Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI

PUSKESMAS NAMORAMBE

A.Latar Belakang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) sebagai institusi pelayanan kesehatan
merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki potensi bahaya sehingga beresiko
keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien,
pengunjung maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu diperlukan Fasyankes yang sehat, aman dan nyaman
serta didukung sarana, prasarana dan sumber daya manusia yang memadai.
Potensi bahaya Keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes meliputi bahaya fisik,
kimia, biologi, ergonomic dan psikososial. WHO pada tahun 2000 mencatat kasusu infeksi
akibat tertususk jarum suntik yang terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan Hepatitis
B sebesar 32%,Hepatitus C sebesar 40% dan HIV sebesar 5% dari seluruh infeksi baru.
Panamerican Health Organization tahun 2017 memperkirakan 8-125 SDM Fasyankes
sensitive terhadap sarung tangan latex. Di Indonesia berdasarkan data Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kememkes tahun 1987 – 2016
terdapat 178 petugas medis yang terkena HIV AIDS.
Selain itu kasus terjadinya kecelakaan kerja yang fatal pada Fasyankes pernah
beberapa kali terjadi seperti kasus tersengat listrik, kebakaran, terjadinya banjir, bangunan
runtuh akbat gempa bumi dan kematian petugas kesehatan karena keracunan gas CO di
Fasyankes.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.47 tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehaan meliputi tempat praktek mandiri tenaga ksehatan, Puskesmas, Klinik,
Rumah Sakit, Apotek, Unit Transfusi Darah, Laboratorium Kesehatan, Optikal, Fasilitas
pelayanan kedkteran untuk kepentingan hukum, Fasyankes tradisional dan Fasyankes
lainnya. Sesuai dengan Permenkes No.52 tahun 2018 tentang Keselamatan da Kesehatan
Kerja di Fasyakes menyatakan bahwa setiap Fasyankes wajb melaksanakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tngginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai salah satu Fasyankes yang merupakan ujung tombak dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat, merupakan salah satu tempat kerja
yang memliki potensi resiko tinggi terutama penularan hazard biologis.
Dalam rangka meningkatkan kualias pelayanan kesehatan yang bermutu dan
mengingat resiko bagi petugas yang bekerja di Puskesmas, diperlukan peningkatan kapasitas
petugas kesehatan dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas
dalam bentuk pelatihan.
Praktek lapangan merupakan bagian dari pelatihan kesehatan kerja dan rangkaian
proses pembelajaran karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk pengkayaan dari
materi yang telah diajarkan. Kegiatan praktek lapangan pada pelatihan ini bertujuan agar
peserta dapat menggali situasi dan kondisi penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja di
Puskesmas.

1. Letak Geografis
1.1. Luas Daerah
Luas daerah Kecamatan Namorambe adalah 62 kilometer persegi yang terdiri dari 36
desa, 65 dusun (RW) dan 83 RT . Terletak pada 20º 50’ Lintang Utara dan 98º 50’ Bujur
Timur.

1.2. Keadaan Alam/Topografi


Daerah landai yang tingginya 51 – 499 meter di atas permukaan laut, dapat dirinci
sebagai berikut :
a. Tanah usaha yang dapat dikelola untuk lahan pertanian tanaman pangan dan
lainnya antara 51 – 400 hektar atau 92,24 % dari luas wilayah kecamatan.
b. Tanah usaha yang dapat dikelola untuk lahan perkebunan rakyat/tanaman keras
antara 401 – 499 m di atas permukaan laut, yang luasnya 483 hektar atau sekitar
7,76 % dari luas wilayah kecamatan.

