LANDASAN TEORI
A. Diabetes Milietus
1. Definisi DM
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Setiati,
2014).
2. Klasifikasi DM
a. DM tipe 1
DM tipe 1 hasil destruksi auto imun sel beta, mengarah kepada defisiensi insulin
absolut.
b. DM tipe 2
DM tipe 2 akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan resistensi
6
7
a. DM gestasional
Diabetes milietus sindrom yang lainnya mungkinsebagai akibat dari defek genetik
fungsi sel beta, penyakit pancreas (missal kistik fibrosis), atau penyakit yang
3. Manifestasi DM
Manifestasi DM, Black (2014) adalah Peningkatan kadar gula darah, disebut
DM. pada DM tipe 1, onset manifestasi klinis mungkin tidak ketara dengan
berkembang secara bertahap yang klien mungkin mencatat sedikit atau tanpa
manifestasi klinis selama beberapa tahun. Menurut setiati (2014) manifestasi klinis
DM adalah peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus
dan minum (polidipsi), dan karena penyakit berkembang, penurunan berat badan
4. Komplikasi DM
Hiperglikemia akibat saat glukoa tidak dapat diangkut ke dalam sel karena
3) Hipoglikemia
adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai di dalam klien dengan DM
tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral. Kadar glukosa darah yang
tepat pada klien mempunyai gejala hipoglikemia bervariasi, tapi gejala itu tidak
pengobatan.
antara jam 2 sampai jam 4 pagi dan sekali lagi jam 7 pagi. Jika kadar pagi
dini hari < 50 – 60 mg/dl dan jam 7 pagi > 180 – 200 mg/dl, hiperglikemia
c) Fenomena subuh
Fenomena subuh merujuk kepada peningkatan kadar glukosa darah pagi ini
fenomenas ini. Fenomena telah ditemukan pada orang dengan DM tipe 1 dan
meningkatkan bersihan insulin, dan variasi siang hari dalam kadar hormon
1) Komplikasi Mikrovaskuler
a) Retinopati.
ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada mata yang dapat mengarah
pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Pada
stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula darah yang
baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hamper tidak dapat diperbaiki
hanya dengan kontrol gula darah, malahan akan menjadi lebih buruk apabila
b) Nefropati diabetika.
besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih. Akibat nefropati diabetika
dengan adanya proteinuri persisten atau lebih dari 0.5 gr/24 jam, terdapat
yang terserang biasanya adalah serabut saraf tungkai atau lengan. Neuropati
2) Komplikasi makrovaskuler
a) Arterosklerosis.
pada diabetes, tetapi pada DM timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan
b) Makroangiopati.
kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara
resiko kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa lebih dari 15
12
pektoris yaitu, nyeri dada paroksimal seperti tertindih benda berat dirasakan
timbul saat beraktifitas atau emosi dan akan mereda setelah beristirahat atau
d) Stroke.
diabetes. Stroke lebih sering timbul dan dengan prognosis yang lebih serius
pusing, sinkop, hemiplegia parsial atau total, afasia sensorik dan motorik
dapat terjadi pada seluruh pembuluh darah. Apabila terjadi pada pembuluh
darah koronaria, maka akan meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan
pada akhirnya terjadi payah jantung. Kematian dapat terjadi 2 hingga 5 kali
lebih besar pada diabetes dibanding pada orang normal. Risiko ini akan
13
lebih sering dan lebih awal terjadi pada penderita diabetes dan biasanya
biasanya terlambat didiagnosis yaitu bila sudah mencapai fase IV. Faktor-
5. Penatalaksanaan DM
Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta diabetisi dan keluarganya).
TNM ini pada dasarnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang
disasarkan pada status gizi, kebiasaan makan dan kondisi yang telah ada atau
sedang terjadi. TNM dapat dipakai sebagai pencegahan timbulnya diabetes bagi
penderita yang mempunyai risiko diabetes, terapi pada penderita yang sudah
diabetes.
