Anda di halaman 1dari 50

PYODERM &

FURUNCLE
Zahra al khansa
Definisi
• Pioderma adalah infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri piogenik, yang tersering
adalah S. aureus dan Streptokokus β-hemolitik grup A antara lain S. pyogenes

Terdapat 2 bentuk pioderma: 2. Pioderma profunda, mengenai epidermis dan dermis


1. Pioderma superfisialis, lesi terbatas pada  Erisipelas
epidermis  Selulitis
 Impetigo nonbulosa  Flegmon
 Impetigo bulosa  Abses multiplel kelenjar keringat
 Ektima  Hidradenitis
 Folikulitis
 Furunkel
 Karbunkel

Impetigo
Impetigo
• Nonbullous
• Disebabkan oleh S. aureus (paling sering)
• lebih sering terlihat pada anak-anak, tetapi dapat dilihat pada orang dewasa dari segala usia
• Biasanya muncul di wajah (terutama di sekitar nares) atau ekstremitas setelah trauma
• Papula eritematosa yang menjadi vesikel dan pustula yang pecah dan menyebabkan papula berkrusta honey-color pada dasar
eritematosa (Gbr. 150-1).

Bullous
Bullous
• Disebabkan oleh S. aureus strains yang mengekspresikan toksin eksfoliatif tertentu yang membelah
desmoglein 1 di epidermis, menghasilkan kelompok bula beratap tipis, vesikel, dan/atau pustula.
• Impetigo bulosa paling sering terjadi pada bayi baru lahir dan bayi yang lebih tua, dan ditandai dengan
perkembangan vesikel yang cepat menjadi bula lembek (Gbr. 150-3)
• Bula awalnya berisi cairan kuning jernih yang kemudian menjadi kuning tua dan keruh (Gbr. 150-3A), dan
tepinya berbatas tegas tanpa halo eritematosa.
• Bula bersifat superfisial dan dalam satu atau dua hari mereka pecah dan kolaps, membentuk kerak tipis
berwarna coklat muda sampai kuning keemasan (Gbr. 150-3B).

Ecthyma
Ecthyma
• Berkembang dari impetigo yang tidak diobati
tersumbat oleh alas kaki dan pakaian dan meluas
lebih dalam, menembus epidermis dan
menghasilkan “punched-out” ulcers di mana dirty
grayish-yellow crust dan purulent (Gbr. 150-4).
• Batas ulserasi menjadi indurasi, meninggi, dan
berwarna ungu, dan dasar granulasi meluas ke
dalam dermis. Biasanya ada edema di sekitarnya.
• Jika yang tidak diobati membesar selama
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan hingga
diameter 2 hingga 3 cm atau lebih, dan tidak
seperti impetigo, sering sembuh dengan jaringan
parut.
• Paling sering pada ekstremitas bawah anak-anak,
pasien lanjut usia yang terabaikan, dan individu
dengan diabetes.
Folliculitis
• Folliculitis
• Folikulitis adalah pioderma yang dimulai di dalam folikel
rambut, dan diklasifikasikan menurut kedalaman invasi
(superficial and deep), dan microbial etiology
• Folikulitis superfisial juga disebut impetigo folikular atau
Bockhart  Pustula kecil, rapuh, berbentuk kubah terjadi di
infundibulum (ostium atau bukaan) folikel rambut, sering
pada kulit kepala anak-anak dan di area janggut (Gbr. 150-5),
aksila, ekstremitas, dan bokong dari orang dewasa.
• Sycosis barbae adalah deep folliculitis dengan peradangan
perifolikular yang terjadi di area berjanggut di wajah dan
bibir atas (Gbr. 150-6). Jika tidak diobati, lesi dapat menjadi
lebih dalam dan kronis.
• Sycosis lupoid adalah bentuk sycosis barbae yang dalam
dan kronis yang berhubungan dengan jaringan parut,
biasanya terjadi sebagai lesi melingkar.

Furuncles
Furuncles
• Furunkel atau bisul adalah nodul inflamasi yang
berkembang di sekitar folikel rambut, biasanya dari
folikulitis sebelumnya yang lebih dangkal dan sering
berkembang menjadi abses.
• Nodul folikulosentrik merah yang keras, nyeri tekan
pada kulit yang ditumbuhi rambut yang membesar dan
menjadi nyeri dan berfluktuasi setelah beberapa hari
(yaitu, mengalami pembentukan abses; Gambar 150-
8A).
• Furunkel dapat terjadi sebagai lesi soliter atau sebagai
lesi multipel di tempat seperti bokong (Gbr. 150-8B).
• Furunkel biasanya muncul di tempat tumbuh rambut,
terutama di daerah yang mengalami gesekan, oklusi,
dan keringat, seperti leher, wajah, aksila, dan bokong.
Carbuncles
• Lesi inflamasi yang lebih luas, lebih dalam, berkomunikasi,
menyusup, dan serius yang berkembang ketika nanah terjadi pada
kulit inelastis yang tebal ketika beberapa furunkel yang tersusun
rapat menyatu.
• Khas muncul sebagai lesi yang sangat nyeri di tengkuk, punggung,
atau paha (Gbr. 150-9).
• Area yang terlibat berwarna merah dan indurasi, dan beberapa
pustula segera muncul di permukaan, mengalir keluar di sekitar
beberapa folikel rambut.
• Lesi segera berkembang menjadi kawah kuning keabu-abuan yang
tidak teratur di tengahnya, yang kemudian dapat sembuh perlahan
dengan granulasi, meskipun daerah tersebut mungkin tetap sangat
keunguan untuk waktu yang lama.
Abscesses
• Abses dermal dan subkutan S.
aureus umumnya terjadi pada
infeksi folikulosentrik yaitu,
folikulitis, furunkel, dan karbunkel
seperti yang dijelaskan sebelumnya.
• Abses juga dapat terjadi di tempat
trauma, benda asing, luka bakar,
atau tempat pemasangan kateter
intravena. Lesi awal berupa nodul
eritematosa.
• Jika tidak diobati, lesi sering
membesar, dengan pembentukan
rongga berisi nanah (Gbr. 150-10).
Botryomycosis
• penyakit piogenik langka yang muncul sebagai
infeksi subkutan purulen, kronis. Faktor
predisposisi termasuk trauma, imunosupresi
(penyakit HIV, sindrom hyperimmunoglobulin
E), alkoholisme kronis, dan diabetes mellitus.
• Lesi (biasanya soliter) dapat terjadi pada kulit,
tulang, dan hati.
• Lesi memiliki gambaran kasar berupa kista
inklusi epidermal yang pecah (nodul lunak
berbatas tegas eritematosa), atau prurigo
nodularis
Staphylococcal Paronychia
• Individu yang terpapar trauma tangan atau
kelembaban kronis cenderung mengalami
paronychia staphylococcal, serta penyebab
paronychia lainnya (misalnya, Candida,
Pseudomonas, Streptococcus, dermatofita).
• S. aureus adalah penyebab infeksi utama
paronikia akut, biasanya di sekitar kuku,
sering kali berasal dari kerusakan kulit,
seperti hangnail.
• Secara klinis, kulit dan jaringan lunak lipatan
kuku proksimal dan lateral berwarna merah,
panas, dan nyeri tekan, dan dapat
berkembang menjadi pembentukan abses
jika tidak diobati
Staphylococcal Whitlow
• Whitlow (or felon) adalah infeksi purulen atau
abses yang melibatkan ujung distal jari yang
bulat.
• Penyebab paling umum adalah S. aureus dan
virus herpes simpleks.
• Pintu masuk S. aureus adalah cedera
traumatis atau kemungkinan perluasan
paronikia akut.
• Infeksi ini biasanya sangat menyakitkan.
• Finger bulb berwarna merah, panas, nyeri
tekan, dan edema, dengan kemungkinan
pembentukan abses
Kriteria diagnostic
• Klinis
1. Pioderma superfisialis
• Tidak ada gejala konstitusi.
• Impetigo nonbulosa
o Predileksi: daerah wajah, terutama di sekitar nares dan mulut.
o Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang secara cepat berkembang
menjadi vesikel atau pustul yang kemudian pecah membentuk krusta kuning madu
(honey colour) dikeliling eritema. Lesi dapat melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit
di sekitarnya.
o Rasa gatal dan tidak nyaman dapat terjadi.
• Impetigo bulosa
o Predileksi: daerah intertriginosa (aksila, inguinal, gluteal), dada dan punggung.
o Vesikel-bula kendur,dapat timbul bula hipopion.
o Tanda Nikolsky negatif.
o Bula pecah meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritematosa (kolaret) dan cepat
mengering.
• Ektima
o Merupakan bentuk pioderma ulseratif yang disebabkan oleh S. aureus dan atau Streptococcus
grup A.
o Predileksi: ekstremitas bawah atau daerah terbuka.
o Ulkus dangkal tertutup krusta tebal dan lekat, berwarna kuning keabuan.
• Dermatologi Infeksi
o Apabila krusta diangkat, tampak ulkus bentuk punched out, tepi ulkus meninggi, indurasi,
berwarna keunguan.
• Folikulitis
• Merupakan salah satu bentuk pioderma pada folikel rambut.
• Dibedakan menjadi 2 bentuk:
o Folikulitis superfisialis (impetigo Bockhart/impetigo folikular)
• Predileksi: skalp (anak-anak), dagu, aksila, ekstremitas bawah, bokong(dewasa).
• Terdapat rasa gatal dan panas.
• Kelainan berupa pustul kecil dome-shaped, multipel, mudah pecah pada folikel rambut.
o Folikulitis profunda (sycosis barbae)
• Predileksi: dagu, atas bibir.
• Nodus eritematosa dengan perabaan hangat, nyeri.
• Furunkel/karbunkel
o Merupakan infeksi pada folikel rambut dan jaringan sekitarnya.
o Predileksi: daerah berambut yang sering mengalami gesekan, oklusif,berkeringat,
misalnya leher, wajah, aksila, dan bokong.
o Lesi berupa nodus eritematosa, awalnya keras, nyeri tekan, dapat membesar 1-3 cm,
setelah beberapa hari terdapat fluktuasi, bila pecah keluar pus.
o Karbunkel timbul bila yang terkena beberapa folikel rambut. Karbunkel lebih besar,
diameter dapat mencapai 3-10 cm, dasar lebih dalam. Nyeri dan sering disertai gejala
konstitusi. Pecah lebih lambat, bila sembuh dapat meninggalkan jaringan parut.
2. Pioderma profunda
• Terdapat gejala konstitusi dan rasa nyeri.
• Terdiri atas:
o Erisipelas: lesi eritematosa merah cerah, infiltrat di bagian pinggir, edema, vesikel dan bula
di atas lesi.
o Selulitis: infiltrat eritematosa difus.
o Flegmon: selulitis dengan supurasi.
o Abses kelenjar keringat: tidak nyeri, bersama miliaria, nodus eritematosa bentuk kubah.
o Hidradenitis: nodus, abses, fistel di daerah ketiak atau perineum.
o Ulkus piogenik: ulkus dengan pus.
Komplikasi
• Impetigo non-bulosa: glomerulonefritis akut
• Ektima: ulserasi dan skar
• Komplikasi lainnya yang jarang: sepsis, osteomielitis, artritis, endokarditis,
pneumonia, selulitis, limfangitis, limfadenitis, toxic shock syndrome,Staphylococcal
scalded skin syndrome, necrotizing fasciitis.
Dd
1. Impetigo nonbulosa: ektima, dermatitis atopik, dermatitis seboroik, dermatitis
kontak alergi, skabies, tinea kapitis
2. Impetigo vesikobulosa: dermatitis kontak, Staphylococcal scalded skin syndrome,
pemfigoid bulosa, pemfigus vulgaris, eritema multiforme, dermatitis herpetiformis
3. Ektima: impetigo nonbulosa
4. Folikulitis: tinea barbae, tinea kapitis, folikulitis keloidal (acne keloidal nuchae),
folikulitis pitirosporum, “Hot tub” folikulitis, folikulitis kandida
5. Furunkel, karbunkel: akne kistik, kerion, hidradenitis supurativa
6. Selulitis/erisipelas: dermatitis kontak, dermatitis stasis, necrotizing fasciitis,
tuberkulosis kutis verukosa, infeksi mikobakterium atipik, mikosis profnda,
leismaniasis, deep vein thrombosis, limfedema, vaskulitis leukositoklastik, pioderma
ganggrenosum, gout, paget disease
7. Hidradenitis: skrofuloderma
Penatalaksanaan
• Non medikamentosa
1. Mandi 2 kali sehari dengan sabun
2. Mengatasi/identifikasi faktor predisposisi dan keadaan komorbid, misalnya
infestasi parasit, dermatitis atopik, edema, obesitas dan insufisiensi vena.
• Medikamentosa
• Prinsip: pasien berobat jalan, kecuali pada erisipelas, selulitis dan flegmon derajat
berat dianjurkan rawat inap. Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipiih
sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
• Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas kalikus
1/5000, asam salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon iodine 1%; dilakukan 3 kali
sehari masing-masing ½-1 jam selama keadaan akut.
• Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat 2%, mupirosin 2% .
Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari.

2. Sistemik: minimal selama 7 hari


Lini pertama:
• Kloksasilin/dikloksasilin**: dewasa 4x250-500 mg/hari per oral; anak-
anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
• Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-
anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
• Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
Lini kedua:
• Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5) (D,5)
• Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis. (A,2)
• Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50 mg/kgBB/hari terbagi 4
dosis.
Penyebabnya MRSA:
• Trimetoprim-sulfometoxazol 160/800 mg, 2 kali sehari. (A,2)
• Doksisiklin, minosiklin 2x100 mg, tidak direkomendasikan untuk anak, usia 8 tahun.
• Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
Kasus yang berat, disertai infeksi sitemik atau infeksi di daerah berbahaya (misalnya maksila),
antibiotik diberikan parenteral.
• Nafcillin 1-2 gram IV tiap 4 jam, anak 100-150 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
• Penisilin G 2-4 juta unit IV tiap 4-6 jam, anak: 60-100.000 unit/kgBB tiap 6 jam.
• Cefazolin IV 1 gram tiap 8 jam, anak: 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis.
• Ceftriaxone IV 1-2 gram ,1 kali/hari.
· Apabila terdapat/dicurigai ada methycillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada
infeksi berat: vankomisin 1-2 gram/hari dalam dosis terbagi atau 15-20 mg/kgBB setiap 8-
12 jam intravena, selama 7-14 hari. Anak: vankomisin 15 mg/kgBB IV tiap 6 jam.
· Linezolid 600 mg IV atau oral 2 kali sehari selama 7-14 hari,anakanak 10 mg/kgBB oral
atau intravena tiap 8 jam.
· Klindamisin IV 600 mg tiap 8 jam atau 10-13 mg/kgBB tiap 6-8 jam.
· Kasus rekuren, diberikan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan resistensi.

3. Tindakan
• Apabila lesi abses besar, nyeri, disertai fluktuasi, dilakukan insisi dan drainase.
Edukasi Prognosis
• Membatasi penularan: edukasi • Impetigo dapat sembuh tanpa
terhadap pasien dan keluarganya pengobatan dalam 2 minggu tanpa
agar menjaga higiene perorangan sekuele.
yang baik. • Ektima dapat menetap selama
beberapa minggu dan dapat terjadi
komplikasi skar.6-8
• Rekurensi abses dan furunkel pada
anak sebesar 18-28%
FURUNCLE
Definisi
• Furunkel, atau “bisul”, adalah peradangan folikel rambut yang mungkin
berkembang dari folikulitis sebelumnya, berisi nanah yang menyakitkan, dan
menyebar melalui dinding folikel ke dermis sekitarnya. (mccance)
• Merupakan infeksi pada folikel rambut dan jaringan sekitarnya. (perdoski)
• Predileksi: daerah berambut yang sering mengalami gesekan, oklusif, dan
berkeringat, misalnya leher, wajah, aksila, dan bokong.
• Lesi awal adalah nodul yang dalam, keras, merah, dan nyeri dengan diameter 1
sampai 5 cm. Setelah beberapa hari terdapat fluktuasi, bila pecah akan keluar pus.
Ini sedikit seperti jerawat kuning yang sangat besar, tetapi lebih dalam di kulit dan
lebih sakit.
Epidemiologi
• Dua bentuk pioderma yang sering dijumpai adalah furunkel dan selulitis.
Penelitian di Manado melaporkan pioderma primer yang paling banyak ditemukan
adalah furunkel terutama pada usia 60-75 tahun, dimana sekitar 14,28% berkaitan
dengan diabetes mellitus.
Etiologi
• Bisul disebabkan oleh bakteri, paling sering oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Banyak orang memiliki bakteri ini di kulit mereka atau – misalnya – di lapisan
lubang hidung, tanpa menimbulkan masalah.
Faktor resiko
• Mereka lebih cenderung menyebabkan bisul atau infeksi kulit lainnya pada orang
yang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Untuk alasan ini, bisul lebih sering
terjadi pada orang dengan kondisi medis seperti diabetes, infeksi kronis atau
kanker. Mereka juga lebih sering terjadi pada orang dengan eksim, konjungtivitis
atau alergi tertentu seperti asma alergi (allergic asthma).
Patogenesis
Pathofisiologi
Manfestasi
• Keluhan nyeri dengan kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di
tengah terdpaat pustule. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan
jaringan nekrotik. Predileksinya adalah tempat yang banyak friksi seperti aksila
dan bokong
• deep-seated inflammatory nodule yang berkembang di sekitar folikel rambut.
• ditandai dengan nodul folikulosentrik yang hard, tender dan kemerahan, pada
kulit yang ditumbuhi rambut/ hair bearing yang membesar dan menjadi nyeri.
• Furunkel dapat terjadi sebagai lesi soliter atau sebagai lesi multipel di tempat
seperti bokong .
• Furunkel biasanya muncul di tempat tumbuhnya rambut/ hear-bearing, terutama
di daerah yang mengalami gesekan, oklusi (tertutup), dan berkeringat, seperti
leher, wajah, aksila, dan bokong.
• Furunkel mungkin memperparah lesi yang sudah ada seperti dermatitis atopik,
ekskoriasi, lecet, scabies , atau pedikulosis, tetapi lebih sering terjadi tanpa adanya
penyebab predisposisi lokal.
• berbagai faktor host sistemik juga mempengaruhi seperti obesitas, blood dyscrasias ,
defects in neutrophil function, dan imunosupresi yang disebabkan oleh glukokortikoid
sistemik, kemoterapi, atau keadaan defisiensi imunoglobulin. Prosesnya seringkali more
extensive pada pasien diabetes. Namun, sebagian besar pasien tidak mengalami
penyakit lain/ healthy
Diagnosis
• biasanya mendiagnosis bisul/ furunkel berdasarkan typical appearance dan
deskripsi gejalanya. Prosedur diagnostik lebih lanjut seperti tes darah atau pus
swab hanya diperlukan jika seseorang sering mengalami bisul/ furunkel, memiliki
beberapa furunkel sekaligus, atau dianggap berisiko tinggi mengalami komplikasi.
• Pus diperiksa di laboratorium untuk mengetahui dengan tepat jenis bakteri apa
yang menyebabkan infeksi, dan menentukan antibiotik mana yang paling
mungkin bekerja paling baik.
• Blood test membantu untuk mengetahui apakah infeksi telah menyebar dan
apakah orang tersebut memiliki kondisi medis lain yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya infeksi bakteri.
•  
Diferential diagnosis
• Furunkel harus dibedakan dari infeksi bakteri lain, seperti antraks dan tularaemia
atau dari beberapa infeksi folikel lainnya, seperti conglobate acne dan hidradenitis
suppurativa.
• Lokasi dan banyaknya lesi biasanya mengarah pada diagnosis yang benar.
• Jika nodul hanya terletak di aksila, groin , dan/atau di daerah inframammary (di
bawah mammary gland) adalah Hidradenitis suppurativa (HS) Anamnesis.
Diagnosis banding lainnya termasuk foreign body reactions, kista pilonidal dan
abses
Komplikasi
• Sepsi dan meningitis
• Jika terjadi di bibir atas dan pipi  menyebabkan thrombosis
Management
• Banyak furunkel yang self limited dan respon baik thdp aplikasi kompres hangat
dan lemab. Insisi dan drainase perawatan utama. Untuk abses / bisul sederhana,
insisi & drainase cukup
• surgery biasanya melibatkan membuka abses berisi nanah dengan sayatan kecil,
mengeringkan pus/nanah.
• Jika bisul masih membesar, abses belum sepenuhnya berkembang. Pada fase
ini,dapat mencoba memulai atau mempercepat proses penyembuhan dengan
mengoleskan kain hangat yang lembab atau salep khusus yang mengeluarkan
(menarik) pus dari bisul. Salep semacam ini juga dikenal sebagai "drawing salve".
• Antibiotik hanya diperlukan jika komplikasi mungkin atau telah terjadi misalnya,
jika beberapa furunkel telah bergabung dan berkembang menjadi carbuncle.
• Systemic antibiotics
 Trimethoprim-sulfamethoxazole, 160/800 or 320/1600 mg orally 2x1 selama 10
hari atau 7 hari, atau clindamycin 300 mg orally 3x1 selama 10 hari
 Other antibiotic options termasuk sodium dicloxacillin or cephalexin, 1 g orally
setiap hari dalam dosis terbagi selama 10 hari.
 Untuk suspect methicillin-resistant S aureus (MRSA) doxycycline 100 mg 2x1,
trimethoprim-sulfamethoxazole double-strength satu tablet dua kali sehari,
clindamycin 150–300 mg 2x1, dan linezolid 400 mg 2x1 selama 7-10 efektif
• Recurrent furunculosis
 Combination dari cephalexin (250–500 mg 4x1) atau doxycycline (100 mg 2x1)
untuk 2–4 weeks ditambah rifampin (300 mg 2x1 untuk 5 hari) atau long-term
clindamycin (150–300 mg setiap hari untuk 1–2 months)
 Pemberian antibiotik jangka pendek (7-14 hari) ditambah chlorhexidine harian
jangka panjang seluruh tubuh dan salep intranasal, aksila, dan anogenital
mupirocin 2% tiga kali sehari selama 5 hari atau salep retapamulin 1% dua kali
sehari selama 5 hari juga dapat menyembuhkan
• Therapeutic Procedures
• Imobilisasi bagian dan hindari manipulasi berlebihan pada area yang meradang
• Gunakan moist heat untuk membantu lesi yang lebih besar "melokalisasi"
Warm wet dressing
• Cara sederhana untuk merawat Boils sehingga dapat pecah dengan sendirinya.
Adapun langkah langkahnya sebagai berikut:
• Pastikan bahwa lesi tersebut adalah Boils
• Kompres Boils  Basahi handuk dengan air hangat, lalu letakan di atas lesi Boils.
Lakukan selama 20 menit sebanyak 4x sehari. Tujuannya untuk meredakan nyeri,
dan meningkatkan sirkulasi darah.
• Jangan menusuk bisul di rumah
• Oleskan cream antibacterial dan balut dengan menggunakan kasa
Prognosis
• Masalah utama furunkel adalah penyebara bakterimia dan kekambuhan. Lesi
disekitar bibir dan hidung mempunyai potensi menyebar melalui vena ke sinus
cavernosus.
• Invasi peredaran darah dapat terjadi dan tidak terprediksi dan dapat
menyebabkan osteomyelitis dan endocardiris akut. Kekambuhan furunkel bisa
terjadi dalam beberapa tahun
Prevention
• Identifikasi dan eliminasi sumber infeksi
• Mencuci tangan dengan teliti, tidak berbagi handuk, pakaian dan produk kebersihan pribadi. Hindari spons
di bak mandi atau pancuran; mengganti pakaian dalam, pakaian tidur, handuk, dan waslap setiap hari, dan
isolasi pasien yang terinfeksi yang tinggal di institusi untuk mencegah penyebaran adalah tindakan yang
efektif
• Menghentikan perilaku berisiko, seperti penggunaan narkoba suntikan, juga dapat mencegah terulangnya
furunculosis
• Preventive educational information tentang kebersihan pribadi dan perawatan luka yang tepat
• Luka harus ditutup dengan perban yang bersih dan kering dan kebersihan pribadi yang baik dengan mandi
dan mencuci secara teratur tangan dengan sabun dan air, atau pembersihan dengan gel tangan berbasis
alkohol dianjurkan, terutama setelah menyentuh kulit yang terinfeksi atau benda yang bersentuhan
langsung dengan luka yang mengering.
• Upaya pembersihan harus difokuskan pada permukaan yang sering disentuh (yaitu, konter, kenop pintu,
bak mandi, dan dudukan toilet) yang dapat kontak dengan kulit telanjang atau infeksi yang terbuka.

Anda mungkin juga menyukai