Anda di halaman 1dari 69

Tugas Pribadi Ujian Semester

HADIS

Disusun Oleh:
Putri Parnesia (0305192030)

Dosen Pengampu:
Muhammad Siddik,S.HI,M.HI

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

i1
LATAR BELAKANG

Pembahasan konsep adab merupakan hal yang sangat penting. Alasannya, topik yang
satu ini telah hilang dalam diri kaum muslimin. Akhirnya umat Islam mudah dijajah
pemikirannya oleh pendidikan dan pandangan hidup (worldview) Barat yang berfaham sekular
, yang tanpa disadari umat Islam telah mengkerdilkan pemikiranya serta menyediakan dasar
pendidikan utilitarian.

Secara historis, para sarjana dan cendikiawan muslim di Indonesia tidak jauh berbeda.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abuddin Nata. Menurut Abuddin Nata, kondisi ini
disebabkan keadaan sisitem pendidikan Islam yang mengandung berbagai komponen tidak lagi
sejalan dalam pengertian Islam dan seringkali berjalan apa adanya, serta sering dilakukan tanpa
perencanaan yang matang.

Akibatnya kondisi pendidikan Islam di Indonesia berada dalam keadaan yang kurang
membahagiakan. Komponen pendidikan tersebut meliputi landasan, tujuan, kurikulum,
propesionalisme guru, hubungan antara guru dan murid, metodelogi pembelajaran, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, penting bagi setiap sarjana dan cendikiawan untuk meneliti
kembali konsep adab dan relevansinya dengan pendidikan sebagai langkah dalam memulihkan
dan mengembalikan semula konsep pendidikan dalam pengertian Islam.

Berbicara landasan pendidikan, diketahui bahwa Islam sangat memperhatikan dan


menempati pembahasan ini pada tingkat yang sangat penting. Alasannya, lansasan yang benar
maka akan dapat menghantarkan manusia pada pengenalan dan pemahaman yang benar
terhadap segala hal, termasuk masalah pendidikan. Dalam pendidikan Islam, landasan
pendidikan adalah bersumber kepada al-Qur’an dan Hadis. Namun kenyataannya, Umat Islam
belum banyak mengetahui tentang isi kandungan al-Qur’an dan Hadis yang berhubungan
dengan pendidikan secara baik. Umat Islam hari ini lebih bangga mengenal dan belajar dari
sumber yang datang dari dunia Barat. Akibatnya pelaksanaan pendidikan Islam belum berjalan
di atas landasan ajaran Islam itu sendiri.

i1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat – Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa shalawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada
Rasulullah SAW.

Saya sudah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini.Dan


harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca tentang hadist –hadist.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dan pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Agar untuk kedepannya saya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Medan, 11 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I

A. Biografi Pribadi Sederhana .............................................................. 1


B. Tujuan Kuliah .................................................................................... 1
C. Tujuan Hidup ..................................................................................... 2
D. Cara Membahagiakan Orang Tua dan Guru ................................. 3
E. Cara Menghargai dan Menghormati Teman .................................. 4

BAB II

A. Kisah Perjuangan Saat Belajar di Perkuliahan Mata Kuliah Bapak Dosen


Muhammad Siddik ............................................................................ 5
B. Kisah Proses Perubahan Baik Setelah Belajar di Perkuliahan Mata Kuliah Bapak
Dosen Muhammad Siddik ................................................................. 5
C. Cara Merubah Akhlak Menjadi Akhlak Baik Setelah Belajar di Perkuliahan
Mata Kuliah Bapak Dosen Muhammad Siddik .............................. 5

BAB III

A. Motivasi Hidup,Akhlak Baik Apa Yang Didapatkan Setelah Belajar di


Perkuliahan Mata Kuliah Bapak Dosen Muhammad Siddik ........ 11
B. Amal Salih Apa Yang Akan Terus Dilatih,Dijalankan Dengan Istiqomah,Setelah
Belajar di Perkuliahan Mata Kuliah Bapak Dosen Muhammad Siddik ......12

iii
C. Jelaskan Bagaiman Cara Melatih Amal Salih Agar Menjadi Istiqomah Beserta
Contohnya........................................................................................... 12

BAB IV

A. Bagaimana Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang Lain Agar Bisa Berbuat
Amal Kebaikan di Jalan Allah SWT ................................................ 15
B. Bagaimana Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang Lain Agar Bisa
Menjalankan Sunnah Nabi SAW di Kehidupan Sehari-hari ........ 19
C. Bagaimana Cara Mengubah Diri Sendiri Agar Bisa Hijrah Berbuat Baik
Menjalankan Perintah Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW 20
D. Akhlak Buruk Apa Yang Akan Anda Ubah Dalam Diri Sendiri, dan Bagaimana
Cara Mengubahnya Menjadi Akhlak Baik ..................................... 21

BAB V

A. Jelaskan dan Berikan Contoh Adab adab Baginda Rasullullah Muhammad SAW

1. Adab Wudhu ................................................................................ 23

2. Adab Sholat ( Sholat Wajib dan Sholat Sunnah ) .................... 23

3. Adab Berdoa................................................................................. 23

4. Adab Tidur dan Bangun Tidur .................................................. 24

5. Adab Mandi.................................................................................. 24

6. Adab Makan dan Minum............................................................ 25

7. Adab Menuntut Ilmu ................................................................... 26

8. Adab Membaca Qur'an ............................................................... 29

9. Adab Terhadap Orang Tua , Guru , Dosen .............................. 30

10. Adab terhadap Orang yang Sakit , Lemah , Fakir Miskin , Anak Yatim dan
Piatu .................................................................................................. 30

11. Adab Terhadap Tamu ............................................................... 30

iv
12. Adab Ketika Berpergian ........................................................... 31

13. Adab ketika Belajar ................................................................... 31

14. Adab Bersedekah, pemberian , Hadiah ................................... 32

15. Adab Berpakaian Pria dan Wanita.......................................... 32

16. Adab bertetangga....................................................................... 33

17. Adab bertamu ............................................................................ 33

18. Adab Istinja , buang Air ( buang air kecil dan besar ) .......... 33

19. Adab Bertetangga ...................................................................... 34

20. Adab terhadap umat Muslim ................................................... 34

21. Adab terhadap Non Muslim ( berbeda Agama ) .................... 35

22. Adab anak terhadap orang tua ................................................ 35

23. Adab Orang Tua terhadap Anak ............................................. 35

24. Adab Terhadap anak kecil. ....................................................... 37

25. Adab Khitbah ( lamaran ) ........................................................ 37

26. Adab- adab dalam Pernikahan................................................. 38

27. Adab Jumat ................................................................................ 38

28. Adab Hari Raya ......................................................................... 41

29. Adab Berbicara. ......................................................................... 43

30. Adab Hutang Piutang , Pinjam Meminjam ............................ 43

31. Adab Jual Beli ............................................................................ 45

32. Adab Thaharah ......................................................................... 48

33. Adab Berhias .............................................................................. 49

34. Adab Majlis ................................................................................ 50

35. Adab Puasa ................................................................................. 50

v
36. Adab terhadap Jenazah ( 1. terhadap jenazah, 2.memandikan jenazah, 3.
Mengkafani Jenazah, 4. Mensholatkan Jenazah 5. Menguburkan Jenazah ) 51

37. Adab ziarah Kubur.................................................................... 53

38. Adab menemukan Barang Temuan. ........................................ 53

39. Adab mencari Nafkah dan Memberi Nafkah Halal Baik ...... 54

40. Adab Mengasuh Anak dan Adab Menyusui anak .................. 54

41. Adab ketika Kelahiran dan Aqiqah ......................................... 55

42. Adab memberi Nama Anak ...................................................... 55

43. Adab adab Suami , Istri dan anak. .......................................... 56

44. Adab Bersahabat ....................................................................... 57

45. Adab terhadap Hewan , Tumbuhan ( makhluk Allah SWT ) ..57

46. Adab ketika Marah.................................................................... 59

47. Adab Siwak................................................................................. 59

48. Adab terhadap Ulama ............................................................... 60

49.Adab terhadap Pemimpin ( Ulil Amri ) .................................... 61

50. Adab Sakit dan Berobat ............................................................ 61

51. Adab Salam ................................................................................ 62

52. Adab adab Terhadap Baginda Rasulullah Muhammad SAW..61

PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66

vi
BAB I

A. Biografi Singkat

Nama lengkap : Putri Parnesia

Nama panggilan : Parnesia

Tempat dan tgl lahir : P.Brandan / 22 Desember 2001

Agama : Islam

Tinggi badan : 159 cm

Nama Ayah : Suparno

Nama Ibu : NurAsyiah

Pekerjaan Ayah : Pegawai BUMN

Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jln. H.M Yamin no 67 b

Alamat Orang Tua : Jln. Besitang Gg. Amanah Alur Dua

B. Tujuan kuliah

Saya kuliah karena saya ingin menambah ilmu (ilmu akademik, ilmu agama, ilmu
organisasi) dan pengalaman, saya ingin membangun relasi yang luas, saya juga ingin belajar
hidup mandiri dan belajar menjaga diri ketika jauh dari orang tua. Di lingkungan kampus,
terdapat banyak organisasi yang di dalamnya kita bisa belajar banyak hal seperti
mengembangkan karakter dan softskill yang tidak hanya bermanfaat dalam dunia kerja
nantinya, tetapi juga penting untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Meskipun tidak menjamin, orang yang berpendidikan adalah orang yang bermoral.
Namun setidaknya, kesempatan untuk mengembangkan karakter lebih terbuka luas di
lingkungan kampus. Ketika kuliah, kita bisa belajar langsung dari orang-orang hebat di
kampus itu, baik para alumni maupun tenaga pendidik yang turut berkontribusi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan. Motivasi terbesar saya untuk
kuliah adalah orang tua. Sebagai anak pertama saya merasa memikul tanggung jawab besar
untuk memberikan masa depan cerah bagi keluarga. Intinya adalah, hidup diluar sana di
dunia kerja tidak membutuhkan seberapa pintar dan sukses akademis kita akan tetapi
seberapa kreatif dan bagaimana kesiapan kita dalam menerima tugas dari bos atau customer
karena bagaimanapun akhirnya, setelah kita lulus kita akan bekerja untuk menafkahi kita
sendiri dan keluarga.Maka dari itu, sebaiknya kita bersiap mulai dari sekarang. Persiapkan
kemampuan akademis dan kemampuan bekerja nantinya.

i1
C. Tujuan hidup

Tujuan hidup saya terbagi menjadi tiga, yaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang. Setiap tujuan tersebut saling berkaitan dan berkesinambungan. Saya
membagi tujuan hidup saya agar setiap langkah yang saya ambil selalu jelas arahnya sesuai
dengan tujuan hidup saya. Tujuan jangka panjang saya adalah meninggal dalam keadaan
mulia dan masuk surga. Mungkin, tujuan saya ini hampir sama dengan keinginan setiap orang
di dunia. Namun, saya yakin kita tidak akan bisa meninggal kemudian masuk surga tanpa
disertai usaha sepanjang hidup kita. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan jangka panjang
ini, saya harus menjadikan setiap perbuatan yang saya lakukan di dunia semata-mata
ditujukan sebagai ibadah kepada Allah SWT, melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi
segala hal yang dilarang oleh-Nya.

Tujuan jangka menengah saya adalah menjadi seorang pengusaha sukses. Mungkin,
setelah saya lulus nanti saya ingin bekerja terlebih dahulu di suatu perusahaan, entah
perusahaan yang ada di Indonesia maupun perusahaan yang ada di luar negeri, untuk
mengumpulkan modal materi serta pengalaman. Setelah cukup memiliki modal materi dan
pengalaman saya ingin mendirikan usaha sendiri di Indonesia dan sebagai perwujudan
kontribusi saya terhadap bangsa dan negara. Tujuan jangka menengah seharusnya
mendukung tujuan jangka panjang sehingga saya harus menjadi seorang pengusaha sukses
melalui cara dan upaya yang tidak menyimpang dari ketentuan Allah SWT dan
melakukannya semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Saya sadar bahwa tujuan hidup
saya ini sangat sulit untuk diwujudkan namun saya yakin dengan usaha yang keras saya akan
mampu mewujudkannya.

Tujuan jangka pendek saya merupakan tujuan saya dari saat ini hingga lulus nanti, yaitu
mampu mengikuti pelajaran yang ada di jurusan dengan baik, masuk himpunan mahasiswa,
memperoleh banyak teman dan pengalaman berorganisasi, lulus dengan IP memuaskan, serta
membanggakan kedua orang tua saya. Tujuan jangka pendek ini merupakan modal dasar
untuk menuju tujuan jangka menengah saya. Oleh karena itu, saya akan berjuang keras untuk
mewujudkan tujuan jangka pendek saya ini.

Saya sadar tanpa usaha yang keras dan keseriusan, semua tujuan hidup saya tidak akan
pernah terwujud. Oleh karena itu, mulai saat ini, saya akan bekerja keras dalam melakukan
semua hal yang menunjang pencapaian setiap tujuan dalam hidup saya sehingga saya bisa
berkontribusi untuk bangsa dan negara serta membanggakan kedua orang tua saya.

D. Cara membahagiakan dan menghormati orang tua guru atau dosen

Saya akan membahagiakan orang tua dengan cara :

 Mematuhi semua perintah


 Memberikan hal hal kecil yang disukai

2
 Berbicara lemah lembut
 Beribadah tepat waktu

Cara saya menghormati orang tua saya :

 Menyetujui pendapat yang dibuat orang tua karena itu yang terbaik untuk saya
 Saya tidak akan meninggikan suara ketika saya tifak sependapat dengan orang
tua saya
 Saya tidak akan berkata kasar saat berbicara kepada orang tua saya
 Saya harus mengikuti keinginan dan saran dari orang tua saya

Cara saya menghormati dosen :

 Saya harus berbicara dengan sopan ketika berbicara dengan guru atau dosen
 Saya harus mengucapkan salam dan menegur saat berjumpa dengan dosen
 Saya harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen
 Saya harus mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh dosen

Cara menghormati teman dan menghargai teman

 Bersikap baik kepada teman saya


 Saya tidk boleh membedakan teman saya
 Saya harus berkata yang baik kepada teman saya
 Saya harus menjauhkan sikap iri dan dengki kepada teman saya

3
Bab II

a. Kisah perjuangan saat belajar mata kuliah bapak

Awalnya saya merasa tertarik dengan mata kuliah ini, saya berfikir disini saya akan
banyak mengetahui tentang pembagaian hdits secara mendalam, namun tak disangka di awal
petemuan saya dibebankan dengan 42 hadits yang harus dihafal, itu membuat saya memutar
otak setiap minggu saya dibebankan oleh tugas sebanyak itu ditambah hafalan segini banyak.
Saya mulai berfikir bagaimana caranya saya menjelaskan mengerjakan semuanya sesuai
dengan kemauan saya semenntara saya tau kemampuan saya tidak mungkin bisa. Namun
mi8nggu dengan minggu terlewati, pertemuan demi pertemuan terlewati dan dosen pengganti
silih berganti. Disini saya mulai terbebani dengan adanya perbedaan pendapat antar dosen
pengganti. Tapi dengan senang hati saya selalu hadir pada saat jam mata kuliah hadits.
Sampai pada akhirnya tugas semakin banyak waktu semakin sedikit. Namun , saya masih saja
memahami apa itu sanad, mathan, dll. Seakan otak mau pecah rasanya, tapi ternyata dibalik
semua perjuangan itu saya mendapatkan hasil yang baik.

b. Kisah proses perubahan baik setelah belajar di perkuliahan bapak Dosen


Muhammad Siddiq

Awalnya saya adalah orang yang introvert. Orang yang tidak peduli dengan keadaan
manusia lain. Orang yang tidak berprasangka baik dan buruk terhadap orang lain. Tapi, saya
setelah mengikuti mata kuliah bapak saya menjadi peduli terhadap sesama. Walaupun, masih
terdapat kurang dimana-mana. Tapi sebisa mungkin saya berubah menjadi lebih baik. Saya
yang selalu marah-marah kalau dapat tugas yang tidak sesuai dengan jadwal dengan mata
kuliah. Saya yang suka menggaggap orang lain tidak penting hidup di hidup saya. Tapi
seiring berjalannya waktu saya mengerticara menghargai orang lain, memetik hikmah dari
arti keabaran, menghargai satu sama lain dan nilai terpenting yang saya tau kita harus selalu
berprasangka baik kepada orang apapun cara orang tersebut kepada kita.

c. Cara merubah akhlaq / kepribadian menjadi kepribadian baik setelah belajar di


perkuliahan bapak dosen Muhammad Siddiq

1. Berbaik sangka

Berbaik sangka dapat dilakukan dengan cara berprasangka baik pada diri sendiri serta

pada orang lain. Mereka yang dalam keadaan putus asa, umumnya cenderung, berburuk

sangka pada sang pencipta. Hal ini merupakan tindakan yang harus dihindari. Bersikap

optimis dan tidak lantas berputus asa merupakan cara kita dalam berbaik sangka kepada

pencipta. Segala sesuatu yang telah Allah tentukan adalah jalan terbaik bagi kita. Tugas kita

4
hanyalah bersabar dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi sehingga target yang ingin kita

capai bisa segera didapatkan. Tanamkan pada diri untuk selalu percaya jika kegagalan yang

anda alami hari ini, mengandung hikmah yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Allah

selalu memiliki maksud tersendiri saat memberikan cobaan bagi para umatnya. Jangan lantas

bersedih saat gagal meraih cita-cita dan jangan lantas berburuk sangka jika Allah tidak

sayang pada hambanya ketika anda berada dalam keterpurukan. Dalam keadaan apapun, kita

sebaiknya senantiasa melontarkan kalimat syukur atas kebesaran Allah yang maha kuasa.

Seperti yang tertulis dalam QS. Al-Jatsiyah/45:12-13 yakni “Allah yang menundukkan

lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya

kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia

menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di Bumi semuanya (sebagai

rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. Dari ayat di atas, terkandung pengertian

bahwa Allah telah memberi banyak kebaikan pada manusia. Hanya saja mereka kurang bisa

menyadari dan bersyukur aats apa yang telah dimiliki.

2. Bertaubat

Setiap manusia tentu pernah yang namanya berbuat salah. Bahkan mereka yang dicap

sebagai orang baik pun, tentu tidak luput dari yang namanya dosa. Dosa yang dibiarkan

berlarut-larut dan terus menerus dilakukan merupakan hal yang buruk dan harus dijauhi.

Dalam hal ini, segera bertaubat merupakan langkah baik bagi anda untuk memperbaiki

kesalahan yang telah anda lakukan. Taubat merupakan kembalinya manusia dari berbuat

buruk ke arah yang lebih baik dengan cara menata sifat serta kelakuannya supaya kembali

bersih. Dengan sifat serta kelakuan yang baik melalui jalan bertaubat, maka akhlak kita akan

semakin meningkat. Bagi mereka yang bertaubat dengan bersungguh-sungguh, Allah akan

memaafkan kesalahan yang telah diperbuatnya. Kejelasan dari kata taubat juga disinggung
5
dalam salah satu ayat Al Qur’an yakni pada QS. Ali- Imran/ 3:135) “ dan (juga) orang-orang

yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan

Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat

mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak mengharuskan perbuatan kejinya

itu, sedang mereka mengetahui”. Ayat mengenai taubat memang banyak disinggung dalam

Al Qur’an bahkan ada satu surat yang membahas makna pertaubatan manusia yakni surat At

Taubah.

3. Taati syariat agama

Menaati syariat agama merupakan salah satu cara kita dalam meningkatkan kualitas

akhlak kita menuju ke arah yang lebih baik. Menaati syariat dapat dilakukan dengan cara

membiasakan diri melakukan hal yang baik dan bermanfaat. Bermanfaat dalam hal ini, tentu

bermanfaat bagi diri sendiri serta bagi orang lain. Jauhi hal-hal yang buruk dan bertentangan

dengan aturan. Hasil dari mengikuti syariat supaya akhlak semakin terpuji adalah kehidupan

yang menjadi lebih tenang, terbentuknya sikap dan perilaku yang positif serta bebas dari yang

namanya permusuhan.

4. Berlaku baik dengan sesama

Bagi seorang remaja, akhlak terpuji dapat dilakukan dengan cara menunjukkannya

pada kehidupan pergaulan mereka. Seperti perilaku yang berikut ini:

 Tunjukkan jika anda memiliki solidaritas yang tinggi antar sesama


 Jaga kerukunan serta kebersamaan antar teman
 Saling tolong dan tidak pandang bulu terhadap siapa saja yang tengah membutuhkan
pertolongan
 Saling menghargai antar sesama teman

6
 Memiliki jiwa kepahlawanan dengan cara menonjolkan sikap keberanian serta mau berkorban
untuk kebaikan

5. Adil

Sikap adil merupakan cermin akhlak yang baik. Dalam istilah, adil memiliki

pengertian yakni suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata. Dalam hal ini, seseorang

tidak boleh memihak salah satu pihak saja dan membiarkan pihak lainnya, tidak mengurangi

ataupun menambah bagi yang lain dan tidak boleh pilih kasih.

6. Benahi cara berpakaian sesuai dengan syariat agama

Terutama bagi kaum hawa, Islam memiliki aturan tersendiri dalam adab berpakaian.

Berpakaian memiliki pengertian yaitu barang apa saja yang digunakan oleh seseorang mulai

dari kerudung, jaket, celana, rok, serta baju yang dikenakannya. Pakaian seseorang dapat

menentukan kualitas diri seseorang. Semakin baik pakaian seseorang, maka cerminan sikap

baik pula yang tampak. Sebaliknya, semakin buruk cara berpakaian seseorang maka orang

tersebut akan dicap sebagai orang yang kurang bersopan santun. Dalam agama Islam, adab

berpakaian lebih ke keperluan menutup aurat. Dalam hal ini cara berpakaian akan dikenakan

ketentuan hukum. Dalam islam, adab berpakaian juga memiliki nilai ibadah. Tidak hanya itu,

kepentingan menutup aurat juga mampu menghindarkan seseorang dari bahaya asusila,

melindungi tubuh dari sengatan matahari serta sebagai identitas.

7. Ingat sejarah hidup Rasullulah

Meningkatkan akhlak bisa dilakukan dengan cara mencontoh apa-apa saja yang

dilakukan oleh Rasullulah semasa hidupnya. Mencontoh banyak perilaku Rasullulah dapat

meningkatkan kualitas diri anda terutama dalam hal akhlak. Kehidupan Rasullulah

merupakan contoh tauladan yang baik sehingga dapat membuat anda senantiasa berperilaku

baik dengan tidak merugikan orang lain. Melainkan sebaliknya, anda akan lebih banyak

7
memberi manfaat dan menguntungkan bagi sesama. Kehidupan Rasullulah dipenuhi dengan

akhlak yang mulia dengan tingkat kesabaran luar biasa. Beliau juga merupakan sebaik-

baiknya contoh dalam berakhlak.

8. Bergaul dengan mereka yang berakhlak baik

Cara meningkatkan akhlak yang paling mujarab adalah dengan cara bergaul dengan

mereka yang berakhlak baik. Hal ini dapat membuat anda yang tadinya masih memiliki sifat

kurang terpuji, dapat dengan sendirinya terbawa sifat baik teman-teman anda sehingga anda,

mampu membangun karakter diri yang berkualitas. Berteman dengan teman yang berakhlak

baik, mampu menjauhkan kita dari teman yang gemar berbuat maksiat, yang dapat meracuni

akal dan tindakan kita menuju ke arah keburukan.

9. Terima nasihat

Cara lainnya untuk meningkatkan akhlak diri adalah dengan cara menerima nasihat.

Tidak semua nasihat didengarkan, melainkan hanya nasihat yang baik dan bersifat

membangun saja. Dalam hal ini tentu anda harus lebih berlapang dada dalam menerima

nasihat orang lain. Ada saatnya ketika kita tidak sadar dengan kekurangan maupun sikap

buruk kita sendiri. Sehingga membutuhkan orang lain untuk membantu membenahinya.

Perlunya sikap berlapang dada, merupakan hal yang baik dengan tujuan memperbaiki

sekaligus untuk meningkatkan akhlak kita sehari-hari.

10. Bertamu dengan sopan

Bertamu memiliki pengertian berkunjung ke rumah orang lain, entah rumah teman,

sahabat atau bahkan kerabat untuk suatu tujuan atau maksud tertentu. Bertamu memiliki

banyak manfaat terlebih untuk menjalin suatu silaturahmi. Dalam bertamu tunjukkan sikap

8
yang baik dan tidak membuat pemilik rumah merasa kurang nyaman atas kedatangan dan

perilaku anda. Meski teman dekat sekalipun, namun adab bertamu juga harus terjaga.

Meningkatkan akhlak merupakan hal yang harus dilakukan terutama jika sebelumnya anda

melakukan banyak kesalahan ataupun perilaku buruk yang dapat merugikan. Meningkatkan

akhlak baik tentu harus dilakukan dengan niat yang tulus dan tinggi. Tanpa adanya niat, maka

kemungkinan anda berbuat buruk dapat berulang kembali. Dalam hal ini, anda perlu

bertaubat dengan sebaik-baiknya dengan tidak mengulangi hal buruk yang telah anda

lakukan. Melakukan akhlak baik juga harus dilakukan sebagai suatu kebiasaan.

9
BAB III

a. Motivasi Hidup,Akhlak Baik Apa Yang Didapatkan Setelah Belajar di Perkuliahan


Mata Kuliah Bapak Dosen Muhammad Siddik

Motivasi Hidup

“Sebuah keputusan yang paling baik adalah dengan berpedoman pada pengalaman
hidup. Juga pengalaman yang diperoleh dari keputusan yang pernah salah.

Pengalaman adalah guru terbaik. Anda dapat mengambil hikmah dari segala kesalahan yang
pernah dibuat. Tentunya dengan harapan Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama dan
mengambil keputusan secara lebih efektif saat menghadapi permasalahan.

“Setiap hari sangat berharga, janganlah menunggu waktu yang tepat untuk mulai
melangkah.”

Setiap hari adalah hari yang baik dan Anda tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Maka
berdasarkan ketidaktahuan tersebut, mengapa Anda tidak mulai melangkah untuk
mewujudkan mimpi.

“Jangan berjalan di muka bumi dengan penuh kesombongan dan congkak, karena
sebentar lagi engkau akan masuk ke dalam bumi juga.”

Sesungguhnya sombong adalah salah satu penyakit hati. Lagipula sebenarnya apa yang bisa
Anda sombongkan kepada orang lain? Faktanya, semua orang yang pernah hidup sama-sama
akan berakhir di liang kubur.

“Matahari akan selalu terbit, dan kita akan mencoba bangkit sekali lagi.

Matahari selalu terbit setiap pagi, bahkan pada cuaca mendung sekalipun. Anda bisa
mencontoh perilaku matahari yang tetap konsisten memancarkan sinarnya dalam keadaan
apapun. Jadi janganlah takut gagal. Yakinlah bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil.

“Tekuni satu bidang. Maka Anda akan menjadi orang hebat yang berhasil.

10
Jangan mengerjakan banyak hal sekaligus. Karena perhatian Anda akan terbagi dan tidak
akan bisa maksimal. Pilih satu yang paling Anda kuasai dan fokus hanya padanya. Dalam
beberapa saat Anda akan mahir dan menguasai bidang tersebut, lalu menghasilkan sesuatu
darinya.

Akhlaq baik yang didapat

1. Optimis
2. Pantang menyerah
3. Selalu berprasangka baik
4. Mau berusaha
5. Berserah diri kepada Allah SWT

b. Amal Salih Apa Yang Akan Terus Dilatih,Dijalankan Dengan Istiqomah,Setelah


Belajar di Perkuliahan Mata Kuliah Bapak Dosen Muhammad Siddik

Amal Salih yang akan terus saya latih adalah selalu bersikap optimis, pantang menyerah,
selalu berprasangka baik terhadap siapapun, mau berusaha terhadap apapun, dan tidak lupa
selalu berserah diri kepada Allah sebagai bentuk takwa, serta membaca al- kahfi setiap
jum,atnya.

c. Cara melatih amal shalih agar istiqamah

1. Meluruskan niat
Sebelum seseorang melaksanakan ibadah ia tentunya harus berniat dalam hati.
Dengan memiliki niat yang lurus dan hanya mengharapkan ridha Allah SWT maka seseorang
akan lebih mudah menjalankan ibadahnya dan tidak mudah tergoda pada hal-hal yang bisa
menghalangi ibadahnya. Niat juga merupakan penentu suatu ibadah dan ia mendapatkan
pahala atau ganjaran sesuai dengan niat ibadah dalam hatinya. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut ini.

‫َت‬‫ َو َم أن كَان أ‬،‫سو ِل ِه‬ َّ ‫سو ِل ِه فَ ِهجأ َرتُهُ إلَى‬


ُ ‫ّللاِ َو َر‬ َّ ‫َت هِجأ َرتُهُ إلَى‬
ُ ‫ّللاِ َو َر‬ ٍ ‫ َو ِإنَّ َما ِل ُك ِل ا أم ِر‬،ِ‫إنَّ َما أاْل َ أع َما ُل بِالنِيَّات‬
‫ فَ َم أن كَان أ‬،‫ئ َما ن ََوى‬
‫ُصيبُ َها أ َ أو ا أم َرأَةٍ يَ أن ِك ُح َها فَ ِهجأ َرتُهُ إلَى َما هَا َج َر إلَ أي ِه‬ِ ‫هِجأ َرتُهُ ِلد ُ أنيَا ي‬

“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang
hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada

11
Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang
hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi
maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HSR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar
bin Khoththob radhiallahu ‘anhu)

2.Memahami makna syahadat

Seorang muslim tentunya mengetahui dan mengenal dua kalimat syahadat tapi tidak
semua orang mengetahui makna sebenarnya dari dua kalimat syahadat. Untuk bisa istiqomah
dalam beribadah maka seorang muslim harus bisa memaknai arti syahadat dan mengetahui
bahwa dengan mengucapkan syahadat ia memiliki kewajiban sebagai seorang muslim
termasuk dalam beribadah. Ibadah itu sendiri adalah suatu konsekuensi dari ucapan syahadat
seorang muslim dan sifatnya mengikat.

3. Memperbanyak bacaan Alqur’an

Membaca Alqur’an setiap hari secara rutin adalah salah satu cara untuk mendekatkan
diri pada Allah SWT dan membantu seorang muslim untuk lebih istiqomah beribadah di jalan
Allah SWT. Alqur’an sendiri adalah kitab suci umat islam yang bisa meneguhkan hati
seorang muslim sehingga ia tidak mudah tergoyahkan oleh hal-hal yang mampu merusak
imannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini
َ‫ق ِليُثَبِتَ الَّذِينَ آ َمنُوا َو ُهدًى َوبُ أش َر ٰى ِل أل ُم أس ِل ِمين‬
ِ ‫قُ أل ن ََّزلَهُ ُرو ُح أالقُد ُِس ِم أن َربِكَ بِ أال َح‬

Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)“. (QS An Nahl :102)

4. Meningkatkan kualitas ibadah sedikit demi sedikit

Mungkin bagi seorang muslim beribadah terus menerus sepanjang hari dan terus beribadah
dengan kualitas yang lebih baik tidak begitu mudah akan tetapi hal ini tetap dapat dilakukan
untuk menjaga istiqomah dalam beribadah. Agar senantiasa dapat beribadah secara istiqomah
maka hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas ibadah sedikit demi sedikit.
Sebagai seorang muslim yang baik tentunya kita akan senantiasa meluangkan waktu untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah itu sendiri.

