Anda di halaman 1dari 7

ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA PEMUKIMAN DAN TATA KOTA

 Hadinoto (1996) Arsitektur Kolonial merupakan arsitektur yang memadukan dua budaya, barat&timur.

 Kota pada masa kolonial merupakan merupakan hasil percampuran urban Barat (Eropa) dengan
kebudayaan penduduk setempat, kota kolonial memiliki keunikan tersendiri karena fokus fungsinya yang
terpusat pada bidang ekonomi.

 Ciri kota kolonial yang dihuni masyarakat majemuk dibagi berdasar keturunan, yaitu pribumi,timur
asing, belanda,eropa.

 Penataan pemukiman oleh orang” eropa ditata seperti kota-kota eropa, seperti daerah tepi pantai yang
ditata dengan pola kotak-kotak serta dibuat juga kanal untuk jalur transportasi.

PERKEMBANGAN

Diawali dengan kedatanganan bangsa eropa yang pertama yaitu portugi yang kemudian berlanjut oleh negara
lain. Belanda dating pertama kali pada thn 1596 di Banten. Tahun 1602 membentuk VOC. Kemudian pindah ke
Batavia pada 1621 serta dijadikan ibukota Hindia Timur karena kurang diterima oleh warga Banten.

Sejak berkuasanya belanda, belanda ingin merancang kota Batavia mirip kota yang ada di Belanda namun tidak
sepenuhnya diterapkan karena adanya perbedaan iklim. Pembangunan perencanaan kota Batavia yang mirip
dengan kota Amsterdam, dilakukan dengan cara memotong kota-kota Batavia sehingga terbentuk terusan-
terusan yang menjadi ciri khas kota air Amsterdam. Terusan tersebut
terbentuk dengan dibangunya dinding-dinding dari batu yang kuat dan
kokoh di kali Ciliwung. Jalan – jalan di pusat kota Batavia juga mengalami
perubahan. Jalan-jalan tersebut dibuat berpotongan lurus dan lebar.
Kemudian pada tempat penyebrangan yang melintasi terusan- terusan
tersebut, dibangunlah jembatan kerek (ophaalbrug) untuk memudahkan arus
lalu lintas perahu dan kapal yang akan melintas.

Kemudian untuk perkembangan infrastuktur di Jawa terlihat dr


pembangunan pelabuhan, jalan raya, dan jalur kereta api. Kondisi tata kota dan permukiman sebelum
dibangunya jalan raya Anyer – Panarukan memiliki pola permukiman yang berorientasi menghadap kearah
sungai. Hal ini dikarenakan sungai memiliki peranan penting sebagai sarana penghubung dan jalur transportasi.
Namun setelah dibangunya jalan raya Anyer – Panarukan, sebagian besar permukiman berorientasi menghadap
ke jalan raya. Lalu lintas barang dan jasa kini tidak lagi melalui sungai. Karena sudah berpindah alihnya lalu lintas
perdagangan, hal ini membuat pedagang Cina menjadikan rumah mereka sebagai Toko. Dari perkembangan ini
melahirkan konsep pemukiman ruko di Indonesia.

Pada awal abad ke – 19, muncul sebuah akulturasi budaya antara budaya Eropa dengan budaya lokal yang
disebut dengan Indische Culture. Perkembangan kebudayaan indis membuat bentuk dari permukiman dan
bangunan yang ada sebagai wujud dari kehidupan kelas atas yang menggambarkan ciri penguasa, bangsawan,
dan arogansi. Pola tata kota dan permukiman Belanda juga dipengaruhi oleh tata kota kuno Nusantara
yaitumacapat. Konsep macapat membagi tata kota menjadi 4 penjuru sesuai dengan arah mata angin dan selalu
terdapat alun-alun di bagian tengah. Alun – alun sebagai tempat berkumpulnya masyarakat yang dikelilingi oleh
pusat pemerintahan, tempat ibadah, pasar, dan penjara.

Penataan tersebut diatur sesuai dengan empat penjuru angin.

