II - 1
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
2.1.2 Kubikel
Kubikel pada Gardu Distribusi, berfungsi sebagai alat-hubung, pembagi, proteksi dan
pengukuran sebelum masuk ke trafo distribusi. Komposisi Kubikel tergantung pada
sifat pelayanan gardu tersebut Ada tiga jenis pelayanan gardu distribusi, yaitu :
Pelayanan umum TR
Pelayanan khusus TM
II - 2
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Gb.2.2 Diagram garis tunggal komposisi kubikel pada gardu distribusi pelayanan Umum TR
PT
Gb. 2.3 Gardu pelayanan umum dengan 1 (satu) buah trafo distribusi adalah : LBS, LBS, PB
II - 3
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
LBS LBS PT B1
PGDB
CT
FUSE OCB
TM
PT
KWH
LBS LBS PT
PGC
TYPE 3A
FUSE
TM OCB
PT
CT
KWH
II - 4
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
LBB LBS
CB OM
OCB
CT
PT
KWH
KE TRAFO
DISTRIBUSI
CBOM : Circuit Breaker Out Metering, yaitu kubikel pmt dilengkapi dengan sarana pengukuran
dan pembatasan didalamnya terdapat CT dan PT
Gb. 2.7Gardu Pelayanan khusus TM type 4A : LBS, LBS, PT, CBOM
CT
KE TRAFO
KWH DISTRI
BUSI
Gb. 2.8 Gardu pelayanan khusus TM dilengkapi dengan pengamanan fuse TM pada sisi beban :
LBS, LBS, PT, CB, PB
II - 5
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
B1
PB LBS LBS PT
PGDB
CT
FUSE
TM OCB
PT
KWH
Gb. 2.9 Gardu pelayanan campuran: PB, LBS, LBS, PT, CB, B1
II - 6
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 7
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Gardu cantol, peralatan listrik: FCO, Trafo distribusi dan PHB-TR dipasang
dengan cara dicantolkan pada sebatang tiang
Gardu portal, peralatan listrik ; FCO, Trafo Distribusi dan PHB-TR diletakkan
pada kerangka baja yang terpasang pada dua tiang
II - 8
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
kubikel dengan PMT yang dapat ditarik keluar dari lemarinya. Pemisah yang
terminal sisi keluarnya dihubungkan dengan pentanahan dinamakan PMS –
tanah dihubungkan secara interlock dengan LBS atauPMT berfungsi untuk
menghubungkan kabel keluar / penyulang pada saat dibebaskan dari tegangan
sehingga saisa m,uatan hilang sekaligus sebagai pengamanan terjadinya
tegangan balik dari sumber lain.
b. Peralatan proteksi
Proteksi 20 kv :
Relai arus lebih / relai hubung tanah
Fuse
Poteksi 220 / 380 v
fuse (NH fuse)
c. Kabel Penghubung
Kabel saluran masuk / keluar 20 kv, 3 inti
Kabel beban / trafo masuk / keluar 20 kv, 1 inti
Kabel penghantar trafo dan rak TR 220 / 380 v
Kabel keluar TR (opstiq)
d. Pentanahan
Pentanahan kerangka body peralatan
Pentanahan Arrester
Pentanahan netral sisi tegangan rendah trafo
II - 9
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
lightning arrester
NH fuse
c. Kabel / penghantar
kawat penghubung dari jaring ke fco
kawat penghubung dari fco ke trafo
kabel penghubung dari trafo ke rak tr
kabel keluar (opstiq)
d. Pentanahan
pentanahan kerangka / body peralatan
pentanahan netral sisi tegangan rendah trafo
pentanahan arrester
Contoh spesifikasi peralatan kubikel
LBS merek F & G type ga 24
Ring Main Unit
Un : 24 KV
BIL : 125 KV 50 hz
In : 630 A
I dyn : 50 KA
I th : 20 KA, 1 second
PMT - low oil content circuit breaker
Rated voltage 20 / 24 KV
Rated current 400 Amp rms sym
Breaking capacities : 14,5 / 12,6 k.Amp rms
Asym breaking capacities : 16 / 13,9 k Amp rms
Making capacities 36 / 31,5 psak k Amp rms
Short time currents ; 14,5 k Amp rms is
II - 10
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Dalam distribusi tenaga listrik pada umumnya gangguan tersebut merupakan gangguan
hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa atau fasa dengan tanah atau keduanya.