1.3. Batas-Batas Wilayah


Batas batas wilayahnya adalah:
a. Sebelah barat dengan Kecamatan Sibolangit
b. Sebelah utara dengan Kecamatan Medan Johor (Kota Medan)
c. Sebelah timur dengan Kecamatan Sibiru-Biru dan Kecamatan Delitua
d. Sebelah selatan dengan Kecamatan Pancur Batu

1.4. Identitas Puskesmas


Nama Puskesmas : Puskesmas Namorambe
Kode Puskesmas : 1001
Alamat : Jalan Besar Desa Kuta Tengah
Kode Pos : 20356
Kecamatan : Namorambe
Kabupaten : Deli Serdang
Propinsi : Sumatera Utara
Didirikan : Tahun 1976
Menjadi Rawat Inap : Maret 2007
Penambahan Gedung Depan : Tahun 2008
Penambahan Gedung Depan Rawat Inap : Desember 2011

2. Data Demografis
2.1. Jumlah Desa dan Dusun
Kecamatan Namorambe terdiri dari 36 desa dan 65 dusun. Keterangan jumlah dusun
dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini.
Tabel 2.1
Jumlah desa dan Dusun di Kecamatan Namorambe 2019
Jumlah
No DESA
Dusun
1 Batu Rejo 1
2 Batu Mbelin 1
3 Bekukul 1
4 Batu Penjemuran 2
5 Batu Gemuk 1
6 Cinta Rakyat 1
7 Deli Tua 6
8 Gunung Kelawas 4
9 Gunung Berita 1
10 Jaba 2
11 Jati Kesuma 3
12 Kuta Tengah 2
13 Kuala Simeme 1
14 Kuta Tualah 2
15 Lau Mulgap 1
16 Lubang Ido 1
17 Namo Mbaru 1
18 Namo Pinang 2
19 Namo Pakam 1
20 Namo Mbelin 3
21 Namorambe 4
22 Namo Batang 1
No DESA Jumlah
Dusun
23 Namo Landur 2
24 Rumah Mbacang 1
25 Rumah Keben 1
26 Rimo Mungkur 2
27 Suka Mulia Hulu 1
28 Suka Mulia Hilir 2
29 Silue-lue 1
30 Salang Tungir 2
31 Sudirejo 3
32 Tanjung Selamat 1
33 Tangkahan 2
34 Tanjung Lawan 1
35 Uruk Gedang 1
36 Ujung Labuhan 3

JUMLAH 65

2.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin


Pada tahun 2019 penduduk Kecamatan Namorambe berjumlah 44.023 jiwa dengan
rincian 21.322 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 22.701 jiwa perempuan.

2.3. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga


Pada tahun 2019 jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Namorambe sebanyak
11.019 KK.

2.4. Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk kecamatan Namorambe meningkat dari 693,18 jiwa/km2 tahun
2018 menjadi 693,18 jiwa/km2 di tahun 2017.

3. Visi dan Misi Puskesmas


3.1. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat Kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yag bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni (1)
lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta
(4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyrakat serta wilayah kecamatan setempat.
3.2.Misi
Misi pembangunan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di
wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan, menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standart dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelurga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa
diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan Puskesmas mencakup pula
aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

4. Upaya Kesehatan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya
Kecamatan sehat menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan naisonal merupakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua (2) yakni :

4.1. Upaya Kesehatan Wajib


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan

4.2.Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditentukan dimasyarakat serta yang disesuaikan
dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan Pengembangan dipilih dari daftar Upaya kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada yakni :
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olah raga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya kesehatan pengobatan tradisional
Upaya Laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya
pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan, karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan
penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan
masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai
salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya Kesehatan Pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain diluar upaya Puskesmas tesebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat
tercapainya visi puskesmas.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat Inap. Untuk ini
di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Adapun gambaran dari berbagai upaya
kesehatan tersebut dapat dilihat dari Profil Puskesmas yang disusun setiap tahunnya.
5. Jumlah Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Namorambe maka diperoleh data
tenaga kesehatan 110 orang dan Tenaga Umum 3 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1. Dokter umum 3 orang
2. Dokter gigi 3 orang
3. Perawat 17 orang
4. Perawat gigi 1 orang
5. Bidan 81 orang
6. Tenaga ahli kesehatan masyarakat 2 orang
7. Tenaga ahli sanitasi 0 orang
8. Tenaga teknisi medis/Lab 2 orang
9. Asisten Apoteker 1 orang
10. Umum 3 orang

