Geatri PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN GEATRI 2019 New PDF
Geatri PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN GEATRI 2019 New PDF
Assyifa Sukabumi | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan banyaknya pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang ini dan
berkembangnya pelayanan kesehatan saat ini serta semakin banyaknya pelayanan
kesehatan yang tersedia bagi masyarakat, salah satunya diperlukan suatu pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan usia lanjut. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.
Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan meningkatnya berbagai penyakit dan
ketidakmampuan (disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan
dengan waktu yang cukup lama, sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi
lansia di rumah sakit masih sangat kurang. Dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka
pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang
bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim
terpadu geriatri.
Oleh sebab itu, dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan geriatri
di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang pelayanan geriatri, pedoman ini adalah pedoman minimal
dan dapat dikembangkan kapanpun seiring dengan kemajuan teknologi di bidang
kesehatan.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSI
Assyifa.
2. Tujuan Khusus
a. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat Inap.
b. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 2
c. Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care ).
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap
akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang,
rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien
Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 3
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4451);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 229/Menkes/SK/VII/2012 tentang
Pedoman Pelayanan Psikogeriatri;
6. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Kemenkes RI Nomor
YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan
Lainnya;
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan Standar
Akreditasi Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
8. Surat Keputusan Direktur Nomor …… tentang Kebijakan Pelayanan dan Tata
Kelola Rumah Sakit di RSI Assyifa Kota Sukabumi.
E. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan geriatri yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Assyifa adalah pelayanan geriatri
tingkat sederhana, yaitu pelayanan rawat jalan dan kunjungan rumah (home care)
BAB II
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 4
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSI Assyifa yang membentuk Tim Terpadu Geatri:
a. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan coordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota, dan anggota.
b. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
c. Seorang dokter spesialais penyakit dalam untuk pekayanan Geriatri
tingkat sederhana.
d. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan
pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit
terdiri atas:
a) dokter spesialis penyakit dalam
b) dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
c) perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan intiligensia
d) apoteker;
e) tenaga gizi
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 6
f) fisioterapis
g) okupasi terapis
C. Pengaturan Jaga
1. Tenaga Medis
a. Semua dokter spesialis berjaga secara on call
b. Konsul dokter spesialis diatur dalam jadwal konsul perbulan oleh Kepala
Bidang Pelayanan Medis dan keperawatan
2. Tenaga Perawat
a. Terdiri dari Perawat di ruangan yang berjaga secara on site, dalam 24 jam
terbagi menjadi 3 waktu dinas pagi, sore dan malam.
b. Pembagian waktu jam dinas yaitu:
1) Shift pagi : 07.00 – 14.00 WIB
2) Shift Sore : 14.00 – 21.00 WIB
3) Shift malam : 21.00 – 07.00 WIB
Pengaturan jadwal dinas perawat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan.
Apabila ada perawat yang berhalangan untuk jaga, maka harus melapor kepada Kepala
Ruang Rawat Jalan minimal satu hari sebelumnya untuk diatur jadwal dinasnya.
Apabila ada pegawai yang mengalami sakit atau ada anggota keluarga yang meninggal,
serta musibah maka penjadwalan dinas diatur kembali oleh kepala ruangan, dan
tidak ada penggantian dinas.
3. Perawat jaga ruang poli Geriatri dalam melaksanakan asuhan keparawatan,
dinas pagi, sore atau malam dipimpin oleh ketua tim.
4. Staf perawat ruang rawat jalan geriatri wajib mengikuti segala perintah dan
aturan yang ada diruang rawat Inap non bedah.
5. Staf perawat ruang rawat jalan geriatri bila ada yang tidak mengerti atau tidak
mampu melaksanakan tugasnya berhak dan wajib bertanya pada rekan senior
atau kepada atasannya
6. Pada setiap akhir jam kerja, perawat rawat jalan geriatri bedah wajib membuat
laporan .
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 7
BAB III
STANDARD FASILITAS
A. Denah Ruang
Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan
diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong
pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri,
gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan
asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri.
Instalasi Rawat Jalan Geiratri berada di sebagian besar bangunan rumah sakit
diatas tanah seluas ……..
N Nama Denah Tempat Tidur
O Ruangan
KELAS:
VVIP UTAMA =
2
SATU = 2
DUA = 3
TIGA = 8
TOTAL = 15
BED
B. Standard Fasilitas;
1. Fasilitas Ruang
o ma Ruangan esar Ruangan/Luas Kebutuhan Fasilitas
cukup luas cukup kursi lemari arsip, peralatan
pendaftaran untuk meja dan kantor lainnya
/administrasi lemari asrsip
tunggu kebutuhan
pasien
periksa kebutuhan Kursi, tempat tidur periksa,
(poliklinik) wastafel, 1 set alat
pemeriksaan fisik, ekg, light
box, timbangan berat
badan dan pengukur tinggi
badan, intrumen penilaian
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 8
kognitif, psikologi, psikiatri,
lemari alat periksa dan
kelengkapan lainnya
4 Tindakan kebutuhan i alat periksa & obat, tempat
tidur periksa, tangga
roolstool, wastafel, lampu
periksa, tiang infus dan
kelengkapan lainnya
C (pasien, /WC , wastafel, bak air
petugas, wanita luas 2 m² - 3 m²
pengunjung)
1. Persyaratan Khusus
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan
kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90
cm dan pintu 30 cm.
c. Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan
tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin
stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap
lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak
menyilaukan.
e. Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau
tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah
jatuh.
f. Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Khusus
untuk dinding ruang latihan, sebaiknya dipilih warna yang bersifat memberi
semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya
terbuat dari kayu (hand rail).
h. Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk
mengantisipasi apabila sewaktuwaktu terjadi kematian arus listrik.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 9
i. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan
pegangan di sebelah kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat
duduk dan pegangan. Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus
diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk
meminta bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi
persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada
pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan
lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium
(leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta
untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan
yang lain .
