Anda di halaman 1dari 67

BAB II

PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Memahami tentang peralatan distribusi tenaga listrik

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


 Menjelaskan peralatan gardu induk tegangan menengah
 Menjelaskan peralatan gardu distribusi tegangan menengah
 Menjelaskan peralatan jaringan tegangan menengah

2.1 Peralatan Gardu Induk Tegangan Menengah


Gardu induk berfungsi untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Dalam bidang tenga listrik
pemakaian transformator dikelompokkan menjadi transformator daya dan transformator
distribusi. Pada gardu induk inilah diletakkan transformador dan pembahasan peralatan gardu
induk dalam hal ini dibatasi mulai dari sekunder trafo daya ( gardu induk tegangan menengah).
Adapun peralatan gardu induk tegangan menengah ialah sbb:
 Trafo daya
 Kubikel
2.1.1 Transformator Daya
Transformator daya adalah salah satu peralatan terpenting dalam sistem tenaga listrik
yang fungsinya adalah untuk menaikkan atau menurunkan tegangan dari satu nilai ke
nilai tertentu. Transformator daya yang banyak dipakai oleh PT.PLN (Persero) sebagian
besar memiliki perbandingan tegangan 70/20 KV yang menurunkan tegangan tinggi 70
KV pada sisi primer ke tegangan distribusi 20 KV pada sisi sekunder, yang kemudian
disalurkan melalui saluran-saluran penyulang (feeder). Transformator daya ini
merupakan transformator 3 (tiga) phasa yang memiliki 3 terminal pada sisi primer dan 4
terminal pada sisi sekunder dengan rating daya berkisar antara 6 MVA hingga 100
MVA. Dalam sebuah gardu induk bisa terdapat lebih dari 1 (satu) unit transformator
daya.

II - 1
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

CONTOH : Spesifikasi Trafo Tenaga 150/20 kV


Spesifikasi Trafo Tenaga 150/20 kV di gardu induk Lagadar sebagai berikut :
Merek = ABB
Type = SDOR 30000/170
Kapasitas = 30 MVA
Impedansi = 12,6 %
Tegangan Primer = 150 kV
Tegangan Sekunder = 20 kV
Vektor Group = YNyno (d11)
Ground Resistance = 1
Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet, menghendaki adanya
gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini
berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam transformator, yaitu tipe inti dan tipe
cangkang.

Gb.2.1 Tipe Kumparan Transformator

2.1.2 Kubikel

Kubikel pada Gardu Distribusi, berfungsi sebagai alat-hubung, pembagi, proteksi dan
pengukuran sebelum masuk ke trafo distribusi. Komposisi Kubikel tergantung pada
sifat pelayanan gardu tersebut Ada tiga jenis pelayanan gardu distribusi, yaitu :
 Pelayanan umum TR
 Pelayanan khusus TM

II - 2
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 Pelayanan campuran TM dan TR

Gb.2.2 Diagram garis tunggal komposisi kubikel pada gardu distribusi pelayanan Umum TR

PT

Gb. 2.3 Gardu pelayanan umum dengan 1 (satu) buah trafo distribusi adalah : LBS, LBS, PB

Gb.2.4 Gardu pelayanan umum dengan 2 (dua) buah trafo distribusi

II - 3
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

LBS LBS PT B1
PGDB

CT
FUSE OCB
TM

PT

KWH

Gb.2.5 Gardu pelayanan khusus TM type 2A : LBS, LBS, PT, CB, B1

LBS LBS PT
PGC

TYPE 3A

FUSE
TM OCB

PT
CT

KWH

CB : Circuit Breaker Out Going pada Gardu PGDB


CBO : Circuit Breaker Out Going pada Gardu PGC
Gb. 2.6 Gardu pelayanan khusus TM type 3A : LBS, LBS, PT, CBO

II - 4
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

LBB LBS

CB OM

OCB

CT

PT

KWH
KE TRAFO
DISTRIBUSI
CBOM : Circuit Breaker Out Metering, yaitu kubikel pmt dilengkapi dengan sarana pengukuran
dan pembatasan didalamnya terdapat CT dan PT
Gb. 2.7Gardu Pelayanan khusus TM type 4A : LBS, LBS, PT, CBOM

CT

KE TRAFO
KWH DISTRI
BUSI

Gb. 2.8 Gardu pelayanan khusus TM dilengkapi dengan pengamanan fuse TM pada sisi beban :
LBS, LBS, PT, CB, PB

II - 5
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

B1

PB LBS LBS PT
PGDB

CT
FUSE
TM OCB

PT

KWH

Gb. 2.9 Gardu pelayanan campuran: PB, LBS, LBS, PT, CB, B1

II - 6
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

2.3 Peralatan Gardu Distribusi


Bentuk Gardu Distribusi berdasarkan jenis peralatan listrik yang terpasang Gardu Induk,
berfungsi sebagai pengumpul, pembagi ,penyalur energi listrik , dan pengubah
tegangan sebelum disalurkan ke konsumen
Jenis gardu berdasarkan fungsinya:
a. Gardu Induk Tegangan Menegah sisi 20 kv
Berisi peralatan hubung bagi berbentuk tertutup yang disebut kubikel. Berfungsi
untuk memindahkan energi listrik dari trafo tenaga 150 / 20 kv atau 70 / 20 kv
ke penyulang-saluran distribusi 20 KV
Kubikel berisi Pemutus Tenaga ( PMT ) penyulang 20 KV, Pemutus Beban
PMB = LBS ) untuk listrik pemakaian sendiri , Instrumen pengukuran dan
proteksi
b. Gardu hubung
Berisi kubikel jenis PMT atau LBS digunakan sebagai pembagi energi listrik
atau sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan . Dioperasikan secara lokal
maupun jarak jauh
c. Gardu distribusi
Berisi saklar / kubikel, peralatan proteksi , trafo step down 20 kv / 220 - 380 v
dan PHB-TR
Jenis gardu berdasarkan pemasangannya:
a. Gardu pasangan dalam
Gardu tembok / beton, berupa bangunan dari bahan tembok dengan dinding
dilapisi semen, atap cor beton, lantai semen dan pintu dari bahan besi untu8k
menempatkan peralatan listrik : Kubikel, Trafo, PHB-TR dan peralatan lainnya.
Gardu Kios, berupa kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi.
Gardu kios bukan merupakan gardu permanent tetapi hanya merupakan gardu
sementara, sehingga dapat mudah untuk dipindah-pindahkan.
b. Gardu pasangan luar

II - 7
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Gardu cantol, peralatan listrik: FCO, Trafo distribusi dan PHB-TR dipasang
dengan cara dicantolkan pada sebatang tiang
Gardu portal, peralatan listrik ; FCO, Trafo Distribusi dan PHB-TR diletakkan
pada kerangka baja yang terpasang pada dua tiang

Peralatan listrik pada gardu distribusi pasangan dalam


a. Peralatan hubung :
Pemutus beban ( PMB / Load Break Switch = LBS ), sebagai alat-
hubung saluran masuk ( incoming ) , saluran keluar ( out-going ) dan pemutus
beban trafo distribusi dengan dilengkapi pelebur / fuse
Pemutus tenaga ( PMT / Circuit Breaker = CB ), sebagai pemutus beban
dan pembatasan daya dengan dilengkapi relai arus lebih.
Pemisah ( PMS / Disconnecting Switch = DS ), sebagai pemisah
rangkaian antara PMT dengan busbar dan PMT dengan kabel

Pengoperasian peralatan Hubung 20 kV ialah sbb :


 Pemutus tenaga (PMT) - 20 kV:Dioperasikan (dimasukkan / dilepaskan) dalam
keadaan berbeban pada kondisi normal maupun gangguan. Media peredam yang
digunakan gas SF6 ( Sulphur hexaoxide Circuit Breaker ), minyak (Oil Circuit
Breaker ) dan hampa udara ( Vacum Circuit Breaker )
 Pemutus beban (PMB = LBS ) - 20 kV:Dioperasikan dalam keadaan berbeban
/ tidak pada kondisi normal saja. Media peredam yang digunakan , gas SF6
(SF6 CB ), minyak ( OCB ) , hampa udara ( VCB ) dan udara tekan
( ABCB ). Sebagai pemutus beban Trafo dikoordinasikan dengan Fuse yang
berfungsi sebagai pembatas dan pengaman, dimana bila fuse bekerja, maka pin
penekan pada fuse akan terlontar dan digunakan untuk mentripkan LBS
 Pemisah ( PMS ) - 20 kV:Dioperasikan dalam keadaan tanpa beban,
dihubungkan secara seri dengan PMT sisi masuk / keluar pada konstruksi

II - 8
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

kubikel dengan PMT yang dapat ditarik keluar dari lemarinya. Pemisah yang
terminal sisi keluarnya dihubungkan dengan pentanahan dinamakan PMS –
tanah dihubungkan secara interlock dengan LBS atauPMT berfungsi untuk
menghubungkan kabel keluar / penyulang pada saat dibebaskan dari tegangan
sehingga saisa m,uatan hilang sekaligus sebagai pengamanan terjadinya
tegangan balik dari sumber lain.
b. Peralatan proteksi
Proteksi 20 kv :
 Relai arus lebih / relai hubung tanah
 Fuse
Poteksi 220 / 380 v
 fuse (NH fuse)
c. Kabel Penghubung
 Kabel saluran masuk / keluar 20 kv, 3 inti
 Kabel beban / trafo masuk / keluar 20 kv, 1 inti
 Kabel penghantar trafo dan rak TR 220 / 380 v
 Kabel keluar TR (opstiq)
d. Pentanahan
 Pentanahan kerangka body peralatan
 Pentanahan Arrester
 Pentanahan netral sisi tegangan rendah trafo

Peralatan listrik pada gardu pasangan luar


a. Peralatan hubung :
 fuse cut out 20 kv
 saklar / nfb pada rak TR
b. Peralatan proteksi
 fuse cut out 20 kv

II - 9
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 lightning arrester
 NH fuse
c. Kabel / penghantar
 kawat penghubung dari jaring ke fco
 kawat penghubung dari fco ke trafo
 kabel penghubung dari trafo ke rak tr
 kabel keluar (opstiq)
d. Pentanahan
 pentanahan kerangka / body peralatan
 pentanahan netral sisi tegangan rendah trafo
 pentanahan arrester
Contoh spesifikasi peralatan kubikel
LBS merek F & G type ga 24
 Ring Main Unit
 Un : 24 KV
 BIL : 125 KV 50 hz
 In : 630 A
 I dyn : 50 KA
 I th : 20 KA, 1 second
PMT - low oil content circuit breaker
 Rated voltage 20 / 24 KV
 Rated current 400 Amp rms sym
 Breaking capacities : 14,5 / 12,6 k.Amp rms
 Asym breaking capacities : 16 / 13,9 k Amp rms
 Making capacities 36 / 31,5 psak k Amp rms
 Short time currents ; 14,5 k Amp rms is

II - 10
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Dalam distribusi tenaga listrik pada umumnya gangguan tersebut merupakan gangguan
hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa atau fasa dengan tanah atau keduanya.
Gangguan itu menimbulkan arus yang besar yang dapat merusak peralatan sehingga
diperlukan pengaman untuk mengamankan peralatan dan sistem yang ada.
Beberapa pengaman yang sering digunakan antara lain :
 Fuse Cut out.
 Arrester.
 Recloser.
a. Fuse Cut Out
Fungsi umum pelebur dalam suatu rangkaian listrik adalah setiap saat menjaga atau
mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang tersambung padanya
dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya
Kesempurnaan kerja pelebur tidak hanya tergantung ketelitian pembuatnya, tetapi juga
pada ketepatan penggunaannya dan perhatian atau perawatan yang diberikan padanya
setelah dilakukan pemasangan. Jika pelebur tidak secara tepat digunakan dan dipelihara,
dapat menimbulkan kerusakan berarti pada peralatan yang dilindungi.
Pengaman ini banyak digunakan pada sistem jaringan distribusi 20 kV., karena
disamping harganya murah juga mudah diinstalasikan maupun dioperasikan.
Kelemahan dari fuse ialah penggunaannya terbatas pada daya yang kecil.
Fuse tidak dilengkapi pemadam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya yang
besar, fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan.

II - 11
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Gb.2.10 Kondisi fisik Fuse cut Out


Macam-macam Fuse
Pengaman yang digunakan untuk tegangan diatas 600 Volt digolongkan dalam
“Distribution Cut Out” atau “Power Fuse”
Berdasarkan cara kerjanya fuse dibedakan menjadi :
 Current Zero Awaiting Type, contohnya Expultion Fuse
 Current Zero Shifting Type, contohnya Current Limiting
Sedang berdasarkan bentuk dan fisiknya fuse dapat dibedakan menjadi :
 Enclosed (tertutup)
 Open (terbuka)
 Open Link (elemen terbuka)

Pemasangan fuse
Fuse harus dipasang seseuai dengan peyunjuk pembuatnya. Bagi fuse yang berkutub
ganda (tiga fasa), maka jarak antar kutub tidak boleh dipasang kurang dari ketentuan
pembuatnya. Bila ada pengaruh lingkungan, maka jarak bebas yang aman perlu diatur
sesuai ketentuan pembuatnya.

II - 12
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Pemilihan Arus Pengenal Fuse


Arus pengenal anak pelebur harus dipilih berdasarkan parameter-parameter sebagai
berikut;
a. Arus Nominal dan kemungkinan beban lebih dari rangkaian (sirkit), termasuk arus
harmonisa
b. Gejala transient di rangkaian karena pengaruh pemutusan atau penghubungan
peralatan seperti transformator, motor, atau kapasitor.
c. Koordinasi dengan alat pengaman lain, bila ada.

Arus pengenal pelebur biasanya lebih besar daripada beban nominal. Rekomendasi
pemeliharaannya biasanya diberikan oleh pembuatnya.
Arus pengenal ditentukan berdasarkan kenaikan suhu anak pelebur yang diuji di udara
terbuka atau dalam minyak. Bila pelebur digunakan/dipasang dalam selungkup, maka
arus pengenalnya harus diturunkan nilainya agar dapat tetap sesuai dengan kebutuhan
kenaikan suhunya, oleh karena itu anak pelebur dapat mempunyai arus pengenal yang
berlainan tergantung macam selungkupnya.
Anak pelebur yang dibebani arus melebihi kemampuan arus terus menerusnya, terutama
apabila beban lebih yang terjadi berulang kali, dapat meyebabkan kerusakan/penuaan
yang dapat merusak karakteristik waktu arusnya.
Untuk pelebur jenis pembatas arus, bila arus lebih ini nilainya kurang dari arus pemutus
minimumnya, dan menyebabkan elemen peleburnya meleleh, maka kemungkinan anak
pelebur meleleh.dan gagal memutus arus tersebut.

Pemilihan Kelas Pelebur


 Pemilihan kelas pelebur jenis pelebur pembatas arus.
Sesuai dengan tujuan penggunaanya apakah sebagai satu-satunya pengaman atau
digunakan bersama alat pengaman yang lain. Pelebur jenis pembatas arus dibagi dalam
kelas serba guna dan kelas “back Up”.

II - 13
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 Pemilihan kelas pelebur jenis Letupan


Di dalam jenis letupan ini, pelebur terbagi menjadi 2 kelas, antara lain :
Kelas 1 : Pelebur ini biasanya digunakan untuk mengamankan bangku
(bank) transformator besar, trafo tegangan dan kapasitor bank untuk
perbaikan faktor daya pada sistem yang penting.
Kelas 2: Pelebur ini digunakan untuk mengamankan transformator-transformator
kecil dan bank kapasitor untuk perbaikan faktor daya pada daya yang
kecil, atau untuk mengamankan saluran cabang dari saluran udara pada
sistem distribusi.
Pemilihan Tegangan Pengenal Anak pelebur
 Pelebur Jenis Pembatas Arus
Tegangan anak pelebur harus dipilih berdasakan hal-hal sebagai berikut :
a. Bila digunakan dalam sistem 3 fasa dengan pentanahan langsung atau melalui
impedansi, maka besarnya tegangan pengenal anak pelebur harus paling sedikit
sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu 24 kV untuk sistem 20 kV)
b. Bila digunakan dalam sisitem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus paling
sedikit sama dengan 115% dari tegangan saluran fasa tunggal yang tertinggi (yaitu
15 kV untuk sistem 20 kV)
c. Bila digunakan pada sistem 3 fasa yang tidak ditanahkan, maka kemungkinan
terjadinya gangguan fasa tanah ganda, dengan satu gangguan di sisi suplai dan satu
gangguan di sisi beban dari pelebur fasa harus diperhitungkan.
 Pelebur Jenis Letupan
Tegangan anak pelebur harus dipilih berdasakan hal-hal sebagai berikut :
a. Bila digunakan dalam sistem 3 fasa maka besarnya tegangan pengenal anak pelebur
harus paling sedikit sama dengan tegangan antar fasa yang tertinggi (yaitu 24 kV
untuk sistem 20 kV)

II - 14
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

b. Bila digunakan dalam sisitem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus paling
sedikit sama dengan tegangan saluran fasa tunggal yang tertinggi (yaitu 15 kV untuk
sistem 20 kV)
Penggantian Anak Pelebur
Dianjurkan agar penggantian anak pelebur dilakukan pada keadaan bebas tegangan.
Dianjurkan untuk mengganti tiga buah anak pelebur, bila salah satu atau dua anak
pelebur dari sirkuit tiga fasa telah putus (bekerja). Kecuali jika diketahui dengan pasti
bahwa tidak terjadi arus lebih pada pelebur yang tidak putus.
Lokasi Pemasangan dari Masing-masing Jenis
Sesuai dengan sifat dan penampilannya, maka pada umumnya pelebur jenis letupan
disarankan utuk digunakan untuk pasangan luar sebagai pengaman trafo distribusi tiang
maupun cabang saluran udara dan jenis pembatas arus untuk pasangan dalam di dalam
bangunan gardu atau dalam lemari hubung (Cubicle) sebagai pengaman Trafo distribusi
maupun kabel pelayanan.
 Pelebur Sebagai Pengaman Saluran Cabang
Pemilihan pelebur sebagai pengaman saluran distribusi tegangan menengah harus
didasarkan atasa faktor-faktor sebagai berikut :
 Kemampuan pelebur terhadap arus beban maksimum yang terus menerus,
yang mencakup arus beban nominal, beban lebih, harmonisa, dan
perakiraan cadangan untuk pertumbuhan beban yang akan datang.
 Koordinasi yang sebaik-baiknya dengan alat pengaman yang lain (PMT,
Recloser, dan Pelebur), baik yang berada disisi hulu (sumber) maupun
disisi hilir (bebannya).
 Kemampuan pemutusan dari pelebur, khususnya bagi pelebur jenis letupan
yang dipasang dekat G.I/ Sumber daya.
 Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.

II - 15
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Jadi, pelebur yang dipilih haruslah sekaligus tahan terhadap arus beban, dapat
dikoordinasikan secara baik dengan alat pengaman yang lain, mempunyai kemampuan
pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi setempat dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan akibat arus lebih.
b. Arrester
Arrester ialah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih, yang
disebabkan oleh surja petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat sebagai
by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke
sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak
merusak isolasi peralatan listrik.
Jadi, pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja,
alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah. Sehingga dapat
melewatkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus cepat kembali
menjadi isolator.

Gb.2.11 Kondisi fisik Arrester


c. Recloser
Recloser adalah peralatan proteksi arus lebih secara otomatis membuka menutup
kembali dan membuka terus (lock out) setelah beberapa kali untuk menghilangkan

II - 16
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

gangguan sementara atau kegagalan isolasi permanen. Recloser dapat bekerja secara
otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan
hubung singkat. Bekerjanya untuk menutup balik dan membuka secara otomatis dapat
diatur selang waktunya.
Gangguan yang bersifat temporer tidak menyebabkan recloser sampai lock out. Apabila
gangguan bersifat permanen. Maka setelah membuka dan menutup balik sebanyak
setting yang ditentukan sebelumnya, recloser akan lock out sehingga seksi yang
dianggap masih ada gangguan akan terisolasi.

Gb.2.12 Kondisi Recloser terpasang di jaringan


a. Klasifikasi Recloser Menurut Jumlah Fasanya
Fasa Tunggal
Recloser fasa tunggal digunakan untuk mengamankan saluran fasa tunggal, misalnya
saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama saluran tiga fasa. Kecuali itu dapat juga
dipakai pada saluran tiga fasa, dengan tiga buah recloser fasa tunggal. Begitu terjadi
gangguan salah satu fasa ke tanah, fasa yang bersangkutan akan membuka sendiri,
sementara dua fasanya yang sehat dan sinkron akan tetap berjalan.

II - 17
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Tiga fasa
Recloser digunakan untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada saluran
utamanya. Begitu terjadi gangguan salah satu fasa, ketiga fasa akan membuka tanpa
memperhatikan fasa mana yang terganggu. Waktu pembukaan dapat dibuat lebih singkat
dari penutupan satu fasa.

b. Klasifikasi Recloser Menurut Peralatannya


Recloser Terkendali Hidrolik
Pengaturan kerja dan waktu dilakukan dengan pemompaan minyal secara terpisah.
Recloser ini menggunakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap beban. Bila
arus mengalir melalui recloser mencapai 200% dari arus rating kontinyu kumparan
penjatuh, maka kumparan penjatuh akan menarik plunyer yang secara mekanik dapat
membuka kontak utama recloser. Umumnya recloser satu fasa dipakai pengaturan
hidrolik.

Recloser Terkendali Elektronik


Sistem ini tentu relatif lebih akurat dibandingkan dengan kontrol secara hidrolik.
Rangkaiannya terletak pada sebuah kotak yang terpisah dari recloser. Ini memudahkan
mengganti-ganti karakteristik waktu arus, level arus trip dan urutan operasi recloser
tanpa diinjeksi atau membuka tanki recloser. Asesoris yang beraneka tersedia bagi
modifikasi operasi dalam menagani berbagai masalah jaringan. Arus dideteksi oleh
suatu trafo pendeteksi dengan bushingnya yang berada dalam recloser. Disini arus
sekundernya dipakai untuk kontrol dengan kabel-kabel multi konduktor yang juga
mengalirkan sinyal untuk trip derta sinyal untuk menutup kembali recloser. Ketika arus
sekunder ini mengalir melalui sirkit pendeteksi jika melewati batas minimal trip yang
proporsional, level deteksi sirkit dan sirkit waktu akan bekerja. Setelah berlalunya
waktu tunda sebagaimana yang telah diprogram, sirkit trip mengirim sinyal ke recloser

II - 18
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

untuk membuka. Secara berurutan kemudian relay akan beroperasi untuk siap kembali
melakukan operasi berikutnya.

c. Operasi Recloser
Operasi recloser terbagi menjadi operasi capat (fast) dan operasi tertunda (delayed).
a) Fast Operation
Recloser segera membuka sebelum terjadi kerusakan pada fuse di jaringan-jaringan
yang merupakan percabangan
b) Delayed Operation
Ditujukan untuk memberi kesempatan pada fuse untuk bekerja sehingga gangguan yang
bersifat permanen dapat dibatasi pada wilayah yang kecil.

Recloser mempunyai empat operasi, operasi cepat pertama untuk menghilangkan dari
gangguan sementara, operasi kedua untuk menyelesaikan sisa gangguan yang masih
ada, operasi lambat ketiga untuk menyelesaikan sisa gangguan yang masih ada dan
operasi lambat keemapat recloser lock-out.
Waktu membuka dan menutup recloser dapat diatur dengan kurva karakteristiknya.
Secara garis besar, urutan kerja recloser adalah :
 Sebelum terjadi gangguan arus yang mengalir normal.
 Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui recloser sangat
besar dan menyebakan kontak recloser terbuka dengan operasi “fast”.
 Kontak recloser akan menutup kembali setelah melewati waktu beberapa
detik sesuai setting yang dilakukan. Tujuan membarikan selang waktu
beberapa detik ini adalah memberi penyebab gangguan hilang dari sistem,
terutama gangguan yang bersifat temporer.
 Jika ganguan yang terjadi adalah permanen, maka recloser akan membuka
dan menutup kembali sesuai dengan setting yang telah ditentukan dan akan
lock-out.

II - 19
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, recloser baru dapat


dimasukkan lagi ke sistem.

Gb.2.13 Urutan kerja Recloser


d. Selang Waktu Penutupan Balik Recloser
Beberapa pemilihan waktu penutupan balik recloser dapat dibuat, hal ini sangat
dipengaruhi oleh koordinasi dengan peralatan pengaman lainnya.
a) Menutup balik seketika, setelah kontak recloser membuka karena adanya gangguan,
maka denga waktu yang singkat kontak tersebutkan menutup kembali.
b) Menutup balik setelah dua detik, artinya kontak recloser membuka karena adanya
gangguan, maka selang dua detik kemudian recloser akan menutup balik. Bila
digunakan diantara fast trip operation, maka waktu dua detik ini sudah cukup untuk
mendinginkan fuse disisi beban.
c) Menutup balik setelah lima detik, ini dimaksudkan agar dapat memberi kesempatan
bagi fuse untuk dingin kembali sehingga tidak sampai pada titik leleh minimumnya.
d) Menutup balik setelah sepuluh detik, lima belas detik dan seterusnya atau dikenal
juga sebagai “longer reclosing interval”, pada umumnya digunakan apabila
pengaman cadangannya adalah pemutus tenaga yang dikontrol dengan rele.

e. Pengaturan Setting Recloser dengan Kontrol Elektronik


Pengaturan program ini dapat dilakukan di kotak pengontrol recloser yang berada di
tiang recloser. Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur parameter-parameter yang
telah tersedia dalam program. Adapun parameter-parameternya, yaitu :

II - 20
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

a) Time Current Curve (TCC).


b) Waktu trip konstan, dapat dipilih dari 0.5 sampai 120 detik dengan
penambahan 0.1 detik.
c) Jumlah operasi lock-out yaitu 1, 2, 3 dan 4.
d) Waktu interval penutupan kembali 0.6 sampai 1000 detik.
e) Waktu reset interval setelah berhasil menutup kembali yaitu 3 sampai
180 detik.

2.3 Peralatan Jaringan Tegangan Menegah

Dalam suatu penyulang terdapat penghantar yang berfungsi untuk menyalurkan energi
listrik, saluran ini kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM), masing –
masing saluran menggunakan kabel yang berbeda baik dari segi spesifikasi, jenis
maupun pemasangannya.
2.3.1 Penghantar SUTM
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) merupakan sistem saluran listrik yang
secara konstruksi dipasang diatas tiang listrik dengan ketinggian tertentu (di udara
terbuka). Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) umumnya terdapat di daerah –
daerah dengan kepadatan beban yang tidak terlalu padat.
Suatu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) biasanya dirancang dengan
memperhatikan keperluan listrik dan mekanis. Rancangan Listrik melibatkan pemilihan
tegangan, pemilihan saluran, pengaturan tegangan dan pemilihan alat – alat pengaman.
Rancangan mekanis melibatkan tekanan dan perhitungan lentur, rancangan penopang
dan lengan – lengan pemegang. penopangnya harus cukup kokoh untuk menahan beban
angin yang bekerja pada penopang, penghantar, isolator, lengan pemegang dan lain –
lain.). Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut :

II - 21
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Menggunakan Jaringan Penghantar : AAAC, ACSR, AAC, Single Core Cable,


Twisted Cable, dengan ukuran penampang 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2,
187,5 mm2, 240 mm2, serta 300 mm2.
Secara umum digunakan pada daerah – daerah dengan kepadatan beban rendah
seperti pedesaan dan kota kecil.
Sifat pelayanan : jangkauannya luas, tingkat keandalan penyaluran relatif rendah,
murah dan mudah dibangun, tingkat perawatan tinggi, pemeliharaan lebih sulit.
Penghantar SUTM dipasang di udara terbuka dengan menggunakan tiang penyangga
serta lengan – lengan pemegang. Kabel – kabel yang biasa digunakan adalah :
 AAC, All Alumunium Conductor yaitu kabel yang mempunyai inti konduktor
yang terbuat dari alumunium tanpa isolasi.
 AAAC, All Alumunium Alloy Conductor yaitu kabel yang mempunyai inti
konduktor yang terbuat dari campuran logam alumunium tanpa isolasi.
 ACSR, Alumunium Conductor Steel Reinforced yaitu kabel yang berinti
alumunium dengan selubung pita baja
 ACAR, Alumunium Conductor Alloy Reinforced yaitu kabel yang berinti
alumunium dengan selubung campuran logam
2.3.2 Penghantar SKTM
Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) merupakan sistem saluran listrik
yang secara konstruksi ditanam didalam tanah dengan kedalaman tertentu. Saluran
Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) umumnya terdapat di daerah -daerah dengan
kepadatan beban yang padat dan memiliki kontinuitas pelayanan yang harus sangat
baik.
Suatu Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) seperti halnya SUTM, saluran
kabel tanah ini juga dirancang dengan memperhatikan keperluan listrik dan mekanis.
Rancangan Listrik melibatkan pemilihan tegangan, pemilihan saluran, pengaturan
tegangan dan pemilihan alat – alat pengaman. Rancangan mekanis melibatkan tekanan,
penentuan pemakaian penghantar, isolator, serta prosedur dalam penggelaran kabel

II - 22
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

tanah. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) memiliki beberapa


karakteristik sebagai berikut :
Menggunakan jenis penghantar kabel tanah dengan pelindung mekanis bagian luar
(pita baja), dengan berpelindung XLPE, medan magnet dan elektris. Kabel dapat
berbentuk multicore belted cable atau single core full isolated cable, adapun kabel
tersebut antara lain : kabel N2XSY/NA2XSY, kabel N2XSEBY/NA2XSEBY, kabel
N2XSEY/NA2XSEY, kabel N2XSEFGbY/NA2XSEFGbY dengan ukuran
penampang 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 185mm2, 240 mm2, serta 300 mm2.
Secara umum digunakan pada daerah – daerah dengan kepadatan beban padat
seperti di kota – kota besar
Sifat pelayanan : jangkauannya luas, tingkat keandalan penyaluran relatif tinggi, mahal
serta agak sulit dalam pembangunannya, tingkat perawatan rendah, pemeliharaan lebih
Penghantar SKTM ini ditanam di dalam tanah dengan kedalaman tertentu oleh karena
itu kabel SKTM harus mamiliki konstruksi yang tahan terhadap segala tekanan dan
bahaya korosi yang dapat mengurangi kemampuan hantar arusnya (KHA). Berikut ini
beberapa jenis kabel yang digunakan dalam saluran kabel.
 N2XSY / NA2XSY
 N2XSEBY / NA2XSEBY
 N2XSEY/NA2XSEY
 N2XSEFGbY/NA2XSEFGbY
Keterangan kode kabel
N : Kabel jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar
NA : Kabel jenis standar dengan alumunium sebagai penghantar
NFA : Kabel pilin jenis standar
2X : Isolasi XLPE
S : Lapisan Tembaga
SE : Lapisan tembaga pada masing – masing inti
C : Penghantar tembaga konsentris

II - 23
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

CE : Penghantar tembaga konsentris pada bagian luar masing-masing inti


F : Perisai kawat baja pipih
R : Perisai kawat baja bulat
Y : Selubung luar PVC atau selubung dalam
Cm : Penghantar bulat berkawat banyak dipadatkan
Rm : Penghantar bulat berkawat banyak

Konstruksi SUTM
Saluran udara untuk jaringan distribusi tegangan menengah yang digunakan PT PLN
secara garis besar kalau kita perhatikan dapat kita dikelompokan dalam 4 macam yaitu :
Bentuk bentuk saluran udara ini dapat dilihat pada gambar–gambar seperti berikut :
1. Horizontal simetris tanpa kawat tanah

Gb.2.14 SUTM secara Horizontal Simetris tanpa kawat tanah

Benruk tersebut dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa barat, Jakarta


dan Banten sebagai tiang tumpu

2. Bentuk Horizontal tidak simetris dengan satu kawat tanah di atas kawat
fasanya Formasi ini banyak di gunakan di Jawa Timur dan Kalimantan

II - 24
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Gb.2.15 SUTM bentuk Horizontal tidak simetris dengan kawat tanah diatas kawat fasa

3. Bentuk Segitiga dengan kawat tanah di bawah


kawat fasanya
Formasi saluran ini banyak dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa
Tengah untuk saluran sutm 3 fasa

G.2.16b. SUTM bentuk Segitiga dengan kawat Netral dibawah kawat fasa

4. Vertical 3 fasa

II - 25
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Saluran ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah untuk


sudut belok

Gb.2.17. SUTM Formasi Vertikal

Bentuk Vertical 1 fasa dengan kawat netral dibawah kawat fasa sejajar
Formasi saluran ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah
untuk jaringan satu fasa

Gb. 2.18 SUTM Formasi Vertikal 1 kawat dengan kawat Netral dibawah kawat fasa

II - 26
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada saat ini tingkat kesadaran masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan atas hak-nya akan kebutuhan tenaga listrik semakin
meningkat. maka dapat dipastikan bahwa tuntutan masyarakat pelanggan listrik
untuk mendapatkan pelayanan listrik yang cepat dan handal juga meningkat,
sehingga kita sebagai karyawan PT.PLN harus mampu menjawab tuntutan
masyarakat pelanggan tersebut salah satunya dengan cara meningkatkan
profesionalisme di bidang ketenagalistrikan yang salah satunya dengan
meningkatkan penguasaaan kita terhadap konstruksi jaring distribusi.
Salah satunya cara meningkatkan kemampuan ini adalah kita harus mengetahui
standart konstruksi jaring distribusi yang telah ada, walaupun masih banyak lagi
konstruksi yang harus kita kuasai sesuai dengan kondisi lapangan / medan berbagai
jenis. Pemahaman konstruksi tersebut sebaiknya juga dikuasai serta dipakai sebagai
pegangan dalam melaksanakan tugas ketenagalistrikan baik dalam pembangunan,
pengoperasian maupun pemeliharaan jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi tersebut adalah sebagai penyempurnaan, melengkapi
standart konstruksi distribusi yang telah ada dan dipergunakan selama ini berasal
dari Standart Sofrelec, New jack, CT Main yang menyebar ke wilayah wilayah PLN.
Hal ini kesemuanya adalah disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Diharapkan pemahaman konstruksi ini banyak manfaatnya yang dapat dipetik agar
dapat membantu sistem informasi mengenai standart konstruksi distribusi ini, serta
dapat membantu al:
a. Terdapat keseragaman konstruksi jaringan distribusi sehingga akan mempermudah
pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi
di seluruh wilayah PT PLN.
b. Dengan adanva pengetahuan standart konstruksi jaring distribusi tersebut bagi
pelaksana akan membantu meningkatkan penguasaan standart konstruksi yang
sekaligus akan meningkatkan profesionalisme SDM bidang konstruksi.

II - 27
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

c. Meningkatnya mutu jaringan distribusi yang nantinya akan meningkatkan mutu


keandalan dan keandalan dalam pelayanan.
d. Mempercepat proses perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan jaring
distribusi.
e. Memudahkan dalam merubah/mengedit konstruksi dan komponennya sesuai
kondisi di lapangan.
Selain manfaat tersebut diatas masih banyak manfaat-manfaat yang lain, semuanya
akan merupakan kegembiraan bagi seluruh insan ketenagalistrikan dan para
pelanggan rumah tangga sampai industri besar.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam konstruksi diantaranya adalah
persoalan jarak aman yang disebut : clearence
a. Jarak Antar konduktor.
Pada formasi horisontal menggunakan Pin Isolator antar fasa jaraknya 800
mm.
Pada formasi vertikal menggunakan suspension/string isolator berjarak 950
mm. Untuk formasi horisontal dead-and menggunakan suspension isolator
berjarak 1100 mm.
b. Jarak aman terhadap tanah.
Jarak antara konduktor TM 20 kV terhadap tanah minimal 7 meter.
Jarak antara konduktor TR 380/ 220 V terhadap tanah minimal 6 meter.
c. Jarak antara Konduktor sejajar/double sirkit SUTM.
Jarak saluran pada tiang yang sama/sejajar pada tiang yang sama 1 meter,
sedang jarak saluran TM pada tiang terpisah adalah 2 meter.
d. Isolator.
Isolator tumpu pada SUTM menggunakan Pin Isolator/Pin Post saluran.
Isolator dead-and menggunakan Isolator penegang/suspesion isolator/string
isolator.
e. Pengikat konduktor.

II - 28
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Sebagai penginkat konduktor pada isolator pin type menggunakan Prefomed


Top Ties atau Side-ties serta menggunakan allumunium bending wire. Sedang
untuk Dead-and menggunakan Dead-and clamp/strain clamp dan Preformed
grip spiral.
f. Sambungan konduktor.
Sambungan pada konduktor menggunakan Tension Joint Sambungan
jembatan menggunakan Line tap conector/parallel Group.
g. Jarak rata-rata gawang maxsimum.
Jarak antar gawang maksimum 60 meter menggunakan konstruksi Pin type
sedangkan untuk konstruksi Dead-End jarak maksimum 100 - 200 meter
menggunakan konstruksi khusus (Konstruksi tiang double).

2.3.3 Tiang Listrik


Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu agar jaringan
tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatan .Tiang listrik adalah salah
satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan tegangan menengah
yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya tergantung dari keadaan
lapangan.
 Tiang Awal / Tiang Akhir, yaitu tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang
dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga
kawat penghantar serta perlengkapannya, dimana gaya yang diderita oleh tiang
adalah gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu sudut.
 Tiang Penyangga, yaituTiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran
listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
tarikan kawat adalah berlawanan.
 Sudut Tiang, yaitu Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana
pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat
adalah berlawanan.

II - 29
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 Tiang Penegang/Tiang Tarik, yaitu .Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang


dipasang pada saluran listrik yang lurus, dimana gaya tarik kawat bekerja
terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.
 Tiang Penopang, yaitu .Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk
menyangga tiang akhir, tiang sudut dan tiang penegang agar kemungkinan tiang
menjadi miring akibat gaya tarik kawat penghantar dapat terhindar.

TIANG BAJA
Jenis-Jenis Tiang Baja
a. Panjang Tiang dan Penggunaannya

Panjang Tiang (m) Keterangan

8 Penopang JTR (Strut pole)


9 JTR (Berlaku untuk kelistrikan desa dengan beban kerja 100 daN)
10 JTR double sircuit
11 u.b. TM. JTM kV Sirkuit Tunggal. Dengan penjang gawang 40 m

Catatan : Yang dimaksud panjang adalah panjang dasar, tidak termasuk


panjang tambahan untuk kawat tanah.
1. Bagian panjang tiang untuk panjang kawat tanah adalah 1,5 m
diatas penghantar JTM yang tertinggi.
2. Panjang ukuran khusus untuk memenuhi ruang bebas
(clearance minimum 7 m) pada bentangan 60 m keatas.
A. Spesifikasi Tiang Besi.

Panjang : 8 m

Beban Kerja (da N) 100 200 350 500 800 1200


Diameter bagian-bagian C - 114,3 - - - -
Tiang B - 165,2 - - - -
(mm) A - 190,7 - - - -
C - 4,5 - - - -
Tabel pipa (mm) B - 4,5 - - - -

II - 30
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A - 5 - - - -

Diameter bagian-bagian C - 2000 - - - -


Tiang B - 2000 - - - -
A - 4000 - - - -
Lenturan pada beban kerja (mm) - 108 - - - -
Tebal selongsong (mm) - 5 - - - -
Panjang selongsong (mm) - 600 - - - -
Berat tiang (kg) - 180 - - - -

Panjang : 9 m Tabel

Beban Kerja (da N) 100 200 350 500 800 1200


Diameter bagian-bagian C 89,1 114,3 139,7 165,2 190,7 216.3
Tiang B 114,3 139,8 190,7 216,3 267,4 267,4
(mm) A 139,8 190,7 216,3 267,4 318,5 355,6
C 4 4,5 6 5 6 7
Tabel pipa (mm) B 4,5 6 6 6 6 9
A 6 6 8 7 8 12
Diameter bagian-bagian C 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Tiang B 2000 2000 2000 2000 2000 2000
(mm) A 5000 5000 5000 5000 5000 5000
Lenturan pada beban kerja 168 131 110 6 80 65
(mm) 6 6 8 7 3 12
Tebal selongsong (mm) 600 600 600 600 600 600
Panjang selongsong (mm) 162 233 348 379 508 805
Berat tiang (kg)

Panjang : 10 m Tabel
Beban Kerja (da N) 100 200 350 500 800 1200

Diameter bagian-bagian C - 114,3 139,7 165,2 190,7 216.3

Tiang B - 139,8 190,7 216,3 267,4 267,4

(mm) A - 190,7 267,4 267,4 318,5 355,6

II - 31
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

C - 4,5 6 5 6 7

Tabel pipa (mm) B - 6 6 6 6 9

A - 7 6 8 9 12

Diameter bagian-bagian C - 2000 2000 2000 2000 2000

Tiang B - 2000 2000 2000 2000 2000

A - 6000 6000 6000 6000 6000

Lenturan pada beban kerja - 148 104 111 92 81


(mm)
- 7 6 8 9 12
Tebal selongsong (mm)
- 600 600 600 600 600
Panjang selongsong (mm)
289 373 465 618 907
Berat tiang (kg)

B. Keuntungan Tiang Besi


Keuntungan tiang baja ialah :
a. Cocok untuk kota yang membutuhkan keindahan
b. Ringan
c. Ukuran lebih kecil dari tiang kayu maupun dari tiang beton
C. Kerugian Tiang Besi
a. Mudah berkarat, oleh karenya pemeliharaannya mahal, umpamanya harus
di sikat dan dicat tiap tahun.
b. Harganya mahal

Tiang Beton

II - 32
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

 Tiang Beton Berpenampang Bulat


Tiang Beton Berpenampang Bulat adalah tiang beton praktekan dan bertulang
berpenampang bulat konis berongga ditengahnya dengan peruncingan (taper)
nominal 1/75.
 Tiang Beton Penampang H
Tiang beton penampang H adalah tiang beton praktekan berpenampang H di
sepanjang kira-kira 5/6 panjang tiang bagian bawah dan berpenampang segi
empat dibagian atasnya dengan peruncinga (taper) 1/75.
Tiang beton bertulang (steel reinforced concrete poles) dapat diklasifikasikan
menurut cara pembuatannya dan manurut cara menghimpunnya (assembling).
Titik beban kerja 25 cm dari ujung atas tiang
Catatan : (daN = deca Newton).
*) Panjang tiang adalah panjang dasar, tidak termasuk panjang tambahan (tebal
tutup)
**) 1 daN ≈ 0, 98065 kgf ; secara praktis dapat diambil 1 daN ≈ 1 kgf

Panjang *) Tinggi titik Tumpu Diameter (Beban Kerja **)


(batas tanam)
(m) (m) (cm) (daN)

II - 33
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

7 1,2 12,4/14 100


9 1,5 15,7 100
15,7 20
19 350
19 500
22 800
22 1200
11 1,9 19 200
19 350
19 500
22 800
22 1200

Catatan : (daN = deca Newton).


*) Panjang tiang adalah panjang dasar, tidak termasuk panjang tambahan (tebal tutup)
**) 1 daN ≈ 0, 98065 kgf ; secara praktis dapat diambil 1 daN ≈ 1 kgf

II - 34
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Gb. 2.19 : Tiang beton Penampang Bulat

II - 35
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Tabel : Dimensi tiang beton penampang H


Panjang Tinggi titik Tumpu Ukuran penampang Beban Kerja *)
(m) (batas tanam) A B Arah X Arah Y
(m) (cm) (cm) (daN) (daN)
7 1,2 8,5 9,5 100 40
9 1,5 8,5 9,5 100 40
11 16 20 80
11 16 350 125
15 20 500 175
17 20 800 240
- - 1200 480
11 1,9 11 16 200 80
11 16 350 125
15 20 500 175
17 20 800 240
- - 1200 480

Titik beban kerja 25 cm dari ujung atas ring


Catatan :
*) 1 N = 1 kg : 9,8065; secara praktis dapat diambil 1 daN = 1 kg
Tabel Toleransi

Dimensi Toleransi (mm)

+ 4
Diameter luar / penampang
- 2

+ 30
Panjang - 20

II - 36
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Gb.2.20 : Tiang beton Penampang H

II - 37
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

B. Penandaan Pada Tiang


Tiang Beton harus dilengkapi dengan tanda sebagai berikut :
1. Tanda pengenal :
 merek peniagaan (logo).
 jenis tiang.
 tanggal dan nomor produksi.
2. Tanda titik angkat tiang, berupa garis lurus tebal melingkar setengah
lingkaran.
3. Tanda batas tanam tiang, berupa garis lurus tebal melingkar tiang.
4. Tanda pembumian (bila tiang dilengkapi dengan pembumian) berupa
lambing pembumian yang ditempatkan dibawah huruf terakhir
“tanggal dan nomor produksi”.

Letak tanda pengenal 1,5 meter diatas batas tanam (garis tanah), terhadap
merek perniagaan.
Cara penandaan sesuai dengan Lampiran B.
Jenis tiang harus dibedakan dengan kode warna pada semua huruf tanda
pengenal kecuali merek perniagaan, sebagai berikut :

a. Beban kerja 100 daN – warna Hitam.


b. Beban kerja 200 daN – warna Biru.
c. Beban kerja 350 daN – warna Merah.
d. Beban kerja 500 daN – warna Hijau.
e. Beban kerja 800 daN – warna Kuning.
f. Beban kerja 1200 daN – warna Putih.

Penandaan harus jelas dengan warna mencolok dan tidak mudah terhapus.

II - 38
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Gb.2.21 Penandaan Tiang

II - 39
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A. Keuntungan Tiang BeTON


Keuntungan tiang beton ialah :
a. Pemeliharaan praktis nol
b. Kekuatan puncak sangat besar
c. Umur praktis tidak terbatas
B. Kerugian Tiang Beton
Kerugian tiang beton ialah :
a. Rapuh (gampang pecah dan patah).
b. Berat. Karenanya untuk daerah yang sukar / berbukit sulit dipasang.
c. Mengangkut dan memindahkan sukar.
d. Mendirikan dan menanam memerlukan keahlian serta memerlukan alat-
alat khusus.

II - 40
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

KLASIFIKASI KONDUKTOR.
Klasifikasi Konduktor Menurut Bahannya :
a. Kawat Logam Biasa
Contoh :
1. BBC (Bare Copper Conduktor)

2. AAC (All Aluminium Alloy Conduktor)


b. Kawat Logam Campuran (Alloy)
Contoh
1. AAAC (All Aluminium Alloy Conduktor)
2. Kawat Logam Paduan (composite)
Contoh :
1. Copper Clad Steel (Kawat baja berlapis tembaga)
2. Aluminum Clad Steel (Kawat baja berlapis Aluminium)
c. Kawat Lilit Campuran
Yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih.
Contoh :
1. ASCR (Aluminium Cable Steel Reinforced)
Klasifikasi Konduktor Menurut Konstruktsinya :
1. Kawat padat (solid wire) berpenampang bulat.
2. Kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai dengan 61 kawat padat yang
dililit menjadi satu, biasanya berlapis dan konsentris.
3. Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat
untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar.
Klasifikasi Menurut Bentuk Fisiknya.

II - 41
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

1. Konduktor telanjang.
2. Konduktor berisolasi.
Konduktor berisolasi adalah konduktor telanjang yang pada bagian luarnya
diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja.
Contoh :
1. Kabel twisted.
2. Kabel NYY.
3. Kabel NYCY.
4. Kabel NYFGBY.
Karakteristik Konduktor
Ada 2 (dua) jenis karateristik konduktor, yaitu :
1. Karakteristik Mekanik
2. Karakteristik Listrik.
Karakteristik Mekanik.
Karakteristik mekanik menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang
menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor.
Dari SPLN 41-8:1981 untuk konduktor 70 mm berselubung AAAC-S pada suhu
sekitar 30 C, maka kemampuan maksimal dari konduktor untuk menghantar arus
adalah 275 A.
Karakteristik Listrik
Karakteristik listrik menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus listrik
yang melewatinya.
Dari SPLN 41-10 : 1991 untuk knduktor 70 mm 2 berselubung AAAC-S pada suhu
sekitar 30o C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk menghantar
arus adalah 275 A.

II - 42
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Karakteristik Hantaran

a. Karakteristik Mekanik
- Karakteristik mekanik hantaran udara aluminium (A2C)
Tabel.
Luas Luas Jumlah Diameter Diameter Berat Kuat tarik
Penampang Penampang Kawat Kawat Hantaran Hantaran Putus
Nominal Sebenarnya Aluminium Nominal Kira-kira Hantaran
Nominal (secara
(mm2) (mm) (mm) (mm) (kg/km) hitungan)
(kp) *)
1 2 3 4 5 6 7
16 15,89 7 1,7 5,1 44 290
25 24,25 7 2,1 6,3 67 425
35 34,36 7 2,5 7,5 94 585
50 49,48 7 ,30 9,0 135 810
50 48,36 19 1,8 9,0 133 860
70 65,82 19 2,1 10,5 181 1150
95 93,27 19 2,5 12,5 256 1595
120 117,0 19 2,8 14,0 322 1910
150 147,1 37 2,25 15,7 406 2570
185 181,6 37 2,5 17,5 501 3105
240 242,5 61 2,25 20,2 670 4015
300 299,4 61 2,5 22,5 827 4850
400 400,1 61 2,89 26,0 1105 6190
500 499,8 61 3,23 29,1 1381 7600
625 626,2 91 2,96 32,6 1733 9690
800 802,1 91 3,35 36,8 2219 12055
1000 499,7 91 3,74 41,1 2766 14845

Karakteristik mekanik hantaran udara aluminium campuran (A3C)

II - 43
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Tabel Konstruksi Penghantar Udara Campuran Aluminium Telanjang (AAAC)


Luas Luas Jumlah Diameter Diameter Berat Kuat tarik
Penampang Penampang Kawat Kawat Penghantar Penghantar Putus
Nominal Sebenarnya Aluminium Nominal Nominal Penghantar
Nominal
(mm2) (mm2) (mm) (mm) (kg/km) (N)
1 2 3 4 5 6 7
16 16,84 7 1,75 5,25 46 4,700
25 27,83 7 2,25 6,75 76 7,750
35 34,36 7 2,5 7,5 94 9,600

50 49,48 7 3,0 9,0 135 13,850


50 45,7 19 1,75 8,75 126 12,750
70 75,55 19 2,25 11,25 208 21,100

95 93,27 19 2,5 12,5 256 26,100


120 112,85 19 2,75 13,75 310 31,550
150 147,11 37 2,25 15,75 406 41,100

185 181,62 37 2,5 17,5 501 50,750


240 242,54 61 2,25 20,25 670 67,750
300 299,43 61 2,5 22,5 827 83,700

400 431,18 61 3,0 27,0 1195 120,550


500 506,04 61 3,25 29,25 1402 141,400
630 643,24 91 3,0 33,0 1782 179,750

800 754,91 91 3,25 35,75 2092 211,000


1000 1005,06 91 3,75 41,25 2785 280,85
-

- Karakteristik mekanis hantaran udara tembaga (BCC)


Luas Luas Jumlah Diameter Diameter Berat Kuat tarik
Penampang Penampang Kawat Kawat Hantaran Hantaran Putus

II - 44
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Nominal Sebenarnya Tembaga Nominal Kira-kira Hantaran


Nominal (secara
(mm2) (mm2) (mm) (mm) (kg/km) hitungan)
(kp) *)
1 2 3 4 5 6 7

6 6,16 1 2,8 2,8 54,8 246


10 10,02 7 1,35 4,05 90 410
16 15,89 7 1,7 5,1 143 650

25 24,25 7 2,1 6,3 219 990


35 34,36 7 2,5 7,5 310 1405
50 49,48 7 3,0 9,0 447 2020

50 48,36 19 1,8 9,0 438 1980


70 65,82 19 2,1 10,5 597 2690
95 93,27 19 2,5 12,5 846 3810

120 117,0 19 2,8 14,0 1061 6010


150 147,1 37 2,25 15,7 1337 7420
185 181,6 37 2,5 17,5 1651 7420

240 242,5 61 2,25 20,2 2208 9910


300 299,4 61 2,5 22,5 2726 12235
400 400,1 61 2,89 26,0 3643 16345

500 499,8 61 3,23 29,1 4551 20420

- Karakteristik mekanik kabel Twisted TR

Penampang nominal Berat kabel


Diameter kabel
Fasa Netral Penerangan Per kg

II - 45
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

(mm2) (mm2) (mm2) (mm) (kg)


3 x 25 54,6 30,8 550
3 x 35 54 33,8 670
3 x 50 54 36,2 780
3 x 70 54 40,6 1010
3 x 35 54 2 x 16 33,8 810
3 x 30 54 2 x 16 36,2 910
3 x 70 54 2 x 16 40,6 1230

b. Karakteristik Listrik
- Karakteristik listrik hantaran tembaga (CU)

Luas Penampang KHA terus menerus


(mm2) A

10 90
16 125
25 160
35 200
50 250
70 310
95 380
120 440
150 510
185 585
240 700
300 800
400 960
500 1.110

- Karakteristik listrik hantaran aluminium (AAC)


Luas Penampang KHA terus menerus
(mm2) A

II - 46
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

16 110
25 145
35 180
50 225
70 270
95 340
120 390
150 455
185 520
240 625
300 710
400 855
500 990
625 1.140
800 1.340
1000 1.540

- Karakteristik listrik hantaran udara aluminium campuran (A3C)

Luas Penampang Nominal KHA terus menerus)


(mm2) A

16 105
25 135
35 170
50 210
50 210
70 255
95 320
120 365
150 425
185 490
240 855
300 670

II - 47
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

400 810
500 930
625 1.075
800 1.255
1.000 1.450

- Karakteristik listrik kabel Twisted TR


Tabel
Arus yang diizinkan
Penampang Penahan Reaktansi pada
nominal Ohm Frekwensi 50 Hz
20C 30C 40C
(mm2) Ohm / Km Ohm / Km Amper Amper Amper

16 2,41 0,10 85 80 70
25 1,52 0,10 110 100 95
35 1,10 0,10 135 125 110
50 0,81 0,10 160 145 135
70 0,54 0,10 200 185 170

Tabel. Konstruksi & KHA Penghantar Berselubung AAAC – S


1 2 3 4 5 6 7
Luas Konsruksi Jumlah Diameter Tebal Kuat hantar arus
penampang Kawat Kawat Selubung diudara pada suhu
penghantar penghantar nominal nominal sekitar mak-
nominal
S 30C 40C
(mm2) Buah mm mm A A

35 Rm 7 2,5 3,0 167 150


50 Rm 19 1,75 3,0 200 180
70 Rm 19 2,25 3,0 275 246
95 Rm 19 2,5 3,0 315 282
120 Rm 19 2,75 3,0 356 319
150 Rm 19 3,25 3,0 423 378
150 Rm 37 2,25 3,0 423 378

II - 48
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

185 Rm 37 2,5 3,0 484 423


240 Rm 61 2,25 3,0 586 523

ISOLATOR
Fungsi Isolator
Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (segi), yaitu :
a. Fungsi dari segi listrik
- Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan tagangan.
- Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan kawat phasa.
b. Fungsi dari segi mekanik :
- Menahan berat dari penghantar / kawat.
- Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat.
- Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan angin.
Bahan Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan
pada system distribusi antara lain :
- Isolator gelas
- Isolator keramik
Cara Penggunaanya
Menurut cara penggunaannya, isolator TR dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Isolator Penopang / tumpu (Type RM, dan Type N).
Adalah jenis isolator berfungsi sebagai tiang penopang, dimana bebannya
hanya merupakan berat penghantar saja, sedangkan beban tarikan hamper
sama dengan nol (= 0).
2. Ioslator Penegang (Type Afspan, Champignon dan Type B).
Adalah jenis isolator yang dipasang pada tiang yang mempunyai beban
tarikan, baik dari satu arah maupun dari 2 (dua) arah.
3. Isolator Penarik (Type Tefer)

II - 49
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Adalah jenis isolator yang dipergunakan pada kawat shcor.

Tabel. Jenis TR dan pemakaiannya

Untuk kawat Beratnya per-buah


Type
(mm2) (kg)

RM I 50,70 0,91
RM II 16,26,35 0,45
RM III 6,10 0,26

II - 50
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

N 95 95 s/d 150 0,5


N 80 16 s/d 70 0,3
N 60 6 s/d 10 0,13

Tabel. Jenis Isolator TR dan Ukurannya

Ukuran. Mm Berat
Isolator Type
H D D1 d h r rl Kg

1. Type RM I 140 86 59 21 49,5 4 12 0,91

2. Type RM II 100 70 51 17 32 3,5 8,5 0,45

3. Type RM III 80 60 40 11,5 30 3 7 0,26

4. Type N 95 95 95 66 22 38 9 9 0,55

5. Type N 80 85 80 54 19 31 6 6 0,36

6. Type N 60 60 60 40 17 25 6 0,13

7. Type 145 120 32 23 4 1,45


Champignon

8. Type penegang
yang dinormalisir (afspan
isolator) 81 102 91 23 7,5 0,55
DIN 8002

SPESIFIKASI
DIMENSI, TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK
ISOLATOR KERAMIK JENIS PENEGANG

II - 51
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

B1 – 60 B1 – 85 B1 – 115

DIMENSI (dalam mm)

Toleransi : ± (0,004 d + 1,5) mm ; d = dimensi dalam mm


Kecuali : yang berada (•) bertoleransi “ + “ saja

TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK

JENIS ISOLATOR
PENGUJIAN LISTRIK
DAN MEKANIK B1-15 B1-115
B1-60
Teg. Loncat kering … kV 18 25 25
Teg. Lonc. basah ….. kV 10 12 15
Ketahanan kejutan suhu 900 1200 1400
Keporian 1400 atmosfir-jam tidak tembus

SPESIFIKASI DIMENSI, TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK ISOLATOR


KERAMIK JENIS PENEGANG

II - 52
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

B2 – 54 B2 – 76 B2 – 81

DIMENSI (dalam mm)


Toleransi : ± (0,004 d + 1,5) mm ; d = dimensi dalam mm
Kecuali : yang berada (•) bertoleransi “ + “ saja

TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK


PENGUJIAN LISTRIK JENIS ISOLATOR
DAN MEKANIK B2-54 B2-76 B3-76 B2-81
Teg. Loncat kering … kV 20 25 25 25
Teg. Lonc. Basah
Kedudukan kendur …. kV 10 15 15 15
Keudukan tegak ……. kV 8 12 12 12
Minimum kuat lintang ……. Kg 900 2000 1400 1800
Ketahanan kejut suhu Baik Baik Baik Baik

II - 53
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Keporian 1400 atmosfir-jam tidak tembus

SPESIFIKASI, DIMENSI, TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK ISOLATOR


KERAMIK JENIS PENEGANG
C1 – 60 C1 – 80 C1 – 120

Dimensi (mm)
Jenis Isolator
l R t D
C1 – 60 60 6 45 50
C1 – 80 80 9 55 65
C1 – 120 120 13 65 105

DIMENSI (dalam mm)


Toleransi : ± (0,004 d + 1,5) mm ; d = dimensi dalam mm

TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK


PENGUJIAN LISTRIK JENIS ISOLATOR
DAN MEKANIK C1 – 60 C1 – 80 C1 – 120
Teg. Loncat kering … kV 10 12 20
Teg. Lonc. Basah ….. kV 3 4 8
Minimum kuat lintang ……. Kg 3000 3000 5500
Ketahanan kejut suhu Baik Baik Baik
Keporian 1400 atmosfir-jam tidak tembus

PERALATAN PELENGKAP
Fungsi Alat Pelengkap

II - 54
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Yang dimaksud alat pelengkap adalah : suatu peralatan bukan utama yang sifatnya menggenapi,
sehingga jaringan tersebut akan lebih sempurna.
Jenis Alat Pelengkap
Termasuk peralatan pelengkap adalah :
- Konektor dan peralatan sambungan
- Travers / cross arm
- Peralatan acssesories kabel twisted
- Sekor
Konektor
Konektor Alur adalah konektor yang mempunyai alur-alur paralel yang berfungsi
memudahkan dan memantapkan dalam penyambungan atau percabangan penghantar
telanjang sehingga instalasi dapat bekerja sesuai dengan tujuan.

Jenis

Jenis konektor dapat diklasifikasikan berdasarkan cara penekanan badan konektor

Jenis mur baut

Adalah jenis penekanan badan konektor yang mempergunakan mur-baut.

Jenis H

Penekanan badan konektor dengan mempergunakan perkakas tekan (mesin press)

Klasisfikasi

Konektor dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran luas penampang nominal penghantar sebagai
berikut :

Jenis penghantar yang disambung Jumlah baut


No.
Al-Al Al-Cu Cu-Cu min.

1 10-35/10-35 10-35/6-25 - 1
2 35-70/35-70 35-70/16-50 25-50/25-50 2
3 70-150/35/70 - - 2
4 70-150/70-150 70-150/70-150 - 2
5 150-240/150-240 150-240/150-240 - 3

II - 55
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Syarat Bahan Dan Mutu


1. Bahan dan Mutu
Bahan dan mutu yang terbuat dari bahan aluminium campuran dengan ikadar
aluminium minimum 97,28%, silikom 0,2-0,6% dan magnesium 0,45-0,9% untuk
bagian kontak atau badan konektor yang terbuat dari tembaga, kadar tembaga minimum
99,9%.
2. Bagian gemuk / Kompon
Gemuk/kompon harus terbuat dari bahan berkarakteristik sebagai berikut :
 Tidak bereaksi dengan aluminium dan seng;
 Tidak leleh (droping point) tidak kurang dari 100oC
 Kestabilannya tidakberubah oleh pengaruh udara dan tidak teroksidasi.
 Jika gemuk mengandung bahan yang mudah menguap, penguapannya
tidak menyebabkan terjadinya retak pada lapisan permukaan logam
pelindung (protective film).
 Pada uji daur panas, berkurangnya berat contoh uji tidak boleh lebih dari
5%
 Kelekatan (daya lekat) lapisan gemuk harus baik, sehingga permukaan
aluminium tidak kusam atau buram.
A. 3. Bagian penekan
Bagian penekan yang terbuat dari baja atau besi harus dilapisi bahan anti karat.
4. Sifat Tampak
Bagian-bagian konektor harus tidak berkarat dan tidak cacat, seperti permukaan
tidak retak dan cacat lain yang mempengaruhi fungsi konektor dalam
pemakainnya. Pada konektor harus terbaca jelas tanda-tanda pengenal atau
penandaan sesuai dengan persyaratan ayat 13 pada standar ini.

II - 56
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Penandaan harus huruf timbul (embossing) untuk jenis konektor yang dibuat
dengan cara pengecoran, dan cetak tempa untuk yang dibuat dengan cara
ekstrusi.
5. .Sifat Mekanik
Mur dan baut harus mudah dipasang atau dilepas dengan tangan sebelum
dikencangkan. Baut harus cukup panjang agar pada waktu pemasangan bagian
atas dan bawah konektor tidak terlepas satu dengan lainnya sehingga penghantar
dapat masuk dengan normal (dari samping).
Kepala baut dobel atau topi baut/mur konektor jenis mur-baut harus patah pada
kekencangan sesuai tabel. Dengan toleransi ± 10%.
Daya jepit konektor terhadap penghantar pada kekencangan tidak boleh kurang
dari 35 % beban putus perhitungan penghantar terpasang.
6.. Sifat Listrik
Konduktans kunduktor sekurang-kurangnya sama dengan konduktan penghantar.
Konektor pada uji daur panas harus memnuhi persyaratan.
7. Penandaan
Pada konektor harus dilengkapi penandaan sebagai berikut :
- merek perniagaan / logo pabrik pembuat.
- tipe / nomor catalog pabrik pembuat.
- ukuran nominal dan jenis penghantar yang akan disambungkan, baik untuk
saluran utama maupun saluran cabang.
- telah lulus uji PLN LMK.

II - 57
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Penyambungan Penghantar dengan klem Jepit.


Beberapa jenis jenis Klem Jepit.

II - 58
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Peralatan Penyambungan Penghantar .


Karena keterbatasan panjang penghantar, ada-kalanya kita perlu menyambung
penghantar tersebut agar dicapai efisiensi penghantar .
Peralatan tersebut antara lain :

Tension Compression Splice.

II - 59
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Tabel Penyambungan Penghantar dengan Press


Conductor Conductor
ALL - ALUMINIUM ALMELEC
Cross Diameter
Sleeve Lenght Overail Sleeve Lenght Overail
Section
Before After Dia after Before After Dia after
drawing drawing Drawing drawing drawing Drawing
mm Mm
I L D I L D
Mm mm mm mm mm mm

22 6 150 240 11 200 350 11


27,8 6,75 155 260 12 220 390 12
34,4 7,5 160 270 14 260 450 14
43,1 8,4 170 290 14 260 450 16
54,5 9,45 190 320 14 280 480 18
69,3 10,65 190 320 16 300 500 20
75,5 11,25 195 320 18 300 500 20
93,3 12,25 210 320 19 325 570 22
117 14 230 370 21 360 630 25
148,1 15,75 280 450 24 400 680 29
228 525 730 34,5
288 260 780 38,1
475 1.240 1.940 45
604 1.870 2.280 56

Repair Splice :
Digunakan untuk Penghantar aluminium yang rantas sebagian, sehingga memulihkan
kembali kuat arus hantar arusnya.
Cross Arm
Fungsi :
Digunakan pada JTR udara (Over hoad) sebagai perenggangan jarak antar
penghantar sastu dengan penghantar lainnya, dengan peralatan Bantu isolator.
Bahan :

II - 60
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Dibuat dari besi L st 41, type 65 dan besi 4 st 41, type NP 6,5
Penggunaannya :
Apabila kita akan mempergunakan isolator RM I, panjang cros arm = 850 mm,
sedangkan apabila kita pergunakan isolator RM II, kita pergunakan panjang = 500
mm.

500 mm

850 mm

Arming Bolt :
Fungsinya sebagai klem pengikat cross arm pada tiang yang berfungsi sebagai
penyangga.
Assesories
Fungsinya sebagai pelengkap utama pada JTR yang mempergunakan penghantar
kabel pilin (twisted cable).
Klem Penegang Tipe Baji
Klem type ini sesuai untuk digunakan pada jarungan tegangan rendah yang
menggunakan konduktor berisolasi dipilin sebagai klem penegang

II - 61
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Kawat netral pendukung berisolasi oleh plastic insert dari kelm.

Brecket Penggantung
Baracket ini di desain sesuai untuk menyangga clamp penggantung diri kabel
berisolasi dipilin. Bracket ini dipasang pada tiang besi atau tiang beton
menggunakan sirip baja tahan karat atau baut tembus.

Min. Breaking Strenght


Cat No.
Vertikal F1 Horinzontal F 2

BSC. 3570 700 Kgs 500 Kgs

II - 62
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Bracket Penegang
Bracket ii didesain untuk menyangga klem penegang type baja, single atau double klem untuk
rangkaian ujunga sudut kecil atau sudut besat menggunakan strip baja tahan karat atau baut tembus.

Min. Breaking Strenght


Cat No.
Vertikal F1 Horinzontal F 2
BSC. 3570 500 Kgs 1500 Kgs

Klem Gantung Chain Link


Klem gantung ini dilengkapi dengan chain link sesuai untuk konduktor berisolasi
dipilin. Kawat netral yang berisolasi sebagai salah satu bundle konduktor
berisolasi dipasang pada suspension clam dan akan mendukung semua
konduktor berisolasi lainnya.

Cat No. Conductor sizes (neutral messenger wire) Min. Breaking Strenght

SCT 35 to 70 sqmm 700 Kgs

Shoer
Fungsinya sebagai penyambung beban tarikan, sehingga kondisi tiang tegak lurus.
Karena itu, shoer pada umumnya dipasang pada tiang akhir/awal, tiang
Macam – macam Konstruksi Shoer
1. Track Shoer

II - 63
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Track Shoer ialah tumpang tarik, dengan bagian utamanya kawat aja, stay Roda
dan Block Cor.
2. Drug Shoer
Drug Shoer, ialah shoer tumpang tekan dengan peralatan utama tiang yang
dipasang sebagai penopang tiang jaringan.
3. Kontra Mask Shoer
Kontrak mask shoer, ialah terdiri dari shoer tumpang tarik dan tupang tekan. Hal
ini terjadi apabila dilokasi tersebut tidak bisa dipasang salah satu shoer.

PERALATAN HUBUNG

FUNGSI PERALATAN HUBUNG


Peralatan hubung TR selanjutnya disebut saklar TR (saklar). Saklar digunakan untuk
menghubungkan sekaligus memisahkan dari suatu rangkaian listrik, baik pada
kondisi oeprasi, maupun tidak beroperasi.

MACAM ALAT HUBUNG


a. – Saklar phasa tiga, 4 kotak
– Saklar phasa tiga, 3 kotak
b. – Saklar phasa satu, 2 kotak
– Saklar phasa satu, 1 kotak
c. Saklar dengan penguatan magnet (kontaktor)
d. Saklar dengan pelengkap sekring pengaman

PRINSIP KERJA ALAT HUBUNG


1.a. Saklar phasa tiga, 4 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara operasional
melalui 4 titik kontak yang bekerja serentak (bersama-sama), yaitu terdiri
dari kontak ke tiga phasanya, serta kontak netralnya.

II - 64
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

b. Saklar phasa tiga, 3 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara


operasionalnya melalui ketiga kontak phasanya, secara serentak, sedang
kawat netralnya tetap tersambung.
2.a. Saklar phasa satu, 2 kontak adalah saklar mellaui kontak phasa dan kontak
netral yang bekerja serentak.
b. Saklar phasa satu, 2 kontak adalah saklar buka/tutup yang cara
operasionalnya hanya melalui kontak phasa saja, sedang kawat netralnya
tetap tersambung.
3. Saklar dengan penguatan magnet adalah dengan melalui masukan tegangan
listrik ABB yang dialirkan pada suatu rangkaian belitan sehingga didapat
magnet untuk menghubungkan antar kontak-kontaknya.
4. Saklar dengan perlengkapan sekring, adalah saklar yang dilengkapi dengan
sekring pengaman, sehingga bila terjadi arus gangguan akan segera terjadi
pemutusan aliran arus listrik.

SPESIFIKASI ALAT HUBUNG


Dalam penggunaan, saklar TR dibedakan menjadi dua :
1. Dioperasi Dengan Beban Penuh
Jenis operasi saklar ini biasanya dilengkapi dengan pegas yang fungsinya
untuk mempercepat saat penglepasan dan penghubung kontak-kontaknya,
sehingga terjadi surja dapat dipercept (ditiadakan).
2. Dioperasikan Tanpa Beban
Saklar jenis ini hanya hanya boleh dioperasikan tanpa beban sama sekali
(beban nol) apabila dipaksakan, maka akan timbul surja hubung yang sangat
panas (2500oC) yang mengakibatkan kerusakan pada kontak-kontaknya.
Akibat panas tersebut, tahanan ( R ) kontak menjadi lebih besar sehingga akan
droup (kehilangan) tegangannya sebesar ∆V = R.I, atau akibat perubahan R,
maka daya dan Energi yang diserap menjadi panas sebesar.

II - 65
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Daya = Arus x droup Teg


P = I. ∆V (Watt)
= I.I.R
P = I2.R (Watt)
Dan Energi yang diserap dengan waktu tertentu adalah :
E = P x t (Wh)

Energi yang dirubah menjadi panas tersebut merupakan losses


(kerugian) teknis.
 Gardu induk
 Jaringan distribusi primer
 Gardu hubung
 Trafo distribusi
 Jaringan distribusi sekunder

II - 66
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

II - 67

Anda mungkin juga menyukai