Anda di halaman 1dari 13

5

G1 5 MW G1 5 MW

6,3 kV 6,3 kV

T1 T2

PT PT
NGR
CT CT
40Ω

CB CB

LA LA

20 kV 20 kV

LBS
LBS
CT CB CT
125 kVA 125 kVA
20 kV/230 V PT PT 20 kV/230 V
LA LA

Trafo PS I
Trafo PS
II
SistemEksitasi SistemEksitasi
FEEDER I FEEDER II
Generator 1 Generator 2
MCC I 400 V MCC II 400 V

ATS

P-T-1 P-B-1 P-1 P-2 P-T-2 P-B-2

UPS Battery
Charger Motor- Motor- Motor- Motor-
EDG
motor motor motor motor
turbin 1 boiler 1 turbin 2 boiler 2
Panel untuk
keperluan
lain

Gambar 2.1 Trafo PS dihubungkan kesisi 20 kV (sisi sekunder trafo generator)

Keterangan untuk gambar 2.1 sistem kelistrikan untuk pemakaian sendiri

melalui trafo tenaga yang dihubungkan melalui sekunder trafo generator (step up

transformer). Sebagai contoh untuk Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) skala

menengah.
6

G1 7 MW G2 7 MW
6,3 kV 6,3 kV

6,3 kV 6,3 kV
T2
T1

100 kVA
100 kVA
6,3 kV/230 V CT CT
6,3 kV/230V
PT PT
NGR
CT CT
PT 40Ω PT
CB CB
Sistem Eksitasi
Sistem Eksitasi
Generator I LA
20 kV LA Trafo PS
20 kV Generator II
Trafo PS I II
1 MVA
1 MVA
LBS LBS

LA LA

FEEDER FEEDER
MCC I 400 V MCC II II 400 V
I

ATS

P-T-1 P-B-1 P-1 P-2 P-T-2 P-B-2

UPS Battery
Charger Motor- Motor- Motor- Motor-
EDG
motor motor motor motor
turbin 1 boiler 1 turbin 2 boiler 2
Panel untuk
keperluan
lain

Gambar 2.2 Trafo PS dihubungkan kesisi 6,3 kV (langsung ke sisi keluaran generator)

Keterangan untuk gambar 2.2 sistem kelistrikan untuk pemakaian sendiri

melalui transformator tenaga yang di hubungkan langsung ke sisi keluaran

generator sebagai contoh untuk pusat listrik tenaga uap skala menengah dengan

bahan bakar batu bara, yang membutuhkan daya untuk pemakaian sendiri yang

lebih besar, yaitu untuk motor-motor untuk motor pemompa air, untuk conveyor,

crusher, fan pembuangan abu sisa pembakaran dan lain-lainnya.


7

2.3 Bagian Utama pada Sistem Kelistrikan Pemakaian Sendiri

Pada suatu sistem kelistrikan pemakaian sendiri pada umumnya terdiri dari

beberapa bagian utama, diantaranya : Transformator Tenaga, Switchgear, Low

Voltage Switchgear (LVS), Motor Control Center (MCC), Uninterrupted Power

Supply (UPS), Emergency Power Supply (EPS) dan Sumber Listrik Arus Searah

(DC Power Supply).

2.3.1 Transformator Tenaga

Transformator Tenaga adalah piranti listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangakaian listrik ke rangkaian listrik

yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

eletromagnetik. Pada suatu sistem pemakaian sendiri pada umumnya dilengkapi

dengan beberapa jenis transformator tenaga diantaranya : Unit Service Transformer

(UST), Station Service Transformer (SST) dan Unit Auxilliary Transformer (UAT).

1. Unit Service Transformer (UST)

Unit Station Transformer adalah transformator pemakaian sendiri yang

merupakan transformator step down yang berfungsi untuk melayani

beban-beban dari sistem kelistrikan pemakaian sendiri dalam satu

kesatuan unit yang telah dikelompokan berdasarkan area kerjanya. Pada

umumnya daya listrik dari Unit Service Transformer (UST) dapat diambil

langsung dari keluaran generator dan diturunkan tegangannya agar

dapat digunakan untuk melayani sistem kelistrikan pemakaian sendiri

pada pusat listrik.

2. Station Service Transformer (SST)


8

Station Service Transformer adalah transformator Step Down yang juga

berfungsi untuk melayani beban-beban dari sistem kelistrikan pemakaian

sendiri dalam satu kesatuan unit yang telah dikelompokkan berdarkan

area kerjanya. Pada dasarnya SST sama dengan UST, hal yang

membedakan adalah SST adalah transformator step down yang suplai

daya listriknya dapat diambil dari jaringan interkoneksi sedangkan UST

suplai daya listriknya diambil langsung dari keluaran generator pada

pusat listrik itu sendiri.

3. Unit Auxilliary Transformer (UAT)

Unit Auxilliary Transformer (UAT) adalah transformator pemakaian

sendiri yang merupakan transformator step down yang digunakan untuk

melayani beban-beban dari sistem kelistrikan pemakaian sendiri yang

membutuhan suplai listrik tegangan rendah. Pada sistem kelistrikan pusat

listrik skala kecil dan menengah, suplai daya UAT dapat diambil langsung

dari keluaran generator. Sedangkan pada sistem kelistrikan pusat listrik

skala besar, suplai listrik UAT diambil dari transformator SST ataupun

UST.

2.3.2 Switchgear

Pada sistem tenaga listrik secara luas pengertian switchgear adalah

komponen-komponen hubung atau pemutus dan pendukung-pendukungnya dalam

satu kesatuan unit, sehingga dapat difungsikan sebagai penghubung, pemutus

terhadap suatu sistem. Switchgear pada umumnya terdiri dari saklar-saklar atau
9

kontak-kontak yang menghubungkan antara peralatan yang satu dengan peralatan

yang lain dan dioperasikan oleh operator baik secara manual maupun otomatis.

2.3.3 Low Voltage Switchgear (LVS)

Low Voltage Switchgear adalah substation tegangan rendah yang berfungsi

sebagai distributor daya listrik tegangan rendah untuk peralatan-peralatan yang

dikelompokkan menurut area kerjanya.

Gambar 2.3 Contoh Single Line Diagram LVS

Pada umumnya memiliki sumber daya dari Unit Service Transformer ataupun

Station Service Transformer yang saling dihubungkan dengan TIE Breaker.

2.3.4 Motor Control Center (MCC)

Motor Control Center merupakan pusat pengaturan operasi motor listrik.

Motor Control Center terdiri dari kumpulan breaker yang digunakan pada motor-

motor atau beban lain dengan tegangan 200 V – 400 V. Motor Control Center (MCC)

berfungsi untuk mengontrol beberapa atau bahkan semua motor listrik dari pusat
10

lokasi suatu plant. Merupakan downstream dari LVS yang berhubungan langsung

dengan beban. Pada umumnya dikelompokan sesuai dengan area kerjanya, seperti

contohnya Boiler MCC, Turbine MCC, Station MCC, Essential MCC, Water

Treatment Plant MCC, Circulating Water MCC, Fire Protection MCC, dan lain-lain.

Pada PLTGU Sengkang MCC dan PCC adalah satu kesatuan.

2.3.5 Uninterrupted Power Supply (UPS)

Uninterrupted Power Supply (UPS) adalah komponen listrik yang fungsi

utamanya sebagai penyedia cadangan atau tambahan listrik untuk peralatan listrik

yang vital dalam waktu tertentu. Uninterrupted Power Suplly (UPS) harus tersedia

dalam kondisi apapun (termasuk kondisi Blackout). Sumber tegangan pada

umumnya berasal dari baterai. Digunakan untuk memikul beban-beban vital yang

tidak boleh Shutdown dalam kondisi apapun.

2.3.6 Emergency Power Supply (EPS)

Emergency Power Supply (EPS) harus selalu tersedia dalam kondisi apapun

(termasuk blackout) untuk menyuplai peralatan-peralatan atau beban vital yang

tidak boleh shutdown dalam kondisi apapun. Daya listrik Emergency Power Supply

pada umumnya berasal dari Diesel Generator yang hubungkan ke peralatan

essential (peralatan yang penting/pilihan) pada pusat listrik. Pada PLTGU

Sengkang Blok II ini bernama Black Start Generator yang ada di Blok I saja.

Emergency Diesel Generator adalah peralatan pembangkitan berskala kecil

yang berfungsi sebagai power supply yang digunakan dikala kondisi darurat

(emergency), dimana peralatan ini terdiri dari penggerak utama (prime mover) yang

menggunakan Mesin Diesel dengan bahan bakar Solar.


11

2.3.7 Sumber Listrik Arus Searah (DC Power Supply)

Pusat listrik selalu memerlukan suplai tegangan arus searah, terutama untuk

menjalankan motor pengisi pegas PMT, melayani alat-alat telekomunikasi dan

memasok instalasi penerangan darurat. Selain itu, suplai daya arus searah juga

digunakan untuk control board, relai proteksi, regulasi, rangkaian sinyal dan lain

sebagainya.

Dalam pengoperasiannya suplai tegangan arus searah tidak boleh

kehilangan power sehingga dibuat dua suplai dan sistem transfer yang menjamin

essential board tetap beroperasi. Sumber listrik arus searah pada PLTGU

Sengkang Blok II di suplai dari battery.


12

Dalam pembangkitan tenaga listrik ada empat komponen biaya yang biasanya
harus diperhitungkan, komponen A,B,C, dan D. Namun, dalam kasus-kasus
tertentu, ada tambahan satu komponen lagi yang dikenal dengan komponen E.

 Komponen A

Merupakan fixed cost, yakni biaya yang harus tetap dikeluarkan terlepas dari
pembangkit listrik tersebut dioperasikan atau tidak. Komponen ini umumnya
terdiri dari biaya konstruksi PLT (Pembangkit Listrik Tenaga …) seperti
pekerjaan sipil, biaya pembelian turbin, generator, dan lain-lain.

 Komponen B dan D

Kedua komponen ini dikenal dengan nama variable cost dan biasanya nilainya
kecil. Selain itu, keduanya juga sering disebut sebagai OM Cost yang berarti
biaya yang dikeluarkan untuk operasi dan maintenance si pembangkit.

– komponen B

merupakan fixed OM Cost, seperti gaji pegawai/karyawan, biaya manajemen,


dan lain-lain
13

– komponen D

merupakan variable OM Cost, seperti biaya untuk pelumas. Semakin sering dan
berat kerja si pembangkit, semakin dibutuhkan pulalah pelumas. Maka, biaya
komponen D ini akan meningkat. Dan demikian pulalah sebaliknya.

 Komponen C

Komponen ini merupakan fuel cost atau biaya bahan bakar. Beberapa faktor
yang mempengaruhi harga komponen ini misalnya banyaknya konsumsi bahan
bakar yang diperlukan, jenis bahan bakarnya, lama waktu penyalaan pembangkit,
dan beberapa hal lainnya.

 Komponen E (optional)

Biaya ini tidak merupakan biaya wajib yang harus ada dalam komponen biaya
pembangkitan. Namun, saat kita berada dalam posisi IPP (Independent Power
Producer) atau penyedia listrik non-PLN (Pemerintah), terkadang komponen
biaya ini turut kita perhitungkan.

Komponen E ini adalah komponen biaya saluran dari trafo step-up yang ada di
pembangkit kita ke gardu induk PLN terdekat. Misalnya kita membangun PLTU
sendiri di pinggir pantai. Sementara itu, gardu induk PLN terdekat berada pada
jarak 5 km dari PLTU Anda. Nah, untuk menghubungkan output trafo step-up di
pembangkit Anda ke gardu induk tersebut tentu dibutuhkan saluran listrik kan.
Biaya instalasi saluran inilah yang dikenal dengan nama komponen E dan
biasanya dibebankan ke PLN selaku pembeli.
Off Grid atau disebut juga stand alone PV (photovoltaic) system atau sistem

pembangkit listrik yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya

sumber energi utama dengan menggunakan rangkaian panel surya untuk

menghasilkan energi listrik sesuai kebutuhan. Dengan menginstalasi sistem ini

Anda tidak perlu lagi menggunakan listrik dari PLN ataupun backup lainnya seperti

genset. Off Grid bersifat mandiri, adapun tipe solar sistem untuk hunian yang

menggunakan baterai hanyalah sebagai media penyimpanan atau bank energi.

Pada sistem Off Grid, kapasistas baterai harus memperhitungkan cadangan

jika kondisi cuaca buruk yang berakibat pada produksi energi sinar matahari kurang
14

optimal. Untuk Indonesia, kementrian ESDM menyarankan masyarakat yang

menggunakan sistem ini untuk menggunakan baterai dengan kapasitas cadangan

minimal 3 hari sebagai patokan (autonomous days).

Sistem On Grid (disebut juga Grid Tie/ Grid Interactive), menggunakan solar panel

untuk menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dan bebas emisi. Sesuai

namanya, rangkaian sistem ini tetap terhubung dengan jaringan PLN dengan

mengoptimalkan pemanfaatan energi dari panel surya untuk menghasilkan energi

semaksimal mungkin. Dalam sistem On Grid, baterai merupakan hal yang tidak

wajib, mengingat tenaga surya bukanlah sumber energi utama. Sesuai namanya,

On Grid berarti bekerjasama dengan arus listrik dari PLN. Yakni arus PLN menjadi

penghubung atau penyalur arus listrik dari panel surya kepada beban. Sehingga

seluruh penggunaan listrik pada waktu siang hari dihasilkan dari energi listrik panel

surya. Sedangkan untuk malam hari menggunakan PLN.

Prinsip kerja PLTS sederhana, yakni mengubah cahaya matahari menjadi energi
listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya
15

alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok
daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan
energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa
ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel
surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan

Bandingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan
memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain
itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca (green
house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi kita.

Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya,
rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) 12 volt yang
maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel
surya yang digabung dalam hubungan seri dan paralel tergantung ukuran dan
kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt
atau 30 watt. Modulsel surya itu menghasilkan energi listrik yang proporsional
dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari.

Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan rangkaian
elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur
tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan
turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya
sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila
berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi
pada malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah
proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik.
Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan menghentikan proses
pengisian aki itu.

Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi,
biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran.
Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri.
Kebanyakan system sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang
siap pakai. Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah
dibandingkan dengan bila merakit sendiri.

Biasanya panel surya itu diletakkan dengan posisi statis menghadap matahari.
Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi
berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari
bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu
yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap
secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak
lurus pada permukaan panel surya.

Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih
harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah
16

permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa


sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler
seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler 8031.
Kontroler ini tidak sederhana,karena terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian
perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk
kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari
jatuh tegak lurus. Karena itu, kontroler macam ini cukup mahal.

Gb 1. Prinsip kerja PLTS (Skema)

Backfeeding merupakan suatu istilah ketika daya listrik diinduksikan ke dalam jaringan

listrik lokal. Daya yang mengalir dalam arah yang berlawanan dari aliran biasa. Jadi ketika aliran

normal (pembangkit sudah beroperasi normal), Tegangan dari Daya yang dihasilkan generator yang

sudah di naikkan melalui trafo siap didistribusikan melalui swithyard , namun dalam kondisi

backfeeding ini ini justru sebaliknya, daya dari switchyard dialirkan ke trafo dan dari trafo ke

sebagian sistem dalam pembangkit yang sedang dibangun. Arus bolak-balik (AC) pembangkit

listrik biasanya memberikan listrik ke jaringan listrik dengan menginduksi arus mengalir ke dalam

jaringan listrik ketika tegangan positif, dan mendorong itu mengalir keluar dari jaringan

listrik bila tegangan negatif, dan beban menyebabkan arus mengalir keluar dari jaringan

listrik ketika tegangan positif dan ke dalam jaringan listrik ketika tegangan negatif.

CF atau Capacity Factor merupakan perbandingan antara jumlah produksi listrik pada periode
operasi tertentu terhapat kemampuan produksi sesuai daya mampu. Bingung ya baca
penjelasannya. Mungkin bahasa mudahnya itu begini. Suatu pembangkit punya kapasitas DMN 100
MW beroperasi pada periode tertentu ( 1 tahun ) itu 100 MW terus, maka itu CF-nya itu 100%. Jadi
17

CF itu perbandingan realisasi produksi pada periode tertentu terhadap kemampuan produksi
maksimal suatu pembangkit pada periode tersebut.

Trus kenapa kok CF untuk mengukur kinerja pembangkit itu?? sebelumnya saya jelaskan bahwa
EAF itu menghitung kesiapan pembangkit dalam hal ini ketika pembangkit itu operasi atau stand by
termasuk didalamnya ( enak tho klo pembangkit stand by terus EAF akan 100 % ), klo EFOR
menghitung gangguan pembangkit jadi klo gangguan terus otomatis EFOR-nya tinggi. Adapun klo
CF menghitung kemampuan operasi pembangkit. Lho kan kenapa pake CF satu jawaban sudah
dketahui.

Anda mungkin juga menyukai