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 10
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut.
A. Bagan Alur Pelayanan Geriatri di RSI Assyifa Sukabumi
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 11
5. Bila diperlukan untuk Rawat inap pasien bisa diteruskan untuk ke unit UGD
6. Bila memerlukan rujuk eksternal pasien diberikan rujukan Rumah sakit atau
Laboratorium luar
7. Bila hanya diperlukan Rawat Jalan pasien diberikan resep dan dianjurkan untuk
mengambil ke Ruang Pelayanan Obat lalu dipersilahkan Pulang
D. Assesment Keperawatan
a. Pengkajian
a) Anamnesa yaitu Wawancara terhadap pasien atau keluarganya
mengenai :
- Keluhan Utama.
- Keluhan tambahan.
- Riwayat penyakit terdahulu.
b) Kondisi Medis Umum
c) Aspek Biologis
1) Deteksi dan pengelolaan penyakit komorbid
Mendeteksi semua penyakit komorbid pasien usia lanjut,
sebaiknya dilakukan anamnesis pemeriksaan fisik yang lengkap dan
teliti karena gejala penyakit pada pasien usia lanjut tidak khas dan
sebagian besar pasien Rawat jalan Geriatri tidak dapat berkomunikasi
dengan baik. Adanya serumen dalam telinga dapat menyulitkan
anamnesis dan program rehabilitasi pasien. Kesehatan rongga mulut
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi asupan makanan
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 12
pada pasien usia lanjut. Adanya ulcus decubitus, meskipun masih
derajat 1 (belum terjadi lecet), perlu dicari dan ditangani secara
serius, karena dapat mempengaruhi kenyamanan pasien.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 13
6) Penilaian Status Mental dan Penilaian Fungsi Kognitif
Status mental dan status kognitif pasien usia lanjut dapat
menentukan keberhasilan program rehabilitasi medik. Pasien depresi
akan cenderung enggan melakukan latihan fisik. Pasien dementia
akan sulit untuk mengerti instruksi yang diberikan saat mengikuti
program rehabilitasi. Untuk menapis depresi, dapat dilakukan
pemeriksaan GDS (Geriatric Depression Scale). Untuk menapis
dementia, dapat dilakukan pemeriksaan MMSE (Mini Mental State
Examination). Nilai MMSE dapat rendah karena adanya depresi,
delirium, atau tingkat pendidikan pasien yang rendah.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan atas yang terkumpul
untuk merefleksi respon pasien. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan
berkaitan dengan masalah actual, dan resiko, atau potensial.
c. Perencanaan
Membuat perencanaan penyediaan pelayanan menentukan tindakan terapi.
d. Implementasi
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan prosedur
keperawatan hasil pengkajian dan discharge planning yang ada, menetapkan
masalah dan kebutuhan pelayanan keperawaatan serta melaksanakan
prosedur tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 14
Dalam melakukan keperawatan, dilakukan kerjasama dengan pasien
keluarga, pelaku rawat dan tenaga lain (kesehatan maupun non kesehatan).
Tindakan yang dilakukan mengacu pada SOP (Standart Operating Procedure)
yang berlaku. Jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu tindakan yang
bersifat mandiri maupun tindakan kolaborasi.
e. Evaluasi
i. Melakukan monitoring , Menilai respon atau hasil akhir pencapaian tujuan
ii. Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan yang telah diimplementasikan
E. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medik,psikososial,edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampun
fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan,sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien
usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas dan handikap, sehingga
rehabilitasi medik merupakan aspek penting dalam pelayanan lansia dan harus
dilaksanakan secepat mugkin sejak pasien masuk sampai pulang sesuai
kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia,tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik penyakit yang
menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak
instrument untuk menilai kemampuan seorang lansia, salah satu diantaranya
adalah Index Katz yang cukup sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk
meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau
dapat melakukan sendiri secara menyeluruh.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 15
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh
atau tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri:menaruh,mengambil,memakai dan menanggalkan pakaian
sendiri serta menalikan sepatu sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai pakaian
dalam,membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke tempat duduk
(memakai/tidak memakai alat bantu).
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong
daging daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega
pada roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat
makan sendiri secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar tersebut di atas,
kemudian diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tahapan yangdisebut sesuai dengan
aktivitas yang dikerjakan sendiri, atau disebut juga Index Katz yang secara
berurutan adalah sebagai berikut :
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri,kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi lain;
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 16
4) Index Katz D : mandiri,kecuali “bathing,dressing” dan 1 (satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting” dan 1 (satu) fungsi
lain;
6) Index Katz F : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting,transfering” , dan 1
(satu) fungsi lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam) aktivitas.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 17
2. TUJUAN
Memberikan pelayanan multidisiplin yang bermutu dengan
asuhan dan kondisi pasien usia lanjut untuk menuju geriatri
mandiri dan geriatri dengan minimal patologi.
3. KEBIJAKAN 1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin
ilmu, dan tersedia dalam suatu tim asuhan.
2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan asuhannya.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 18
4. ICU
Disyahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 19
RS
4. PROSEDUR 8. Pasien datang ke Poli Geriatri bisa melalui Pendaftaran, bisa
juga rujukan internal dari Poli Gigi atau Poli KIA/KB,
9. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang bisa diteruskan untuk
ke Unit Laboratorium,
10. Bila diperlukan untuk konsultasi tentang Gizi bisa diteruskan
rujuk internal ke Poli Gizi atau Klinik Sanitasi bila memerlukan
konsultasi di klinik sanitasi
11. Bila memerlukan pemeriksaan di Poli KIA/KB dilakukan rujuk
internal ke Poli KIA/KB
12. Bila diperlukan untuk Rawat inap pasien bisa diteruskan untuk
ke unit UGD
13. Bila memerlukan rujuk eksternal pasien diberikan rujukan
Rumah sakit atau Laboratorium luar
14. Bila hanya diperlukan Rawat Jalan pasien diberikan resep dan
dianjurkan untuk mengambil ke Ruang Pelayanan Obat lalu
dipersilahkan Pulang
5. UNIT TERKAIT 1. Poli umum
2. UGD
3. Poli KIA
4. Laboratorium
5. Poli Gizi
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 20
RUMAH SAKIT ISLAM ASUHAN PASIEN USIA LANJUT / GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 21
3. Pasien menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self
care), seperti kesulitan makan atau berpakaian.
4. Pasien mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau
gangguan tingkah laku (behavior) dini.
5. Pasien memiliki masalah kesehatan lain, seperti osteoporosis,
penyakit Parkinson, arthritis, gangguan berkemih (inkontinesia
urine), atau gangguan buang air besar.
4. PROSEDUR 1. Lakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium yang sesuai dengan indikasi.
2. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan :
c. ADL (Activity of Daily Living) Bartel dan Katz.
d. IADL (Instrumental Activity of Daily Living).
3. Pengkajian status mental dan kognitif, terutama menyangkut
fungsi intelektual memori baru dan lama dinilai dengan
pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination), AMT
(Abbreviated Mental Test).
4. Lakukan penapisan inkontinensia.
5. Lakukan Assesmen nutrisi.
6. Pengkajian status psikologis pasien dengan GDS (Geriatric
Depression Scale).
7. Laksanakan assesmen lingkungan, yang dilakukan di rumah
penderita oleh residen di bawah bimbingan tim Geriatri.
8. Lakukan assesmen Nutrisi.Pengkajian status psikologis pasien
denga GDS (Geriatric Depression Scale).
9. Laksanakan assesmen lingkungan, yang dilakukan di rumah
penderita oleh residen di bawah bimbingan tim Geriatri.
10. Buatkan daftar masalah dan kesimpulan dari rekapitulasi
assesmen sebagai berikut :
a. Identitas.
b. Diagnosis (Klinis, Fisik-Antropometri dan laboratorium).
c. Impairment (kerusakan) yang berkaitan dengan aging yang
tidak disebabkan oleh penyakit (sifatnya kebih ringan).
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 22
d. Disability (kelumpuhan).
e. Handicap (keterbatasan).
11. Rekomendasi.
a. Non Farmakologi.
b. Farmakologi
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 23
RUMAH SAKIT ISLAM
PENGKAJIAN RISIKO JATUH GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
… dari …
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 24
2. Perawat menerapkan pencegahan jatuh pada pasien sesuai
dengan tingkat risiko (risiko rendah dan risiko tinggi), termasuk
menjelaskan pada pasien dan keluarga.
3. Perawat mengkomunikasikan tingkat risiko pasien kepada
dokter.
4. Perawat memasangkan gelang risiko jatuhwarna kuning pada
pergelangantanganpasien dengan risiko jatuhtinggi dan
memberi tanda“JATUH” padapintukamar pasien.
5. Perawat melakukan penilaian ulang bila terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan dalam Formulir Penilaian Risiko Jatuh
Pasien Geriatri.
Perawat/petugas melaporkan insiden pasien jatuh ke Tim
Keselamatan Pasien Unit Kerja menggunakan formulir Insiden
Keselamatan Pasien (Lihat SPO Pelaporan Insiden). Tim
Keselamatan Pasien Unit Kerja melaporkan secara periodik setiap
bulan keKomite Keselamatan Pasien/Patient Safety
5. UNIT TERKAIT 1) Keperawatan
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 25
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 26
b. Riwayat rekreasi
c. Sistem pendukung
d. Deskripsi Kekhususan
e. Status mental
f. Status Psikologis
g. Status Afektif
h. Status Sosial
i. Fungsi Barthel Indeks
8. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien sesuai formulir Evaluasi
Fungsi Barthel Index, terdiri dari: evaluasi aktifitas dengan cara
menghitung skor berdasarkan keadaan pasien
a. Makan: • 0 : Tidak mampu
•5 : Membutuhkan bantuan untuk memotong
makanan
• 10 : Tanpa bantuan
e. Berpakaian
•0 : Tidak mampu
•5 : Dengan bantuan
• 10 : Tanpa bantuan (memasang kancing, ritsleting,
tali,dll)
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 27
f. Mengontrol BAB
•0 : Tidak dapat menahan BAB, membutuhkan
pencahar.
•5 : Sesekali membutuhkan bantuan
• 10 : Dapat dikontrol
g. Mengontrol BAK
•0 : Dengan bantuan / kateter atau mengompol
•5 : Sesekali membutuhkan bantuan
• 10 : Dapat dikontrol
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 28
• 62 - 90 : Ketergantungan sedang
• 91 - 99 : Ketergantungan ringan
• 100 : Mandiri
11. Bila telah selesai, rapikan pasien.
12. Melakukan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk
membuat perencanaan perawatan pasien
13. Mengatur jumlah ketenagaan yang terkait dengan rumus
ketergatungan pasien
14. Tinggalkan pasien dalam keadaan aman dan nyaman.
15. Cuci tangan
16. Dokumentasikan segera hasil pengkajian dan proses perawatan
yang akan dan sudah dilaksanakan
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 29
RUMAH SAKIT ISLAM PENYELENGGARAAN RAWAT JALAN KLINIK GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 30
Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di RSI Assyifa diberikan
surat rujukan ke RSUD dengan menggunakan blangko surat
rujukan yang tersedia.Petugas / dokter mencatat hasil
pemeriksaan pada kartu rawat jalan.
