PROTEKSI PENYULANG
V-1
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mutu adalah sekumpulan atribut yang
memberikan kepuasan pada pelanggan. Apabila ditinjau secara etimologi, maka penentuan
TMP penyulang ini harus dilihat dari sisi pelanggan sebagai pengguna tenaga listrik.
Mutu pelayanan antara lain tergantung lamanya pemadaman dan kerapnya pemadaman
yang terjadi. Untuk dapat memenuhi mutu pelayanan tersebut, maka diperlukan data atau
laporan tentang sebab-sebab pemadaman (trip) pada penyulang.
V-2
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Adapun tujuan dari laporan gangguan adalah sebagai pegangan dalam menilai penampilan
dari sistem ditribusi sebagai tolak ukur terhadap kemajuan yang telah dicapai dan untuk
menentukan proyeksi yang akan dicapai PLN. Dari pengalaman menunjukan bahwa
kebanyakan pemadaman yang terjadi pada sistem distribusi sebagai akibat gangguan yang
disebabkan oleh alam sendiri, seperti petir, angin, hujan, dan hewan-hewan. Pemadaman
lainnya disebabkan oleh kerusakan materialnya, kegagalan peralatan, kesalahan manusia
sendiri.
Berdasarkan keputusan direksi PT. PLN (Persero), pada tanggal 25 Juni 2002 yang
diterbitkan oleh Dirjen. LPE Direksi PT. PLN (Persero) No. 081. K/010/DIR/2002, tentang
penetapan TMP diunit-unit PT. PLN (Persero) sesuai indikator pelayanan, terdapat
beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam menentukan TMP PLN, yaitu :
Tegangan tinggi di titik pemakaian (kV)
Tegangan menengah dititik pemakaian (kV)
Tegangan rendah dititik pemakaian (Volt)
Frekwensi dititik pemakaian (Hz)
Lama gangguan per pelanggan (Jam/Bulan)
Jumlah gangguan per pelanggan (Kali/Bulan)
Kecepatan pelayanan sambungan baru TM (hari kerja)
Kecepatan pelayanan sambungan baru TR (hari kerja)
Kecepatan pelayanan perubahan daya TM (hari kerja)
Kecepatan pelayanan perubahan daya TR (hari kerja)
Kecepatan menanggapi pengaduan gangguan (Jam)
Masalah pembacaan kWH meter (Kali/Plggn/Trwlan)
Waktu koreksi kesalahan rekening (hari kerja)
Secara umum, penetapan indikator mutu pelayanan penyulang dimaksudkan agar unit
pelayanan PLN dapat menyampaikan kepada pelanggan (masyarakat) mengenai Tingkat
Mutu Pelayanan (TMP) yang dapat diberikan.
V-3
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
V-4
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan, maka ia harus bekerja maka dalam hal ini
pengaman tidak boleh gagal bekerja, karena pemadaman akan meluas. Disamping
pengaman tidak boleh bekerja.
Dalam hal yang harus dapat diandalkan bukan hanya pengamannya saja, tetapi juga
komponen-komponen perangkat proteksi itu, keadaan pengaman proteksi itu
ditentukan mulai dari rencana,pengerjaan, bahan yang digunakan dengan
perawatannya. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang dalam hal ini perlu adanya
pengujian secara periodik.
c. Cepat
Waktu kerja pengaman cepat, makin cepat pengaman bekerja, maka tidak hanya dapat
memperkecil kerusakan akibat gangguan tetapi juga dapat memperkecil
kemungkinan meluasnya gangguan.
Adakalanya demi terciptanya selektivitas, dikehendaki adanya penundaan waktu(time
delay). Tetapi secara keseluruhan tetap dikehendaki waktu kerja pengaman yang
cepat , jadi harus dapat memberikan selektivitas yang baik dengan waktu yang lebih
erat.
d. Sensitif
Pengaman dikatakan sensitif bila dapat bekerja dengan masukan dari besaran yang
dideteksi adalah kecil, jadi pengaman dapat bekerja pada awal kejadian gangguan.
balik sebanyak setting yang ditentukan sebelumnya, recloser akan langsung lock out
sehingga bagian yang dianggap masih ada gangguan akan terisolasi .
Cara Kerja Recloser
Recloser akan merasakan adanya arus gangguan, mengisolasi gangguan dan selanjutnya
secara otomatis meng-energize system kembali. Tetapi jika terjadi arus gangguan
permanen, maka recloser tersebut akan mengunci dalam keadaan open setelah melakukan
sejumlah operasi open – close.
