Anda di halaman 1dari 31

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI

Diabetic Kidney Disease merupakan komplikasi Diabetes mellitus


pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan
dijumpai pada 35-45% penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I dan
DM tipe II.

Diabetic Kidney Disease adalah kelainan ginjal yang dapat muncul


sebagai akibat dari komplikasi diabetes mellitus (DM) baik tipe 1 maupun 2,
ditandai dengan adanya albuminuria (mikro/makroalbuminuria).

Nefropati diabetik (DN) atau penyakit ginjal diabetik mengacu pada


penurunan fungsi ginjal yang terlihat pada pasien diabetes mellitus tipe 1 dan
tipe 2 kronis. Perkembangan penyakit diketahui terjadi dalam serangkaian
tahap dan terkait dengan kontrol glikemik dan tekanan darah. Namun,
meskipun kontrol gula darah agresif, prevalensi penyakit ginjal kronis (CKD)
pada pasien diabetes belum menyaksikan penurunan dalam dua dekade
terakhir; yang telah mengarah pada identifikasi faktor-faktor tambahan dalam
perkembangannya. Status gizi pasien merupakan faktor penting dan dapat
dimodifikasi yang dapat mempengaruhi proses dan hasil CKD. Ini secara
langsung berasal dari pilihan makanan tradisional yang dibuat pasien karena
kesadaran gizi yang buruk.

B. ETIOLOGI

Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari


penyakit DM dipercaya paling banyak menyebabkan secara langsung
terjadinya Nefropati Diabetika. Hipertensi yang tak terkontrol dapat
meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase Nefropati Diabetika yang
lebih tinggi. Tidak semua pasien DM tipe I dan II berakhir dengan Nefropati
Diabetika. Dari studi perjalanan penyakit alamiah ditemukan beberapa faktor
resiko antara lain:
1. Hipertensi dan prediposisi genetika
2. Kepekaan (susceptibility) Nefropati Diabetika
a. Antigen HLA (human leukosit antigen)
Beberapa penelitian menemukan hubungan Faktor genetika tipe
antigen HLA dengan kejadian Nefropati Diabetik. Kelompok penderita
diabetes dengan nefropati lebih sering mempunyai Ag tipe HLA-B9
b. Glukose trasporter (GLUT)
Setiap penderita DM yang mempunyai GLUT 1-5 mempunyai potensi
untuk mendapat Nefropati Diabetik.
c. Hiperglikemia
Konsumsi protein hewani
C. FAKTOR RESIKO DIABETIC KIDNEY DISEASE
Terdapat 2 klasifikasi faktor resiko DKD, yaitu faktor yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi: kontrol glikemik yang buruk, hipertensi, dislipidemia,
merokok, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat. Sementara faktor
yang tidak dapat dimodifikasi adalah: genetik, usia dan jenis kelamin.
1. Kontrol Glikemik
Hiperglikemik menyebabkan peningkatan Advanced glycation end
products (AGEs) pada individu diabetes. Metabolit glukosa akan
menstimulasi sel intrinsic glomerular untuk memproduksi TGF-1yang
berkontribusi terhadap timbulnya sklerosis glomerulus dan kerurasakan
tubulointerstitial dangan cara memproduksi abnmal ekstraseluler matriks .
Insiden DKD meningkat pada pasien DM dengan kontrol glikemik yang
buruk.
2. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko sangat penting sebagai penyebab
DKD terutama resiko ini akan diperberat dengan adanya kontrol glikemik
yang buruk. Jika kontrol glikemik yang baik, resiko ini tetap lebih besar
tetapi progresivitas DKD dapat di tunda. Meningkatnya tekakan darah
sistolik merupakan indikator klasik adanya komplikasi ginjal. Peningkatan
tekanan darah berbanding lurus dengan meningkatnya albuminuria.
3. Dislipidemia

2
Dislipidemia adalah hal yang umum terjadi pada Diabetes Melitus.
Hal ini karena resistensi insulin menyebabkan peningkatan metabolisme
lemak. Dampaknya terjadi hipetrigliseridemia. Kondisi dislipdemia tidak
selalau sama pada semua tahap DKD. Trigliserida yang tinggi,
apolipoprotein (ApoB), ApoA-II dan HDL3- Kolesterol memprediksi
terjadinya mikroalbuminuria, sedang trigleserida tinggi dan ApoB
meprediksi berkembangnya menjadi mikroalbuminuria.
4. Kebiasaan Merokok
Rokok menjadi faktor resiko karena meningkatkan stres oksidatif
pada pembulh darah, akumulasi lipid, dan akumilasi AGEs, sementara
prouksi nitric oxide menurun, dimana semua kondisi ini menyebabkan
penebalan membrane basal glomerular, ekspansi mesangial,
glomerulosklerpsis, dan fibrosis interstitial.

5. Kurang aktivitas fisik


Kurang kativitas menyebabkan kurang berkembangnya
mikroalbuminuria karena kativitas simpatik dan rendahnya sensitifitas
barorefleks. Aktivitas fisik dapat mencegah berkembangnya DKD karena
dapat menurunkan tekakan darah, memperbaiki profil lipid, kontrol
glikemik, sensitifitas insulin, dan fungsi endotel.
6. Pola Diet
Pola makan tidak sehat dan tinggi kalori seperti fast food, minuman
bersoda, konsumsi alcohol menjadi faktor resiko meningkatnya DKD
karena meningkatnya AGEs akibat hiperglikemik. Meningkatnya AGEs
dapat berdampak pada terjadinya kerusakan sel dan jaringan serta
meningkatkan resiko kerusakan fungsi ginjal.

