Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.

1 Maret 2008

EFEKTIFITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI


TERHADAP PENURUNANKECEMASAN KLIEN HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG SAKURA RSUD BANYUMAS

Januarti Isnaeni 1, Rahayu Wijayanti2, Arif Setyo Upoyo3


1, 2, 3 Jurusan
Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

ABSTRACT
Schizophrenia is a common health problem in around the world, around 70% of people
suffering from schizophrenia experience hallucination. Auditory hallucination’s client feel that
they can hear the voices without source of sound. That situation will cause toward anxiety level
patient. One of the nursing interventions that nurses do to the auditory hallucination’s client is
that making group activity therapy of perception stimulation of hallucination.
The aim of study was to find out the affectivity group activity therapy of perception
stimulation of hallucination in decrease auditory hallucination’s client at Sakura ward RSUD
Banyumas. This research used comparative with quasi experimental design: non equivalent
control group design. The samples used purposive sampling with 30 auditory hallucination’s
client as respondents. Data analyzed was using distribution of frequency and paired t test.
Based on paired t test show that t value at: 6,859 with p value 0,000 which was smaller
than alpha: 0,05 which mean that the research hypothesis was received. Group activity therapy
of perception stimulation of hallucination was influenced with decrease of auditory
hallucination’s client anxiety at RSUD Banyumas.

Keywords: Anxiety, auditory hallucination, group activity therapy of perception stimulation of


hallucination

PENDAHULUAN satu juta orang. Hal ini merupakan angka


Seiring dengan perkembangan yang cukup besar serta perlu penanganan
masyarakat saat ini, yang banyak yang serius (Sulistyowati dkk 2006).
mengalami perubahan dalam segala aspek Berdasarkan catatan medis Ruang
kehidupan sehari-hari, sebagai manusia Sakura Rumah Sakit Umum Daerah
tentu saja tidak terlepas dari masalah. Banyumas didapatkan data bahwa pasien
Setiap individu mempunyai cara tersendiri dengan diagnosa skizofrenia menempati
untuk mengatasi masalah tersebut. Besar peringkat pertama dibandingkan dengan
kecilnya suatu masalah dalam kehidupan gangguan kesehatan jiwa lainnya. Dari
memang harus dihadapi, tetapi tidak sedikit daftar 20 besar penyakit rawat inap Rumah
pula individu yang tidak mampu Sakit Umum Daerah Banyumas, pada
menyelesaikan masalah-masalah tersebut. bulan Juli, Agustus dan September 2007
Hal inilah yang dapat mempengaruhi pasien dengan skizofrenia paranoid
seseorang mengalami masalah psikologi menempati urutan pertama dengan jumlah
atau gangguan kesehatan jiwa. pasien sebanyak 304 orang dan
Salah satu gangguan jiwa yang skizofrenia residual menempati urutan
dimaksud adalah skizofrenia. Skizofrenia kelima dengan jumlah pasien sebanyak 65
merupakan masalah kesehatan umum di orang. Dari seluruh pasien dengan
seluruh dunia. Prevalensi skizofrenia di skizofrenia 90% diantaranya mengalami
Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima halusinasi pendengaran.
perseribu penduduk. Bila diperkirakan Perilaku individu yang
jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang mengekspresikan adanya halusinasi
akan terdapat gangguan jiwa dengan adalah tidak akuratnya interprestasi
skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai stimulus lingkungan atau perubahan