6. Jumlah Kunjungan
Pada tahun 2018, dilaporkan sebanyak 24.121 rawat jalan dan 49 rawat inap. Jadi
jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap yang ada di Kecamatan Namorambe 24.170
adalah kunjungan di Puskesmas Namorambe.
Cakupan kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Namorambe 2 tahun
terakhir ini dapat di lihat pada Tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Cakupan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap
di Puskesmas Namorambe Tahun 2017 – 2018

Kunjungan
Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa
Tahun Jumlah
Rawat Jalan Rawat Inap Jumlah
2017 24.402 15 24.417 8
2018 24.121 49 24.170 8

B. Tujuan Praktek Lapangan


1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pemahaman dan praktek peserta dalam pelaksanaan program dan
kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes
b. Meningkatkan kemampuan peserta dalam upaya kgiatan keselamaan dan kesehatan
kerja di Fasyankes
c. Memberikan saran atau masukan dalam peningkatan upaya kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja di Fasyankes
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu memahami :
a. Sistematika Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Fasyankes
b. Identifikasi potensi bahaya dan manajemen resiko K3 di Fasyankes
c. Upaya promotifdan preventif kesehatan kerja bagi SDM di Fasyankes
d. Penerapan prinsp Ergonomi
e. Pengelolaan sarana, prasarana dan peralatan medis di Fasyankes
f. Pengelolaan B3, limbah B3 dan limbah domestic dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
g. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran
h. Membuat rekomendasi pengendalian resiko kesehatan dan keselamatan di tempat
kerja

C . Sasaran
Implementasi K3 di UPT Puskesmas Namorambe

D. Waktu dan tempat


Waktu : Jumat 22 November 2019
Tempat : UPT Puskesmas Namorambe

E. Pembimbing
Pembimbing dalam kegiatan Praktek Lapangan adalah tim Fasilitator Dinkes dan
UPT.Pelatihan Kesehatan

F. Peserta
Peserta Praktek Lapangan adalah seluruh peserta Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Puskesmas Angkatan II

G. Proses Kegiatan Praktek Lapangan


1. Persiapan
a. Membagi tugas kepada setiap anggota berdasarkan materi yang sudah diterima untuk
bertanggungjawab memperoleh data dari Puskesmas Namorambe
b. Mempersiapkan instrument yang akan digunakan untuk meninjau lapangan yang ada
di tiap materi di modul
c. Peserta mempelajari instrument yang digunakan untuk meninjau lapangan yang ada di
tiap materi di modul
2. Pelaksanaan
a. Penerimaan oleh Kepala Puskesmas yang diwakilkan oleh Petugas K3
b. Melakukan pengamatan meliputi
1. Identifikasi potensi bahaya dan manajemen resiko K3 di Fasyankes
2. Upaya promotifdan preventif kesehatan kerja bagi SDM di Fasyankes
3. Penerapan prinsip Ergonomi
4. Pengelolaan sarana, prasarana dan peralatan medis di Fasyankes
5. Pengelolaan B3, limbah B3 dan limbah domestic dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
6. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran

H. Hasil Kegiatan Praktek Lapangan


1. Sistematika Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Fasyankes/
Puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa SMK3 di
Puskesmas Namorambe belum terbentuk dan terlaksana, hal ini dapat dilihat dari tidak
adanya kebijakan K3, organisasi K3, Pedoman & SPO K3, bukti pelaksanaan program K3
dan Laporan kegiatan tahunan K3.
2. Identifikasi potensi bahaya dan manajemen resiko K3 di Fasyankes
Bahaya Potensial Gangguan Kesehatan Yang
Ruangan Risiko Kecelakaan Kerja
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko-sosial Mungkin

- hubungan
Ruang Tunggu dan - duduk terlalu - kelelahan, sakit kepala dan kram
- suhu - - bakteri petugas dengan
Pendaftaran lama > 2 jam otot
pasien

- pencahayaan
kurang

- hubungan - alergi debu, iritasi karena


Ruang Pemeriksaan - pencahayaan - ruang kerja
- desinfektan - Virus petugas dengan deisnfektan, terinfeksi bakteri atau - tersandung dan terjatuh
Umum kurang sempit
pasien virus

- debu (dari
- antiseptik - Bakteri - tata letak
kipas)

- Merkuri (jika
pecah)

- alergi debu, infeksi virus atau


Ruang Pemeriksaan Gigi - pencahayaan - desinfektan - jamur - tata letak -tersandung
bakteri

- debu (dari
- antiseptik - bakteri - kenyamanan terganggu
kipas angin)

- Suhu dan
- virus - tertusuk jarum
kelembaban

- jarum suntik

Ruang Anak/Imunisasi - pencahayaan - tata letak - kenyamanan terganggu

- suhu dan - ruangan


- tertusuk jarum
kelembaban sempit

- jarum suntik

Ruang Kesehatan Ibu - pencahayaan - tata letak - kenyamanan terganggu


- ruangan
- kabel - kesetrum
sempit

- kelembaban

Ruang KIA / IVA - pencahayaan - desinfektan - jamur - tata letak - alergi debu, infeksi jamur - kenyamanan terganggu

- kelembaban - antiseptik - ruang sempit

- debu

- hubungan
- pengap. alergi dan terinfeksi virus
Laboratorium - pencahayaan -desinfektan - jamur - tata letak petugas dengan - kenyamanan terganggu
atau bakteri
pasien
- suhu dan
- anti septik - bakteri - ruang sempit - tertusuk jarum
kelembaban

- jarum suntik - reagen - virus

Ruang Farmasi - pencahayaan - tata letak - kenyamanan terganggu

- ruang sempit

Ruang rekam medik - debu - tata letak - kenyamanan terganggu

Ruang Administrasi - debu - tata letak - kenyamanan terganggu

IGD - debu - desinfektan - jamur - tata letak - terinfeksi virus atau bakteri - tersandung, terpeleset
- air tergenang
di bawah - antiseptik - bakteri - tertusuk jarum
westafel
- jarum suntik - virus
hubungan
- suhu dan
Rawat Inap - desinfektan - jamur petugas dengan - terinfeksi virus atau jamur
kelembaban
pasien
- pencahayaan - antiseptik - bakteri
- virus

- suhu dan
Dapur Rawat Inap - gas - jamur - tata letak - gas meledak
kelembaban

- pencahayaan - ruang sempit - tersandung

- terjatuh dan tertimpa


Gudang Obat - pencahayaan - ruang sempit
barang

Toilet - pencahayaan - ruang sempit - tersandung dan terpeleset


3. Upaya Promotif dan Preventif K3 bagi SDM di Fasyankes
Organisasi dalam pelayanan kesehatan kerja belum ada dalam UKM kesehatan
olahraga dan kerja, sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan kerja tersedia yaitu alat cuci
tangan yang dilengkapi dengan sabun dan wastafel sehingga dapat dilaksanakan pada air
mengalir dan APD berupa masker dan sarung tangan khususnya ruangan yang kontak
langsung dengan pasien.
Dalam upaya promotif untuk kegiatan yg dilakukan adalah sosialisasi pada saat minilog
tentang pentingnya perhatian mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Bagian pemegang
kesehatan kerja juga sudah menyarankan pada petugas untuk memakai APD berupa masker
dan sarung tangan. Di setiap ruangan juga terdapat poster tentang cuci tangan pakai sabun di
setiap ruangan. Dalam upaya preventif belum terlaksana untuk pemeriksaan kesehatan
berkala, dugaan kasus adanya Penyakit Akibat Kerja dan imunisasi.
Kegiatan kewaspadaan standar yang dilaksanakan adalah cuci tangan pakai sabun
dan dibilas dengan air dan pemakaian APD berupa masker dan sarung tangan. Untuk
pemakaian APD petugas terkadang belum semua mau menggunakan dengan alasan lupa
dan repot memakainya.
Upaya pengendalian lingkungan yaitu penatalaksanaan linen tidak ada ruang laundry
sehingga masih dibawa ke rumah petugas sebagian sudah mengganti tensi meter dengan
digital, pembuangan benda tajam ke safety box, dan sudah dipisahkan limbah infeksius
dan non infeksius. Pencatatan dan pelaporan kesehatan dan keselamatan kerja juga belum
ada dan dalam kurun waktu setahun belum ada kasus kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja di Puskesmas namorambe. Masalah yang dihadapi dalam keselamatan dan
kesehatan kerja adalah
1. Belum ada tim untuk kesehatan kerja terkendala karena kurangnya perhatian dan
kebijakan dari kepala puskesmas
2. Belum semua SDM patuh dalam menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan
karena alasan lupa dan merepotkan perlu adanya kegiatan penyuluhan untuk mengubah
perilaku
3. Masalah pemeriksaan berkala dan imunisasi tidak dapat terlaksana terbentur kendala
dana
4. Penerapan prinsip Ergonomi
Berikut adalah hasil observasi yang dilakukan pada SDM Puskesmas Namorambe
tentang penerapan prinsip ergonomi yang dilakukan di puskesmas.