Pengaturan Setting Recloser Dengan Kontrol Elektronik
Pengaturan program ini dapat dilakukan di kotak pengontrol recloser yang berada di tiang
recloser. Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur parameter – parameter yang telah
tersedia dalam program. Adapun perameternya adalah:[1]
Time current curve (TCC) dengan pilihan kurva yang tersedia yaitu 41
macam timing kurva.
Waktu trip constant, dapat dipilih dari 0,5 sampai 120 detik dengan
penambahan 0,1 detik.
Jumlah operasi lock out, yaitu 1,2,3,dan 4.
Waktu interval penutupan kembali 0,6 sampai 1000 detik.
Waktu reset interval setelah berhasil menutup kembali yaitu 3 sampai 180
detik.
b. Fuse Cut Out (FCO)
Fungsi umum dari fuse dalam suatu rangkaian listrik adalah setiap saat menjaga atau
mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang tersambung padanya
dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya [1].
Kesempurnaan kerja pelebur tidak hanya tergantung dari ketelitian pembuatnya, tetapi
juga pada ketepatan penggunaanya dan perhatian atau perawatan yang diberikan padanya
setelah pemasangannya. Jika pelebur tidak secara tepat digunakan dan dipelihara, dapat
menimbulkan kerusakan yang berarti pada peralatan yang mahal.
Hendaknya peraturan keselamatan kerja selalu diikuti setiap saat memanipulasi atau
memelihara pelebur yang berada dekat dengan perlengkapan dan kawat yang
bertegangan. Pengaman ini banyak digunakan pada jaringan distribusi 20 kV, karena
V-7
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
V-8
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Pemasangan pelebur
Pelebur harus dipasang sesuai dengan petunjuk pembuatnya. Bagi pelebur yang berkutub
ganda (tiga fasa), bila jarak kutub tidak terlalu tertentu karena konstruksinya, maka jarak
antar kutub tidak boleh dipasang kurang dari ketentuan pembuatnya. Perlu diperhatikan
bahwa bila pelebur terkena sinar matahari yang terik, penampilan mungkin terpengaruh
karenanya. Bila terdapat pengaruh lingkungan yang khusus, jarak bebas yang aman perlu
diatur sesuai pembuatnya.
Pemilihan arus pengenal anak pelebur
Arus pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan parameter- parameter sebagai
berikut:
Arus normal dan kemungkinan beban lebih dari rangkian (sirkit) termasuk
gejala harmonis.
Gajala transien di rangkaian karena pengaruh pemutusan atau penghubung
peralatan seperti trasformator, motor atau kapasitor.
Koordinasi dengan alat pengaman yang lain bila ada.
Arus pengenal pelebur biasanya lebih besar daripada arus beban nominal. Rekomendasi
pemeliharaanya biasnya diberikan oleh pembuatnya.
Arus pengenal ditentukan berdasarkan kenaikan suhu anak pelebur yang diuji di udara
terbuka atau dalam minyak. Bila pelebur digunakan/dipasang dalam selungkup, maka
arus pengenalnya harus diturunkan nilainya agar tetap sesuai dengan kebutuhan kenaikan
suhunya, dan karena anak pelebur dapat mempunyai arus pengenal yang berlainan
tergantung selungkupnya.
Anak pelebur yang dibebani arus melebihi kemampuan arus terus menerusnya terutama
apbila beban lebih yang terjadi berulang kali, dapat menyebabkan kerusakan/penuaan
yang dapat merusak karakteristik waktu arusnya.
V-9
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Untuk pelebur jenis pembatas arus, bila arus lebih ini nilainya kurang dari arus pemutus
minimumnya, dan menyebabkan elemen peleburnya meleleh, maka kemungkinan anak
pelebur meleleh, maka kemungkinan anak pelebur tersebut gagal memutus arus tersebut.
kelas 1 : Pelebur ini biasanya digunakan untuk mengamankan bangku (bank) trasformator
besar, trafo tegangan dan bangku kapasitor untuk perbaikan faktor daya pada
sistem yang penting.
Pelebur ini dapat pula dipasang dalam gedung bila dilengkapi peralatan yang
dapat mengurangi gas-gas yang dikeluarkannya.
Kelas 2 : Pelebur ini digunakan untuk mengamankan trasformator- trasformator kecil dan
bank kapasitor untuk perbaikan faktor daya yang kecil, atau untuk
mengamankan saluran cabang dari saluran udara pada sistem distribusi.
Bila pelebur dipasang didekat bangku trasformator besar, kemungkinan nilai frekuensi
alami dan faktor amplitudonya terlampaui. Untuk itu sebaiknya diminta petunjuk dari
pembuatnya.
V-10
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu 24 kV untuk
sistem 20 kV).
Bila digunakan dalam sistem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus paling
sedikit sama dengan 115% dari tegangan saluran fasa tunggal yang
tertinggi(yaitu 15 kV untuk sistem 20 kV).
Bila digunakan pada sistem fasa tiga yang tidak ditanahkan maka kemungkinan
terjadi gangguan fasa tanah ganda dengan satu gangguan pada sisi suplai dan
satu gangguan yang lain pda sisi beban dari pelebur fasa yang berlainan harus
diperhitungkan.
Pemilihan tegangan pengenal anak pelebur jenis letupan
Tegangan pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan hal – hal berikut:
Bila digunakan pada sistem fasa tiga maka, besarnya tegangan pengenal anak
pelebur harus paling sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu
24 kV untuk sistem 20 kV)
Bila digunakan pada sistem fasa tunggal, maka besarnya tegangan pengenal anak
pelebur harus paling sedikit sama dengan tegangan saluran fasa tunggal yang
tertinggi (yaitu 15 kV untuk sistem 20 kV).
V-12
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Kemampuan hantar arus terus menerus dari pelebur jenis letupan tipe T (lambat) dan K
(cepat) adalah sebagai berikut:
1,5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6,3 sampai
dengn 100A.
1,3 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 125A sampai
160 A.
Sama dengan nilai arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal
200 A
Kemampun hantar arus terus menerus dari pelebur jenis letupan tipe H
(tahan surja kilat ) adalah sama dengan nilai arus pengenalnya.
Kemampuan hantar arus terus menerus dari pelebur jenis pembatas arus
adalah sama dengan nilai arus pengenalnya.
Kemampian hantar arus terus menerus dari pelebur, harus sama atau
Lebih besar dari arus beban terus menerus maksimum (maximum continous
load current) yang akan melewatinya.
Arus beban terus menerus maksimum harus lebih kecil dari kuat hantar arus
(KHA) dari penghantar.
c. Relai Arus Lebih (OCR)
Relai arus lebih (Over Current Relay) adalah relai yang berfungsi untuk
mengamankan atau memproteksi peralatan listrik terhadap adanya arus lebih yang
disebabkan gangguan hubung singkat atau beban lebih.
Hampir seluruh peralatan listrik menggunakan relai ini sebagai pengaman peralatan
tersebut, hanya yang membedakan adalah fungsi dari relai tersebut.
Yang dimaksud fungsi disini adalah :
Berfungsi sebagai pengaman utama (primary protection)
Berfungsi sebagai pengaman cadangan (back-up protection)
Kuntungan pengamanan relai arus lebih
Pengamanan dengan menggunakan relai arus lebih, mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain :
V-13
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
a. Dapat mengamankan arus lebih yang terjadi karena hubung singkat atau beban
lebih.
b. Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan juga merupakan pengaman
cadangan.
c. Penyetelannya mudah untuk jaringan radial.
d. Harganya relatif murah
Kerugian pengamanan relai arus lebih
Selain keuntungsn yang didapat, pengamanan menggunakan relai arus lebih juga
menimbulkan beberapa kerugian, yaitu :
a. Untuk jaringan dengan sirkit ganda, tanpa dilengkapi relai arah tidak dapat
selektif.
b. Untuk jaringan yang interkoneksi, tidak dapat berfungsi sebagai pengaman
utama, karena sukar untuk dapat selektif bila tidak dilengkapi relai arah.
V-14
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
- Kapasitas pembangkitan bervariasi cukup besar sehingga besar arus gangguan pada
kondisi itu berbeda cukup besar.
Pada relai ini, waktu kerja relai semakin besar pada seksi saluran yang makin dekat
ke sumber, sedangkan arus gangguan di tempat itu justru semakin besar dan hal ini dapat
membahayakan peralatan atau sistem yang diproteksi. Oleh karena itu, relai ini tidak sesuai
untuk sistem-sistem dengan kondisi :
- Saluran dibagi atas banyak seksi
- Arus gangguan besar
Selain itu, relai ini kurang sesuai untuk dikoordinasikan dengan pengaman lebur
yang biasa digunakan sebagai proteksi terhadap beban lebih.
