Faal Paru Dan Olahraga
Faal Paru Dan Olahraga
Faisal Yunus
Bagian Pulmonologi FKUI/sMF paru RSUP persahabatan
Jakarta
Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang * Pleura - pleuritis sikka
timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi - tumor pleura
olahraga. Sebaliknya latihan fisik yang teratur - efusi
atau olahmga dapat meningkatkan faal paru. - pneumotoraks
* Mediastinum - tumor mediastinum
RESPIRAS! - pembesaranjantung
- efusi perikard
Proses respirasi atau pernapasan terdiri dari tiga
* Tulang - fraktur iga
tahap yang berlangsung secara bersamaan, yaitu ventilasi,
difusi dan perfusi. - kiposis
- skoliosis
1. Ventilasi - pektus ekskavatum
Ventilasi adalah, proses keluar dan masuknya udara * Otot - lumpuh otot karena miastenia
ke dalam paru. Pada proses ini oksigen dari udara luar
gravis
masuk ke dalam paru melalui saluran napas atas, takea,
bronkus dan cabang-cabangnya saat inspirasi. Selain itu
* Diafragma - lumpuh nervus frenikus
karbondioksida yang ada di dalam paru dikeluarkan ke - hernia diafragma
udara luar pada saat ekspirasi. - asites
- kehamilan
Pada orang dewasa normal setiap menitnya terjadi
12.-18 kali inspirasi dan ekspirasi, setiap kali inspirasi
* Lain-lain - obesitas
akan masuk udara sebanyak 400-500 ml. Dengan Gangguan ventilasi yang kedua adalah obstruksi,
demikian dalam I menit besarnya ventilasi berkisar antara yaitu gangguan yang menyebabkan terjadinya perlambatan
100
Bespir lndo Vol 17, No. 2, '1997
udara ekspirasi. Kelainan obstruksi ini dapat terjadi meningkatkan kesegaran jasmani' Kesegaran jasmani
kelainan pada saluran napas seperti pada asma adalah kesanggupan tubuh melakukan penyesuaian
*ibat
terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya, berupa'
honkial, bronkitis kronik, bronkiektasis, sumbatan oleh
benda asing, tumor di saluran napas atau tumor yang
kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan
kelelahan yang berlebihan.
menekan saluran napas. Tetapi dapatjuga terjadi karena
Lelainan pada parenkim paru berupa berkurangnya Unsur yang paling penting pada kesegaran jasmani
clastisitas paru seperti pada emfisema. adalah daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardio--,,
Pada gangguan ventilasi baik restriksi maupun respirasi adalah kesanggupan jantung dan paru serta
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada
obstruksi, jumlah udara yang masuk ke dalam paru akan
keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen
berkurang dari normal.
dan mendishibusikannya ke jaringan yang aktif untuk
digunakan pada proses metabolisme tubuh (3,4).
2- Difusi
Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh ber-
Pada proses difusi terjadi perpindahan oksigen dari bagai faktor fisiologis. Faktor itu antara lain adalah (5):
mna respirasi, terutama dari alveoli ke dalam pembuluh
&rah. Proses difusi ini terjadi melewati dinding alveoli,
l. Keturunan/genetik
Dari penelitian diketahui bahwa 93,4yo V62 max
mang interstitial, endotel kapiler, plasma dan dinding
ditentukan oleh faktor genetik. Hal ini dapat diubah
tritrosit. Oksigen dari alveoli setelah melewati jaringan
dengan melakukan latihan yang optimal
tersebut akan berikatan dengan hemoglobin membentuk
HbO2. Setiap gangguan atau kerusakan pada tiap
jaringan 2. Usia
prlgtitutuipada proses difusi dapat menurun-kan difusi Daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa
oksigen ke dalam darah. Contoh gangguan difusi yaitu kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada usia 20-
bila terjadi penebalan dinding alveoli pada fibrosis, 30 tahun. Sesudah usia ini daya tahan kardio-
erisinya ruang interstitial oleh cairan pada edema paru, respirasi akan menurun. Penurunan ini terjadi karpna
penebalan endotel kapiler, pengentalan plasma pada organ yang mengambil oksigen yaitu paru mulai
Lemokonrertrasi dan kelainan dinding eritrosit pada menurun fungsinya, selain itu organ yang
penyakit "cYcle cell anemia"' mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh yaitu
jantung dan pembuluh darah fungsinya juga mulai
menurun. Penurunan fungsi ini terjadi karena
3. Perfusi
bertambahnya usia. Kecuraman penurunan ini dapat
Tahap ketiga pada respirasi yaitu perfusi, adalah dikurangi bila seseorang tetap melakukan olahraga
penyebaran darah yang sudah teroksigenasi ke seluruh I
aerobik. Pada gambar dapat dilihat hubungan
pu.o jaringan tubuh. Gangguan perfusi terjadi bila
a* antara usia dan kesegaran jasmani.
darah
ada emboli pada pembuluh darah, atau bila aliran
menjadi lambat seperti pada dekompensatio kordis' ?o
E
Pada masing-masing proses respirasi terjadi gang- 'EON
gagal o>
guan tersendiri, tetapi pada penyakit tertentu seperti
oc
j**t, pneumonia dan fibrosis paru gangguan dapat ro
cE
E6
terjadi pada dua atau ketiga proses di atas secara o6
B-
bersamaan. 9=
gE
!
20 30 40 50 60
Usia (tahun)
FAAL PARU DAN OLAHRAGA
Olahraga atau latihan fisik yang dilakukan secara Gambar 1. Hubungan antara Usia dan Kesegaran
Eratur akan meningkatkan kerja otot, sehingga otot akan Jasmani Pada orang Yang aktif dan
menjadi lebih kuat termasuk otot pemapasan' Olahraga
tidak aktif
(DikutiP dari 5)
ffiu melakukan latihan fisik yang teratur bertujuan untuk
r0l
FAAL PARU DAN OLAHRAGA
,r,::l
3. Jenis kelamin
objektil reproduksibel dan dan anaerobik. Pada mulanya proses metabolisme terjadi ,
rameter fisiologis yang sangat meningkat
secara aerobik, tetapi bila aktivitas fisik terus
merupakan pemeriksaan standar untuk mengukur daya
maka tubuh membutuhkan energi yang lebih besar'
tahan kardioresPirasi (4- I 0). yang
Semula energi ini diambil dari hasil metabolisme
aerobik, teiapi bila ini tidak lagi mencukupi maka
AMBILAN OKSIGEN MAKSIMAL (Vg2 max) dimulailah proses metabolisme secara anaerobik untuk
mendapatkan energi yang lebih besar,
jadi bila aktivitas
Ambilan oksigen maksimal (V92 max) adalah fisik terus berlangsung, maka pada suatu saat terjadi
ambilan oksigen (VOd yang tetap atau berubah kurang permulaan metabolisme anaerobik (anaerobik threshold)'
dari I mUmenit/kg berat badan selama 30 detik atau lebih bari permulaan sampai aktivitas fisik menjadi maksimal'
pada perubahan beban kerja atau uji latih yang meningkat oksigen terus meningkat' Bila proses
nilai ambilan
i+1. neningkatan beban kerja akan
diikuti dengan
metabolisme aerobik tidak dapat lagi memenuhi
peningkatan ambilan oksigen secara linier' Keadaan ini kebutuhan tenaga, maka metabolisme anaerobik
mulai
t".turgsong sampai pada tingkat maksimal' yaitu terjadi.
peningkatan beban kerja tidak lagi diikuti oleh
p.ringt atan ambiian oksigen dan pada saat itu Pemantauan nilai ambang anaerobik dapat dilal<ukan
secara invasif atau noninvasif' Secara invasif
dengan
pengambilan oksigen akan mendatar (4,11,12)' Pada
melakukan pemeriksaan kadar asam lakut darah' Pada
gzmbar 2 dapat dilihat hubungan antara uji latih dengan
linier
ambilan oksigen. waktu peningkatan kadar asam laktat darah tidak
dianggap sebagai awal
saat aktivitas fisik berlangsung,
terjadinya metabolisme anaerobik (ambang anaerobik)'
102
Respir lndo Vol 17, No. 2' 1997
uji latih jantung paru (Cardiopulmo- umunnya cenderung menghindari aktivitas fisik' Tingkat
Pemeriksaan
kesegaran jasmaninya tidak lagi menunjukkan
na4t exercise testing) dapat dipakai untuk
menetapkan
Tingkat gangguan peningkatan seperti yang terjadi pada umur antata 12-18
fngkat gangguan fungsional seseorang'
dari tidak ada tahun (17).
terseUuiaibagi atas lima kelas yaitu mulai
(4)'
&u ringan sampai pada tingkat yang sangat berat Latihan fisik akan menyebabkan otot-otot menjadi
menurut
Pada taLel I dapat dilihat tingkat fungsional kuat, perbaikan fungsi otot ini terutama otot pernapasan
kapasitas aerobik' menyebabkan pernapasan lebih efisien pada waktu
istirahat. Ventilasi paru antara orang yang terlatih dan
Tabel 1. Tingkat fungsional menurut kapasitas tidak terlatih relatif sama besar, tetapi orang yang terlatih
aerobik bernapas lebih lambat dan lebih dalam' Hal ini
103
FAAL PARU DAN OLAHRAGA
104
q
lndo Vol 17, No. 2, 1997
Faal paru mempunyai peran dalam meningkatkan Taylor HL, Buskirk E, Henschel A. Maximal oxygen intake as .
* Meningkatkan efisiensi kerja otot pernapasan, 12. Martin L. Pulmonary physiology in clinical practise. St. Louis.
The C.V. Mosby Company. 1987 :239-55
menambah aliran darah ke paru sehingga darah
13. Matsumura Nand Nishijima H. Determination of anaerobis
yang teroksigenasi lebih banyak.
threshold for assessment of function state in patients with chronic
* Menyebabkan pernapasan lebih lambat dan lebih
heart failure. Circulation 1983; 68 : 360-7
efisien. t4 Green HJ, Hughson RL, Orr GW and Ranney DA. Anaerobic
threshold, blood lactat and muscle metabolist in progressive
* Mengurangi laju penurunan faal paru. exercise. J Appl Physiol 1983 : 1032-8
Crrchell B and Marshall MG. The Basic Guidelines for Being t9 Robinson S and Harmon PM. The Lactic Acid Mechanism and
Fit In : Strauss RH, ed. Sport Medicine, Philadelphia : WB Certain Properties ofBlood in Relation to Training. Am J Physiol,
Saunders Co, 1984 :457'61 l94l;132 :757-69
'lbber KT and Janicki JS. Cardio Pulmonary Exercise Testing. 20. Robinson S. Experimental Studies ofPhysical Fitness in Relation
Physiologic Principles and Clinical Applications. Philadetphia : to Age. Arbeitphysiologie 1938; l0 : 251
WB Saunders Co. 1986 : 15-33, 151-67
2l Budhy Adriskanda. Perbandingan ukuran kapasitas difusi paru
Irlaloek D. Dasar fisiologi kesegaran jasmani dan latihan fisik. antara orang terlatih dan tidak terlatih. Tesis PPDS I Program
Ilalan : Kesehatan dan olagraga. Ed. Moeloek D. Jakarta : FKUI. Ilmu Kedokteran Olahraga. FKUI, Jakarta 1994
t984'.3-7
22. Schonfeld SA and Dixon GF. The respiratory system. In : Sport
Jrmjunan AA, Suharto dan Tilarso H. Buku pedoman tentang Medicine. Ed. Strauss RH. Philadelphid : WB Saunders Co. 1984
hdisi fisik olahragawan. Pusat Ilmu Olahraga KONI Pusat. 1982 :105-19
:T22
23 Cureton TK. Oxygen intake capacity. In : Encyclopedia of sport
Urgan DB and Bennett T. The relation befiveen heart rate and Sciences and Medicine. New York : The Macmillan Co. l97l :
ullgen consumption during exercise. J. Sport Med, 1976; 16 : 222-6
ft-{4
i'Ihmiston RT and Faulkner JA. Prediction of maximal oxygen
tp&e by a stepwise regression technique. J. Appl. Physiol, 1971,
Itl : 833-7
105