Seiring perkebangan pemerintahan, diberlakukan UU disentralisasi dengan tujuan memudahkan alur


pemerintahan ke pemerintah daerah, pola pemukiman berubah dibagi mjd 3:

1.Kawasan Eropa
Kawasan ini selalu berada di pusat kota, sebagai hunian para penguasa dan bangsawan. Kebijakan tersebut
bertujuan untuk melindungi kawasan Eropa dari serangan Pribumi dengan menempatkan permukiman Cina
sebagai pagar.

2.Kawasan Pecinan
Kawasan ini berada di dekat kawasan Eropa yang diperuntukan untuk pedagang Cina kaya. Kawasan ini
berfungsi untuk melindungi kaum bangsawan dan sebagai pasar

3.Kawasan Pribumi
Kawasan ini terletak di pinggiran kota yang jauh dari pusat kota dan jauh dari sarana-prasarana. Kawasan ini
dijaga penuh oleh tentara Eropa.
CIRI-CIRI KOTA KOLONIAL
1. Gaya bangunan didominasi dengan gaya pemukiman di Eropa

2. Penempatan kota berada pada daerah pesisir serta sungai, karena kala itu transportasi air menjadi jalur
perdagangan ekspor impor maupun akses bagi para pendatang.
3. Bangsa Belanda mendirikan beberapa benteng militer sebagai pusat keamanan yang didirukan untuk
menanggulangi serangan prolibumi. Di dataran tinggi material beton, untuk dataran rendah digunakan
material tanah liat.
4. Adanya pemisahan-pemisahan wilayah berdasarkan etnis yang disebut juga dengan segregasi. Dimana
penataan kota di bedakan berdasarkan etnis sehingga terdapat wilayah khusus kaum cina, melayu, arab, dan
timur tengah serta kaum pribumi.
5. Tersedianya Infrastruktur pada kota- kota kokonial seperti jalan raya sebagai jalur transportasi darat, serta
adanya pembangunan transportasi kerata api pada masa pemerintahan Daendels. Hal tersebut
dikembangakan dinusantara untuk memudahkan aktivitas para penjajah kala itu
6. Terstrukturnya perencanaan tata kota dapat dilihat pada masa ini sebab pada pemerintahan Daendles setiap
pemgembangan kota direncanakan oleh Burgerlijke Openbare Werken(BOW), departemen yang menaungi
para insinyur yang bertanggung jawab akan proyek konstruksi.

BATAVIA

Pada Abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan sehingga Daendels membuat sistem administrasi baru, hal
tersebut mempengaruhi penataan kota yaitu perpindahan pusat kota ke daerah Weltevreden,tepatnya di
kawasan Koningsplein yang memiliki posisi lebih tinggi dan jauh dari rawa-rawa. Langkah awal setelah
perpidahan ibukota adalah pembagunan istana gubernur. Setelah pemindahan pusat kota, Batavia menjadi
kota yang memiliki dua pusat, yaitu pusat perumahan atau tempat tinggal dan pusat industri.

Keduanya dihubungkan oleh Kanal Molenvliet dan jalanan yang menyusur di sisinya.
Pada abad ke-19 juga terjadi penghapusan Cultuurstelsel dan penetapan Agrarische Wet and Zuiker Wet
sehingga dibangunlah jalur kereta api sebagai alat transportasi.
SEMARANG

Semarang juga termasuk salah satu kota yang dilintasi oleh Jalur Pos yang dibuat pada masa H. W. Daendels.
Jalur Pos sendiri menghubungkan kota-kota besar di wilayah utara pulau Jawa. Semarang terletak di pesisir
pantai. Perjanjian Jepara pada tahun1677 yang berisi penyerahan Semarang kepada VOC sebagai balas budi
budi kepada VOC yang telah membantu Kerajaan Mataram menumpas Pemberontakan Trunojoyo. Sejak saat
itu Belanda mulai mendirikan bentengnya sebagai bentuk kekuasaanya di Semarang. Pada 1870 dibuatkan
kanal (terusan) agar kapal-kapal dapat masuk hingga ke dalam kota.

Pembagian wilayah

Di daerah kota lama atau disebut kota bawah karena terletak di daerah yang rendah dan tidak terlalu lebar
merupakan daerah usaha (perdagangan).