7. Genetik
Terjadinya perubahan struktur dan fungsi glomerulus pada DKD
dipengaruhi oleh adanya faktor genetik atau riwayat penyakit keturunan di

3
keluarga seperti hipertensi, DMT2, penyakit kardiovaskuler, dan resistensi
insulin.
8. Usia dan jenis kelamin
Fungsi ginjal menurun 1 ml/menit tiap tahunnya sejak individu
berusia 40 tahun. Diabetik kidney desiase (DKD) jarang berkembang
sebelum masa pubertas. Pada usia dewasa hormon seksual berperan dalam
terajdinya resiko DKD. Edogen dan estrogen berperan penting dalam
patofisiologi penyakit ginjal. Pada wanita menopause, kadar estrogen
berkurang dan hal ini lebih meningkatkan resiko resistensi insulin karena
estrogen berperan sebagai inhibitor interleukin -6 (IL6). Laki-laki dengan
DMT1 lebih beresiko karena terjadinya peningkatan atau behkan
penurunan free testoteron dan peningkatan estradiol.

D. KLASIFIKASI DIABETIC KIDNEY DISEASE


a. Stadium I (Hyperfiltration-Hypertropy Stage)
Secara klinik pada tahap ini akan dijumpai:
1. Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi glomerules mencapai 20-50%
diatas nilai normal menurut usia.
2. Hipertrofi ginjal, yang dapat dilihat melaui foto sinar x.
3. Glukosuria disertai poliuria.
4. Mikroalbuminuria > 20 dan < 200 ug/min.
b. Stadium II (Silent Stage)
Ditandai dengan:
1. Mikroalbuminuria normal atau mendekati normal (<20ug/min).
2. Sebagian penderita menunjukan penurunan laju filtrasi glomerulus ke
normal. Awal kerusakan struktur ginjal

c. Stadium III (Incipient Nephropathy Stage)


Stadium ini ditandai dengan:
1. Awalnya dijumpai hiperfiltrasi yang menetap yang selanjutnya mulai
menurun
2. Mikroalbuminuria 20 sampai 200 ug/min yang setara dengan eksresi
protein 30-300mg/24 jam
3. Awal Hipertensi.
d. Stadium IV (Overt Nephroathy Stage)

4
Stadium ini ditandai dengan:
1. Proteinuria menetap (>0,5gr/24jam)
2. Hipertensi
3. Penurunan laju filtrasi glomerulus.
e. Stadium V (End Stage Renal Failure)
Pada stadium ini laju filtrasi glomerulus sudah mendekati nol dan
dijumpai fibrosis ginjal. Rata-rata dibutuhkan waktu 15 – 17 tahun untuk
sampai pada stadium IV dan 5 – 7 tahun kemudian akan sampai
stadiumV.
Ada perbedaan gambaran klinik dan patofisiologi Nefropati
Diabetika antara diabetes mellitus tipe I (IDDM) dan tipe II (NIDDM).
Mikroalbuminuria seringkali dijumpai pada NIDDM saat diagnosis
ditegakkan dan keadaan ini serigkali reversibel dengan perbaikan status
metaboliknya. Adanya mikroalbuminuria pada DM tipe II merupakan
prognosis yang buruk.

E. TANDA DAN GEJALA


Pasien dengan nefropati diabetic dapat menunjukkan gambaran gagal
ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas akibat
penimbunan cairan (edema).Adanya gagal ginjal yang dibuktikan dengan
kenaikan kadar kreatinin/ureum serum ditemukan berkisar antara 2 % sampai
7,1 % pasien diabetes miletus.
Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang
lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetic. Proteinuria
ditemukan pada 13,1 % sampai 58% pasien diabetes melitus. Gambaran klinis
awalnya asimtomatik, kemudian timbul hipertensi, edema dan uremia

F. KOMPLIKASI
a. Hypoglikemia (penurunan sekresi insulin)
b. Stadium akhir penyakit ginjal
c. Hyperkalemia

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glukosa darah
Sebagaimana halnya penyakit DM, kadar glukosa darah akan meningkat.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa pada tahap lanjut yaitu bila terjadi gagal

5
ginjal, kadar gula darah bisa normal atau malahan rendah. Hal ini
disebabkan menurunnya bersihan ginjal terhadap insulin endogen maupun
eksogen.

1. HbA1C
2. Ureum

3. Creatinin Σ dapat meningkat pada kerusakan ginjal lanjut

4. BUN

5. Urine
6. Urin rutin ; tampak gambaran proteinuria

7. Aseton

8. Dipstik untuk albumin/ mikroalbumin

9. Penentuan protein dalam urin secara kuantitatif

b. USG ginjal
Untuk mengamati ukuran ginjal, biasanya ukuran meningkat pada tahap
awal dan kemudian menurun atau menyusut pada gagal ginjal kronik.
Dapat juga untuk menggambarkan adanya obstruksi, sebagai study
Echogenisitas pada gagal ginjal kronik.
Serum dan electrophoresis urine ditujukan untuk menyingkirkan multiple
myeloma dan untuk mengklasifikasikan proteinuria (dimana predominan
pada glomerolus pada nephropati diabetic).

