Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERENCANAAN DRAINASE PADA

TAMBANG TERBUKA

Oleh:
Abdul Kadir Jaelani
Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
No. Hp : 082274415494, email : abdulkadirjaelani097@gmail.com

Abstrak
Pada industri pertambangan curah hujan yang tinggi dapat mengahambat
kegiatan operasional penambangan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan
tidak tercapainya target produksi yang diinginkan dan dapat menyebabkan
tergenangnya air pada area tambang. Sistem penyaliran sangat identik dengan
pengontrolan air tanah dan air permukaan yang biasanya mengganggu aktifitas
tambang, baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Merancang Drainase sering kali mengabaikan peran air tanah. Hal ini sangat
berdampak pada efisiensi pada daerah penambangan dan jumlah pompa yang akan
digunakan pada proses dewatering. Proses pemompaan pada sistem tambang
terbuka mempertimbangkan total jumlah air yang masuk ke dalam kolam
penampungan air, tidak hanya air permukaan saja. Selain itu, interkoneksi saluran
drainase dan goronggorong juga berperan penting dalam optimasi sump pada
sistem tambang terbuka.
Analisis keputusan hidrogeologi memiliki peranan yang sangat besar dalam
optimasi sump baik desain sump, jumlah penggunaan pompa dan jumlah gorong-
gorong pada sistem tambang terbuka sehingga bisa didapatkan desain pit tambang
yang memilki aspek teknis dan ekonomi yang baik.
Kata Kunci : Hidrologi Tambang, Drainase, Tambang Terbuka.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada industri pertambangan curah hujan yang tinggi dapat mengahambat
kegiatan operasional penambangan. Curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan tidak tercapainya target produksi yang diinginkan dan dapat
menyebabkan tergenangnya air pada area tambang. Sistem penyaliran sangat
identik dengan pengontrolan air tanah dan air permukaan yang biasanya
mengganggu aktifitas tambang, baik tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah.
Drainase berfungsi untuk mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Irigasi dan drainase merupakan bagian penting dalam
penataan sistem penyediaan air di area penambangan, drainase berperan
penting untuk mengatur pasokan air demi pencegahan banjir

1.2 Tujuan Penelitian


Perencanaan saluran drainase dan desain pola operasi outflow pada
setlling pond agar tidak mengganggu kebutuhan air dibagian hilir disekitar area
penambangan.
1.3 Manfaat Penelitian
Menghasilkan rancangan drainase pada tambang terbuka dengan sistem
penyaliran yang baik agar dapat mengurangi gangguan terhadap kegiatan
penambangan.
II. ANALISIS DATA CURAH HUJAN

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengamatan stasiun pencatat hujan
terdekat yaitu stasiun Bronggang selama 20 tahun terakhir (1999-2017). Stasiun
Bronggang mulai tahun 1999-2017. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap
sistem penyaloran tambanh karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi
jumlah air yang harus ditampung dalam bukaan tambang.
Analisis data curah hujan, Pengolahan data curah hujan dilakukan untuk
mendapatkan besarnya nilai curah hujan rencana dan intensitas curah hujan dalam
satu jam. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan yamg dihitung menggunakan
3 metode yaitu metode aritmatik dengan curah hujan rata-rata sebesar 68,1 mm,
metode thiessen dengan curah hujan rata-rata 69,33 mm dan metode isohyet
diperoleh curah hujan rata-rata sebesar 68,3 mm.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Metode Penelitian


1. Studi Literatur
Dalam metode ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari
buku-buku yang mendukung (jurnal atau majalah ilmiah) juga mempelajari
dari sumber data lainnyaseperti dari internet/komputer.
2. Observasi
Obsaervasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu objek yang
akan diteliti dalam waktu singkat dengan bertujuan untuk mendapatkan
gambaran mengenai objek penelitian (Gorys Keraf, 2001 :162). Dalam
tahap ini penulis mengumpulkan data dengan melihat/meninjau langsung ke
lokasi penelitian terhadap proses yang sedang berlangsung demi mendapat
gambaran yang jelas mengenai objek yang sebenarnya.
3. Pengumpulan Data
4. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dikelompokkan,diolah dan dianalisa
menggunakan rumus kemudian disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan
perhitungan penyelesaian.
5. Analisa data
Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur-
literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut.
6. Kesimpulan
Menyimpulkan dan menganalisis semua hasil data yang diperoleh baik dari
lapangan dan literatur sehingga diperoleh gambaran rancangan sistem
penyaliran tambang.
3.2. Analisis Data Curah Hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengamatan stasiun pencatat hujan
terdekat yaitu stasiun Bronggang selama 20 tahun terakhir (1999-2017).
Stasiun Bronggang mulai tahun 1999-2017. Curah hujan sangat
berpengaruh terhadap sistem penyaloran tambanh karena besar kecilnya
curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang harus ditampung dalam
bukaan tambang.
Analisis data curah hujan, Pengolahan data curah hujan dilakukan untuk
mendapatkan besarnya nilai curah hujan rencana dan intensitas curah hujan
dalam satu jam. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan yamg dihitung
menggunakan 3 metode yaitu metode aritmatik dengan curah hujan rata-rata
sebesar 68,1 mm, metode thiessen dengan curah hujan rata-rata 69,33 mm
dan metode isohyet diperoleh curah hujan rata-rata sebesar 68,3 mm.
3.3. Ketinggian Muka Air Tanah

Perhitungan ketinggiaan muka air tanah dipatkan :

Tabel 3.1 Nilai Fluks

Nomor Bor V (m/s)


GW-1 7x 10-6
GW-2 1.5 x 10-5
GW-3 1,3 x 10-5
GW-4 5,4 x 10-6
GW-5 5 x 10-6
GW-6 1,3 x 10-6
GW-7 2,6 x 10-7
GW-8 6 x 10-6
GW-9 8,3 x 10-6

(Lampiran Tugas 7) dan (Lampiran peta flownet)


3.4 Daerah Tangkapan Hujan
Dari hasil penggambaran peta dan penentuannya maka daerah
tangkapan hujan dibagi menjadi beberapa daerah yaitu :

a) Daerah tangkapan hujan pit dengan luas daerah yang telah ditentukan.
b) Daerah tangkapan hujan sump dengan luas daerah yang telah
ditentukan.
c) Daerah tangkapan hujan jalan tambang A dengan luas daerah yang telah
ditentukan.
d) Daerah tangkapan hujan jalan tambang B dengan luas daerah yang telah
ditentukan.
e) Daerah tangkapan hujan jalan tambang C dengan luas daerah yang telah
ditentukan.
f) Daerah tangkapan hujan jalan tambang D dengan luas daerah yang telah
ditentukan.
3.5. Saluran Penyaliran
Saluran air atau paritan pada penambangan berfungsi untuk menampung
limpasan air permukaan pada suatu daerah dan mengalirkan ke tempat
penampungan air. Saluran air yang berada pada pit adalah saluran yang
berbentuk segi empat, trapesium dan segitiga.
3.6. Pompa
Pompa yang digunakan adalah pompa tipe 345G, maximum Flowrate
sebesar 260 m3/s. Shutoff Head 106 m sehingga kapasitas keseluruhan
pompanya 2320 liter.
3.7. Dimensi Kolam Pengendapan
Berdasarkan pengambilan data pada lokasi penelitian diketahui bahwa
kolam pengendapan yang ada masih dapat mampu menampung debit air
yang akan masuk. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
menggunakan rumus Manning.
3.8. Perhitungan Kolam Pengendapan
Volume settling pond sebesar 6110 m3. Pada peta tambang, diketahui
jumlah settling pond sebanyak 4 buah.
Tabel 4.5 Volume Settling Pond

Settling pond Volume (m3)

I 240

II 2000

III 3480

IV 390

Volume total kolam pengendapan adalah adalah 6110 m3

Pada perhitungan kecepatan partikel mengendap, menggunakan 3 sampel air


yang diambil dari tiga tempat berbeda.

Dari hasil perhitungan diperoleh :

A. Sampel A
1. Debit air maksimal saluran keluar : 83520 m3/s = 141984 ton / jam
2. Ukuran partikel yang keluar dari kolam : 2 x 10-6
3. Kecepatan partikel padatan (ρc) : 2500 kg/m3
4. Kekentalan air tambang : 1.31 x 10-6 kg/m.s
5. Diameter partikel padatan : 9 x 10-6
0.2 𝑐𝑚
6. Persen padatan : x 100% = 0,85 %
23,5 𝑐𝑚

7. Persen air : 99.15 %


sehingga didapatkan :
1. Berat padatan per m3 : 1206864 kg
2. Berat air per m3 : 140777136 kg
3. Volume padatan per detik : 0,335 m3/s
4. Volume air per detik : 97,76 m3/s
5. Q total : 98,09 m3/s
6. Vt : 0.00415 m/s
7. A : 23637,34 m2
8. H (kedalaman kolam) :4m
9. L (lebar kolam ) :9m
10. P (Panjang kolam ) : 2227 m
11. Volume kolam : 94527 m3
12. Tv : 12 menit
13. Vh : 2,72 m3/s
14. Th : 16,09 menit
Partikel akan mengendap (Tv) dengan baik jika waktu yang diperlukan material
untuk keluar dari kolam pengendapan (Th) lebih kecil. Secara sederhananya
adalah
Tv < Th.
Tv = 12 menit < Th = 16,09 menit
𝑇ℎ
1. Presentase pengendapan : x 100%
(𝑇ℎ+𝑇𝑣)
16,09
: x 100% = 57.28 %
(16,09 +12 )

Padatan yang berhasil diendapkan dalam sehari dengan jam hujan perhari 1 jam
(asumsi) : Q pompa x t x presentase pengendapan

: 360 m3/jam x 1 x 57.28 % = 206,2 m3/hr

𝑣𝑜𝑙.𝐾𝑜𝑙𝑎𝑚 6110
1. Waktu pengerukan: 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝: = 29,6 hari
206,2

≈ 30 hari
B. Sampel B
1. Debit air maksimal saluran keluar : 141984 ton / jam
2. Ukuran partikel yang keluar dari kolam : 2 x 10-6
3. Kecepatan partikel padatan (ρc) : 2500 kg/m3
4. Kekentalan air tambang : 1.31 x 10-6 kg/m.s
5. Diameter partikel padatan : 9 x 10-6
6. Persen padatan : 0.425 %
7. Persen air : 99.57 %
sehingga didapatkan :
a. Berat padatan per m3 : 6603432 kg
b. Berat air per m3 : 141373468 kg
c. Volume padatan per detik : 0,167 m3/s
d. Volume air perdetik : 98,17 m3/s
e. Q total : 97,337 m3/s
f. Vt : 0.00415 m/s
g. A : 23583,85 m2
h. H (kedalaman kolam) :4m
i. L (lebar kolam ) :9m
j. P (Panjang kolam ) : 2633 m
k. Volume kolam : 94778 m3
l. Tv : 4 menit
m. Vh : 2,75 m3/s
n. Th : 16,07 menit
Partikel akan mengendap (Tv) dengan baik jika waktu yang diperlukan material
untuk keluar dari kolam pengendapan (Th) lebih kecil. Secara sederhananya
adalah Tv < Th.

Tv = 4 menit < Th = 16,07 menit

𝑇ℎ
1. Presentase pengendapan : x 100%
(𝑇ℎ+𝑇𝑣)
16,07
: x 100% = 80,06 %
(16,07 +4)

Padatan yang berhasil diendapkan dalam sehari dengan jam hujan perhari 1 jam
(asumsi) : Q pompa x t x presentase pengendapan

: 360 m3/jam x 1 x 80,06 % = 288,2 m3/hr

𝑣𝑜𝑙.𝐾𝑜𝑙𝑎𝑚
1. Waktu pengerukan : 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝
6110
: = 21,2 hari ≈ 22 hari
288,2
C. Sampel C
1. Debit air maksimal saluran keluar : 141984 ton / jam
2. Ukuran partikel yang keluar dari kolam : 2 x 10-6
3. Kecepatan partikel padatan (ρc) : 2500 kg/m3
4. Kekentalan air tambang : 1.31 x 10-6 kg/m.s
5. Diameter partikel padatan : 9 x 10-6
6. Persen padatan : 0,212 %
7. Persen air : 99.18 %
sehingga didapatkan :
a. Berat padatan per m3 : 140819731 kg
b. Berat air per m3 : 140819731 kg
c. Volume padatan per detik : 0,083 m3/s
d. Volume air per detik : 97,79 m3/s
e. Q total : 97,873 m3/s
f. Vt : 0.00415 m/s
g. A : 23583.85 m2
h. H (kedalaman kolam) :4m
i. L (lebar kolam ) :9m
j. P (Panjang kolam ) : 2621 m
k. Volume kolam : 94,356 m3
l. Tv : 2,5 menit
m. Vh : 2,71 m3/s
n. Th : 16,11 menit
Partikel akan mengendap (Tv) dengan baik jika waktu yang diperlukan material
untuk keluar dari kolam pengendapan (Th) lebih kecil. Secara sederhananya
adalah Tv < Th.

Tv = 2,5 menit < Th = 16,11 menit

𝑇ℎ
2. Presentase pengendapan : x 100%
(𝑇ℎ+𝑇𝑣)
16,11
: x 100% = 86,56 %
(16,11 +2,5)
Padatan yang berhasil diendapkan dalam sehari dengan jam hujan perhari 1 jam
(asumsi) : Q pompa x t x presentase pengendapan

: 360 m3/jam x 1 x 86,56 % = 311,6 m3/hr

𝑣𝑜𝑙.𝐾𝑜𝑙𝑎𝑚
3. Waktu pengerukan : 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝
6110
: = 19,6 hari ≈ 20 hari
311,6

3.9. Mineral Pembentuk NAF dan PAF


PAF (Potencial Acid Forming) yaitu batuan yang berpotensi untuk
menghasilkan asam jika tercampur atau terindikasi dengan air atau oksigen.

Beberapa mineral pembentuk PAF :

 FeS2 (pirit)
 Cu2S (kalkosit)
 CuS ( Kovelit)
 MoS2 (Molybdenite)
 CuFeS2 (Kalkopirit)
 PbS (Galena)
 ZnS (Sphalerite)
 FeAsS (Arsenopirit)
NAF (Non Acid Forming) yaitu batuan yang tidak berpotensi untuk menghasilkan
asam jika terkena air dan oksigen. Mineral-mineral NAF antara lain :

 Batu pasir
 Batu lempung
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Analisis perencanaan kolam pengendapan, terdapat 3 sampel yang
digunakan. Sampel A dengan prosentase pengendapan 57,28 %, padatan
yang berhasil diendapkan dalam sehari 206,2 m3/hari dan waktu
penngerukan 30 hari. Sampel B dengan prosentase pengendapan 80,06 %,
padatan yang berhasil diendapkan dalam sehari 288,2 m3/hari dan waktu
penngerukan 22 hari. Sampel C dengan prosentase pengendapan 86,56 %,
padatan yang berhasil diendapkan dalam sehari 311,6 m3/hari dan waktu
penngerukan 20 hari.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang laporan
di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://syaiful049.blogspot.com/2012/09/sistem-penyaliran-tambang.html. Diakses
pada tanggal 17 Juni 2019 pukul 21.15 WIB

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33303657/9-28-1-
PB.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=15289984
93&Signature=dmw3ggYPYps3NrtGAlr5JbYC6JQ%3D&response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DPERENCANAAN_SISTEM_PENYALI
RAN_TAMBANG_TE.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juni 2019, pukul 21.40 WIB

https://www.academia.edu/6817220/Sistem_Penyaliran_Tambang. Diakses pada


tanggal 17 Juni 2019, pukul 22.00 WIB

http://ivanmiftahulfikri92.blogspot.com/2013/10/air-asam-tambang.html .
Diakses pada tanggal 17 Juni 2019 pukul 22.10 WIB

https://learnmine.blogspot.com/2013/06/air-asam-tambang-acid-mine-
drainage.html. Diakses pada tanggal 17 Juni 2019 pukul 23.15 WIB

http://syaiful049.blogspot.com/2012/09/sistem-penyaliran-tambang.html . Diakses
pada tanggal 18 Juni 2019 pukul 01.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai