Anda di halaman 1dari 76

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI.

Assyifa Sukabumi | 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan banyaknya pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang ini dan
berkembangnya pelayanan kesehatan saat ini serta semakin banyaknya pelayanan
kesehatan yang tersedia bagi masyarakat, salah satunya diperlukan suatu pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan usia lanjut. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.
Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan meningkatnya berbagai penyakit dan
ketidakmampuan (​disability​), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan
dengan waktu yang cukup lama, sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi
lansia di rumah sakit masih sangat kurang. Dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka
pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang
bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim
terpadu geriatri.
Oleh sebab itu, dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan geriatri
di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang pelayanan geriatri, pedoman ini adalah pedoman minimal
dan dapat dikembangkan kapanpun seiring dengan kemajuan teknologi di bidang
kesehatan.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSI
Assyifa.
2. Tujuan Khusus
a. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat Inap.
b. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 2
c. Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care ).
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap
akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang,
rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien
Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.

Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :


1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.
Pedoman ini yang dilaksanakan di RSI Assyifa Sukabumi mengacu pada
jenis pelayanan tingkat lengkap yaitu terdiri atas pelayanan rawat jalan, rawat
inap akut, dan ​home care berdasarkan tersedianya sarana prasarana, peralatan,
dan ketenagaan.

D. LANDASAN HUKUM DALAM PELAYANAN


Dasar hukum yang mendasari penyusunan pedoman pelayanan Instalasi
Rawat Inap Geriatri adalah :

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 3
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4451);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 229/Menkes/SK/VII/2012 tentang
Pedoman Pelayanan Psikogeriatri;
6. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Kemenkes RI Nomor
YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan
Lainnya;
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan Standar
Akreditasi Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
8. Surat Keputusan Direktur Nomor …… tentang Kebijakan Pelayanan dan Tata
Kelola Rumah Sakit di RSI Assyifa Kota Sukabumi.

E. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan geriatri yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Assyifa adalah pelayanan geriatri
tingkat sederhana, yaitu pelayanan rawat jalan dan kunjungan rumah (home care)

BAB II

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 4
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi​ ​Sumber Daya Manusia


Kualifikasi Jumlah
Nama
No yang
Jabatan Formal Sertifikat Pengalaman & Kualifikasi
diperlukan
1. Ketua Tim S1 - Pelatihan A. Dokter spesialis interne 1 Orang
Keperawatan Geriatri atau Dokter umum,
, Ners / D3 pengalaman kerja minimal
Keperawatan - BTCLS 5 (lima) tahun di Rumah
Sakit Islam Assyifa.
B. Memiliki STR
C. Memiliki kemampuan
sesuai dengan tugasnya.
D. Mampu menggunakan
program office di
komputer.
E. Pernah mengikuti
pelatihan-pelatihan yang
berhubungan dengan
manajemen bangsal.
F. Berwibawa.
G. Inovatif dan kreatif.
H. Pemahaman agama Islam
cukup baik.

2. Sekretaris SI - BTCLS A. Lulusan Strata-I 1


Tim Keperawatan keperawatan atau D III
Terpadu , Ners / D III Keperawatan dengan
Keperawatan pengalaman kerja minimal
0 (nol) tahun di Rumah
Sakit Islam Assyifa dan
sudah menempati PK I atau
pra PK.
B. Memiliki STR
C. Pernah mengikuti
pelatihan-pelatihan yang
berhubungan geriatrik.
D. Memiliki kemampuan
sesuai dengan tugasnya.
E. Mampu menggunakan
program office di
komputer.
F. Berwibawa.
G. Inovatif dan kreatif.
H. Pemahaman agama Islam
cukup baik.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 5
3. Perawat SI - BTCLS I. Lulusan Strata-I Sesuai
Pelaksana Keperawatan keperawatan atau D III kebutuhan
, Ners / D III Keperawatan dengan
Keperawatan pengalaman kerja minimal
0 (nol) tahun di Rumah
Sakit Islam Assyifa dan
sudah menempati PK I
J. Memiliki STR
K. Pernah mengikuti
pelatihan-pelatihan yang
berhubungan geriatrik.
L. Memiliki kemampuan
sesuai dengan tugasnya.
M. Mampu menggunakan
program office di
komputer.
N. Berwibawa.
O. Inovatif dan kreatif.
P. Pemahaman agama Islam
cukup baik.

B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSI Assyifa yang membentuk Tim Terpadu Geatri:
a. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan coordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota, dan anggota.
b. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
c. Seorang dokter spesialais penyakit dalam untuk pekayanan Geriatri
tingkat sederhana.
d. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan
pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit
terdiri atas:
a) dokter spesialis penyakit dalam
b) dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
c) perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampilan intiligensia
d) apoteker;
e) tenaga gizi

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 6
f) fisioterapis
g) okupasi terapis

C. Pengaturan Jaga
1. Tenaga Medis
a. Semua dokter spesialis berjaga secara on call
b. Konsul dokter spesialis diatur dalam jadwal konsul perbulan oleh Kepala
Bidang Pelayanan Medis dan keperawatan
2. Tenaga Perawat
a. Terdiri dari Perawat di ruangan yang berjaga secara on site, dalam 24 jam
terbagi menjadi 3 waktu dinas pagi, sore dan malam.
b. Pembagian waktu jam dinas yaitu:
1) Shift pagi : 07.00 – 14.00 WIB
2) Shift Sore : 14.00 – 21.00 WIB
3) Shift malam : 21.00 – 07.00 WIB
Pengaturan jadwal dinas perawat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan.
Apabila ada perawat yang berhalangan untuk jaga, maka harus melapor kepada Kepala
Ruang Rawat Jalan minimal satu hari sebelumnya untuk diatur jadwal dinasnya.
Apabila ada pegawai yang mengalami sakit atau ada anggota keluarga yang meninggal,
serta musibah maka penjadwalan dinas diatur kembali oleh kepala ruangan, dan
tidak ada penggantian dinas.
3. Perawat jaga ruang poli Geriatri dalam melaksanakan asuhan keparawatan,
dinas pagi, sore atau malam dipimpin oleh ketua tim.
4. Staf perawat ruang rawat jalan geriatri wajib mengikuti segala perintah dan
aturan yang ada diruang rawat Inap non bedah.
5. Staf perawat ruang rawat jalan geriatri bila ada yang tidak mengerti atau tidak
mampu melaksanakan tugasnya berhak dan wajib bertanya pada rekan senior
atau kepada atasannya
6. Pada setiap akhir jam kerja, perawat rawat jalan geriatri bedah wajib membuat
laporan .

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 7
BAB III
STANDARD FASILITAS
A. Denah Ruang

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan
diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong
pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri,
gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan
asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri.

Instalasi Rawat Jalan Geiratri berada di sebagian besar bangunan rumah sakit
diatas tanah seluas ……..
N Nama Denah Tempat Tidur
O Ruangan
KELAS:
VVIP UTAMA =
2
SATU = 2
DUA = 3
TIGA = 8
TOTAL = 15
BED

B. Standard Fasilitas;

Ruangan pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas:

1. Fasilitas Ruang
o ma Ruangan esar Ruangan/Luas Kebutuhan Fasilitas
cukup luas cukup kursi lemari arsip, peralatan
pendaftaran untuk meja dan kantor lainnya
/administrasi lemari asrsip
tunggu kebutuhan
pasien
periksa kebutuhan Kursi, tempat tidur periksa,
(poliklinik) wastafel, 1 set alat
pemeriksaan fisik, ekg, light
box, timbangan berat
badan dan pengukur tinggi
badan, intrumen penilaian
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 8
kognitif, psikologi, psikiatri,
lemari alat periksa dan
kelengkapan lainnya
4 Tindakan kebutuhan i alat periksa & obat, tempat
tidur periksa, tangga
roolstool, wastafel, lampu
periksa, tiang infus dan
kelengkapan lainnya
C (pasien, /WC , wastafel, bak air
petugas, wanita luas 2 m² - 3 m²
pengunjung)

1. Persyaratan Khusus
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan
kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90
cm dan pintu 30 cm.
c. Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan
tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin
stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap
lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak
menyilaukan.
e. Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau
tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah
jatuh.
f. Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Khusus
untuk dinding ruang latihan, sebaiknya dipilih warna yang bersifat memberi
semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya
terbuat dari kayu (hand rail).
h. Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk
mengantisipasi apabila sewaktuwaktu terjadi kematian arus listrik.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 9
i. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan
pegangan di sebelah kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat
duduk dan pegangan. Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus
diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk
meminta bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi
persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada
pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan
lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium
(leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta
untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan
yang lain .