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diet pasien DN sulit, karena faktor kembar kelebihan diet pada
fungsi ginjal perlu diimbangi dengan malnutrisi. Pendidikan pasien tampaknya
menjadi kunci dalam menghindari terlalu banyak makan karbohidrat dan
makanan kaya protein sambil mendukung dimasukkannya lemak esensial
dalam makanan mereka.
1. Pengendalian hipertensi

6
Semua obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistemik,
tetapi tidak semua obat antihipertensi mempunyai potensi untuk
mengurangi ekskresi proteinuria.
a. Penghambat EAC
Banyak laporan uji klinis memperlihatkan penghambat EAC paling
efektif untuk mengurangi albuminuria dibandingkan dengan obat
antihipertensi lainnya.
b. Antagonis kalsium
Laporan studi meta-analysis memperlihatkan antagonis kalsium
golongan nifedipine kurang efektif sebagai antiproteinuric agent pada
nefropati diabetik dan nefropati non-diabetik.
c. Kombinasi penghambat EAC dan antagonis kalsium non
dihydropyridine. Penelitian invitro dan invivo pada nefropati diabetic
(DMT) kombinasi penghambar EAC dan antagonis kalsium non
dihydropyridine mempunyai efek.

7
2. Optimalisasi terapi hiperglikemia
Optimalisasi terapi insulin eksogen sangat penting.
a) Normalisasi metabolisme seluler dapat mencegah penimbunan toksin
seluler (polyol) dan metabolitnya (myoinocitol)
b) Insulin dapat mencegah kerusakan glomerulus
c) Mencegah dan mengurangi glikolisis protein glomerulus yang dapat
menyebabkan penebalan membran basal dan hilangnya kemampuan
untuk seleksi protein dan kerusakan glomerulus (permselectivity).
d) Memperbaiki fatal tubulus proksimal dan mencegah reabsorpsi
glukosa sebagai pencetus nefomegali. Kenaikan konsentrasi urinary
N-acetyl-Dglucosaminidase (NAG) sebagai petanda hipertensi
esensial dan nefropati.
e) Mengurangi dan menghambat stimulasi growth hormone (GH) atau
insulin-like growth factors (IGF-I) sebagai pencetus nefromegali.
f) Mengurangi capillary glomerular pressure (Poc)
3. Keadaan hiperglikemi harus segera dikendalikan menjadi normoglikemia
dengan parameter HbA1c dengan insulin atau obat antidiabetik oral
(OADO).
4. Pencegahan atau terapi yang intensif terhadap infeksi trakus urinarus
5. Tindakan menghindari zat-zat nefro toksik
6. Penyesuaian obat-obat yang digunakan setelah terjadi perubahan fungsi
renal
Contoh :
Pemberian antihipertensi pada diabetes mellitus merupakan
permasalahan tersendiri. Bila sudah terdapat nefropati diabetik disertai
penurunan faal ginjal, permasalahan lebih rumit lagi. Beberapa
permasalahan yang harus dikaji sebelum pemilihan obat antihipertensi
antara lain :
a) Efek samping misal efek metabolik
b) Status sistem kardiovaskuler.
i. Miokard iskemi/infark
ii. Bencana serebrovaskuler
c) Penyesuaian takaran bila sudah terdapat insufisiensi ginjal.
7. Diet rendah natrium

8
Diet rendah garam (DRG) kurang dari 5 gram per hari penting untuk
mencegah retensi Na+(sembab dan hipertensi) dan meningkatkan
efektivitas obat antihipertensi yang lebih proten.
8. Diet rendah protein
DRP (0,6-0,8 gram per kg BB per hari) sangat penting untuk mencegah
progresivitas penurunan faal ginjal

9
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada kasus DKD biasanya ditemukan pasien mengalami nyeri, hipertemia
dan sesak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab DKD, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan
klien dan menghambat proses penyembuhan.
4. Riwayat Psikososial : orang terdekat dengan klien, interaksi dalam keluarga,
dampak penyakit terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi klien,
mekanisme koping terhadap penyakitnya, persepsi klien terhadap
penyakitnya, sistem nilai kepercayaan.
5. Pola kebersihan sehari-hari sebelum sakit dan selama sakit ; pola nutrisi,
pola eliminasi, pola personal hygiene, pola istirahat dan tidur, pola aktifitas
dan latihan, pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
6. Keseimbangan oksigenisasi

Pengkajian keseimbangan oksigenasi pasien endokrin meliputi : frekuensi,


kedalaman, bunyi pernafasan, pernafasan cuping hidung, adanya batuk
dengan atau tanpa sputum, batuk berdarah, adanya nyeri dada, bentuk dan
pengembangan dada, risiko gangguan bersihan jalan nafas. Penting bagi
perawat untuk menilai terjadinya infeksi paru atau adanya edema paru pada
pasien HD dengan kelebihan cairan.

7. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Meliputi keadaan cairan tubuh, kebutuhan cairan, jenis cairan, kemampuan


pemenuhan kebutuhan cairan, tanda-tanda dehidrasi, berkaitan dengan
pemeriksaan laboratorium untuk menilai kondisi cairan dan elektrolit. Pada

10
pasien dialisis berisiko untuk terjadi hiponatremi, hiperkalemi,
hiperfosfatemi, hiperkalsemi. Edema tungkai atau edema paru sering
ditemukan pada pasien HD dengan kelebihan cairan.

8. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang harus dikaji meliputi nafsu


makan,adanya keluhan mual, muntah, berat badan, lingkar lengan atas,
kepatuhan dengan diet, pengetahuan pasien tentang diet dan hasil
laboratorium untuk menilai status nutrisi pasien. Kondisi komplikasi
gastroparesis, atau gastropati uremikum dapat memunculkan gejala adanya
kelainan dalam pemenuhan nurisi. Tanda dan gejala gangguan nutrisi di
tingkat sel akibat defisiensi insulin.

9. Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Pengkajian eliminasi meliputi : perubahan pola, retensio urin, dan


inkontinensia urin atau alvi, kemampuan berkemih secara normal, anuria
pada DKD tahap akhir, tanda-tanda neurogenik bladder, melena dapat
terjadi pada kondisi gastropati uremikum. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang dapat menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal, misalnya
mikroalbuminuria pada nefropati diabetik.

10. Kebutuhan aktivitas dan istirahat

Pengkajian meliputi kemampuan mobilisasi, beraktivitas, gangguan tidur,


tingkat nyeri, penurunan tonus dan kekuatan otot, keluhan rasa mudah lelah,
gangguan atau penurunan motorik.

11. Interaksi dan isolasi sosial

Pasien degan gangguan penyakit kronis seperti DM dengan HD, perlu untuk
dikaji tentang adanya perasaan berbeda dengan orang lain karena terkait
perubahan pola hidup seperti : harus suntik insulin setiap sebelum makan,
datang ke rumah sakit atau unit dialisis 2 kali setiap minggu, pengaturan
makan dan asupan minum yang relatif ketat. Penilaian gejala gejala yang

11
mengarah pada gangguan psikososial depresi, stress, tingkat kecemasan,
tingkat ketergantungan pada orang lain, penerimaan terhadap penyakit,
kontak sosial, dukungan sosial, dan partisipasi dalam perawatan pasien
selama dalam masa perawatan di rumah sakit.

12. Pencegahan dan mengatasi resiko yanag mengancam jiwa


Meliputi pengkajian adanya komplikasi kardiovaskular (sindrom koroner
akut), gagal jantung akibat kelebihan asupan cairan, infeksi yang meluas
(sepsis) akibat luka kronik, risiko cedera akibat penurunan persepsi sensori,
kecacatan, serta risiko terjadinya komplikasi akut seperti hipoglikemi dan
ketoasidosis (ensefalopati diabetikum/uremikum).

diabetikum/uremikum).

13. Peningkatan fungsi dan perkembangan hidup dalam kelompok sosial

Ketersediaan sistem pendukung dan keterlibatan pasien dalam perkumpulan/


komunitasnya, serta kemampuan pasien dalam pemenuhan self care.

B. Diagnosis Keperawatan Nanda

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot paru

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan parifer berhubungan dengan aliran darah


yang lambat

3. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan

4. Hipertermia berhubungan dengan adanya nyeri karena iskemik jaringan

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya nekrosis jaringan

6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan reabsobsi Na dan Air


terganggu

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan

8. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat


nyeri

12
9. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan

C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
(NANDA) (NOC) (NIC)
1. Ketidakefektifan pola NOC : Airway Management
nafas - Respiratory status : 1. Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Pertukaran udara
Ventilation teknik chin lift atau jaw
inspirasi dan/atau ekspirasi

13
tidak adekuat - Respiratory status : Airway thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
patency
memaksimalkan ventilasi
- Vital sign Status
3. Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil :
pemasangan alat jalan nafas
a. Mendemonstrasikan batuk
buatan
efektif dan suara nafas 4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada
yang bersih, tidak ada
jika perlu
sianosis dan dyspneu
6. Keluarkan sekret dengan
(mampu mengeluarkan
batuk atau suction
sputum, mampu bernafas 7. Auskultasi suara nafas,
dengan mudah, tidak ada catat adanya suara
pursed lips) tambahan
b. Menunjukkan jalan nafas 8. Lakukan suction pada
yang paten (klien tidak mayo
9. Berikan bronkodilator bila
merasa tercekik, irama
perlu
nafas, frekuensi
10. Berikan pelembab udara
pernafasan dalam rentang
Kassa basah NaCl Lembab
normal, tidak ada suara 11. Atur intake untuk cairan
nafas abnormal) mengoptimalkan
c. Tanda Tanda vital dalam
keseimbangan.
rentang normal (tekanan 12. Monitor respirasi dan status
darah, nadi, pernafasan) O2

Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang
paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan

14
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Ketidakefektifan perfusi  Circulation status NIC
 Tissue Perfusion :
jaringan perifer Peripheral Sensation
cerebral
Definisi : Penurunan Management
Kriteria Hasil :
sirkulasi darah ke perifer (Manajemen sensasi perifer)
Mendemonstrasikan status
yang dapat mengganggu 1. Monitor adanya daerah
sirkulasi yang ditandai
kesehatan tertentu yang hanya peka

15
Batasan Karakteristik : dengan : terhadap
1. Perubahan fungsi 1. Tidak ada tanda tanda
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
motoric peningkatan tekanan
3. lnstruksikan keluarga untuk
2. Perubahan karakteristik
intrakranial (tidak lebih
mengobservasi kulit jika ada
kulit (warna, elastisitas,
dari 15 mmHg).
isi atau laserasi
rambut, kelembapan,
Mendemonstrasikan, 4. Gunakan sarung tangan
kuku, sensasi, suhu)
kemampuan kognitif yang untuk proteksi
3. Perubahan tekanan
5. Batasi gerakan pada kepala,
ditandai dengan :
darah diekstremitas
leher dan punggung
4. Klaudikasi 1. Berkomunikasi dengan
6. Monitor kemampuan BAB
5. Warna tidak kembali
jelas dan sesuai dengan 7. Kolaborasi pemberian
ketungkai saat tungkai
kemampuan analgetik
diturunkan 2. Menunjukkan perhatian, 8. Monitor adanya
6. Kelambatan
konsentrasi dan orientasi tromboplebitis
penyembuhan luka 3. Memproses informasi 9. Diskusikan menganai
4. Membuat keputusan
perifer penyebab perubahan sensasi
7. Penurunan nadi dengan benar
8. Edema
9. Nyeri ekstremitas
10. Pemendekan jarak total
yang ditempuh dalam
uji berjalan 6 menit
11. Pemendekan jarak
bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
12. Perestesia
13. Warna kulit pucat saat
elevasi
3. Nyeri Akut a. Pain Level Pain management
Defenisi : Pengalaman b. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
c. Comfort level
sensori dan emosional yang secara komprehensif
Kriteria hasil :
tidak menyenangkan yang termasuk lokasi,
1) Mampu mengontrol nyeri
muncul akibat kerusakan karakteristik, durasi
(tahu penyebab nyeri,
jaringan yang aktual atau frekuensi, kualitas dan faktor
mampu menggunakan
potensial atau digambarkan presipitasi

16
dalam hal kerusakaan teknik nonfarmakologi 2. Observasi reaksi nonverbal
sedemikian rupa untuk mengurangi nyeri, dan ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
(internationala Association mencari bantuan )
2) Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui
for the study of pain) :
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
awitan yang tiba-tiba dan
4. Kaji kultur yang
menggunakan manajemen
lambat dari intensitas ringan
mempengaruhi respon nyeri
nyeri
hingga berat dengan akhir 5. Evaluasi pengalaman nyeri
3) Mampu mengenali nyeri
yang dapat diantisipasi atau masa lampau
(skala, intesitas, frekuensi
6. Evaluasi bersama pasien dan
diprediksi dan berlangsung
dan tanda dan nyeri )
tim kesehatan lain tentang
kurang dari 6 bulan. 4) Menyatakan rasa aman
Batasan karakteristik : ketidakefektifan kontrol
setelah nyeri berkurang
a. Perubahan tekanan darah,
nyeri masa Iampau
b. Perubahan frekuensi
7. Bantu pasien dan keluarga
pernapasan
untuk mencari dan
c. Perubahan frekuensi
menemukan dukungan
jantung
8. Kontrol lingkungan yang
d. Perubahan selera makan
e. Mengekspresikan dapat mempengaruhi nyeri
perilaku ( mis., gelisah, seperti suhu ruangan,
merengek, dan menangis) pencahayaan dan kebisingan
f. Sikap tubuh melindungi 9. Kurangi faktor presipitasi
g. Fokus menyempit
nyeri
h. Melaporkan nyeri secara
10. Pilih dan lakukan
verbal
penanganan nyeri
i. Gangguan tidur
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan

17
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
4. Hipertermi Thermoregulation NIC
Definisi : Peningkatan suhu Fever treatment
tubuh diatas kisaran normal Kriteria Hasil: 1. Monitor suhu sesering
Batasan Karakteristik :  Suhu tubuh dalam rentang mungkin
2. Monitor warna dan suhu
a. Konvulsi normal
b. Kulit kemerahan kulit
 Nadi dan RR dalam
c. Peningkatan suhu tubuh 3. Monitor tekanan darah, nadi
rentang normal
diatas kisaran normal dan RR
d. Kejang  Tidak ada perubahan 4. Monitor WBC, Hb, dan Hct
e. Takikardi 5. Monitor intake dan output
warna kulit dan tidak ada
f. Takipnea 6. Berikan anti piretik
g. Kulit terasa hangat pusing 7. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
8. Selimuti pasien
Faktor Yang
9. Kolaborasi pemberian
Berhubungan:
cairan intravena
a. Anastesia 10. Kompres pasien pada lipat
b. Penurunan respirasi
paha dan aksila
c. Dehidrasi
11. Tingkatkan sirkulasi udar
d. Pemajanan lingkungan
12. Monitor suhu minimal tiap
yang panas
2 jam
e. Penyakit
13. Rencanakan monitoring
f. Pemakaian pakaian yang
suhu secara kontinyu
tidak sesuai dengan suhu
14. Monitor warna dan suhu
lingkungan
kulit
g. Peningkatan laju
15. Monitor tanda-tanda
metabolisme
hipertermi dan hipotermi
h. Medikasi
16. Tingkatkan intake cairan
i. Trauma
j. Aktivitas berlebihan dan nutrisi
17. Selimuti pasien untuk

18
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
18. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
19. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari

19
perubahan Vital sign

5. Kerusakan Integritas Kulit NOC NIC


Definisi : Perubahan /  Tissue Integrity : Skin Pressure Management
gangguan epidermis dan / and Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
atau dermis  Hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
Batasan Karakteristik : longgar
2. Hindari kerutan pada
a. Kerusakan lapisan kulit Kriteria Hasil :
tempat tidur
(dermis) a. Integritas kulit yang baik
3. Jaga kebersihan kulit agar
b. Gangguan permukaan
bisa dipertahankan
tetap bersih dan kering
kulit (epidermis)
(sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien (ubah
c. Invasi struktur tubuh
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
Faktor Yang
pigmentasi) jam sekali
Berhubungan:
b. Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan adanya
Eksternal :
kulit kemerahan
a. Zat kimia, Radiasi c. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau
b. Usia yang ekstrim d. Menunjukkan
minyak/baby oil pada
c. Kelembapan
pemahaman dalam proses
d. Hipertermia, daerah yang tertekan
perbaikan kulit dan 7. Monitor aktivitas dan
Hipotermia
e. Faktor mekanik mencegah terjadinya mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi
(mis..gaya gunting cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit pasien
[shearing forces])
9. Memandikan pasien
f. Medikasi dan mempertahankan
g. Lembab dengan sabun dan air
kelembaban kulit dan
h. Imobilitasi fisik
hangat
perawatan alami
Internal:
Insision site care
a. Perubahan status cairan
1. Membersihkan, memantau
b. Perubahan pigmentasi
c. Perubahan turgor dan meningkatkan proses
d. Faktor perkembangan
penyembuhan pada luka
e. Kondisi
yang ditutup dengan jahitan,
ketidakseimbangan
klip atau straples
nutrisi (mis.obesitas,
2. Monitor proses kesembuhan
emasiasi)
area insisi
f. Penurunan imunologis
3. Monitor tanda dan gejala

