Anda di halaman 1dari 35

BAB V

PROTEKSI PENYULANG

TUJUAN PEMEBELAJARAN UMUM ( TPU)


Memahami tentang proteksi penyulang pada jaringan distribusi tenaga listrik

TUJUAN PEMEBELAJARAN KHUSUS ( TPK)


 Menjelaskan tentang Penyulang Ditribusi Tenaga Listrik
 Menjelaskan tentang penyebab gangguan Pada Sistem Distribusi Tegangan
Menengah
 Menjelaskan tentang perhitungan hubung singkat satu fasa
 Menjelaskan tentang perhitungan hubung singkat dua fasa
 Menjelaskan tentang perhitungan hubung singkat tiga fasa
 Menjelaskan tentang setting relai proteksi
 Menjelaskan tentang setting recloser/Penutup Balik Otomatis ( PBO)

6.1 Penyulang Ditribusi Tenaga Listrik


Pada sistem distribusi 20 kV pasokan daya listrik didapat dari penyaluran150 kV atau 70
kV melalui trafo tenaga yang terpasang di gardu induk. Dan besarnya kapasitas trafo
bervariasi antara 5,10, 20, 30,sampai 60 MVA. Dan keluaran trafo dihubungkan ke bus 20
kV pada gardu induk yang kemudian didistribusikan ke masing – masing penyulang 20 kV
ke konsumen-konsumen dengan menggunakan saluran udara tegangan menengah (SUTM),
Atau saluran kabel tegangan menengah (SKTM).Dan biasanya di indonesia pemakaian
saluran udara tegangan menegah lebih dominan oleh sebab itu sering terjadi gangguan
hubung singkat baik itu gangguan antar fasa atau ganguan fasa dengan tanah. Ketika terjadi
gangguan, sistem proteksi dapat mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar, dan dapat
bekerja melokalisasi gangguan tersebut.
Penyulang distibusi 20 kV PLN diamankan dari gangguan arus hubung singkat dengan
menggunakan over current relay (OCR),sedangkan ganguan hubung singkat satu fasa
ketanah diamankan dengan menggunakan relai arus lebih gangguan tanah (GFR).

V-1
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Di jaringan SUTM adakalanya di pasang Recloser,LBS,sectionalizer yang berfungsi


sebagai alat proteksi dan penutup balik bila terjadi tripping akibat gangguan arus hubung
singkat yang bersifat temporer disisi hilir, dan fuse biasanya di pasang sebagai alat proteksi
pada percabangan saja.

Tingkat Mutu Pelayanan (TMP)


Sesuai dengan pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN tidak saja berusaha
memenuhi permintaan daya yang meningkat, akan tetapi PLN memperbaiki TMP. Sejalan
dengan itu, perlu dikembangkan suatu cara penilaian terhadap TMP atau diperlukan
penentuan TMP.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mutu adalah sekumpulan atribut yang
memberikan kepuasan pada pelanggan. Apabila ditinjau secara etimologi, maka penentuan
TMP penyulang ini harus dilihat dari sisi pelanggan sebagai pengguna tenaga listrik.

Mutu pelayanan antara lain tergantung lamanya pemadaman dan kerapnya pemadaman
yang terjadi. Untuk dapat memenuhi mutu pelayanan tersebut, maka diperlukan data atau
laporan tentang sebab-sebab pemadaman (trip) pada penyulang.

Maksud dari laporan gangguan ini adalah :


 Membantu menyusun laporan gangguan secara sistematis, sehingga bila ada
panggilan pemulihan pemadaman, semua informasi yang diperlukan sudah tersedia.
 Mengumpulkan macam-macam laporan dari gangguan yang sama dalam suatu
urutan untuk mempermudah pekerjaan.
 Menyusun data penyebab gangguan dan pemadaman yang terjadi sebagai bahan
perencanaan sistem dengan keandalan yang lebih baik pada waktu yang akan
datang.
 Memberi informasi yang dibutuhkan bagian pelayanan.
 Menanggapi pengaduan dari konsumen.

V-2
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Adapun tujuan dari laporan gangguan adalah sebagai pegangan dalam menilai penampilan
dari sistem ditribusi sebagai tolak ukur terhadap kemajuan yang telah dicapai dan untuk
menentukan proyeksi yang akan dicapai PLN. Dari pengalaman menunjukan bahwa
kebanyakan pemadaman yang terjadi pada sistem distribusi sebagai akibat gangguan yang
disebabkan oleh alam sendiri, seperti petir, angin, hujan, dan hewan-hewan. Pemadaman
lainnya disebabkan oleh kerusakan materialnya, kegagalan peralatan, kesalahan manusia
sendiri.
Berdasarkan keputusan direksi PT. PLN (Persero), pada tanggal 25 Juni 2002 yang
diterbitkan oleh Dirjen. LPE Direksi PT. PLN (Persero) No. 081. K/010/DIR/2002, tentang
penetapan TMP diunit-unit PT. PLN (Persero) sesuai indikator pelayanan, terdapat
beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam menentukan TMP PLN, yaitu :
 Tegangan tinggi di titik pemakaian (kV)
 Tegangan menengah dititik pemakaian (kV)
 Tegangan rendah dititik pemakaian (Volt)
 Frekwensi dititik pemakaian (Hz)
 Lama gangguan per pelanggan (Jam/Bulan)
 Jumlah gangguan per pelanggan (Kali/Bulan)
 Kecepatan pelayanan sambungan baru TM (hari kerja)
 Kecepatan pelayanan sambungan baru TR (hari kerja)
 Kecepatan pelayanan perubahan daya TM (hari kerja)
 Kecepatan pelayanan perubahan daya TR (hari kerja)
 Kecepatan menanggapi pengaduan gangguan (Jam)
 Masalah pembacaan kWH meter (Kali/Plggn/Trwlan)
 Waktu koreksi kesalahan rekening (hari kerja)

Secara umum, penetapan indikator mutu pelayanan penyulang dimaksudkan agar unit
pelayanan PLN dapat menyampaikan kepada pelanggan (masyarakat) mengenai Tingkat
Mutu Pelayanan (TMP) yang dapat diberikan.

V-3
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

6.2. Penyebab gangguan Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah


Sistem distribusi tengangan menengah terdiri dari dua macam, yaitu:
Penyebab gangguan pada SUTM dapat berasal dari dalam sistemnya itu sendiri dan juga
gangguan dari luar.

Penyebab gangguan dari dalam SUTM adalah:


 Tegangan lebih dan arus tak normal
 Beban lebih
 Pemasangan tidak baik
 Penuaan
 Kegagalan kerja peralatan pengaman

Penyebab gangguan dari luar SUTM adalah:


 Kegagalan atau kerusakan peralatan pada saluran
 Hujan dan cuaca
 Angin yang dapat menyebabkan dahan/ranting pohon mengenai saluran SUTM
 Surja petir
 Binatang dan benda-benda lain, misalnya benang layang-layang

Penyebab gangguan dari dalam SKTM adalah:


 Tegangan lebih dan arus tak normal
 Beban lebih
 Pemasangan tidak baik
 Penuaan
 Kegagalan kerja peralatan pengaman
Penyebab gangguan dari luar adalah:
 Surja petir
 Gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain
 Deformasi tanah

V-4
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

 Kendaran yang lewat di diatasnya


 Binatang

6.3 Proteksi Sistem Distribusi


Sistem proteksi adalah cara untuk mencegah/membatasi kerusakan peralatan terhadap
gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan dengan
menggunakan alat pengaman pada sistem distribusi tenaga listrik
Fungsi Sistem Proteksi
 Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada peralatan
yang dilalui oleh arus gangguan.
 Untuk melokalisasi daerah gangguan menjadi sekecil mungkin
 Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen

6.3.1 Persyaratan Kerja Sistem Proteksi


Untuk memenuhi fungsi diatas perlatan proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Selektif
Suatu peralatan Proteksi adalah bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari
sistem tenaga listrik dalam jangkauan pengamananya.Letak pemutus tenaga (PMT),
sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisah-pisahkan.
Maka tugas pengaman adalah mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah
pengamanannya, dan memisahkan bagian dari sistem yang terganggu.
Dengan demikian bagian dari sistem yang lain yang tidak terganggu dapat beroperasi
dengan normal. Jika hal ini dapat direalisir, atau dengan kata lain, pengaman
dikatakan selektif, bila pengaman proteksi yang bekerja hanyalah pada daerah yng
terganggu saja.
b. Reilable ( dapat diandalkan)
Dalam keadaan normal, tidak ada gangguan pengamanan tidak bekerja, mungkin
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
V-5
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan, maka ia harus bekerja maka dalam hal ini
pengaman tidak boleh gagal bekerja, karena pemadaman akan meluas. Disamping
pengaman tidak boleh bekerja.
Dalam hal yang harus dapat diandalkan bukan hanya pengamannya saja, tetapi juga
komponen-komponen perangkat proteksi itu, keadaan pengaman proteksi itu
ditentukan mulai dari rencana,pengerjaan, bahan yang digunakan dengan
perawatannya. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang dalam hal ini perlu adanya
pengujian secara periodik.
c. Cepat
Waktu kerja pengaman cepat, makin cepat pengaman bekerja, maka tidak hanya dapat
memperkecil kerusakan akibat gangguan tetapi juga dapat memperkecil
kemungkinan meluasnya gangguan.
Adakalanya demi terciptanya selektivitas, dikehendaki adanya penundaan waktu(time
delay). Tetapi secara keseluruhan tetap dikehendaki waktu kerja pengaman yang
cepat , jadi harus dapat memberikan selektivitas yang baik dengan waktu yang lebih
erat.
d. Sensitif
Pengaman dikatakan sensitif bila dapat bekerja dengan masukan dari besaran yang
dideteksi adalah kecil, jadi pengaman dapat bekerja pada awal kejadian gangguan.

6.3.2 Peralatan Proteksi Distribusi Tenaga Listrik


a. Recloser
Recloser adalah peralatan proteksi arus lebih secara otomatis membuka dan menutup
kembali dan membuka terus (lock out) setelah beberapa kali untuk menghilangkan
gangguan sementara atau kegagalan isolasi permanen [1]. Recloser dapat bekerja secara
otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan
hubung singkat. Bekerjanya untuk menutup balik dan membuka secara otomatis dan dapat
diatur selang waktunya .
Gangguan yang bersifat temporer tidak sampai menyebabkan recloser sampai lock out [1].
Apabila gangguan yang terjadi bersifat permanen, maka setelah membuka dan menutup
V-6
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

balik sebanyak setting yang ditentukan sebelumnya, recloser akan langsung lock out
sehingga bagian yang dianggap masih ada gangguan akan terisolasi .
Cara Kerja Recloser
Recloser akan merasakan adanya arus gangguan, mengisolasi gangguan dan selanjutnya
secara otomatis meng-energize system kembali. Tetapi jika terjadi arus gangguan
permanen, maka recloser tersebut akan mengunci dalam keadaan open setelah melakukan
sejumlah operasi open – close.
Pengaturan Setting Recloser Dengan Kontrol Elektronik
Pengaturan program ini dapat dilakukan di kotak pengontrol recloser yang berada di tiang
recloser. Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur parameter – parameter yang telah
tersedia dalam program. Adapun perameternya adalah:[1]
 Time current curve (TCC) dengan pilihan kurva yang tersedia yaitu 41
macam timing kurva.
 Waktu trip constant, dapat dipilih dari 0,5 sampai 120 detik dengan
penambahan 0,1 detik.
 Jumlah operasi lock out, yaitu 1,2,3,dan 4.
 Waktu interval penutupan kembali 0,6 sampai 1000 detik.
 Waktu reset interval setelah berhasil menutup kembali yaitu 3 sampai 180
detik.
b. Fuse Cut Out (FCO)
Fungsi umum dari fuse dalam suatu rangkaian listrik adalah setiap saat menjaga atau
mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang tersambung padanya
dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya [1].
Kesempurnaan kerja pelebur tidak hanya tergantung dari ketelitian pembuatnya, tetapi
juga pada ketepatan penggunaanya dan perhatian atau perawatan yang diberikan padanya
setelah pemasangannya. Jika pelebur tidak secara tepat digunakan dan dipelihara, dapat
menimbulkan kerusakan yang berarti pada peralatan yang mahal.
Hendaknya peraturan keselamatan kerja selalu diikuti setiap saat memanipulasi atau
memelihara pelebur yang berada dekat dengan perlengkapan dan kawat yang
bertegangan. Pengaman ini banyak digunakan pada jaringan distribusi 20 kV, karena
V-7
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

disamping harganya murah juga mudah diinstalasikan maupun dioperasikan. Kelemahan


dari fuse adalah penggunaanya terbatas pada penyaluran daya yang kecil
Fuse tidak dilengkapi dengan pemadam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya
yang besar fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul saat terjadi gangguan.

Gambar 6. 3. fuse cut out [1]

. Macam – Macam Pelebur


Pengaman yang digunakan untuk tegangan diatas 600 Volt digolongkan dalam “
Distribution Cut Out” atau “Power Fuse”.
Berdasarkan cara kerjanya fuse dibagi menjadi dua yaitu:
e. Current zero awaiting type, contohnya expultion fuse.
f. Current zero shifting type, contohnya current limiting.
Sedangkan berdasarkan bentuk fisiknya fuse dapat dibedakan menjadi:
 Enclosed (tertutup)
 Open (terbuka)
 Open link (elemen terbuka)

V-8
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Pemasangan pelebur
Pelebur harus dipasang sesuai dengan petunjuk pembuatnya. Bagi pelebur yang berkutub
ganda (tiga fasa), bila jarak kutub tidak terlalu tertentu karena konstruksinya, maka jarak
antar kutub tidak boleh dipasang kurang dari ketentuan pembuatnya. Perlu diperhatikan
bahwa bila pelebur terkena sinar matahari yang terik, penampilan mungkin terpengaruh
karenanya. Bila terdapat pengaruh lingkungan yang khusus, jarak bebas yang aman perlu
diatur sesuai pembuatnya.
Pemilihan arus pengenal anak pelebur
Arus pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan parameter- parameter sebagai
berikut:
 Arus normal dan kemungkinan beban lebih dari rangkian (sirkit) termasuk
gejala harmonis.
 Gajala transien di rangkaian karena pengaruh pemutusan atau penghubung
peralatan seperti trasformator, motor atau kapasitor.
 Koordinasi dengan alat pengaman yang lain bila ada.
Arus pengenal pelebur biasanya lebih besar daripada arus beban nominal. Rekomendasi
pemeliharaanya biasnya diberikan oleh pembuatnya.

Arus pengenal ditentukan berdasarkan kenaikan suhu anak pelebur yang diuji di udara
terbuka atau dalam minyak. Bila pelebur digunakan/dipasang dalam selungkup, maka
arus pengenalnya harus diturunkan nilainya agar tetap sesuai dengan kebutuhan kenaikan
suhunya, dan karena anak pelebur dapat mempunyai arus pengenal yang berlainan
tergantung selungkupnya.

Anak pelebur yang dibebani arus melebihi kemampuan arus terus menerusnya terutama
apbila beban lebih yang terjadi berulang kali, dapat menyebabkan kerusakan/penuaan
yang dapat merusak karakteristik waktu arusnya.

V-9
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Untuk pelebur jenis pembatas arus, bila arus lebih ini nilainya kurang dari arus pemutus
minimumnya, dan menyebabkan elemen peleburnya meleleh, maka kemungkinan anak
pelebur meleleh, maka kemungkinan anak pelebur tersebut gagal memutus arus tersebut.

Pemilihan Kelas Pelebur Pembatas Arus


Sesuai dengan tujuan penggunaanya apakah sebagai satu-satunya pengaman atau
digunakan bersama alat pengaman yang lain, pelebur jenis pembatas arus dibagi menjadi
dua yaitu kelas serba guna dan kelas ” back up”.[1]

Pemilihan Kelas Pelebur Jenis Letupan

kelas 1 : Pelebur ini biasanya digunakan untuk mengamankan bangku (bank) trasformator
besar, trafo tegangan dan bangku kapasitor untuk perbaikan faktor daya pada
sistem yang penting.
Pelebur ini dapat pula dipasang dalam gedung bila dilengkapi peralatan yang
dapat mengurangi gas-gas yang dikeluarkannya.
Kelas 2 : Pelebur ini digunakan untuk mengamankan trasformator- trasformator kecil dan
bank kapasitor untuk perbaikan faktor daya yang kecil, atau untuk
mengamankan saluran cabang dari saluran udara pada sistem distribusi.

Bila pelebur dipasang didekat bangku trasformator besar, kemungkinan nilai frekuensi
alami dan faktor amplitudonya terlampaui. Untuk itu sebaiknya diminta petunjuk dari
pembuatnya.

Pemilihan Tegangan Pengenal Anak Pelebur


. Pemilihan tegangan pengenal anak pelebur jenis pembatas arus
Tegangan pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
 Bila digunakan dalam sistem fasa tiga dengan pentanahan langsung atau
melalui impedansi, maka besarnya tegangan pengenal anak pelebur harus paling

V-10
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu 24 kV untuk
sistem 20 kV).
 Bila digunakan dalam sistem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus paling
sedikit sama dengan 115% dari tegangan saluran fasa tunggal yang
tertinggi(yaitu 15 kV untuk sistem 20 kV).
 Bila digunakan pada sistem fasa tiga yang tidak ditanahkan maka kemungkinan
terjadi gangguan fasa tanah ganda dengan satu gangguan pada sisi suplai dan
satu gangguan yang lain pda sisi beban dari pelebur fasa yang berlainan harus
diperhitungkan.
Pemilihan tegangan pengenal anak pelebur jenis letupan
Tegangan pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan hal – hal berikut:
 Bila digunakan pada sistem fasa tiga maka, besarnya tegangan pengenal anak
pelebur harus paling sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu
24 kV untuk sistem 20 kV)
 Bila digunakan pada sistem fasa tunggal, maka besarnya tegangan pengenal anak
pelebur harus paling sedikit sama dengan tegangan saluran fasa tunggal yang
tertinggi (yaitu 15 kV untuk sistem 20 kV).

Pengantian anak Pelebur


Dianjurkan agar penggantian anak pelebur dilakukan pada keadaan bebas tegangan.
Dianjurkan untuk mengganti tiga buah anak pelebur, bila sebuah atau dua buah anak
pelebur dari suatu sirkit fasa tiga putus (bekerja) kecuali bila dapat diketahui dengan pasti
bahwa tidak terjadi arus lebih pada pelebur yang tidak putus.

Lokasi Pemasangan dari Masing – Masing Jenis


Sesuai dengan sifat dan penampilanya, maka pada umumnya bagi pelebur jenis letupan
disarankan untuk pasangan luar sebagai pengaman trafo distribusi tiang maupun cabang
saluran udara dan pelebur jenis pembatas arus diperuntukan bagi pasangan dalam di dalam
bangunan gardu atau dalam lemari hubung (cubicle) sebagai pengaman trafo distribusi
maupun kabel pelayanan [4]
V-11
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Gambar 6.4. pelebur Jenis Letupan[4]


Pelebur Sebagai Pengaman Saluran Cabang
Pemilihan pelebur sebagai pengaman saluran distribusi tegangan menegah harus didasarkan
atas faktor-faktor sebagai berikut [1]:
a. Kemampuan pelebur terhadap arus beban maksimum yang terus menerus, yang
mencakup arus beban normal, beban lebih, harmonis tetap dan perkiraan cadangan untuk
pertumbuhan beban yang akan datang.
b. Koordinasi yang sebaik-baiknya dengan alat pengaman yang lain(PMT, Recloser dan
pelebur), baik yang berada disisi hulu (sumber) maupun disisi hilir (bebannya).
 Kemampuan pemutus dari pelebur, Khususnya bagi pelebur jenis
letupan yang dipasang dekat GI/ sumber daya.
 Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.
Jadi, pelebur yang dipilih haruslah sekaligus tahan terhadap arus beban, dapat
dikoordinasikan secara baik dengan alat pengaman yang lain, mempunyai kemampuan
pemutus terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi setempat dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebi
Pemilihan pelebur dalam hubungannya dengan arus beban

V-12
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Kemampuan hantar arus terus menerus dari pelebur jenis letupan tipe T (lambat) dan K
(cepat) adalah sebagai berikut:
 1,5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6,3 sampai
dengn 100A.
 1,3 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 125A sampai
160 A.
 Sama dengan nilai arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal
200 A
 Kemampun hantar arus terus menerus dari pelebur jenis letupan tipe H
(tahan surja kilat ) adalah sama dengan nilai arus pengenalnya.
 Kemampuan hantar arus terus menerus dari pelebur jenis pembatas arus
adalah sama dengan nilai arus pengenalnya.
 Kemampian hantar arus terus menerus dari pelebur, harus sama atau
Lebih besar dari arus beban terus menerus maksimum (maximum continous
load current) yang akan melewatinya.
 Arus beban terus menerus maksimum harus lebih kecil dari kuat hantar arus
(KHA) dari penghantar.
c. Relai Arus Lebih (OCR)
Relai arus lebih (Over Current Relay) adalah relai yang berfungsi untuk
mengamankan atau memproteksi peralatan listrik terhadap adanya arus lebih yang
disebabkan gangguan hubung singkat atau beban lebih.
Hampir seluruh peralatan listrik menggunakan relai ini sebagai pengaman peralatan
tersebut, hanya yang membedakan adalah fungsi dari relai tersebut.
Yang dimaksud fungsi disini adalah :
 Berfungsi sebagai pengaman utama (primary protection)
 Berfungsi sebagai pengaman cadangan (back-up protection)
Kuntungan pengamanan relai arus lebih
Pengamanan dengan menggunakan relai arus lebih, mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain :

V-13
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

a. Dapat mengamankan arus lebih yang terjadi karena hubung singkat atau beban
lebih.
b. Dapat berfungsi sebagai pengaman utama dan juga merupakan pengaman
cadangan.
c. Penyetelannya mudah untuk jaringan radial.
d. Harganya relatif murah
Kerugian pengamanan relai arus lebih
Selain keuntungsn yang didapat, pengamanan menggunakan relai arus lebih juga
menimbulkan beberapa kerugian, yaitu :
a. Untuk jaringan dengan sirkit ganda, tanpa dilengkapi relai arah tidak dapat
selektif.
b. Untuk jaringan yang interkoneksi, tidak dapat berfungsi sebagai pengaman
utama, karena sukar untuk dapat selektif bila tidak dilengkapi relai arah.

Pemakaian Relai Arus Lebih


Setelah melihat keuntungan dan kerugian pengamanan menggunakan relai arus lebih,
dapat disimpulkan bahwa pemakaian relai arus lebih pada sistem tenaga listrik umumnya
digunakan pada :
a. Jaringan tegangan menengah atau saluran distribusi.
b. Jaringan sub-trnsmisi radial.
c. Pengaman untuk motor-motor tegangan menengah yang kecil.
d. Pengaman cadangan untuk generator, motor yang besar, transformator daya, dan
jaringan tegangan tinggi.
e. Bila dilengkapi dengan relai arah dapat digunakan sebagaipengaman saluran
transmisi sirkit ganda (double) dan pengaman gangguan tanah sampai tegangan
ekstra tinggi.

V-14
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Jenis Relai Arus Lebih


Relai arus lebih mempunyaibermacam-macam karakteristik kerja arus-waktu.
Berdasarkan kerja arus-waktu tersebut, maka relai arus lebih dapat dibagi atas beberapa
jenis, yaitu:
 Relai arus lebih sesaat (instantaneous over current relay)
Adalah relai arus lebih yang tidak mempunyai waktu tunda.
 Relai arus lebih definite (definite time over current relay)
Adalah relai arus lebih yang waktu tundanya tetap, tetapi tidak tergantung pada
besarnya arus gangguan.
 Relai arus lebih invers (inverse time over current relay)
Adalah relai arus lebih yang waktu tundanya mempunyai karakteristik tergantung
pada besarnya arus gangguan
Terdapat 4 macam karakteristik relai invers :
o Normal inverse
o Very inverse
o Extremely inverse
o Inverse time RI
Pemilihan Jenis Karakteristik Relai Arus Lebih
Pemilihan jenis karakteristik dari relai arus lebih yang akan dipakai untuk
memproteksi suatu saluran memerlukan pertimbangan untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Jika memungkinkan, sebaiknya dipakai relai-relai dengan karakteristik yang
sama atau hampir sama agar pengkoordinasiannya mudah dilakukan. Jika harus memakai
relai-relai yang mempunyai karakteristik berbeda, maka pada saat pengkoordinasian harus
dilakukan seteliti mungkin agar selektivitas yang diperoleh cukup baik.
Pemakaian relai definite
Relai definite dengan karakteristiknya yang mempunyai waktu relatif tetap sesuai
dipakai untuk saluran dengan kondisi berikut :
- Besar arus gangguan antara pangkal dan ujung seksai saluran tidak jauh berbeda.
Keadaan tersebut didapatkan bila impedansi sumber (Zs) lebih besar dibandingkan
dengan impedansi saluran
V-15
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

- Kapasitas pembangkitan bervariasi cukup besar sehingga besar arus gangguan pada
kondisi itu berbeda cukup besar.
Pada relai ini, waktu kerja relai semakin besar pada seksi saluran yang makin dekat
ke sumber, sedangkan arus gangguan di tempat itu justru semakin besar dan hal ini dapat
membahayakan peralatan atau sistem yang diproteksi. Oleh karena itu, relai ini tidak sesuai
untuk sistem-sistem dengan kondisi :
- Saluran dibagi atas banyak seksi
- Arus gangguan besar
Selain itu, relai ini kurang sesuai untuk dikoordinasikan dengan pengaman lebur
yang biasa digunakan sebagai proteksi terhadap beban lebih.

Pemakaian relai invers


Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa bila impedansi sumber (Zs) lebih kecil
dibandingkan dengan impedansi saluran akan diperoleh perbedaan yang cukup besar antara
arus gangguan di pangkal seksi dengan arus gangguan di ujung seksi tersebut. Dengan
pemakaian relai invers, akan diperoleh waktu kerja relai pada arus gangguan yang semakin
besar. Jadi relai ini cocok dengan kondisi sebagai berikut :
- Impedansi sumber lebih kecil dari impedansi saluran atau beda antara arus gangguan
di pangkal dan di ujung saluran cukup besar.
- Saluran terdiri dari banyak seksi.
- Kapasitas pembangkitan tidak begitu bervariasi atau relatif tetap.
- Diperlukan waktu pemutusan yang semakin cepat untuk arus gangguan yang
semakin besar.

Prinsip Kerja Relai Arus Lebih


Prinsip kerja relai arus lebih yang bekerja berdasarkan besaran arus lebih akibat
adanya gangguan hubung singkat dan memberikan perintah trip ke PMT sesuai dengan
karakeristik waktunya.

V-16
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

REL 20 KV
PENYULANG
R S T PMT CT
SUTM/SKTM
Ib

1S 2S
1 1

1S 2S
Ir 1 1

1S 2S
1 1

CURRENT
TEST
TRIP T
+
- BLOCK
COIL C

SUMBE
R
TEGAN
GAN
110V - +
DC

Gambar 6. 5 Prinsip Kerja Relai Arus Lebih

Cara kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut :


 Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada SUTM / SKTM dan oleh trafo
arus besaran arus ini di transformasikan ke besaran sekunder (Ir). Arus (Ir) mengalir
pada kumparan relai tetapi karena arus ini masih lebih kecil dari pada suatu harga
yang ditetapkan (penyetelan), maka relai tidak bekerja.

 Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus (Ib) akan naik dan menyebabkan arus (Ir)
naik pula, apabila arus (Ir) naik melebihi suatu harga yang telah ditetapkan (diatas
penyetelan), maka relai akan bekerja dan memberikan perintah trip pada tripping coil
untuk bekerja dan membuka PMT, sehingga SUTM / SKTM yang terganggu
dipisahkan dari jaringan.

d. Relai Gangguan Tanah (GFR)


Relai hubung tanah (Ground Fault Relay)vadalah ralai yang berfungsi untuk
mengamankan / memproteksi peralatan listrik terhadap gangguan satu fasa ke tanah.
Ganguan satu fasa ke tanah sangat bergantung dari jenis pentanahan dan sistemnya.
Gangguan ini umumnya bukan merupakan hubung singkat secara metalik tetapi melalui

V-17
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

tahanan gangguan, sehingga arus gangguannya dibatasi dengan adanya tahanan gangguan
dan menyebabkan arus gangguannya menjadi semakin kecil. Dengan demikian, relai
gangguan antar fasa tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu, harus dipasang relai gangguan
tanah / relai hubung tanah (GFR).
Supaya relai gangguan tanah ini dapat peka maka penyetelannya harus sekecil
mungkin. Tetapi kita ketahui bahwa pada saat terjadinya gangguan satu fasa ke tanah, pada
penyulang yang tidak terganggu akan mengalir arus kapasitansi ke tanah yang tergantung
pada panjang serta jenis jaringannya.
Arus kapasitansi inilah yang membatasi penyetelan relai gangguan tanah, terutama
pada pengaman yang hanya menggunakan relai arus lebih saja, yaitu pada sistem
pentanahan tahanan rendah saja. Sedangkan untuk pengamanan gangguan tanah yang
menggunakan relai arus lebih berarah, yaitu sistem distribusi dengan pentanahan tahanan
tinggi atau yang tidak ditanahkan. Relai arah ini telah membuat selektif sehingga tidak
perlu dipertimbangkan adanya arus kapasitansi ke tanah dari penyulang yang tidak
terganggu.
Untuk sistem yang diketanahkan langsung, karena arus gangguannya besar, maka
penyetelan relai gangguan tanah pada dasarnya sama dengan relai untuk gangguan antar
fasa, tetapi tahanan ganguan diperhitungkan dengan demikian penyetelannya harus kecil.
Prinsip kerja relai gangguan tanah berhubungan dengan gangguan hubung singkat
satu fasa ke tanah yang sangat tergantung pada jenis pentanahannya.

REL 20 KV
CT PENYULANG
R S T PMT
SUTM/SKTM

Ib

1S1 2S1

1S1 2S1
Ir

1S1 2S1

CURRENT TEST
+ BLOCK
TRIP COIL TC -

- + Relay
SUMBER Hubung tanah
TEGANGAN
110V DC Relay Arus
Lebih

Gambar 6.6 Prinsip Kerja Relai Gangguan Tanah


V-18
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Cara kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut :


 Pada kondisi normal dengan beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada
kawat netral tidak timbul arus dan relai gangguan tanah (relai hubung tanah) tidak
dialiri arus.
Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka
akan timbul arus urutan nol pada kawat netral, sehingga relai gangguan tanah akan
bekerja.

6. Gangguan Hubung Singkat


Gangguan hubungan singkat yang mungkin terjadi dalam jaringan (Sistem kelistrikan)
yaitu :
1. Gangguan hubungan singkat tiga fasa
2. Gangguan hubungan singkat dua fasa
3. Gangguan hubungan singkat satu fasa ke tanah
Semua gangguan hubungan singkat diatas, arus gangguannya dihitung dengan
menggunakan rumus dasar yaitu :
V
I ……………………………………………..............................(6.1)
Z
Dimana
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (A)
V = Tegangan sumber (V)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh
impedansi di dalam jaringan dari sumber tegangan
sampai titik gangguan (ohm)
Yang membedakan antara gangguan hubungan singkat tiga fasa, dua fasa dan satu fasa ke
tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu sendiri, dan
tegangan yang memasok arus ke titik gangguan.
Impedansi yang tebentuk dapat ditunjukan seperti berikut ini :
Z untuk gangguan tiga fasa, Z = Z1
Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2
V-19
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Z untuk gangguan satu fasa, Z = Z1 + Z2 + Z0 ................................... (6.2)


Dimana:
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol. (ohm)

6.5.1 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat


Perhitungan arus gangguan hubung singkat adalah analisa suatu sistem tenaga listrik pada
saat dalam keadaan gangguan hubung singkat, dimana nantinya akan diperoleh besar nilai
besaran – besaran listrik yang dihasilkan sebagai akibat gangguan hubung singkat tersebut
.Gangguan hubung singkat dapat didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi akibat
adanya penurunan kekuatan dasar isolasi (basic insulation strength) antara sesama kawat
fasa, atau antara kawat fasa dengan tanah, yang menyebabkan kenaikan arus secara
berlebihan atau biasa juga disebut gangguan arus lebih.
Perhitungan arus gangguan hubung singkat sangat penting untuk mempelajari sistem
tenaga listrik baik pada waktu perencanaan maupun setelah beroperasi nantinya.
Perhitungan arus hubung singkat dibutuhkan untuk :
 Setting dan koordinasi peralatan proteksi
 Menentukan kapasitas alat pemutus daya
 Menentukan rating hubung singkat peralatan – peralatan yang digunakan
 Menganalisa sistem jika ada hal – hal yang tidak baik yang terjadi pada waktu
sistem sedang beroprasi.
Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat pada sistem seperti diatas dilakukan
dengan beberapa tahap perhitungan, yaitu sebagai berikut :

6.5.1.1 Menghitung Impedansi


Dalam menghitung impedansi dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu :
 Impedansi urutan positif ( Z1 ), yaitu impedansi yang hanya dirasakan oleh arus
urutan positif.