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 10
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut.
A. Bagan Alur Pelayanan Geriatri di RSI Assyifa Sukabumi

B. Alur pelyanan rawat jalan/poliklinik Geriatri di RSI Assyifa


1. Pasien datang ke Poli Geriatri bisa melalui Pendaftaran, bisa juga rujukan internal
dari Poli Gigi atau Poli KIA/KB,
2. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang bisa diteruskan untuk ke Unit
Laboratorium,
3. Bila diperlukan untuk konsultasi tentang Gizi bisa diteruskan rujuk internal ke Poli
Gizi atau Klinik Sanitasi bila memerlukan konsultasi di klinik sanitasi
4. Bila memerlukan pemeriksaan di Poli KIA/KB dilakukan rujuk internal ke Poli
KIA/KB

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 11
5. Bila diperlukan untuk Rawat inap pasien bisa diteruskan untuk ke unit UGD
6. Bila memerlukan rujuk eksternal pasien diberikan rujukan Rumah sakit atau
Laboratorium luar
7. Bila hanya diperlukan Rawat Jalan pasien diberikan resep dan dianjurkan untuk
mengambil ke Ruang Pelayanan Obat lalu dipersilahkan Pulang

C. Pelayanan Pasien Geriatri di RSI Assyifa Sukabumi


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien hanya
didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirawat sesuai dengan DPJP
nya.
b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka pasien
dikonsultasikan kepada Tim Geriatri sesuai dengan permasalahan
(diagnosanya) dan dilakukan pengisian asesmen geriatri oleh salah satu dari Tim
Geriatri sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk oleh DPJP Utama.

D. Assesment Keperawatan
a. Pengkajian
a) Anamnesa yaitu Wawancara terhadap pasien atau keluarganya
mengenai :
- Keluhan Utama.
- Keluhan tambahan.
- Riwayat penyakit terdahulu.
b) Kondisi Medis Umum
c) Aspek Biologis
1) Deteksi dan pengelolaan penyakit komorbid
Mendeteksi semua penyakit komorbid pasien usia lanjut,
sebaiknya dilakukan anamnesis pemeriksaan fisik yang lengkap dan
teliti karena gejala penyakit pada pasien usia lanjut tidak khas dan
sebagian besar pasien Rawat jalan Geriatri tidak dapat berkomunikasi
dengan baik. Adanya serumen dalam telinga dapat menyulitkan
anamnesis dan program rehabilitasi pasien. Kesehatan rongga mulut
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi asupan makanan

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 12
pada pasien usia lanjut. Adanya ulcus decubitus, meskipun masih
derajat 1 (belum terjadi lecet), perlu dicari dan ditangani secara
serius, karena dapat mempengaruhi kenyamanan pasien.

2) Penilaian dan pengkajian disabilitas berkaitan dengan pemberian


terapi
3) Pengkajian risiko jatuh
Pengkajian risiko jatuh meliputi faktor intrinsik (dari dalam diri
pasien sendiri) seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstermitas bawah, kekuan sendi dan sinkope, serta faktor ekstrinsik
seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda,
penglihatan yang kurang karena cahaya yang kurang terang,
lingkungan rumah harus dievaluasi dan dimodifikasi sedemikian
sehingga risiko jatuh pasien usia lanjut dapat diminimalkan.