Gangguan itu menimbulkan arus yang besar yang dapat merusak peralatan sehingga
diperlukan pengaman untuk mengamankan peralatan dan sistem yang ada.
Beberapa pengaman yang sering digunakan antara lain :
Fuse Cut out.
Arrester.
Recloser.
a. Fuse Cut Out
Fungsi umum pelebur dalam suatu rangkaian listrik adalah setiap saat menjaga atau
mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang tersambung padanya
dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya
Kesempurnaan kerja pelebur tidak hanya tergantung ketelitian pembuatnya, tetapi juga
pada ketepatan penggunaannya dan perhatian atau perawatan yang diberikan padanya
setelah dilakukan pemasangan. Jika pelebur tidak secara tepat digunakan dan dipelihara,
dapat menimbulkan kerusakan berarti pada peralatan yang dilindungi.
Pengaman ini banyak digunakan pada sistem jaringan distribusi 20 kV., karena
disamping harganya murah juga mudah diinstalasikan maupun dioperasikan.
Kelemahan dari fuse ialah penggunaannya terbatas pada daya yang kecil.
Fuse tidak dilengkapi pemadam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya yang
besar, fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan.
II - 11
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Pemasangan fuse
Fuse harus dipasang seseuai dengan peyunjuk pembuatnya. Bagi fuse yang berkutub
ganda (tiga fasa), maka jarak antar kutub tidak boleh dipasang kurang dari ketentuan
pembuatnya. Bila ada pengaruh lingkungan, maka jarak bebas yang aman perlu diatur
sesuai ketentuan pembuatnya.
II - 12
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Arus pengenal pelebur biasanya lebih besar daripada beban nominal. Rekomendasi
pemeliharaannya biasanya diberikan oleh pembuatnya.
Arus pengenal ditentukan berdasarkan kenaikan suhu anak pelebur yang diuji di udara
terbuka atau dalam minyak. Bila pelebur digunakan/dipasang dalam selungkup, maka
arus pengenalnya harus diturunkan nilainya agar dapat tetap sesuai dengan kebutuhan
kenaikan suhunya, oleh karena itu anak pelebur dapat mempunyai arus pengenal yang
berlainan tergantung macam selungkupnya.
Anak pelebur yang dibebani arus melebihi kemampuan arus terus menerusnya, terutama
apabila beban lebih yang terjadi berulang kali, dapat meyebabkan kerusakan/penuaan
yang dapat merusak karakteristik waktu arusnya.
Untuk pelebur jenis pembatas arus, bila arus lebih ini nilainya kurang dari arus pemutus
minimumnya, dan menyebabkan elemen peleburnya meleleh, maka kemungkinan anak
pelebur meleleh.dan gagal memutus arus tersebut.
II - 13
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 14
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
b. Bila digunakan dalam sisitem fasa tunggal, tegangan angka pelebur harus paling
sedikit sama dengan tegangan saluran fasa tunggal yang tertinggi (yaitu 15 kV untuk
sistem 20 kV)
Penggantian Anak Pelebur
Dianjurkan agar penggantian anak pelebur dilakukan pada keadaan bebas tegangan.
Dianjurkan untuk mengganti tiga buah anak pelebur, bila salah satu atau dua anak
pelebur dari sirkuit tiga fasa telah putus (bekerja). Kecuali jika diketahui dengan pasti
bahwa tidak terjadi arus lebih pada pelebur yang tidak putus.
Lokasi Pemasangan dari Masing-masing Jenis
Sesuai dengan sifat dan penampilannya, maka pada umumnya pelebur jenis letupan
disarankan utuk digunakan untuk pasangan luar sebagai pengaman trafo distribusi tiang
maupun cabang saluran udara dan jenis pembatas arus untuk pasangan dalam di dalam
bangunan gardu atau dalam lemari hubung (Cubicle) sebagai pengaman Trafo distribusi
maupun kabel pelayanan.