14
b. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa
Didalam praktek sehari-hari perlu dilakukan penyuluhan bagi para diabetisi agar
bisa melakukan pola hidup sehat yang meliputi pola makan dan pola latihan fisik
Nikmati, Imbangi) artinya bahwa bisa menikmati semua jenis makan dan juga
tape.
10) R (Reguler Check Up) : melakukan control secara teratur, konsultasi kepada
d. Latihan Fisik
Selama latihan fisik kebutuhan energi akan meningkat dan ini dipenuhi dari
jaringan adiposa serta pelepasan glukosa dari hepar. Kadar glukosa dipertahankan
normal untuk memenuhi kebutuhan energi otak selama latihan fisik melalui
mekanisme hormonal.
6. Patofisiologi DM Tipe 2
DM Tipe 1. Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor
mayor dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar
glukosa darah tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika merespons
peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai desensitisasi, dapat kembali
insulin tersekresi juga meningkat. Proses patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah
resistansi terhadap aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun jaringan perifer.
Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki
glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan
perifer tidak jelas; namun, ini tampa terjadi setelah insulin berikatan terhadap
1. Definisi
darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah
bahan bakar utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi.
Kadar glukosa darah sangat erat kaitannya dengan penyakit DM (Amir, 2015).
Sampel glukosa darah puasa diambil saat klien tidak makan-makanan selain
minum air selama paling tidak 8 jam. Sampel darah ini secara umum
mencerminkan kadar glukosa dari produksi hati. Jika klien mendapatkan cairan
dekstrosa intravena (IV), hasil pemeriksaan harus dianalisis dengan hati-hati. Pada
17
klien yang diketahui memiliki DM, makanan dan insulin tidak diberikan sampai
glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL. Sampel glukosa darah sewaktu diambil
sewaktu -waktu tanpa puasa. Peningkatan kadar glukosa darah mungkin terjadi
setelah makan, situasi penuh stress, dan darah sampel yang diambil dari lokasi IV
Kadar glukosa darah setelah makan dapat juga diambil dan digunakan untuk
mendiagnosis DM. kadar glukosa darah setelah makan diambil setelah 2 jam
insulin oleh jaringan perifer. Secara normal, kadar glukosa darah seharusnya
kembali kekadar puasa didalam 2 jam setelah makan > 200 mg/dl selama tes
Glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor resiko atau faktor
pencetus misalnya, adanya infeksi virus, kegemukan, perilaku makan yang salah,
obat-obatan, proses menua, stress dan lain - lain. Diet tetap merupakan pengobatan
yang utama pada penatalaksanaan diabetes, terutama pada DM tipe 2. Peran diet
dapat mengontrol kadar glukosa darah pasien. Diet disini dapat diartikan sebagai
Peningkatan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL yang disertai dengan gejala
poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hal ini dapat
polyuria di malam hari yang membuatnya terbangun dan mungkin akan sulit kembali
5. Hasil pemeriksaan
a. Diabetes harus didiagnosis jika satu atau lebih dari kriteria terpenuhi, berikut
hasilnya:
2) Glukosa plasma dua jam ≥ 11,1 mmol / L (200 mg / dl) setelah beban glukosa
oral 75g.
b. Gangguan Toleransi Glukosa (IGT) harus didiagnosis jika kedua kriteria berikut
terpenuhi:
2) Glukosa plasma dua jam 7,8-11,1 mmol / L (140-200 mg / dl) setelah beban
c. Gangguan Glukosa Puasa (IFG) harus didiagnosis jika kedua kriteria berikut
terpenuhi:
2) Glukosa plasma dua jam <7,8 mmol / L (140) setelah beban glukosa oral 75g.
C. Tidur
1. Definisi
Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang ditandai dengan
keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respons terhadap
ketat merupakan bagian penting praktik klinis: gangguan tidur sering menjadi gejala
awal penyakit jiwa yang akan terjadi. Beberapa gangguan jiwa menyebabkan
Proses terjadi tidur menurut Kaplan & Sadock (2010) ada dua jenis yaitu: NonRapid
Pada tidur NREM, yang terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian besar fisiologis
secara khas melambat lima hingga sepuluh denyut per menit dibawah tingkat saat
Tidur NREM dibagi atas 4 tingkat, yaitu: tingkat 1 (tidur ringan), keadaan
halnya dengan tingkat 1, ada individu yang merasa ia cukup sadar terhadap
Tidur REM merupakan jenis tidur yang secara kualitatif berbeda, ditandai dengan
tingginya tingkat aktivitas otak dan tingkat aktivitas fisiologis yang menyerupai
tingkat aktivitas terjaga. Potensial otot istirahat pada otot – otot tubuh lebih rendah
3. Fungsi tidur
penting untuk termoregulasi normal dan penyimpanan energi. Karena tidur NREM
meningkat setelah olahraga dan kelaparan, tahap ini mungkin terkait dengan
Menurut, tarihoran, Muttaqin, dan Mulyani (2015) menjelaskan bahwa bila seseorang
kurang tidur maka akan sangat mudah terserang stres. Kondisi ini terkait dengan
peningkatan risiko diabetes karena membuat kerja insulin, yang kadarnya sudah
hormon ghrelin, yang otomatis meningkatkan nafsu makan, dan menurunkan kadar
leptin yaitu hormon pengirim sinyal kenyang. Dalam kondisi kerja insulin yang tidak
risiko DM.
5. Kebutuhan tidur
membutuhkan tidur kurang dari 6 jam setiap malam untuk dapat berfungsi dengan
adekuat. Penidur Panjang (long-sleeper) adalah orang yang tidur lebih dari 9 jam
setiap malam untuk dapat berfungsi untuk adekuat. Penidur panjang memiliki periode
REM yang lebih banyak serta lebih banyak REM didalam setiap periode (dikenal
Pergerakan ini kadang-kadang dianggap sebagai ukuran intensitas tidur REM dan
depresi ringan, cemas, dan menarik diri secara social. Meningkatnya kebutuhan tidur
terjadi pada kerja fisik, olah raga, penyakit, kehamilan, tekanan jiwa umum, dan
yang kuat, seperti situasi belajar yang sulit serta stres, dan setelah penggunaan bahan
kimia atau obat yang menurunkan katekolamin otak. (Kaplan & Sadock, 2010).
22
Pola tidur normal menurut Potter (2014) ada beberapa kriteria yaitu:
a. Dewasa muda
½
Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata 6-8 jam permalam. Sekitar 20% dari
waktu tidur adalah tidur REM yang tetap konsisten sepanjang hidup. Tekanan
dalam pekerjaan, hubungan keluarga, dan kegiatan sosial sering mengarah pada
b. Dewasa menengah
Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari mulai menurun.
Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlanjut seiring dengan
meningkatnya usia. Insomnia sangat umum, mungkin karena perubahan dan stress
pada usia dewasa menengah. Kecemasan, depresi, atau penyakit fisik tertentu yang
c. Lansia
Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Lebih dari
50% lansia yang berusia 65 tahun atau lebih melaporkan mempunyai masalah
dengan tidur. Episode tidur REM cenderung menyingkat. Ada penurunan progresif
dalam tidur tahap 3 dan 4 NREM; beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur
tahap atau tidur nyenyak. Seorang lansia terbangun lebih sering pada malam hari,
dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur kembali.
23
Faktor yang mempengaruhi tidur menurut Potter (2010) yang memengaruhi kualitas
dan kuantitas tidur. Sering kali faktor tunggal bukanlah satu-satunya penyebab untuk
masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah
a. Obat
Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat
umum yang diresepkan. Obat ini mengubah pola tidur dan menurunkan
kewaspadaan disiang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu. Obat
yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada
penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat menggangu tidur.
b. Gaya hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seorang individu yang bekerja
Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang baik.