Daerah Kota Lama ditata memusat, dengan pusatnya adalah Gereja Blenduk dan kantor- kantor pemerintahan
seperti pemerintahan di Eropa.

Di daerah selatan atau disebut kota atas karena terletak di daerah perbukitan merupakan daerah
pemukiman dan perdagangan kaum Tionghoa. . Lebih ke selatan serta timur dan barat merupakan daerah
perdagangan kaum Pribumi, Melayu, dan Arab. Pemukiman kolonial yang kebanyakan berada di tepi-tepi jalan
besar mengakibatkan perluasan wilayah kota tidak seimbang. Perluasan hanya memusat di daerah tenggara atau
barat daya sehingga daerah lainnya yang mempunyai tanah pertikelir (bukan miliki pemerintah) tidak terbangun.
Pada tahun 1906 setelah didirikan geemente (pemerintah) Kota Semarang, terjadi permasalahan kepadatan
penduduk sehingga harus membuka lahan permukiman baru. Thomas Karsten juga diangkat menjadi penasihat
Gementee, yang kemudian perencanakan pembangunan pemukiman untuk mengatasi kepadatan penduduk.
Rencana-rencana yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dikerjakan bersana Plate, direktur
Pekerjaan Umum Gemeente, rencana-rencananya adlaha membangun di daerah perbukitan, sampok, semarag
timur, dan tanah-tanah partikelir. Sampok merupakan daerah pertama yang menarik perhatian gemeente. Dalam
rencananya disediakan lahan untuk 11.000 orang-orang pribumi dan 800 orang-orang Eropa sepanjang jalan-jalan
besar. Perancagan menggunakan prinsip perencanaan yaitu beberapa jalan utama disambung dengan jalan-jalan
perumahan. Untuk tanah-tanah partikelir yang merupakan milik swasta diambil alih oleh pemerintah.
MALANG

Kota Malang yang sudah ada sejak tahun 1400-an awalnya merupakan kabupaten kecil dan baru berkembang pesat
menjaadi kota modern pada tahun 1914. Malang sendiri dihuni oleh masyarakat majemuk, yang terdiri dari orang
Pribumi, Cina, Arab, dan Belanda. Masyarakat ini membentuk suatu pola pemukiman dengan alun-alun sebagai
pusat kegiatannya. Penataan kota di malang juga disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan ekonomi. Pusat
pemerintahannya diletakkan di sekitar alun-alun kota. Selain itu, di alun-alun juga terdapat kantor Asisten Residen,
kantor Bupati, tempat ibadah, dan penjara. Oleh karena itu, alun-alun memiliki peran sebagai “Civic Center”.
Masyarakat tersebut juga membentuk pola pemukiman. Pola penyebaran permukiman di Malang sampai tahun
1914:

1. Daerah permukiman orang Eropa terletak disebelah barat daya dari alun-alun, yang berdekatan dengan
pusat pemerintahan
2. Daerah permukiman orang Cina yang sebagian besar merupakan pedagang terletak sebelah tenggara dari
alun- alun (sekitar Pasar Besar).
3. Daerah orang Arab, disekitar belakang mesjid.
4. Daerah orang Pribumi kebanyakan menempati daerah kampung sebelah selatan alun-alun,
5. . Daerah Militer terletak disebelah timur, di daerah Rampal

BOUWPLANI membangun perumahan kolonial untuk orang Eropa di antara daerah Tjelaket dan Rampal.
Pemerintah mengambil keputusan ini untuk mengatasi perkembangan kota yang lebih mengarah ke utara.
Perumahan yang baru dibangun tersebut diberi nama Oranjebuurt (daerah oranye).
BOUWPLANII Generasi baru orang Belanda mempunyai keinginan agar Kota Malang memiliki kesan yang
lebih bercorak barat. Selain itu mereka juga menginginkan pemindahan pusat pemerintahan kota sehingga
dibangunlah alun-alun baru yang lebih dikenal dengan alun-alun bunder.

BOUWPLANIII membuat suatu komplek pemakaman bagi orang Eropa. di daerah Soekoen (Sukun) yang
terletak di sebelah barat daya kota yang kondisinya masih jarang penduduk serta cukup luas untuk area
pemakaman orang Eropa. Selain itu, keputusan ini diambil juga karena lahan pemakaman yang terletak di
Klojenlorstraat semakin menyempit karena perluasan kota.
B O U W P L A N I V pembangunan perumahan unuk masyarakat kelas menengah kebawah, , yaitu Tjelaket dan
Lowokwaru.

BOUWPLANV Perluasan ini dilakukan di sebelah barat Kota Malang.dibuat jalan yang
dengan alun-alun lama(kawi).
BOUWPLANVI Daerah hasil Bowplan ke-VI ini dikenal dengan Eiandenbuurt (daerah pulau-pulau). Selain
itu, perbaikan pasar pecinana
BOUWPLANVII pembangunan perumahan elit, serta dibangun juga area pacuan kuda.
B O U W P L A N V I I I Rencana pembangunan kota ke-VII lebih difokuskan pada perluasan komplek industry

BANDUNG

Pada tahun 1906, setelah terbentuk pemerintahan (gemeente), pemerintah kota menyadari
pentingnya perencanaan suatu kota. Terutama setelah Thomas Karsten memperkenalkan
konsep perencanaan kota ke Nusantara pada awal abad-20. Karena kawasan alun-alun dan
sekitarnya sudah terlanjur sulit ditata untuk ditata ulang, perencanaan kota lebih ditujukan
pada kawasan pengembangan kota ke bagian utara – yang dibatasi oleh alur rel kereta api.
Keberadaan alun-alun memiliki peranan penting bagi masyarakat, ka

Pembagian kawasan

 Kawasan pemerintahan di Kota Bandung dibagi menjadi tiga, yaitu pusat pemerintahan Stadgemeente
(kotamadya) Bandung, pusat pemerintahan Kabupaten Bandung, dan pusat pemerintahan kolonial belanda.
Pusat pemerintahan Stadgemeente (kotamadya) berada di sebelah utara Jalan Barga. Pusat pemerintahan
Kabupaten Bandung berada di sekitar pendopo Kabupaten Bandung, di sebelah selatan Jalan Raya Pos. pusat
pemerintahan kolonial Belanda berada di Bandung Utara serta memiliki Gedung Sate sebagai pusatnya.
 Kawasan pusat militer berlokasi di Cimahi

 Kawasan pemukiman di Kota Bandung dibagi menjadi dua, yaitu kawasan yang berada di
sebelah selatan Jalan Raya Pos untuk orang-orang Pribumi dan kawasan yang berada di sebelah
utara Jalan Raya Pos untuk orang-orang Belanda dan Eropa.

SURABAYA

C U L T U U R S T E L S E L tahun 1925-1830 VOC menghabiskan banyak dana untuk perang jawa hal tersebut berakibat
pemberlakuan tanam paksa pada 1830-1870. Pada saat Surabaya masih berupa pemukiman kecil yang terletak
dipedalaman, perubahanb terjadi terus menerus dikarenakan lahan pemukiman dibuka sebagai lahan pertanian
atau perkebunan. Terjadinya eksploitasi besar-besaran yang mengubah Surabaya menjadi kota pusat dengan
perkembangan yang pesat. Pada akhir abad ke 19 dibangunlah jalur rel kereta api agar memudahkan
transportasi darat sebagai pendukung transport hasil perkebunan. Jalur kereta api lebih disempurnakan lagi dan
selesai pada abad ke-20 dimana bentuk alurnya mengikuti arah aliran Sungai Kalimas (yang menjadi pedoman
struktur dan bentuk kota hingga abad ke-20) hingga menuju ke arah pelabuhan Tanjung Perak.