32
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

negatif dalam jumlah atau pola stimulus menurunkan kecemasan klien halusinasi
yang datang, disorientasi waktu dan pendengaran?”
tempat, disorientasi mengenai orang, Tujuan umumnya untuk
perubahan kemampuan memecahkan mengetahui efektifitas terapi aktivitas
masalah, perubahan perilaku atau pola kelompok stimulasi persepsi halusinasi
komunikasi, kegelisahan, ketakutan, menurunkan kecemasan klien halusinasi
ansietas / cemas dan peka rangsang pendengaran.
(Carpenito 2001, p. 371). Menurut Stuart
dan Sundeen (1998, p. 328) klien dengan METODE PENELITIAN
halusinasi mengalami kecemasan dari Jenis penelitian yang digunakan
kecemasan sedang sampai panik adalah penelitian komparatif yang
tergantung dari tahap halusinasi yang membandingkan tingkat kecemasan klien
dialaminya. halusinasi pendengaran yang dilakukan
Seseorang yang menderita TAK stimulasi persepsi halusinasi dengan
skizofrenia dan mempunyai gejala tingkat kecemasan klien halusinasi
halusinasi pendengaran harus pendengaran yang tidak dilakukan TAK
mendapatkan penanganan atau tindakan stimulasi persepsi halusinasi.
keperawatan yang tepat. Penanganan Pendekatan yang digunakan
skizofrenia di rumah sakit memerlukan adalah quasi eksperimental design: non
kerja sama yang baik dari perawat, dokter equivalent control group design dimana
dan psikiater. Perawat dalam menangani ada satu kelompok klien diberikan
klien dengan halusinasi pendengaran perlakuan dan mempunyai kelompok
dapat melakukan asuhan keperawatan kontrol (Sugiono 2002). Pretest diadakan
yang bersifat komprehensif dengan sebelum diberikan terapi dan post test
pendekatan proses keperawatan meliputi: dilakukan setelah dilakukan terapi.
pengkajian, diagnosis keperawatan, Pengaruh terapi adalah nilai pre test
intervensi keperawatan, implementasi dikurangi post test.
keperawatan dan evaluasi. Penelitian ini akan dilaksanakan
Salah satu intervensi keperawatan pada bulan Januari sampai Februari 2008
yang ada adalah terapi aktivitas kelompok. di Ruang Sakura Rumah Sakit Umum
T erapi aktivitas kelompok merupakan salah Daerah Banyumas. Dalam penelitian ini
satu terapi modalitas yang dilakukan sampel yang digunakan berjumlah 30
perawat kepada sekelompok klien yang orang yang memenuhi kriteria inklusi dan
mempunyai masalah keperawatan yang eksklusi. Kriteria inklusinya yaitu umur klien
sama. 15-50 tahun, klien kooperatif dan klien mau
T erapi aktivitas kelompok stimulasi menjadi responden penelitian. Adapun
persepsi halusinasi sudah dilakukan di kriteria eksklusinya yaitu klien yang kondisi
RSUD Banyumas, tetapi belum pernah ada fisiknya tidak sehat, klien yang berada di
yang meneliti tentang efektifitas terapi ruang isolasi dan klien yang baru
aktivitas kelompok stimulasi persepsi untuk mendapatkan terapi kejang listrik.
menurunkan kecemasan pada klien
halusinasi pendengaran. Oleh karena itu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 1. Karakteristik responden
ini. Kecemasan merupakan
Dengan memperhatikan latar fenomena alamiah yang ada pada diri
belakang masalah di atas dapat manusia, hal ini disebabkan karena
dirumuskan masalah penelitian sebagai faktor internal maupun eksternal yang
berikut “ Apakah terapi aktivitas kelompok menyebabkan secara individual tidak
Stimulasi Persepsi Halusinasi efektif untuk mampu mengatasi stressor psikologis
tersebut yang manifestasinya sangat