V-20
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

 Impedansi urutan negatif ( Z2 ), yaitu impedansi yang hanya dirasakan oleh arus
urutan negatif.
 Impedansi urutan nol ( Z0 ), yaitu impedansi yang hanya dirasakan oleh arus urutan
nol.
Sebelum melakukan perhitungan arus hubung singkat, maka kita harus memulai
perhitungan pada rel daya tegangan primer di gardu induk untuk berbagai jenis gangguan,
kemudian menghitung pada titik – titik lainnya yang letaknya semakin jauh dari gardu
induk tersebut. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai dasar impedansi urutan rel
daya tegangan tinggi atau bisa juga disebut sebagai impedansi sumber, impedansi
transformator, dan impedansi penyulang.

Sumber
Incoming Outgoing
Xt Impedansi Penyulang

Xs

Gambar 6.1 Sketsa penyulang tegangan menengah


Dimana :
Xs = Impedansi sumber (ohm)
XT = Impedansi Transformator (ohm)

a) Impedansi sumber
Untuk menghitung impedansi sumber di sisi bus 20 kV, maka harus dihitung dulu
impedansi sumber di bus 150 kV. Impedansi sumber di bus 150 kV diperoleh dengan
rumus :
kV 2
Xstegtinggi  …………………………………………(6.3)
MVA

Dimana :
Xs = Impedansi sumber (ohm)
V-21
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

kV2 = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)


MVA = Daya hubung singkat di bus tegangan tunggi kV (MVA)

Arus gangguan hubung singkat di sisi 20 kV diperoleh dengan cara mengkonversikan dulu
impedansi sumber di bus 150 kV ke sisi 20 kV. Untuk mengkonversikan Impedansi yang
terletak di sisi 150 kV ke sisi 20 kV, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
XS sisi 150 KV XS sisi 20 KV

150 KV 20 KV 20 KV

kVTM 2
XssisiTM   xXssisiTT  ……………...……....................(6.4)
kVTT 2
b) Impedansi transformator
Pada perhitungan impedansi suatu transformator yang diambil adalah harga reaktansinya,
sedangkan tahanannya diabaikan karena harganya kecil.
Untuk mencari nilai reaktansi trafo dalam Ohm dihitung dengan cara sebagai berikut
Langkah petama mencari nilai ohm pada 100% untuk trafo pada 20 kV, yaitu dengan
menggunakan rumus :
kV 2
Xt  pada100%  ………………………..........……...............(6.5)
MVA
Dimana :
Xt = Impedansi trafo tenaga (ohm)
kV2 = Tegangan sisi sekunder trafo tenaga (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
Lalu tahap selanjutnya yaitu mencari nilai reaktansi tenaganya :
 Untuk menghitung reaktansi urutan positip dan negatip (Xt1 = Xt2) dihitung dengan
menggunakan rumus :
Xt = % yang diketahui x Xt pada100%

V-22
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

 Sebelum menghitung reaktansi urutan nol (Xt0) terlebih dahulu harus diketahui data
trafo tenaga itu sendiri yaitu data dari kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo :
 Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Y dimana kapasitas belitan delta
sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt0 = Xt1
 Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)
biasanya adalah sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak
dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan), maka nilai Xt0 = 3x Xt1.
 Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YY dan tidak mempunyai belitan delta
di dalamnya, maka untuk menghitung besarnya
Xt0 berkisar antara 9 s/d 14 x Xt1 .................................................(6.6)

c) Impedansi penyulang
Untuk perhitungan impedansi penyulang, perhitungannya tergantung dari besarnya
impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung, dimana besar nilainya tergantung
pada jenis penghantarnya, yaitu dari bahan apa penghantar tersebut dibuat dan juga
tergantung dari besar kecilnya penampang dan panjang penghantarnya.
Disamping itu penghantar juga dipengaruhi perubahan temperatur dan konfigurasi dari
penyulang juga sangat mempengaruhi besarnya impedansi penyulang tersebut. Contoh
besarnya nilai impedansi suatu penyulang : Z = (R + jX)
Sehingga untuk impedansi penyulang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
 Urutan positif dan urutan negatif
Z1 = Z2 = % panjang x panjang penyulang (km) x Z1 / Z2 (ohm)…...…(6.7)
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
 Urutan nol
Zo = % panjang x panjang penyulang (km) x Zo (ohm)……………...…(6.8)
Dimana :
Zo = Impedansi urutan nol (ohm)
V-23
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

d) Impedansi ekivalen jaringan


Perhitungan yang akan dilakukan di sini adalah perhitungan besarnya nilai impedansi
ekivalen posifif, negatip dan nol dari titik gangguan sampai ke sumber.
Karena dari sejak sumber ke titik gangguan impedansi yang terbentuk adalah tersambung
seri maka perhitungan Z1eq dan Z2eq dapat langsung dengan cara menjumlahkan
impedansi tersebut, sedangkan untuk perhitungan Z0eq dimulai dari titik gangguan sampai
ke trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Akan tetapi untuk menghitung impedansi Z0eq
ini, harus diketahui dulu hubungan belitan trafonya.
Sehingga untuk impedansi ekivalen jaringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
 Urutan positif dan urutan negative (Z1eq = Z2eq)
Z1eq = Z2eq = Zs1 + Zt1 + Z1 penyulang)………………………………...(6.9)
Dimana :
Z1eq = Impedansi ekivalen jaringan urutan positif (ohm)
Z2eq = Impedansi ekivalen jaringan urutan negatif (ohm)
Zs1 = Impedansi sumber sisi 20 kV (ohm)
Zt1 = Impedansi trafo tenaga urutan positif dan negatif (ohm)
Z1 = Impedansi penyulang urutan positif dan negatif (ohm)
 Urutan nol
Z0eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang…………………………………….....(6.10)
Dimana :
Z0eq = Impedansi ekivalen jaringan nol (ohm)
Zt0 = Impedansi trafo tenaga urutan nol (ohm)
RN = Tahanan tanah trafo tenaga (ohm)
Zo = Impedansi penyulang urutan nol (ohm)

6.5.1.2 Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat


Perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan rumus
dasar, impedansi ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam rumus dasar tersebut adalah
jenis gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa, atau satu fasa ke tanah. Sehingga
V-24
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

formula yang digunakan untuk perhitungan arus hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dan
satu fasa ketanah berbeda.

a) Perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa


Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat tiga fasa adalah :
V
I ………………………............................................................(6.11)
Z
Sehingga arus gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

V ph
I 3 fasa  …………………………………………………....(6.12)
Z1eq
Dimana :
I 3fasa = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
20.000
Vph = Tegangan fasa - netral sistem 20kV  (V)
3
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (ohm)

b) Perhitungan arus gangguan hubung singkat dua fasa


Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat dua fasa adalah :

V …………………………………………………………........(6.13)
I
Z
Sehingga arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

V p h p h
I 2 fa sa  ……………………………………….....(6.14)
Z1eq  Z 2 eq
V-25
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Karena Z1eq = Z2eq, maka :

V ph  ph
I 2 fasa  …………………………………………..…(6.15)
2 xZ1eq
Dimana :
I2fasa = Arus gangguan hubung singkat dua fasa (A)
Vph-ph = Tegangan fasa - fasa sistem 20 kV = 20.000 (V)
Z1eq = Impedansi urutan positip (ohm)

c) Perhitungan arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung singkat
satu fasa ke tanah juga dengan rumus :

V
I ………………………………………………………...……(6.16)
Z
Sehingga arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

3 xV p h
I1 fa sa  …………………………..………(6.17)
Z1eq  Z 2 eq  Z 0 eq

Karena Z1eq = Z2eq, maka :

3 xV p h
I1 fa sa  …………………………………..…...(6.18)
2 xZ1 eq  Z 0 eq

Dimana :
I1fasa = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)
20.000
Vph = Tegangan fasa - netral sistem 20 kV  (V)
3
Z1eq = Impedansi urutan positip (ohm)
V-26
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Zoeq = Impedansi urutan nol (ohm)

6.5. Menghitung setelan Relai


6.5.1 Menghitung stelan Relai Arus Lebih (OCR)
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat (3 fasa dan 2 fasa) pada selanjutnya
digunakan untuk menntukan nilai setelan arus lebih, terutama nilai setelan waktu kerja
relai dan nilai setelan Tms (Time Multiple Setting). Untuk setelan arus dari relai arus lebih
dihitung berdasarkan arus beban yang mengalir di penyulang atau incoming trafo, yang
berarti :
- Untuk relai arus lebih yang terpasang di penyulang dihitung berdasarkan arus beban
maksimum yang mengalir di penyulang tersebut.
- Untuk relai arus lebih yang terpasang di incoming trafo dihitung berdasarkan arus
nominal trafo tersebut.
Relai inverse biasa diset sebesar 1,05 s/d 1,1 x I beban, sedangkan relai definite diset
sebesar 1,2 s/d 1,3 x I beban. Persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah penyetelan
waktu minimum dari relai arus lebih (terutama di penyulang) tidak lebih kecil dari 0,3
detik. Pertimbangan ini diambil agar relai tidak sampai trip lagi akibat arus inrush dari
trafo distribusi sewaktu PMT penyulang tersebut dimasukkan.
a. Menghitung nilai setelan relai penyulang 20 kV
 Setelan arus :
I set (primer) = 1,05 x I beban .....................................................(6.19)
Nilai setelan tersebut adalah nilai primer. Untuk mendapatkan nilai setelan
sekundernya, dapat dihitung menggunakan Rasio CT yang terpasang pada
penyulang tersebut, yaitu sebagai berikut :
1
I set (sekunder) = I set (primer) x ...............................(6.20)
RatioCT
 Setelan waktu (Tms) :
 Setelan waktu kerja relai (t)
Setelan waktu kerja relai dihitung dengan menggunakan rumus :

V-27
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.21)
 Ifault 
  1
 Iset 

 Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :
 Ifault  0, 02 
tx   1
 Iset  
Tms = .....................................................(6.22)
0,14

b. Menghitung nilai setelan incoming 20 kV tenaga


Untuk menentukan nila setelan relai arus lebih dinsisi incoming 20 kV trafo perlu
dihitung terlebih dahulu arus nominal trafo tenaga yang datanya sesuai dengan data
terdahulu yang sudah dibahas sebelumnya.
Arus nominal trafo pada sisi 20 kV :
MVATrafo
In (sisi 20 kV) = ..................................................................(6.23)
20x 3
 Setelan arus :
I set (primer) = 1,05 x I beban .....................................................(6.24)
Seperti pada penyulang, nilai setelan tersebut adalah nilai primer. Untuk
mendapatkan nilai setelan sekundernya, dapat dihitung menggunakan Rasio CT
yang terpasang pada penyulang tersebut, yaitu :
1
I set (sekunder) = I set (primer) x ...............................(6.25)
RatioCT
 Setelan waktu (Tms) :
 Setelan waktu kerja relai (t)
Setelan waktu kerja relai dihitung dengan menggunakan rumus :

V-28
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.26)
 Ifault 
  1
 Iset 
 Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :
 Ifault  0, 02 
tx   1
 Iset  
Tms = .....................................................(6.27)
0,14
Perlu diketahui bahwa waktu kerja relai arus lebih di incoming trafo 20 kV harus
dibuat lebih lambat 0,4 detik dari waktu kerja relai di penyulang 20 kV (dari relai sisi
hilirnya).
6.5.2 Menghitung Setelan Relai Gangguan Tanah (GFR)
Untuk menentukan nilai setelan arus gangguan tanah, digunakan hasil perhitungan
arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah yang sebelumnya sudah dicari.
a. Menghitung nilai setelan relai penyulang 20 kV
 Setelan arus :
I set (primer) = 10% x Arus gangguan tanah terkecil ..................(6.28)
1
I set (sekunder) = I set (primer) x ...............................(6.29)
RatioCT
 Setelan waktu (Tms) :
 Setelan waktu kerja relai (t)
Setelan waktu kerja relai dihitung dengan menggunakan rumus :
0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.30)
 Ifault 
  1
 Iset 
 Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :

V-29
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

 Ifault  0 , 02

tx   1
 Iset  
Tms = .....................................................(6.31)
0,14
b. Menghitung nilai setelan incoming 20 kV tenaga
 Setelan arus :
I set (primer) = 8% x Arus gangguan tanah terkecil ....................(6.32)
1
I set (sekunder) = I set (primer) x ...............................(6.33)
RatioCT

 Setelan waktu (Tms) :


 Setelan waktu kerja relai (t)
Setelan waktu kerja relai dihitung dengan menggunakan rumus :
0,14 xTms
t = 0 , 02
.................................................................(6.34)
 Ifault 
  1
 Iset 
 Nilai Tms
Untuk menentukan nilai Tms yang akan disetkan pada relai arus lebih adalah
sebagai berikut :
 Ifault  0, 02 
tx   1
 Iset  
Tms = .....................................................(6.35)
0,14
Sama seperti halnya pada OCR, pada perhitungan setelan waktu di GFR pun waktu
kerja relai arus lebih di incoming trafo 20 kV harus dibuat lebih lambat 0,4 detik dari
waktu kerja relai di penyulang 20 kV (dari relai sisi hilirnya).

Pada setelan arus untuk relai gangguan tanah menggunakan arus yang terkecil. Hal
ini dimaksudkan agar sistem pengamanan gangguan tanah mempunyai pengaman
cadangan.

V-30
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

Pemeriksaan Selektivitas Kerja Relai


Hasil perhitungan setelan relai arus lebih dan relai gangguan tanah masih harus
melalui tahap pemeriksaan dahulu, apakah untuk nilai arus gangguan hubung singkat di
berbagai macam penyulang, waktu kerja relai yang terpasang di penyulang dan di
incoming trafo tenaga (20 kV) sudah bekerja selektif atau belum. Pemeriksaan juga
dilakukan dengan melihat dari selisih waktu kerja relai (Grading Time) di incoming dan
penyulang.

Koordinasi Proteksi
koordinasi OCR-Recloser/PBO
Koordinasi proteksi merupakan penggabungan antar pengaman yang terbagi menjadi
pengaman utama dan pengaman cadangan dimana pengkoordinasian ini bertujuan untuk
memperkecil wilayah pemadaman akibat gangguan, dan sebagai aplikasi dalam mencapai
keandalan yang maksimal.
Pengaman dengan menggunakan PBO (Penutup Balik Otomatis) bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan sistem distribusi. Dalam hal ini bila terjadi gangguan yang
sifatnya temporer, maka penutup balik ini akan memutuskan jaringan yang terkena
gangguan sementara hingga gangguan hilang. Tetapi bila gangguan bersifat permanen,
maka penutup balik ini tidak berhasil menghilangkan gangguan dan akan mengunci.

OCR PBO

Gambar 6.7. Pengaman dengan Recloser/PBO(penutup balik otomatis) dan OCR


Pada gambar 6.7 bila terjadi gangguan pada saluran setelah PBO maka PBO akan
membuka rangkaian. Bila gangguan bersifat temporer maka PBO akan menutup kembali,
tapi bila gangguan bersifat permanen PBO akan mengunci. Bila PBO gagal bekerja maka
OCR akan bekerja. Pengkoordinasian pengaman ini dilakukan dengan mengkoordinasikan
waktu dan arus, dalam hal ini waktu penyetingan pada pengaman 1 (pengaman utama ;
V-31
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

recoser) lebih kecil dibandingkan pengaman 2 ( cadangan ; OCR ) dengan perbedaan


waktu sebesar ∆t, maka waktu kerja dari kedua pengaman tidak bersamaan. [6] Tujuan dari
dilakukannya pengkoordinasian ini yaitu salah satunya untuk memperkecil area
pemadaman akibat gangguan, gangguan yang terjadi pada penyulang dapat diatasi dengan
PBO dan gangguan itu tidak akan meluas ke daerah yang lainnya. Banyaknya recloser/
PBO yang digunakan mempengaruhi keandalan dari sistem, semakin banyak recloser yang
digunakan, maka semakin baik tingkat keandalannya.

6.5.3 Menghitung Kapasitas Fuse


Pemilihan pelebur ialah
S
Ip 
Vph
Arus beban maksimum = 2 x Ip
pelebur yang digunakan tipe cepat .....
Dengan kapasitas arus beban 150% x Ibeban maks

6.5.44.4 Menghitung Setelan Recloser


Recloser yang digunakan menggunakan program 1 fast operation dan 3 slow operation,
settingannya sebagai berikut ;
Trip No.1 (Instantanous) = 2 cycles
Reclose Time = 2 sec
Trip No.2 (Time) = 6 cycles
Reclose Time = 4 sec
Trip No.3 (Time) = 6 cycles
Reclose Time = 10 sec
Trip No.4 (Time) = 6 cycles
Reclose Time = 10 sec

V-32
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

 Setelan arus
Untuk setelan arus dari Recloser dihitung berdasarkan panjang dari recloser ke sisi hilir
atau beban. Penyulang A mempunyai arus beban maksimum sebesar X Amp dan ratio CT
sebesar ……/5.
Nilai setelan reclosernya adalah sebagai berikut:
Iset(pri) = 1,05 x Ibeban nmaximum

Untuk nilai setelan sekunder:


1
Iset(sek) = Iset(pri) x
RatioCT

In / tap = 5 ; maka Iset sek / 5


 Setelan waktu (tms)
Setelan waktu pada penyulang adalah:
I fault
t  (( )0, 02  1)
I set
Tms  t = 0,3
0,14

 Setelan instantaneous

I hs 3 Ø ……
I hs 2 Ø ………..
I>> = I hs 2Ø min < Iset 1 < I hs 3Ø min
Iset1……………
I>> = Iset2 < Kemampuan Hantar Arus (KHA=………..)
I set yang diambil ……… A
Iset2 = ......... A
 Iset1<Iset2 Iset1 = Iset
 Iset2<Iset1 Iset2 = Iset

V-33
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

dari persamaan diatas yang sesuai yaitu poin dua dimana Iset2 lebih lebih kecil dari Iset1,
maka ;
I >> = ............. A
I >>sek = ............
I>> = ....... /............
t >> = 0,04 detik = .... x In
Nilai setelan Recloser gangguan 1fasa ke tanah pada penyulang adalah sebagai berikut:
Iset (primer) = 10 % x I fault 1 fasa terkecil
1
Iset(sek) = Iset(pri) x
RatioCT

In / tap =5, maka Iset sek / 5

 Setelan waktu (tms)


Setelan waktu pada penyulang adalah:
I fault
t  (( )0, 02  1)
I set
Tms  t=0
0,14
Gambar kurva besar arus hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa terhadap panjang total
penyulang dari recloser

V-34
BAB V
PROTEKSI PENYULANG

5,000.00
hubung singkat
a 4,500.00 3 fasa
r 4,000.00
hubung singkat
u
2 fasa
s 3,500.00
hubung singkat
3,000.00 1 fasa
g
a 2,500.00
n
2,000.00
g
g 1,500.00
u
1,000.00
a
n 500.00

0.00
0 3 5 8 10 13 15 18 20 23 25 28 30 33 35 38 40 43 45
panjang penyulang (Km)
Gambar 6.8 Kurva I hs 1fasa, 2 fasa, 3 fasa dari recloser ke hilir

V-35

Anda mungkin juga menyukai