UU A GRA RIA DAN UU GU LA Pada tahun 1870, kebijakan tanam paksa (Cultuurstelsel) dihapus dan
digantikan dengan UU Agraria dan UU Gula. Hal tersebut dapat membuka peluang bagi pengusaha yang
akan masuk ke Kota Surabaya.Timbal balik yang didapat dari hal itu adalah sarana dan prasarana terus
meningkat, jalur transportasi darat di jalan maupun rel kereta api ditandai dengan munculnya stasiun di
kota.
UUDESENTRALISASI Pada tahun 1903, kemunculan UU tersebutsebagai awal mula berkembangnya
Surabaya sebagai kota modern. Hal tersebutdapat dilihat dari pembangunan pelabuhan dan jalur kereta
api yang lebih banyak dan modern. Kota Surabaya terus melakukan perluasan kearah selata dan utara yang
akhirnya dibangun pelabuhan yang digunakan oleh angkatan laut. Pada tahun 1905 sampai 1950 sudah
terbangun fasilitas umum dan perumahan.

TOKOH TATA KOTA MASA KOLONIAL


HENRI MACLAINEPONT

Setelah menyelesaikan studi arsitekturnya dan sebelum kembali ke Indonesia, antara


tahun 1909- 1911 Maclaine bekerja pada Kantor Postmust Meyes di Amsterdam.
Proyek pertamanya yaitu sebuah rumah sakit untuk para diaken (pembantu gereja)
yang menggunakan gaya klasik Eropa dengan ciri arsitektur kasik belanda abad ke-
XIX.

Proyek keduanya Prins Alexander Stiching, yaitu sebuah institusi untuk para tuna netra dengan
menggunakan gaya klasik Eropa. Setelah itu Maclaine kembali ke Indonesia atas dorongan ibunya.

Pada 1911 saat mengerjakan proyek SCS yang sedang membangun jalan kereta api Ciberon-Semarang.
(perusahaan kereta api belanda) Maclaine mempelajari bagaimana keadaan alam disana dari iklim, sinar
matahari, dan gaya hidup masyarakat. Pada 1913, Maclaine pindah ke Semarang sibuk dengan proyek-
proyeknya lalu memanggil rekannya Ir.Thomas Karsten untuk bekerja sama. Tahun 1915 Maclaine sakit dan
kembali ke Belanda bersama istrinya, lalu pada tahun 1918 bironya di Semarang dijual kepada Karsten.
Pada tahun 1919 Bosscha meminta Karsten merancang bangunannya yang akhirnya menjadi Technische
Hoogeschool Bandung (sekarang ITB). Sistem konstruksi yang dipakai Maclaine kemungkinan terisnpirasi
dari gambar relief candi yang menggunakan bambu.

HERMAN THOMAS KARSTEN

Thomas Karsten adalah insinyur arsitek lulusan Technische Hoogeschool di Delft dan menjadi
teman sekerja Maclaine Pont di Semarang. . Pada 1914 Thomas Karsten meninggalkan belanda
berangkat ke Indonesia atas undangan teman kuliahnya Maclaine Pont. Lalu dia membeli biro
miliknya dan memulai menjadi arsitek yang kemudian menjadi penasehat dalam perencanaan
perumahan dan perkotaan. Karyanya sebelum memulai proyek di Indonesia yaitu sebuah kantor
untuk SMN (Stoomvart Nederland) sebuah perusahaan pelayaran pada 1930. Bangunan ini
terletak di Semarang dan dijadi kan pusat kota dan merupakan bekas sebuah benteng pertahanan
Belanda yang telah dihancurkan. Meskipun dari segi penghawaan bangunan ini mempunyai ciri
bangunan tropis,tetapi Karsten tidak menggunakan elemen-elemen tradisional tetapi merupakan
barang impor dari belanda. Hal ini menjadikan perbedaan yang prinsipiil dengan Maclaine Pont.
Ketika tiba di Indonesia pada 1903 terjadi aktivitas dalam perencanaan tata kota, dan Karsten
diangkat menjadi penasehat otoritas lokal untuk perencanaan Kota Semarang. Sebagai penasehat
dia menyusun suatu paket lengkap untuk perencanaan yang didalamnya terdapat
perencanaankota, rencana detail dan peraturan bangunan. Perencanaan di Jawa yaitu Semarang,
Bandung , Batavia (Jakarta), Magelang, Malang, Buitenzorg (Bogor), Madiun, Cirebon, Meester
Cornelis (Jatinegara) dua kota kerajaan Yogyakarta, Surakarta dan kota kecil Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai