Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BANGKO

BARAT PIT 1 TAHUN 2016 DI PT. BUKIT ASAM UNIT PENAMBANGAN


TANJUNG ENIM SUMATRA SELATAN

MINE DRAINAGE PLANNING ON PIT 1 BANGKO BARAT MINING PT.


BUKIT ASAM MINING UNIT TANJUNG ENIM SUMATRA SELATAN

Moehammad Fardan1, Maulana Yusuf2, Fuad Rusydi3


1,2,3
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Indonesia
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang 30139, Sumatera Selatan, Indonesia
Email: fardanfatari@gmail.com

ABSTRAK
PT. Bukit Asam Tbk Tanjung Enim melakukan kegiatan penambangan dengan sistem tambang terbuka, yang
menggunakan metode open pit mine sehingga akan terbentuk cekungan. Sistem penyaliran yang diterapkan pada lokasi
tambang pit 1 Bangko Barat adalah sistem mine dewatering yaitu dengan membiarkan air masuk ke lokasi tambang
untuk ditampung dalam kolam penampung (sump) dan kemudian dikeluarkan ke luar tambang dengan pompa. Lokasi
tambang pit 1 Bangko Barat memiliki 3 pit dengan daerah tangkapan hujan (Catchment Area) tiap pit adalah 143,77
Ha untuk pit utara, 41,99 Ha untuk pit selatan, dan 54,75 Ha untuk pit Barat. Pit 1 Bangko Barat memiliki 3 buah sump
yaitu Sump Utara, Sump Selatan, Sump Barat. Dimensi Sump Utara 39.730 m3, Sump Selatan 6.970 m3, dan Sump
Barat 42.445 m3. Sistem pemompaan yang dilakukan menggunakan pipa HDPE (High Density Polyethylene). Adapun
pompa yang digunakan yaitu Sulzer 385kw 3 unit yang terdapat pada Sump Utara 1 unit, Sump Selatan 1 unit, Sump
Barat 1 unit. Lumpur hasil pemompaan dengan debit sebesar 0,49 m3/detik harus diendapkan untuk menghindari
pencemaran sungai sehingga harus dibuat kolam pengendapan lumpur (KPL) dengan kapasitas tampung KPL 50.400
m3. KPL berfungsi untuk mengendapkan lumpur hasil pemompaan.

Kata Kunci: Debit, Pompa, Sump, KPL

ABSTRACT
PT Bukit Asam Tbk Tanjung Enim using surface mining method in their mining activity, which is using open pit system
that will form a basin . Drainage system that they use in pit 1 Bangko Barat is dewatering system which is let the
water flow into the pit and keep it in the sump, after that the water in the sump will be pumped out from the pit. Mining
location Pit 1 Bangko Barat has 3 another pits which are 143,77 Ha of cacthment area for pit utara/north pit ,41,99
Ha for pit selatan/south pit and 54,75 Ha for pit barat/west pit. Pit 1 Bangko Barat has 3 sump which are sump
utara/north sump, sump selatan/south sump and sump barat/west sump. The Dimension for sump utara/north sump is
39.730 m3, sump selatan/south sump is 6.970 m3, and for sump barat/ west sump is 42.445 m3. They use HDPE (high
Density Polyethylene) Pipe in Pumping System. They also use 3 Sulzer 385kw Pump which are 1 unit in sump
utara/north sump, 1 unit in sump selatan/south sump and 1 unit in sump barat/west sump. Mud as the result of pumping
process with 0,49 m3/s discharge will be precipitated in order to avoid contamination in the river, that’s why mud
settling pond with capacity around 50.400 m 3 must be prepared. mud settling pond has a function to precipatated the
mud as the result of pumping process

Keywords: Debit, Pump, Sump, Mud settling pond

1. PENDAHULUAN
PT Batubara Bukit Asam adalah perusahaan tambang yang menggunakan sistem penambangan open pit sehingga dalam
penambangannya akan membentuk sebuah cekungan yang besar dan juga sistem penambangan ini langsung
berhubungan dengan udara luar maka dari itu akan sangat tergantung pada iklim dan curah hujan karena dari cekungan
tersebut air hujan akan masuk ke dalam pit dan terkonsentrasi di dalamnya, hali ini akan menganggu aktivitas
pembangan yang sedang dilakukan [1].