A. Postur Kerja
1. Petugas mencatat dalam posisi berdiri sehingga mengharuskan menundukkan kepala
dan posisi punggung yang tidak lurus. (tidak ergonomis)
2. Petugas laboratorium menunduk saat melakukan pengambilan sampel darah
dikarenakan posisi meja yang terlalu rendah. (tidak ergonomis)
3. Petugas berada pada posisi dimana petugas mencatat di meja yang mengharuskan
petugas memiringkan badan kesalah satu sisi tubuh. (tidak ergonomis)
4. Petugas berada pada posisi sejajar dengan klien sehingga mengharuskan petugas
memutarkan leher ketika mengkaji klien. (tidak ergonomis)
B. Gerakan Berulang
1. Petugas yang melakukan pengukuran tekanan darah/vital sign. (tidak ergonomis)
2. Petugas administrasi yang mencatat kunjungan dan pendaftaran klien. (tidak
ergonomis)

5. Pengelolaan sarana, prasarana dan peralatan medis di Fasyankes


5.1 Sarana dan Prasarana Puskesmas Namorambe

No Kegiatan Ya Tidak

1 Sistem Ventilasi Udara


* Minimal 15% dari luas lantai 
2 Sistem Pencahayaan Seluruh Ruangan

* Lampu hemat energi

* Pencahayaan alami
3 Sistem Air PAM Puskesmas

* Air Tidak Berbau

* Air Tidak Berwarna

* Air Tidak Berasa

* Tersedianya keran air

* Tersedianya Air Bersih

* Fungsi Saluran Wastafel dan WC
4 Sistem Listrik

* Terhindar dari sinar matahari

* Aman dari jangkauan
* Tersedianya Genset
5 Sistem Komunikasi

* Telepon

* Wifi
6 Sistem Gas Medik 
7 Sistem Proteksi Petir 

8 Sistem Proteksi Kebakaran


* Tersedianya APAR 

9 Sarana Evakuasi 
10 Sistem Pengendalian Bising 

11 Kendaraan Puskesmas Keliling


* Ambulance 

5.2. PERSYARATAN LOKASI PUSKESMAS


NO PERSYARATAN KONDISI PUSKESMAS
A. Geografis
Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya,
yaitu:
1 tidak di tepi lereng; Tidak
2 tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap Tidak
tanah longsor;
3 tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air Tidak
yang dapat mengikis pondasi;
4 tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan Tidak
aktif;
5 tidak di daerah rawan tsunami; Tidak
6 tidak di daerah rawan banjir; Tidak
7 tidak dalam zona topan; Tidak
8 tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain. Tidak
B Aksesibilitas untuk jalur transportasi
a. Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah Ya, karena Puskesmas berada di
dijangkau oleh masyarakat, sekitar perumahan masyarakat
b. dapat diakses dengan mudah Ya, karena Puskesmas berada di
menggunakan transportasi umum. pinggir jalan lintas
c. Tersedia jalur untuk pejalan kaki dan , Ya tersedia
d. jalur-jalur yang aksesibel untuk Ya tersedia
penyandang disabilitas.
C Kontur tanah mempunyai pengaruh penting
pada perencanaan struktur, dan harus dipilih Tidak adanya system drainase
sebelum perencanaan awal dapat dimulai. (parit)
Selain itu kontur tanah juga berpengaruh
terhadap perencanaan sistem drainase,
kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan
lain-lain.
D Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana Kapasitas parkir memadai dan
parkir cukup penting karena prasarana parkir menyesuaikan kondisi
kendaraan akan menyita banyak lahan.
Kapasitas parkir harus memadai,
menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial
dan ekonomi daerah setempat.
E Fasilitas Keamanan.
Perancangan dan perencanaan prasarana Adanya pagar disekitar Puskesmas
keamanan sangat penting untuk mendukung
pencegahan dan penanggulangan keamanan
minimal menggunakan Pagar.
F Ketersediaan utilitas publik
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas Air Bersih dari PAM.
pelayanan kesehatan membutuhkan air Adanya jalur listrik dan telepon.
bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik,
dan jalur telepon. Pemerintah daerah harus
mengupayakan utilitas tersebut selalu tersedia
untuk kebutuhan pelayanan dengan
mempertimbangkan berbagai sumber daya
yang ada pada daerahnya.
G Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas harus menyediakan fasilitas Belum adanya IPAL.
khusus untuk pengelolaan kesehatan Limbah padat diangkut oleh Dinas
lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan Lingkungan Hidup
limbah B3 seperti limbah padat dan cair yang Limbah Infeksius diserahkan
bersifat infeksius dan non infeksius serta kepada pihak ketiga
pemantauan limbah gas/udara dari emisi
incinerator dan genset.
H Kondisi lainnya Tidak.
Puskesmas tidak didirikan di area sekitar
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET).

6. Pengelolaan B3, limbah B3 dan limbah domestik dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
6.1 Pengelolaan Bahan Kimia dan B3
Nilai 10, ≥ 80% terpenuhi
Nilai 15, 20% - 79%
KRITERIA DAN ELEMEN PENILAIAN sebagian terpenuhi
Nilai 0, < 20% tidak
terpenuhi
1 Memiliki panduan atau SPO pengelolaan bahan kimia (B3) 0
2 Tersedia daftar bahan kimia/B3 yang digunakan berikut lembar data 0
pengamanannya (safety data sheet)
3 Tersedia ruang khusus penyimpanan bahan pembersih, B3, 0
pestisida, dan tertata rapi sesuai jenis bahannya
4 Ada fasilitas penanganan B3, APAR, spill kit, eye washer, body 5
washer, dll
5 Memiliki panduan atau SPO penanganan tumpahan bahan kimia (B3) 0
6 Memiliki panduan atau SPO penanganan pada 5
kecelakaan/kebakaran/ledakan akit penggunaan bahan kima (B3)
7 Melakukan penggunaan alat kesehatan non-merkuri : 0
Tensimeter digital 1unit, manual (air raksa) 13 unit
Thermometer badan digital 1 unit, manual (air raksa) 2 unit
Thermometer ruangan digital 1 unit, manual (air raksa) 0 unit
8 Penggunaan Digital Rontgen/Computed Radiography 0
9 Menggunakan AC Non Freon 0
10 Menggunakan kulkas/ freezer dengan Non Freon 0
11 Melakukan upaya pengurangan penggunaan batu baterai 0
12 Melakukan upaya penggunaan pipa tanpa timbal 0
13 Melakukan upaya penggunaan detergen ramah lingkungan 0
14 Melakukan kontrol (monitoring) paparan dan proteksi pada pekerja 0
15 Memakai sarung tangan saat menggunakan B3 10

Berdasarkan hasil observasi, masih banyak ditemukan kriteria yang belum terpenuhi
(nilai 0, < 20% ) seperti SPO B3, safety data sheet B3, ruang penyimpanan B3, SPO
penanganan tumpahan B3, menggunakan alat kesehatan memenuhi non-merkuri,
penggunaan digital rontgen, menggunakan AC & kulkas non freon, melakukan upaya
pengurangan batu baterai, melakukan upaya penggunaan pipa tanpa timbal, melakukan
upaya penggunaan detergen ramah lingkungan dan kontrol (monitoring) paparan dan proteksi
pada pekerja.
Sedangkan kriteria yang terpenuhi sebagian (nilai 15, 20% - 79%) yaitu sudah SPO
dan fasilitas penanganan APAR namun SPO dan penanganan B3, spill kit, eye washer, body
washer, dll belum tersedia. Kriteria yang sudah terpenuhi (nilai 10, ≥ 80%) mengenai
pengelolaan B3 pada Puskesmas Namorambe hanya terkait pemakaian sarung tangan saat
menggunakan B3.

6.2. Pengelolaan Limbah


KRITERIA DAN ELEMEN PENILAIAN Nilai 10, ≥ 80% terpenuhi
Nilai 15, 20% - 79%
sebagian terpenuhi
Nilai 0, < 20% tidak
terpenuhi
1 Memiliki SOP pengelolaan limbah padat 0
2 Memiliki loogbook limbah B3 (asli) 1 (satu) tahun terakhir 0 B
3 Memiliki neraca limbah B3 (asli) 1 (satu) tahun terakhir 0 erd
4 Memiliki manifest limbah B3 (asli) 1 (satu) tahun terakhir 0 as
5 Memiliki TPS limbah domestik yang memenuhi syarat (konstruksi 0 ark
tidak rusak, tertutup, tidak didatangi hewan (seperti kucing, tikus,
an
lalat, dll), air lindi dialirkan ke IPAL)
6 Di TPS limbah B3 tersedia: pencahayaan yang terang (lampu yang 0 ha
menyala) sil
7 Dalam ruang TPS limbah B3 kondisinya bersih dan tidak ada hewan 0 ob
(tikus, kecoa, dll) ser
8 Memiliki fasilitas komposting sampah organik/daun 10 va
9 Memiliki fasilitas tempat sampah daur ulang barang berbahan plastik 10 si,
medis bekas
ma
10 Wadah limbah medis dilapisi kantong plastik sesuai jenis limbahnya 5
yang diberi simbol dan nama label sih
11 Melakukan upaya minimisasi penggunaan kertas bekas (paperless) 0 ba
ny
B LIMBAH CAIR ak
1 Fasilitas IPAL berfungsi dengan baik 0 dit
2 IPAL dilengkapi alat ukur debit outlet 0 em
3 IPAL dilengkapi bak sampling 0 uk
4 IPAL dilengkapi tanda titik koordinat 0 an
5 IPAL dilengkapi simbol/petunjuk K3 0
krit
6 IPAL dilengkapi panduan atau SPO pengoperasian sesuai jenis 0
metode proses pengolahannya eri
a
yang belum terpenuhi (nilai 0, < 20% ) seperti SOP pengelolaan limbat padat, loogbook B3,
neraca limbah B3, manifest limbah B3, TPS tidak tersedia, dan upaya minimisasi penggunaan
kertas bekas (paperless), IPAL yang tidak tersedia.
Sedangkan kriteria yang terpenuhi sebagian (nilai 15, 20% - 79%) yaitu sudah adanya
pewadahan limbah medis dilapisi kantong plastik sesuai jenis limbahnya yang diberi simbol
dan nama label, sampah medis dengan non medis di dalam ruangan sudah terpisah tetapi
pewadahannya belum tepat karena menggunakan tong sampah yang sewarna dan tidak
dilapisi kantong plastik. Kriteria yang sudah terpenuhi (nilai 10, ≥ 80%) mengenai fasilitas
komposting sampah organik/daun dan fasilitas tempat sampah daur ulang barang berbahan
plastik medis bekas.

7. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran


Berdasarkan hasil observasi dan wawacara yang dilakukan, ada beberapa hal yang
ditemui :
1. SK, Pedoman dan Prosedur (SOP) tentang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran sudah ada dibuat tetapi bentuk fisiknya tidak dapat dilihat karena
penanggungjawabnya sedang tugas luar.
2. Kejadian bencana dan kebakaran tidak pernah terjadi di Puskesmas ini. Simulasi
dilakukan terakhir tahun 2018 tetapi video tidak dapat dilihat karena
penanggungjawabnya sedang tugas luar.
3. APAR ada 5 unit dan semua berjenis chemical powder, letaknya
a. 1 unit di luar ruang pemeriksaan umum
b. 1 unit di luar ruang administrasi
c. 1 unit di luar ruang rawat inap
d. 1 unit di selasar ruang tunggu
e. 1 unit di luar ruang program
4. Tidak ada pemeliharaan untuk APAR yang dilakukan berkala
5. Jalur evakuasi ada akan tetapi tidak disemua ruangan, dan titik kumpul sudah
ditentukan akan tetapi tidak ada plang pertanda.
6. Jadwal dan petugas kesiapsiagaan bencana dan kebakaran belum dibuat.
7. Belum ada kode atau alarm bila terjadi bencana atau kebakaran.

I. Penutup
1. Kesimpulan
Setelah dilakukan observasi sehari ke Puskesmas Namorambe, dapat disimpulkan bahwa
belum adanya SMK3 serta belum terbentuknya TIM K3 sehingga penerapan SMK3 di
Puskesmas Namorambe belum berjalan, dan IPAL serta TPS belum ada dimana kedepannya
akan beresiko untuk terajdinya PAK dan KAK pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Namorambe.

2. Saran dan Rekomendasi


1. Agar kedepannya dapat menerapkan Sistem Manajemen K3 guna terciptanya lingkungan
kerja yang aman, selamat dan nyaman bagi SDM di Puskesmas Namorambe, serta Orang
lain (pasien dan pengungjung)
2. Membentuk TIM K3 yang terdiri dari Ketua, Seketaris, Koordinator Kesehatan Kerja,
Koordinator Keselamatan Kerja dan Koordinator Lingkungan Kerja
3. Setelah terbentuknya TIM K3 agar melakukan identifikasi bahaya potensial di setiap
ruangan, sehingga bisa dilakukan pencegahan bahaya potensial di tempat kerja, agar
terhindar dari PAK dan KAK
4. Melakukan upaya promotif dan preventif dilingkungan Puskesmas Namorambe dengan
cara sosialisasi tentang PAK dan KAK sehingga setiap pegawai akan berusaha untuk
menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan kerjanya masing masing
DOKUMENTASI ORIENTASI LAPANGAN DI PUSKESMAS NAMORAMBE
2. Identifikasi potensi bahaya dan manajemen resiko K3 di Fasyankes

Ruang Tunggu

Ruang pemeriksaan Umum

Ruang pemeriksaan gigi


Ruang Anak dan Imunisasi, Ruang Ibu, dan KIA dan IVA

Ruang Laboratorium
Rekam Medik dan Farmasi
IGD

Ruang Administrasi

Ruangan Rawat Inap


Ruang Dapur Rawat Inap

Gudang Obat

Toilet
3. Upaya Promotif dan Preventif K3 bagi SDM di Fasyankes
4. Penerapan prinsip Ergonomi
1. petugas rekam medik mencatat dengan posisi berdiri

2. Petugas laboratorium menunduk saat pemeriksaan darah.

3. petugas administrasi saat melakukan pencatatan pasien dengan posisi menyamping


4. Petugas saat melakukan pengkajian klien

B. Gerakan Berulang

1. Petugas melakukan pengukuran tekanan darah


2. Petugas administrasi melakukan pencatatan/pendaftaran klien.

5. Pengelolaan sarana, prasarana dan peralatan medis di Fasyankes


Ambulance Gas Medik

Genset Tersedianya Sistem Komunikasi

APAR Akses transportasi baik


6. Pengelolaan B3, limbah B3 dan limbah domestik dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
7. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran

Anda mungkin juga menyukai