4. Petugas / dokter melakukan penegakan diagonosa,
menentukan tindakan therapi.
5. Petugas / dokter memberikan resep untuk pengambilan obat
di klinik geriatri.
6. Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan
pada kartu rawat jalan dan membuat sensus harian penyakit.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 31
Disyahkan oleh :
STANDAR Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Heri Heriyanto, MM.
1. Penilaian derajat nyeri pada geriatri adalah penilaian untuk mengetahui
PENGERTIAN tingkat nyeri yang dirasakan pada pasien geriatri.
2. TUJUAN Mampu melakukan penilaian derajat nyeri pasien secara tepat pada geriatri
dengan menggunakan metode kombinasi Numerical Rating Scale (NRS) atau
Visual Analogue Scale ( VAS) pada pasien geriatri dengan kemampuan
berkomunikasi, dan Faces Scale pada pasien geriatri dengan kendala
berkomunikasi kemudian mencatatkan di dalam rekam medis pasien
3. KEBIJAKAN 1. Rumah sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara
asesmen manejemen nyeri yang sesuai pada pasien rawat jalan maupun
rawat inap
2. Staf rumah sakit memahami pengaruh pribadi, budaya dan sosial pada hak
pasien untuk melaporkan rasa nyeri , serta pemeriksaan dan pengelolaan
nyeri secara akurat
Penilaian ini dilakukan pada seluruh pasien geriatri (> 60 tahun)
4. PROSEDUR 1. Memperkenalkan diri dan menerangkan pada pasien dan keluarga pasien
penilaian yang akan dilakukan
2. Menanyakan kepada pasien apakah merasakan nyeri/ tidak.
3. Meminta pasien untuk menentukan lokasi nyeri, dan menandai lokasi nyeri
pada dokumen status penilaian derajat nyeri pasien.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 32
4. Meminta pasien menentukan derajat nyerinya dalam bentuk angka 0 -10
Numerical Rating Scale (NRS),
skala “0” menandakan “tidak ada nyeri”, skala “1-3” menandakan adanya
“nyeri ringan”, skala “4-6” menandakan adanya “nyeri sedang”, skala “7-9”
menandakan adanya “nyeri hebat”, skala “10” menandakan adanya “nyeri
sangat berat” atau meminta pasien memilih dari gambar yang ada,
gambar yang menggambarkan derajat nyeri yang dirasakannya (Faces
Scale / Skala Nyeri berdasarkan ekspresi wajah).
5. Mencatat pada status / rekam medis pasien derajat nyeri pasien pada initial
assessment pasien.
6. Pada pasien rawat inap, penilaian berikutnya (re-assessment) dilakukan tiap
8 jam dan dicatat pada status terintegrasi serta catatan rawat inap pasien.
7. Pada pasien rawat jalan, penilaian berikutnya dilakukan pada saat pasien
melakukan kontrol atau apabila pasien tetap merasakan nyeri yang tidak
dapat ditangani dapat datang kembali ke UGD untuk dilakukan penilaian
ulang derajat nyeri dan tatalaksananya oleh DPJP.
5. UNIT Keperawatan/Pelayanan Medis/Penunjang Medis
TERKAIT
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 33
RUMAH SAKIT PROSEDUR PEMERIKSAAN PASIEN TANPA IKHTILAT
ISLAM
ASSYIFA
SUKABUMI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.08 1 … dari …
Disyahkan oleh :
STANDAR Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.
1. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat, bidan atau dokter RSI
Assyifa Sukabumi terhadap pasien memperhatikan tentang tidak
PENGERTIAN
tercampurnya antara laki –laki dan perempuan dalam satu ruangan.
2. TUJUAN Sebagai pedoman dan tata laksana dalam pemeriksaan pasien tanpa ikhtilat di
RSI Assyifa Sukabumi.
3. KEBIJAKAN ran direktur tentang kebijakan pelayanan di Rawat Inap RSI Assyifa Sukabumi.
4. PROSEDUR 1. Ucapkan salam “ Assalamu’alaikum….. , selamat pagi/ siang/sore/malam
Bapak/ Ibu ……. (sebut nama)” kepada pasien.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 34
2. Mempersilahkan pasien masuk keruang pemeriksaan dengan
memperhatikan gender pasien dan mengupayakan perawat sesuai dengan
gender pasien .
3. Jagalah privasi dan aurat pasien selama pemeriksaan dengan cara
menutup tirai atau pintu saat melakukan pemeriksaan.
4. Ajaklah pasien membaca “Basmalah ‘ saat akan melakukan pemeriksaan.
5. Lakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur.
6. Ajaklah pasien membaca hamdalah setelah dilakukan pemeriksaan.
7. Lakukan dokumentasi.
5. UNIT Perawat, bidan dan dokter
TERKAIT
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 35
3. Mengucapkan salam kepada pasien dan menyampaikan
tujuan tindakan keperawatan.
4. Menjaga privasi pasien.
5. Sebelum melakukan tindakan keperawatan mengajak
pasien membaca “Basmalah”.
6. Melakukan tindakan keperawatan sesuai prosedur.
7. Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan mengajak
pasien bersama-sama mengucapkan “Alhamdulillah”.
8. Perawat berpamitan dengan pasien dan
mendokumentasikan tindakan keperawatan.
5. UNIT TERKAIT Perawat rawat inap non bedah
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 36
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR INFORM CONCENT PENGGUNAAN OBAT YANG
ASSYIFA SUKABUMI MENGANDUNG UNSUR HARAM
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.12 1 … dari …
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 37
5. Petugas farmasi dan atau perawat menyebutkan obat yang
dimaksud
6. Petugas farmasi dan atau perawat menanyakan apakah pasien
setuju menggunakan obat tersebut.
7. Jika pasien setuju, petugas farmasi atau perawat
mempersilakan pasien untuk menandatangani inform consent
obat yang mengandung unsur haram.
8. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
9. Petugas farmasi dan atau perawat mengakhiri dengan
mengucapkan salam.
5. UNIT TERKAIT 1) Komite Syariah
2) Petugas keperawatan (Perawat) Rawat Inap Non Bedah
3) Instalasi Farmasi
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 38
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR MONITOR EFEK SAMPING OBAT YANG TIDAK
ASSYIFA SUKABUMI DIHARAPKAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.13 1 … dari …
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 40
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 41
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Preinteraksi
Tahap Kerja
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 42
1. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk
menghentikan perilakunya
2. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan
dilakukan pengikatan.
3. Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan
pengikatan. (Jangan tawar menawar dengan pasien)
4. Jangan membiarkan pasien berfikir tentang keraguan kita
untuk melakukan pengikatan.
5. Staf yang akan melakukan pengikatan harus sudah berada di
tempat
(susunan tim 5-6 orang) :
- Empat orang menahan masing-masing anggota gerak
- Satu orang mengawasi kepala
- Satu orang melakukan prosedur pengikatan
- Tiap anggota gerak 1 ikatan
- Ikatan pada posisi sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu aliran IV
- Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi
Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik
3. Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya
(restrain akan dilepas apabila, mis: pasien berjanji tidak
memukul orang lagi)
Dokumentasi
Catat hasil kegiatan dan respon pasien dalam catatan keperawatan.
Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 43
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PENGELOLAAN PASIEN DENGAN RESIKO JATUH
ASSYIFA SUKABUMI
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 44
B. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
C. Pasien Dengan Resiko Jatuh
1. Dokter dan perawat melakukan screening pada setiap
pasien yang masuk rawat inap dengan resiko jatuh dengan
gejala sebagai berikut, antara lain : penurunan kesadaran,
kelemahan anggota gerak, kejang, riwayat penggunaan
alkohol, riwayat penggunaan obat psikotropika.
2. Perawat memberi tanda resiko jatuh pada rekam medis
pasien.
3. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh pada
bed yang memiliki pengaman di samping kanan – kiri pasien.
4. Perawat memastikan pengaman dapat berfungsi dengan
baik.
5. Perawat memastikan bahwa bel pemanggil perawat
berfungsi dengan baik dan dapat dijangkau oleh pasien.
6. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh di
ruangan yang mudah diawasi oleh perawat.
7. Perawat memberikan edukasi kepada pasien maupun
keluarga pasien dengan resiko jatuh untuk tidak mengubah
posisi pengaman tanpa seizin perawat.
8. Perawat melakukan pemantauan terhadap pasien dengan
resiko jatuh secara berkala sesuai kondisi pasien.
9. Perawat menyampaikan informasi kepada perawat yang
bertugas selanjutnya pada pergantian shift.
D. Pasien Lainnya
Dokter/perawat mengevaluasi ulang seluruh pasien rawat inap bila
ditemukan resiko jatuh seperti di atas maka dilakukan langkah
sesuai prosedur A.2 sampai A.8
E. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Rekam Medis
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 45
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PEMAKAIAN BUSANA PASIEN
ASSYIFA SUKABUMI
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 46
6. Rapikan posisi baju pasien.
7. Ucapkan A lhamdulillah j ika semua sudah selesai dilakukan.
8. Perawat berpamitan dengan mengucapakan salam
(wassalamu’alaikum Wr. Wb) sebelum meninggalkan kamar
pasien
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Kamar Bedah
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PEMBERI LAYANAN
ASSYIFA SUKABUMI (DOKTER DAN PERAWAT)
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 47
4. PROSEDUR 1. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2. Identifikasi pasien secara langsung dengan tanya nama pasien
atau keluarga bila pasien tidak sadar, melihat gelang identifikasi
dan siapkan status pasien.
3. Verifikasi identitas pasien sesuai antara gelang pasien, status
pasien dan nama pasien, siapkan lembar konsul pertelpon.
4. Tekan nomor ekstensi dokter yang merawat pasien
5. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam dan
perkenalkan diri penelpon
6. Laporkan identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur,
keluhan, hasil pemeriksaan dan pengamatan serta obat-obatan
bila ada.
7. Tanyakan tindak lanjut pengobatan kepada dokter yang
merawat.
8. Catat secara lengkap perintah dari dokter yang merawat pada
form yang telah disediakan.
9. Konfirmasi apa yang sudah dituliskan dan bacakan ulang
kepada pemberi perintah (dokter ).
10. Eja ulang obat-obat yang diberikan secara perlahan-lahan
terutama untuk obat-obatan yang termasuk dalam golongan
NORUM ( Nama obat rupa obat mirip ),untuk konsultasi
pertelpon yang nama obat mirip, blangko terlampir untuk
obat-obat yang nama mirip.
11. Cantumkan tanda cawang pada kolom membaca ulang isi
laporan bila sudah dibacakan ulang.
12. Telpon ulang pemberi perintah bila laporan belum dibacakan
ulang,dan konfirmasikan ulang isi perintah.
13. Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form
yang telah disediakan.
14. Cantumkan tandatangan saksi yang ikut mendengarkan saat
menelpon dokter (bisa keluarga pasien, perawat jaga, pasien
sendiri ,dokter jaga,dokter yang merawat sebelumnya )
15. Ucapkan terima kasih, Hamdallah dan salam.
16. Mintakan tanda tangan di tempat yang sudah disediakan saat
dokter visite.