20
g. Penurunan sirkulasi infeksi pada area insisi
h. Kondisi gangguan 4. Bersihkan area sekitar
metabolik jahitan atau staples,
i. Gangguan sensasi
menggunakan lidi kapas
j. Tonjolan tulang
steril
5. Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
6. Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program

Kelebihan Volume cairan NOC Fluid management


Definisi : Peningkatan a. Electrolit and acid base 1. Timbang popok/pembalut
retensi cairan isotonik balance jika diperlukan
b. Fluid balance 2. Pertahankan catatan intake
Batasan Karakteristik :
c. Hydration
dan output yang akurat
a. Bunyi napas adventisius
3. Pasang urin kateter jika
b. Gangguan elektrolit
c. Anasarka Kriteria Hasil : diperlukan
d. Ansietas 4. Monitor hasil Hb yang
1. Terbebas dari edema, efusi,
e. Azotemia
sesuai dengan retensi cairan
f. Perubahan tekanan anaskara
2. Bunyi nafas bersih, tidak (BUN, Hmt, osmolalitas
darah
g. Perubahan status mental ada dvspneu/ortopneu urin)
h. Perubahan pola 3. Terbebas dari distensi vena 5. Monitor status
pernapasan jugularis, reflek hemodinamik termasuk
i. Penurunan hematrokrit
hepatojugular (+) CVP,MAP, PAP dan PCWP
j. Penurunan hemoglobin
4. Memelihara tekanan vena 6. Monitor vital sign
k. Dispnea
7. Montor indikasi retensi /
l. Edema sentral, tekanan kapiler
m. Peningkatan tekanan kelebihan cairan (cracles,
paru, output jantung dan
vena sentral CVP, edema, distensi vena
vital sign dalam batas
n. Asupan melebihi
leher, asites)
normal
haluaran 8. Kaji lokasi dan luas edema
5. Terbebas dan kelelahan,
o. Distensi vena jugularis 9. Monitor masukan
p. Oliguria kecemasan atau
makanan / cairan dan hitung
q. Ortopnea

21
r. Efusi pleura kebingungan intake kalori
s. Refleksi hepatojugular 6. Menjelaskan indikator 10. Monitor status nutrisi
11. Kolaborasi pemberian
positif kelebihan cairan
t. Perubahan tekanan arteri diuretik sesuai interuksi
12. Batasi masukan cairan pada
pulmunal
u. Kongesti pulmunal keadaan hiponatrermi dilusi
v. Gelisah
dengan serum Na < 130
w. Perubahan berat jenis
mEq/l
urin
13. Kolaborasi dokter jika tanda
x. Bunyi jantung S3
y. Penambahan berat cairan berlebih muncul
badan dalam waktu memburuk
sangat singkat Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah
Faktor Yang dan tipe intake cairan dan
Berhubungan: eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
a. Gangguan mekanisme
faktor resiko dan
regulasi
b. Kelebihan asupan cairan ketidakseimbangan cairan
c. Kelebihan asupan
(Hipertermia, terapi
Natrium
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll)
3. Monitor berat badan, BP,
HR, dan RR
4. Monitor serum dan
elektrolit urine
5. Monitor serum dan
osmilalitas urine
6. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
7. Monitor parameter
hemodinamik infasif
8. Catat secara akurat intake
dan output

22
9. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
10. Monitor tanda dan gejala
dari odema

7. Ketidakseimbangan Nutritional Status : food and NIC


Nutrisi kurang dari Fluid Intake Nutrition Management
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Asupan nutrisi 1. Adanya peningkatan berat
untuk menentukan jumlah
tidak cukup untuk memenuhi badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi yang
kebutuhan metabolik
dengan tinggi badan dibutuhkan pasien.
Batasan Karakteristik :
3. Mampu mengidentifikasi 3. Anjurkan pasien untuk
1. Kram abdomen
kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
2. Nyeri abdomen
4. Tidak ada tanda tanda 4. Anjurkan pasien untuk
3. Menghindari makanan
4. Berat badan 20% atau malnutrisi meningkatkan protein dan
5. Tidak terjadi penurunan
lebih dibawah berat vitamin C
berat badan yang berarti 5. Berikan substansi gula
badan ideal
6. Yakinkan diet yang
5. Bising usus hiperaktif
6. Kurang makanan dimakan mengandung
7. Kurang informasi
tinggi serat untuk
8. Kurang minat pada
mencegah konstipasi
makanan
7. Berikan makanan yang
9. Penurunan berat badan
terpilih (sudah
dengan asupan makanan
dikonsultasikan dengan ahli
adekuat
10. Mambran mukosa pucat gizi)
11. Tonus otot menurun 8. Monitor jumlah nutrisi dan
12. Mengeluh gangguan
kandungan kalori
sensasi rasa 9. Berikan informasi tentang
13. Cepat kenyang setelah
kebutuhan nutrisi
makan 10. Kaji kemampuan pasien
14. Kelemahan otot
untuk mendapatkan nutrisi
pengunyah
yang dibutuhkan
15. Kelemahan otot untuk
Nutrition Monitoring

