Efek Samping Non Neurologis1
Efek Samping Non Neurologis1
5. Efek Endokrin
Penghambatan reseptor dopamine pada saluran tuberinfundibular menyebabkan
peningkatan sekresi prolaktin, yang dapat menyebabkan pembesaran payudara,
galaktorea, impotensi pada laki-laki, dan amenore serta penghambatan orgasme pada
wanita. Untuk mengatasi efek samping tersebut dapat dilakukan penggantian obat
antipsikotik yang diberikan. Pada keadaan impotensi sebagai efek obat dapat diberikan
bromokriptin. Untuk gangguan pada orgasme maupun penurunan libido dapat diberikan
brompheniramine (bromfed), ephedrine (Primatene), phenylpropanolamin (Comtrex),
midrione, dan imipramin (tofranil). Priapisme dan laporan orgasme yang nyeri juga
dilaporkan, kemungkinan kedua hal tersebut terjadi akibat aktivitas antagonis adrenergic
α1. Peningkatan berat badan juga merupakan efek endokrin yang paling sering terjadi
akibat penggunaan antipsikotik tipikal. Peningkatan berat badan nantinya akan menjadi
resiko terjadinya DM tipe 2, hipertensi dan dislipidemia. Peningkatan berat badan juga
didaptkan karena adanya blok pada reseptor 5 HT2c1,5,8.
6. Efek Dermatologis
Dermatitis alergik dan fotosensitivitas dapat terjadi pada sejumlah kecil pasien,
paling sering terjadi pada mereka yang menggunakan antipsikotik tipikal potensi rendah,
khusunya chlorpromazine. Berbagai erupsi kulit seperti urtikaria, makulopapular, peteki,
dan erupsi edematous telah dilaporkan. Erupsi terjadi pada awal terapi, biasanya dalam
minggu pertama dan menghilang dengan spontan. Reaksi fotosensitivitas yang
menyerupai proses terbakar matahari (sunburn) yang parah juga terjadi pada beberapa
pasien yang menggunakan chlorpromazine. Pasien harus diperingatkan tentang efek
tersebut, yaitu agar tidak berada dibawah sinar matahari lebih dari 30-60 menit, dan harus
menggunakan tabir surya. Penggunaan chlorpromazine juga disertai beberapa kasus
diskolorasi biru-kelabu pada kulit pada daerah yang terpapar dengan sinar matahari. 1
7. Efek pada Mata
Thioridazine disertai dengan pegmentasi ireversibel pada retina bila diberikan
dalam dosis lebih besar dari 800 mg sehari. Gejala awal dari efek tersebut kadang-kadang
berupa kebingungan nocturnal yang berhubungan dengan kesulitan penglihatan malam.
Pigmentasi dapat berkembang menjadi kebutaan walaupun thioridazine dihentikan karena
tidak bersifat reversible.
Chlorpromazine berhubungan dengan pigmentasi mata yang relatif ringan,
ditandai oleh deposit granular coklat keputihan yang terpusat di lensa anterior dan kornea
posterior yang dapat timbul bila pasien mengingesti 1-3 kg chlorpromazine selama
hidupnya. Deposit dapat berkembang menjadi granula putih opak dan coklat kekuningan.
Keadaan ini hampir tidak mempengaruhi penglihatan pasien. 5,8
8. Ikterus
Ikterus obstruktif atau kolestatik adalah suatu efek samping yang relative jarang
terjadi dalam penggunaan antipsikotik tipikal. Biasanya ikterus muncul pada bulan
pertama terapi dan ditandai oleh nyeri abdomen bagian atas, mual, muntah, gejala mirip
flu, demam, ruam, bilirubin pada urin dan peningkatan bilirubin serum, alkali fosfatase
dan transaminase hati. Jika ikterus terjadi, maka terapi harus diberhentikan dan diganti.
Ikterus dilaporkan terjadi pada penggunaan promazine, thioridazine, dan sangat jarang
terjadi pada fluphenazine dan trifluoperazine. 3
9. Overdosis Antipsikotik
Gejala overdosis antipsikotik berupa gejala ekstrapiramidal, midriasis, penurunan
reflex tendon dalam, takikardia, dan hipotensi. Gejala overdosis yang parah adalah
delirium, koma, depresi pernapasan, dan kejang. Terapi overdosis antipsikotik harus
termasuk pemakaian arang aktif (activated charcoal), jika memungkinkan lavage lambung
dapat dipertimbangkan. Terapi kejang dengan diazepam serta hipotensi dengan
norepinefrin juga merupakan terapi overdosis antipsikotik atipikal.1