Makan besar, berat, dan makanan pedas dimalam hari sering mengakibatkan
24
gangguan pencernaan yang menggangu tidur. Kafein, alkohol, dan nikotin yang
dikonsumsi di malam hari menghasilkan insomnia. Kopi, teh, cola, dan cokelat
yang mengandung kafein dan xanthenes menyebabkan keadaan tidak dapat tidur.
a. Hipersomnia
memiliki kecenderungan yang tampak jelas untuk jatuh tertidur tiba-tiba pada
keadaan terjaga, yang mengalami serangan tidur, dan yang tidak dapat tetap
terjaga, istilah ini sebaiknya tidak digunakan untuk orang yang secara fisik Lelah
b. Parasomnia
Parasomnia merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau yang tidak biasa
yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau terjadi pada ambang antara bangun dan tidur.
Parasomnia biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4 sehingga dikaitkan dengan ingatan
c. Insomnia
merupakan keluhan tidur yang paling lazim ditemui dan dapat bersifat sementara
atau menetap.
1) Insomnia sementara
nyaris semua perubahan kehidupan maupun stress. Keadaan ini cenderung tidak
2) Insomnia menetap
Insomnia tetap adalah kelompok keadaan yang cukup lazim ditemukan dengan
masalah yang paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tidur bukannya untuk
somatisasi serta ansietas dan respons asosiatif yang dipelajari (Kaplan &
Sadock, 2010).
a) Gangguan Psikiatrik.
- Gangguan ansietas.
- Psikosis.
26
b) Gangguan Medis
- Refluks gastroesofageal.
c) Gangguan Neurologis
- Penyakit serebrovaskuler.
- Epilepsi.
d) Gangguan Lingkungan
f) Gangguan Prilaku
- Insomnia psiko-fisiologis
- Parasomnia.
Kantuk di siang hari yang berlebihan dan kelelahan adalah keluhan yang dirasakan
dengan orang-orang yang sering melaporkan melakukan tidur siang hari dan
Perasaan kantuk biasanya paling sering terjadi, atau terjadi sesaat sebelum tidur,
PSQI adalah kuesioner 19-item yang mengevaluasi kualitas tidur dan gangguan
item 5 hingga 19 dinilai pada skala Likert 4 poin. Skor item individual
28
menghasilkan 7 komponen. Skor total, mulai dari 0 hingga 21, diperoleh dengan
karena mengukur konstruk (kualitas tidur) yang terkait dengan insomnia tetapi
konstruk yang lebih luas daripada keparahan insomnia. Itu diberikan hanya
ISI adalah kuesioner laporan diri 7-item yang menilai sifat, keparahan, dan
dampak insomnia. Periode recall yang biasa adalah "bulan terakhir" dan dimensi
yang dievaluasi adalah: keparahan onset tidur, pemeliharaan tidur, dan masalah
bangun pagi, ketidakpuasan tidur, gangguan kesulitan tidur dengan fungsi siang
hari, masalah tidur oleh orang lain, dan kesusahan. disebabkan oleh kesulitan
tidur. Skala Likert 5 poin digunakan untuk menilai setiap item (misalnya, 0 =
tidak ada masalah; 4 = masalah sangat berat), menghasilkan skor total mulai dari
0 hingga 28. Skor total ditafsirkan sebagai berikut: tidak adanya insomnia (0 -7);
insomnia sub-ambang (8-14); insomnia sedang (15-21); dan insomnia berat (22-
28). Tiga versi tersedia — pasien, dokter, dan orang lain yang signifikan —
tetapi makalah ini berfokus hanya pada versi pasien. Penelitian sebelumnya telah
melaporkan sifat psikometrik yang memadai untuk versi bahasa Inggris dan
Perancis.