Pelebur Sebagai Pengaman Saluran Cabang
Pemilihan pelebur sebagai pengaman saluran distribusi tegangan menengah harus
didasarkan atasa faktor-faktor sebagai berikut :
Kemampuan pelebur terhadap arus beban maksimum yang terus menerus,
yang mencakup arus beban nominal, beban lebih, harmonisa, dan
perakiraan cadangan untuk pertumbuhan beban yang akan datang.
Koordinasi yang sebaik-baiknya dengan alat pengaman yang lain (PMT,
Recloser, dan Pelebur), baik yang berada disisi hulu (sumber) maupun
disisi hilir (bebannya).
Kemampuan pemutusan dari pelebur, khususnya bagi pelebur jenis letupan
yang dipasang dekat G.I/ Sumber daya.
Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.
II - 15
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Jadi, pelebur yang dipilih haruslah sekaligus tahan terhadap arus beban, dapat
dikoordinasikan secara baik dengan alat pengaman yang lain, mempunyai kemampuan
pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi setempat dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan akibat arus lebih.
b. Arrester
Arrester ialah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih, yang
disebabkan oleh surja petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat sebagai
by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke
sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak
merusak isolasi peralatan listrik.
Jadi, pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja,
alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah. Sehingga dapat
melewatkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus cepat kembali
menjadi isolator.
II - 16
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
gangguan sementara atau kegagalan isolasi permanen. Recloser dapat bekerja secara
otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan
hubung singkat. Bekerjanya untuk menutup balik dan membuka secara otomatis dapat
diatur selang waktunya.
Gangguan yang bersifat temporer tidak menyebabkan recloser sampai lock out. Apabila
gangguan bersifat permanen. Maka setelah membuka dan menutup balik sebanyak
setting yang ditentukan sebelumnya, recloser akan lock out sehingga seksi yang
dianggap masih ada gangguan akan terisolasi.
II - 17
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Tiga fasa
Recloser digunakan untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada saluran
utamanya. Begitu terjadi gangguan salah satu fasa, ketiga fasa akan membuka tanpa
memperhatikan fasa mana yang terganggu. Waktu pembukaan dapat dibuat lebih singkat
dari penutupan satu fasa.
II - 18
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
untuk membuka. Secara berurutan kemudian relay akan beroperasi untuk siap kembali
melakukan operasi berikutnya.
c. Operasi Recloser
Operasi recloser terbagi menjadi operasi capat (fast) dan operasi tertunda (delayed).
a) Fast Operation
Recloser segera membuka sebelum terjadi kerusakan pada fuse di jaringan-jaringan
yang merupakan percabangan
b) Delayed Operation
Ditujukan untuk memberi kesempatan pada fuse untuk bekerja sehingga gangguan yang
bersifat permanen dapat dibatasi pada wilayah yang kecil.
Recloser mempunyai empat operasi, operasi cepat pertama untuk menghilangkan dari
gangguan sementara, operasi kedua untuk menyelesaikan sisa gangguan yang masih
ada, operasi lambat ketiga untuk menyelesaikan sisa gangguan yang masih ada dan
operasi lambat keemapat recloser lock-out.
Waktu membuka dan menutup recloser dapat diatur dengan kurva karakteristiknya.
Secara garis besar, urutan kerja recloser adalah :
Sebelum terjadi gangguan arus yang mengalir normal.
Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui recloser sangat
besar dan menyebakan kontak recloser terbuka dengan operasi “fast”.
Kontak recloser akan menutup kembali setelah melewati waktu beberapa
detik sesuai setting yang dilakukan. Tujuan membarikan selang waktu
beberapa detik ini adalah memberi penyebab gangguan hilang dari sistem,
terutama gangguan yang bersifat temporer.
Jika ganguan yang terjadi adalah permanen, maka recloser akan membuka
dan menutup kembali sesuai dengan setting yang telah ditentukan dan akan
lock-out.
II - 19
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 20
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Dalam suatu penyulang terdapat penghantar yang berfungsi untuk menyalurkan energi
listrik, saluran ini kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM), masing –
masing saluran menggunakan kabel yang berbeda baik dari segi spesifikasi, jenis
maupun pemasangannya.
2.3.1 Penghantar SUTM
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) merupakan sistem saluran listrik yang
secara konstruksi dipasang diatas tiang listrik dengan ketinggian tertentu (di udara
terbuka). Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) umumnya terdapat di daerah –
daerah dengan kepadatan beban yang tidak terlalu padat.
Suatu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) biasanya dirancang dengan
memperhatikan keperluan listrik dan mekanis. Rancangan Listrik melibatkan pemilihan
tegangan, pemilihan saluran, pengaturan tegangan dan pemilihan alat – alat pengaman.
Rancangan mekanis melibatkan tekanan dan perhitungan lentur, rancangan penopang
dan lengan – lengan pemegang. penopangnya harus cukup kokoh untuk menahan beban
angin yang bekerja pada penopang, penghantar, isolator, lengan pemegang dan lain –
lain.). Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut :
II - 21
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 22
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 23
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Konstruksi SUTM
Saluran udara untuk jaringan distribusi tegangan menengah yang digunakan PT PLN
secara garis besar kalau kita perhatikan dapat kita dikelompokan dalam 4 macam yaitu :
Bentuk bentuk saluran udara ini dapat dilihat pada gambar–gambar seperti berikut :
1. Horizontal simetris tanpa kawat tanah
2. Bentuk Horizontal tidak simetris dengan satu kawat tanah di atas kawat
fasanya Formasi ini banyak di gunakan di Jawa Timur dan Kalimantan
II - 24
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Gb.2.15 SUTM bentuk Horizontal tidak simetris dengan kawat tanah diatas kawat fasa
G.2.16b. SUTM bentuk Segitiga dengan kawat Netral dibawah kawat fasa
4. Vertical 3 fasa
II - 25
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Bentuk Vertical 1 fasa dengan kawat netral dibawah kawat fasa sejajar
Formasi saluran ini dipergunakan di wilayah PLN Distribusi Jawa Tengah
untuk jaringan satu fasa
Gb. 2.18 SUTM Formasi Vertikal 1 kawat dengan kawat Netral dibawah kawat fasa
II - 26
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada saat ini tingkat kesadaran masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan atas hak-nya akan kebutuhan tenaga listrik semakin
meningkat. maka dapat dipastikan bahwa tuntutan masyarakat pelanggan listrik
untuk mendapatkan pelayanan listrik yang cepat dan handal juga meningkat,
sehingga kita sebagai karyawan PT.PLN harus mampu menjawab tuntutan
masyarakat pelanggan tersebut salah satunya dengan cara meningkatkan
profesionalisme di bidang ketenagalistrikan yang salah satunya dengan
meningkatkan penguasaaan kita terhadap konstruksi jaring distribusi.
Salah satunya cara meningkatkan kemampuan ini adalah kita harus mengetahui
standart konstruksi jaring distribusi yang telah ada, walaupun masih banyak lagi
konstruksi yang harus kita kuasai sesuai dengan kondisi lapangan / medan berbagai
jenis. Pemahaman konstruksi tersebut sebaiknya juga dikuasai serta dipakai sebagai
pegangan dalam melaksanakan tugas ketenagalistrikan baik dalam pembangunan,
pengoperasian maupun pemeliharaan jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi tersebut adalah sebagai penyempurnaan, melengkapi
standart konstruksi distribusi yang telah ada dan dipergunakan selama ini berasal
dari Standart Sofrelec, New jack, CT Main yang menyebar ke wilayah wilayah PLN.
Hal ini kesemuanya adalah disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Diharapkan pemahaman konstruksi ini banyak manfaatnya yang dapat dipetik agar
dapat membantu sistem informasi mengenai standart konstruksi distribusi ini, serta
dapat membantu al:
a. Terdapat keseragaman konstruksi jaringan distribusi sehingga akan mempermudah
pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi
di seluruh wilayah PT PLN.
b. Dengan adanva pengetahuan standart konstruksi jaring distribusi tersebut bagi
pelaksana akan membantu meningkatkan penguasaan standart konstruksi yang
sekaligus akan meningkatkan profesionalisme SDM bidang konstruksi.
II - 27
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 28
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 29
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
TIANG BAJA
Jenis-Jenis Tiang Baja
a. Panjang Tiang dan Penggunaannya
Panjang : 8 m
II - 30
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
A - 5 - - - -
Panjang : 9 m Tabel
Panjang : 10 m Tabel
Beban Kerja (da N) 100 200 350 500 800 1200
II - 31
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
C - 4,5 6 5 6 7
A - 7 6 8 9 12
Tiang Beton
II - 32
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 33
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 34
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 35
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
+ 4
Diameter luar / penampang
- 2
+ 30
Panjang - 20
II - 36
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 37
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Letak tanda pengenal 1,5 meter diatas batas tanam (garis tanah), terhadap
merek perniagaan.
Cara penandaan sesuai dengan Lampiran B.
Jenis tiang harus dibedakan dengan kode warna pada semua huruf tanda
pengenal kecuali merek perniagaan, sebagai berikut :
Penandaan harus jelas dengan warna mencolok dan tidak mudah terhapus.
II - 38
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 39
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 40
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
KLASIFIKASI KONDUKTOR.
Klasifikasi Konduktor Menurut Bahannya :
a. Kawat Logam Biasa
Contoh :
1. BBC (Bare Copper Conduktor)
II - 41
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
1. Konduktor telanjang.
2. Konduktor berisolasi.
Konduktor berisolasi adalah konduktor telanjang yang pada bagian luarnya
diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja.
Contoh :
1. Kabel twisted.
2. Kabel NYY.
3. Kabel NYCY.
4. Kabel NYFGBY.
Karakteristik Konduktor
Ada 2 (dua) jenis karateristik konduktor, yaitu :
1. Karakteristik Mekanik
2. Karakteristik Listrik.
Karakteristik Mekanik.
Karakteristik mekanik menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang
menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor.
Dari SPLN 41-8:1981 untuk konduktor 70 mm berselubung AAAC-S pada suhu
sekitar 30 C, maka kemampuan maksimal dari konduktor untuk menghantar arus
adalah 275 A.
Karakteristik Listrik
Karakteristik listrik menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus listrik
yang melewatinya.
Dari SPLN 41-10 : 1991 untuk knduktor 70 mm 2 berselubung AAAC-S pada suhu
sekitar 30o C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk menghantar
arus adalah 275 A.
II - 42
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Karakteristik Hantaran
a. Karakteristik Mekanik
- Karakteristik mekanik hantaran udara aluminium (A2C)
Tabel.
Luas Luas Jumlah Diameter Diameter Berat Kuat tarik
Penampang Penampang Kawat Kawat Hantaran Hantaran Putus
Nominal Sebenarnya Aluminium Nominal Kira-kira Hantaran
Nominal (secara
(mm2) (mm) (mm) (mm) (kg/km) hitungan)
(kp) *)
1 2 3 4 5 6 7
16 15,89 7 1,7 5,1 44 290
25 24,25 7 2,1 6,3 67 425
35 34,36 7 2,5 7,5 94 585
50 49,48 7 ,30 9,0 135 810
50 48,36 19 1,8 9,0 133 860
70 65,82 19 2,1 10,5 181 1150
95 93,27 19 2,5 12,5 256 1595
120 117,0 19 2,8 14,0 322 1910
150 147,1 37 2,25 15,7 406 2570
185 181,6 37 2,5 17,5 501 3105
240 242,5 61 2,25 20,2 670 4015
300 299,4 61 2,5 22,5 827 4850
400 400,1 61 2,89 26,0 1105 6190
500 499,8 61 3,23 29,1 1381 7600
625 626,2 91 2,96 32,6 1733 9690
800 802,1 91 3,35 36,8 2219 12055
1000 499,7 91 3,74 41,1 2766 14845
II - 43
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 44
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 45
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
b. Karakteristik Listrik
- Karakteristik listrik hantaran tembaga (CU)
10 90
16 125
25 160
35 200
50 250
70 310
95 380
120 440
150 510
185 585
240 700
300 800
400 960
500 1.110
II - 46
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
16 110
25 145
35 180
50 225
70 270
95 340
120 390
150 455
185 520
240 625
300 710
400 855
500 990
625 1.140
800 1.340
1000 1.540
16 105
25 135
35 170
50 210
50 210
70 255
95 320
120 365
150 425
185 490
240 855
300 670
II - 47
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
400 810
500 930
625 1.075
800 1.255
1.000 1.450
16 2,41 0,10 85 80 70
25 1,52 0,10 110 100 95
35 1,10 0,10 135 125 110
50 0,81 0,10 160 145 135
70 0,54 0,10 200 185 170
II - 48
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
ISOLATOR
Fungsi Isolator
Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (segi), yaitu :
a. Fungsi dari segi listrik
- Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan tagangan.
- Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat phasa dengan kawat phasa.
b. Fungsi dari segi mekanik :
- Menahan berat dari penghantar / kawat.
- Mengatur jarak dan sudut antar penghantar / kawat dan kawat.
- Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan angin.
Bahan Isolator
Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan
pada system distribusi antara lain :
- Isolator gelas
- Isolator keramik
Cara Penggunaanya
Menurut cara penggunaannya, isolator TR dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Isolator Penopang / tumpu (Type RM, dan Type N).
Adalah jenis isolator berfungsi sebagai tiang penopang, dimana bebannya
hanya merupakan berat penghantar saja, sedangkan beban tarikan hamper
sama dengan nol (= 0).
2. Ioslator Penegang (Type Afspan, Champignon dan Type B).
Adalah jenis isolator yang dipasang pada tiang yang mempunyai beban
tarikan, baik dari satu arah maupun dari 2 (dua) arah.
3. Isolator Penarik (Type Tefer)
II - 49
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
RM I 50,70 0,91
RM II 16,26,35 0,45
RM III 6,10 0,26
II - 50
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Ukuran. Mm Berat
Isolator Type
H D D1 d h r rl Kg
4. Type N 95 95 95 66 22 38 9 9 0,55
5. Type N 80 85 80 54 19 31 6 6 0,36
6. Type N 60 60 60 40 17 25 6 0,13
8. Type penegang
yang dinormalisir (afspan
isolator) 81 102 91 23 7,5 0,55
DIN 8002
SPESIFIKASI
DIMENSI, TEGANGAN LONCAT DAN KUAT MEKANIK
ISOLATOR KERAMIK JENIS PENEGANG
II - 51
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
B1 – 60 B1 – 85 B1 – 115
JENIS ISOLATOR
PENGUJIAN LISTRIK
DAN MEKANIK B1-15 B1-115
B1-60
Teg. Loncat kering … kV 18 25 25
Teg. Lonc. basah ….. kV 10 12 15
Ketahanan kejutan suhu 900 1200 1400
Keporian 1400 atmosfir-jam tidak tembus
II - 52
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
B2 – 54 B2 – 76 B2 – 81
II - 53
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Dimensi (mm)
Jenis Isolator
l R t D
C1 – 60 60 6 45 50
C1 – 80 80 9 55 65
C1 – 120 120 13 65 105
PERALATAN PELENGKAP
Fungsi Alat Pelengkap
II - 54
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Yang dimaksud alat pelengkap adalah : suatu peralatan bukan utama yang sifatnya menggenapi,
sehingga jaringan tersebut akan lebih sempurna.
Jenis Alat Pelengkap
Termasuk peralatan pelengkap adalah :
- Konektor dan peralatan sambungan
- Travers / cross arm
- Peralatan acssesories kabel twisted
- Sekor
Konektor
Konektor Alur adalah konektor yang mempunyai alur-alur paralel yang berfungsi
memudahkan dan memantapkan dalam penyambungan atau percabangan penghantar
telanjang sehingga instalasi dapat bekerja sesuai dengan tujuan.
Jenis
Jenis H
Klasisfikasi
Konektor dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran luas penampang nominal penghantar sebagai
berikut :
1 10-35/10-35 10-35/6-25 - 1
2 35-70/35-70 35-70/16-50 25-50/25-50 2
3 70-150/35/70 - - 2
4 70-150/70-150 70-150/70-150 - 2
5 150-240/150-240 150-240/150-240 - 3
II - 55
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 56
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Penandaan harus huruf timbul (embossing) untuk jenis konektor yang dibuat
dengan cara pengecoran, dan cetak tempa untuk yang dibuat dengan cara
ekstrusi.
5. .Sifat Mekanik
Mur dan baut harus mudah dipasang atau dilepas dengan tangan sebelum
dikencangkan. Baut harus cukup panjang agar pada waktu pemasangan bagian
atas dan bawah konektor tidak terlepas satu dengan lainnya sehingga penghantar
dapat masuk dengan normal (dari samping).
Kepala baut dobel atau topi baut/mur konektor jenis mur-baut harus patah pada
kekencangan sesuai tabel. Dengan toleransi ± 10%.
Daya jepit konektor terhadap penghantar pada kekencangan tidak boleh kurang
dari 35 % beban putus perhitungan penghantar terpasang.
6.. Sifat Listrik
Konduktans kunduktor sekurang-kurangnya sama dengan konduktan penghantar.
Konektor pada uji daur panas harus memnuhi persyaratan.
7. Penandaan
Pada konektor harus dilengkapi penandaan sebagai berikut :
- merek perniagaan / logo pabrik pembuat.
- tipe / nomor catalog pabrik pembuat.
- ukuran nominal dan jenis penghantar yang akan disambungkan, baik untuk
saluran utama maupun saluran cabang.
- telah lulus uji PLN LMK.
II - 57
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 58
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 59
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Repair Splice :
Digunakan untuk Penghantar aluminium yang rantas sebagian, sehingga memulihkan
kembali kuat arus hantar arusnya.
Cross Arm
Fungsi :
Digunakan pada JTR udara (Over hoad) sebagai perenggangan jarak antar
penghantar sastu dengan penghantar lainnya, dengan peralatan Bantu isolator.
Bahan :
II - 60
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Dibuat dari besi L st 41, type 65 dan besi 4 st 41, type NP 6,5
Penggunaannya :
Apabila kita akan mempergunakan isolator RM I, panjang cros arm = 850 mm,
sedangkan apabila kita pergunakan isolator RM II, kita pergunakan panjang = 500
mm.
500 mm
850 mm
Arming Bolt :
Fungsinya sebagai klem pengikat cross arm pada tiang yang berfungsi sebagai
penyangga.
Assesories
Fungsinya sebagai pelengkap utama pada JTR yang mempergunakan penghantar
kabel pilin (twisted cable).
Klem Penegang Tipe Baji
Klem type ini sesuai untuk digunakan pada jarungan tegangan rendah yang
menggunakan konduktor berisolasi dipilin sebagai klem penegang
II - 61
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Brecket Penggantung
Baracket ini di desain sesuai untuk menyangga clamp penggantung diri kabel
berisolasi dipilin. Bracket ini dipasang pada tiang besi atau tiang beton
menggunakan sirip baja tahan karat atau baut tembus.
II - 62
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Bracket Penegang
Bracket ii didesain untuk menyangga klem penegang type baja, single atau double klem untuk
rangkaian ujunga sudut kecil atau sudut besat menggunakan strip baja tahan karat atau baut tembus.
Cat No. Conductor sizes (neutral messenger wire) Min. Breaking Strenght
Shoer
Fungsinya sebagai penyambung beban tarikan, sehingga kondisi tiang tegak lurus.
Karena itu, shoer pada umumnya dipasang pada tiang akhir/awal, tiang
Macam – macam Konstruksi Shoer
1. Track Shoer
II - 63
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Track Shoer ialah tumpang tarik, dengan bagian utamanya kawat aja, stay Roda
dan Block Cor.
2. Drug Shoer
Drug Shoer, ialah shoer tumpang tekan dengan peralatan utama tiang yang
dipasang sebagai penopang tiang jaringan.
3. Kontra Mask Shoer
Kontrak mask shoer, ialah terdiri dari shoer tumpang tarik dan tupang tekan. Hal
ini terjadi apabila dilokasi tersebut tidak bisa dipasang salah satu shoer.
PERALATAN HUBUNG
II - 64
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 65
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 66
BAB II
PERALATAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
II - 67