Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

TUTORIAL KEHAMILAN
(PREGNANCY)

Disusun oleh : Kelompok 17


Wida Purbaningsih, DR., M.KES.

Nama NPM
1. Indah Aini 10100119170
2. Desi Angraeni 10100119171
3. Early Aristha .W 10100119172
4. Rivaldi Setiawan 10100119173
5. Darayani Nurfauziah 10100119174
6. Hauradarry Aurella .P 10100119175
7. Wizdan Nafi .A 10100119176
8. Adinda Riany P. S 10100119177
9. Nur Annisa .R 10100119178
10. Hana Badiiah 10100119179
11. Dendi Herlangga 10100119180

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Jl. Hariangbanga No. 2 Tamansari – Bandung
Telp: (022) 4203368 | Fax: (022) 423121
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia- Nya kami dapat menyusun laporan tutorial dengan case “Kehamilan
(Pregnancy)” ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok tutorial
tingkat 1 di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini, baik berupa materil maupun segala
hal yang dapat membantu dalam penyelesaian laporan ini, karena kami tidak dapat
menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan setiap pihak.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, karena kami adalah manusia
yang tidak luput dari kesalahan, karena itu kami bersedia untuk menampung
setiap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat yang bagi penyusun, pembaca, dan
seluruh kalangan masyarakat. Aamiin.

Bandung, 20 Oktober 2019

Kelompok 17

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Review Case ...................................................................................................1
BAB II ISI ...............................................................................................................2
2.1 Pembelahan Sel ..............................................................................................2
2.2 Gametogenesis ................................................................................................5
2.3 Spermatogenesis dan Oogenesis ...................................................................13
2.4 Fertilisasi ......................................................................................................17
2.5 Kehamilan.....................................................................................................23
2.6 BHP & IIMC ................................................................................................32
BAB III PENUTUP ..............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................33

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Review case

Mrs.X 25 tahun dan suaminya mengunjungi Maternal and Neonatal Health Clinic
(MNHC) di Primary Health Care Center. Pasangan ini ingin berkonsultasi dengan
dokter mengenai rencana kehamilan pertama setelah 1 tahun menikah. Hasil lab
menunjukkan kondisi sperma dari Mr.X semuanya menunjukkan hasil yang
normal,begitu juga kondisi kesehatan ovum dari Mrs.X hasilnya normal. Beberapa
bulan setelah Mrs.X dan Mr.X mengunjungi MNHC,Mrs.X akhirnya hamil. Dan
untuk memastikannya, dokter melakukan USG pada Mrs.X. Dari hasil USG
didapatkan Uterus diisi dengan satu fetus, pergerakan yang aktif, detak jantung
160 bpm, CRL (Crown Rump Length) 5,5 cm , lengkuk fetus (Nuchal
Tranlucency) 2mm,Cairan Amniotic normal , dan terdapat korion frondosum di
dinding poterior uterus. Kedua adnexa dalam keadaan normal dan tidak ada
keadaan abnormal dalam janin

1
BAB II ISI

2.1 Pembelahan sel

Pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua
atau lebih
sel anak
 Amitosis
Pembelahan sel yang sederhana, biasa terjadi pada sel Prokariot,seperti
pada Bakteri, tidak mempunyai fase khusus, tidak mempunyai formasi
benang spindle,dan reproduksi nya aseksual

 Mitosis

Profase

Pada tahapan ini, DNA akan mulai digabungkan / dikemas menjadi kromosom.
Definisi dari kromosom adalah sebagai suatu struktur-struktur paling padat dari
gabungan / kemasan DNA. DNA sendiri, harus digabung / dikemas ke dalam
suatu kromosom. Definisi dari profase adalah sebagai tahapan-tahapan
yang paling lama terjadi dalam proses pembelahan sel secara mitosis.

Pada tahapan-tahapan profase awal, kromosom sendiri akan mulai tampak


menjadi lebih pendek dan mulai menebal. Jika pada tahapan di sel hewan, bagian
sentriol akan mengalami proses membelah dan masing-masingnya akan
melakukan proses pergerakan menuju ke kutub yang jalurnya berlawanan
arah pada nukleus. Kemudian proses selanjutnya akan terbentuk suatu jaringan
benang-benang spindel yang mempunyai penghubung secara langsung dari
bagian kutub ke bagian kutub pula.

Jika pada tahapan di sel tumbuhan, tidak mempunyai bagian sentriol dan bagian
dari benang-benang spindel yang akan terbentuk tanpa terjadi pengikatan pada

2
pada sentriol. Sedangkan pada tahapan-tahapan profase akhir, masing-masing
dari kromosom sendiri akan mulai terlihat yang terdiri dari dua bagian kromatid
yang mengalami proses pengikatan pada sentromer. Kemudian proses selanjutnya,
bagian dari nucleolus akan menghilang dan bagian dari membran nucleus akan
mengalami kehancuran. Pada tahapan-tahapan ini, bagian kromosom bergerak
sangat bebas di dalam bagian-bagian sitoplasma.

Metafase

Definisi dari metafase adalah sebagai tahapan-tahapan yang sangat singkat dalam
proses pembelahan sel secara mitosis. Pada tahapan-tahapan tersebut, bagian
kromosom bergerak menuju ke bidang ekuator pada benang-benang spindel.
Kromosom akan mengalami pengikatan pada benang-benang spindel melalui
bagaian sentromer.

Mengapa kromosom sendiri bermukim pada bidang ekuator? Hal ini dengan
tujuan agar pada saat proses pembagian-pembagian sejumlah informasi-informasi
dari DNA, sehingga pembagian informasi dari DNA dilakukan secara merata dan
sama jumlahnya kepada sel anakan.

Anafase

Definis dari anafase adalah sebagai tahapan-tahapan yang singkat dalam proses
pembelahan sel secara mitosis. Dalam tahapan-tahapan ini, pada masing-masing
sentromer akan melakukan pengikatan pada kromatid yang sedang membelah
secara bersamaan. Kromatid akan mengalami pergerakan menuju bagian kutub
untuk pembelahan.

Hal tersebut karena terjadinya proses kontraksi pada benang spindel.


Saat proses kontraksi sendiri, pada benang spindel akan mulai memendek dan
selanjutnya akan menarik kromatid untuk membelah menjadi dua bagian yang
sama pada kedua kutub yang mempunyai arah berlawanan. Tahapan-tahapan ini
akan menghasilkan salinan kromosom yang saling berpasangan yakni (1c,2n).

Telofase

Pada tahapan-tahapan ini, bagian dari membran inti akan mulai terbentuk dan
pada nucleolus akan kembali muncul. Pada bagian kromosom akan melalui proses
pembentukan benang-benang yang bernama benang kromatin. Selanjutnya,
tahapan-tahapan pada telofase berakhir dengan terjadinya proses pembelahan
pada sitoplasma. Proses ini sering disebut dengan sitokinesis.

Fase Sitokinesis
Pada tahap ini akan terjadi proses pembelahan sel pada sitoplasma yang akan
diikuti dengan suatu proses pembentukan sekat-sekat pada sel yang baru. Sekat-
sekat ini akan memisahkan bagian antara dua inti tersebut yang kemudian akan
menjadi dua sel anakan. Pada sel hewan sendiri, tahapan-tahapan sitokinesis
akan dimulai pada saat tahapan telofase berakhir. Sedangkan pada sel

3
tumbuhan mempunyai bagian dinding sel keras. Maka dari itu, tahapan sitokinesis
pada sel tumbuhan berbeda dengan tahapan sitokinesis pada sel hewan.

 Meiosis
- Pembelahan sel yang terjadi di sel germinativum ( sel gamet ) dan
terdapat pada sel eukariot
- Mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid (n)
- 1 sel anak = ½ kromosom induk (n)
- Memerlukan 2 tahap pembelahan sel yaitu Meosis I dan Meiosis II

Meiosis I : Proses pemisahan pasangan kromosom homolog


1. Profase I
Profase I dibagi menjadi 5 tahap :
 Leptoten : kromosom terlihat seperti benang panjang yang halus
dan melingkar. Kemudian mereplikasikan DNA menjadi sister
kromatid
 Zigoten : kromosom homolog mendekat dan bergabung
membentuk pasangan, suatu proses yang disebut sinapsis
 Pakiten : benang-benang kromosom melekat erat (bivalen) terdiri
dari 4 kromatid
 Diploten : pada saat 2 kromosom bergandengan, lengan saling
crossing over. Dari maternal bisa ke paternal. Akan ada variasi
genetik
 Diakinesis : menjadi untaian kromosom baru
2. Metafase I
 Diikat oleh mikrotubulus yang membentang dari sentromer ke
sentriol
 Kromosom berbaris di bidang equator
 Struktur ganda dapat terlihat jelas

3. Anafase I
 Kromatid bermigrasi ke kutub yang berlawanan

4. Telofase I
 Sitoplasma membelah
 Setiap sel anak menerima separuh dari seluruh materi kromosom
ganda

interkinesis : kromosom tetap mengandung 2 kromatid


Meiosis II : Proses pemisahan kromatid
1. Profase II
 Sel memiliki satu kromosom dari setiap
pasangan homolog

4
2. Metafase II
 Kromosom sejajar pada bidang metafase

3. Anafase II
 Sentromer dari masing-masing kromosom
membelah dan kromatid telah memisah dan menjadi 1 kromosom
4. Telofase II
 Benang spindle menghilang
 Terjadi sitokinesis

2.2 Gametogenesis

Gamet adalah satu dari dua sel reproduktif haploid, jantan (spermatozoon) dan
betina (oosit), yang penyatuannya mutlak diperlukan dalam reproduksi seksual
untuk mengawali berkembangnya individu baru.
Gametogenesis adalah suatu proses pembentukan sel gamet, baik pada pria
(sperma) atau sel gamel pada wanita (ovum).
Asal Gamet : Gamet berasal dari sel germinativum primordial (PGC,
primordial germ cell) yang dibentuk di epiblas selama minggu
kedua dan bergerak ke dinding yolk sac
Selama minggu keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac
menuju ke gonad yang sedang terbentuk, tempat sel-sel ini
sampai pada akhir minggu kelima. Pembelahan mitosis
memperbanyak jumlah sel ini selama bermigrasi dan juga ketika
sel-sel ini sampai ke gonad.

5
Gambar : Mudigah pada akhir minggu ketiga, menunjukkan posisi
PGC di dalam dinding yolk sac, dekat dengan perlekatan bakal tali
pusat. Dari lokasi ini, sel-sel ini bermigrasi ke gonad yang sedang
terbentuk.

Sebagai persiapan untuk fertilisasi, sel-sel germinativum menjalani


gametogenesis, yang mencakup meiosis, untuk mengurangi jumlah kromosom
dan sitodiferensiasi untuk menuntaskan maturasinya.
Sel-sel germinativum sendiri dibentuk melalui proses gastrulasi yang dimulai dari
pembentukan garis primitive di permukaan efiblas. Sel-sel germinativum terdiri
dari :
a. Ektoderm : pada Epidermis, kuku, rambut, dll.
b. Mesoderm : pada Otot, jantung, darah, dll.
c. Endoderm : pada Trakea, paru-paru, pancreas, dll.

 Meiosis
Adalah pembelahan sel yang terjadi di dalam sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita (sperma & ovum). Meiosis memerlukan 2
pembelahan sel, yaitu : meiosis I dan meiosis II. Yang bertujuan untuk untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid yaitu 23.

Gambar : Pembelahan meiosis I dan II. A. Kromosom homolog saling mendekati.


B. Pasangan kromosom homolog, dan setiap anggota pasangan terdiri dari dua
kromatid. C. Kromosom homolog yang berpasangan secara erat saling bertukar
fragmen kromatid (pertukaran silang). Perhatikan kiasma. D. Kromosom
berstruktur ganda memisahkan diri. E. Anafase pembelahan meiosis I. F, G.
Selama pembelahan meiosis II, kromosom berstruktur ganda berpisah di
sentromer. Pada akhir pembelahan, kromosom di dalam keempat sel anak tersebut
berbeda satu sama lain.

 Proses pembelahan selama maturasi I dan II


a) Pada Wanita (kiri) b) Pada Pria (kanan)

6
Gambar : Proses yang terjadi selama pembelahan maturasi pertama dan
kedua.

A. Sel germinativum primitif wanita


Menghasillkan (oosit primer) hanya menghasilkan satu gamet matur,
yaitu oosit matur.

B. Sel germinativum primitif pria (spermatosit primer)


Menghasilkan empat spermatid, yang keempatnya berkembang menjadi
spermatozoa.
o 2 spermatid = 22 + 1 kromosom X
o 2 spermatid = 22 + 1 kromosom Y

 Prose gametogenesis untuk OOGONIA


Pada wanita, maturasi dari sel germinativum primordial menjadi gamet matur
disebut oogenis yang dimulai sebelum lahir dan berlanjut saat pubertas.

1. Maturasi Oosit Dimulai Sebelum Lahir

Setelah PGC (Primordial Germ Cells) sampai di dalam gonad seseorang


yang secara genetik adalah perempuan, PGC berdiferensiasi menjadi
oogonia (Gambar A & B).
Sebagian besar oogonia terus membelah melalui mitosis, namun beberapa
menghentikan pembelahan selnya pada tahap profase meiosis I dan
membentuk oosit primer (Gambar C)

7
Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitosis, dan di akhir bulan
ketiga, tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh satu
lapisan sel-sel epitel gepeng (Gambar 2.5).

Gambar : Potongan ovarium pada berbagai tahapan perkembangan. A.


Oogonia membentuk kelompok-kelompok di bagian korteks ovarium.
Beberapa menunjukkan mitosis; lainnya telah berdiferensiasi menjadi
oosit primer dan memasuki tahap profase pembelahan meiosis I. B.
Hampir seluruh oogonia berubah menjadi oosit primer pada tahap profase
pada pembelahan meiosis I. C. Tidak terdapat oogonia. Setiap oosit primer
dikelilingi oleh sebuah lapisan sel folikular, membentuk folikel primordial.
Oosit telah memasuki tahap diploten profase, yang pada tahap ini, oosit
tetap demikian hingga sesaat sebelum ovulasi. Hanya pada saat itu, oosit
memasuki metafase pembelahan meiosis I.
Sementara semua oogonia dalam satu kelompok kemungkinan berasal dari
satu sel tunggal, sel epitel gepeng, yang dikenal sebagai sel folikular,
berasal dari epitel permukaan yang melapisi ovarium. Selama beberapa
bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat pesat dan pada bulan kelima
perkembangan pranatal, jumlah total sel germinativum di dalam ovarium
mencapai jumlah maksimalnya, yang diperkirakan berjumlah 7 juta. Pada
saat ini, dimulailah kematian sel, dan banyak oogonia dan oosit primer
berdegenerasi dan menjadi atresia. Pada bulan ketujuh, sebagian besar
oogonia telah berdegenerasi kecuali beberapa yang berada di dekat

8
permukaan. Semua oosit primer yang bertahan hidup telah memasuki
tahap profase meiosis I dan, kebanyakan dari oosit tersebut, masing-
masing dikelilingi oleh suatu lapisan sel epitel gepeng folikular . Satu oosit
primer, bersama dengan sel-sel epitel gepeng yang mengelilinginya,
disebut sebagai folikel primordial.

2. Maturasi Oosit Berlanjut Saat Pubertas

Menjelang kelahiran, seluruh oosit primer telah memulai tahap


profase meiosis I, tetapi tidak berlanjut ke metafase, melainkan
oosit ini memasuki tahap-tahap berikut :

a. Tahap Diploten / Pra-Antral : Tahap istirahat selama


profase yang ditandai oleh adanya jala-jala kromatin.
(Gambar 2.5 C)
b. Tahap Antral : Tahap dimana folikel mengumpulkan
air didalam rongga yaitu antrum dan merupakan tahap
yang paling lama.
c. Tahap Vesikular Matur atau folikel Graaf : Tahap
ini cairan terus berakumulasi sehingga folikel
membesar sesaat sebelum ovulasi dan berlangsung
sekitar 37 jam sebelum ovulasi.

9
Gambar : B. Folikel tahap vesikular (antral). Oosit, dikelilingi oleh zona
pelusida, kosong di tengahnya; antrum berkembang melalui
akumulasi cairan di antara ruang interselular. Perhatikan
susunan sel-sel teka interna dan teka eksterna. C. Folikel
vesicular matur (Graaf). Antrum telah sangat membesar, diisi
dengan cairan folikular, dan dikelilingi oleh lapisan-lapisan sel
granulosa. Oosit terbenam di dalam tumpukan sel granulosa,
kumulus ooforus.
3. Maturasi oosit

 Proses gametogenesis untuk SPERMATOGONIA


1. Spermatogenesis

Definisi : Proses yang mengubah spermatogonia menjadi spermatozoa.


Proses : - Saat lahir Sel Germinativum pada laki-laki dapat dikenali di
dalam korda seks sebagai sel pucat besar yang dikelilingi sel
penunjang yang berasal dari permukaan testis menjadi sel Sertoli
. (Gambar B)

10
- Sebelum pubertas korda seks membentuk lumen menjadi
tubulus seminiferus dan PGC membentuk sel puncak
spermatogonia.
- Sel Puncak membentuk :
a. Spermatogonia tipe A
Tipe A menandai permulaan spermatogenesis dan
sejumlah pembelahan mitosis terbatas untuk
membentuk klona sel.
b. Spermatogonia tipe B
Tipe B mengalami pembelahan yang membentuk
spermatosit primer lalu spermatosit primer masuk ke
tahap profase berkepanjangan (22hari) dan penuntasan
Meiosis I dan pembentukan spermatosit sekunder
kemudian pada Meiosis II membentuk spermatid
haploid.

11
2. Spermiogenesis
Definisi : Serangkaian perubahan yang menyebabkan transformasi
spermatid menjadi spermatozoa selama 74 hari dan sekitar 300 juta sel
sperma diproduksi setiap harinya.

12
Perubahan-perubahan :
(1)Pembentukan akrosom, yang menutupi separuh permukaan nukleus
dan mengandung enzim-enzim untuk membantu penetrasi pada telur
dan lapisan-lapisan yang melapisinya selama fertilisasi (Gambar
2.24);
(2) Kondensasi (pemadatan) nukleus
(3) Pembentukan leher, bagian tengah dan ekor; dan
(4) Pengelupasan sebagian besar sitoplasma sebagai badan residu yang
difagositosis oleh sel-sel Sertoli.

2.3 Spermatogenesis dan oogenesis

 Spermatogenesis
Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh
hipothalamus.Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat
menstimulasi (positif feedback,pada fase folikuler) maupun menghambat
(inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di
hipofisis atau GnRH di hipothalamus. Spermatogenesis adalah proses
pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon)yang terjadi di organ
kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus.
Selspermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam
testis melewatisebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal denganmelalui proses pembelahan dan diferensiasi sel.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferusyang kemudian disimpan dalam
epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang
disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui
tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada proses spermatogenesis terjadi prosesproses dalam istilah sebagai berikut :
Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari
spermatogenesis

13
yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer
(mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis
menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses
pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi
sperm yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi,
axonema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan
bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.
Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli
ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum
memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini
ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju
epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam
saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan
karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot
saluran.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating
Hormon /FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas,androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) yang akanmemacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis
 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia
(tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam
kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia
fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap
memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit
primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan
miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu
menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai
masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.
hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit
sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada
tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua
sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih
kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua
badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer
sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan

14
lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami
degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis
hanya menghasilkan satu ovum. Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses
Oogenesis Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon, diantaranya: Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh
aktifnya aksis hipothalamus -hipofisis - ovarium. Hipothalamus menghasilkan
hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis
mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing
hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum
untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa
pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH
merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu. Mekanisme
umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium

Proses
Spermatogenesis :
Proses spermatogenesis
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid Spermatosit

15
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit
sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk
empat buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II
ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan
lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti selsel epitel. Namun, setelah spermatid mulai
memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan
ekor.
Proses Oogenesis
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari
saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira
pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel
kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang
melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secarabersama-sama membentuk
folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini
dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya
berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi
tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat
menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya
terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang
kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut
kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu
kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut
DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan
dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga
kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23
kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung
seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut
badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri
dan secara normal akan mengalami degenerasi.

16
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada
oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan
bahan genetiknya.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa
menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang
akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk
tiga badan polar
dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga
badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak
yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.

2.4 Fertilisasi

 Ovulasi

Pada hari-hari menjelang ovulasi, di bawah pengaruh FSH dan LH, folikel
vesicular berkembang cepat menjadi folikel berdiameter 25mm untuk menjadi
folikel vesikular matur (Graaf). Bersamaan dengan perkembangan akhir folikel
vesikular, terjadi peningkatan LH secara tiba-tiba yang menyebabkan oosit primer
menyelesaikan meiosis I dan folikel memasuki tahap vesikular matur
praovulatorik.
Meiosis II juga dimulai, tetapi oosit tertahan dalam metafase sekitar 3 jam
sebelum ovulasi. Sementara itu, permukaan ovarium mulai menonjol secara lokal,
dan di apeks, muncul sebuah bercak avaskular, stigma. Konsentrasi LH yang
tinggi meningkatkan aktivitas kolagenase, yang menyebabkan tercernanya
serabut-serabut kolagen di sekeliling folikel. Kadar prostaglandin juga meningkat
sebagai respons terhadap lonjakan LH dan mengakibatkan kontraksi otot lokal di
dalam dinding ovarium. Kontraksi ini mendorong oosit, yang bersama dengan sel-
sel granulosa di sekelilingnya dari area kumulus ooforus, terlepas (ovulasi) dan
mengalir keluar dari ovarium. Beberapa sel kumulus ooforus kemudian menyusun
ulang dirinya sendiri di sekitar zona pelusida untuk membentuk korona radiate.
a. Korpus Luteum
Sesudah ovulasi, sel-sel granulosa yang tetap berada di dalam
dinding folikel yang ruptur, bersama dengan sel-sel dari teka
interna, mendapatkan vaskularisasi dari pembuluh darah
disekitarnya. Di bawah pengaruh LH, sel-sel ini membentuk

17
pigmen kekuningan dan berubah menjadi sel-sel lutein, yang
membentuk korpus luteum dan menyekresikan estrogen dan
progesteron. Progesteron, bersama dengan beberapa estrogen,
menyebabkan mukosa uterus masuk ke dalam fase progestasional
atau sekretorik sebagai persiapan untuk implantasi mudigah.
b. Transpor Oosit
Sesaat sebelum ovulasi, fimbriae tuba uterine menyapu bagian
permukaan ovarium, dan tuba sendiri mulai berkontraksi secara
ritmis. Diduga bahwa oosit, yang dikelilingi oleh beberapa sel
granulosa, dibawa ke dalam tuba oleh gerakan menyapu fimbriae
ini dan oleh gerakan silia di lapisan epitel. Saat sudah berada di
dalam tuba, sel-sel kumulus menarik prosesus sitoplasmanya dari
zona pelusida dan terputus dari oosit. Ketika oosit berada di dalam
tuba uterina, oosit didorong oleh kontraksi otot peristaltik tuba dan
oleh silia di mukosa tuba dengan kecepatan transpor diatur oleh
status endokrin selama dan sesudah ovulasi. Pada manusia, oosit
yang telah difertilisasi mencapai lumen uterus dalam waktu sekitar
3-4 hari.
c. Korpus Albikans
Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum mencapai perkembangan
maksimalnya sekitar 9 hari sesudah ovulasi. Korpus luteum dapat
dengan mudah dikenali sebagai penonjolan berwarna kekuningan
di permukaan ovarium. Kemudian, korpus luteum menciut akibat
degenerasi sel-sel lutein (luteolisis) dan membentuk massa jaringan
parut fibrotik, korpus albikans. Secara bersamaan, produksi
progesteron menurun, yang memicu perdarahan haid. Jika oosit
mengalami fertilisasi, degenerasi korpus luteum dicegah oleh
human chorionic gonadotropin, suatu hormon yang disekresikan
oleh sinsitiotrofoblas mudigah yang sedang berkembang. Korpus
luteum terus berkembang dan membentuk korpus luteum
kehamilan (korpus luteum graviditatis). Pada akhir bulan ketiga,
struktur ini dapat berkembang menjadi sepertiga hingga setengah

18
ukuran total ovarium. Sel-sel lutein yang berwarna kekuningan
terus menyekresikan progesteron hingga akhir bulan keempat;
setelah itu, sel-sel tersebut secara perlahan mengalami regresi
karena sekresi progesteron oleh komponen trofoblastik plasenta
telah adekuat untuk mempertahankan kehamilan. Pengangkatan
korpus luteum kehamilan sebelum bulan keempat biasanya
menyebabkan abortus.

 Fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah
ampula tuba uterina. Daerah ini merupakan tempat terluas tuba dan dekat dengan
ovarium (Gambar 3.4). Spermatozoa dapat tetap hidup di dalam saluran
reproduksi wanita selama beberapa hari. Hanya 1% sperma yang mengendap di
dalam vagina yang memasuki serviks, tempat sperma ini bertahan hidup selama
berjam-jam. Pergerakan sperma dari serviks ke tuba uterina terjadi akibat
kontraksi otot uterus dan tuba uterina dan sangat sedikit dibantu oleh dorongan
sperma itu sendiri. Perjalanan dari serviks ke tuba uterina dapat terjadi paling
cepat 30 menit atau paling lambat 6 hari. Setelah mencapai istmus, sperma
menjadi kurang motil dan berhenti bermigrasi. Saat ovulasi, sperma kembali
menjadi motil, kemungkinan disebabkan oleh kemoatraktan yang dihasilkan oleh
sel-sel kumulus yang mengelilingi sel telur, dan berenang menuju ampula, tempat
fertilisasi biasanya terjadi. Spermatozoa tidak dapat memfertilisasi oosit segera
sesudah kedatangannya di dalam saluran genitalia wanita namun menjalani (1)
kapasitasi dan (2) reaksi akrosom untuk memperoleh kemampuan ini.

Kapasitasi adalah periode pengondisian di dalam saluran reproduksi wanita yang


berlangsung sekitar 7 jam pada manusia. Oleh sebab itu, percepatan ke ampula
tidaklah bermanfaat, karena kapasitasi belum terjadi dan sperma yang demikian
tidak mampu membuahi telur. Sebagian besar pengondisian selama kapasitasi
terjadi di dalam tuba uterina dan melibatkan interaksi epitel antara sperma dan
permukaan mukosa tuba. Selama periode ini, suatu selubung glikoprotein dan
protein plasma semen disingkirkan dari membran plasma yang melapisi bagian

19
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang terkapasitasi yang dapat menembus
sel-sel korona dan mengalami reaksi akrosom.

Reaksi akrosom, yang terjadi sesudah pengikatan pada zona pelusida, dipicu oleh
protein zona. Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang dibutuhkan
untuk menembus zona pelusida, meliputi substansi mirip-akrosin dan mirip-
tripsin. Fase fertilisasi meliputi:

a. Fase 1, penetrasi korona radiate


Dari 200 hingga 300 juta spermatozoa yang normalnya diletakkan
di dalam saluran genitalia wanita, hanya 300 hingga 500 yang
mencapai tempat fertilisasi. Hanya satu dari spermatozoa ini yang
membuahi sel telur. Diduga bahwa spermatozoa lainnya membantu
sperma yang membuahi dalam penetrasi sawar yang melindungi
gamet wanita. Sperma yang terkapasitasi bebas menembus sel-sel
korona.
b. Fase 2, penetrasi zona pelusida
Zona ini merupakan selubung glikoprotein yang mengelilingi sel
telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma
dan memicu reaksi akrosom. Baik pengikatan maupun reaksi
akrosom ini diperantarai oleh ligan ZP3, suatu protein zona.
Pelepasan enzim akrosom (akrosin) memungkinkan sperma
menembus zona sehingga berkontak dengan membran plasma
oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma

20
berkontak dengan permukaan oosit. Kontak ini menyebabkan
pelepasan enzim lisosom dari granula korteks yang melapisi
membran plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini
mengubah sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah
penetrasi sperma dan menginaktifkan tempat-tempat reseptor
spesifik-spesies untuk spermatozoa di permukaan zona.
Spermatozoa lainnya telah ditemukan terbenam di dalam zona
pelusida, Namun hanya satu yang tampaknya dapat menembus
oosit.
c. Fase 3, penyatuan membran sel oosit dan sperma
Perlekatan awal sperma pada oosit diperantarai sebagian oleh
interaksi integrin di oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma.
Sesudah perlekatan, membran plasma sperma dan sel telur
menyatu. Oleh karena membran plasma yang menutupi tudung
kepala akrosom menghilang selama reaksi akrosom, penyatuan
sebenarnya terjadi antara membran oosit dan membran yang
menutupi bagian posterior kepala sperma. Pada manusia, baik
kepala maupun ekor spermatozoa masuk ke dalam sitoplasma
oosit, tapi membran plasma ditinggalkan pada permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur merespons
dalam tiga cara:
1. Reaksi korteks dan zona.
Akibat pelepasan granula oosit korteks, yang mengandung enzim
lisosom, (1) membran oosit menjadi tidak dapat ditembus oleh
spermatozoa lainnya, dan (2) zona pelusida mengubah struktur dan
komposisinya untuk mencegah pengikatan dan penetrasi sperma.
Reaksi ini mencegah polispermi (penetrasi lebih dari satu
spermatozoa ke dalam oosit).
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua.
Oosit menuntaskan pembelahan meiosis keduanya segera sesudah
masuknya spermatozoa. Salah satu sel anak, yang hampir tidak
mendapat sitoplasma, dikenal sebagai badan polar kedua; sel anak

21
lainnya adalah oosit definitif. Kromosomnya (22 plus X)
menyusun dirinya sendiri di dalam nukleus vesikular yang dikenal
sebagai pronukleus wanita.
3. Pengaktifan metabolik sel telur. Faktor yang mengaktifkan ini
kemungkinan dibawa oleh spermatozoa. Pengaktifan meliputi
proses selular dan molekular awal yang berkaitan dengan
embriogenesis dini.

Sementara itu, spermatozoa bergerak maju hingga terletak dekat dengan


pronukleus wanita. Nukleus spermatozoa membengkak dan membentuk
pronukleus pria, ekornya lepas dan mengalami degenerasi. Secara morfologis,
pronukleus pria dan wanita tidak dapat dibedakan, dan pada akhirnya, keduanya
berkontak erat dan kehilangan selubung nukleusnya. Selama pertumbuhan pro-
nukleus pria dan wanita (keduanya haploid), masing-masing pronukleus harus
mereplikasi DNAnya. Jika tidak,masing-masing sel dari zigot dua-sel hanya
mempunyai separuh dari jumlah DNA yang normal. Segera sesudah sintesis
DNA, kromosom tersusun pada gelendong sebagai persiapan untuk pembelahan
mitosis normal. Dua puluh tiga kromosom ibu dan 23 kromosom ayah (ganda)
terpisah secara longitudinal di sentromer, dan kromatid-kromatid berpasangan
tersebut bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga masingmasing sel zigot
memiliki jumlah DNA dan kromosom diploid yang normal. Sewaktu kromatid
berpasangan bergerak ke kutub yang berlawanan, terbentuk suatu alur dalam di
permukaan sel, yang secara bertahap membelah sitoplasma menjadi dua bagian.
Hasil utama fertilisasi adalah sebagai berikut:
a. Pengembalian jumlah diploid kromosom, separuh dari ayah dan
separuh dari ibu. Oleh sebab itu, zigot mengandung kombinasi
baru kromosom yang berbeda dari kedua orang tuanya.
b. Penentuan jenis kelamin individu baru. Sperma pembawa
kromosom X menghasilkan mudigah wanita (XX), dan sperma
pembawa kromosom Y meng-hasilkan mudigah pria (XY). Oleh
sebab itu, jenis kelamin kromosom mudigah ditentukan saat
fertilisasi.

22
c. Inisiasi pembelahan. Tanpa fertilisasi, oosit biasanya mengalami
degenerasi 24 jam sesudah ovulasi.

2.5 Kehamilan

 Perkembangan Embrio

Proses-proses selama minggu pertama perkembangan manusia. I, oosit


segera sesudah ovulasi; 2, fertilisasi, sekitar 12-24 jam sesudah ovulasi; 3, tahap
pronukleus pria dan wanita; 4, gelendong pembelahan mitosis pertama; 5, tahap
dua-sel (sekitar usia 30 jam); 6, morula mengandung 12-16 blastomer (sekitar usia
3 hari); 7, tahap morula lanjut yang mencapai lumen uterus (sekitar usia 4 hari); 8,
tahap blastol<ista awal (sekitar usia 4,5 hari; zona pelusida telah menghilang); dan
9, stadium awal implantasi (blastokista sekitar usia 6 hari). Ovarium menunjukkan
tahapan-tahapan perubahan antara folikel primer dan folikel praovulatorik serta
korpus luteum. Endometrium uterus ditunjukkan berada dalam fase
progestasional.

Blastokista manusia berusia 7,5 hari, sebagian tertanam di dalam stroma


endometrium. Trofoblas terdiri dari lapisan dalam dengan sel-sel mononukleus,

23
sitotrofoblas dan lapisan luar tanpa batas-batas sel yang jelas, sinsitiotrofoblas.
Embrioblas dibentuk oleh lapisan epiblas dan hipoblas. Rongga amnion tampak
sebagai suatu celah sempit.

Blastokista manusia berusia 9 hari. Sinsitiotrofoblas menunjukkan banyak


lakuna. Sel-sel gepeng membentuk membran eksoselom. Diskus bilaminar terdiri
dari lapisan sel-sel epiblas silindris dan lapisan sel-sel hipoblas kuboid. Defek
permukaan awal ditutup oleh bekuan fibrin.

Blastokista manusia berusia sekitar 12 hari. Lakuna trofoblas di kutub


embrional berhubungan langsung dengan sinusoid ibu di dalam stroma
endometrium. Mesoderm ekstraembrional berproliferasi dan mengisi ruang di
antara membran eksoselom dan bagian dalam trofoblas.

24
A. Tempat implantasi di akhir minggu kedua. B. Gambaran representatif
diskus germinativum di akhir minggu kedua perkembangan. Rongga amnion telah
dibuka agar sisi dorsal epiblas dapat dilihat. Hipoblas dan epiblas saling berkontak
satu sama lain, dan garis primitif membentuk suatu alur dangkal di area kaudal
mudigah.

Gambaran skematik menunjukkan pembentukan notokorda yang dimulai


dengan sel-sel prenotokorda yang bermigrasi melalui garis primitif, lalu terselip di
endoderm untuk membentuk lempeng notokorda, dan akhirnya terlepas dari
endoderm untuk membentuk notokorda definitif. Karena proses-proses ini terjadi
dalam suatu urutan kranial-ke-kaudal, bagian notokorda definitif yang terlebih
dahulu terbentuk adalah bagian kepala. A. Gambar potongan sagital pada mudigah
berusia 17 hari. Bagian paling kranial dari notokorda definitif telah terbentuk,
sementara sel-sel prenotokorda yang terletak di sebelah kaudal daerah ini terselip
ke dalam endoderm sebagai lempeng notokorda. Perhatikan balya beberapa se/
bermigrasi lebih dulu dari notokorda. Sel-sel mesoderm ini membentuk lempeng
prekorda yang akan membantu dalam induksi otak depan. B. Potongan melintang

25
skematik yang melalui daerah lempeng notokorda. Tidak lama kemudian,
lempeng notokorda akan terlepas dari endoderm untuk membentuk notokorda
definitif. C. Gambar skematik yang menunjukkan notokorda definitif.

Pandangan dorsal mudigah presomit stadium lanjut (sekitar 19 hari).


Amnion telah diangkat, dan lempeng saraf terlihat jelas. B. Pandangan dorsal
mudigah manusia pada hari ke-19. C. Pandangan dorsal mudigah sekitar hari ke-
20 yang memperlihatkan somit dan pembentukan alur saraf dan lipatan saraf.
D. Pandangan dorsal mudigah manusia pada hari ke-20.

Potongan sagital melalui mudigah yang menunjukkan turunan lapisan


germinativum endoderm. A. Kantong faring, epitel yang melapisi tunas paru dan
trakea, hati, kandung empedu, dan pankreas. B. Kandung kemih berasal dari
kloaka, dan pada tahap perkembangan ini, memiliki hubungan langsung dengan
alantois.

26
Janin manusia (PPB 25 mm, minggu ketujuh hingga kedelapan). Korion
dan amnion telah terbuka. Perhatikan ukuran kepala, mata, daun telinga, jari kaki
yang terbentuk sempurna, pembengkakan di tali pusat yang disebabkan oleh
lengkung usus, dan yolk sac di dalam rongga korion.
Ringkasan Proses Penting Periode Janin :
Hari 14–15 , Munculnya garis primitif
Hari 16–18 , Muncul prosesus notokorda; sel-sel hemopoietik di dalam yolk sac
Hari 19–20 , Mesoderm intraembrional menyebar di bawah ektoderm kranial;
garis primitif berlanjut; pembuluh darah umbilikus dan lipatan saraf kranial mulai
terbentuk
Hari 20–21 , Lipatan saraf kranial meninggi dan alur saraf dalam terbentuk;
mudigah mulai melengkung
Hari 24–25 , Pelipatan sefalokaudal sedang berjalan; neuroporus kranial sedang
menutup atau sudah tertutup; terbentuk vesikula oftalmika; muncul plakoda otika
Hari 26–27 , Neuroporus kaudal sedang menutup atau sudah tertutup; muncul
tunas ekstremitas atas; tiga pasang arkus viseral
Hari 31–35 , Ekstremitas atas berbentuk dayung; terbentuk lubang hidung;
mudigah berbentuk huruf C.
Hri 43–49 , Pigmentasi retina tampak terlihat; pancaran jari mulai memisah;
puting payudara dan kelopak mata terbentuk
Hari 50–56 , Ekstremitas memanjang, menekuk di siku, lutut; jari tangan, jari kaki
bebas; wajah semakin mirip manusia; ekor menghilang; herniasi umbilikus
menetap hingga akhir bulan ketiga

 Gastrulasi
Adalah proses paling khas yang terjadi selama minggu ke-3 kehamilan, yaitu
proses pembentukan tiga lapisan germinativum (ectoderm, mesoderm dan
endoderm) pada embrio.

Dimulai dengan pembentukan garis primitive (primitive streak) di permukaan


epiblast Awalnya garis tidak terlalu jelas lalu pada embrio berusia 15-16 hari,
garis ini jelas terlihat sebagai jalur sempit dan bagian agak menonjol di kedua
sisinya. Pada end of Cephal terdapat Primitives Node terdiri dari daerah yang
sedikit meninggi dan mengelilingi primitive pit kecil Sel-sel epiblast bermigrasi
kearah garis primitive (Primitive streak) Setelah tiba di primitive streak, sel-sel
berubah bentuk menjadi flask-shaped, terlepas dari epiblast dan terselip dibawah

27
Gerakan kearah dalam ini disebut invaginasi. Migrasi dan Spesifikasi sel tadi
dikendalikan oleh Fibroblast Growth Factor 8 yang disintesis oleh garis sel-sel itu
sendiri. Faktor pertumbuhan ini mengontrol pergerakan sel dengan down
regulating (menekan ekspresis) E-cadherin yaitu protein yang normalnya
menyatukan sel epiblast. Lalu FGF8 mengontrol spesifikasi sel ke dalam
Mesoderm dengan Regulating brachyury (T) expression. Setelah sel sudah
mengalami invaginasi, beberapa sel menggeres hipoblast dan menciptakan
embryonic endoderm, dan yang lainnya membentuk mesoderm. Sel yang masih
berada di epiblast membentuk ectoderm. Oleh karena itu, Epiblast adalah sumber
dari semua pembentukan germinativum dan nantinya sel-sel dari layer ini akan
terbentuk menjadi seluruh jaringan dan organ di dalam embrio

 Organogenesis
Periode janin atau periode organogenesis, terjadi dari minggu ketiga hingga
kedelapan perkembangan dan ini adalah saat masing - masing dari ketiga lapisan
germinativum ektoderm, mesoderm, dan endoderm, membentuk sejumlah
jaringan dan organ yang spesifik. Di akhir periode mudigah, sistem organ - organ
utama telah terbentuk sehingga pada akhir bulan kedua, gambaran utama bagian-
bagian eksternal tubuh telah dapat dikenali.
 Neurulasi
Neurulasi adalah proses terbentuknya tabung saraf oleh lempeng saraf. Pada akhir
minggu ketiga, tepi lateral lempeng saraf meninggi untuk membentuk lipatan
saraf (neural fold), dan regio tengah yang cekung membentuk alur saraf (neural
grooveSecara bertahap, lipatan saraf mendekati satu sama lain di garis tengah,

28
tempat lipatan-lipatan saraf ini menyatu Penyatuan dimulai di regio servikal
(somit kelima) dan berlanjut ke kranial dan kaudal. Sebagai hasilnya, terbentuklah
tabung saraf. Hingga penyatuan sempurna, ujung sefalik dan kaudal tabung saraf
berhubungan dengan rongga amnion, masing-masing melalui neuroporus anterior
(kranial) dan neuroporus posterior (kaudalPenutupan neuroporus kranial terjadi di
sekitar hari ke-25 (stadium 18-20 somit), sedangkan neuroporus posterior
menutup pada hari ke-28 (stadium 25 somit) Dengan demikian neurulasi tuntas,
dan sistem saraf pusat diwakili oleh struktur tubular tertutup dengan bagian
kaudal yang menyempit, korda spinalis, dan bagian sefalik yang lebih lebar dan
ditandai dengan sejumlah dilatasi, vesikel otak.
Pada saat tabung saraf menutup, dua penebalan ektoderm bilateral,
plakoda otika dan plakoda lentis, menjadi terlihat di regio sefalik mudigah Selama
perkembangan selanjutnya, plakoda otika melakukan invaginasi dan membentuk
vesikula otika, yang akan berkembang menjadi struktur-struktur yang diperlukan
untuk pendengaran dan menjaga keseimbangan. Pada sekitar waktu yang sama,
terbentuk plakoda lentis. Plakoda ini juga melakukan invaginasi dan selama
minggu kelima, membentuk lensa-lensa mata.
Secara umum, lapisan germinativum ectoderm membentuk organ-organ dan
struktur-struktur yang mempertahankan kontak dengan dunia luar:
1. Sistem saraf pusat
2. Sistem saraf tepi
3. Epitel sensorik pada telinga, hidung, dan mata
4. Epidermis, mencakup rambut dan kuku

Selain itu, juga membentuk:


1. Kelenjar subkutis
2. Kelenjar mamaria
3. Hipofisis
4. Dan enamel gigi.

 Perkembangan Fetus
Periode dari permulaan minggu kesembilan hingga lahir dikenal sebagai
periode janin. Periode ini ditandai dengan maturasi jaringan dan organ, dan
pertumbuhan tubuh yang cepat. Panjang janin biasanya ditunjukkan dengan
panjang puncak kepala-bokong (PPB; crown-rump length, CRL) (tinggi duduk)
atau sebagai panjang puncak kepala-tumit (PPT; crown-heel length, CHL),
lama kehamilan dianggap 280 hari, atau 40 minggu sesudah onset hari
pertama haid normal terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat, 266 hari atau
38 minggu sesudah fertilisasi. Pertumbuhan kepala yang relatif lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lainnya. Di awal bulan ketiga,
kepala membentuk

Di awal bulan ketiga,

29
kepala membentuk sekitar setengah PPB (Gambar 8.1 dan 8.2). Pada awal
bulan kelima, ukuran kepala sekitar sepertiga PPT, dan saat lahir, ukuran kepala
sekitar seperempat PPT. Oleh sebab itu, seiring dengan waktu, pertumbuhan
badan bertambah namun pertumbuhan kepala melambat. Wajah menjadi semakin
mirip manusia Mata, yang mula-mula mengarah ke lateral, bergerak ke bagian
ventral wajah, dan telinga semakin dekat dengan letak definitifnya di samping
kepala (Gambar 8.3). Ekstremitas mencapai panjang relatifnya dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, walaupun ekstremitas bawah masih sedikit lebih
pendek dan kurang berkembang dibandingkan dengan ekstremitas atas. Pusat
osifikasi primer terbentuk di tulang panjang dan tengkorak pada minggu ke-12.
Juga pada minggu ke-12, genitalia eksterna berkembang sampai tahap ketika jenis
kelamin dapat ditentukan melalui pemeriksaan luar (ultrasonografi). Selama
minggu keenam, lengkung usus menyebabkan pembengkakan besar (herniasi)
di dalam tali pusat, namun pada minggu ke-12, lengkung usus telah tertarik ke
dalam rongga abdomen. Pada akhir bulan ketiga, aktivitas refleks dapat
dibangkitkan pada janin yang mengalami abortus, yang menandakan telah adanya
aktivitas otot.

Selama bulan keempat dan kelima,

Janin memanjang secara cepat, dan di akhir paruh pertama kehidupan


janin trauterin, PPB berukuran sekitar 15 cm, setengah dari panjang total bayi
baru lahir. Di akhir bulan kelima, berat janin masih <500 g. Janin tertutupi oleh
rambut halus, yang disebut rambut lanugo; alis mata dan rambut kepala juga
telah tampak. Selama bulan kelima, pergerakan janin mulai dapat dirasakan
oleh ibu.

Selama bulan keenam,

Kulit janin berwarna kemerahan dan berkeriput karena tidak adanya


jaringan ikat di bawahnya. Seorang janin yang dilahirkan pada awal bulan
keenam sangat sulit bertahan hidup. Walaupun beberapa sistem organ dapat
berfungsi, sistem pernapasan dan sistem saraf pusat belum terbentuk sepenuhnya,
dan koordinasi di antara kedua sistem masih belum terbentuk sempurna. Pada
bulan ke-6,5 hingga ke-7, janin memiliki PPB sekitar 25 cm dan berat sekitar
1.100 g. Jika dilahirkan pada masa ini, bayi memiliki kemungkinan 90% untuk
bertahan hidup. Beberapa proses perkembangan yang terjadi selama 7 bulan
pertama ditunjukkan pada Tabel 8.2.

Selama 2 bulan terakhir,

Janin memiliki kontur cukup bulat sebagai hasil dari pengendapan lemak
subkutis (Gambar 8.6). Pada akhir kehidupan intrauterin, kulit dilapisi oleh bahan

30
berlemak berwarna putih (verniks kaseosa) yang terdiri dari produk sekretorik
dari kelenjar sebasea.

Pada akhir bulan kesembilan,

Tengkorak memiliki ukuran lingkar terbesar dibandingkan bagian tubuh


lainnya, suatu fakta penting terkait dengan lewatnya janin melalui jalan lahir.
Pada saat lahir, berat normal janin adalah 3.000 hingga 3400 g, PPB janin sekitar
36 cm, dan PPT nya sekitar 50 cm.

Bulan Ketiga Hingga Lahir Janin dan Plasenta

Perkembangan Usai (Minggu)

Papil pengecap muncul 7

Menelan 10

Gerakan pernapasan 14–16

Gerakan mengisap 24

Beberapa suara dapat didengar 24–26

Mata sensitif terhadap cahaya* 28

*Pengenalan bentuk dan warna terjadi pasca lahir

Tanggal Kelahiran

Tanggal kelahiran paling akurat jika dihitung 266 hari, atau 38 minggu,
sesudah fertilisasi.Dokter kandungan menghitung tanggal kelahiran sebagai 280
hari atau 40 minggu dari hari pertama haid normal terakhir (HPHT).

Sebagian besar janin lahir dalam waktu 10 hingga 14 hari dari perhitungan
tanggal kelahiran. Jika mereka dilahirkan lebih awal, maka dikategorikan sebagai
prematur; jika dilahirkan lebih lambat, maka disebut postmatur.

31
2.6 BHP & IIMC
 BHP
1. Melakukan konsultasi rutin
2. Tetap berusaha dan berdoa
3. Menjaga asupan makanan agar bayi tetap sehat
4. Olahraga dan istirahat yang cukup agar ibunya tetap sehat

 IIMC
Surat Al-Mu’minun ayat 12-14

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.

32
BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
 Langman’s Medical Embryology Twelfth Edition / T.W SADLER
 Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 29
 Umy.ac.id
 Moore KL 9th edition
 Junqueira’s Basic Histology 13th edition
 Molecular Biology of The Cell 5th edition

33

Anda mungkin juga menyukai