa mudah melupakan sesuatu ?
17 Apakah saudara merasakan kepercayaan diri berkurang ?
18 Apakah saudara merasa cemas ?
19 Apakah saudara merasa sulit untuk mengontrol emosi ?
20 Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan ?
21 Apakah saudara merasakan sakit di bagian kepala ?
22 Apakah saudara merasakan kaku di bagian bahu ?
23 Apakah saudara merasakan nyeri di bagian punggung ?
24 Apakah saudara merasa sesak nafas ?
25 Apakah saudara merasa haus ?
26 Apakah suara saudara terasa serak ?
27 Apakah saudara merasa pening ?
28 Apakah saudara merasa ada yang mengganjal di kelopak mata ?
29 apakah anggota badan saudara terasa gemetar ?
30 apakah saudara merasa kurang sehat ?
Jumlah Skor pada masing-masing kolom :
Total Skor Kelelahan Individu
Sumber: Tarwaka, 2015

Keterangan :

: Diisi oleh peneliti


66

LAMPIRAN 3

Tabel 9. Klasifikasi Tingkat dan Kategori Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total

Skor Individu

Total Skor Tingkat Kategori Tindakan Perbaikan


Individu Kelelahan Kelelahan

0 – 21 0 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan


perbaikan

22 – 44 1 Sedang Mungkin diperlukan tindakan


dikemudian hari

45 – 67 2 Tinggi Diperlukan tindakan segera

68 – 90 3 Sangat Diperlukan tindakan menyeluruh


Tinggi

Sumber: Tarwaka, 2015

Anda mungkin juga menyukai