33
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

beragam mulai dari kecemasan (53,3%) responden dan


sedang sampai berat bahkan panik. perempuan sebanyak 14 (46,7%)
Hal ini diperkuat oleh pendapat Hawari responden. Namun perbedaan
(2001) bahwa kecemasan muncul antara responden laki-laki dan
karena ketidakmampuan individu perempuan tidak terlalu signifikan.
mengatasi stressor. Banyak faktor Jenis kelamin bukan faktor
yang yang menjadi pemicu munculnya dominant terhadap munculnya
kecemasan antara lain umur, kecemasan.
lingkungan dan kondisi kegawatan c. Karakteristik responden
penyakit. Kecemasan dapat bergerak berdasarkan pendidikan
secara bebas sehingga sangat sulit Pendidikan merupakan salah
untuk diidentifikasi secara spesifik, satu faktor penting yang akan
artinya siapapun dan dalam kondisi mempermudah seseorang untuk
apapun bisa mengalami kecemasan mendapatkan dan mencerna
(Gibson 1992, Maramis 1998). informasi. Hasil analisis pada table
a. Karakteristik responden 4.3 diketahui bahwa jumlah
berdasarkan umur responden dengan halusinasi
Dari hasil penelitian pendengaran berdasarkan tingkat
didapatkan hasil yang terlihat pada pendidikan yang paling banyak
tabel 4.1. kecemasan sedang adalah Sekolah Dasar sebanyak
dialami responden antara umur 15- 21 (70 %) responden sedangkan
24 tahun yaitu sebanyak 12 (40 %) paling sedikit Perguruan Tinggi
responden sedangkan yang lain hanya 1 (3.3 %) responden.
mengalami kecemasan ringan. Hal Hasil penelitian ini sesuai
ini disebabkan pada usia ini dengan yang diungkapkan oleh
masalah-masalah kepribadian Johanes (2008) yang menyatakan
sering bermunculan begitu luas bahwa tingkat pendidikan
dan komplek (Kristiysrini 2008). seseorang mempengaruhi daya
Kondisi ini didukung oleh teori tahannya dalam menghadapi
yang menyatakan bahwa semakin stres. Makin tinggi tingkat
bertambah usia seseorang, maka pendidikan seseorang makin tinggi
pengalaman yang diterimanya juga keberhasilannya melawan stress.
semakin banyak. Dengan demikian Orang yang pendidikannya tinggi
cara menjalani kehidupannya juga lebih mampu mengatasi masalah
semakin matang (Hudak & Gallo daripada orang yang
1997). pendidikannya rendah. Pendidikan
T etapi setelah mengukuti bagi seseoarang merupakan
TAK stimulasi persepsi pengaruh dinamis dalam
halusinasi kecemasan perkembangan jasmani, jiwa,
responden menurun, hal ini perasan sehingga tingkat
bisa disebabkan karena usia pendidikan yang berbeda akan
15-24 tahun mereka masih memberi jenis pengalaman yang
mudah untuk menerima berbeda juga. T etapi setelah
informasi yang diberikan. dilakukan TAK stimulasi persepsi
b. Karakteristik responden halusinasi kecemasan responden
berdasarkan jenis kelamin menurun. Dengan latar pendidikan
Hasil penelitian didapatkan responden yang sebagian besar
hasil yang terlihat pada tabel 4.2 adalah SD, menjadi bahan
menujukkan bahwa jenis kelamin pertimbangan bagi perawat dalam
laki-laki lebih banyak yaitu 16 memberikan informasi harus

34
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

menggunakan istilah atau bahasa dan 9 (60%) responden mengalami


yang mudah dimengerti dan cemas sedang. Dilihat dari tingkat
dipahami oleh klien. kecemasan responden berada dalam
d. Karakteristik responden halusinasi tahap pertama, seperti yang
berdasarkan pengalaman rawat diungkapkan oleh Stuart dan Sundeen
inap (1998) bahwa pada halusinasi tahap
Pengalaman rawat inap pertama klien mengalami rasa nyaman
merupakan aspek penerimaan sampai dengan kecemasan sedang.
seseorang terhadap suatu Sesuai dengan kriteria inklusi klien
perubahan kondisi yang pernah yang dijadikan sebagai responden
dialami sebelumnya. Pengalaman adalah klien yang kooperatif. Pada
pernah dirawat di ruang Sakura tahap ini klien masih bisa dilakukan
akan membuka memori kembali wawancara dan dilakukan TAK.
pengalaman masa lalunya untuk Setelah dilakukan TAK
menyesuaikan atau beradaptasi stimulasi persepsi halusinasi
dengan pengalaman yang dialami didapatkan penurunan tingkat
saat ini. Hal ini sesuai dengan kecemasan yaitu 9 (60 %) responden
pendapat Hawari (2001) bahwa tidak mengalami kecemasan, 5
sesorang yang bisa beradaptasi (33,3%) responden mengalami cemas
dengan lingkungannya akan ringan dan 1 (6,7%) responden
menurunkan kecemasan mengalami cemas sedang. Dengan
seseorang. Dari tabel 4.4. hasil dilakukan TAK stimulasi persepsi
penelitian diketahui bahwa jumlah halusinasi responden dapat berbagi
responden dengan halusinasi pengalaman untuk menolong orang
pendengaran berdasarkan lain, dapat mengekspresikan perasaan
pengalaman rawat inap nilai dan kesempatan anggota kelompok
tertinggi pada rawat inap yang untuk menampilkan kemampuannya.
pertama sebanyak 19 (63,4%) Sehingga kecemasan yang dialami
responden, 7 (23,4 %) responden menurun.
menjalani perawatan yang kedua, Berdasarkan hasil penelitian
2 (6,6 %) responden menjalani seperti tercantum pada tabel 4.8.
perawatan yang ketiga dan 2 (6,6 tentang hasil uji statistik tingkat
%) responden menjalani kecemasan sebelum dan sesudah
perawatan lebih dari 3 kali. dilakukan TAK stimulasi persepsi
Dari hasil penelitian terlihat halusinasi menunjukkan nilai signifikasi
responden yang paling banyak kurang dari alfa yang ditetapkan
adalah klien yang baru pertama sebelumnya sebesar 0,5% (0,05),
kali dirawat, tetapi setelah dengan demikian hipotesis diterima.
mengikuti TAK stimulasi persepsi Artinya ada perbedaan penurunan
halusinasi kecemasan klien kecemasan pada klien halusinasi
menurun. pendengaran setelah dilakukan TAK
stimulasi persepsi halusinasi.
2. Efektifitas TAK stimulasi persepsi Pada penelitian ini, jumlah
halusinasi terhadap penurunan anggota pada masing-masing
kecemasan klien halusinasi kelompok TAK adalah 5 orang. Jumlah
pendengaran ini adalah jumlah yang ideal untuk
Pada penelitian ini tingkat dilakukan TAK. Dengan jumlah
kecemasan sebelum dilakukan TAK kelompok yang ideal masing-masing
stimulasi persepsi adalah 6 (40%) anggota kelompok dapat berinteraksi
responden mengalami cemas ringan dengan anggota kelompok yang lain,

35
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

dapat mengungkapkan perasaan, dengan yang lain. Dengan berbagi


pengalaman dan pendapatnya. Seperti pengalaman klien akan lebih banyak
yang diungkapkan oleh Keliat (2005) mendapatkan informasi dan akan
bahwa anggota kelompok yang segera mendapatkan umpan balik dari
nyaman adalah kelompok kecil yang anggota kelompok yang lain.
anggotanya berkisar antara 5-12 Penurunan kecemasan pada
orang. Pada masing-masing kelompok responden setelah dilakukan TAK
dilakukan 5 sesi TAK. Setelah stimulasi persepsi halusinasi dapat
dilakukan TAK sebanyak 5 sesi terjadi karena responden sudah
kecemasan klien halusinasi mampu mengenal halusinasi,
pendengaran menurun. mengenal waktu dan situasi terjadinya
Kecemasan merupakan gejala halusinasi dan mengenal perasaannya
umum yang dihadapi oleh orang yang pada saat terjadi halusinasi. Dari
sedang terancam kehidupannya, pelaksanaan TAK stimulasi persepsi
dengan reaksi individu sangat halusinasi, responden juga telah
beragam. Kebanyakan orang mampu mampu memperagakan cara
untuk menghentikan kecemasan, mengontrol dan mencegah halusinasi
dengan cara mengidentifikasi dan yaitu dengan cara menghardik,
mengubah pemikiran yang menyertai melakukan kegiatan harian terjadwal,
rasa panik tersebut. Upaya lain yang melakukan percakapan dengan orang
bisa dilakukan untuk mengurangi lain dan mampu menggunakan obat
kecemasan ini antara lain dengan cara dengan prinsip 5 benar serta mampu
menurunkan persepsi tentang bahaya mengenal keuntungan minum obat dan
atau meningkatkan rasa percaya diri kerugian akibat tidak minum obat.
untuk mengatasi ancaman (Kuncoro Pada kelompok yang tidak
2002, dalam Darwanti 2007). dilakukan TAK stimulasi persepsi
Kecemasan yang dialami oleh halusinasi, namun pada rentang waktu
klien halusinasi pendengaran yang sama dilakukan penilaian tingkat
disebabkan karena klien seolah-olah kecemasan sebelum dan sesudah
mendengar suara-suara yang dilakukan tindakan didapatkan 1 (6,7
mengganggu klien (Stuart dan %) responden tidak mengalami
Sundeen 1998). Dengan mengikuti kecemasan, 3 (20 %) responden
TAK stimulasi persepsi halusinasi mengalami kecemasan ringan dan 11
frekuensi halusinasi akan menurun, hal (73,3 %) responden mengalami
ini sesuai dengan penelitian yang kecemasan sedang. Dan sesudahnya
dilakukan oleh Veronika dkk (2007) juga dilakukan penilaian didapatkan
bahwa frekuensi halusinasi sesudah hasil 5 (33,3 %) responden mengalami
pelaksanaan TAK stimulasi persepsi kecemasan ringan dan 10 (66,7 %)
halusinasi lebih rendah dibandingkan responden mengalami kecemasan
dengan frekuensi halusinasi sebelum sedang. Kecemasan pada kelompok
pelaksanaan TAK stimulasi persepsi yang tidak dilkukan TAK stimulasi
halusinasi. Dengan menurunnya persepsi halausinasi cenderung tetap.
frekuensi halusinasi, kecemasan klien Dari hasil uji statistik Pair t’test
menurun karena klien tidak mendengar menunjukkan nilai 0.000, sedangkan
suara-suara yang mengganggu. nilai signifikannya 0,794 artinya lebih
Melalui kegitan TAK stimulasi besar dari alfa 0,05. sehingga
persepsi halusinasi, responden akan kesimpulannya adalah tidak ada
mendapatkan berbagai tranferensi perbedaan kecemasan klien halusinasi
(Kaplan dan Saddock 1997). Klien pendengaran yang tidak dilakukan
akan bertukar pengalaman satu TAK stimulasi persepsi halusinasi.

36
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

Dari hasil analisis tersebut 5. TAK stimulasi persepsi halusinasi


membuktikan bahwa dalam dapat menurunkan tingkat kecemasan
penanganan gangguan jiwa, obat klien halusinasi pendengaran di ruang
bukan segala-galanya, namun Sakura RSUD Banyumas.
diperlukan pula konseling, psikoterapi
serta rehabiliasi. Berbagai riset SARAN
menunjukkan bahwa faktor penyebab 1. Bagi Rumah Sakit
gangguan jiwa sangat kompleks, a. Perawat sebagai pemberi asuhan
meliputi faktor fisik, psikologis dan keperawatan perlu memberikan
sosial (Siswono 2001). Salah terapi asuhan TAK stimulasi persepsi
lain selain obat adalah terapi aktivitas halusinasi karena dapat
kelompok. mengurangi tingkat kecemasan
klien.
KESIMPULAN b. Pemberian TAK stimulasi persepsi
1. Responden dengan halusinasi halusinasi yang selama ini telah
pendengaran yang mengalami dijalankan dapat terus
kecemasan pada kelompok umur dikembangkan sesuai dengan
paling banyak 15-24 tahun sebanyak tahap TAK di ruang sakura RSUD
12 (40 %) responden, jenis kelamin Banyumas.
paling banyak laki-laki sebanyak 16 c. TAK stimulasi persepsi halusinasi
(53,3 %) responden, pendidikan paling hanya dilakukan pada klien yang
banyak adalah Sekolah Dasar mengalami halusinasi.
sebanyak 21 (70 %) dan pengalaman 2. Bagi peneliti lain
rawat inap yang paling banyak adalah Perlu ada penelitian-penelitian
klien yang baru pertama kali dirawat yang lain dengan menambah variabel-
yaitu sebanyak 19 (63,4%). variabel lain yang berpengaruh
2. Sebelum dialakukan TAK stimulasi terhadap tingkat kecemasan pada klien
persepsi halusinasi tingkat kecemasan halusinasi pendengaran. Dalam
yang paling banyak adalah tingkat melakukan penelitian dengan klien
kecemasan sedang diikuti kecemasan gangguan jiwa perlu pendekatan dan
ringan. Setelah dilakukan TAK membina hubungan saling percaya
stimulasi persepsi halusinasi tingkat yang baik
kecemasan yang paling banyak adalah
kecemasan ringan. DAFTAR PUSTAKA
3. Dari hasil uji statistik menunjukkan Andri, Y 2004. Schizophrenia, diakses
adanya perbedaan antara tingkat tanggal 31 Oktober 2007 dari
kecemasan sebelum dilakukan TAK http://healt.groups.yahoo.com/grou
stimulasi persepsi halusinasi dengan p/dokterpostID=10mzx5d11zi7xn0
tingkat kecemasan setelah dilakukan zdS1aa5woeUCuE4zbJjo82_JuS
TAK stimulasi persepsi halusinasi, W.
dimana nilai signifikansinya 0,000 yang Arikunto, S 1998. Prosedur penelitian
berarti lebih kecil dari alpha. suatu pendekatan praktek, edisi
4. Dari hasil uji statistik menunjukkan revisi keempat, PT . Renika Cipta,
tidak ada perbedaan tingkat Jakarta.
kecemasan pada klien yang tidak Bambang, T 2004, Schizophrenia, diakses
dilakukan TAK stimulasi persepsi tanggal 31 Oktober 2007 dari
halusinasi, dimana nilai signifikansinya http://bambangtri.tblog.com/post/3
1,000 yang berarti lebih besar dari 65801.
alpha.

37
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

Carpenito, L. J 1997. Buku saku diagnosa Maramis, F . W 1998. Ilmu kedokteran jiwa.
keperawatan, (Edisi 6), EGC, Edisi ketujuh, Airlangga University
Jakarta. Press, Surabaya.
Chandrawinata, J 2008, Tingkat pendidikan Montgomery, C 2002. Role of dynamic
pengaruhi daya tahan stress, group therapy in psychiatry,
diakses 15 Februari 2008 dari Advance in Psychiatric Treatment
www.hupelita.com. vol. 8. p. 34-41, diakses 5 Oktober
Darwanti 2007. Bimbingan rohani dan 2007 dari http://apt.rcpsych.org.
pengaruhnya terhadap penurunan Notoatmodjo, S 1998. Metodologi
kecemasan pada ibu primigrafida Penelitian Kesehatan, Rineka
dengan persalinan kala I RSU Cipta, Jakarta.
Banyumas, Skripsi (tidak Nursalam 2003. Konsep & penerapan
diterbitkan), Unsoed, Purwokerto. metodologi penelitian ilmu
Kristiyarini, E 2008. Kecenderungan keperawatan: pedoman skripsi,
gangguan kepribadian pada tesis dan instrument penelitian
remaja dan dewasa awal di desa keperawatan, Salemba Medika,
Sedeg Pacitan, diakses tanggal 15 Jakarta.
Februari 2008 dari Riwidikdo, H 2007. Statistik kesehatan,
www.Librarygunadarma.ac.id. Mitra Cendekia Press, Yogyakarta.
Gibson, J 1997. Diagnosa gejala penyakit Siswono 2001. Sangat besar, beban akibat
untuk para perawat, Yayasan gangguan jiwa, diakses tanggal 15
Essentia Medika, Y ogyakarta. Februari 2008 dari
Hawari, D 2001. Manajemen stress, cemas http://papafarizblogspot.com.
dan depresi, fakultas Kedokteran Sugiyono 2001. Statistika Untuk Penelitian
Universitas Indonesia, Jakarta. edisi ketiga, CV Alphabeta, Bandung.
Hudak, C. M & Gallo, B. M 1997. 2002. Statitika Untuk Penelitian
Perawatan Kritis Pendekatan edisi keempat, CV Alphabeta,
Holistik, EGC, jakarta. Bandung.
Hook, J 2001. The role of Psychodynamic 2007. Statistik Non Parametris
psychotherapy in a modern untuk penelitian, CV Alphabeta,
general psychiatry service , Bandung.
Advance in Psychiatric Treatment Sulistyowati, Ibrahim, R, Sri, W 2007.
vol. 7. p. 461-468, diakses tanggal Gambaran penerapan diagnosis
5 Oktober 2007 dari Nanda, NOC dan NIC pada klien
http://apt.rcpsych.org. Skizofrenia dengan kasus
Kaplan & Saddock 1998. Ilmu kedokteran halusinasi, JIK vol 02, no. 02, p.
jiwa darurat (edisi 3), Alih bahasa, 37-77, PSIK Fakultas Kedoteran
WM. Roan, Widya Medika, UGM, Yogyakarta.
Jakarta. Stuart G. W & Sundeen S. J 1998. Buku
Keliat, B. A 2005. Keperawatan Jiwa : saku keperawatan jiwa (edisi 3),
T erapi Aktivitas Kelompok, EGC, Alih bahasa, Achir Yani, Editor
Jakarta. Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Luana N.A 2007. Skizofrenia dan Veronika, S, Mariyono, S, Sri, W 2007.
gangguan psikotik lainnya,diakses Pengaruh terapi aktivitas kelompok
tanggal 15 Februari 2008 dari stimulasi persepsi halusinasi
www.idijakbar.com. terhadap frekuensi halusinasi, JIK
Mansjoer, Arif…(et. al) 1999, Kapita vol 02, no. 01, p. 24-27, PSIK
selekta kedokteran (edisi 3), Jilid I, Fakultas Kedoteran UGM,
media Aesculapius, Jakarta. Yogyakarta.

38
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1 Maret 2008

Trismiati 2004, Perbedaan Tingkat http://209.85.175.104/search?q=c


Kecemasan Antara Pria dan ache:CWxdLxngDbYJ:psikologi.bi
Wanita Akseptor Kontrasepsi nadarma.ac.id/jurnal/jurnal_trismia
Mantap Di RSUP Dr. Sardjito ti.pdf+Trait+Manifest+Anxiety+Sca
Y ogyakarta, Jurnal Psyche Vol. 1 le+(TMAS)+dari+Janet+Taylor&hl
No. 1, Retrieved Desember 13, =id&ct=clnk&cd=1&gl=id.
2007., from

39

Anda mungkin juga menyukai