PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KENARI GRAHA MEDIKA
NOMOR : HK. . / RSIA-KGM/DIR /…../20..
TENTANG
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Ditetapkan di Bogor
Pada tanggal ...................
DIREKTUR,
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR HK.01.01/RSIA-
KGM/DIR/---/--/----
TENTANG PANDUAN PROTEKSI
KEBAKARAN
BAB I
DEFINISI
1. Kebakaran adalah bencana api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan
kerugian.
2. Pencegahan kebakaran adalah memisahkan hubungan langsung dari ketiga unsure
penyebab kebakaran( bahan bakar, panas dan oksigen).
3. Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah dan
memberantas terjadinya kebakaran.
4. Daerah kebakaran adalah daerah yang terancam bahaya kebakaran yang
mempunyai jarak 50 meter dari titik kebakaran terakhir.
5. Daerah bahaya kebakaran adalah daerah yang terancam bahaya kebakaran yang
mempunyai jarak 25 meter dari titik kebakaran terakhir.
6. Sistem proteksi kebakaran aktif merupakan sistem proteksi kebakaran yang terdiri
dari sistem pendeteksian kebakaran, baik manual ataupun otomatis. Menurut Health
and Safety Executive Inggris, fungsi sistem proteksi kebakaran aktif adalah untuk
memadamkan api secara langsung, sehingga efek kebakaran yang semakin meluas
bisa dikendalikan
7. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
dipersiapkan sejak awal dibabentuk. Seperti bangunan yang tahan api, dan alat alat
yang dilapisi zat tertentu sehingga memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap
api.
-4-
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
B. Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait dengan konstruksi
atau yang berdekatan dengan bangunan yang di tempati pasien
1. Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang dikenal sebagai pembakaran. Nyala api yang
tampak pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan
didalam proses kimia oksida yang berlangsung sangat cepat dan disertai pelepasan
sinar dan energi/panas.
Api atau kebakaran dapat terjadi karena adanya pertemuan 3 unsur dalam
perbandingan yang tepat yaitu :
a. Unsur bahan yang beroksidasi baik padat, cair dan gas.
b. Oksigen dari udara atau bahan oksidator.
-6-
dan air panas yang apabila tumpah dapat menimbulkan luka bakar.
9) Ruang Generator Set
Pada umumnya pembangkit tenaga listrik yang dihasilkan oleh mesin
diesel/generator, menggunakan minyak solar sebagai bahan bakarnya. Minyak
solar ini potensial dapat menimbulkan bahaya kebakaran apabila terkena
percikan api/loncatan bunga api dari genset.
10) Saluran perpipaan gas yang mudah terbakar
Bagian dari peralatan terdiri atas pipa-pipa berisikan gas yang mudah terbakar
misal zat asam dan N2O.
5. Faktor-faktor Lain
Faktor- faktor lain yang dapat menjadi sumber potensial terjadinya kebakaran antara
-9-
lain:
a. Jaringan listrik diarea sekitar rumah sakit khususnya area yang padat
penduduk yang sewaktu-waktu kemungkinan terjadi hubungan pendek
b. Faktor diluar lingkungan rumah sakit yang rawan terhadap kebakaran
c. Kurangnya ketrampilan dan pengetahuan karyawan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
D. Penyediaan sistem peringatan dini secara pasif meliputi detector asap (smoke
detector), detector panas (heat detector), alarm kebakaran, dan lain-lain
1) Panel Alarm
2) Titik panggil manual
3) Signal alarm (alarm bel/buzzer/lampu).
1) Panel alarm
2) Detektor panas dan asap
3) Titik panggil manual
4) Signal alarm (alarm bel/buzzer/lampu).
Gambar 3
Sesuai standar untuk area umum jarak antara setiap titik dalam area yang
diproteksi dan detektor terdekat ke titik tersebut harus tidak melebihi 7,5 meter
untuk detektor asap dan 5,3 meter untuk detektor panas. Gambar 3
menunjukkan area maksimum yang dapat dicakup oleh detektor individual.
b. Untuk memastikan bahwa proteksi yang dicakup di sudut ruangan dan untuk
memastikan tidak ada celah pada titik yang berhubungan dari banyak detektor,
jarak antaranya harus dikurangi. Llihat gambar (4).
Gambar 5
d. Untuk memastikan cakupan lengkap, jarak antar detektor harus dikurangi sampai
10 meter antar detektor asap, dan 7 meter antar detektor panas. Lihat gambar
(6).
-12-
Dengan demikian, jarak antara detektor untuk detektor asap menjadi 7,5 meter
dari dinding dan 15 meter antar detektor. Untuk detektor panas, jarak antaranya
menjadi 5,3 meter ke dinding dan 10 meter antar detektor. Lihat gambar (7).
f. Data tersebut di atas berlaku hanya untuk langit-langit datar, untuk langit-langit
yang miring atau langit-langit yang permukaannya tidak rata, jarak antaranya
akan berubah. Untuk langit-langit yang miring, detektor harus dipasang sesuai
kemiringan langit-langit dan diperlukan tambahan 1% untuk setiap 1
kemiringannya sampai 25%. Terdekat ditetapkan 600 mm untuk detektor asap
dan 150 mm untuk detektor panas.
3. Instalasi
a. Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran di rumah sakit,
ditentukan seperti ditunjukkan pada tabel (2).
Detector
Fungsi Ruang Detektor Laju
Detektor Detektor Detektor
kenaikan
Panas Asap lain
temperatur
ADMINISTRASI
Pendaftaran dan ruang tunggu Ya Tidak Tidak Tidak
DIAGNOSA DAN TINDAKAN
Bronchoscopy, sputum Tidak Tidak Ya Tidak
collection, dan administrasi
pentamidine
Ruang Pemeriksaan Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang Pengobatan Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang Tindakan Ya Tidak Tidak Tidak
Therapi fisik dan therapi hidro Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang kotor atau tempat Tidak Tidak Tidak Tidak
sampah
Ruang bersih atau tempat Ya Tidak Tidak Tidak
bersih
STERILISASI DAN SUPLAI
Ruang peralatan sterilisasi Ya Tidak Tidak Tidak
Ruang kotor dan Tidak Tidak Tidak Tidak
dekontaminasi
Tempat bersih dan gudang Ya Tidak Tidak Tidak
steril
Gudang peralatan Ya Tidak Tidak Tidak
PELAYANAN
Pusat persiapan makanan Tidak Tidak Tidak Tidak
Tempat cuci Tidak Tidak Tidak Tidak
Gudang dietary harian Ya Tidak Tidak Tidak
Laundri, umum Tidak Tidak Tidak Tidak
Sortir linen kotor dan gudang Ya Tidak Tidak Tidak
Gudang linen bersih Ya Tidak Tidak Tidak
Linen Ya Tidak Tidak Tidak
Kamar mandi Ya Tidak Tidak Tidak
Kloset Janitor Ya Tidak Tidak Tidak
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem alarm dan deteksi kebakaran
yang belum tercantum pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar
yang berlaku.
E. Penyediaan fasilitas pemadam api secar aktif seperti APAR, hidran, sistem sprinler
No Kelas Simbol
1 Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa:
antara lain kayu, kertas dan kain.
Perkembangan awal dan pertumbuhan
kebakaran biasanya lambat, dan karena benda
padat, agak lebih mudah dalam
penanggulangannya. Meninggalkan debu
setelah terbakar habis.
3) Setiap luas tempat parkir yang luasnya tidak melebihi 270 m 2 harus
ditempatkan minimal dua buah alat pemadam api ringan kimia berukuran
minimal 2 kg, yang ditempatkan antara tempat parkir kendaraan dan gedung,
pada tempat yang mudah dilihat dan dicapai.
a) Dipasang pada dinding dengan pengikat atau dalam lemari kaca dan
dapat dipergunakan dengan mudah pada saat diperlukan;
b) Dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada
ketinggian maksimum 120 cm dari permukaan lantai, kecuali untuk jenis
CO2 dan bubuk kimia kering (dry powder) penempatannya minimum 15
cm dari permukaan lantai.
c) Tidak diperbolehkan dipasang di dalam ruangan yang mempunyai
temperatur lebih dari 49ºC dan di bawah 4ºC.
d. Penandaan Alat Pemadam Api Ringan
Untuk membedakan isi tabung APAR, pada tabung dibutuhkan penandaan
dengan warna yang menunjukkan apakah isi APAR tersebut air, busa, bubuk
kering, kimia basah atau bubuk klas D. Penandaan warna tersebut ditunjukkan
pada tabel 6, dan posisi penandaan warna tersebut seperti ditunjukkan pada
gambar 8.
Tabel 6 . Penandaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
-18-
Gambar 10. Pipa tegak pada lobi yang dilindungi terhadap asap.
b) dalam daerah umum dan di dalam saf yang terlindung, sedekat mungkin
dengan tangga eksit jika tidak ada lobi stop asap
Gambar 11. Pipa tegak pada lobi yang diproteksi terhadap asap diluar tangga
eksit.
-21-
c) ditempatkan pada lobi dan di luar tangga eksit yang diproteksi, dan
diletakkan di dalam saf yang terproteksi.
Gambar 14. Kotak slang kebakaran dilengkapi dengan katup slang Ǿ 1 ½“,
rak, slang Ф 1 ½, dan nozel.
Kotak slang kebakaran atau sering juga disebut dengan Indoor hydrant box
(hidran kebakaran di dalam gedung), terdiri dari :
a) Lemari tertutup
I. Kotak slang berupa lemari tertutup yang berisi slang kebakaran, harus
berukuran cukup untuk pemasangan peralatan penting dan dirancang
tidak saling mengganggu pada waktu sambungan slang, digunakan
secara cepat pada saat terjadi kebakaran.
II. Di dalam lemari, sambungan slang dan tuas putar katup harus
ditempatkan dengan jarak tidak kurang 25 mm ( 1 inci) dari bagian
lemari, sehingga memudahkan pembukaan dan penutupan katup
sambungan slang kebakaran.
III. Lemari hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran,
dan setiap lemari di cat dengan warna yang menyolok mata.
IV. Apabila jenis “kaca mudah pecah” (break glass) sebagai tutup
pelindung, harus disediakan alat pembuka, untuk memecahkan panel
kaca dan diletakkan dengan aman dan tidak jauh dari area panel kaca
b) Slang kebakaran
I. Setiap sambungan slang yang disediakan untuk digunakan oleh
petugas bangunan rumah sakit (Sistem kelas II), harus dipasang
dengan panjang tidak lebih dari 30 m, lurus, dapat dilipat.
II. Apabila slang berdiameter kurang dari 40 mm (1½ inci) digunakan
untuk kotak slang 40 mm (1 ½ “), harus digunakan slang yang tidak
terlipat.
d) Nozel.
Nozel yang disediakan untuk pelayanan pipa tegak kelas II, herus
teruji/terdaftar
f.Hidran Halaman
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam
jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota yang memenuhi
persyaratan tersebut pada butir 4.8.1 tidak tersedia, maka harus disediakan
hidran halaman yang disambungkan dengan jaringan pipa hidran kota.
Gambar 16. Contoh dimana bangunan tidak jauh dari hidran kota
-24-
Gambar 18. Hidran halaman dengan 2 outlet Ø2½ “, mampu memasok air 2 x 250
gpm
Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-
hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam
sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut berada dalam jarak radius 50 m
dari hidran. Hidran H1 pada gambar 18 dapat dihilangkan karena tidak mungkin
tanah yang disebelah akan digunakan untuk pemakaian lain, seperti gudang dan
sebagainya. Hidran bersama yang ditempatkan di tetangga tidak diperbolehkan.
Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 500 GPM pada
tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit.
b) Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan :
i. springkler dinding :
sepanjang dinding :
(a) untuk langit-langit tidak tahan api : 3,4 m
(b) untuk langit-langit tahan api : 3,7 m.
dari ujung dinding : 1,8 m.
-26-
f. Pelepasan (relief) yang cukup dari kebocoran udara keluar dari daerah dihuni
harus disediakan untuk menghindari penumpukan tekanan (pressure build-up)
di daerah ini, berupa kebocoran perimeter atau sistem pelepasan tekanan
yang dibuat khusus.
g. Jumlah dan distribusi titik injeksi udara untuk memasok udara presurisasi ke
tangga kebakaran harus menjamin suatu profil tekanan yang sama dan rata
h. Pengaturan dari titik injeksi dan kontrol dari sistem presurisasi harus
sedemikian sehingga bila pembukaan pintu dan faktor lain menyebabkan
variasi signifikan pada perbedaan tekanan, harus dapat dikembalikan secepat
mungkin.
2. Sistem Pembuangan Asap Mekanik Yang Dirancang Secara Teknik (Engineered
Smoke System).
a. Untuk mal, atrium dan ruangan yang bervolume besar, serta presurisasi
kompartemen atau pengendalian asap terzona, sebuah sistem manajemen
asap yang dirancang secara teknik harus disediakan.
b. Ketentuan teknis sebuah sistem pengendalian asap yang dirancang secara
teknik (engineered smoke control system) dalam bentuk sebuah sistem
ventilasi asap baik secara alami maupun mekanik, harus sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku, antara lain tentang :
1) Prosedur atau cara perancangan/perhitungan.
2) Kriteria perancangan.
3) Dan persyaratan terkait lainnya, antara lain perhitungan waktu evakuasi
aman tersedia (ASET – Available Safe Egress Time), dan waktu evakuasi
aman diperlukan (RSET - Required Safe Egress Time).
BAB IV
DOKUMENTASI
BAB V
PENUTUP
DIREKTUR,