5.Bergaul dengan orang-orang shaleh

Hubungan manusia tidak terlepas dengan manusia lainnya dan perilaku seorang
manusia juga biasanya dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya. oleh sebab itu jika ingin
selalu istiqomah dalam beribadah maka banyaklah bergaul dengan orang shaleh karena

12
mereka bisa menjadi kawan saat beribadah dan senantiasa menjagamu dalam kebaikan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah
bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya.
Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu
hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”

6.Berdoa dan berzikir kepada Allah SWT


Allah adalah maha pembolak balik hati seseorang dan atas kuasaNya lah Allah
menetapkan apakah Ia akan memberi seseorang hidayah ataukah menutup hati seseorang.
Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah agar tetap
istiqomah di jalan yang benar. Adapun doa yang bisa dipanjatkan agar diberi kekuatan untuk
beristiqomah adalah sebagai berikut
‫امقلب القلوب ثبت قلبي على دينك‬

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-
Mu.” 1
Berbagai cara agar tetap istiqomah dijalan allah tergantung pada kemauan dan niat masing-
masing. Semoga kita senantiasa bisa menjadi muslim yang istiqomah dalam beribadah
kepada Allah SWT.

1
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]

13
BAB IV

a. Bagaimana Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang Lain Agar Bisa Berbuat
Amal Kebaikan di Jalan Allah SWT

1. Ingat kebaikan yang kita terima dari Allah!

َ‫ّللاُ إِلَيأك‬ َ ‫َوأَحأ سِن َك َما أَحأ‬


َّ َ‫سن‬
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik
kepadamu”
(Al-Qashas: 77)
Cara pertama, Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat, bahwa
setiap hari Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita.
Sejak mata ini terbuka di pagi hari, Allah telah memberi kebaikan berupa udara yang segar,
kekuatan untuk bangun, kemampuan untuk melihat dan semua pemberian yang mustahil
dapat kita hitung.

“Jika tidak ada perintah atau larangan dari Allah, kita tetap wajib untuk menyembahnya
sebagai rasa syukur atas apa yang telah Allah berikan, begitulah kata mutiara dari Imam
Ali bin Abi tholib.”
‫ي الَّ ِتي أ َ أن َع أمتُ َعلَ أي ُك أم‬
َ ‫اذأ ُك ُرواأ ِن أع َم ِت‬
“Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku Berikan kepadamu” (Al-Baqarah: 122)
Sayangnya, manusia sering melupakan kebaikan yang selalu Allah berikan padanya dan
benar-benar mengingkari atas segala kenikmatan yang ia dapati secara gratis. Dalam Hadist
Qudsi, Allah berfirman:

“Aku yang Menciptakan tapi kau menyembah selain-Ku. Aku yang selalu meberi
(kebaikan) kepadamu namun kau berterima kasih pada selain-Ku. Kebaikan-Ku selalu
turun kepadamu, sementara keburukanmu selalu naik kepada-Ku.”
Cara efektif untuk mencegah diri dari perbuatan buruk adalah dengan banyak bersyukur dan
mengingat kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita renungkan berapa banyak kebaikan
yang telah kita terima setiap hari. Kita ingat satu demi satu nikmat yang takkan mampu kita
syukuri selamanya.
Coba bayangkan, di saat membuka mata esok hari, tiba-tiba pemberian Allah telah dicabut.
Mata kita tak bisa melihat lagi, ingatan seketika hilang dan tubuh pun tak dapat digerakkan.
Jika kita sering merenungkan kenikmatan ini, masihkah kita bernafsu untuk menyakiti orang
lain? Bukankah kita sering melihat seorang yang sehat di sore harinya tiba-tiba lumpuh pada
keesokan harinya?

2. Kebaikan itu berada dengan keburukan

Cara kedua, Allah menekankan bahwa kebaikan itu jauh berbeda dengan keburukan. Sekecil
apapun kebaikan itu, tetaplah jauh di atas keburukan. Seperti dalam Firman-Nya:
َ ‫ِي أَحأ‬
ُ‫سن‬ َ ‫َو ََل ت َ أست َ ِوي أال َح‬
َ ‫سنَةُ َو ََل الس َِّيئَةُ ادأفَ أع ِبالَّتِي ه‬
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik” (Fussilat: 34)
14
Walau terkadang keburukan itu tampak indah di mata, begitu menarik hati, tetaplah kebaikan
jauh lebih baik. Bahkan kebaikan sekecil apapun tetaplah kebaikan dan keburukan sebanyak
apapun tetaplah buruk.

ِ ‫ث فَاتَّقُواأ ّللاَ يَا أ ُ أو ِلي اْل َ ألبَا‬


َ‫ب لَعَلَّ ُك أم ت ُ أف ِلحُون‬ ِ ‫طيِبُ َو َل أو أ َ أع َجبَكَ َكثأ َرة ُ أال َخبِي‬ ُ ِ‫قُل َلَّ يَ أست َ ِوي أال َخب‬
َّ ‫يث َوال‬
Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun
banyaknya keburukan itu menarik hatimu” (Al-Ma’idah: 100)

3. Allah menjanjikan balasan yang lebih besar

Cara ketiga, Kita tidak hanya disuruh untuk mengingat kebaikan Allah dan meyakini: bahwa
kebaikan tidak sama dengan keburukan tapi Allah juga menjanjikan sesuatu untuk
memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik.

َ‫ت إِ ََّل َما كَانُوا َي أع َملُون‬


ِ ‫ع ِملُوا السَّيِئَا‬ َ ‫َمن َجاء بِ أال َح‬
َ َ‫سنَ ِة فَلَهُ َخي ٌأر ِم أن َها َو َمن َجاء بِالسَّيِئ َ ِة فَ ََل يُجأ زَ ى الَّذِين‬

“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang
lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan (membawa) kejahatan,
maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang)
dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-Qashas: 84)

Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi siapa yang
mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan kalimat “lebih baik”
apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu membayangkannya.

4. Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda!

Suatu hari ketika turun firman Allah,


َ‫ت ِإ ََّل َما كَانُوا َي أع َملُون‬ ِ ‫ع ِملُوا الس َِّيئ َا‬ َ ‫َمن َجاء ِب أال َح‬
َ َ‫سنَ ِة فَلَهُ َخي ٌأر ِم أن َها َو َمن َجاء ِبالس َِّيئ َ ِة فَ ََل يُجأ زَ ى الَّذِين‬
“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang
lebih baik daripada kebaikannya itu.” (Al-Qashas: 84)
Rasulullah berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tambahlah (balasannya)”.
Rasul meminta tambahan untuk umatnya agar mendapat balasan yang lebih banyak ketika
berbuat kebaikan. Allah mengabulkan doa Rasulullah dengan firman-Nya:
َ ‫َمن َجاء بِ أال َح‬
‫سنَ ِة فَلَهُ َع أش ُر أ َ أمثَا ِل َها‬
“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Al-An’am:
160)
Rasulullah berdoa kembali, “Ya Allah, tambahlah (balasannya)”.
Allah mengabulkannya lagi dengan firman-Nya,
َ ِ‫ض َعافا ً َكث‬
ً ‫يرة‬ ‫ضا ِعفَهُ لَهُ أَ أ‬ َ ُ‫سنا ً فَي‬
َ ‫ض ّللاَ قَ أرضا ً َح‬ ُ ‫َّمن ذَا الَّذِي يُ أق ِر‬
“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah Melipatgandakan
ganti kepadanya dengan banyak.” (Al-Baqarah: 245)
Mendengar ayat ini Rasulullah merasa cukup dan berkomentar bahwa “banyak” di sisi Allah
tidak terbatas dan tidak dapat dihitung lagi.

5. Orang yang berbuat baik adalah kekasih Allah!

15
Cara kelima, jika balasan yang berlipat itu belum cukup, Allah punya janji lain yang lebih
agung dari balasan kebaikan yang berlipat ganda. Seorang yang mau berbuat baik, Allah akan
jadikan dia kekasih-Nya. Sesuai firman-Nya,
َ‫َوأَحأ ِسنُ َواأ إِ َّن ّللاَ ي ُِحبُّ أال ُمحأ ِسنِين‬
“Sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah: 195)
Budak mana yang tidak ingin dicintai oleh Tuhannya? Hamba mana yang tidak ingin menjadi
kekasih Tuhan-Nya?
Layaknya seorang kekasih, pasti dia akan menyayangi, melindungi dan membahagiakan
kekasihnya. Maha Suci Allah dari segala contoh. Namun kali ini kita tidak lagi
membicarakan tentang bilangan ganjaran Allah atas perbuatan baik menusia. Lebih dari itu,
perbuatan baik kita lakukan bisa mengantarkan kita menuju maqam kekasih-Nya.

6. Allah bersama orang-orang yang berbuat baik!

Cara keenam, kekasih mungkin tak selalu bersama. Bagi seorang yang mau berbuat baik,
Allah menjanjikan posisi yang lebih tinggi dari seorang kekasih. Allah berjanji kepada
seorang yang selalu berbuat baik bahwa Allah selalu menyertainya. Allah selalu bersamanya.
َ‫ّللاَ لَ َم َع أال ُمحأ ِسنِين‬
َّ ‫َوإِ َّن‬
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-
Ankabut: 69)
Selalu bersama Allah adalah posisi yang amat agung di atas orang yang dicintai Allah.
Lihatlah ketika Musa diperintahkan untuk pergi menghadapi Fir’aun. Nabi Musa merasa
khawatir saat akan menghadapi Fir’aun karena dia adalah raja yang terkenal dengan
kebengisannya.
Musa sangat mengetahui kejahatan dan kebengisan Fir’aun karena dia tinggal bersamanya
sejak kecil. Namun kekhawatiran itu segera sirna karena Allah berjanji akan selalu bersama
Musa. Fir’aun yang kejam itu tampak lebih kecil jika Allah menyertai hamba-Nya.

‫قَا َل ََل تَخَافَا إِنَّنِي َمعَ ُك َما أ َ أس َم ُع َوأَ َرى‬


Dia (Allah) Berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu
berdua, Aku Mendengar dan Melihat.”(Thaha: 46)

Sama halnya ketika Bani Israil takut pasukan Fir’aun dapat menyusul mereka ketika telah
sampai di depan lautan.
Nabi Musa menenangkan mereka dengan berkata,
‫ِين‬
ِ ‫سيَ أهد‬ َ ‫قَا َل ك َََّل إِ َّن َم ِع‬
َ ‫ي َربِي‬

Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhan-ku


bersamaku, Dia akan Memberi petunjuk kepadaku.” (As-Syuara: 62)
Bersama Allah adalah posisi yang amat tinggi. Bukankah ketika Rasulullah saw berada di gua
dalam keadaan genting, beliau selalu tenang karena Allah selalu bersamanya?
‫َلَ تَحأ زَ أن إِ َّن ّللاَ َمعَنَا‬
“Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (At-Taubah: 40)

7. Allah menjanjikan kabar gembira!

Cara ketujuh, pada puncaknya Allah swt memberikan kebar gembira kepada mereka yang
selalu berbuat baik. Jika kita telah menerima kabar baik dari Allah, Tidak ada lagi yang perlu
ditakuti dan dikhawatirkan.

16
َ‫َوبَش ِِر أال ُمحأ ِسنِين‬

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Hajj: 37)
Orang semacam ini sudah berada di surga sebelum mereka memasuki surga. Karena hati
mereka selalu gembira, tak pernah gelisah dan takut. Karena hati itu selalu dipenuhi dengan
kabar gembira dari Allah swt.

Apakah semua janji Allah ini hanya untuk di Alam Akhirat?


Islam tidak datang hanya untuk menjanjikan balasan di akhirat. Islam datang untuk menata
kehidupan dunia dan akhirat manusia. Orang yang berbuat baik akan dibalas oleh Allah di
dunia sebelum nanti di akhirat.

َ‫س ِن َما كَانُواأ َي أع َملُون‬ َ ً ‫صا ِلحا ً ِمن ذَك ٍَر أ َ أو أُنثَى َوه َُو ُمؤأ ِم ٌن فَلَنُحأ ِييَنَّهُ َحيَاة‬
َ ‫طيِبَةً َو َلنَجأ ِزيَ َّن ُه أم أَجأ َر ُهم بِأَحأ‬ َ ‫َم أن َع ِم َل‬

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan


beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)
Di dalam ayat itu Allah jelas menjanjikan balasan di dunia dengan kehidupan yang baik di
dunia sebelum balasan yang lebih besar di akhirat. Memang kita selalu menghitung kebaikan
Allah dengan hitungan materi. Padahal banyak pemberian Allah yang lebih mahal dari itu.
Ada seorang selama 40 tahun selalu berdoa untuk diberi kekayaan namun tidak juga terkabul.
Sebenarnya bukan karena Allah tidak ingin mengabulkan sesuatu yang baik untuk hambanya.
Seperti seorang ibu yang tidak memberi makanan tertentu pada anaknya yang sedang sakit,
bukan karena tidak sayang namun karena ibunya tau makanan itu akan membuat anaknya
semakin sakit.. Saat kita berdoa meminta sesuatu seperti harta dari Allah, kita merasa doa itu
tidak terkabul karena harta yang kita minta tak kunjung datang. Padahal, bisa saja doa itu
Allah kabulkan dengan kebaikan-kebaikan lainnya seperti menghindarkan bahaya dari kita.
Andai Allah memberikan apa yang kita minta sementara bencana itu tetap datang, maka
semua harta yang kita miliki akan habis tak bersisa. Bahkan kita bisa lebih sengsara karena
bencana tersebut.. Berbagai bencana yang Allah hindarkan ini tidak pernah masuk dalam
logika materi kita. Padahal itu lebih mahal dari sekedar harta.
Padahal yang kita dapat di dunia adalah berupa kemudahan dalam setiap urusan, kesehatan,
harta dan hal-hal yang mungkin tak pernah kita sadari bahwa itu adalah hasil dari kebaikan
kita.

8. Kebaikan itu untuk diri kita sendiri

Cara kedelapan, ini adalah cara terakhir yang membuat seseorang tidak bisa mencari alasan
lagi untuk tidak berbuat baik.
Seorang yang berakal pasti mencintai dirinya. Seorang yang mencintai dirinya pasti ingin
selalu berbuat baik untuk dirinya sendiri. Sedangkan Allah telah menjelaskan bahwa
perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain juga akan bermanfaat untuk diri kita
sendiri. Kebaikan yang kita berikan akan kembali pada diri kita sendiri.

