Anda di halaman 1dari 61

PERBEDAAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK

PEKERJAAN TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA


BIDAN DAN PERAWAT DI RSIA KENARI GRAHA
MEDIKA CILEUNGSI TAHUN 2019

SKRIPSI

DEVI INTAN SILVIA


17717003

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES MITRA RIA HUSADA
JAKARTA
2019
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Devi Intan Silvia


NIM : 17717003
Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang
berjudul Perbedaan Karakteristik Individu dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap
Keluhan Low Back Pain pada Bidan dan Perawat di RSIA Kenari Graha Medika
Cileungsi Bogor Tahun 2019.
Apabila suatu hari nanti saya terbukti melakukan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Cibubur, 27 Mei 2019

Devi Intan Silvia

ii
STIKes Mitra RIA Husada
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Devi Intan Silvia
NIM : 17717003
Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat (Ekstensi)
Judul Proposal : Perbedaan Karakteristik Individu dan Karakteristik
Pekerjaan Terhadap Keluhan Low Back Pain
berdasarkan pada Bidan Perawat di RSIA Kenari
Graha Medika Cileungsi Tahun 2019

Telah Siap Diujikan di hadapan Dewan Penguji sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Mitra RIA Husada.

Pembimbing

Nur Aini, S.SiT,M.KKK

Ditetapkan di : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra RIA Husada


Tanggal :

iii
STIKes Mitra RIA Husada
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes
Mitra RIA Husada. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr H. Hakim Sorimuda Pohan, Sp.OG sebagai Ketua STIKes Mitra Ria Husada
2. Imelda Diana Marsilia,. SST.,S.KM.,M.Keb sebagai wakil Ketua I STIKes
Mitra RIA Husada
3. Dra. Ninin Nirawati., Med.PA sebagai Wakil Ketua II STIKes Mitra RIA
Husada
4. Emilia, S.SiT, M.KM sebagai Wakil Ketua III STIKes Mitra RIA Husada
5. Dr H. Kusdinar Achmad, MPH sebagai Kepala Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat
6. Nur Aini, S.SiT, M.KKK selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi
ini
7. Pihak RSIA Kenari Graha Medika yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan
8. Keluarga yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan moril
serta materil, menjadi jalan dari segala kebaikan.
9. Teman-teman seperjuangan S1 Kesmas Ekstensi angkatan 16 yang telah
berjuang bersama, saling memberikan dukungan dan semangat untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini
10. Serta untuk sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
do’a, pengertian, dukungan dan semangat bagi peneliti dalam membuat skripsi
ini

iv
STIKes Mitra RIA Husada
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap Allah berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi semua. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 27 Mei 2019

Penulis

v
STIKes Mitra RIA Husada
ABSTRAK

Devi Intan Silvia


S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan K3
STIKes Mitra RIA Husada
Perbedaan Karakteristik Individu Dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Keluhan Low Back
Pain Pada Bidan Perawat Di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Tahun 2019
Email: delviradevi@gmail.com

Low back pain merupakan masalah kesehatan dunia yang dapat menyebabkan pembatasan aktivitas
dan juga ketidakhadiran kerja. Berdasarkan data studi pendahuluan 60% bidan dan perawat di RSIA
Kenari Graha Medika mengalami keluhan low back pain. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan keluhan low back pain berdasarkan faktor postur kerja, masa kerja, IMT,
serta riwayat penyakit pada bidan dan perawat di RSIA Kenari. Jenis penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah bidan perawat dengan
jumlah sampel 53 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner Nordic Body Map,
lembar REBA. Analisis data digunakan dengan uji chi square dengan α=0,05. Hasil penelitian
adalah terdapat perbedaan antara postur kerja (p=0,03), masa kerja (p=0,01), IMT (p=0,02) terhadap
keluhan low back pain. Variabel yang tidak berhubungan adalah riwayat penyakit (p=0,32).
Kesimpulan sebagian besar bidan dan perawat mengalami keluhan low back pain, terdapat
perbedaan antara posisi kerja, masa kerja, serta IMT terhadap keluhan low back pain. Saran untuk
perusahaan mengadakan pelatihan postur kerja ergonomi, menyediakan brankar dan tempat tidur
yang ketinggiannya dapat disesuaikan, olahraga bersama. Bidan dan perawat sebaiknya mengatur
pola makan teratur serta melakukan medical chek-up secara rutin.

Kata Kunci: Low Back Pain, Nordic Body Map, REBA, Bidan, Perawat

vi
STIKes Mitra RIA Husada
ABSTRACT

Devi Intan Silvia


Bachelor of Public Health Specialization Safety & Health
Differences in Individual Characteristics and Job Characteristics of Low Back Pain Complaints
on Nurse Midwives in RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi 2019
Email : delviradevi@gmail.com

Low back pain is a world health problem that can cause activity restrictions and also work
absenteeism. Based on preliminary study data 60% of midwives and nurses in RSIA Kenari Graha
Medika experienced low back pain complaints. The purpose of this study was to determine the
differences in complaints of low back pain based on factors of work posture, working period, BMI,
and hospital chart of the nurse and midwife at RSIA. Quantitative research with approach cross
sectional. The population in the study was nurse midwives with a total of 53 people. The instrument
used is NBM, REBA. Data analysis used chi square with α=0,05. The result of the study was that
there was a difference between work posture (p = 0.03), work period (p = 0.01), BMI (p = 0.02) for
complaints of low back pain. Unrelated variables are hospital chart (p = 0.32). Conclusion most
midwives and nurses have complaints of low back pain, there is a difference between work position,
employment, and BMI against low back pain complaints. Advice for companies to conduct
ergonomics training work, provide a brankar and bed with adjustable height, joint exercise.
Midwives and nurses should arrange regular eating patterns and conduct medical chek-ups on a
regular basis.

Keywords: Low Back Pain, Nordic Body Map, REBA, Midwife, Nurse

vii
STIKes Mitra RIA Husada
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 4
1.5 Manfaat Hasil Penelitian ............................................................................... 4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................5


2.1 Low Back Pain............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi.................................................................................................... 5
2.1.2 Etiologi.................................................................................................... 6
2.1.3 Klasifikasi ............................................................................................... 6
2.1.4 Tanda dan Gejala .................................................................................... 6
2.1.5 Diagnosis ................................................................................................ 7
2.2 Faktor Risiko Low Back Pain ...................................................................... 10
2.2.1 Faktor individu ...................................................................................... 10
2.2.2 Faktor pekerjaan ................................................................................... 13
2.2.3 Faktor lingkungan fisik ......................................................................... 16
2.3 Metode Penilaian resiko Ergonomi ............................................................. 17
2.3.1 Kuesioner Low Back Pain dengan Nordic Body Map (NBM)............. 17
2.3.2 Pengukuran Rapid Entire Body Assessment (REBA) .......................... 18
2.4 Alasan Memilih Metode REBA .................................................................. 26
2.5 Penanganan LBP ......................................................................................... 27
2.6 Kerangka Teori Penelitian ........................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP ........................................................................30


3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 30
3.2 Definisi Operasional .................................................................................... 31
3.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 32

BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................33


4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 33
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 33
viii
STIKes Mitra RIA Husada
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 33
4.3.1 Populasi................................................................................................. 33
4.3.2 Sampel .................................................................................................. 33
4.4 Pengumpulan Data ...................................................................................... 33
4.5 Cara Pengumpulan Data .............................................................................. 34
4.6 Pengolahan Data .......................................................................................... 34
4.7 Analisa Data ................................................................................................ 35
4.7.1 Analisis Univariat ................................................................................. 35
4.7.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 35

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................36


5.1 Univariat ......................................................................................................36
5.2 Bivariat ........................................................................................................37

BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................39
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................39

BAB VII KESIMPULAN ....................................................................................45


7.1 Kesimpulan ..................................................................................................45
7.2 Saran ............................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47


LAMPIRAN

ix
STIKes Mitra RIA Husada
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tes Lassegue ....................................................................................... 9


Gambar 2.2 Tes Patrick ........................................................................................... 9
Gambar 2.3 REBA ................................................................................................ 24
Gambar 2.4 Kerangka Teori .................................................................................. 27
Gambar 2.5 Kerangka Konsep .............................................................................. 28
Gambar 6.1 Teknik Manual Handling yang Benar ............................................... 40
Gambar 6.2 Posisi yang Janggal Saat Memindahkan Paisen ................................ 41

x
STIKes Mitra RIA Husada
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ilustrasi Posisi Leher Dan Skoring ....................................................... 17


Tabel 2.2 Ilustrasi Posisi Punggung dan Skoring ................................................. 18
Tabel 2.3 Ilustrasi Posisi Kaki dan Skoring .......................................................... 18
Tabel 2.4 Iustrasi Posisi Lengan dan Skoring ....................................................... 19
Tabel 2.5 Ilustrasi Posisi Lengan Bawah dan Skoring.......................................... 20
Tabel 2.6 Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan dan Skoring ................................. 21
Tabel 2.7 Skor Awal Group A .............................................................................. 22
Tabel 2.8 Skor Awal untuk Group B .................................................................... 22
Tabel 2.9 Skor C terhadap Group A dan B ........................................................... 23
Tabel 2.10 Tingkatan Hasil Rapid Entire Body Assasment (REBA) ................... 24
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 29
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Keluhan Low Back Pain, Postur Kerja, Masa
Kerja, IMT, serta Riwayat Penyakit pada Bidan Perawat .................... 36
Tabel 5.2 Perbedaan Keluhan Low Back Pain Berdasarkan Postur Kerja, Masa
Kerja, IMT, serta Riwayat Penyakit pada Bidan Perawat .................... 37

xi
STIKes Mitra RIA Husada
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Low back pain merupakan masalah kesehatan dunia yang dapat
1
menyebabkan pembatasan aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja .
Berdasarkan laporan ILO orang dewasa di Amerika pernah mengalami low back
pain yang berdampak pada besarnya biaya pengobatan dan kehilangan jam
kerja 2. Low back pain merupakan salah satu keluhan yang dapat membuat
seseorang sering berobat ke dokter sehingga memberi dampak buruk bagi
kondisi sosial-ekonomi dengan berkurangnya hari kerja juga penurunan
produktivitas 3. Low back pain memang tidak menyebabkan kematian, namun
menyebabkan individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif dan
menyebabkan kecacatan (disabilitas) 4.
Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study (GBD 2010),
LBP merupakan penyumbang terbesar kecacatan global serta menduduki
peringkat yang keenam dari total beban secara keseluruhan 1. Prevalensi low
back pain menurut Occupational Health adalah sebanyak 60–80% 5. Low back
pain banyak dikeluhkan oleh tenaga kesehatan dengan besar prevalensi selama
satu tahun di negara barat 36,2–57,9%, sedangkan di negara Asia adalah 36,8–
69,7% 6. Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18% penyebab LBP sebagian
besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa
cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot 7. Hasil penelitian Meilani
prevalensi LBP total yang timbul sebelum dan juga sesudah masuk di
lingkungan kerja anestesiologi dan terapi intensif pada perawat di RS Dr. Hasan
Sadikin Bandung adalah sebesar 79,5% 4. Berdasarkan studi pendahuluan di RS
Graha medika kenari dari 10 orang yang diwawancara sebanyak 60%
mengalami keluhan low back pain.
Kejadian low back paint dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor antara
lain adalah postur kerja, masa kerja, indeks masa tubuh (IMT) serta riwayat
penyakit 8. Berdasarkan hasil studi Theodora faktor yang dapat menyebabkan
kejadian low back pain pada tenaga kesehatan dinegara Afrika adalah postur

1
STIKes Mitra RIA Husada
2

kerja, ada hubungan yang signifikan antara posisi kerja dengan LBP 9.
Kemudian hasil studi lainnya di RSUD Kerinci pada perawat menyebutkan
bahwa ada hubungan antara posisi kerja terhadap kejadian low back pain 10.
Faktor selanjutnya adalah faktor masa kerja, berdasarkan penelitian
Fathoni pada perawat RSUD Pubalingga bahwa terdapat hubungan yang
11
signifikan antara masa kerja dengan keluhan low back pain . Menurut
penelitian sulaeman menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan
keluhan LBP 12.
Faktor lainnya yaitu indeks masa tubuh (IMT), Berdasarkan penelitian
di Srilanka dan Australia ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan
13,14
kejadian low back pain . Sedangkan menurut penelitian di RSUD Dr
Moewardi Surakarta didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara indeks masa
15
tubuh dengan kejadian low back pain . Berdasarkan penelitian Berlin selain
yang disebutkan diatas riwayat penyakit merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keluhan low back pain,menurut penelitiannya terdapat
hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan keluhan low back
pain 16.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kenari Graha Medika merupakan
rumah sakit tipe C yang menyediakan pelayanan kesehatan terintegrasi khusus
untuk wanita dan anak-anak. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit
ini antara lain pelayanan kebidanan dan keperawatan, sebagaimana yang
ditugaskan kepada bidan dan perawat. Keluhan low back pain pada bidan dan
perawat dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja, berdampak
negatif pada pasien, dan mengurangi penilaian terhadap layanan kesehatan yang
diberikan. Berdasarkan survei pendahuluan didapatkan sebanyak 6 dari 10
orang bidan perawat mengalami keluhan low back pain. Keluhan low back pain
yang di rasakan bidan dan perawat umumnya disebabkan karena banyaknya
kegiatan yang harus dilakukan seperti mengangkat pasien, memandikan pasien,
mendorong peralatan kesehatan, mendorong blangkar pasien, memidahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi dan sebagainya.

STIKes Mitra RIA Husada


3

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut


mengenai perbedaan postur kerja, masa kerja, IMT, serta riwayat penyakit
terhadap keluhan low back pain pada bidan dan perawat di RSIA Kenari Graha
Medika Cileungsi Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Keluhan low back pain pada bidan dan perawat dapat berdampak pada
penurunan produktivitas kerja, berdampak negatif pada pasien, dan
mengurangi penilaian terhadap layanan kesehatan yang diberikan.
Berdasarkan studi pendahuluan bidan dan perawat di RSIA Kenari Graha
Medika mengalami keluhan low back pain sebanyak 6 dari 10 orang yang
diwawancarai. Oleh karena belum pernah ada penelitian sebelumnya
mengenai kasus keluhan low back pain di RSIA Kenari maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian pada bidan dan perawat di RSIA Kenari Graha
Medika tahun 2019.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana distribusi frekuensi bidan dan perawat yang mengalami
keluhan low back pain di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor
tahun 2019?
2. Berapa persen postur kerja, masa kerja, IMT, serta riwayat penyakit
pada bidan dan perawat di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor
tahun 2019?
3. Apakah ada perbedaan faktor postur kerja, masa kerja, IMT, serta
riwayat penyakit terhadap keluhan low back pain pada bidan dan
perawat di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor tahun 2019?

STIKes Mitra RIA Husada


4

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui persentase keluhan low back pain dan dibuktikannya adanya
perbedaan keluhan low back pain berdasarkan faktor postur kerja, masa kerja,
IMT, serta riwayat penyakit pada bidan perawat di RSIA Kenari Graha
Medika Cileungsi Bogor tahun 2019.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui persentase bidan dan perawat yang mengalami keluhan low
back pain di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor tahun 2019.
2. Diketahui persentase postur kerja, masa kerja, IMT, serta riwayat
penyakit pada bidan dan perawat di RSIA Kenari Graha Medika
Cileungsi Bogor tahun 2019.
3. Dibuktikannya perbedaan keluhan low back pain berdasarkan postur
kerja, masa kerja, IMT, serta riwayat penyakit pada bidan dan perawat
di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi Bogor tahun 2019.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu membuat
kebijakan pada pihak terkait sehingga dapat menurunkan angka kejadian
keluhan low back pain guna meningkatkan produktivitas kerja.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2019 adapun
lokasinya di RSIA Kenari Graha Medika. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa beberapa faktor penyebab low back pain pada bidan perawat di
RSIA Kenari Graha Medika tahun 2019. Penelitian bersifat kuantitatif dengan
desain cross sectional. Sampel penelitian seluruh bidan perawat yang bekerja
di RSIA Kenari Graha Medika yang berjumlah 53 orang. Data-data yang
dikumpulkann berasal dari data primer yang diperoleh dan dikumpulkan dari
responden berupa kuesioner Nordic Body Map dan observasi dengan lembar
REBA Analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square .

STIKes Mitra RIA Husada


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Low Back Pain


2.1.1 Definisi
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah salah satu masalah
kesehatan yang umum dijumpai dalam masyarakat industri. Kondisi yang
tidak mengenakan atau nyeri kronik minimal keluhan 3 bulan disertai
adanya keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan
17
pergerakan atau mobilisasi .
Low Back Pain bukan merupakan penyakit tersendiri. Low Back Pain
merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa terdapat sesuatu
yang salah. Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan
yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat
terasa panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
Nyeri menjadi suatu masalah bila nyeri mempengaruhi kita dalam menjalani
hidup. Hal ini bisa terjadi karena nyeri berlangsung dalam waktu lama atau
menjadi kronik. Nyeri juga dideskripsikan dalam hal berapa lama nyeri itu
berlangsung. Nyeri akut atau singkat merupakan nyeri yang terjadi selama
lebih dari 2 bulan 18.
Low Back Pain merupakan nyeri yang dirasakan di punggung bagian
bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit
namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang
terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini dapat
berupa nyeri lokal, nyeri radikuler ataupun keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga kearah tungkai dan
kaki 19.

5
STIKes Mitra RIA Husada
6

2.1.2 Etiologi
Etiologi low back pain bermacam-macam, yang paling banyak adalah
penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan
nyeri rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitourinaria
atau sistem kardiovaskular. Proses infeksi, neoplasma dan inflasi daerah
panggul dapat juga menimbulkan LBP. Low back pain yang disebabkan
sistem neuromuskuloskeletal dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu otot,
diskus intervertebralis, sendi apofiseal, anterior sakroiliaka, kompresi saraf,
metabolik, psikogenik dan umur 18.

2.1.3 Klasifikasi
Menurut George Erlich nyeri dibedakan menurut waktu terjadinya,
yaitu : pertama nyeri Akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba.
Seorang tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap gerak bagian
punggung yang terkena bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8
minggu. Kedua nyeri kronis yang terus menerus dan tidak berkurang
meskipun pikiran bisa teralihkan dengan sesuatu yang penting. Nyeri
biasanya dalam beberapa hari tetapi kadang membutuhkan waktu selama satu
atau bahkan beberapa minggu. Kadang nyeri berulang tetapi untuk
kekambuhan ditimbulkan oleh aktivitas fisik yang sepele 2.
Menurut Internasional Association for the Study of Pain membagi
low back pain ke dalam : pertama Low Back Pain akut, telah dirasakan kurang
dari 3 bulan, Kedua Low Back Pain kronik, telah dirasakan lebih dari 3 bulan
dan yang ke tiga adalah Low Back Pain subakut telah dirasakan minimal 5.

2.1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Dachlan pada umumnya keluhan low back pain sangat
beragam, tergantung dari patofisiologi, perubahan biokimia atau biomekanik
dalam discus intervertebralis. Pola patofisiologi yang serupa dapat
menyebabkan sindrom yang berbeda dari masing-masing orang. Sindrom
nyeri muskuloskeletal yang dapat menyebabkan low back pain termasuk
sindrom miofasial dan fibromialgia. Nyeri miofasial khas ditandai oleh nyeri
yang menekan ke seluruh daerah yang bersangkutahn (trigger points),

STIKes Mitra RIA Husada


7

kehilangan ruang gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of range of


motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri
sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Fibromialgia
mengakibatkan nyeri yang menekan ke daerah punggung bawah, kekakuan,
rasa lelah, dan nyeri otot 19 .
Tanda dan gejala dari low back pain menurut Ratini (2015) antara lain
yakni: Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang
ekor. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah
terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat
lainnya. Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah,
terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama. Nyeri punggung
menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan kaki.serta
Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di
punggung bawah 20.

2.1.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis perlu diketahui beberapa hal sebagai berikut :
1) Awitan
Penyebab terjadinya low back pain yang mendadak adalah adanya
posisi mekanis yang merugikan. Adanya penyebab mekanis ini
dapat menimbulkan terjadinya robekan otot, peregangan fasia atau
iritasi permukaan sendi.
2) Lama dan frekuensi serangan
Low back pain yang diakibatkan oleh sebab mekanik berlangsung
beberapa hari sampai beberapa bulan.
3) Lokasi dan penyebaran low back pain akibat gangguan mekanis
terutama terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke
tungkai bawah mengarah keiritasi akar saraf.
4) Faktor yang memperberat dan memperingan keluhan. Pada lesi
mekanis keluhan berkurang ketika beristirahat dan bertambah ketika
beraktivitas.

STIKes Mitra RIA Husada


8

5) Kualitas atau intensitas


Harus dibedakan mana yang lebih dominan antara low back pain
dengan nyeri tungkai. Dominasi nyeri pada tungkai menunjukkan
adanya radikulopati. Bila low back pain lebih dominan dari pada
nyeri tungkai biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi
radiks. Gejala low back pain yang sudah lama dan intermiten dengan
diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu
low back pain yang terjadinya secara mekanis 21.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana
yang membuat nyeri dan juga bentuk columna vertebralis, 27
berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai
hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral 21.
2) Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan
adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis yang rendah.
Kadangkadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan
jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil
melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat
diraba adanya ketidak-rataan pada palpasi di tempat/level yang
terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis
dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan
fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis 21.
3) Tes Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°)
didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat
sejauh 40° dan sejauh 90° 22.

STIKes Mitra RIA Husada


9

Gambar 2.1 Tes Lassegue

4) Tes Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan
pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi,
abduksi, eksorotasi dan ekstensi 22.

Gambar 2.2 Tes Patrick

c. Pemeriksaan penunjang
1) X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,
dan luka degeneratif pada spinal. Gambaran X-ray sekarang sudah jarang
dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir
waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray
merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang
diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya
dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT

STIKes Mitra RIA Husada


10

scan. Foto Xray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan
bila perlu oblique kanan dan kiri 23.
2) Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis
spinal. Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu dengan
menyuntikkan cairan kontras ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray.
Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan
dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal 23.
3) Computed Tomography Scan (CT- scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, 30 spinal, dan
ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi. MRI
dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada
CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek
radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai
dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus
intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung 23.

2.2 Faktor Risiko Low Back Pain


2.2.1 Faktor individu
a. Usia
Dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
hal tersebut mulai terjadi pada saat seseorang berusia 30 tahun dengan
berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut dan
pengurangan cairan. Sehingga akan menyebabkan stabilitas pada tulang dan
22
otot menjadi berkurang . Prevalensi meningkat terus menerus dan
mencapai puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin
bertambahnya usia seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin
meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia
tua 23.

STIKes Mitra RIA Husada


11

Menurut penelitian Ahmad pada tahun 2017 menyebutkan bahwa ada


hubungan antara faktor usia dengan keluhan low back pain sebanyak 83,2
% 24.
b. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah hasil pengukuran yang didapatkan
dari perhitungan berat badan (dalam kilogram) dibandingkan dengan tinggi
badan (dalam meter) kuadrat (CDC 2011). Indeks Masa Tubuh bermanfaat
untuk mengukur presentase lemak tubuh dan memperkirakan berat badan
ideal seseorang. Hasil pengukuran IMT dikategorikan menjadi empat
kategori, yaitu underweight, normal, overweight dan obesitas. Obesitas akan
menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi
seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis.
Kondisi ini kemudian akan menimbulkan kelelahan pada otot
paravertebrata. Hal ini merupakan resiko terjadinya low back pain 25.
Berdasarkan hasil penelitian Purnamasari p = 0,032 atau terdapat
hubungan antara overweight dengan Low Back Pain. Menurutnya
seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Semakin berat
badan bertambah, tulang belakang akan tertekan dalam menerima beban
sehingga menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada struktur tulang
belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko
akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal 26.
c. Merokok
Kebiasaan merokok World Health Organization (WHO) melaporkan
jumlah kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan
menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan
yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang,
khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena
nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya
kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat
terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang 27.

STIKes Mitra RIA Husada


12

Penelitian yang dilakukan Tana melaporkan bahwa dari hubungan


antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan hasil responden
dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low back pain
daripada yang tidak pernah merokok sama sekali 28.
d. Masa kerja
Masa kerja merupakan lamanya seorang bekerja dari pertama masuk
hingga saat dilakukan penelitian. Suatu kurun waktu atau lamanya tenaga
kerja itu bekerja di suatu tempat . Jadi semakin lama masa bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami LBP dikarenakan nyeri punggung merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan
menimbulkan manifestasi klinis 29.
Hal ini didukung oleh penelitian Sulaeman Azizah dimana
berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan nilai p-value 0,014 (p<0,05)
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan
kejadian LBP 12.
e. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit dapat diketahui dengan adanya catatan penyakit


yang diperoleh berdasarkan diagnosa dari dokter. Penting untuk
mengetaahui riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan fisik oleh ahli untuk
menentukan apakah low back pain hanya disebabkan oleh muskuluskeletal,
atau adakah kerusakan saraf atau bahkan kondisi lain yang perlu
mendapatkan perhatian. Postur yang bervariasi dan abnormalitas
kelengkapan tulang belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya low
back pain. Selain itu berbagai penyakit juga menyebabkan LBP seperti
kekakuan dan spasme otot, ostreoprosis, scoliosis, rematik 9.
Menurut penelitian Berlin faktor riwayat penyakit merupakan salah
satu faktor yang menyababkan LBP, hasil penelitiannya diperoleh nilai OR
= 6,40 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang memiliki riwayat low
back pain berisiko 6,4 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back
pain dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat LBP 16.

STIKes Mitra RIA Husada


13

2.2.2 Faktor pekerjaan


a. Beban Kerja
Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima
pekerjaan. Berdasarkan sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang
diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik
maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban
kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja
fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat,
mendorong sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana
tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu
lainnya19.
Jika beban kerja seseorang tidak seimbang serta dalam kurun waktu
yang lama maka akan berdampak pada keluhan low back pain. Hal ini
diperkuat dengan penelitian Risdianti pada tahun 2018, yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain
(LBP) pada kuli panggul perempuan di Pasar Legi Surakarta dengan pvalue
= 0,000 (≤ 0,05) 31.
d. Durasi (Lama kerja)
Durasi terdiri dari durasi singkat jika < 1 jam per hari,durasi sedang
yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Selama
berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari
otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka
akan terjadi kelelahan otot 32. Menurut penelitian Miriam pada tahun 2013,
diperoleh p= 0,024 yang berarti terdapat hubungan lama mengemudi dengan
NPB 33.
e. Postur kerja
Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil
pekerja dalam melakukan pekerjaan. Sikap kerja yang tidak ergonomis
dapat menyebabkan kelelahan dan cedera pada otot. Sikap kerja yang tidak
alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak
menjauhi posisi alamiah. Misalkan saat melakukan pergerakan tangan

STIKes Mitra RIA Husada


14

terangkat, maka semakin jauh bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal 19.
Menurut Keyserlyng terdapat beberapa postur tubuh yang dapat
mempengaruhi terjadinya low back pain yaitu :

a) Sikap tubuh normal : tegak / sedikit membungkuk 00-200 dari garis


vertikal
b) Sikap tubuh fleksi sedang : membungkuk 200-450 dari garis vertikal
c) Sikap tubuh fleksi berlebih : membungkuk > 450 dari garis vertikal
d) Sikap tubuh fleksi ke samping atau berputar : menekuk ke samping
kanan atau kiri atau berputar > 150 dari garis vertikal 30.
Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi
yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang
tidak sesuai pada saat melakukan pekerjaan sehingga dapat menyebabkan
kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisie
sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Yang termasuk dalam posisi
janggal yakni pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,
berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi
statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area
tubuh seperti bahu, punggung, dan lutut karena daerah inilah yang paling
sering mengalami cedera 27.
Sikap kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kelelahan dan
cedera pada otot. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang
menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah.
Misalkan saat melakukan pergerakan tangan terangkat, maka semakin jauh
bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh maka semakin tinggi pula resiko
terjadinya keluhan otot skeletal 19.
Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu:
a) Sikap kerja Duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang
lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan
garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk
pada otot rangka (musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada

STIKes Mitra RIA Husada


15

pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari
nyeri dan cepat lelah 27.
Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat
dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar.
Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat
menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan
meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan
membungkuk kedepan 28.
b) Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering
dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia
akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi
berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju
tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan
tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang
sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga
tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara
anggota bagian atas dengan anggota bagian bawah 3.
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin
akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki
dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu
yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan
bergantian dengan sikap kerja duduk 3.
Waktu berdiri terjadi gerakan torsi adalah gerak putar korpus
vertebra akibat gaya mekanik yang dipengaruhi oleh diskus
intervertebralis 1 sendi faset dan ligamen-ligamen interspinal. Gerak
torsi sering menimbulkan kerusakan diskus yang mempercepat proses
degenerasi diskus. Gerak gesek (shering force) antara korpus vertebra
menimbulkan pembebanan pada faset akan bertambah. Pembebanan

STIKes Mitra RIA Husada


16

asimetris berkaitan dengan postur tubuh saat aktivitas postur yang


seimbang pada waktu berdiri terlalu lama. Akibat lama berdiri
menyebabkan nyeri punggung bawah yang dapat mengganggu
aktivitas serta dapat meningkatkan biaya pengobatan 3.
c) Sikap Keja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan
dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga
kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri
pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dilakukan
secara berulang dan periode yang cukup lama. Pada saat membungkuk
tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan
sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar mengalami
penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk
justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan
menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Bila sikap
kerja ini dilakukan dengan beban pengangkatan yang berat dapat
menimbulkan slipped disk , yaitu rusaknya bagian invertebratal disk
akibat kelebihan beban pengangkatan 11.
2.2.3 Faktor lingkungan fisik
Faktor risiko lingkungan fisik terhadap LBP antara :
a. Getaran
Getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang
menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat
meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri. Getaran berpotensi
menimbulkan keluhan LBP ketika seseoang menghabiskan waktu lebih
banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran
27
.
b. Temperatur
Temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja
sensor tubuh, aliran darah, kekuatan otot, dan keseimbangan. Sedangkan
temperatur yang tinggi dapat menyebabkan pekerja merasa cepat lelah.
Kondisi ini beresiko menimbulkan keluhan low back pain . Apabila hal ini

STIKes Mitra RIA Husada


17

tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang
lancar, suplai oksigen ke otak menurun, proses metabolisme karbohidrat
terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan
nyeri otot. Pada temperatur dibawah 39,2 0 F ( 40 C ), efek penguapan dingin
dapat terjadi dan memperburuk faktor resiko MSDs lain 19.
c. Pencahayaan
Pencahayaan kurang baik dapat menimbulkan stress pada pekerja.
Tingkat stress tinggi akan memicu dan meningkatkan keluhan low back
pain. Selain itu pencahayaan yang kurang akan menimbulkan pekerja
mendekati sumber cahaya sehingga dapat menimbulkan postur janggal
yang beresiko menimbulkan low back pain 30.
d. Kebisingan
Kebisingan yang ada dilingkungan kerja juga bisa mempengaruhi
performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu ketegangan
otot dan meningkatkan nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa
membuat stress pekerja saat berada dilingkungan kerja yang tidak baik 30.

2.3 Metode Penilaian resiko Ergonomi


2.3.1 Kuesioner Low Back Pain dengan Nordic Body Map (NBM)
Nordic Body Map (NBM) merupakan suatu alat ukur ergonomi
sederhana yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan atas
terjadinya gangguan atau cedera pada otot skeletal. Metode ini merupakan
metode penilaian yang sangat subyektif, artinya keberhasilan aplikasi metode
tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat penilaian.
Keluhan pada otot skeletal biasanya merupakan keluhan yang bersifat kronis,
yaitu keluhan ini sering dirasakan berapa lama setelah melakukan aktivitas.
Namun demikian, metode ini telah secara luas digunakan oleh para ahli
ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem
muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reliabelitas yang cukup baik
19
.

STIKes Mitra RIA Husada


18

Dalam aplikasinya, metode Nordic Body Map dengan menggunakan


lembar kerja berupa peta tubuh merupakan cara yang sangat sederhana,
mudah dipahami, murah dan memerlukan waktu yang sangat singkat (±5
menit) per individu. Observer dapat langsung mewawancarai responden
untuk menanyakan bagian tubuh mana yang mengalami nyeri atau sakit
dengan menunjuk gambar bagian tubuh yang tertera pada lembar kerja 19.
2.3.2 Pengukuran Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang
digunakan untuk menilai faktor risiko ergonomi pada seluruh tubuh ketika
bekerja. REBA dikembangkan untuk menilai jenis sikap kerja yang dilakukan
ketika bekerja dengan mengumpulkan data mengenai postur, beban atau
tenaga yang digunakan, pergerakan dan pengulangannya. Penilaian REBA
meliputi semua bagian tubuh yaitu leher, punggung, kaki, bahu, siku, dan
pergelangan tangan 19.
Penilaian faktor resiko ergonomi dengan metode REBA dapat melalui
tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan Observasi aktivitas pekerjaan
Observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kamera
atau video. Observasi ini meliputi cara kerja, lingkungan kerja, desain
tempat kerja, prilaku pekerja dan peralatan yang digunakan oleh pekerja.
2. Memilih postur yang akan dikaji
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan postur
kerja yang akan dinilai, yaitu :
a. Postur kerja yang sering dilakukkan
b. Postur dimana pekerja berada pada posisi tersebut dalam jangka waktu
yang lama
c. Postur yang membutuhkan banyak tenaga atau aktivitas otot yang tinggi
d. Postur yang menyebabkan ketidaknyamanan pada pekerja
e. Postur yang ekstrim, tidak stabil dan janggal
f. Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol atau
perubahan lainnya

STIKes Mitra RIA Husada


19

3. Memberikan penilaian postur


Penilaian pada postur kerja dilakukan dengan membandingkan hasil
observasi dengan penilaian yang terdapat pada lembar REBA Employee
Assesment Worksheet sehingga didapatkan nilai dari setiap postur. Postur
tersebut dari dua kelompok yaitu kelompok A yang terdiri dari leher,
punggung dan kaki serta kelompok B yang terdiri dari lengan atas, lengan
bawah dan pergelangan tangan.
4. Proses penilaian
1) Postur penilaian ini dimulai dengan melakukan penilaian dan pemberian
skor individu untuk group A (badan, leher dan kaki).
a. Skoring pada leher
Tabel 2.1 Ilustrasi Posisi Leher Dan Skoring

Skor Posisi
1 Posisi leher fleksi 00 – 200
2 Posisi leher fleksi atau ekstensi > 200
Skor hasil perhitungan tersebut kemungkinan dapat
ditambah +1 jika posisi leher pekerja membungkuk atau memuntir
secara lateral.

STIKes Mitra RIA Husada


20

b. Skoring pada punggung


Tabel 2.2 Ilustrasi Posisi Punggung dan Skoring

Skor Posisi
1 Posisi badan tegak lurus / posisi badan alamiah
2 Posisi badan fleksi : antara 00-200 dan ekstensi : antara 00-
200
3 Posisi badan fleksi : 200-600 dan ekstensi : antara > 200
4 Posisi badan membungkuk fleksi > 600
Skor pada badan ini akan meningkat, jika terdapat posisi
badan meningkat, jika terdapat posisi badan membungkuk atau
memuntir secara lateral. Dengan demikian skor pada badan ini harus
diidentifikasi sesuai posisi yang terjadi.
c. Skoring pada kaki
Skor pada grup A selanjutnya adalah mengevaluasi posisi kaki.
Skor pada kaki meningkat jika salah satu atau kedua lutut fleksi atau
ditekuk.
Tabel 2.3 Ilustrasi Posisi Kaki dan Skoring

Skor Posisi
1 Posisi kedua kaki tertopang baik dilantai dalam berdiri maupun
berjalan
2 Salah satu kaki tidak tertopang dilantai dengan baik atau terangkat

STIKes Mitra RIA Husada


21

Skor pada kaki akan meningkat jika salah satu atau kedua lutut
fleksi atau ditekuk. Kenaikan tersebut mungkin sampai dengan 2 (+2)
jika lutut menekuk > 600, dan jika satu atau kedua kaki ditekuk fleksi
antara 300-600 akan ditambah 1(+1).
2) Penilaian anggota tubuh bagian atas (lengan,lengan bawah dan pergelangan
tangan).
a. Penilaian Skor Pada Lengan
Untuk menentukan skor yang dilakukan pada lengan atas, maka
harus diukur sudut antara lengan dan badan. Skor yang diperoleh akan
sangat tergantung pada besar kecilnya sudut yang terbentuk antara
lengan dan badan. Posisi lengan yang dianggap berbeda, untuk pedoman
saat pengukuran.
Tabel 2.4 Iustrasi Posisi Lengan dan Skoring

Skor Posisi
1 Posisi lengan fleksi atau ekstensi 00 - 200
2 Posisi lengan fleksi antara 210 - 450 atau ekstensi lebih dari
200
3 Posisi lengan fleksi antara 460 - 900
4 Posisi lengan fleksi lebih dari 900

Skor untuk lengan harus dimodifikasi yaitu ditambah atau


dikurangi jika bahu pekerja terangkat, jika lengan diputar, diangkat
menjauh dari badan, atau dikurangi 1 jika lengan ditopang selama kerja.
Masing-masing kondisi tersebut akan menyebabkan suatu peningkatan
atau penurunan skor postur pada lengan. Jika tidak ada situasi lengan
seperti tersebut diatas, maka skor dapat langsung menggunakan tabel
diatas tanpa ada modifikasi.

STIKes Mitra RIA Husada


22

b. Skoring pada Lengan Bawah


Skor postur lengan bawah juga tergantung pada kisaran sudut yang
dibentuk oleh lengan bawah selama melakukan pekerjaan.
Tabel 2.5 Ilustrasi Posisi Lengan Bawah dan Skoring

Skor Posisi
1 Posisi lengan bawah fleksi antara 600 - 1000
2 Posisi lengan bawah fleksi kurang dari 600 atau lebih dari
1000

c. Skoring Pada Pergelangan Tangan


Terakhir dari pengukuran pada grup B adalah menilai posisi
pergelangan tangan. Posisi yang perlu dipertimbangkan dalam
pengukuran ini adalah pergelangan tangan fleksi atau ekstensi.
Tabel 2.6 Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan dan Skoring

Skor Posisi
1 Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi antara 00 - 150

2 Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi lebih dari 150

Skor pergelangan tangan ini akan ditambah 1 (+1) jika pergelangan


tangan pada saat bekerja mengalami torsi deviasi baik ulnar maupun
radial (menekuk keatas maupun kebawah).