V-16
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
REL 20 KV
PENYULANG
R S T PMT CT
SUTM/SKTM
Ib
1S 2S
1 1
1S 2S
Ir 1 1
1S 2S
1 1
CURRENT
TEST
TRIP T
+
- BLOCK
COIL C
SUMBE
R
TEGAN
GAN
110V - +
DC
Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus (Ib) akan naik dan menyebabkan arus (Ir)
naik pula, apabila arus (Ir) naik melebihi suatu harga yang telah ditetapkan (diatas
penyetelan), maka relai akan bekerja dan memberikan perintah trip pada tripping coil
untuk bekerja dan membuka PMT, sehingga SUTM / SKTM yang terganggu
dipisahkan dari jaringan.
V-17
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
tahanan gangguan, sehingga arus gangguannya dibatasi dengan adanya tahanan gangguan
dan menyebabkan arus gangguannya menjadi semakin kecil. Dengan demikian, relai
gangguan antar fasa tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu, harus dipasang relai gangguan
tanah / relai hubung tanah (GFR).
Supaya relai gangguan tanah ini dapat peka maka penyetelannya harus sekecil
mungkin. Tetapi kita ketahui bahwa pada saat terjadinya gangguan satu fasa ke tanah, pada
penyulang yang tidak terganggu akan mengalir arus kapasitansi ke tanah yang tergantung
pada panjang serta jenis jaringannya.
Arus kapasitansi inilah yang membatasi penyetelan relai gangguan tanah, terutama
pada pengaman yang hanya menggunakan relai arus lebih saja, yaitu pada sistem
pentanahan tahanan rendah saja. Sedangkan untuk pengamanan gangguan tanah yang
menggunakan relai arus lebih berarah, yaitu sistem distribusi dengan pentanahan tahanan
tinggi atau yang tidak ditanahkan. Relai arah ini telah membuat selektif sehingga tidak
perlu dipertimbangkan adanya arus kapasitansi ke tanah dari penyulang yang tidak
terganggu.
Untuk sistem yang diketanahkan langsung, karena arus gangguannya besar, maka
penyetelan relai gangguan tanah pada dasarnya sama dengan relai untuk gangguan antar
fasa, tetapi tahanan ganguan diperhitungkan dengan demikian penyetelannya harus kecil.
Prinsip kerja relai gangguan tanah berhubungan dengan gangguan hubung singkat
satu fasa ke tanah yang sangat tergantung pada jenis pentanahannya.
REL 20 KV
CT PENYULANG
R S T PMT
SUTM/SKTM
Ib
1S1 2S1
1S1 2S1
Ir
1S1 2S1
CURRENT TEST
+ BLOCK
TRIP COIL TC -
- + Relay
SUMBER Hubung tanah
TEGANGAN
110V DC Relay Arus
Lebih
V-20
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Impedansi urutan negatif ( Z2 ), yaitu impedansi yang hanya dirasakan oleh arus
urutan negatif.
Impedansi urutan nol ( Z0 ), yaitu impedansi yang hanya dirasakan oleh arus urutan
nol.
Sebelum melakukan perhitungan arus hubung singkat, maka kita harus memulai
perhitungan pada rel daya tegangan primer di gardu induk untuk berbagai jenis gangguan,
kemudian menghitung pada titik – titik lainnya yang letaknya semakin jauh dari gardu
induk tersebut. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai dasar impedansi urutan rel
daya tegangan tinggi atau bisa juga disebut sebagai impedansi sumber, impedansi
transformator, dan impedansi penyulang.
Sumber
Incoming Outgoing
Xt Impedansi Penyulang
Xs
a) Impedansi sumber
Untuk menghitung impedansi sumber di sisi bus 20 kV, maka harus dihitung dulu
impedansi sumber di bus 150 kV. Impedansi sumber di bus 150 kV diperoleh dengan
rumus :
kV 2
Xstegtinggi …………………………………………(6.3)
MVA
Dimana :
Xs = Impedansi sumber (ohm)
V-21
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Arus gangguan hubung singkat di sisi 20 kV diperoleh dengan cara mengkonversikan dulu
impedansi sumber di bus 150 kV ke sisi 20 kV. Untuk mengkonversikan Impedansi yang
terletak di sisi 150 kV ke sisi 20 kV, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
XS sisi 150 KV XS sisi 20 KV
150 KV 20 KV 20 KV
kVTM 2
XssisiTM xXssisiTT ……………...……....................(6.4)
kVTT 2
b) Impedansi transformator
Pada perhitungan impedansi suatu transformator yang diambil adalah harga reaktansinya,
sedangkan tahanannya diabaikan karena harganya kecil.
Untuk mencari nilai reaktansi trafo dalam Ohm dihitung dengan cara sebagai berikut
Langkah petama mencari nilai ohm pada 100% untuk trafo pada 20 kV, yaitu dengan
menggunakan rumus :
kV 2
Xt pada100% ………………………..........……...............(6.5)
MVA
Dimana :
Xt = Impedansi trafo tenaga (ohm)
kV2 = Tegangan sisi sekunder trafo tenaga (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
Lalu tahap selanjutnya yaitu mencari nilai reaktansi tenaganya :
Untuk menghitung reaktansi urutan positip dan negatip (Xt1 = Xt2) dihitung dengan
menggunakan rumus :
Xt = % yang diketahui x Xt pada100%
V-22
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Sebelum menghitung reaktansi urutan nol (Xt0) terlebih dahulu harus diketahui data
trafo tenaga itu sendiri yaitu data dari kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo :
Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Y dimana kapasitas belitan delta
sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt0 = Xt1
Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)
biasanya adalah sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak
dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan), maka nilai Xt0 = 3x Xt1.
Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YY dan tidak mempunyai belitan delta
di dalamnya, maka untuk menghitung besarnya
Xt0 berkisar antara 9 s/d 14 x Xt1 .................................................(6.6)
c) Impedansi penyulang
Untuk perhitungan impedansi penyulang, perhitungannya tergantung dari besarnya
impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung, dimana besar nilainya tergantung
pada jenis penghantarnya, yaitu dari bahan apa penghantar tersebut dibuat dan juga
tergantung dari besar kecilnya penampang dan panjang penghantarnya.
Disamping itu penghantar juga dipengaruhi perubahan temperatur dan konfigurasi dari
penyulang juga sangat mempengaruhi besarnya impedansi penyulang tersebut. Contoh
besarnya nilai impedansi suatu penyulang : Z = (R + jX)
Sehingga untuk impedansi penyulang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
Urutan positif dan urutan negatif
Z1 = Z2 = % panjang x panjang penyulang (km) x Z1 / Z2 (ohm)…...…(6.7)
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
Urutan nol
Zo = % panjang x panjang penyulang (km) x Zo (ohm)……………...…(6.8)
Dimana :
Zo = Impedansi urutan nol (ohm)
V-23
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
formula yang digunakan untuk perhitungan arus hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dan
satu fasa ketanah berbeda.
V ph
I 3 fasa …………………………………………………....(6.12)
Z1eq
Dimana :
I 3fasa = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
20.000
Vph = Tegangan fasa - netral sistem 20kV (V)
3
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (ohm)
V …………………………………………………………........(6.13)
I
Z
Sehingga arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
V p h p h
I 2 fa sa ……………………………………….....(6.14)
Z1eq Z 2 eq
V-25
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
V ph ph
I 2 fasa …………………………………………..…(6.15)
2 xZ1eq
Dimana :
I2fasa = Arus gangguan hubung singkat dua fasa (A)
Vph-ph = Tegangan fasa - fasa sistem 20 kV = 20.000 (V)
Z1eq = Impedansi urutan positip (ohm)
V
I ………………………………………………………...……(6.16)
Z
Sehingga arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
3 xV p h
I1 fa sa …………………………..………(6.17)
Z1eq Z 2 eq Z 0 eq
3 xV p h
I1 fa sa …………………………………..…...(6.18)
2 xZ1 eq Z 0 eq
Dimana :
I1fasa = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)
20.000
Vph = Tegangan fasa - netral sistem 20 kV (V)
3
Z1eq = Impedansi urutan positip (ohm)
V-26
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
V-27
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.21)
Ifault
1
Iset
Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :
Ifault 0, 02
tx 1
Iset
Tms = .....................................................(6.22)
0,14
V-28
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.26)
Ifault
1
Iset
Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :
Ifault 0, 02
tx 1
Iset
Tms = .....................................................(6.27)
0,14
Perlu diketahui bahwa waktu kerja relai arus lebih di incoming trafo 20 kV harus
dibuat lebih lambat 0,4 detik dari waktu kerja relai di penyulang 20 kV (dari relai sisi
hilirnya).
6.5.2 Menghitung Setelan Relai Gangguan Tanah (GFR)
Untuk menentukan nilai setelan arus gangguan tanah, digunakan hasil perhitungan
arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah yang sebelumnya sudah dicari.
a. Menghitung nilai setelan relai penyulang 20 kV
Setelan arus :
I set (primer) = 10% x Arus gangguan tanah terkecil ..................(6.28)
1
I set (sekunder) = I set (primer) x ...............................(6.29)
RatioCT
Setelan waktu (Tms) :
Setelan waktu kerja relai (t)
Setelan waktu kerja relai dihitung dengan menggunakan rumus :
0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.30)
Ifault
1
Iset
Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :
V-29
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Ifault 0 , 02
tx 1
Iset
Tms = .....................................................(6.31)
0,14
b. Menghitung nilai setelan incoming 20 kV tenaga
Setelan arus :
I set (primer) = 8% x Arus gangguan tanah terkecil ....................(6.32)
1
I set (sekunder) = I set (primer) x ...............................(6.33)
RatioCT
Pada setelan arus untuk relai gangguan tanah menggunakan arus yang terkecil. Hal
ini dimaksudkan agar sistem pengamanan gangguan tanah mempunyai pengaman
cadangan.
V-30
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Koordinasi Proteksi
koordinasi OCR-Recloser/PBO
Koordinasi proteksi merupakan penggabungan antar pengaman yang terbagi menjadi
pengaman utama dan pengaman cadangan dimana pengkoordinasian ini bertujuan untuk
memperkecil wilayah pemadaman akibat gangguan, dan sebagai aplikasi dalam mencapai
keandalan yang maksimal.
Pengaman dengan menggunakan PBO (Penutup Balik Otomatis) bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan sistem distribusi. Dalam hal ini bila terjadi gangguan yang
sifatnya temporer, maka penutup balik ini akan memutuskan jaringan yang terkena
gangguan sementara hingga gangguan hilang. Tetapi bila gangguan bersifat permanen,
maka penutup balik ini tidak berhasil menghilangkan gangguan dan akan mengunci.
OCR PBO
V-32
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
Setelan arus
Untuk setelan arus dari Recloser dihitung berdasarkan panjang dari recloser ke sisi hilir
atau beban. Penyulang A mempunyai arus beban maksimum sebesar X Amp dan ratio CT
sebesar ……/5.
Nilai setelan reclosernya adalah sebagai berikut:
Iset(pri) = 1,05 x Ibeban nmaximum
Setelan instantaneous
I hs 3 Ø ……
I hs 2 Ø ………..
I>> = I hs 2Ø min < Iset 1 < I hs 3Ø min
Iset1……………
I>> = Iset2 < Kemampuan Hantar Arus (KHA=………..)
I set yang diambil ……… A
Iset2 = ......... A
Iset1<Iset2 Iset1 = Iset
Iset2<Iset1 Iset2 = Iset
V-33
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
dari persamaan diatas yang sesuai yaitu poin dua dimana Iset2 lebih lebih kecil dari Iset1,
maka ;
I >> = ............. A
I >>sek = ............
I>> = ....... /............
t >> = 0,04 detik = .... x In
Nilai setelan Recloser gangguan 1fasa ke tanah pada penyulang adalah sebagai berikut:
Iset (primer) = 10 % x I fault 1 fasa terkecil
1
Iset(sek) = Iset(pri) x
RatioCT
V-34
BAB V
PROTEKSI PENYULANG
5,000.00
hubung singkat
a 4,500.00 3 fasa
r 4,000.00
hubung singkat
u
2 fasa
s 3,500.00
hubung singkat
3,000.00 1 fasa
g
a 2,500.00
n
2,000.00
g
g 1,500.00
u
1,000.00
a
n 500.00
0.00
0 3 5 8 10 13 15 18 20 23 25 28 30 33 35 38 40 43 45
panjang penyulang (Km)
Gambar 6.8 Kurva I hs 1fasa, 2 fasa, 3 fasa dari recloser ke hilir
V-35