23
menelan 1. BB pasien dalam batas
Faktor Yang Berhubungan normal
2. Monitor adanya penurunan
:
berat badan
1. Faktor biologis
3. Monitor tipe dan jumlah
2. Faktor ekonomi
3. Ketidakmampuan untuk aktivitas yang biasa
mengabsorbsi nutrien dilakukan
4. Ketidakmampuan untuk 4. Jadwalkan pengobatan dan
mencerna makanan perubahan pigmentasi
5. Ketidakmampuan 5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kekeringan,
menelan makanan
6. Faktor psikologis rambut kusam, dan mudah
patah
7. Monitor mual dan muntah
8. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
9. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
10. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
11. Monitor kalori dan intake
nutrisi
12. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
13. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
8. Hambatan Mobilitas Fisik  Joint Movement : Active 1. Monitoring vital sign
 Mobility level
Hambatan Mobilitas Fisik sebelum/sesudah latihan dan
 Self care : ADLs
Definisi : Keterbatasan pada  Transfer performance lihat respon pasien saat
pergerakan fisik tubuh atau latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
satu atau lebih Kriteria Hasil:
fisik tentang rencana

24
ekstremitas secara mandiri a. Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan
dan terarah. aktivitas fisik kebutuhan
b. Mengerti tujuan dan 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan tongkat saat
Batasan Karakteristik :
c. Memverbalisasikan
berjalan dan cegah terhadap
a. Penurunan waktu reaksi
perasaan dalam
b. Kesulitan membolak- cedera
meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
balik posisi
c. Melakukan aktivitas lain dan kemampuan berpindah kesehatan lain tentang teknik
d. Memperagakan
sebagai pengganti ambulasi
penggunaan alat 5. Kaji kemampuan pasien
pergerakan
e. Bantu untuk mobilisasi
dalam mobilisasi
(mis.,meningkatkan
(walker) 6. Latih pasien dalam
perhatian pada aktivitas
pemenuhan kebutuhan ADLs
orang lain,
secara mandiri sesuai
mengendalikan perilaku,
kemampuan
focus pada 7. Dampingi dan Bantu pasien
ketunadayaan/aktivitas saat mobilisasi dan bantu
sebelum sakit) penuhi kebutuhan ADLs
d. Dispnea setelah
pasien.
beraktivitas 8. Berikan alat bantu jika klien
e. Perubahan cara berjalan
memerlukan.
f. Gerakan bergetar
9. Ajarkan pasien bagaimana
g. Keterbatasan
merubah posisi dan berikan
kemampuan melakukan
bantuan jika diperlukan.
keterampilan motorik
halus
h. Keterbatasan
kemampuan melakukan
keterampilan motorik
kasar
i. Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
j. Tremor akibat
pergerakan
k. Ketidakstabilan postur
l. Pergerakan lambat

25
m. Pergerakan tidak
terkoordinasi

Faktor Yang Berhubungan


:
a. Intoleransi aktivitas
b. Gangguan kognitif
c. Fisik tidak bugar
d. Penurunan ketahanan
tubuh
e. Penurunan massa otot
f. Gangguan
muskuloskeletal
g. Gangguan
neuromuskular, Nyeri
h. Penurunan kekuatan otot
i. Kurang pengetahuan
tentang aktvitas fisik
j. Keadaan mood depresif
k. Keterlambatan
perkembangan
l. Ketidaknyamanan
m. Program pembatasan
gerak
n. Keengganan memulai
pergerakan

9. Resiko Jatuh NOC 1. Mengidentifikasi defisit


Definisi : Peningkatan o Trauma Risk For kognitif atau fisik pasien
kerentanan untuk jatuh yang o Injury risk for yang dapat meningkatkan
dapat menyebabkan bahaya Kriteria Hasil : potensi jatuh dalam
fisik 1. Keseimbangan : lingkungan tertentu
kemampuan untuk 2. Mengidentifikasi perilaku
Faktor Resiko :
mempertahankan dan faktor yang
Dewasa
ekuilibrium mempengaruhi risiko jatuh
a. Usia 65 tahun atau lebih
2. Gerakan terkoordinasi : 3. Mengidentifikasi
b. Riwayat jatuh
c. Tinggal sendiri karakteristik lingkungan

26
d. Prosthesis eksremitas kemampuan otot untuk yang dapat meningkatkan
bawah bekerja sama secara potensi untuk jatuh
e. Penggunaan alat bantu
volunter untuk melakukan (misalnya, lantai yang licin
(mis, walker, tongkat)
gerakan yang bertujuan dan tangga terbuka)
f. Penggunaan kursi roda
3. Perilaku pencegahan jatuh 4. Sarankan perubahan dalam
Kognitif
: tindakan individu atau gaya berjalan kepada
 Penurunan status mental
pemberi asuhan untuk pasien
Lingkungan 5. Mendorong pasien untuk
meminimalkan faktor
a. Lingkungan yang tidak menggunakan tongkat atau
resiko yang dapat memicu
terorganisasi alat pembantu berjalan
jatuh dilingkungan
b. Ruang yang memiliki 6. Kunci roda dari kursi roda,
individu
pencahayaan yang redup tempat tidur, atau brankar
4. Kejadian jatuh : tidak ada
c. Tidak ada meteri yang
selama transfer pasien
kejadian jatuh
antislip dikamar mandi 7. Tempat artikel mudah
5. Pengetahuan :
d. Tidak ada materi yang
dijangkau dari pasien
pemahaman pencegahan
antislip ditempat mandi 8. Ajarkan pasien bagaimana
jatuh
pancuran jatuh untuk meminimalkan
6. Pengetahuan :
e. Pengekangan
cedera
f. Karpet yang tidak keselamatan anak fisik
9. Memantau kemampuan
7. Pengetahuan : keamanan
rata/terlipat
untuk mentransfer dari
g. Ruang yang tidak dikenal pribadi
h. Kondisi cuaca (mis, lanta 8. Pelanggaran perlindungan tempat tidur ke kursi dan
basah, es) tingkat kebingungan Akut demikian pula sebaliknya
9. Tingkat Agitas 10. Gunakan teknik yang tepat
Medikasi
10. Komunitas pengendalian
untuk mentransfer pasien
a. Penggunaan alcohol
risiko : Kekerasan
b. Inhibitor enzyme ke dan dari kursi roda,
11. Komunitas tingkat
pengubah angiotensin tempat tidur, toilet, dan
kekerasan
c. Agen anti ansietas
12. Gerakan Terkoordinasi Sebagainya
d. Agens anti hipertensi
13. Kecenderungan risiko 11. Menyediakan toilet
e. Deuretik
f. Hipnotik pelarian untuk kawin ditinggikan untuk
g. Narkotik/opiate 14. Kejadian Terjun
memudahkan, transfer
h. Obat penenang 15. Mengasuh keselamatan
12. Menyediakan kursi dari
i. Antidepresan trisiklik
fisik remaja
ketinggian yang tepat,
Fisiologis 16. Mengasuh : bayi / balita
dengan sandaran dan
a. Sakit akut keselamatan fisik
b. Anemia 17. Perilaku Keselamatan sandaran tangan untuk

27
c. Arthritis pribadi memudahkan transfer
d. Penurunan kekuatan 18. Keparahan cedera fisik 13. Menyediakan tempat tidur
19. Pengendalian risiko
ekstremitas bawah kasur dengan tepi yang
20. Pengendalian risiko :
e. Diare
erat untuk memudahkan
f. Kesulitan gaya berjalan penggunaan alkohol,
g. Vertigo saat transfer
narkoba
14. Gunakan rel sisi panjang
mengekstensikan leher 21. Pengendahan risiko:
h. Masalah kaki yang sesuai dan tinggi
pencahayaan sinar
i. Kesulitan mendengar
untuk mencegat jatuh dari
j. Gangguan matahari
22. Deteksi Risiko tempat tidur, sesuai
keseimbangan
23. Lingkungan rumah Aman
k. Gangguan mobilitas kebutuhan
24. Aman berkeliaran
15. Memberikan pencahayaan
fisik 25. Zat penarikan keparahan
l. Inkontinensia 26. Integritas jaringan : kulit yang memadai untuk
m. Neoplasma (mis.,
& membran mukosa meningkatkan visibilitas
Ietih/mobilitas terbatas) 27. Perilaku kepatuhan visi 16. Menyediakan lampu
n. Neuropati
malam di samping tempat
o. Hipotensi ortostatisk
p. Kondisi postoperative tidur
q. Perubahan gula darah 17. Menyediakan pegangan
postprandial tangan terlihat dan
r. Deficit proprioseptif
memegang tiang
s. Ngantuk
18. Menyediakan lajur anti
t. Berkemih yang
tergelincir, permukaan
mendesak
u. Penyakit vaskuler lantai nontrip/tidak
v. Kesulitan melihat
tersandung
19. Menyediakan permukaan
nonslip/ anti
tergelincir di bak mandi
atau pancuran
20. Mendidik anggota
keluarga tentang faktor
risiko yang berkontribusi
terhadap jatuh dan
bagaimana mereka dapat
menurunkan resiko
tersebut

28
21. Tanda-tanda posting untuk
mengingatkan staf bahwa
pasien yang berisiko tinggi
untuk jatuh.

29
 Faktor genetic PENYIMPANGAN KDM
 Infeksi virus Ketidakseimbangan produksi Penumpukan gula
Keruskan sel beta Gula dalam darah tidak dapat
 Pengrusakan imunologik insulin darah di vaskuler
dibawa masuk dalam sel

Peningkatan
Glukosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun tekanan darah

Peningkatan kinerja
Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Kerusakan pada antibodi
ginjal

Kerusakan
Poliuri-Retensi urine Aliran darah lambat Kekebalan tubuh menurun
Glomerulus pada
ginjal
Iskemik jaringan
Kehilangan elektrolit dalam sel Resiko infeksi Neuropati sensori perifer
Peningkatan sekresi
Ketidakefektifan perfusi ADH dan aldesteron
jaringan perifer Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit
dehidrasi
Kehilangan kalori Gangrene Kerusakan integritas Kulit
atau jaringan
Reabsorsi Na & AIR
Merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak dibakar terganggu
BB menurun
metabolisme
Pusat lapar dan haus Edema
Kelemahan
Kelebihan volume cairan
Polidipsia dan polipagia
Kelemahan pada otot paru Pola Nafas tidak efektif
menjadi gangguan
Ketidakseimbangan nutrisi pengembangan paru Resiko jatuh
kurang dari kebutuhan tubuh Nyeri Hipertermia
30
Nyeri Akut Hambatan Mobilitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

Adib. 2011. Pengetahuan praktis ragam penyakit mematikan yang paling sering

menyerang kita. Buku Biru. Jokjakarta.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. EGC: Jakarta.

Hananta, P. Yuda Dan Harry Freitag. 2011. Deteksi Dini Dan Pencegahan 7 Penyakit

Penyebab Mati Muda. Medpress: Yogyakarta.

Khasanah, Nur.2012.Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola

Makan.Jogjakarta:Laksana

Mansjoer, A. 2007. Kapita selekta kedokteran. Media aeskulapius: Jakarta.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis Dn Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.

Mediacton Publishing: Jogjakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.PPNI.

Jakarta:
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai