Anda di halaman 1dari 4

Aliya Fitri – 1706050801 Mba Dewi Maulina & Bu Julia Suleeman

Psikometri Kelas B – Pertemuan Kedua: Norma

Topik Diskusi Kelompok:


1. Apa yang dimaksud dengan norma?
a. Norms are the test performance data of a particular group of test takers that
are designed for use as a reference when evaluating or interpreting individual
test scores (Cohen & Swerdlik, 2009).
b. A set of values descriptive of the performance on a test on some specified
group. Usually showed as a table giving equivalent values on some derived
score for each raw score on a test.
c. Norma digunakan untuk memaknai/meinterpretasi suatu skor. Norma
merupakan pedoman/acuan/referensi dari data sekelompok orang-orang.
Untuk bisa memaknai maka skor tes seseorang harus dibandingkan dengan
data skor tes/performa orang-orang yang berada di dalam kelompok referensi.
d. Hasil pengukuran dari suatu alat ukur disebut raw score. Raw score diubah
menjadi derived score (contoh: scaled score, percentile, z-score, dll.)
e. Norma dapat berbentuk tabel, grafik kurva distribusi, grafik perkembangan
tinggi dan berat badan anak, dll.

2. Apa fungsi norma bagi sebuah alat ukur?


a. Untuk memberikan informasi mengenai posisi/ranking relatif seseorang (test
taker) dalam suatu kelompok perbandingan tertentu (Cohen & Swerdlik,
2009).
b. Norma dirancang untuk memenuhi dua fungsi:
i. Untuk menunjukkan sikap posisi realtif individual dalam sampel
normative dan memungkinkan evaluasi dari performa test taker yang
mengacu pada individual lain dalam suatu kelompok.
ii. Untuk memberikan ukuran yang dapat dibandingkan yang
memungkinkan perbandingan langsung performa individu/test taker
pada berbagai tes.

3. Dalam langkah-langkah penyusunan alat ukur, kapan norma dibuat?


a. Pembuatan norma dilakukan saat alat ukur sudah memenuhi persyaratan alat
ukur yang baik – alat tes sudah reliable, valid, item analysis sudah bagus, dan
terstandardisasi.
i. Norma dibuat ketika semua skor dari alat ukur yang terstandarisasi
telah didapatkan, dianalisis, serta dirangkum dengan menggunakan
statistic deskriptif (central tendency dan variability).
ii. Untuk mendapatkan reference-group/standardized group/normative-
sample group yang sangat mewakili, maka test maker harus
mendapatkan data
Aliya Fitri – 1706050801 Mba Dewi Maulina & Bu Julia Suleeman

1. Standarized Sample = sample yang digunakan untuk


menstandarisasai alat ukur.
2. Normative Sample = Sample yang digunakan kebetulan bagus
dan menghasilkan alat ukur yang terstandarisasi (valid, reliabel,
etc). Oleh karena itu, istilah normative sample dan standardized
sample dapat digunakan interchangeably.

b. Norma baru akan dibuat ketika sampel normative yang diadministrasikan tes
berbeda dengan sampel yang mendasari norma dari alat test yang
terstandadisasi (Contoh: Tes TKD untuk calon mahasiswa – norma
terstandardisasi).

4. Jelaskan perbedaan norm-reference testing dan criterion-referenced testing dalam


memaknai skor tes (Cohen & Swerdlik, 2009):
Norm-Referenced Testing Criterion-Referenced Testing
Domain-/Content-Referenced Testing
and Assessment
Mengevaluasi skor tes seseorang Mengevaluasi skor tes seseorang
dengan membandingkan skor tes berdasarkan suatu kriteria/set standar
tersebut dengan skor tes orang lain yang harus dipenuhi (kemampuan test
dalam kelompok yang sama. taker untuk memenuhi suatu
standar/kriteria yang telah ditetapkan
secara individu).
Skor dimaknai dengan membandingkan Skor dimaknai dengan membandingkan
skor tes seseorang dengan standardized performa individu dengan standar yang
sample. telah ditetapkan untuk alat tes tersebut.
FOKUS INTERPRETASI PADA (perbedaan)
fokus area ada terletak pada bagaimana Fokus area terletak pada performa
performa individu dibandingkan secara individu; apa yang bisa atau tidak bisa
relative dengan orang lain dalam tes dilakukan individu; apa yang sudah atau
yang sama. belum dipelajari individu; apakah
individu sudah atau belum memenuhi
kriteria yang ditetapkan.
Contoh: SBMPTN – Kuota masuk Contoh: Nilai KKM pada Ujian Kenaikan
Fakultas Psikologi Kelas
Notes: biasanya alat ukur psikologis menggunakan norm-referenced approach dalam
menginterpretasi hasil skor tes.