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap
2) Instalasi Gawat Darurat
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 48
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PEMBERI LAYANAN
ASSYIFA SUKABUMI (PERAWAT DAN PETUGAS LABORATORIUM)
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 50
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
2. TUJUAN
SPO ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan skrining dan
tatalaksana nyeri di RSI Assyifa Kota Sukabumi.
3. KEBIJAKAN 1) Surat Keputusan Direktur tentang Pelayanan Kesehatan di RSI
Assyifa Kota Sukabumi.
2) Surat Keputusan Direktur No. 158 K / SK / DIR-RSIA / VIII / 2015
tentang Panduan Komunikasi Efektif
3) WHO Three-Step Analgetic Ladder
4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2) Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3) Penilaian derajat nyeri pasien rawat jalan dilakukan oleh
perawat dengan skoring penilaian derajat nyeri disesuaikan
dengan golongan umur dan populasi khusus, misalnya:
a. NRS/Penilaian Verbal pada pasien lanjut usia
(geriatrik) dewasa, dan anak yang dapat
berkomunikasi
b. Faces Pain Rating Scale pada bayi dan anak yang
belum bisa berkomunikasi secara verbal;
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 52
4) Penilaian derajat nyeri pasien dewasa dilakukan dengan
cara meminta pasien menentukan derajat nyerinya
menggunakan skala nyeri sesuai kebutuhan serta
menentukan lokasi nyerinya, dengan menggunakan metode
komunikasi efektif.
5) Tentukan diagnosis nyeri dengan tepat.
6) Tentukan modalitas nyeri yang benar:
a. modalitas fisik, dilakukan di Instalasi Rehabilitasi
Medik;
b. modalitas kognitif-behavioral melalui pendekatan
psikososial;
c. modalitas invasif melalui pendekatan perioperatif dan
radioterapi;
d. modalitas psikoterapi;
e. modalitas farmakologis
pada keadaan nyeri akut, modalitas farmakologis lebih cenderung
digunakan tanpa mengesampingkan modalitas lainnya.
7) Usahakan analgesia per oral terlebih dahulu, dengan
mengikuti tiga langkah analgesik WHO, yang meliputi:
a. (1) pada mulanya, gunakan obat analgesik non-opiat;
b. (2) apabila masih tetap nyeri, dapat ditambahkan obat
opioid lemah (mis:kodein);
c. (3) apabila nyeri masih belum mereda/menetap, maka
disarankan untuk menggunakan opioid kuat
(mis:morfin).
Pada nyeri akut, strategi mengikuti langkah (3)-(2)-(1). Sedangkan
pada nyeri kronik, mengikuti langkah (1)-(2)-(3). Tambahkan
obat adjuvant bila perlu.
8) Tentukan jenis obat dan dosis individual dan mencermati
dengan seksama perubahan keadaan pasien.
9) Penambahan analgesia mempertimbangkan evaluasi respon
atas tatalaksana nyeri yang diberikan, didokumentasikan
dengan baik untuk menghindari overdosis maupun efek
samping yang mungkin terjadi.
10) Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas
mengucapkan Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat
3) Instalasi Rawat Jalan
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 53
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR MANAJEMEN NYERI
ASSYIFA SUKABUMI
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 54
8) Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan
keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan
ketidakmampuan
9) Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol
paska nyeri yang dapat digunakan
10) Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan
11) Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji
kenyamanan pasien dan merencanakan monitoring tindakan
12) Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
13) Ajarkan kepada pasien untuk mengontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien mengalami
ketidaknyamanan (misal: temperature ruangan, cahaya,
kebisingan)
14) Mengajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau
menghilangkan faktor yang menjadi presipitasi atau
meningkatkan pengalaman nyeri (misal: ketakutan, kelemahan,
monoton, dan rendahnya pengetahuan)
15) Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal:
farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk
memfasilitasi penurun nyeri
16) Mengajarkan kepada pasien untuk mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri
17) Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan
intervensi segera
18) Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi (misal: biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi, guided imagery, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, acupressure, terapi
dingin/panas, dan pijatan)
19) Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun nyeri
yang optimal
20) Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat
21) Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien,
catat perubahan pada rekam medik.
22) Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan
dengan pengkajian terus-menerus terhadap pengalaman nyeri
23) Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
24) Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
25) Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri, sesuai
keperluan
26) Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan
keluarga dan respon untuk pengalaman nyeri
27) Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika
mungkin
28) Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang
spesifik
29) Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 55
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat
3) Instalasi Rawat Jalan
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 56
a. Apabila dalam kondisi nyeri ringan pada skala 1-3
(sedikit mengganggu aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien
untuk memohon ampun kepada Allah dengan
mengucapkan istighfar “Astaghfirullahal ‘azhim”
berulangkali
b. Apabila dalam kondisi nyeri sedang pada skala 4-6
(gangguan nyata terhadap aktivitas sehar-hari), ajaklah
pasien berdzikir dengan membaca kalimat thayyibah sesuai
kemampuan seperti mengucapkan tasbih “Subhanallah”,
tahmid “Alhamdulillah”, takbir “Allahu Akbar” atau tahlil
“Laa Ilaha Illallah” berulangkali.
c. Apabila dalam kondisi nyeri berat pada skala 7-10 (tidak
dapat melakukan aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien agar
mengingat Allah dan menanamkan sikap selalu husnuzhan
kepada Allah
6. Petugas Bimbingan dan Pelayanan Islami memberikan
motivasi spiritual pasien kepada keluarga pasien dengan
nasihat agar tetap tenang dan terus membaca do’a atau dzikir
apabila kondisi pasien merasakan nyeri berkelanjutan.
7. Petugas Bimbingan dan Pelayanan Islami
mencatat penatalaksanaan nyeri secara syariah dalam form
pengkajian spiritual pasien yang berada di nurse station s esuai
dengan terapi yang dilakukan.
8. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT a Keperawatan Rawat Inap Non Bedah, Bimbingan dan Pelayanan
Islam
Disyahkan oleh :
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 59
1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.
1. PENGERTIAN Merupakan proses pencegahan pasien jatuh selama dalam masa
perawatan di rumah sakit.
2. TUJUAN 1) Sebagai acuan dalam mengevaluasi resiko pasien jatuh
2) Mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cidera bila
sampai jatuh
3) Terpeliharanya mutu pelayanan
4) Menjaga keselamatan pasien
3. KEBIJAKAN 1) PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011
2) SK Direktur tentang Keselamatan pasien RSI Assyifa Sukabumi
4. PROSEDUR A. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
B. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender
klien
C. Persiapan Alat
1. Status Rekam Medis Pasien
2. Tanda resiko pasien jatuh (strip gelang warna kuning )
3. Form pengkajian resiko jatuh (skala jatuh morse )
4. Form pengkajian Humpty Dumpty untuk anak-anak
5. Form dokumentasi informasi pasien jatuh
D. Pelaksanaan Tindakan
I. Tindakan pencegahan umum (untuk semua pasien rawat
inap )
1. Ucapkan salam
2. Sebutkan nama dan peran anda
3. Informasikan pada pasien /keluarga pasien tentang
kegiatan pengkajian resiko jatuh yang akan dilakukan
beserta tujuannya.
4. Kaji tingkat resiko pasien jatuh sesuai format pengkajian
resiko jatuh .
5. Tentukan tingkat resiko pasien jatuh ringan, sedang,
tinggi
6. Informasikan pada pasien /keluarga pasien tentang
tindakan yang dilakukan untuk mencegah resiko jatuh
sesuai format dokumentasi pemberian informasi resiko
pasien jatuh
7. Orientasikan pasien dan keluarga terhadap lingkungan
ruang perawatan dan petugas yang merawat.
8. Atur posisi tempat tidur senyaman mungkin
9. Pasang pengaman tempat tidur dikedua sisi terutama
untuk pasien resiko sedang dan tinggi
10. Kunci roda tempat tidur (sesuaikan fasilitas tempat tidur
)
11. Dekatkan semua kebutuhan pasien (bel, dan
barang-barang yang dibutuhkan oleh pasien )
12. Berikan pencahayaan yang kuat sesuai dengan
kebutuhan pasien
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 60
13. Lakukan pemantauan terhadap obat-obat yang
digunakan
14. Berikan edukasi pada pasien dan keluarga .
15. Ucapkan terimakasih setelah selesai melakukan kegiatan
pencegahan dan sampaikan semoga lekas sembuh.
II. Untuk pasien yang beresiko jatuh (risiko sedang dan tinggi )
1. Lakukan semua pencegahan umum
2. Pasang tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning )
3. Libatkan pasien dan keluarga dalam pencegahan risiko
jatuh
4. Berikan informasi risiko jatuh pada pasien dan keluarga
5. Dokumentasikan pemberian informasi pada formulir
dokumentasi informasi pasien jatuh.
6. Beritahu pasien untuk meminta bantuan saat ambulasi
7. Observasi secara teratur kenyamanan pasien
8. Kaji ulang risiko jatuh tiap shift
9. Komunikasikan risiko pasien jatuh saat timbang terima
pasien antar shift
10. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko
jatuh pada catatan kegiatan.
III. Untuk pasien setelah kejadian jatuh
1. Perawat segera memeriksa pasien
2. Laporkan dokter jaga untuk menentukan evaluasi lebih
lanjut
3. Perawat melaksanakan terapi dari dokter jaga
4. Jika ada gangguan kognitif beritahukan keluarga untuk
menekan alarm /bel yang tersedia, jika tidak ada bel
anjurkan untuk segera melaporkan ke perawat.
5. Dilakukan pemeriksaan neurologi dan tanda-tanda vital.
6. Pasien diperbolehkan turun dari tempat tidur dengan
seijin perawat dan didampingi oleh keluarga untuk 24
jam pertama kemudian dilakukan asessmen ulang.
7. Beritahu keluarga bahwa pasien telah mengalami
kejadian jatuh dan kemungkinan cedera yang mungkin
timbul
8. Catat kejadian jatuh di Tim keselamatan Pasien Rumah
Sakit
9. Keluarga atau orang yang mengetahui kejadian jatuh
mengisi laporan kejadian dan memberikan kepada
perawat dan meneruskan ke Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
10. Perawat melengkapi formulir jatuh dan menyertakan ke
laporan kejadian.
11. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan pencegahan
kepada pasien dan keluarga.
12. Resiko jatuh pasien akan dinilai ulang dengan
menggunakan “ Assesmen Risiko Jatuh Harian “
kemudian ditentukan intervensi dan pemilihan alat
pengaman yang sesuai.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 61
13. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas
mengucapkan Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Gawat Darurat
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 62
o Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi. Pastikan ikatan pada alat pengangkut tidak
menyebabkan pasien kesulitan bernafas. Jika pasien
tidak sadar, pastikan pasien mendapatkan pertukaran
udara yang cukup.
o Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans.
● Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan
sirkulasi dengan meletakkan spinal board pendek atau papan
RJP di bawah matras.
● Longgarkan pakaian yang ketat.
● Periksa perban, balut dan bidai.
● Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani
pasien. Mereka harus ditempatkan di kabin pengemudi dan
memakai sabuk pengaman dengan baik agar tidak
mempengaruhi proses perawatan pasien.
● Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta
pastikan barang tersebut aman di ambulans. Jika
memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini.
● Tenangkan pasien. Ucapkan kata-kata yang menenangkan.
Berikan senyuman.
SELAMA PERJALANAN
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 63
● Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien
dan cara mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan
kecepatan dan cara mengemudinya sesuai kebutuhan
pasien.
● Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi
ambulans berhenti. Pastikan fasilitas rujukan mengetahui
kejadian ini.
SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 64
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR BIMBINGAN ROHANI ISLAM
ASSYIFA SUKABUMI
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 65
a. Perawat memberikan informasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien bahwa RSI Assyifa Sukabumi dapat
memberikan pelayanan kerohanian khusus bagi pasien
yang cemas, berada pada fase kritis ataupun menjelang
ajal
b. Pasien dan atau keluarga pasien menyampaikan kepada
petugas ruang rawat bahwa mereka membutuhkan
pelayanan kerohanian
c. Petugas meminta pasien dan atau keluarga untuk
mengisi formulir permohonan untuk pelayanan
kerohanian (formulir terlampir)
d. Petugas menghubungi petugas bimrohis sambil
memberikan gambaran kondisi kebutuhan pelayanan
rohani (cemas, berada pada fase kritis atau menjelang
ajal)
e. Petugas bimrohis mendatangi ruang rawat yang
dimaksud
f. Petugas bimrohis menjumpai petugas ruang rawat dan
menanyakan posisi pasien yang memerlukan pelayanan
kerohanian
g. Petugas mengantarkan petugas bimrohis ke kamar
pasien dan memperkenalkan petugas bimrohis kepada
pasien dan atau keluarga
h. Petugas bimrohis memberikan pelayanan rohani berupa
berdoa bersama, membaca al-quran, memberi nasihat,
renungan bersama dan memberi semangat
i. Petugas bimrohis pamit kepada pasien dan atau
keluarga
j. Petugas bimrohis melakukan dokumentasi di form
bimbingan rohani dan di form pemberian edukasi
terintegrasi
k. Petugas bimrohis meninggalkan ruang rawat
h selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
"Hamdallah"
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi rawat inap Non Bedah
2) Petugas bimrohis
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 66
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 67
RSI Assyifa Sukabumi sebagai perantara dalam proses
penyembuhan dan mengucapkan salam.
6. Petugas keperawatan, setelah melakukan pendampingan
spiritual kemudian mencatat hasil kunjungan pasien dalam
spiritual record (RM : Form Penilaian Kebutuhan Edukasi dan
RM : Formulir Pemberian Informasidan Edukasi)
7. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
"Hamdallah"
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi rawat inap Non Bedah
2) Petugas bimrohis
BAB V
LOGISTIK
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 68
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 69
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 70
rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses kerja. Dengan
demikian jelas bahwa keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang
berupa luka/cidera, cacat/ kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan
mesin dan lingkungan secara luas.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 71
a. Alat-alat medis seperti kesetrum, terbentur, tertimpa racikan
b. Lingkungan kerja, seperti ruangan panas, pencahayaan kurang.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 72
bila terindikasi pasien dengan penyakit menular dan membatasi komunikasi
dengan jarak 45cm (menghindari percikal air liur pasien).
d. Penerimaan Barang
Penerimaan barang dari pihak ke 3 petugas selalu menggunakan alat
yang dapat mengurangi beban tubuh sewaktu pengambilan barang yang
berat (troli).
e. Pengawasan
Kinerja petugas selalu di evaluasi berdasarkan hasil kerja sehingga
mutu pelayanan tetap terjaga dan keselamatan pasien dan pegawai
terjamin.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 73
2. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai
kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah
satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five
Dimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi
kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
3. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalah Patients’s Satisfaction Questionair ( PSQ) yang telah diuji
kesahihan (Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan
keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar
minimal 190.
BAB IX
PENUTUP
Buku standar Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Islam Assyifa ini diharapkan
menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dalam
kegiatan sehari-hari tenaga Keperawatan yang bertugas di rawat inap Geriatri RSI Assyifa
Sukabumi. Dan dapat meningkatkan pelayanan khususnya pelayanan keperawatan Geriatri
sesuai dengan Sarana dan Prasarana dengan standar yang sudah ditetapkan, peralatan, dan
SDM yang tersedia. Perlu adanya kerjasama tim tenaga kesehatan dan tim khusus geriatri
untuk menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya sehingga dapat terwujud
pelayanan yang terpadu .
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 74
Buku Pedoman standar pelayanan rawat inap Geriatri ini perlunya dukungan
dari beberapa pihak dalam pelaksanaan prosedur untuk mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani, Heru Supriyanto (2005) Manajemen Bangsal Keperawatan dan kebidanan Jakarta :
EGC
Kemenkes, RI.(2014) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 75
http://bprs.kemkes.go.id . Diakses tanggal 25 Mei 2019.
Depkes (2002) Standar Tenaga Keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit
Dr. Santosa SpA(K) MARS, (2004), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : EGC
Swansburg, RC (1990). Management and Leadership for Nurse Managers. Boston :
Jones and Barlete Publisher. Inc.
Tim PPKC (2006). Metode Asuhan Keperawatan dan kebidanan. Disampaikan pada
Pelatihan Manajemen Kepala Bidang Keperawatan dan kebidanan, Jakarta.
Depkes (2002) Standar Pelayanan Keperawatan dan kebidanan dan kebidanandi Rumah
Sakit, Jakarta
Depkes (2002) Standar Tenaga Keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit
Depkes (2002) Standar Tenaga Keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 76