Sistem penyaliran yang diterapkan di tambang batubara PT. Bukit Asam adalah sistem penyaliran secara Mine
dewatering dan Mine Drainage. Mine dewatering adalah metode penyaliran dengan membiarkan air masuk ke lokasi
tambang untuk ditampung dalam kolam penampung (sump) dan kemudian dikeluarkan ke luar tambang dengan pompa
[2]. Sedangkan Mine drainage yaitu upaya pencegahan air untuk masuk ke dalam lokasi tambang dengan cara
pembuatan saluran terbuka (ring canal) disekeliling pit sehingga air tersebut mengalir mengelilingi pit dan keluar
menuju sungai tanpa masuk ke dalam pit [2].

Adanya peningkatan produksi batubara di tahun 2016 menandakan akan ada perluasan catchment area, sehingga perlu
dilakukan perencanaan ulang terhadap sistem penyaliran di pit 1 Bangko Barat untuk mencegah kendala-kendala yang
diakibatkan air yang masuk ke dalam front penambangan. Pada tahun 2015 terdapat 3 sump di pit 1 Bangko Barat,
Sump Utara sebagai main sump, Sump Barat, dan Sump Selatan. Dengan rata-rata curah hujan sebesar 2691 mm/tahun,
diperkirakan volume air yang harus dipompa keluar pit pada tahun 2015 ini adalah sebesar 7.430.427 m3.

Permasalahan air yang masuk kedalam lokasi tambang dan menggenangi lokasi penambangan merupakan masalah yang
sangat penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan air yang masuk ke lokasi penambangan dapat mengganggu
aktivitas penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi bagi perusahaan dalam mencapai target produksi
yang telah ditetapkan, sehingga apabila hal tersebut terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian baik secara
materil maupun waktu [3]. Untuk menghindari terjadinya masalah air ini di tahun 2016, maka diperlukan perencanaan
sistem penyaliran yang baik untuk tahun 2016 agar target produksi yang telah di tentukan untuk tahun 2016 bisa
tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk menentukan jumlah pompa yang akan digunakan di tiap sump, (2) Untuk
menentukan dimensi tiap sump yang harus dibuat di pit 1 Bangko Barat, (3). Untuk menentukan dimensi saluran
terbuka yang sesuai dengan debit air, (4). Untuk menentukan volume kolam pengendapan lumpur (KPL) yang harus
dibuat untuk mengendapkan lumpur hasil pemompaan sebelum air hasil pemompaan dialirkan ke sungai.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Juni 2015 hingga 03 Agustus 2015 di PT. Bukit Asam (persero) tbk Tanjung
Enim. Dalam melakukan studi ini, adapun metodologi yang dilakukan adalah:
a. Studi Literatur
Mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book maupun berbagai referensi laporan penelitian yang
berhubungan dengan hidrologi dan pemompaan.
b. Penelitian Dilapangan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan dan seluruh aspek yang berkaitan dengan
penyaliran suatu tambang.
c. Pengumpulan Data
1. Data primer adalah data yang diambil dari pengamatan dilapangan dengan mencatat secara sistematis, data
tersebut meliputi jumlah pompa, panjang dan diameter pipa, jalur-jalur pipa, volume air pada sump, dan bentuk
kolam pengendapan lumpur yang ada.
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan berdasarkan referensi dari perusahaan dan buku-buku handbook
atau laporan perusahaan yang mendukung meliputi data curah hujan, jam hujan, dan hari hujan, daerah tangkapan
hujan, peta situasi, spesifikasi pompa dan pipa, dan kadar lumpur dari hasil pemompaan.
d. Pengolahan Data
Setelah data didapatkan maka selanjutnya adalah pengelompokan dan pengolahan data, dikarenakan penelitian
terdiri dari beberapa variabel, maka data mentah yang diperoleh kemudian dilakukan perhitugan dengan rumus-
rumus yang didapat dari literatur seperti:
1. Perhitungan curah hujan rencana, didapat dengan menggunakan metode gumbel dengan rumus sebagai berikut
[4].

