Anda di halaman 1dari 2

BERUBAH ITU TIDAK SULIT

Hari ini merupakan hari yang mungkin paling di benci oleh semua pelajar yang ada di Indonesia.
Betul. Hari ini adalah hari ini adalah hari senin di mana semua pelajar dari jenjang SD sampai
SMA harus mengikuti kegiatan rutin di hari senin yaitu upacara bendera. Seharusnya, kegiatan
upacara bendera dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan rasa nasionalisme yang
sudah tertanam di jiwa masing-masing individu.

Tetapi, apa yang mereka lakukan? Mereka malah menggunakan waktu upacara sebagai ajang
untuk berbicara dengan masing-masing temannya, bergerak dan tidak melakukan sikap sempurna,
hingga akhirnya mereka tidak melaksanakan upacara secara khidmat. Padahal mereka hanya harus
melaksanakan upacara selama kurang lebih 1 jam. Jika dibandingkan dengan perjuangan para
pahlawan yang telah gugur mendahului kita untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, justru tidak sebanding dengan yang dilakukan mereka saat ini.

Namun tidak bagi Muhammad Fakhri Nugraha atau yang kerap disebut Fakhri. Seorang siswa
teladan kesayangan guru-guru di sekolahnya. Mungkin karena berbagai prestasi yang diraih oleh
Fakhri baik dalam bidang akademik maupun organisasi. Ia merasa semangat pemuda Indonesia
saat ini sudah menurun dan perlu dibangkitkan lagi.

Dikarenakan ia adalah seorang ketua OSIS di sekolahnya, seperti biasa, setiap hari senin para
pengurus OSIS berkeliling ke lingkungan luar sekolah untuk memantau kondisi ditakutkan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan seperti murid yang tidak mengikuti upacara bendera dan malah diam
di luar sekolah dan kembali lagi ke sekolah ketika upacara selesai.

Fakhri bersama dua anggota lainnya mendapat bagian menyusuri warung-warung di sekitar. Fakhri
pun segera mendatangi warung yang biasanya merupakan tempat berkumpulnya para pelanggar
aturan. Seperti yang diperkirakan, di warung tersebut terdapat sekumpulan siswa yang sedang
merokok. Ketika Fakhri memperhatikan baik-baik, matanya menangkap sosok yang amat
dikenalnya. Yaitu Nichol, rival terbesarnya menurut Fakhri, karena sikap mereka berbanding
terbalik. Fakhri yang selalu meraih prestasi, sedangkan Nichol selalu membuat masalah. Fakhri
yang disenangi guru, sedangkan Nichol yang paling dihindari oleh guru.

Tak tinggal diam, Fakhri pun segera menghampiri sekumpulan anak-anak tersebut. Ketika mereka
menyadari kehadiran Fakhri, mereka pun berdiri dari tempat duduknya dan memasang tatapan
menantang kepada Fakhri. “Sekarang saatnya upacara bendera, sudah seharusnya kalian tidak
meninggalkan kewajiban sebagai pelajar.”

Nichol berjalan mendekati Fakhri. “Udah ceramahnya?” tanyanya. Fakhri tidak menjawab dan tak
mengalihkan tatapan matanya dari Nichol. “Jadi anak tuh jangan sok baik deh. Pencitraan.” Desis
Nichol tepat di depan Fakhri.

Fakhri mengepalkan tangannya berusaha meredamkan amarahnya agar tidak meledak di depan
rivalnya itu. “Kenapa gak ngomong? Takut?” tanya Nichol.

“Takut? Sama anak seperti kalian? Bahkan monyet saja gak akan takut.” Jawabnya tanpa ketakutan
sedikit pun. Fakhri menyadari perubahan raut muka Nichol pun tersenyum penuh kemenangan.

Anda mungkin juga menyukai