‫سأأت ُ أم فَلَ َها‬


َ َ ‫سنت ُ أم ِْلَنفُ ِس ُك أم َو ِإ أن أ‬
َ ‫سنت ُ أم أَحأ‬
َ ‫ِإ أن أَحأ‬

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS.Al-Isra’: 7)

17
Untuk mengakhiri kajian ini, ada hal yang unik di dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas.
Dalam ayat-ayat itu Allah selalu menyebutkan “siapa yang datang dengan membawa
kebaikan maka..”, seperti ayat berikut,

َ ‫َم أن َجا َء بِ أال َح‬


‫سنَ ِة فَلَهُ َع أش ُر أ َ أمثَا ِل َها‬

“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (al-An’am:
160)
. Begitu pula perbuatan baik. Tak cukup hanya beramal, kita harus menjaga perbuatan itu
dimulai dari,

1. Niatnya

2. Cara melakukannya (sesuai dengan ketentuan Allah)

3. Menjaganya dari Riya’, ujub, mengungkit-ungkit atau menyakiti orang lain.

Jangan sampai amal yang kita lakukan habis tak bersisa seperti firman Allah swt,

‫صدَقَاتِ ُك أم بِ أال َم ِن َو أاْلَذَى‬


َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تُب ِأطلُوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” (al-Baqarah: 264)

ً ُ ‫َوقَ ِد أمنَا ِإلَ ٰى َما َع ِملُوا ِم أن َع َم ٍل فَ َجعَ ألنَاهُ َهبَا ًء َم أنث‬


‫ورا‬

“Dan kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami akan jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang bertentangan.” (al-Furqan: 23).

b. Bagaimana Cara Mengajak Keluarga, Teman, Orang Lain Agar Bisa


Menjalankan Sunnah Nabi SAW di Kehidupan Sehari-hari

Cara mengajak keluarga, teman, orang lain agar bisa berbuat kebaikan salah satunya
adalah dengan memberi contoh. Orang yang memberi teladan perbuatan yang baik, maka ia
akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya sampai
hari kiamat. Dan orang yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa
perbuatan tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat. Begitu juga
orang yang mengajak kepada petunjuk, ia mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya, atau mengajak kepada kesesatan maka ia mendapat dosa seperti dosa-dosa
pengikutnya, baik petunjuk atau kesesatan tersebut ia yang pertama kali memulainya, atau
sudah ada sebelumnya (yang melakukannya). Dan baik itu dengan mengajarkan ilmu, atau
ibadah, ataupun adab dan lainnya.

18
Perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (ُ‫‘ ) َم أن َع ِملَ ِب َها َب أعدَه‬yang mengerjakannya
setelahnya’, maknanya bahwa perbuatan teladan tersebut (diikuti oleh orang lain) baik semasa
hidupnya ataupun setelah ia meninggal dunia. Wallâhu a’lam.”[3]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan


bahwa orang yang mengajak kepada petunjuk dengan dakwahnya, ia mendapat ganjaran seperti
ganjaran orang yang mendapat petunjuk tersebut. Dan orang yang menyebabkan kesesatan
dengan seruannya, ia akan mendapat dosa seperti dosa orang yang ia sesatkan tersebut. Karena
orang yang pertama telah mencurahkan kemampuannya untuk memberikan petunjuk kepada
manusia, dan orang kedua mencurahkan tenaganya untuk menyesatkan manusia. Maka masing-
masing dari keduanya berkedudukan seperti orang yang melakukan perbuatan tersebut.

c. Bagaimana Cara Mengubah Diri Sendiri Agar Bisa Hijrah Berbuat Baik
Menjalankan Perintah Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW

Cara mengubah diri sendiri :

1. Tekad yang Kuat


2. Perbaiki Niat
3. Berusaha Lebih Ekstra
4. Jangan Bermalas-Malasan
5. Jangan Melupakan Ibadah
6. Carilah Motivasi
7. Istiqomah
8. Optimis
9. Berkumpul dengan Orang yang Baik
10. Jangan Mudah Menyerah
11. Perbanyak Bersyukur
12. Jadilah Pribadi yang Gemar Membantu Orang Lain
13. Bertaubat

d. Akhlak Buruk Apa Yang Akan Anda Ubah Dalam Diri Sendiri, dan Bagaimana
Cara Mengubahnya Menjadi Akhlak Baik

Akhlak buruk yang ingin saya ubah :

19
1. Bergunjing (Ghibah).

Ghibah adalah membicarakan kejelekan atau aib orang lain atau menyebut masalah
orang lain yang tidak disukainya, sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi.

Contoh ghibah banyak sekali. Bahkan ketika kita mengatakan "pendek amat orang itu"
misalnya, itu termasuk ghibah. Diriwayatkan, ketika Siti Aisyah memberikan isyarat dengan
tangannya tentang seorang wanita yang pendek, Rasulullah Saw bersabda, "Kamu
menggunjingnya?".

Ghibah termasuk akhlak tercela. Tersirat di dalamnya perbuatan tercela lain seperti
sombong, merasa diri paling baik dan benar, serta menghina orang lain. Ketercelaan ghibah
dapat dirasakan betapa tersinggung perasaan kita, atau sakit hatinya kita, bahkan betapa
marahnya kita, jika kejelakan dan kekurangan kita dibicarakan orang lain.

Namun demikian, tidak selamanya ghibah itu dilarang. Al-Hasan sebagaimana dikutip
Imam Al-Ghazali menyebutkan, "Ada tiga golongan tidak termasuk menggunjing jika
menyebut aib mereka, yaitu orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang melakukan
kefasikan secara terang-terangan, dan pemimpin yang menyeleweng". Memperingatkan
sesama Muslim atas kejahatan seseorang pun termasuk ghibah yang dibolehkan.

2. Berdusta

Berkata dusta adalah salah satu ciri kaum munafik, selain mengkhianati kepercayaan
dan mengingkari janji (HR Bukhari dan Muslim).

“Dan jauhilah perkataan dusta” (Q.S. 22:30).

“Jauhilah kedustaan karena sesungguhnya kedustaan (kadzib) itu memimpin kepada


kedurhakaan dan kedurhakaan membawa ke neraka” (HR Muttafaq ‘Alaih).

3. Buruk sangka (su-uzhan).

“Jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta omongan”


(HR Muttafaq ‘Alaih). Buruk sangka itu menuduh atau memandang orang lain dengan
“kacamata hitam” atau negative thinking, seraya menyembunyikan kebaikan mereka dan
membesar-besarkan keburukan mereka.

20
BAB V

a. Jelaskan dan Berikan Contoh Adab adab Baginda Rasullullah Muhammad


SAW

1. Adab Wudhu

Berwudhu' sebelum berdo`a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat
berdo`a. Di dalam hadits Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam selesai melakukan perang Hunain :" Beliau minta air lalu
berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau".
(Muttafaq'alaih).

2. Adab Sholat ( Sholat Wajib dan Sholat Sunnah )


1) Hati yang ikhlas
2) Menyempurnakan wudhu
3) Bersegera melaksanakan shalat
4) Berdzikir kepada Allah
5) Berjalan menuju masjid dengan tenang
6) Berdoa saat masuk dan keluar masjid
7) Mengerjakan shalat tahiyyatul masjid sebelum duduk
8) Tidak menyilangkan jari jemari
9) Senantiasa berdzikir
10) Shalat dengan khusyu’
11) Mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam

3. Adab Berdoa

Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan merendahkan diri,


khusyu', penuh harapan dan rasa takut kepada Allah di saat anda berdo`a. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman yang artinya: "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan- perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada

21
Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami".
(Al- Anbiya': 90).

4. Adab Tidur dan Bangun Tidur

Disunnatkan berwudhu' sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah kanan. Al- Bara'
bin `Azib Radhiallahu'anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila kamu akan tidur, maka berwudlu'lah sebagaimana wudlu' untuk shalat, kemudian
berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan..." Dan tidak mengapa berbalik kesebelah kiri
nantinya.

Disunnatkan pula mengibaskan sperei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits
Abu Hurairah Radhiallahu'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan
kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di
atasnya..." Di dalam satu riwayat dikatakan: "tiga kali". (Muttafaq `alaih).

5. Adab Mandi
1) Masuk dengan memakai tutup kepala dan alas kaki serta mendahulukan kaki kiri
2) Menanggalkan pakaian sambil membaca do`a dalam hati
3) Memakai basahan sebab dimanapun kita berada tidak lepas dari pandangan dan
pengetahuan Allah swt.
Syarat sah mandi wajib ( menghilangkan hadats besar ) ada 2 :
– Niat ketika mengalirkan air ke seluruh tubuh dan niat itu dikhususkan pada hadats
yang akan dihilangkan.
– Meratakan air ke seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Adab – adab Mandi Wajib :


– Menyiram anggota badan bagian kanan 3x lalu anggota badan bagian kiri 3x.
– Masuk kamar mandi dengan mendahulukan kaki kiri
– Hendaknya mencuci tangan dan bagian yang terkena kotoran ( kemaluan dan dubur )

22
– Setelah mencuci tangan dan kamaluan, maka bacalah Basmalah dalam hati lalu
berwudhu seperti wudhu mau shalat tetapi kaki ditinggalkan karena untuk kaki, ada tata
cara membersihkannya sendiri
– Membasuh kaki yang kanan 3x, lalu kaki kiri 3x
– Menghadap kiblat.
– Dianjurkan menutup tubuh dengan basahan selama mandi.
– Mengekalkan niat selama mandi.
– Jangan berlama-lama di kamar mandi.
– Setelah mandi baca do`a

6. Adab Makan dan Minum

Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga
setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.2

Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri
dengan Alhamdulillah. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang
diantara kamu makan, hendaklah menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan jika lupa
menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada awalnya maka hendaknya mengatakan :
Bismillahi awwalihi wa akhirihi”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). Adapun
meng-akhirinya dengan Hamdalah, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah sangat meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan
ia memuji-Nya dan apabila minum minuman ia pun memuji-Nya”. (HR. Muslim).
Hendaknya makan dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di depanmu.
Rasulllah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda Kepada Umar bin Salamah: “Wahai anak,
sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di
depanmu. (Muttafaq’alaih).

7. Adab Menuntut Ilmu


1) Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

2
Syaik Abdullah bin Hamoud Al-Furaih. Sunnah ( Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2016), h. 16.

23
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang
pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari
wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari
keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.”
(HR. Ahmad)

2) Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada
Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa
butuh kepadaNya.

3) Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu
bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan
izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.

4) Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan
maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan
dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5) Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama
kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,


َ‫ُم أست َ أك ِب ٌر َوَلَ ُم أستَحأ ٍى أال ِع أل َم يَتَ َعلَّ ُم َل‬

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR.
Bukhari secara muallaq)

6) Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-
hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik

24
diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-
orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

7) Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat,
tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak
boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah
dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

8) Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di
hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalama.
Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak
bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu
yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan
ilmu yang telah dipelajari.

9) Menghafalkan ilmu syar’i yang disampaikan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang
membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala
agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami,
menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun
diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10) Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting,
fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau
berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu
yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia

25
mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu
dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)

11) Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan
yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-
Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang
menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu,
kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang


mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan
ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya
sendiri.” (HR Ath-Thabrani)

12) Berusaha mendakwahkan ilmu

Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’ala
berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).

8. Adab Membaca Qur'an

Hendaknya memulai tilawah dengan ta`awwudz, kemu-dian basmalah pada setiap awal
surah selain selain surah At-Taubah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
"Apabila kamu akan mem-baca al-Qur'an, maka memohon perlindungan-lah kamu kepada
Allah dari godaan syetan yang terkutuk". (An-Nahl: 98).
Hendaknya selalu memperhatikan hukum-hukum tajwid dan membunyikan huruf
sesuai dengan makhrajnya serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah berfirman
yang Subhanahu wa Ta'ala artinya: "Dan Bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan". (Al-
Muzzammil: 4).
Disunnatkan memanjangkan bacaan dan memperindah suara di saat membacanya. Anas
bin Malik Radhiallaahu anhu pernah ditanya: Bagaimana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa

26
Sallam (terhadap Al-Qur'an? Anas menjawab: "Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi
membaca "Bismillahirrahmanirrahim" sambil memanjangkan Bismillahi, dan memanjangkan
bacaan ar-rahmani dan memanjangkan bacaan ar-rahim". (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam juga bersabda: "Hiasilah suara kalian dengan Al-Qur'an". (HR.
Abu Daud, dan dishahih-kan oleh Al-Albani).
Hendaknya membaca sambil merenungkan dan menghayati makna yang terkandung
pada ayat-ayat yang dibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon surga kepada Allah bila
terbaca ayat-ayat surga, dan berlindung kepada Allah dari neraka bila terbaca ayat-ayat neraka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (Shad: Dan di dalam hadits
Hudzaifah ia menuturkan: "......Apabila Nabi terbaca ayat yang mengandung makna bertasbih
(kepada Allah) beliau bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do`a, maka beliau
berdo`a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta perlindungan (kepada Allah) beliau
memohon perlindungan". (HR. Muslim).

9. Adab Terhadap Orang Tua , Guru , Dosen

Menaati kedua orang tua dalam hal-hal yang bukan maksiat kepada Allah SWT.
Menghormati dan menghargai keduanya, merendahkan diri di hadapannya, memuliakan dalam
sikap tutur kata, tidak jalan mendahuluinya,mengutamakan keinginannya,memanggil dengan
sebutan kehormatan,tidak keluar rumah tanpa seijin dan kerelaannya.

Menghormati dan menjunjung tinggi martabat guru, sebagaimana sabda Rasulullah


SAW, “sesungguhnya merupakan pengagungan nama Allah bila kita menghormati orang
muslim yang sudah beruban, penghafal Al-Qur’an yang tidak berlebihan dalam membaca dan
tidak pula jauh dari Al-Qur’an dan menghormati penguasa yang adil’’. ( HR.Bukhari dalam al-
Adab al-Mufrad, Abu Dawud dan Baihaqi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Targhib
wa Targhib).

10. Adab terhadap Orang yang Sakit , Lemah , Fakir Miskin , Anak Yatim dan Piatu

Mendo`akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan. Ibnu
Abbas Radhiallaahu anhu telah meriwayat-kan bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam

27
apabila beliau menjenguk orang sakit, ia mengucapkan: “Tidak apa-apa. Sehat (bersih) insya
Allah”. (HR. AlBukhari). Dan berdo`a tiga kali sebagai-mana dilakukan oleh Nabi Shallallaahu
alaihi wa Sallam.

11. Adab Terhadap Tamu


1) Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.
2) Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah
kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah. Hendaklah
segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya.
3) Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hida-ngan) sebelum tamu selesai
menikmati jamuan.
4) Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan
tamu yang baik dan penuh perhatian.

12. Adab Ketika Berpergian

Disunnatkan bagi musafir pergi dengan ditemani oleh teman yang shalih selama
perjalanannya untuk meringankan beban diperjalananya dan menolongnya bila perlu.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “Kalau sekiranya manusia
mengetahui apa yang aku ketahui di dalam kesendirian, niscaya tidak ada orang yang
menunggangi kendaraan (musafir) yang berangkat di malam hari sendirian”. (HR. Al-Bukhari)
Disunnatkan berangkat safar pada pagi (dini) hari dan sore hari, karena Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Ya Allah, berkahilah bagi ummatku di dalam
kediniannya”. Dan juga bersabda: “Hendaknya kalian memanfaatkan waktu senja, karena bumi
dilipat di malam hari”. (Keduanya diriwayat-kan oleh Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-
Albani).
Disunatkan bagi musafir apabila akan berangkat mengu-capkan selamat tinggal kepada
keluarga, kerabat dan teman-temannya, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu

28
alaihi wa Sallam dan dia sabdakan: “Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan
penutup-penutup amal perbuatanmu”. (HR. At- Turmudzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
Disunnatkan bertakbir di saat jalan menanjak dan bertasbih di saat menurun, karena ada
hadits Jabir yang menuturkan: “Apabila (jalan) kami menanjak, maka kami bertakbir, dan
apabila menurun maka kami bertasbih”. (HR. Al-Bukhari).
Disunnatkan bagi musafir selalu berdo`a di saat perjala-nannya, karena do`anya
mustajab (mudah dikabulkan).