Y = X + (k x S) (1)

Keterangan:
Y = Faktor reduksi Gumbel
X = Curah hujan rencana (mm/bulan)
k = Faktor koreksi
S = Deviasi standar

2. Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan dengan menggunakan rumus monnonobe sebagai berikut [5].
2
R24 24 3
I= ( ) (2)
24 tc

Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R = Curah hujan rancangan (mm/hari)
tc = Lama waktu hujan (jam)

3. Perhitungan debit limpasan permukaan, dapat dihitung dengan persamaan rasional sebagai berikut [6].

Q=CxIxA (3)

Keterangan:
Q = Debit limpasan (m3/jam)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area (m2)

4. Perhitungan head pompa, didapatkan dengan persamaan Bernoulli sebagai berikut [7].

Hp = z + H L (4)

Keterangan:
Hp = head pompa (m)
Z = ketingian diukur dari bidang referensi (m)
HL = head loss (m)

5. Perhitungan dimensi sump berdasarkan pada selisih terbesar antara volume air yang masuk ke dalam bukaan
tambang dengan volume pemompaan [8].

Volume sump = Volume air yang masuk – Volume pemompaan (5)

6. Perhitungan dimensi saluran tambang didapatkan dengan menggunakan persamaan Manning yaitu [9].

Q = A. 1/n. R2/3 S1/2 (6)

Keterangan:
Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik = A/P
S = gradien
A = luas penampang basah
P = keliling basah
n = koefisien kekasaran Manning yang menunjukkan kekasaran dinding saluran .

7. Kolam Pengendapan Lumpur (KPL)


Kolam pengendap lumpur dapat dibuat dengan mempertimbangkan kadar lumpur yang terdapat pada air yang
dipompakan [10].

e. Analisa Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk dibuat perencanaan sistem penyaliran yang sesuai unutk
tahun 2016 untuk diaplikasikan di pit 1 Bangko Barat agar air yang akan masuk ke dalam pit tidak akan
mengganggu kegiatan penambangan selama tahun 2016.
f. Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan analisa data maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan dari masalah yang di hadapi sehingga dapat memberikan saran bagi perusahaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Jumlah Pompa yang Akan Digunakan

3.1.1. Daerah Tangkapan Hujan


Penentuan daerah tangkapan hujan di pit 1 Bangko Barat menggunakan software mainscape. Penentuan daerah
tangkapan hujan untuk Pit 1 Bangko Barat disesuaikan dengan jumlah Sump yang ada. Di pit 1 Bangko Barat terdapat 3
sump dengan ukuran yang berbeda, yaitu Sump Utara, Sump Selatan¸ dan Sump Barat. Besar masing-masing catchment
area dari tiap sump dapat dilihat pada (Tabel 1) di bawah ini.

3.1.2. Curah Hujan


Data curah hujan didapat dari bagian Perencanaan Sipil dan Hidrologi mulai dari tahun 2006 sampai tahun 2009
meliputi data curah hujan rata-rata bulanan, jam hujan rata-rata bulanan dan hari hujan rata-rata bulanan. Dengan
Persamaan (1) maka didapatkan curah hujan rencana sebesar 665,09 mm/bulan dan intensitas curah hujan dengan
dihitung menggunakan Persamaan (2) yang terdapat di pit 1 Bangko Barat sebesar 7,2 mm/jam dengan mengambil
periode ulang 5 tahun sebagai antisipasi untuk curah hujan rencana yang lebih besar.

3.1.3. Debit Air yang Masuk kelokasi Tambang


Debit air yang masuk kelokasi tambang dipengaruhi oleh limpasan air hujan, air tahan dan evaporasi
a. Debit Limpasan Air Hujan
Debit air limpasan dapat dihitung dengan Persamaan (3) yang dipengaruhi oleh intensitas curah hujan periode ulang
hujan 5 tahun 7,2 mm/jam dan koefisien limpasan 0,9. Sehingga debit aliran permukaan yang masuk kedalam main
sump dapat dilihat pada (Tabel 2) di bawah ini.
b. Evaporasi
Untuk menghitung evaporasi diperlukan suhu rata-rata daerah Bangko Barat yaitu sebesar 27 oc dan kecepatan angin
sebesar 5 knot, dengan persentase evaporasi 2 % maka besar evaporasi yang terjadi dapat dilihat pada (Tabel 3) di
bawah ini.
Jadi debit air yang masuk ke sump pada pit 1 Bangko Barat dapat di hitung dengan jumlah dari air limpasan dikurangi
evapotranspirasi dapat dilihat pada (Tabel 4) di bawah ini.

Tabel 1. Luas catchment area tiap sump

No Nama Sump Luas Catchment Area


1 Sump Utara 143,77 Ha
2 Sump Selatan 41,99 Ha
3 Sump Barat 54,75 Ha
Total 244,51 Ha

Tabel 2. Perhitungan debit limpasan maksimum

Luas I Q
No Lokasi C
km2 mm/jam m3/detik
1 Sump Utara 1,4377 0.9 7,2 2,6
2 Sump Selatan 0,4199 0.9 7,2 0,75
3 Sump Barat 0,5475 0.9 7,2 1,01
Tabel 3. Debit Evaporasi

Luas Et Luas Evaporasi Et Et


No Lokasi 2 3 3
m m/jam 2% m /jam m /detik
1 Sump Utara 1437760 0.00014 28755,2 4,025 0.0011
2 Sump Selatan 419913 0.00014 8398,26 1,175 0.0003
3 Sump Barat 547567 0.00014 10951,34 1,533 0.0004

Tabel 4. Debit total yang masuk

Debit Debit
Debit Total
No Lokasi Limpasan Evapotranspirasi
m3/detik m3/detik m3/detik
1 Sump Utara 2,6 0.0011 2,59
2 Sump Selatan 0,75 0.0003 0,75
3 Sump Barat 1,01 0.0004 1

Tabel 5. Nilai head tiap sistem pemompaan

Jalur Head Statis (m) Head Gesek Head Gesek Head Total
Pipa Hisap Pipa Buang Kecepatan Head
(m) (m) (m) (m)
Sump Utara- 31 0,92 12,18 0,7 44,8
Sump Barat
Sump Selatan- 44 0,09 1,69 0,057 45,8
Saluran 1
Sump Barat- 45 0,23 1,6 0,08 46,91
KPL Barat

Tabel 6. Kebutuhan pompa tiap sump

Jalur Kebutuhan Pompa RPM Debit Pompa


Sump Utara–Sump Barat 1 1200 0,25 m3/detik
Sump Selatan-Saluran 1 1 1200 0,25 m3/detik
Sump Barat-KPL Barat 1 1200 0,26 m3/detik

3.1.4. Sistem Pemompaan


Dalam perencanaan sistem penyaliran pit 1 Bangko Barat tahun 2016 akan dibuat 3 jalur pemompaan, jalur yang
direncanakan adalah:
1. Sump Utara ke Sump Barat
2. Sump Selatan ke Saluran 1
3. Sump Barat ke KPL Barat
a. Head pompa
Pompa yang akan digunakan pada pit 1 Bangko Barat adalah jenis pompa sentrifugal Sulzer 385kw dan pipa yang
digunakan adalah pipa HDPE (High Density Polyethilene) dengan kondisi penyaliran:
1. Pemompaan pada Sump Utara akan dilakukan pada elevasi 0 mdpl dan akan dipompakan ke elevasi +31 mdpl
menuju Sump Barat, diameter pipa hisap 200 mm dengan panjang pipa 6 m, diameter pipa buang 250 mm dengan
panjang pipa 240 m, dan debit pompa yang dibutuhkan berdasarkan waktu pemompaan selama 20 jam adalah 0,13
m3/detik.
2. Pemompaan pada Sump Selatan akan dilakukan pada elevasi +21 mdpl dan akan dipompakan ke elevasi +65 mdpl
menuju Saluran 1, diameter pipa hisap 200mm dengan panjang pipa 6 m, diameter pipa buang 250 mm dengan
panjang pipa 245 m, dan debit pompa yang dibutuhkan berdasarkan waktu pemompaan selama 20 jam adalah 0,037
m3/detik.
3. Pemompaan pada Sump Barat akan dilakukan pada elevasi +23 mdpl dan akan dipompakan ke elevasi +68 mdpl
menuju KPL Barat, diameter pipa hisap 200mm dengan panjang pipa 6 m, diameter pipa buang 250 mm dengan
panjang 48 m dan dilanjutkan ke pipa berdiameter 300 mm dengan panjang pipa 176 m, dan debit pompa yang
dibutuhkan berdasarkan waktu pemompaan selama 20 jam adalah 0,062 m3/detik.
Dengan menggunakan Persamaan (4) akan didapatkan Head Total dari ke 3 sistem pemompaan yang akan digunakan,
dapat dilihat pada (Tabel 5) di atas.
b. Jumlah Pompa yang Akan Digunakan
Setelah debit yang dibutuhkan diketahui maka dapat dilakukan pemilihan pompa yang sesuai, pompa yang digunakan
adalah pompa dengan merk Sulzer 385kw (diesel) dengan total head 110 m. Nilai total head akan masukan ke dalam
grafik pompa Sulzer 385kw sehingga akan didapatkan debit pompa yang akan digunakan, dari debit pompa tersebut
juga dapat diketahui berapa unit pompa yang akan digunakan di tiap sump dengan waktu pemompaan 20 jam. Jumlah
pompa dan debit pompa yang akan digunakan pada sistem pemompaan ini adalah seperti pada (Tabel 6) di atas.

3.2. Dimensi Sump


Sumuran yang dibuat merupakan sumuran sementara untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kemajuan tambang,
Kolam penampungan yang harus disiapkan untuk menampung volume air merupakan selisih terbesar antara volume air
masuk ke dalam sump dikurang dengan volume air yang dipompakan dalam waktu yang sama. untuk menentukan
volume air yang masuk tentukan dulu intensitas hujan menggunakan Persamaan (2) dengan curah hujan rencana sebesar
665,09 mm/bulan (dibagi terlebih dahulu dengan hari hujan rata-rata per bulan) dengan nilai t bervariasi dari 1 hingga
24 jam, hasil dari perhitungan intensitas hujan digunakan untuk menghitung debit air yang masuk menggunakan
Persamaan (3), untuk menghitung volume air yang masuk debit air dikalikan dengan jam hujannya sehingga didapatlah
volume air yang masuk tiap jam selama rentang waktu 1-24 jam. Volume pemompaan didapatkan dengan cara perkalian
debit pompa dan variasi jam dari 1-24 jam.
Bentuk sump yang akan dibuat berbentuk trapesium bersudut 45 o dengan kedalaman sump telah direncanakan sebesar
5m. Ilustrasi dimensi sump dapat dilihat pada (Gambar 1) di bawah ini.

Untuk menentukan volume sump yang berbentuk Trapesium digunakan persamaan:


Volume = (luas atas + luas bawah) x ½ kedalaman (7)

3.2.1. Sump Utara


Volume pompa yang digunakan adalah debit air yang keluar menuju ke sump barat sebesar 900 m 3/jam. Sehingga akan
di dapatkan selisih terbesar antara debit air masuk dengan debit pompa dalam variasi waktu 1-24 jam, debit sisa air pada
waktu hujan selama 22 jam dengan intensitas hujan 2,10 mm/jam. Debit air yang masuk ke dalam sump sebesar 59.432
m3 sedangkan pada saat bersamaan pompa hanya mampu memompakan debit sebesar 19.800 m3 selama 22 jam. Selisih
sebesar 39.632 m3 tidak mampu diatasi oleh pompa yang tersedia. Maka selisih volume selama 22 jam waktu hujan
akan terkumpul sebagai volume sump. Dengan menggunakan Persamaan (7) maka akan didapatkan panjang sisi-sisi
sump seperti berikut:
a. Panjang permukaan sumuran (x) = 94 m
b. Lebar permukaan sumuran (x) = 94 m
c. Panjang dasar sumuran (y) = 84 m
d. Lebar dasar sumuran (y) = 84 m
e. Volume Tampungan Sump = 39.730 m3

x
5m

Gambar.1 Ilustrasi dimensi sump


1,16 m

0,57 m 0,47 m 0,54 m

0,62 m

Gambar 2. Penampang saluran penyaliran rencana

3.2.2. Sump Selatan


Volume pompa yang digunakan adalah debit air yang keluar menuju ke sump barat sebesar 900 m 3/jam. Sehingga akan
di dapatkan selisih terbesar antara debit air masuk dengan debit pompa dalam variasi waktu 1-24 jam, debit sisa air pada
waktu hujan selama 4 jam dengan intensitas hujan 6,54 mm/jam. Debit air yang masuk ke dalam sump sebesar 9.889 m3
sedangkan pada saat bersamaan pompa hanya mampu memompakan debit sebesar 3.600 m3 selama 4 jam. Selisih
sebesar 6.289 m3 tidak mampu diatasi oleh pompa yang tersedia. Maka selisih volume selama 4 jam waktu hujan akan
terkumpul sebagai volume sump. Dengan menggunakan Persamaan (7) maka akan didapatkan panjang sisi-sisi sump
seperti berikut:
a. Panjang permukaan sumuran (x) = 42 m
b. Lebar permukaan sumuran (x) = 42 m
c. Panjang dasar sumuran (y) = 32 m
d. Lebar dasar sumuran (y) = 32 m
e. Volume Tampungan Sump = 6.970 m3

3.2.3. Sump Barat


Volume pompa yang digunakan adalah debit air yang keluar menuju ke sump barat sebesar 936 m3/jam. Sehingga akan
di dapatkan selisih terbesar antara debit air masuk dengan debit pompa dalam variasi waktu 1-24 jam, debit sisa air pada
waktu hujan selama 24 jam dengan intensitas hujan 1,98 mm/jam. Debit air yang masuk ke dalam sump sebesar 64.575
m3 sedangkan pada saat bersamaan pompa hanya mampu memompakan debit sebesar 22.464 m3 selama 24 jam. Selisih
sebesar 42.111 m3 tidak mampu diatasi oleh pompa yang tersedia. Maka selisih volume selama 24 jam waktu hujan
akan terkumpul sebagai volume sump. Dengan menggunakan Persamaan (7) maka akan didapatkan panjang sisi-sisi
sump seperti berikut:
a. Panjang permukaan sumuran (x) = 97 m
b. Lebar permukaan sumuran (x) = 97 m
c. Panjang dasar sumuran (y) = 87 m
d. Lebar dasar sumuran (y) = 87 m
e. Volume Tampungan Sump = 42.445 m3

3.3. Dimensi Saluran Terbuka


Penentuan dimensi penampang saluran penyaliran dapat dihitung menggunakan rumus Robert manning dan rumus
Kontinuitas, dengan mempertimbangkam harga koefisien Manning yaitu 0.030, catchment area dari saluran 1 sebesar
0,02 km2, panjang aliran 600 m dengan kemiringan 1%, ditambah dengan debit air dari pemompaan pada Sump Selatan
sebesar 0,25 m3/detik, maka didapatkan debit air yang mengalir pada saluran 1 sebesar 0,49 m3/detik. Dari nilai debit
penyaliran di saluran terbuka dan sudut dinding saluran sebesar 60 o maka didapatkan dimensi saluran terbuka seperti
pada (Gambar 2) di atas.

3.4. Volume Kolam Pengendapan Lumpur


Kolam pengendap lumpur dibuat pada ujung pipa buang. Kolam ini befungsi sebagai tempat mengendapkan lumpur
yang terdapat pada air sebelum air tersebut dibuang ke sungai. Perencanaan dimensi kolam pengendap lumpur harus
didasarkan pada debit pemompaan dan kandungan lumpur yang terdapat pada air. KPL yang direncanakan benbentuk
persegi panjang dengan terdapat beberapa kompartemen. Pertimbangan lain yang juga harus diperhatikan adalah jangka
waktu pengurasan kolam. Pengurasan KPL pada PT Bukit Asam pit 1 Bangko Barat direncanakan dilakukan 3 kali
dalam satu tahun pada saat volume lumpur sudah mencapai 2/3 bagian dari volume KPL. Debit yang masuk ke KPL
adalah sebesar 0,75 m3/detik yang berasal dari saluran 1 dan pemompaan pada Sump Barat. Kadar lumpur yang terdapat
pada air yang dipompakan adalah 1 %, kadar lumpur ini perlu dikalikan dengan debit hasil pemompaan ke dalam KPL
selama setahun penuh, sehingga didapatkan volume lumpur selama satu tahun adalah 137.970 m3.
Volume lumpur setahun penuh ini akan dibagi ke dalam 3 kali pengurasan sesuai jadwal yang telah direncanakan, maka
didapatkan volume lumpur sebesar 45.990 m3. Volume KPL yang direncanakan akan dibuat berdasarkan volume
lumpur ini ditambah 10% sebagai volume jagaan, sehingga volume KPL yang akan dibuat adalah sebesar 50.589 m3.

Volume KPL = Panjang x lebar x tinggi (8)

Volume KPL = 90 m x 80 m x 7 m
= 50.400 m3

4. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dari hasil dan analisa yang dilakukan terhadap sistem penyaliran di muara tiga besar utara,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Jumlah pompa yang dibutuhkan dalam sistem penyaliran di pit 1 Bangko Barat adalah 3 unit, dengan debit pompa
yang dibutuhkan tiap sump sebagai berikut:
a. Pada Sump Utara dibutuhkan 1 unit pompa Sulzer 385kw dengan total debit pemompaan 0,25 m 3/detik.
b. Pada Sump Selatan dibutuhkan 1 unit pompa Sulzer 385kw dengan debit pemompaan 0,25 m 3/detik.
c. Pada Sump Barat dibutuhkan 1 unit pompa Sulzer 385kw dengan total debit pemompaan 0,26 m3/detik.
2. Dalam menentukan dimensi Sump maka diambil selisih terbesar antara debit air masuk ke dalam pit dengan debit
pemompaan. Dari hasil pengolahan data diperoleh dimensi Sump sebagai berikut:
a. Untuk Sump Utara debit air yang masuk ke dalam pit sebesar 59.432 m3 dikurangi debit pemompaan sebesar
19.800 m3, sehingga dimensi Sump Utara yang harus dibuat adalah sebesar 39.730 m3, dengan ukuran luas
permukaan Sump 94 x 94 meter, luas dasar Sump 84 x 84 meter, kedalaman 5 meter.
b. Untuk Sump Selatan debit air yang masuk ke dalam pit sebesar 9.889 m3 dikurangi debit pemompaan sebesar
3.600 m3, sehingga dimensi Sump Selatan yang harus dibuat adalah sebesar 6.970 m3, dengan ukuran luas
permukaan Sump 42 x 42 meter, luas dasar Sump 32 x 32 meter, kedalaman 5 meter.
c. Untuk Sump Barat debit air yang masuk ke dalam pit sebesar 64.575 m3 dikurangi debit pemompaan sebesar
22.464 m3, sehingga dimensi Sump Barat yang harus dibuat adalah sebesar 42.445 m3, dengan ukuran luas
permukaan Sump 97 x 97 meter, luas dasar Sump 87 x 87 meter, kedalaman 5 meter.
3. Saluran terbuka yang direncanakan akan dipakai untuk jangka waktu yang cukup lama, setelah dilakukan
perhitungan menggunakan rumus Manning diperoleh debit aliran sebesar 0,49 m3/detik, dengan dimensi drainase
saluran 1; lebar dasar (b) 0,62 m; lebar permukaan (B) 1,16 m; dan kedalaman 0,54 m.
4. Volume KPL yang direncanakan untuk tahun 2016 adalah sebesar 50.400 m3, air hasil pemompaan sebelum
dialirkan ke sungai terlebih dahulu harus ditreatment untuk mengurangi kandungan zat berbahaya seperti Besi dan
Mangan dari air itu sendiri. Maka diperlukan kolam pengendapan lumpur untuk menetralisir kandungan zat
berbahaya tersebut dan untuk menetralkan pH air yang masih bersifat asam dengan pH 4,8 maka perlu dilakukan
pengapuran di dalam KPL.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Jurnal Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan tahap Sarjana di Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Sriwijaya.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff. MSCE., Rektor Universitas Sriwijaya.
2. Ibu Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST., MT., selaku ketua jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
3. Bapak Bochori, ST, MT., selaku sekretaris jurusan Teknik Pertambangan Unsri.
4. Bapak Ir. H. Maulana Yusuf, MS, MT selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Ibu Dosen jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
6. Bapak Suratman selaku asisten manajer penambangan di PT. Bukit Asam (Persero)Tbk Tanjung Enim.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Jurnal Ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Robert, K. J. (1996). Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[2] Tahara, H. (2004). Pompa dan Kompresor. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha.
[3] Suwardi, A. (2004). Diktat Perencanaan Tambang Terbuka. Bandung : Universitas Islam bandung.
[4] Soewarno. (1995). Hidrologi Jilid I. Bandung : Penerbit Nova.
[5] Endrianto, M.. dan Ramli, M. (2013). Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Terbuka Batubara. Tesis,
Fakultas Teknik : Universitas Hasanudin.
[6] Olson, R. dan Steven, W. (1993). Dasar-dasar Mekanika Fluida Teknik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
[7] Soemarto. (1995). Hirologi Teknik Edisi 2. Jakarta : penerbit Erlangga.
[8] Oka Lingga Putra.(2014). Kajian Teknis Sistem Penirisan Tambang Banko Barat Guna Menanggulanggi dan
Mengoptimalisasi Sistem Pemompaan Air Tambang di Pit III Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk,
Tanjung Enim, Jurnal Ilmu Teknik, Vol 2, No. 4.
[9] Sosrodarsono. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita: Jakarta.
[10] .....,2004. Perencanaan Drainase Tambang Terbuka. PT. Bukit Asam: Tanjung Enim

Anda mungkin juga menyukai