Referensi Tambahan:
1. Baca Urbina – Essentials of Psychological Testing sebelum Anastasi & Urbina –
Psychological Testing
Aliya Fitri – 1706050801 Mba Dewi Maulina & Bu Julia Suleeman

2. Lisa Friedenberg – Psychological Testing, Design, and Use (referensi lain)

Catatan Kelas Lecture Mba Dewi:


1. Untuk mengukur reliabilitas dan validitas suatu alat ukur, maka yang dipretelin adalah
alat ukurnya. Untuk melakukan analisis item, makna yang dikorek adalah item dari alat
ukur tersebut. Untuk membuat suatu norma, maka yang dipretelin adalah skor.

2. Mengapa dibutuhkan norma?


a. Pengukuran psikologis tidak mempunyai titik nol mutlak. Ali yang mendapat
skor SIMAK UI-Kemampuan Dasar 80 tidak berarti 2 kali kemampuan orang
yang mendapatkan skor 40.
b. Perbedaan dalam raw score tidak mencerminkan jarka kemampuan antar-
individu yang sesungguhnya
c. Untuk dimaknai, raw score individu harus menggunakan norma.

3. Norma hanya berlaku untuk satu alat ukut tertentu, norma satu alat tes tidak dapat
digunakan alat tes lainnya. Suatu tes belum tentu dapat berlaku secara universal
karena norma dari suatu tes sangat bergantung pada kemampuan standardized
sample yang digunakan.

4. Norm-Referenced:
a. Evaluasi yang mengacu pada skor orang lain pada tes yang sama.
b. Skor tes individu dievaluasi berdasarkan perbandingan dengan skor orang lain
pada tes yang sama.
c. Umumnya digunakan pada tes bakat dan prestasi; didesain untuk memberikan
perbedaan performa antar individu.
d. Penyusun tes:
i. Menentukan siapa yang menjadi kelompok referensi (norm group).
ii. Menentukan tipe skor norm-referenced yang akan digunakan
(percentile, standard score).

5. Criterion-Referenced:
a. Sering disebut juga dengan domain atau content-referenced testing and
assessment
b. Evaluasi terhadap skor tes didasarkan pada apakah kriteria yang telah dipenuhi
atau tidak.
c. Metode evaluasi dan cara memberikan makna terhadap skor tes dengan
mengevaluasi skor individu dengan acuan standar yang baku (Cohen &
Swerdlik, 2009).
d. Evaluasi tersebut tidak digunakan untuk membandingkan performa-performa
antar-individu, tetapi dengan standar performa yang telah ditetapkan.
Aliya Fitri – 1706050801 Mba Dewi Maulina & Bu Julia Suleeman

e. Penyusun Tes mengidentifikasi kriteria yang akan digunakan sebagai acuan


untuk memaknai performa individu.

6. Normative Sample
a. Normative sample is that group of people whose performance on a particular
test in analyzed for reference in evaluating the performance of individual test
takers (Cohen & Swerdlik, 2009).
b. When the people in the normative sample are the same people on whom test
was standardized, the phrases normative sample and standardization sample
and standardization sample are often used interchangeably (Cohen &
Swerdlik, 2009).
c. Representatif mewakili populasi yang merupakan target populasi alat ukur
ynag dibuat (apakah targetnya kelompok anak-anak? Remaja? Dewasa?)
d. N (jumlah partisipan) cukup besar:
i. Semakin besar N, semakin stabil norma, karena tidak dipengaruhi oleh
faktor kebetulan.
e. Sesuai dengan tujuan pengukuran.

7. Scaled/Converted Score:
a. Untuk mengetahui posisi individu, raw score (RS) diubah ke dalam
b. Intra individual dan interindividual

8. Jenis-Jenis Norm-Referenced:
a. Norma perkembangan (Developmental Norm)
i. Data mentah dan deskriptif; …
b. Norma kelompok (Within Group Norm)
i. Percentile
ii. Standard score
iii. Deviation

Anda mungkin juga menyukai