13. Adab ketika Belajar


1) Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
2) Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat
3) Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu
4) Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

14. Adab Bersedekah, pemberian , Hadiah


1) Mengikhlaskan Niat
2) Sedekahkan Harta Yang Halal
Rasulullah bersabda :
“Allah tidak menerima sedekah dari harta ghulul” (HR. Muslim 1095)
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima
kecuali yang baik-baik” (HR. Muslim 2393)
3) Menyedekahkan Harta Yang Terbaik
4) Mendahulukan Keluarga Dan Karib Kerabat
5) Mengutamakan Orang Yang Taat Beragama
Hendaklah orang yang bersedekah lebih memprioritaskan sedekahnya bagi orang-
orang yang taat beragama.
6) Menyembunyikan Sedekah
7) Tidak Meremehkan Sedekah Yang Dikeluarkan, Walaupun Nilainya Tidak Seberapa.
8) Jangan Menunda-nunda Sedekah, Gunakanlah Masa Kayamu Sebelum masa Miskin.
9) Jangan Memandang Diri Kita Telah Berjasa Atas Orang yang Menerima Sedekah.

15. Adab Berpakaian Pria dan Wanita

29
Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. Karena
hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas Radhiallaahu 'anhu ia menuturkan: "Rasulullah
melaknat (mengutuk) kaum laki-laki yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang
menyerupai kaum pria." (HR. Al-Bukhari).

Adapun perempuan, maka seharusnya pakaiannya menutup seluruh badannya,


termasuk kedua kakinya. Adalah haram hukumnya orang yang menyeret (meng- gusur)
pakaiannya karena sombong dan bangga diri. Sebab ada hadits yang menyatakan : "Allah tidak
akan memperhatikan di hari Kiamat kelak kepada orang yang menyeret kainnya karena
sombong". (Muttafaq'alaih).

16. Adab bertetangga

Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka. Rasulullah Shallallaahu


alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu :
“....Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “hendaklah ia berprilaku baik terhadap
tetangganya”. (Muttafaq’alaih)

17. Adab bertamu

Jangan terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini memberatkan yang punya
rumah juga jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget sebelum
semuanya siap.
Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk
tinggal lebih dari itu.Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja
yang terjadi pada tuan rumah.
18. Adab Istinja , buang Air ( buang air kecil dan besar )

Menghindari tiga tempat terlarang, yaitu aliran air, jalan-jalan manusia dan tempat
berteduh mereka. Sebab ada hadits dari Mu`adz bin Jabal Radhiallaahu 'anhu yang menyatakan
demikian. Tidak mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang demikian itu supaya
aurat tidak kelihatan. Di dalam hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu ia
menuturkan: "Biasanya apabila Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam hendak membuang

30
hajatnya tidak mengangkat (meninggikan) kainnya sehingga sudah dekat ke tanah. (HR. Abu
Daud dan At-Turmudzi, dinilai shahih oleh Albani).
Dianjurkan kencing dalam keadaan duduk, tetapi boleh jika sambil berdiri. Pada
dasarnya buang air kecil itu di lakukan sambil duduk, berdasarkan hadits `Aisyah Radhiallaahu
'anha yang berkata: Siapa yang telah memberitakan kepada kamu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam kencing sambil berdiri, maka jangan kamu percaya, sebab
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah kencing kecuali sambil duduk. (HR. An-
Nasa`i dan dinilai shahih oleh Al- Albani). Sekalipun demikian seseorang dibolehkan kencing
sambil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya aman dari percikan air kencingnya dan
aman dari pandangan orang lain kepadanya. Hal itu karena ada hadits yang bersumber dari
Hudzaifah, ia berkata: "Aku pernah bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam (di suatu
perjalanan) dan ketika sampai di tempat pembuangan sampah suatu kaum beliau buang air kecil
sambil berdiri, maka akupun menjauh daripadanya. Maka beliau bersabda: "Mendekatlah
kemari". Maka aku mendekati beliau hingga aku berdiri di sisi kedua mata kakinya. Lalu beliau
berwudhu dan mengusap kedua khuf-nya." (Muttafaq alaih).

19. Adab Bertetangga


1) Mendahului menyampaikan salam.
2) Tidak lama-lama berbicara.
3) Tidak banyak bertanya.
4) Menjenguk yang sakit.
5) Berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah.

20. Adab terhadap umat Muslim


1) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
2) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu
pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
3) Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi
hak dan dihargai.
4) Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan
mereka.
5) Bersikap tawadhu'lah kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabbur
dan bersikap angkuh terhadap mereka

31
21. Adab terhadap Non Muslim ( berbeda Agama )
1) Tidak menyetujui dan tidak ridha terhadap kekufuran Non Muslim.
2) Membenci orang kafir sebab Allah Ta’ala juga benci kepada mereka. Namun ingat,
yang perlu digaris-bawahi membenci itu bukan berarti menzalimi.
3) Tidak memberikan wala’ (kedekatan; loyalitas, kesetiaan) dan kecintaan kepada orang
kafir.
4) Bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama orang kafir tersebut bukan kafir
muharib (orang kafir yang memerangi kaum muslimin).
5) Mengasihi orang kafir dengan kasih sayang yang bersifat umum. Seperti memberi
makan jika dia lapar

22. Adab anak terhadap orang tua

Menghormati orang yang lebih tua/dewasa, menghargai pendapatnya. Memperhatikan


pembicaraannya, tidak melupakan jasa baiknya, menampilkan akhlak yang mulia di
hadapannya, memuliakan pendapatnya.3

23. Adab Orang Tua terhadap Anak


1) Membantu anak-anak bersikap baik kepadanya.

Sikap anak kepada orang tua sangat dipengaruhi sikap orang tua kepada mereka. Jika
orang tua sayang kepada anak-anak, mereka tentu akan membalas dengan kebaikan yang sama.
Tidak mungkin anak-anak bersikap baik kepada orang tua, jika mereka diperlakukan semena-
mena. Oleh karena itu ketika orang tua bersikap baik kepada anak-anaknya, sesungguhnya
orang tua telah mendidik dan membantu anak-anaknya menjadi anak yang baik pula.

2) Tidak memaksa anak-anak berbuat baik melebihi batas kemampuannya.

Orang tua perlu memahami psikologi perkembangan agar anak-anak dapat menjalani
kehidupannya sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Tidak bijak apabila anak-anak yang
masih duduk di bangku TK sudah diperintahkan berpuasa sehari penuh selama Ramadhan.
Mereka memang perlu dilatih berpuasa tetapi tidak boleh seberat itu. Demikian pula tidak bijak

3
MendidikKarakterBuahHatiDenganAkhlak Nabi hal 12

32
apa bila orang tua memaksakan kehendaknya agar mereka selalu menduduki ranking 1 di
kelasnya, misalnya, sementara kemampuannya kurang mendukung.

3) Tidak memaksa anak-anak saat susah.

Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan susah, misalnya karena
kehilangan sesuatu yang menjadi kesayangannya seperti binatang kesayangan atau lainnya.
Pada saat seperti ini orang tua sebaiknya dapat memahmi psikologi anak dengan tidak
menambahi bebannya. Misalnya, orang tua melakukan perintah-perintah yang banyak dan
berat sehingga menambah beban anak. Justru sebaiknya orang dapat menghibur dan
membesarkan hati anaknya bahwa Allah akan mengganti apa yang hilang dari anak itu dengan
sesuatu yang lebih baik

4) Tidak menghalangi anak-anak untuk berbuat taat kepada Allah SWT.

Tidak sebaiknya orang tua menghalangi anak-anak ketika mereka bermaksud


melakukan ketaatan kepada Allah SWT, misalnya, berlatih puasa sunnah Senin-Kamis. Tetapi
memang orang tua perlu memberi arahan untuk tidak berpuasa dahulu, misalnya, ketika kondisi
anak sedang sakit. Orang tua perlu menjelaskan bahwa beberapa orang diperbolehkan tidak
berpuasa, misalnya orang-orang yang sedang sakit, atau seorang ibu yang sedang menyusui
anaknya yang masih kecil. Untuk puasa Ramadhan memang harus diganti apabila ditinggalkan,
edang puasa sunnah tidak harus diganti.

5) Tidak membuat anak-anak sengsara disebabkan pendidikan yang salah.

Adalah kewajiban orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga anak
memiliki ilmu yang cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Apabila orang tua
tidak cukup membekali anak dengan ilmu dan ketrampilan yang diperlukan dan malahan
memanjakannya, maka hal ini bisa menyengsarakan anak di kemudian hari. Anak bisa bodoh
dan tidak mandiri dalam banyak hal sehingga tidak bisa menolong dirinya sendiri apalagi orang
lain. Keadaan seperti ini akan membuat anak sengsara dalam hidupnya.4

24. Adab Terhadap anak kecil

Menyayangi yang lebih muda/ anak-anak menghargai perasaannya.

4
AlangkahBijaknya Nabi Mendidik Anak hal 35

33
25. Adab Khitbah ( lamaran )
Adapun Adab-Adab yang perlu diperhatikan dalam mengkhitbah adalah :
1) Nadzor (‫ )نضر‬yang artinya melihat calon pinangannya.

Yakni melihat kepada apa-apa yang bisa membuat dia tertarik untuk menikahinya, atau
sebaliknya ketika dia melihat calonnya dan mendapati ada sesuatu yang tidak dia senangi
darinya maka dia boleh untuk membatalkan pelamarannya.

2) Berpenampilan sederhana dalam melamar.


3) Wanita yang akan dinazhor diperbolehkan berhias sekadarnya.
4) Istikhoroh.

Jika proses nazhor sudah selesai, maka disunnahkan bagi keduanya untuk melakukan
sholat istikhoroh, berharap taufik dan petunjuk dari Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Hal ini
ditunjukkan dalam kisah pengutusan Zaid bin Haritsah oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
untuk melamar Zainab -radhiallahu ‘anha-, maka Zainab berkata: “Saya tidak akan
melakukan sesuatu apapun kecuali dengan perintah Tuhanku”. Maka beliaupun (Zainab)
berdiri dan melaksanakan sholat di mesjidnya”.

5) Sederhana dalam Mahar.

Jika proses nazhor sudah selesai dan kedua belah pihak telah saling meridhoi, maka
berarti sang wali telah menunaikan kewajibannya dengan baik. Kemudian setelah itu,
hendaknya wali tersebut berbuat baik kepada wanita yang dia perwalikan dengan cara
mempermudah proses pernikahan dan tidak memasang target mahar yang tinggi, karena
sesungguhnya keberkahan seorang wanita terletak pada murahnya maharnya.

26. Adab- adab dalam Pernikahan

Disunatkan bagi kedua suami istri berwudhu sebelum tidur sesudah melakukan jima`,
karena hadits Aisyah menuturkan :”Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam apabila
beliau hendak makan atau tidur sedangkan ia junub, maka beliau mencuci kemaluannya dan
berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat” (Muttafaq’alaih).

27. Adab Jumat

34
Berikut adab sholat jumat yang perlu Anda ketahui:

1) Datang lebih awal

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda.

َ َ‫شاأَ أق َرن‬
‫و‬، ً ‫و َم أن َرا َح ِفيالسَّا َع ِةالثَّا ِلثَ ِةفَ َكأَنَّ َماقَ َّربَ َك أب‬،
َ ً‫و َم أن َرا َح ِفيالسَّا َع ِةالثَّانِيَ ِةفَ َكأَنَّ َماقَ َّربَ َبقَ َرة‬،
َ ً‫َم أنراحفيالساعةاْلولىفَ َكأ َ َّن َماقَ َّربَبَدَنَة‬
ً ‫ضة‬
َ ‫س ِة َف َكأ َ َّن َما َق َّربَبَ أي‬ ِ ‫و َم أن َرا َح ِفيالسَّا َع ِة أالخ‬،
َ ‫َام‬ َ ً‫الرا ِب َع ِة َف َكأ َ َّن َما َق َّربَدَ َجا َجة‬
َّ ‫َم أن َرا َح ِفيالسَّا َع ِة‬

Artinya: “Siapa yang berangkat Jum’at di awal waktu, maka ia seperti berqurban
dengan unta. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kedua, maka ia seperti berqurban dengan
sapi. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu ketiga, maka ia seperti berqurban dengan kambing
gibas yang bertanduk. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu keempat, maka ia seperti
berqurban dengan ayam. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kelima, maka ia seperti
berqurban dengan telur.” (HR. Bukhari, no. 881; Muslim, no. 850)

2) Berangkat ke masjid sudah berwudhu

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda.

َ ‫صتَغُ ِف َرلَ ُه َما َب أي َن ُه َو َب أين أَال ُج ُمعَ ِة َو ِزيَادَة ُثََلَثَ ِةأَيَّامٍ َو َم أن َمس أَّال َح‬
‫صى َفقَدألَغَا‬ ‫سن أَال ُوضُو َءث ُ َّمأَت أ‬
َ ‫َىال ُج ُم َعةَفَا أست َ َمعَ َوأ َ أن‬ َ ‫ضأَفَأَحأ‬
َّ ‫َم أنت ََو‬

Artinya: “Barangsiapa yang berwudhu, lalu memperbagus wudhunya kemudian ia


mendatangi (shalat) Jum’at, kemudian (di saat khutbah) ia betul-betul mendengarkan dan diam,
maka dosanya antara Jum’at saat ini dan Jum’at sebelumnya ditambah tiga hari akan diampuni.
Dan barangsiapa yang bermain-main dengan tongkat, maka ia benar-benar melakukan hal yang
batil (lagi tercela) ” (HR. Muslim, no. 857)

3) Mandi sunnah dan bersih-bersih sebelumnya


َ ‫سلَفَ أالغُس ُأُل َ أف‬
‫ض ُل‬ َ َ‫َم أنت ََوضَّأ َ َي أو َم أال ُج ُم َع ِةفَ ِب َه َاو ِن أع َمتأ َو َم أنا أغت‬

Artinya: “Barangsiapa berwudhu di hari Jum’at, maka itu baik. Namun barangsiapa
mandi ketika itu, maka itu lebih afdhol.” (HR. An-Nasai, no. 1380; Tirmidzi, no. 497; Ibnu
Majah, no. 1091).

4) Tidak berbicara dan mengobrol saat khutbah jumat

35
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ِ ‫احبِ َكيَ أو َم أال ُج ُمعَ ِةأ َ أن‬


‫ص أ‬
‫ت‬ ِ ‫ص‬َ ‫ إِذَاقُ ألت َ ِل‬. َ‫طبُ َفقَدألَغ أَوت‬
ُ ‫اإل َما ُميَ أخ‬
ِ ‫َو‬

Artinya: “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib
sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.”(HR. Bukhari no. 934 dan Muslim
no. 851).

5) Sholat tahiyatul masjid sebelum duduk

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

“Sulaik Al Ghothofani datang pada Jumat dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
sedang berkhutbah. Ia masuk dan langsung duduk. Beliau pun berkata pada Sulaik.

ُ ‫طبُفَ أليَ أر َك أع َر أك َعت َ أينِ َو أليَت ََج َّو أزفِي ِه َما – ث ُ َّمقَا َل – يَا‬
‫سلَ أي ُكقُ أمفَ أ‬
‫ار َك أع َر أك َعت َ أينِ َوتَ َج َّو أزفِي ِه َما‬ ِ ‫ِإذَا َجا َءأ َ َحد ُ ُك أميَ أو َم أال ُج ُم َع ِة َو‬
ُ ‫اإل َما ُميَ أخ‬

Artinya: “Wahai Sulaik, berdirilah dan kerjakan shalat dua raka’at (tahiyyatul masjid),
persingkat shalatmu (agar bisa mendengar khutbah, pen).” Lantas beliau bersabda, “Jika salah
seorang di antara kalian menghadiri shalat Jum’at dan imam berkhutbah, tetaplah kerjakan
shalat sunnah dua raka’at dan persingkatlah.” (HR. Bukhari, no. 930; Muslim, no. 875)

6) Tidak memeluk lutut saat mendengarkan khutbah

Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata:

َ ‫س‬
ِ‫وَل َّّلل‬ ُ ‫ أَنَّ َر‬-‫صلىاللهعليهوسلم‬- ُ‫طب‬ ِ ‫نَ َهى َعنِ أال ُحب َأو ِةيَ أو َم أال ُج ُم َع ِة َو‬
ُ ‫اإل َما ُميَ أخ‬

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari duduk dengan


memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” (HR. Tirmidzi, no. 514; Abu Daud, no.
1110. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Sholat jumat menjadi perintah wajib laki-laki muslim sebagai pengganti sholat
zuhur.Bahkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis mengatakan orang beriman yang
meninggalkan sholat jumat tiga kali berturut-turut berstatus munafiq.

Abdurrauf Al Munawi dalam Faidhul Qadir juz 6 menjelaskan, “Siapa saja yang
meninggalkan tiga Jumat tanpa udzur (halangan), maka ia akan dicatat sebagai kalangan orang-
orang munafik. Munafik yang dimaksud adalah kemunafikan dalam bentuk perbuatan, bukan
keyakinan."

36
Kewajiban sholat jumat juga Allah jelaskan dalam Alquran surah Al Jumu'ah ayat 9
sampai 10.

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS. Al Jumu’ah: 9-10).

Demikian adab sholat jumat yang wajib diketahui seorang muslim.

28. Adab Hari Raya

Ada beberapa adab yang harus diperhatikan ketika kita memasuki hari raya, diantaranya
adalah :

1) Mandi Sebelum Shalat ‘Id

Ibnul Qayyim dalam Za’dul Maad mengatakan, Nabi mandi pada dua hari raya, telah
terdapat hadits shahih tentang itu, dan ada pula dua hadits dhaif : pertama, hadits Ibnu Abbas,
dari riwayat Jabarah Mughallis, dan hadits Al Fakih bin Sa’ad, dari riwayat Yusuf bin Khalid
As Samtiy. Tetapi telah shahih dari Ibnu Umar –yang memiliki sikap begitu keras mengikuti
sunnah- bahwa beliau mandi pada hari raya sebelum keluar rumah.

2) Memakai Pakaian Terbaik dan Minyak Wangi

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami
punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami punya, dan berkurban dengan
hewan yang paling mahal yang kami punya. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, hasan)

Nafi’ menceritakan tentang Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu saat hari raya:
“Beliau shalat subuh berjamaah bersama imam, lalu dia pulang untuk mandi sebagaimana
mandi janabah, lalu dia berpakaian yang terbaik, dan memakai wangi-wangian yang terbaik
yang dia miliki, lalu dia keluar menuju lapangan tempat shalat lalu duduk sampai datangnya
imam, lalu ketika imam datang dia shalat bersamanya, setelah itu dia menuju masjid Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan shalat dua rakaat, lalu pulang ke rumahnya.”

37
3) Makan Dulu Sebelum Shalat ‘Idul Fitri, Tidak Makan Dulu Sebelum Shalat Idul Adh-
ha

“Pada saat Idul Fitri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah berangkat untuk
shalat sebelum makan beberapa kurma.” Murajja bin Raja berkata, berkata kepadaku
‘Ubaidullah, katanya: berkata kepadaku Anas, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Beliau memakannya berjumlah ganjil.” (HR. Bukhari No. 953)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah, mengutip dari Imam Ibnu Qudamah


Rahimahullah, mengatakan, “Kami tidak ketahui adanya perselisihan pendapat tentang
sunahnya mendahulukan makan pada hari ‘Idul Fithri.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah keluar pada hari Idul
Fitri sampai dia makan dulu, dan janganlah makan ketika hari Idul Adha sampai dia shalat
dulu.” (HR. At Tirmidzi No. 542, Ibnu Majah No. 1756, Ibnu Hibban No. 2812, Ahmad No.
22984, shahih)

4) Melaksanakan Shalat ‘Id di Mushala (Lapangan)

Shalat hari raya di lapangan adalah sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, karena Beliau tidak pernah shalat Id, kecuali di lapangan (mushalla). Namun, jika ada
halangan seperti hujan, lapangan yang berlumpur atau becek, tidak mengapa dilakukan di
dalam masjid. Dikecualikan bagi penduduk Mekkah, shalat ‘Id di Masjidil Haram adalah lebih
utama.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata, “Shalat Id boleh dilakukan di dalam


masjid, tetapi melakukannya di mushalla (lapangan) yang berada di luar adalah lebih utama,
hal ini selama tidak ada ‘udzur seperti hujan dan semisalnya, karena Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam shalat dua hari raya di lapangan, tidak pernah Beliau shalat di masjidnya
kecuali sekali karena adanya hujan.”

Dari Abu Hurairah, “Bahwasanya mereka ditimpa hujan pada hari raya, maka Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat ‘Id bersama mereka di masjid. (HR. Abu Daud)

5) Dianjurkan Kaum Wanita dan Anak-anak Hadir di Lapangan

Mereka dianjurkan untuk keluar karena memang ini adalah hari raya mesti disambut
dengan suka cita. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan: “Dianjurkan keluarnya

38
anak-anak dan kaum wanita pada dua hari raya menuju lapangan, tanpa ada perbedaan, baik
itu gadis, dewasa, pemudi, tua renta, dan juga wnaita haid.”

Ummu ‘Athiyah Radhiallahu ‘Anha berkata: “Kami diperintahkan Nabi Shallallahu


‘Alaihi wa Sallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit,
pada hari Idul Fitri dan idul Adha. Ada pun wanita haid, mereka terpisah dari tempat shalat.
Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: “Wahai
Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab.” Beliau menjawab: “Hendaknya
saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dan ini lafaznya
Imam Muslim)

29. Adab Berbicara

Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala


berfirman yang artinya: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali
bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau
mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114)

Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang
benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-
tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud
dan dinilai hasan oleh Al-Albani)

30. Adab Hutang Piutang , Pinjam Meminjam


1) Jangan pernah tidak mencatat utang piutang.
‫س ًّمى أ َ َج ٍل ِإلَ ٰى ِبدَي ٍأن تَدَا َينتُم ِإذَا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا‬
َ ‫البقرة سورة …ۚ فَا أكتُبُوهُ ُّم‬282

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-Baqarah : 282)

2) Jangan pernah berniat tidak melunasi utang.


‫سو ِل َع أن‬ َّ ‫ي ِإيَّاهُ ي َُوفِيَهُ َلَ أ َ أن ُمجأ ِم ٌع َوه َُو دَ أينًا يَدَيَّنُ َر ُج ٍل أَيُّ َما قَا َل ﷺ‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َّ ‫ارقًا‬
َ ‫ّللاَ لَ ِق‬ ِ ‫س‬َ . ‫ ماجة ابن رواه‬2410

39
“Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan
bertemu Allah sebagai seorang PENCURI.” (HR Ibnu Majah ~ hasan shahih)

3) Punya rasa takut jika tidak bayar utang, karena alasan dosa yang tidak diampuni dan
tidak masuk surga.
‫سو َل أ َ َّن‬ ٍ ‫ ” الدَّيأنَ إَِلَّ ذَ أن‬. ‫مسلم رواه‬1886
َّ ‫ب ُك ُّل ِلل َّش ِهي ِد يُ أغفَ ُر “ قَا َل ﷺ‬
ُ ‫ّللاِ َر‬

“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni KECUALI utang”. (HR Muslim)

4) Jangan merasa tenang kalau masih punya utang.


‫سو ُل قَا َل‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ ٌ ‫ي د أِر َه ٌم أ َ أو دِين‬
َّ ‫َار َو َعلَ أي ِه َماتَ َم أن ” ﷺ‬ ِ ُ‫سنَا ِت ِه ِم أن ق‬
َ ‫ض‬ َ ‫َار ثَ َّم لَي‬
َ ‫أس َح‬ ٌ ‫ ” د أِر َه ٌم َوَلَ دِين‬. ‫ماجة ابن رواه‬
2414

“Barangsiapa mati dan masih berutang satu dinar atau dirham, maka utang tersebut
akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi
dinar dan dirham.” (HR Ibnu Majah ~ shahih)

5) Jangan pernah menunda membayar utang.


‫سو َل أَ َّن‬ َّ ‫ط ُل “ قَا َل ﷺ‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ ُ ‫” فَ أليَتأبَ أع َم ِلي ٍ َعلَى أ َ َحد ُ ُك أم أُتأبِ َع فَإِذَا‬. ‫ البخاري رواه‬2287 ، ‫ مسلم‬1564
‫ أالغَ ِني ِ َم أ‬،‫ظ أل ٌم‬
، ‫ النسائي‬4688 ، ‫ داود ابو‬3345 ، ‫ الترمذي‬1308

“Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman.”
(HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

6) Jangan pernah menunggu ditagih dulu baru membayar utang.

‫سو ُل فَقَا َل‬ ُ ‫ار ِم أن فَإ ِ َّن أ َ أع‬


َّ ‫طوهُ ” ﷺ‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫ضا ًء أَحأ‬
ِ َّ‫سنَ ُه أم الن‬
ِ َ‫اس ِخي‬ َ َ‫” ق‬. ‫ البخاري رواه‬2392 ، ‫ مسلم‬1600 ، ‫النسائي‬
4617 ، ‫ داود ابو‬3346 ، ‫ الترمذي‬1318

“Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang. (HR Bukhari,
Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

7) Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang.


‫سو ُل قَا َل‬ َّ ‫ّللاُ أَدأ َخ َل “ ﷺ‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َّ ‫س أهَلً َكانَ َر ُجَلً َو َج َّل َع َّز‬
َ ‫اضيًا َو َبا ِئ ًعا ُم أشت َِريًا‬ ِ ‫ ” أال َجنَّةَ َو ُم أقت‬. ‫ماجة ابن رواه‬
ِ َ‫َضيًا َوق‬
2202 ، ‫ النسائي‬4696

“Allah ‘Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika
membeli, menjual, dan melunasi utang.” (HR An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

8) Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit.

40
‫سو ُل قَا َل‬ ُ ‫ضى َحتَّى ِبدَ أينِ ِه ُم َعلَّقَةٌ أال ُمؤأ ِم ِن نَ أف‬
َّ ‫س “ ﷺ‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫” َع أنهُ يُ أق‬. ‫ الترمذي رواه‬1078 ، ‫ ماجة ابن‬2506

“Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan.”
(HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

9) Jangan pernah berbohong kepada pihak yang memberi utang.


َّ ‫َّث غ َِر َم إِذَا‬
‫الر ُج َل إِ َّن ” قَا َل‬ َ َ‫” فَأ َ أخل‬. ‫ البخاري‬2397 ، 833 ، ‫ مسلم‬589 ، ‫ داود ابو‬880 ،
َ َ‫ف َو َو َعدَ فَ َكذ‬
َ ‫ب َحد‬
‫ النسائي‬5472 ، 5454

“Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila
berjanji ia akan ingkar.” (HR Bukhari dan Muslim)

10) Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya.


…‫وَل َكانَ أالعَ أهدَ إِ َّن ۚ بِ أالعَ أه ِد َوأَ أوفُوا‬
ً ُ ‫ اإلسراء سورة … َم أسئ‬34

“… Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban ..” (QS
Al-Israa’: 34)

11) Jangan pernah lupa membalas kebaikan orang yang telah memberi utang walaupun
hanya dengan doakan kebaikan.
‫ ” كَافَأأت ُ ُموهُ قَدأ أ َ أن ت َ أعلَ ُموا َحتَّى لَهُ فَادأعُوا ت َِجد ُوا لَ أم فَإ ِ أن فَكَافِئُوهُ َم أع ُروفًا إِلَ أي ُك أم آت َى َو َم أن‬. ‫ النسائي رواه‬2567 ، ‫ابو‬
‫ داود‬5109

“Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu. Jika
engkau tidak menemukan apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdoalah
untuknya sampai engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas
kebaikannya.”uh (HR An-Nasa’i dan Abu Daud)

31. Adab Jual Beli


1) Menggunakan akad

Dalam jual beli online, pertemuan antara penjual dan pembeli mungkin tidak terjadi,
namun bukan berarti tidak ada akad dalam transaksi ini.

Dalam kitab Fathul Mu’in, ijab dan kabul dalam transaksi jual beli adalah:

‫والقبول دَللة التم ِليك على دل ما هو اَليجاب‬،‫كذالك التملُك علي دل ما هو ظاهرة‬

Ijab adalah bukti yang menunjukan atas penyerahan dengan bukti yang jelas (dapat
dipertanggungjawabkan), sedangakan kabul adalah bukti yang menunjukan atas penerimaan.
41
Jual beli online menggunakan telepon, chat, email, dan media lain sebagai media ijab
kabul. Meskipun tidak terlihat, namun dalam jual beli tersebut tetap harus dilakukan akad.

2) Jujur

Baik penjual maupun pembeli yang sama-sama tidak boleh melakukan penipuan.
Meskipun pembeli tidak dapat melihat secara langsung barang yang dijual, namun hendaknya
penjual dapat berlaku jujur dan tidak melakukan penipuan. Sesungguhnya pedagang yang
menipu bukanlah dari golongan Rasulullah.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

‫سو َل أَ َّن‬ َّ -‫وسلم عليه هللا صلى‬- ‫صب َأرةِ َعلَى َم َّر‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ‫ت فِي َها يَدَهُ فَأَدأ َخ َل‬
ُ ‫طعَ ٍام‬ َ َ‫يَا َهذَا َما « فَقَا َل بَلََلً أ‬
‫صابِعُهُ فَنَالَ أ‬
‫ب‬
َ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫» ال‬. ‫صابَتأهُ قَا َل‬
َ ‫طعَ ِام‬ َ َ‫س َما ُء أ‬
َّ ‫سو َل يَا ال‬ َّ ‫طعَ ِام فَ أوقَ َجعَ ألتَهُ أَفََلَ « قَا َل‬
ُ ‫ّللاِ َر‬. َّ ‫اس يَ َراهُ َك أى ال‬
ُ َّ‫َش َم أن الن‬ َ ‫فَلَي‬
َّ ‫أس غ‬
‫» ِمنِى‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu


beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang
basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya
menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,
“Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya?
Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim).

Rasul juga pernah bersabda,


َ ‫ فَلَي‬،‫ع َو أال َم أك ُر ِمنَّا‬
َّ ‫أس َغ‬
‫شنَا َم أن‬ ُ ‫ار ِفي َو أال ِخدَا‬
ِ َّ‫الن‬

“Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat
makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu Hibban, shahih).

3) Tidak menaikkan harga

Menaikkan harga dengan menyesuaikan kondisi perekonomian saat ini tidak mengapa
selama masih dalam batas normal, namun jika pedagang menaikkan harga hingga
menyusahkan pembeli, maka ini adalah perbuatan haram. Dalam Islam, tindakan menaikkan
harga seperti ini disebut dengan najasy dimana pedagang tersebut mengambil keuntungan
melebihi yang seharusnya.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

42
َ‫شوا َوَل‬
ُ ‫تَنَا َج‬

“ .. dan janganlah kalian melakukan jual beli najasy … “ (HR. Bukhari no. 2150 dan
Muslim 1515)

Dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

ُّ ِ‫صلَّى النَّب‬
‫ي نَ َهى‬ َ ُ‫سلَّ َم َعلَ أي ِه هللا‬ َ ‫النَّجأ ِش‬
َ ‫ع ِن َو‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual beli najasy.” (HR. Bukhari no.
2142 dan Muslim no. 1516)

4) Tidak menjual barang haram

Dalam Islam, hanya barang halal yang diperbolehkan untuk diperjualbelikan.

5) Menjelaskan aib barang

Ketika berjualan, kita tentunya ingin barang terlihat sangat bagus agar cepat laku.
Namun kita juga tidak boleh menyembunyikan aib atau kecacatan yang terdapat pada barang
tersebut. Jika disembunyikan, maka tentu akan menjadi sebuah penipuan yang merugikan
pembeli.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ع ِل ُم أس ِل ٍم يَ ِح ُّل َوَلَ أال ُم أس ِل ِم أَ ُخو ا َ أل ُم أس ِل ُم‬


َ ‫لَهُ بَ َّي َنهُ ِإَلَّ َعيأبٌ ِف أي ِه بَ أيعًا أ َ َح ٍد ِم أن بَا‬.

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya dan tidak halal bagi seorang
muslim untuk menjual sesuatu yang ada aibnya kepada orang lain kecuali ia menjelaskan aib
tersebut kepadanya.”

32. Adab Thaharah


Adapun adab bersuci adalah sbb. :
1) Tempat yang tertutup (tertutupnya aurat).
2) Tidak membawa sesuatu yang bertuliskan nama Allah, Rasulullah, Al-Quran.
3) Masuk menggunakan kaki kiri.
4) Membaca doa masuk kamar mandi, minta perlindungan dari godaan syaitan, karena
kamar mandi tempatnya syaitan. Maka, tidak dianjurkan ke kamar mandi saat adzan
berkumandang, karena syaitan pada lari ke kamar mandi:
43
a. Doa masuk kamar mandi :

ِ ِ‫اللَّ ُه َّمإِنِىأَعُوذُبِك َِمن أَال ُخبُ ِث َو أال َخبَائ‬


b. ‫ث‬
c. Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan
syaitan perempuan”. (HR Bukhari dan Muslim).
5) Keluar menggunakan kaki kanan.
6) Membaca doa keluar kamar mandi, di antaranya mohon ampun karena telah tidak
berdzikir di dalam kamar mandi :
a. َ‫غ أف َرانَك‬
ُ
b. Artinya: “Mohon ampunan-Mu.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu
Majah).

‫ا َ أل َح أمدُ ِللَّ ِهالَّذِيأ َذأ َه َب َعنِ أ‬


َ َ‫ياْلَذ‬
c. ‫ىو َعافَانِي‬
d. Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dariku dan
yang telah memaafkanku.” (HR Ibnu Majah).
7) Tidak menghadap kiblat atau pun membelakanginya.
8) Tidak berbicara kecuali jika darurat, apalagi bernyanyi. Bahkan salampun tidak
dijawab, cukup dehem atau mengisyaratkan dengan suara ketukan.
9) Tidak buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya manusia, di tepi jalan, di
persimpangan, di pinggir rumah, di samping kendaraan, dll.
10) Tidak buang hajat di air yang tergenang, di lubang semut, dll.
11) Membersihkan sisa kotoran setelah buang hajat (buang air kecil ataupun besar) atau
Istinja (cebok).
12) Menyiram kedua kaki kerika masuk kamar mandi, dan cuci tangan.
13) Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.
14) Beristinja’ menggunakan air atau menggunakan minimal tiga batu (istijmar).
15) Memerciki kemaluan dengan air setelah kencing, untuk menghindari was-was.
16) Jongkok dengan bertopang pada kaki kiri, agar tuntas air kencing keluar.
17) Berdehem setelah selesai buang air kecil, untuk menuntaskan air kencing.
18) Siram dengan air seputar kamar mandi. Untuk membersihkan sisa-sisa cipratan air
kencing.
19) Menggunakan alas kaki, untuk membatasi kuman-kuman di lantai.
20) Usahakan menggunakan pakaian khusus ke kamar mandi, tidak pakaian yang juga
untuk shalat. Khawatir masih ada najis yang menempel di pakaian.

44
21) Tidak berama-lama di kamar mandi. Begitu selesai hajat, segera keluar, karena
tempatnya syaitan.

33. Adab Berhias


1) Tidak memakai perhiasan secara berlebihan.
2) Untuk perempuan yang sedang berkabung, Tidak boleh memakai perhiasan.
3) Jangan memakai perhiasan yang di larang, Seperti wewangian yang mengandung
Alkohol,Khusus laki-laki tidak boleh memakai Emas dan Sutra.
4) Jangan berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliah, Yaitu mengunakan perhiasan
untuk menimbulkan Fitnah.
5) Anjuran untuk memotong kuku, memendekan kumis, menyisir rambut, dan merapikan
jenggot.
6) Jangan mencukur Botak sebagian kepada.
7) Di perbolehkan memakai pakaian Sutra bagi kaum wanita.
8) Jangan membuat Tato, mencukur kumis dan merenggangkan Gigi.
9) Larangan menjulurkan pakaian.
10) Larangan berhias diri dengan mengubah wujud aslinya seperti mengeriting rambut dan
muncukur alis mata secara Permanen.

34. Adab Majlis

Hendaknya memberi salam kepada orang-orang yang di dalam majlis di saat masuk dan
keluar dari majlis tersebut. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu telah meriwayatkan bahwasanya
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apabila salah seorang kamu sampai
di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk maka
duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula.
Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya. (HR. Abu Daud dan At-
Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).
Hendaknya duduk di tempat yang masih tersisa. Jabir bin Samurah telah menuturkan:
Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka masing-

45
masing kami duduk di tempat yang masih tersedia di majlis. (HR. Abu Daud dan dishahihkan
oleh Al-Albani).5

35. Adab Puasa


1) Menjaga lisan dan tidak mengerjakan perbuatan maksiat atau yang bertentangan dengan
syariat. Puasa tentu tidak sekedar menahan haus dan lapar. Lebih dari itu, puasa sebagai
media latihan untuk memperbaiki kualitas iman dan takwa. Maka dari itu, orang yang
tidak menjaga lisan dan perbuatannya, puasanya tidak bernilai apa-apa di sisi Allah
SWT.
2) Bila ada orang yang mengajak makan, katakanlah “Aku sedang puasa”. Dalam hadis
riwayat Muslim dijelaskan, “Apabila ada orang yang mengajakmu makan, katakanlah
aku sedang puasa”. Hal ini bertujuan untuk menahan diri agar tidak tergoda. Bila
dikhawatirkan timbul rasa ria di dalam hati ketika mengucapkan lafal ini, menurut
Izzuddin Ibn ‘Abdul Salam, boleh dicari alasan lain agar tidak tergoda.
3) Membaca do’a buka puasa. Dalam hadis terdapat berbagai macam redaksi do’a buka
puasa yang diajarkan Nabi.
4) Berbuka dengan kurma atau segelas Air sebelum mengerjakan shalat. Kesunnahan ini
merujuk pada kebiasan Rasulullah bahwa beliau berbuka dengan kurma atau segelas
Air sebelum mengerjakan shalat (HR: Ahmad).
5) Menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Rasulullah bersabda, “Sahurlah
karena di situ terdapat keberkahan” (HR Abu Dawud). Dalam hadits lain, Rasulullah
berkata, “Manusia akan dilimpahi kebaikan selama mereka masih menyegerakan
berbuka,” (HR Bukhari).

36. Adab terhadap Jenazah ( 1. terhadap jenazah, 2.memandikan jenazah, 3.


Mengkafani Jenazah, 4. Mensholatkan Jenazah 5. Menguburkan Jenazah )
1) Segera merawat jenazah dan mengebumikannya untuk meringankan beban keluarganya
dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka.

Abu Hurairah. Ra. di dalam haditsnya menyebutkan bahwasanya Rasulullah Saw telah
bersabda:

5
Panduan Kuliah Agama Islam hal 43

46
“Segeralah (di dalam mengurus) jenazah, sebab jika amal-amalnya shalih, maka
kebaikanlah yang kamu berikan kepadanya; dan jika sebaliknya, maka keburukan-lah yang
kamu lepaskan dari pundak kamu”.(Muttafaq alaih).

2) Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak merobek-robek baju.

Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda: “Bukan golongan kami
orang yang memukul-mukul pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan kepada
seruan jahiliyah”. (HR. Al-Bukhari).

3) Disunatkan mengantar janazah hingga dikubur.

Rasulullah Saw bersada: “Barangsiapa yang menghadiri janazah hingga


menshalatkannya, maka baginya (pahala) sebesar qirath; dan barangsiapa yang menghadirinya
hingga dikuburkan maka baginya dua qirath”. Nabi ditanya: “Apa yang disebut dua qirath itu?”.
Nabi menjawab: “Seperti dua gunung yang sangat besar”. (Muttafaq’alaih).

4) Memuji si mayit (janazah) dengan mengingat dan menyebut kebaikan-kebaikannya dan


tidak mencoba untuk menjelek-jelekkannya.

Rasulullah Saw bersabda:”Janganlah kamu mencaci-maki orang-orang yang telah mati,


karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka perbuat”. (HR. Al-Bukhari).

5) Memohonkan ampun untuk janazah setelah dikuburkan.

Ibnu Umar Ra. pernah berkata:

“Adalah Rasulullah Saw apabila selesai mengubur janazah, maka berdiri di atasnya dan
bersabda:”Mohonkan ampunan untuk saudaramu ini, dan mintakan kepada Allah agar ia diberi
keteguhan, karena dia sekarang akan ditanya”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani).

6) Disunnatkan berta`ziah kepada keluarga korban dan menyarankan mereka untuk tetap
sabar, dan mengatakan kepada mereka:

“Sesungguhnya milik Allah lah apa yang telah Dia ambil dan milik-Nya jualah apa yang
Dia berikan; dan segala sesuatu disisi-Nya sudah ditetapkan ajalnya. Maka hendaklah kamu
bersabar dan mengharap pahala."

7) Dilarang duduk di atas kubur karena seperti itu termasuk menghinakan kubur.

Dari hadits Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda,

47
Seandainya seseorang duduk di atas bara api sehingga membakar pakaiannya sampai
kulitnya, itu lebih baik baginya dibandingkan duduk di atas kubur.” (HR. Muslim, no. 1612).

37. Adab ziarah Kubur


1) Hendaknya mengingat tujuan utama berziarah
2) Tidak boleh melakukan safar untuk berziarah
3) Mengucapkan salam ketika masuk kompleks pekuburan

“ Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum mu’minin dan
muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-
orang yang belakangan, dan kami Insya Allah akan menyusul kalian, kami memohon kepada
Allah keselamatan bagi kami dan bagi kalian”[19]

4) Tidak memakai sandal ketika memasuki pekuburan


5) Tidak duduk di atas kuburan dan menginjaknya
6) Mendo’akan mayit jika dia seorang muslim
7) Boleh mengangkat tangan ketika mendo’akan mayit tetapi tidak boleh menghadap
kuburnya ketika mendo’akannya (yang dituntunkan adalah menghadap kiblat)
8) Tidak mengucapkan al hujr
9) Diperbolehkan menangis tetapi tidak boleh meratapi mayit

38. Adab menemukan Barang Temuan


1) Wajib bagi pihak penemu yang mengambilnya untuk mengetahui ciri-ciri barang
tersebut dan menjaganya di tempat yang aman sampai ditemukan pemiliknya.
2) Setelah mengetahui ciri-cirinya, ia wajib mengumumkannya selama setahun. Tempat
pengumuman bisa dilakukan di manapun seperti masjid, pasar atau tempat-tempat
ramai lainnya. Atau dapat juga dishare melalui media sosial.
3) Selanjutnya, bila ditemukan pemiliknya, ia wajib menyerahkan kepadanya. Namun,
bila setelah satu tahun diumumkan tidak kunjung ditemukan pemiliknya, pihak penemu
emas atau perak tersebut diperkenankan untuk memilih di antara dua opsi.
a. Pertama, memilikinya dengan shighat pengambilalihan hak milik seperti “Saya
memiliki emas/ perak ini.” Setelah diucapkan shighat, secara otomatis barang

48
tersebut menjadi hak penuh penemu. Ia boleh menggunakannya secara pribadi
atau disedekahkan.
b. Kedua, tetap menyimpannya sampai ditemukan pemiliknya. Opsi kedua ini bila
penemu barang tidak menghendaki untuk memiliki barang yang ia temukan.
Dalam teknik penyimpanan atau penjagaan, terdapat perbedaan di antara ulama.
Menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari dan Syekh Zakariyya Al-Anshari dalam
Syarh At-Tahrir, barang tersebut dijual dan uang penjualannya disimpan.
Sedangkan menurut Syekh Ibnu Qasim Al-Ubbadi, Syekh Khatib As-Syarbini,
dan Syekh Ibrahim Al-Baijuri, barang tersebut tidak dijual, namun disimpan
sebagaimana kondisi semula.

39. Adab mencari Nafkah dan Memberi Nafkah Halal Baik


1) Diniatkan Ikhlas Karena Allah SWT (Lillahi Ta’ala)
2) Bekerja Dengan Tekun Dan Sungguh-Sungguh (Itqon)

3) Mengutamakan Kejujuran Dan Amanah Dalam Bekerja


4) Memahami Dan Menerapkan Etika Sebagai Seorang Muslim
5) Tetap Memegang Teguh Prinsip-Prinsip Syariah
6) Menghindari Syubhat
7) Menjaga Ukhuwah Islamiyah

40. Adab Mengasuh Anak dan Adab Menyusui anak


1) Memberikan pendidikan anak dalam bahasan pendidikan agama, terutama ‘aqidah yang
akan menjadi pondasi ke-Islamannya.
2) Membiasakan agar mendidik anak-anak untuk berakhlak baik dan menasihatinya ketika
melakukan kesalahan.
3) Hendaknya mengajarkan adab dan etika kepada anak.
4) Hendaknya orangtua menyertakan anak-anak dalam beribadah seperti shalat, bukan
hanya sekedar memerintahkannya saja.

41. Adab ketika Kelahiran dan Aqiqah


1) Memperdengarkan suara adzan di telinga kanan bayi yang baru lahir

49
2) Memperdengarkan suara iqamah di telinga kirinya
3) Membacakan doa di kedua belah telinganya, misalnya membaca surah Al-Ikhlas
4) Mengoleskan langit-langit mulut sang bayi dengan kunyahan benda yang manis seperti
kurma, buah tamar atau pisang (disebut dengan istilah tahnik)
5) Tasmiyah atau memberi nama anak tersebut dengan nama-nama yang baik pada hari
ketujuh kelahirannya.
6) Mengadakan walimatul aqiqah atau jamuan dan doa tasyakuran atas kelahirannya pada
hari ke-7 kelahiran bayi.
7) Mencukur rambut sang anak tersebut selepas menyembelih hewan ‘aqiqah (kambing
atau domba) untuknya. Untuk anak laki-laki 2 ekor kambing dan untuk anak perempuan
1 ekor kambing
8) Memberi sedekah seberat rambut sang anak yang dicukur itu atau uang yang nilainya
seharga dengan perak.
9) Menyedekahkan daging aqiqah kepada fakir miskin.

42. Adab memberi Nama Anak

Dianjurkan untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini pada saat memberikan nama
kepada anak-anak:

1) Hendaknya mengetahui bahwa nama tersebut akan terus melekat bersamanya


sepanjang hidup, nama yang tidak pantas bisa jadi akan menyebabkannya merasa
sempit, sedih dan tidak merasa nyaman dengan kedua orang tuanya atau kepada orang
yang telah memberinya nama tersebut.
2) Pada saat melihat daftar nama untuk memilih salah satunya, penting untuk
mempertimbangkannya dari banyak sisi, maka hendaknya dilihat sisi nama tersebut,
penting juga difikiran kesesuaian nama tersebut pada saat masih anak-anak, remaja
bahkan sampai usia lanjut nantinya, termasuk kesesuaian nama tersebut jika ia
dipanggil dengan nama tersebut, juga sejauh mana keserasian dengan nama ayahnya
dan seterusnya.
3) Pemberian nama itu menjadi hak yang syar’i bagi seorang ayah; karena dialah yang
akan menjadi garis nasabnya, akan tetapi disunnahkan bagi seorang ayah untuk
melibatkan ibu untuk menentukan nama anaknya dan mengambil pendapatnya jika
pilihannya baik.

50
4) Wajib hukumnya untuk menyandarkan nasab seorang anak kepada ayahnya, meskipun
sudah meninggal dunia, dicerai dan lain sebagainya; meskipun ayahnya tidak ikut
membesarkannya atau belum pernah sama sekali melihatnya. Haram hukumnya
menisbatkan nasab anak kepada selain bapaknya, kecuali hanya pada satu kondisi yaitu;
jika anak tersebut buah dari hubungan badan di luar nikah –na’udzubillah-, maka pada
kondisi seperti ini anak dinisbatkan kepada ibunya dan tidak boleh dinisbatkan kepada
bapaknya.

43. Adab adab Suami , Istri

Adab Suami

1) Bergaul dengan baik.


2) Bertutur kata yang lembut.
3) Menunjukkan cinta kasih.
4) Bersikap lapang ketika sendiri.
5) Tidak terlalu mempersoalkan kesalahan istri.

Adab Istri

1) senantiasa merasa malu terhadap suami.


2) tidak banyak mendebat.
3) senantiasa taat atas perintahnya.
4) diam ketika suami sedang berbicara.
5) menjaga kehormatan suami ketika ia sedang pergi.

44. Adab Bersahabat


1) Memelihara lisan terhadapnya, memanggilnya dengan panggilan yang indah ( tidak
memanggil sebutan/julukan buruk ), tidak menyinggung persaannya, apalagi menyakiti
hatinya. ( QS. Al-Hujarat: 11 )
2) Menjaga kehormatan dan nama baiknya, denga tidak menggunjingnya atau
menyebarluaskan rahasianya. Memaafkan kekhilafannya, memaklumi kekurangannya,
berlapang dada dengan kesalahan yang dibuatnya.

51
3) Mendoakannya disaat bertemu dan berpisah, ucapkan selamat dalam berbagai
kesempatan memberikan pesan-pesan baik saat berpisah, saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran. 6

45. Adab terhadap Hewan , Tumbuhan ( makhluk Allah SWT )

Adab Terhadap Binatang.

Di antara adab-adab kepada hewan adalah :

1) Memberinya makan dan minum apabila hewan itu lapar dan haus, karena Rasulullah
Saw bersabda : “Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh
yang ada di langit” (HR. At-Tirmizi)
2) Menyayangi dan memberikan kasih sayang kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah
Saw ketika para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah. “Allah
melaknat orang yang menjadikan alam yang bernyawa sebagai sasaran." (HR. Bukhari
dan Muslim).
3) Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya, karena Rasulullah Saw
telah bersabda,: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas
segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam
pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam
penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan
hendaklah ia mempertajam mata pisaunya.” (HR. Muslim)
4) Tidak menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun, atau dengan membuatnya
kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu,
menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Saw. telah bersabda : “Seorang
perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari
itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan
tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia
membiarkannya memakan serangga di bumi.” (HR. Bukhari)
5) Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular,
kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena Rasulullah Saw telah bersabda: “Ada lima
macam hewan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu

6
KeistimewaanAkhlak Islam hal 55

52
ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas
dan rajawali.” (HR. Muslim). Juga ada hadits sahih yang membolehkan membunuh
kalajengking dan mengutuknya. Itulah beberapa adab atau etika yang selalu dipelihara
oleh seorang muslim terhadap hewan.

Adab Terhadap Tumbuhan.

Adapun beberapa adab terhadap tumbuhan adalah :

1) Tidak merusak dan menebang pohon sembarangan, Allah swt. Berfirman dalam QS. al-
َ ‫َو أال ِج َب َاْل َ أر‬
َ ‫ أ َ أخ َر َج ِم أن َها َما َءه‬. ‫ساهَا‬
Nazi’at: 31-32. ‫َاو َم أر َعاهَا‬

Artinya :“(31)Dialah yang memancarkan daripadanya mata airnya, dan


(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (32)dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh”. Dari ayat tersebut, lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan manusia
yaitu dengan menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak lingkungan hidup. Usaha-
usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian lingkungan.

2) Tidak buang hajat dibawah pohon berbuah,Rasulullah Saw bersabda yang berarti :
“Jangan buang air di lubang binatang, di jalan tempat orang lewat, di tempat berteduh,
di sumber air, di tempat pemandian, di bawah pohon yang sedang berbuah, atau di air
yang mengalir ke arah orang-orang yang sedang mandi atau mencuci." (HR. Muslim
dan Tirmidzi)
3) Membayar zakat hasil tanaman, dalam surat al-Baqarah ayat 267, Allah Swt berfirman,
ِ ‫طيِبَا ِت َما َك َس أبتُ أم َو ِم َّماأ َ أخ َرجأ نَالَ ُك أم ِمن أَاْل َ أر‬
‫ض‬ ِ ُ‫يَاأَيُّ َهاالَّذِينَآ َمنُواأ َ أن ِفق‬
َ ‫وام أن‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu“.
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui sahabat bacaan madani bahwa Allah Swt menyuruh
umatnya untuk menzakatkan hasil bumi yang dikelolanya, misalnya pertanian, perkebunan,
dan sebagainya dengan maksud, agar manusia saling berbagi terhadap sesamanya. Selain itu
zakat juga sangat bermanfaat untuk mensucikan harta kita. Dan Allah Swt tidak akan membuat
seseorang menjadi miskin jika mau mengeluarkan sebagian hartanya untuk sesamanya yang
kurang mampu.

46. Adab ketika Marah

53
Jika marah saat berdiri maka nabi akan duduk,jika marah saat duduk maka nabi akan
berbaring sehingga amarahnya hilang

47. Adab Siwak


1) Banyak bersiwak khususnya ketika hendak shalat.
2) Bersiwak dengan tangan kiri.
3) Memulai bersiwak dari se belah kanan.
4) Bersiwak dengan gerakan vertikal dan horisontal.
5) Memberikan batang siwak kepada yang lebih tua.

48. Adab terhadap Ulama


1) Mencintai mereka, memintakan ampunan dan rahmat untuk mereka, dan mengetahui
keutamaan mereka, karena mereka termasuk orang-orang yang disebutkan dalam Al
Qur’an,
2) Tidak menyebut mereka kecuali yang baik, tidak mencela pernyataan dan pendapat
mereka, dan mengetahui bahwa mereka adalah mujtahid yang ikhlas, sehingga ia
memiliki adab terhadap mereka.
3) Menganggap bahwa kitab-kitab fiqih seperti yang disusun oleh imam madzhab yang
empat; yaitu Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Abu Hanifah serta pandangan mereka dalam
masalah agama, fiqih, dan syariat merupakan hasil pemahaman mereka terhadap
kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, atau hasil
istinbath (penggalian hukum) dari keduanya, atau merupakan qiyas dengan keduanya
ketika mereka tidak menemukan nashnya, atau merupakan isyarat dari keduanya.
4) Menganggap bahwa berpegang dengan salah satu kitab fiqih yang mereka susun tentang
masalah fiqih dan agama adalah boleh, dan bahwa mengamalkannya merupakan bentuk
pengamalan terhadap syariat Allah Azza wa Jalla selama tidak bertentang dengan nash
yang tegas dalam Al Qur’an maupun As Sunnah.
5) Menganggap bahwa mereka (para ulama) adalah manusia yang bisa benar dan bisa
salah. Mungkin dalam suatu masalah di antara mereka ada yang keliru, namun tanpa
kesengajaan, akan tetapi karena kelalaian atau lupa, atau karena pengetahuannya yang
terbatas. Oleh karena itu, seorang muslim tidak ta’ashshub (fanatik) kepada pendapat
salah seorang di antara mereka dan meninggalkan pendapat yang lain, bahkan ia

54
mengambil pendapat siapa saja di antara mereka –apalagi yang lebih kuat alasannya-.
Ia juga tidak menolak pendapat mereka kecuali karena ada dalil dari Al Qur’an maupun
As Sunnah.
6) Memaafkan mereka dalam hal yang mereka perselisihkan dalam masalah furu’ (karena
dalam masalah akidah, mereka sama), dan memandang bahwa perbedaan di antara
mereka bukanlah karena kejahilan mereka dan bukan pula karena sikap ta’ashshub
dengan pendapat mereka, bahkan perbedaan itu bisa disebabkan karena belum sampai
hadits kepadanya, memandang bahwa hadits tersebut telah dimansukh, atau karena ada
hadits lain yang sampai kepadanya yang ia rajihkan, atau ia memahami berbeda dengan
yang dipahami ulama lain, karena termasuk hal yang bisa diterima adalah terjadinya
perbedaan dalam memahami kandungan lafaz.7

49. Adab terhadap Pemimpin ( Ulil Amri )

Rasulullah SAW. Bersabda: Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW. Telah bersabda,
Barang siapa yang taat kepad Ku berarti taat kepada Allah, dan siapa yang taat pada pimpinan
berarti taat kepadaKu dan siapa yang maksiat kepada peminpin berarti maksiat kepadaKu. (
H.R. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis diatas kita dapat mengambil hikmahnya bahwasanya adab terhadap
pemimpin adalah menghormatinya.8

50. Adab Sakit dan Berobat

Mengharap pahala dari Allah dari musibah (penyakit) yang dideritanya, karena dengan
demikian ia pasti diberi pahala. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Apa saja
yang menimpa seorang mu’min baik berupa kesedihan, kesusahan, keletihan dan penyakit,
hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah meninggikan karenanya satu derajat baginya
dan mengampuni kesalahannya karenanya”. (Muttafaq’alaih).

7
ShahihAdabulMufrad hal 112
8
Khadijah, hal. 62.

55
Berserah diri dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berkeyakinan bahwa
kesembuhan itu dari Allah, dengan tidak melupakan usaha- usaha syar`i untuk kesembuhan-
nya, seperti berobat dari penyakitnya.

51. Adab Salam

Disunnatkan keras ketika memberi salam dan demikian pula menjawabnya, kecuali jika
di sekitarnya ada orang-orang yang sedang tidur. Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad
disebutkan di antaranya: "dan kami pun memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang
dapat bagian minum dari kami, dan kami sediakan bagian untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam Miqdad berkata: Maka Nabi pun datang di malam hari dan memberikan salam yang
tidak membangunkan orang yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang
bangun".(HR. Muslim).9

52. Adab adab Terhadap Baginda Rasulullah Muhammad SAW.


1) Menaati, menapaki jejak dan mengikuti petunjuk serta mengikuti dan meneladani
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
2) Mendahulukan kecintaan pada beliau serta menghormati dan mengagungkannya,
3) Bershalawat ketika menyebut dan atau mendengar beliau disebut,
4) Waspada dari sikap menyelisihi dan mendurhakai beliau,
5) Tidak mendahulukan perkataan manusia manapun dari perkataan dan pendapat beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
6) Mengimani kenabian dan kerasulan beliau serta membenarkan setiap apa yang beliau
kabarkan,
7) Menghindari sikap ghuluw terhadap beliau, yakni tidak menempatkan beliau pada
posisi menuhankan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
8) Tidak memberikan dan menisbatkan kekhususan Allah kepada beliau dengan tidak
bersumpah atas nama beliau dan tidak bertawakkal kepada beliau,
9) Loyal dan cinta pada mereka yang cinta dan loyal pada beliay serta memusuhi dan
belepas diri dari orang yang memusuhi dan membenci beliau,
10) Menolong sunnah dan melindungi kesucian syariat yang beliau bawa,

9
Maraqi Al-Ubudiyah hal 65

56
11) Menghidupkan sunnahnya dan menampakkan syariatnya serta dan meneruskan da’wah
beliau serta menunaikan wasiatnya.10

10
Adabul Mufrad hal 87

57
PENUTUP

Kesimpulan

1. Adab ialah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia atau hinanya seseorang,
terhormat atau tercelanya nilai seseorang.
2. Adab terhadap orang tua adalah taat kepada kedua orang tua dalam semua perintah dan
larangan keduanya, selama di dalamnya tidak terdapat kemaksiatan kepada Allah, dan
pelanggaran terhadap syariat-Nya, karena manusia tidak berkewajibab taak kepada
manusia sesamanya dalam bermaksiat kepada Allah, Hormat dan menghargai kepada
keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya dengan perkataan dan
perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di atas suara
keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri dan anak atas
keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya namun memanggil keduanya
dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak berpergian kecuali dengan izin dan kerelaan
keduanya.
3. Adab terhadap guru adalah Jangan mencari guru sembarangan, Ikhlas sebelum
melangkah, Mengagungkan guru, Akuilah keutamaan gurumu, Doakan kebaikan,
Rendah diri kepada guru, Mencontoh akhlaknya, Membela kehormatan guru, Jangan
berlebihan kepada guru, dan Bila guru bersalah
4. Adab terhadap tetangga : berbuat baik (ihsan) kepada mereka. sabar menghadapi
gangguan tetangga, menjaga dan memelihara tetangga, dan tidak mengganggu
tetangga.
5. Adab terhadap tamu adalah Ketika mengundang seseorang, hendaknya mengundang
orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam
dosa), Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang
orang miskin, Tidak mengundang seorang yang diketahui akan memberatkannya kalau
diundang. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu sebagaimana
hadits yang Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan
semampunya saja. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan
berbangga-bangga, Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk
memberikan kegembiraan kepada sesama muslim.

58
6. Adab terhadap sesama adalah Mencintai Karena Allah, Menampakkan Senyum,
Bersikap Lembut dan Kasih Sayang Kepada Sesama Saudara Seiman , Disunnahkan
Memberi Nasihat Dan Hal Itu Termasuk Kesempurnaan Persaudaraan, Saling Tolong
Menolong antar Sesama, Sesama Saudara semestinya saling Merendahkan diri diantara
mereka dan tidak sombong atau meremehkan yang Lain, Berakhlak yang Terpuji,
Berbaik Sangka.

DAFTAR PUSTAKA

59
Zulian Alfarizi,Muhammad. 2012. Mendidik Karakter Buah Hati Dengan Akhlak Nabi.
Jakarta : PT.Laksana

Irsyad,Muhammad. 2019. Alangkah Bijaknya Nabi Mendidik Anak. Yogyakarta :


Semesta Hikmah

Mas Ridha,Muhyidin. 2019. Adabul Mufrad. Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar

Syekh Nawawi Al-Bantani. 2019. Maraqi Al-Ubudiyah. Jakarta : Wali Pustaka

Syekh Nashiruddin Al-Albani. 2019. Shahih Adabul Mufrad. Jakarta : Pustaka Ash
Shahihah

DR.Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari. 2006. Keistimewaan Akhlak Islam.


Bandung: Pustaka Setia

Drs.KH.Ahmad Dimyathi Badruzzaman,M.A.2004.Panduan Kuliah Agama Islam.


Bandung: Sinar Baru

60
61

Anda mungkin juga menyukai