STIKes Mitra RIA Husada


23

d. Skor REBA
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengaplikasikan metode
REBA:
1. Menentukan periode waktu observasi dengan mempertimbangkan posisi
tubuh pekerja dan tentukan siklus waktu kerja jika memungkinkan.
2. Analisa secara detail pekerjaan dengan durasi yang berlebihan.
3. Catat posisi tubuh pekerja selama bekerja dengan video atau foto dengan
memasukkan waktu rill bila memungkinkan.
4. Identifikasi posisi pekerjaan yang dianggap paling penting dan berbahaya.
5. Membagi segmen tubuh menjadi dua group yaitu group A meliputi badan,
leher dan kaki sedangkan group B meliputi lengan, lengan bawah, dan
pergelangan tangan.
6. Lihat tabel A untuk mendapatkan nilai awal group A untuk skor individu
terhadap badan, leher dan kaki.
7. Rating group B diambil dari rating lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan pada tabel B.
8. Modifikasi skor dari group A tergantung pada beban yang dilakukan,
disebut “Skor A”.
9. Koreksi skor pada group B berdasarkan pada jenis pegangan kontainer
yang disebut “Skor B”.
10. Dari “Skor A” dan “Skor B” ditransfer ke dalam Tabel C yang akan
memberikan skor baru disebut “Skor C”.
11. Modifikasi “Skor C” tergantung jenis aktivitas otot yang dikerahkan untuk
mendapatkan skor akhir REBA.
12. Periksa tingkat aksi, risiko dan urgensi tindakan perbaikan yang harus
dilakukan berdasarkan nilai akhir perhitungan.

STIKes Mitra RIA Husada


24

Skor individu yang diperoleh dari posisi badan, leher dan kaki
(group A), akan memberikan skor pertama berdasarkan Tabel A (Tabel 2.7).
Tabel 2.7 Skor Awal Group A
Punggung Leher
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 1 2 3 4 4 5 6
2 2 3 4 5 3 3 4 5 6 6 6 7
3 2 4 5 6 4 4 5 6 7 7 7 8
4 3 5 6 7 5 6 6 7 8 8 8 9
5 4 6 7 8 6 7 7 8 9 9 9 9
Beban
0 1 2 +1
< 5kg 5-10 kg > 10 kg Penambahan beban
secara tiba-tiba tau
secara cepat
Selanjutnya, skor awal untuk grup B berasal dari skor posisi lengan,
lengan bawah dan pergelangan tangan.Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel penilaian skor awal untuk grup B dibawah (Tabel 2.8).
Tabel 2.8 Skor Awal untuk Group B
Lengan Bawah
Lengan 1 2
atas
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 7 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Coupling
0 – Good 1 – Fair 2 - Poor 3 – Unacceptable
Pegangan pas dan tepat Pegangan tangan Pegangan Dipaksakan,
ditengah, genggaman bisa diterima tangan tidak genggaman yang
kuat tapi tidak bisa diterima tidak aman, tanpa
ideal/coupling walaupun pegangan
lebih sesuai memungkinkan coupling tidak
digunakan oleh sesuai digunakan
bagian lain dari oleh bagian lain
tubuh dari tubuh
Tabel C di bawah ini menunjukkan nilai untuk “Skor C” yang
didasarkan pada hasil perhitungan dari skor A dan B. Keduanya dihitung
untuk kemudian akan didapatkan hasil untuk tabel C. Dengan kombinasi
perhitungan antara skor A dan skor B akan didapatkan skor C (tabel 2.9)

STIKes Mitra RIA Husada


25

Tabel 2.9 Skor C terhadap Group A dan B

Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
Score B

6 3 4 5 6 7 8 10 10 11 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 8 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity Score
+1 = Jika 1 atau +1 = Jika pengulangan +1 = Jika gerakan
lebih bagian tubuh gerakan dalam menyebabkan
statis, ditahan lebih rentang waktu singkat, perubahan atau
dari 1 menit diulang lebih dari 4 pergeseran postur yang
kali permenit (tidak cepat dari posisi awal
termasuk berjalan)

Setelah didapatkan nilai kelompok A dan B kemudian nilai tersebut


dimasukkan ke dalam tabel C untuk mendapatkan skor C. Setelah
didapatkan skor C maka langkah selanjutnya adalah menambahkan nilai
dari aktivvitas (durasi dan frekuensi). Bila pekerja berada dalam posisi
statis selama lebih dari 1 menit maka nilai ditambahkan 1, bila terdapat
pengulangan 1 pekerjaan lebih dari 4 kali dalam 1 menit maka diberikan
tambahan nilai 1 dan bila terdapat perubahan postur secara ekstreme maka
nilai ditambahkan 1. Skor REBA akhir didapatkan dari penjumlahan skor
C dengan aktivitas. Tingkatan nilai REBA tersebut adalah 18 :

STIKes Mitra RIA Husada


26

Tabel 2.10 Tingkatan Hasil Rapid Entire Body Assasment (REBA)

Skor
Tingkat Resiko Tindakan Pengendalian Lebih Lanjut
REBA
1 Tidak Ada Resiko Tidak perlu tindakan lebih lanjut
2–3 Resiko Rendah Mungkin perlu tindakan
4–7 Resiko Sedang Perlu tindakan
8 – 10 Resiko Tinggi Perlu tindakan secepatnya
>11 Resiko Sangat Tinggi Perlu tindakan sekarang juga

Sumber: Tarwaka (2014) “Pengetahuan ergonomi dan aplikasi diTempat kerja”

Gambar 2.3 REBA

2.4 Alasan Memilih Metode REBA


Dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi atau postur leher,
punggung, lengan tangan dan kaki seorang bidan maupun perawat. Selain itu
metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang
oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Salah satu hal yang membedakan metode
REBA dengan metode analisa lainnya adalah dalam metode ini yang menjadi

STIKes Mitra RIA Husada


27

fokus analisis adalah seluruh bagian pekerja. Melalui fokus terhadap


keseluruhan postur tubuh ini, diharapkan bisa mengurangi potensi terjadinya
MSDs khusunya keluhan LBP.

2.5 Penanganan LBP


Biasanya LBP hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi
karena aktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering
mengalami kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan
neurologik yang mungkin tidak jelas sumbernya. Berbagai telaah yang
dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa proporsi
pasien yang masih menderita LBP selama 12 bulan adalah sebesar 62%
(kisaran 42 % -75 %), sedikit bertentangan dengan pendapat umum bahwa 90%
gejala low back pain akan hilang dalam 1 bulan 21.
Cara pencegahan terjadinya LBP dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Latihan punggung setiap hari seperti :
a. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.
Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan 27
beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.
Lakukanlah beberapa kali.
b. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah
ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung
ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi
beberapa kali.
c. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada
flat di lantai. Lakukan sit up parsial, dengan melipatkan tangan di
tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai.
Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-hati saat mengangkat
Pertama gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat
sebelum mengangkatnya. Kemudian tekukan lutut, bukan punggung,
untuk mengangkat benda yang lebih rendah. Peganglah benda dekat
perut dan dada. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda. Hindari
memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.

STIKes Mitra RIA Husada


28

3. Lindungi punggung saat duduk dan berdiri.


Pertama Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama.
Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/
bantalan kaki) jika memang diperlukan. Jika memang harus berdiri
terlalu lama, letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki secara
bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodik.
Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik
tidak teregang. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup
menyangga pada saat duduk dikursi.

4. Tetaplah aktif dan hidup sehat


Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang
nyaman dan sepatu berhak rendah. Makanlah makanan seimbang, diet
rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk
mencegah konstipasi. Tidurlah di kasur yang nyaman. Terakhir
hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

STIKes Mitra RIA Husada


29

2.6 Kerangka Teori Penelitian

Faktor Individu :
 Usia 22,23
 IMT 25
 Merokok 27
 Masa kerja 30
 Riwayat penyakit 9

Faktor Pekerjaaan
 Beban kerja 31 Keluhan Low Back
 Lama kerja 33 Pain
 Postur kerja 19

Faktor lingkungan
 Getaran 27
 Temperatur 19
 Pencahayaan 30
 Kebisingan 30

Gambar 2.4 Kerangka Teori


Sumber : WHO 2013, Yuliana 2011, Tarwaka 2014, Andini 2015.

Ket: Tulisan yang di bold adalah variabel yang diteliti oleh peneliti.

STIKes Mitra RIA Husada


BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variabel yang saling
berhubungan. Adapun variabel independen dari penelitian ini adalah postur
kerja, masa kerja, dan IMT. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan
subyektif low back pain. Agar penelitian ini lebih terarah sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka keranga
konsep di rancang dengan skema sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Individu :
1. Masa kerja
2. IMT Keluhan Low
3. Riwayat Back Pain
Penyakit

Faktor Pekerjaan :
1. Postur kerja

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

30
STIKes Mitra RIA Husada
31

3.2 Definisi Operasional


Tabel 11 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasi Cara Alat Kategori Skala


Pengukuran Pengukuran
1. Low Back Rasa nyeri yg Mengisi Kuesioner 1. Ada Ordinal
Pain dirasakan pada kuesioner Nordic Body keluhan
(LBP) punggung Map (NBM) 2. Tidak ada
bagian bawah keluhan
dalam waktu 3
bulan terakhir
2. Postur Sikap tubuh pada Menilai Kamera dan 1. Resiko Ordinal
Kerja saat melakukan risiko Lembar Rendah
aktifitas kerja ergonomi Metode REBA jika skor 1-
yang dilihat pada dan 7
saat penelitian. menghitung 2. Resiko
(observasi) tinggi jika
skor 8-10
3. Masa lamanya Mengisi Kuesioner 1. > 3 tahun Ordinal
Kerja responden Kuesioner 2. ≤ 3 tahun
bekerja di RSIA
Kenari
4. IMT BB responden Timbangan Observasi 1. Tidak Ordinal
(dalam kg) digital dan normal jika
dibagi TB Stature meter IMT 25,0 –
(dalam meter ) 29,9
2. Normal jika
IMT 18,5-
24,9
5 Riwayat Adanya catatan Mengisi Kuesioner 1. Ada Nominal
Penyakit penyakit yang kuesioner 2. Tidak
diderita oleh
responden yang
didiagnosa oleh
dokter

STIKes Mitra RIA Husada


32

3.3 Hipotesis Penelitian


a. Adanya perbedaan postur kerja terhadap keluhan low back pain pada Bidan
Perawat di RSIA Kenari Graha Medika.
b. Adanya perbedaan masa kerja terhadap dengan keluhan low back pain pada
Bidan Perawat di RSIA Kenari Graha Medika.
c. Adanya perbedaan IMT terhadap keluhan low back pain pada Bidan
Perawat di RSIA Kenari Graha Medika.
d. Adanya perbedaan riwayat penyakit terhadap keluhan low back pain pada
Bidan Perawat di RSIA Kenari Graha Medika.

STIKes Mitra RIA Husada


BAB IV

METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan desain atau pendekatan cross sectional dimana data variabel
independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
35
.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi
Bogor pada bulan Maret-April 2019.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan subjek atau semua
paramedis yang bekerja di RSIA Kenari Graha Medika yang berjumlah
53 orang yaitu bidan sebanyak 21 orang dan perawat sebanyak 32 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua paramedis dalam hal ini
bidan dan perawat yang bekerja di RSIA Kenari Graha Medika yang
berjumlah 53 orang. Metode yang digunakan untuk mengetahui sampel
adalah metode total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi 36.

4.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan berdasaran jenis data yang akan diambil.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diambil
langsung dari responden dengan observasi lapangan, mewawancarai dengan
menggunakan kuesioner.

33
STIKes Mitra RIA Husada
34

4.5 Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data dalam penelitian yaitu dengan memberikan
kuisoner kepada responden yang berada di RSIA Kenari Graha Medika
Cileungsi untuk mengisi kuesioner yang telang disediakan. Peneliti terlebih
dahulu menjelaskan tentang tujuan penelitian dan meminta izin kepada
responden untuk kesediannya menjadi responden.
Selanjutnya responden duberikan penjelasan tentang cara pengisian
kuesioner dan membagikan lembar kuesioner. Lembar kuesioner langsung diisi
oleh responden dan diawasi oleh peneliti, setelah selesai langsung dikumpulkan
kembali kepada peneliti. Kuesioner yang digunakan untuk penilaian keluhan low
back pain peneliti menggunakan kuesioner Nodic Body Map (NBM), sedangkan
untuk menilai postur kerja peneliti menggunakan lembar REBA. Metode ini
dilakukan dengan cara menilai postur kerja bidan dan perawat saat melakukan
satu kegiatan yang dinilai paling beresiko untuk menimbulkan keluhan low back
pain. Kemudian dilakukan skoring untuk semua bagian tubuh yaitu leher,
punggung, kaki, bahu, siku, dan pergelangan tangan. Setelah itu pemberian kode
dikategorikan berdasarkan skor akhir REBA diberi kode 1 = 1-7 resiko rendah
dan 2 = 8-10 resiko tinggi.

4.6 Pengolahan Data


Setelah kegiatan pengumpulan data, kemudian dilakukan pengolahan
data melalui program SPSS dengan melalui beberapa tahapan diantaranya :
Editing yaitu kegiatan untuk memeriksa kelengkapan, kejelasan,
keseimbangan dan keseragaman data. Coding merupakan kegiatan merubah
data berbentuk kalimat menjadi kode angka untuk mempermudah pemasukan
dan pengolahan data. Entry adalah transfer coding dari data kuesioner ke
software.
Dengan data sudah diubah dalam bentuk angka-angka, maka peneliti
akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer dan mencari program
perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk digunakan sebagai sarana
analisa, misalnya data tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan software
SPSS. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila semua data dari setiap

STIKes Mitra RIA Husada


35

sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembentulan atau
koreksi 36.

4.7 Analisa Data


4.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dan variabel independen/dependen. Yang meliputi keluhan low back pain,
postur kerja, masa kerja, IMT serta riwayat penyakit.
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan variabel
independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan uji chi square mengingat variabel dependen dan variabel
independen dalam penelitian ini merupakan data kategorik. Dengan nilai CI
95% dan derajat kemaknaan 5% atau α = 0,05, maka :
- P value ≥ 0,05 berarti Ho gagal ditolak (P value > α), uji stastistik
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna
- P value < 0,05 berarti Ho ditolak (P value < α), uji statistik
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
Dengan menggunakan chi square, maka distribusi yang digunakan
mengikuti distribusi x2 dan df = (r – 1) (k -1). Variabel dinyatakan
berhubungan signifikan jika hasil perhitungan menunjukkan P value lebih
kecil dari α = 0,05. Berikut rumus chi square :

∑(𝑂 − 𝐸)²
𝑋2 =
𝐸

Keterangan :
X2 = Chi square dari sel baris dan kolom
O = Observation (frekuensi teramati dari sel baris dan kolom )
E = Expected (frekuensi harapan dari baris kolom) 37.

STIKes Mitra RIA Husada


BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Keluhan Low Back Pain, Postur Kerja, Masa Kerja, IMT, serta Riwayat
Penyakit Pada Bidan Perawat
Variabel Frekuensi (n) Presentase (%)
Keluhan Low Back Pain
Ada keluhan 33 62,3
Tidak ada keluhan 20 37,7
Postur Kerja
Resiko Rendah 21 39,6
Resiko Tinggi 32 60,4
Masa Kerja
≥ 3 tahun 34 64,2
< 3 tahun 19 35,8
IMT
Tidak normal 30 56,6
Normal 23 43,4
Riwayat Penyakit
Ada 19 35,8
Tidak Ada 34 64,2

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang mengalami keluhan


low back pain (LBP) sebanyak 33 responden (62,3%) sedangkan yang tidak
mengalami keluhan low back pain sebanyak 20 responden (37,7%). Dapat diketahui
responden yang memiliki postur kerja beresiko rendah sebanyak 21 responden
(39,6%) sedangkan yang memiliki resiko tinggi sebanyak 32 responden (60,4%).
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki masa
kerja ≥ 3 tahun sebanyak 34 responden (64,2%) sedangkan yang memiliki masa
kerja < 3 tahun sebanyak 19 responden (35,8%). Kemudian responden yang
memiliki IMT tidak normal sebanyak 30 responden (56,6%) sedangkan yang
memiliki IMT normal sebanyak 23 responden (43,4%). Serta responden yang
memiliki riwayat penyakit sebanyak 19 responden (35,8%) sedangkan yang tidak
riwayat penyakit sebanyak 34 responden (64,2%).

36
STIKes Mitra RIA Husada
37

5.2 Hasil Bivariat


Tabel 5.2

Perbedaan Keluhan Low Back Pain Berdasarkan Faktor Postur Kerja, Masa Kerja, IMT,
Serta Riwayat Penyakit Pada Bidan Perawat

Variabel Keluhan Low Back Pain Odds P Confidence


Ada Tidak ada Total Rasio value Interval
keluhan keluhan (OR)
Postur Kerja
Resiko Rendah 9 (42,9%) 12 (57,1%) 21 (100%) 1,250 0,03 0,077 - 6,81
Resiko Tinggi 24 (75%) 8 (25%) 32 (100%)
Masa Kerja
≥ 3 tahun 26 (76,5%) 8 (23,5%) 34 (100%) 5,571 0,01 1,63 - 18,93
< 3 tahun 7 (36,8%) 12 (62,3%) 19 (100%)
IMT
Tidak Normal 23 (76,7%) 7 (23,3%) 30 (100%) 4,271 0,02 1,31 - 13,91
Normal 10 (43,5%) 13 (56,5%) 23 (100%)
Riwayat
penyakit
Ada 14 (73,3%) 5 (26,3%) 19 (100%) 2,21 0,32 0,64 – 7,52
Tidak Ada 19 (55,9%) 15 (44,1%) 34 (100%)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan hasil analisa bivariat antara postur kerja
terhadap keluhan low back pain. Hasil tersebut menunjukkan presentase keluhan
low back pain lebih banyak terjadi pada responden dengan resiko tinggi yaitu
sebesar 75 %. Sementara presentase keluhan low back pain pada responden dengan
resiko rendah sebesar 42,9 %. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi squre
diperoleh nilai P Value = 0,03 < (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara postur kerja terhadap keluhan low back pain. OR
didapatkan 1,250 dengan CI 0,77-6,81. Artinya kecenderungan responden
berdasarkan postur kerja yang beresiko tinggi 1 kali lebih berpeluang low back pain
dibandingkan dengan responden yang beresiko rendah.
Sedangkan perbedaan antara masa kerja terhadap keluhan low back pain,
didapatkan bahwa persentase responden yang lebih banyak mengalami keluhan low
back pain adalah responden yang bekerja ≥ 3 tahun yaitu sebesar 76,5 %. Sementara
keluhan low back pain pada responden yang bekerja < 3 tahun sebesar 36,8 %.

STIKes Mitra RIA Husada


38

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi squre diperoleh nilai P Value = 0,01 <
(0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara masa kerja terhadap keluhan low back pain. OR didapatkan 5,571 dengan
CI 1,41-57,11. Artinya kecenderungan responden berdasarkan masa kerja yang
bekerja ≥ 3 tahun 5 kali lebih beresiko dibandingkan responden yang bekerja < 3
tahun.
Pada uji bivariat perbedaan antara IMT terhadap keluhan low back pain,
didapatkan bahwa persentase responden yang lebih banyak mengalami keluhan low
back pain adalah responden dengan IMT yang tidak normal yaitu sebesar 76,7%.
Sementara keluhan low back pain pada responden dengan IMT normal sebesar
43,5 %. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi squre diperoleh nilai P Value =
0,02 < (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara IMT terhadap keluhan low back pain. OR didapatkan 4,271
dengan CI 1,31-13,91. Artinya kecenderungan responden berdasarkan IMT yang
memiliki IMT tidak normal 4 kali lebih beresiko dibandingkan responden yang
memiliki IMT normal.
Selanjutnya perbedaan antara riwayat penyakit terhadap keluhan low back
pain, didapatkan bahwa persentase responden yang lebih banyak mengalami
keluhan low back pain adalah responden yang memiliki riwayat penyakit yaitu
sebesar 73,7 %. Sementara keluhan low back pain pada responden yang tidak
memiliki riwayat penyakit sebesar 55,9 %. Setelah dilakukan uji statistik dengan
chi squre diperoleh nilai P Value = 0,32 > (0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara riwayat penyakit terhadap
keluhan low back pain.

STIKes Mitra RIA Husada


BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian


6.1.1 Keluhan Low Back Pain Pada Bidan Perawat di RSIA Kenari
Berdasarkan hasil penelitian univariat sebagian besar bidan perawat
di RSIA Kenari mengalami keluhan low back pain. Low Back Pain
merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa terdapat sesuatu
yang salah. Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan
yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan keluhan low back pain antara lain
faktor individu seperti : IMT yang tidak normal, Masa kerja yang lama serta
riwayat penyakit, sedangkan faktor pekerjaan yaitu postur tubuh yang
janggal.20
Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil kuesioner NBM yang
diberikan pada bidan perawat di RSIA Kenari sebagian besar bidan perawat
rata-rata paling banyak mengeluh nyeri pada bagian bahu, pinggang,
punggung serta tungkai kaki. Saat adanya keluhan low back pain bidan
maupun perawat seringkali mengabaikan keluhan tersebut, dan tidak segera
memeriksakan dirinya. Selama 3 bulan terakhir bidan perawat mengeluh
keluhan low bak pain ini dikarenakan peningkatan jumlah pasien sehingga
waktu untuk istirahat berkurang. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi keluhan low back pain dengan melakukan medical chek-
up (MCU) serta pelatihan mengenai dampak maupun cara penanganan low
back pain.

6.1.2 Perbedaan Postur Kerja Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada Bidan
Perawat di RSIA Kenari Graha Medika
Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa pada bidan
maupun perawat terdapat perbedaan yang bermakna antara postur kerja
terhadap keluhan low back pain. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kursiah yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara posisi kerja

39
STIKes Mitra RIA Husada
40

10
terhadap kejadian low back pain pada perawat di RSUD Kerinci .
Kemudian menurut penelitian Eko menyebutkan bahwa ada kemaknaan
antara sikap kerja terhadap keluhan low back pain 38.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa postur atau sikap kerja merupakan
suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan. Sikap
kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kelelahan dan cedera pada
otot. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah. Misalkan saat
melakukan pergerakan tangan terangkat, maka semakin jauh bagian tubuh
dari pusat gravitasi tubuh maka semakin tinggi pula resiko terjadinya
keluhan low back pain.19
Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa bidan perawat
dalam melakukan pekerjaannya yang paling beresiko low back pain pada
saat mengangkat atau memindahkan pasien biasanya berada pada sikap
membungkuk berulang kali. Kondisi sebenarnya pada bidan perawat di
RSIA sendiri hampir sebagian besar melakukan pekerjaan tidak sesuai
dengan aturan ergonomi yang menyebabkan keluhan low back pain dan
berpengaruh terhadap kinerjanya.
Bidan perawat dengan posisi membungkuk yang berulang-ulang
pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Gerakan berulang, gerakan dengan tenaga yang
kuat dapat menyebabkan inflamasi pada tendon dan sendi yang berdampak
pada penekanan/ kerusakan pada saraf yang menimbulkan keluhan nyeri
dan kesemutan sehingga bisa meningkatkan terjadinya keluhan low back
pain.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi tubuh saat
membungkuk dengan mendekatkan beban ke arah tubuh dan jangan
13
melakukan pengangkatan ketika berada dalam postur yang tidak stabil .
Risiko LBP pada perawat dapat dikurangi sesuai dengan hirarki
pengendalian risiko di dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dengan demikian maka pengendalian teknik diutamakan dalam
pengendalian risiko akibat pekerjaan membungkuk, disusul pengendalian

STIKes Mitra RIA Husada


41

adminstratif dan baru terakhir mempergunakan alat pelindung diri bila


masih tersisa risiko yang tidak dapat diterima. Oleh sebab itu pengendalian
dengan manual handling dapat digunakan sebagai salah satu cara yang dapat
untuk menghindari postur tubuh yang janggal 40.
Secara rekayasa teknik pekerjaan mengangkat dan memindahkan
pasien disarankan agar dapat menggunakan tempat tidur rawat dan brankar
pasien yang ketinggiannya dapat disesuaikan, dengan demikian
kesenjangan ketinggian antara tempat tidur dan juga brankar transportasi
dapat dihindari, maka postur membungkuk juga dapat diminimalkan. Selain
itu dengan pengendalian administrasi (merubah cara kerja) maka sebaiknya
jumlah perawat minimal 2 orang saat akan melakukan pengangkatan,
perawat harus dilatih agar pekerjaan mengangkat dan memindahkan pasien
minimal dilakukan oleh 2 orang perawat, yang kompeten dalam teknik
pemindahan pasien 19.

Gambar 6.1 Teknik Manual Handling yang Benar

STIKes Mitra RIA Husada


42

Gambar 6.1 Posisi yang janggal saat memindahkan pasien

6.1.3 Perbedaan Masa Kerja Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada Bidan
Perawat DiRSIA Kenari Graha Medika
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara masa kerja terhadap keluhan low back pain pada bidan
maupun perawat di RSIA Kenari Graha Medika. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Rohmawan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
11
antara masa kerja dengan keluhan low back pain . Dan sejalan dengan
penelitian Fathoni yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa
kerja dengan keluhan LBP 12.
Berdasarkan teori Yuliana semakin lama masa bekerja atau semakin
lama seseorang terpajan faktor risiko maka semakin besar pula risiko untuk
mengalami LBP dikarenakan nyeri punggung merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan menimbulkan
manifestasi klinis 29.
Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi reponden mengabaikan
keluhan low back pain yang dirasakan. Adapun di RSIA Kenari Responden
sebagian besar memiliki masa kerja yang lebih dari 3 tahun, responden
paling lama bekerja yaitu selama 6 tahun sedangkan yang paling sebentar
yaitu selama 3 bulan. Menurut hasil wawancara responden mengaku bila
mulai merasakan keluhan low back pain (LBP) hanya beristirahat saja, tidak
berolahraga, minum obat bahkan tidak ke dokter untuk pemeriksaan.
Responden dengan masa kerja yang lama melakukan pekerjaan mengangkat
dan memindahkan pasien secara terus menerus dapat mengakibatkan

STIKes Mitra RIA Husada


43

keluhan low back pain yang nantinya dapat berkembang menjadi kelainan
tulang seperti skoliosis, bahkan yang sangat fatal yaitu Hernia Nukleus
Pulposus (HNP). Oleh sebab itu pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan cara melakukan rotasi kerja untuk menghindari pekerjaan sama
secara berulang-ulang dan melakukan pelatihan agar bidan maupaun
perawat lebih memahami mengenai dampak keluhan low back pain.

6.1.4 Perbedaan IMT Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada Bidan
Perawat diRSIA Kenari Graha Medika
Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa terdapat perbedaan
antara IMT terhadap keluhan low back pain pada bidan maupun perawat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Setyaningrum mengatakan ada hubungan
15
yang signifikan antara indeks masa tubuh dengan kejadian low back pain .
Berdasarkan hasil penelitian Purnamasari terdapat hubungan antara
overweight dengan low back pain 26.
Menurut WHO Indeks Masa Tubuh bermanfaat untuk mengukur
presentase lemak tubuh dan memperkirakan berat badan ideal seseorang.
Hasil pengukuran IMT dikategorikan menjadi kategori, yaitu underweight,
normal, dan overweight. Obesitas akan menyebabkan tonus otot abdomen
lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan
menyebabkan lordosis lumbalis. Kondisi ini kemudian akan menimbulkan
kelelahan pada otot paravertebrata. Hal ini merupakan resiko terjadinya low
back pain . Underweigh akan berdampak pada keluhan low back pain jika
berat beban yang diangkat melebihi kapasitas karena dengan kondisi badan
yang kurus bisa menyebabkan otot tubuh bekerja dengan keras sehingga
menyebakan kelelahan otot 25.
Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa ketika seseorang
kelebihan berat biasanya akan disalurkan kedaerah perut yang berarti
menambah kerja tulang lumbal. Semakin berat badan bertambah, tulang
belakang akan tertekan dalam menerima beban sehingga menyebabkan
mudahnya terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang. Salah satu

STIKes Mitra RIA Husada


44

daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas
adalah verterbrae lumbal.
Sebagian besar responden di RSIA Kenari memiliki IMT yang tidak
normal, berdasarkan wawancara pola makan responden tidak diatur serta
kurangnya olahraga sehingga sulitnya memiliki BB ideal. Pencegahan yang
dapat dilakukan antara lain mengontrol pola makan responden, melakukan
pengukuran berat badan serta berolahraga secara teratur.

6.1.5 Perbedaan Riwayat Penyakit Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada
Bidan Perawat diRSIA Kenari Graha Medika
Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
antara riwayat penyakit terhadap keluhan low back pain pada bidan perawat
di RSIA Kenari. Namun Hal ini sejalan dengan penelitian Febriana Maizura
yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
penyakit terhadap keluhan low back pain 37.
Riwayat penyakit dapat diketahui dengan adanya catatan penyakit
yang diperoleh berdasarkan diagnosa dari dokter. Penting untuk
mengetaahui riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan fisik oleh ahli untuk
menentukan apakah low back pain hanya disebabkan oleh muskuluskeletal,
atau adakah kerusakan saraf atau bahkan kondisi lain yang perlu
mendapatkan perhatia. Postur yang bervariasi dan abnormalitas
kelengkapan tulang belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya low
back pain. Selain itu berbagai penyakit juga menyebabkan LBP seperti
kekakuan dan spasme otot, ostreoprosis, scoliosis, rematik.
Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi karena di RSIA Kenari
presentase jumlah yang memiliki riwayat penyakit lebih sedikit dari pada
yang tidak ada riwayat penyakit, sehingga di RSIA faktor utama keluhan
low back pain tidak diakibatkan oleh riwayat penyakit. Selain itu setiap
karyawan yang akan masuk bekerja di RSIA Kenari harus melakukan
medical chek-up, sehingga kecil kemungkinan bidan perawat yang bekerja
memiliki riwayat penyakit sebelumnya saat akan masuk bekerja di RSIA
Kenari Graha Medika.

STIKes Mitra RIA Husada


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
1) Diketahui sebagian besar bidan perawat di RSIA Kenari mengalami keluhan
low back pain, hal ini dikarenakan pola makan yang tidak teratur, postur
kerja yang janggal serta masa kerja yang lama.
2) Diketahui adanya perbedaan yang bermakna antara postur kerja terhadap
keluhan low back pain, karena saat melakukan pekerjaanya bidan perawat
melakukan posisi kerja yang tidak ergonomi seperti membungkuk yang
berulang-ulang pada posisi yang sama.
3) Diketahui adanya perbedaan yang bermakna antara masa kerja terhadap
keluhan low back pain, karena nyeri punggung merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan menimbulkan
manifestasi klinis.
4) Diketahui adanya perbedaan yang bermakna antara IMT terhadap keluhan
low back pain. Hal ini karena semakin berat badan bertambah, tulang
belakang akan tertekan dalam menerima beban sehingga menyebabkan
mudahnya terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang.
5) Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara riwayat penyakit
terhadap keluhan low back pain, karena sebagian besar reponden tidak
memiliki riwayat penyakit dibandingkan responden yang memiliki riwayat
penyakit.

7.2 Saran
a. Manajemen RSIA Kenari
1) Disarankan agar dapat menambah tempat tidur rawat dan brankar pasien
yang ketinggiannya dapat disesuaikan.
2) Perlu mengadakan pelatihan tentang bagaimana postur kerja yang
ergonomi dan pelatihan tentang bahaya low back pain kepada bidan
perawat yang bekerja di RSIA Kenari Graha Medika.

45
STIKes Mitra RIA Husada
46

3) Melakukan rotasi kerja untuk menghindari pekerjaan yang sama secara


berulang-ulang.
4) Mengadakan program olahraga bersama secara rutin minimal 1 bulan
sekali
b. Bidan dan Perawat
1) Bidan perawat diharapkan agar dapat memperhatikan berat badan dengan
mengkonsumsi makanan yang seimbang dan teratur
2) Melakukan pola hidup sehat serta melakukan medical chek-up jika
dirasakan ada keluhan.

STIKes Mitra RIA Husada


47

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoy D, March L, Woolf A, Blyth F, Brooks P, Smith E, et al. The global


burden of neck pain: Estimates from the global burden of disease 2010 study.
Ann Rheum Dis. 2014 ;73(7):1309–15.
2. Ehrlich GE. Low back pain - World Health Organization. Bull World Health
Organ. 2003;81(9):671–6 .
3. Riningrum H. F. Pengaruh Sikap Kerja, Usia, Dan Masa Kerja Terhadap
Keluhan Subyektif Low Back Pain Pada Pekerja Bagian Sewing Garmen Pt
. Apac Inti Corpora. Kabupaten Semarang. 2016.
4. Perioperatif JA, Patrianingrum M, Oktaliansah E, Surahman E. Prevalensi
dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja
Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Journal Anestesi
Perioperatif . 2015;3(1):47–56.
5. Patel D. Oxford Handbook of Occupational Health. Occup Med (Chic Ill).
2008;58(3):225–225.
6. Faruki M. Behaviour of Pain Among the Low Back Pain Patients.
Bangladesh Health Professions Institute (BHPI). 2012.
7. Fitrina, Ruhaya. Low Back Pain. 2018. KEMENKES RI.
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-5012.html
8. Cooper, P.G. Low Back Pain . McKesson Health Solution LLC. Elsivier.
2003. http :// www.mdconsult.com
9. Theodora K, Dimosthenis Z, Michael K, Athanasios K, Evaggelos S.
Looking into the Factors Affecting Low Back Pain Incidents in General
Hospital Nurses. a Questionnaire Research. Hell J Nurs Sci. 2010 ;3(2):36–
42.
10. Ningsih, K Warti. Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap RSUD
Selasih Pangkalan Kerinci. STIKES Payung Sekaki Pekanbaru : Riau. 2017.
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/download/5836/ok
11. Rohmawan EA, Hariyono W. Masa Kerja, Sikap Kerja Dan Keluhan Low
Back Pain Pada Pekerja Bagian Produksi PT Surya Besindo Sakti Serang.
Universitas Ahmad Dahlan : Yogyakarta. 2017;(1):978–9.

STIKes Mitra RIA Husada


48

12. Fathoni, Himawan. Hubungan Posisi Kerja, Masa Kerja dan IMT Dengan
Low Back Pain Pada Perawat Rsud Purbalingga. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012
13. Sriyani KA. Factors Related for Low Back Pain among Nurses at Teaching
Hospital . Karapitiya. 2017;267–71.
14. Chou L, Brady SRE, Urquhart DM, Teichtahl AJ, Cicuttini FM, Pasco JA,
et al. The Association between Obesity and Low Back Pain and Disability Is
Affected by Mood Disorders. Med (United States). 2016;95(15):1–7.
15. Setyaningrum M. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Angka Kejadian
Low Back Pain Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Muhamadiyah
: Surakarta. 2014.
16. Islamiati B, Ramdhan DH. Analisis Faktor Risiko Tingkat Keluhan Subjektif
Low Back Pain Pada Operator Forklift di PT . Pertamina Lubricants
Production Unit Jakarta. Universitas Indonesia : Depok. 2014.
17. Dachlan LM. Pengaruh Back Exercise pada Nyeri Punggung Bawah.
Universitas Sebelas Maret : Surakarta. 2009.
18 Eleanor Bull dan Graham Archad. Nyeri Punggung . Terjemah oleh Juwita
Surapsari, Jakarta : Erlangga. 2010.
19. Tarwaka. Manjemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta :
Harapan Press ; 2014.
20. Ratini M. Understanding The Symptoms of Back Pain. 2015. [Online
Article] [diunduh januari 2019]. Tersedia dari http.//www.webMD.com
21. Meliala L. Nyeri punggung bawah. Jakarta. Kelompok Studi Nyeri
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) ; 2011.
22. Harsono. Kapita selekta neurologi. Cetakan ketujuh. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 2009.
23. Huldani. Nyeri Punggung. J Univ Lambung Mangkurat Fak Kedokteran :
Banjarmasin. 2012;1–39.
24. Sirajudin A. Hubungan Manual Material Handling Dan Faktor-Faktor Lain
Dengan Kejadian Low Back Pain ( Lbp ) Pada Nelayan Di Bandar Lampung.
Universitas Lampung : Lampung. 2019.

STIKes Mitra RIA Husada


49

25. World Health Organization. Low Back Pain. Priority Medicines for Europe
and The World. Journal 2013 ;81: 671-6.
26. Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight Sebagai Faktor Risiko Low
Back Pain pada Pasien Poli Saraf Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Mandala of Health. Purwokerto : Fakultas Kedokteran Universitas Jendral
Soedirman. Vol 2010 ; 4:(1),hal. 26-32
27. Andini F. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J.Majority. Universitas
Lampung. 2015 ; 4(1):12-19.
28. Dewi, Puspita Kurnia A. Hubungan Tingkat Resiko Postur Kerja Dan
Karakteristik Individu Dengan Tingkat Resiko Keluhan Low Back Pain Pada
Perawat Bangsal Kelas III Di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Surakarta.
PhD Thesis. Universitas Muhammadiyah : Surakarta. 2015
29. Kantana T. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain Pada
Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading
Jakarta. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010.
30. Yuliana. Low Back Pain. 2012. CDK 185/Vol 38 (4). RSUP. Dr. Hasan
Sadikin Bandung. 2011.
31. Bridger, R.S. Introduction To Ergonomics. International Editions. Singapore
: Mc Graw Hill Book Co. 2013.
32. Risdianti, Devi. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Keluhan Low Back
Pain (Lbp) Pada Kuli Panggul Perempuan Di Pasar Legi Surakarta.
Universitas Muhamadiyah Surakarta. 2018.
33. Straker LM. An Overview Of Manual Handling Injury Statistic In Western
Australia. International Journal of Industrial Ergonomics. Perth: Curtin
University of Technology, 2010 ; 24:(4), hal. 357-64.
34. Wichaksana,dkk. Peran Ergonomi Dalam Pencegahan Akibat Kerja. Jurnal
Ergonomi Indonesia. Jakarta ; 2009.
35. Rusmiati, Desi. Modul Metodologi dan Biostatistik. Jakarta : STIKes Mitra
Ria Husada. 2016.
36. Wibowo, Adik. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan . Jakarta :
Rajawali Pers, 2014 ; Ed.1(cet 2).

STIKes Mitra RIA Husada


50

37. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2010.
38. Maizura, Febriana. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Low
Back Pain pada Pekerja di PT Bakrie Metal Industri. Jakarta : UIN. 2015.
39. Rohmawan, Eko. Masa kerja, sikap kerja dan keluhan low back pain (lbp)
pada pekerja bagian produksi pt surya besindo sakti serang. Yogyakarta :
FKM Ahmad Dahlan. 2017.
40. Kurniawidjadja, L. Meily. Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back
Pain pada Perawat di Rumah Sakit. Depok : FKM UI. Volume 46 No. 4,
Desember 2014.

STIKes Mitra RIA Husada

Anda mungkin juga menyukai