4) Penilaian status nutrisi


Status nutrisi pasien dapat menentukan proses penyembuhan
penyakit, maka evaluasi asupan makanan dan pengkajian malnutrisi
harus selalu dilakukan pada pasien usia lanjut. Penghitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) sulit dilakukan karena pasien usia lanjut
cenderung bungkuk sehingga pengukuran tinggi badan bisa keliru.
Oleh karena itu, digunakan MNA (Mini Nutritional Assessment) untuk
menapis pasien mana yang berisiko malnutrisi. Pasien dengan IMT
normal bisa saja mempunyai nilai MNA berisiko malnutrisi karena
MNA mendeteksi masalah malnutrisi pada pasien usia lanjut lebih
sensitif dan lebih dini daripada IMT. Oleh karena itu, asupan
makanan harus dicatat oleh caregiver/keluarga pasien dan dianalisa
oleh tim Rawat jalan.
5) Penilaian status fungsional
a. ADL (Activity of Daily Living) Bartel dan Katz.
b. IADL (Instrumental Activity of Daily Living).

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 13
6) Penilaian Status Mental dan Penilaian Fungsi Kognitif
Status mental dan status kognitif pasien usia lanjut dapat
menentukan keberhasilan program rehabilitasi medik. Pasien depresi
akan cenderung enggan melakukan latihan fisik. Pasien dementia
akan sulit untuk mengerti instruksi yang diberikan saat mengikuti
program rehabilitasi. Untuk menapis depresi, dapat dilakukan
pemeriksaan GDS (Geriatric Depression Scale). Untuk menapis
dementia, dapat dilakukan pemeriksaan MMSE (Mini Mental State
Examination). Nilai MMSE dapat rendah karena adanya depresi,
delirium, atau tingkat pendidikan pasien yang rendah.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan atas yang terkumpul
untuk merefleksi respon pasien. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan
berkaitan dengan masalah actual, dan resiko, atau potensial.

Masalah keperawatan utama pada lansia :


a. Kurang pengetahuan
b. Perubahan proses pikir ( demensia dll)
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Penurunan kemampuan aktifitas
e. Gangguan integritas kulit
f. Gangguan kenyamanan
g. Self care deficit

c. Perencanaan
Membuat perencanaan penyediaan pelayanan menentukan tindakan terapi.

d. Implementasi
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan prosedur
keperawatan hasil pengkajian dan discharge planning yang ada, menetapkan
masalah dan kebutuhan pelayanan keperawaatan serta melaksanakan
prosedur tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 14
Dalam melakukan keperawatan, dilakukan kerjasama dengan pasien
keluarga, pelaku rawat dan tenaga lain (kesehatan maupun non kesehatan).
Tindakan yang dilakukan mengacu pada SOP (Standart Operating Procedure)
yang berlaku. Jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu tindakan yang
bersifat mandiri maupun tindakan kolaborasi.

e. Evaluasi
i. Melakukan monitoring , Menilai respon atau hasil akhir pencapaian tujuan
ii. Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan yang telah diimplementasikan

E. Rehabilitasi Medik;
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medik,psikososial,edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampun
fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan,sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien
usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas dan handikap, sehingga
rehabilitasi medik merupakan aspek penting dalam pelayanan lansia dan harus
dilaksanakan secepat mugkin sejak pasien masuk sampai pulang sesuai
kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia,tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik penyakit yang
menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak
instrument untuk menilai kemampuan seorang lansia, salah satu diantaranya
adalah Index Katz yang cukup sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk
meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau
dapat melakukan sendiri secara menyeluruh.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 15
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh
atau tidak dapat mandi sendiri.
2) Dressing
- Mandiri:menaruh,mengambil,memakai dan menanggalkan pakaian
sendiri serta menalikan sepatu sendiri.
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3) Toiletting
- Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai pakaian
dalam,membersihkan kotoran.
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke tempat duduk
(memakai/tidak memakai alat bantu).
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan bantuan.
5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual atau kateter.
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong
daging daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega
pada roti).
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat
makan sendiri secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar tersebut di atas,
kemudian diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tahapan yangdisebut sesuai dengan
aktivitas yang dikerjakan sendiri, atau disebut juga ​Index Katz ​yang secara
berurutan adalah sebagai berikut :
1) Index Katz A: mandiri untuk 6 (enam) aktivitas;
2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas;
3) Index Katz C: mandiri,kecuali “​bathing”​ dan 1 (satu) fungsi lain;

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 16
4) Index Katz D : mandiri,kecuali “​bathing,dressing​” dan 1 (satu) fungsi lain;
5) Index Katz E : mandiri,kecuali “​bathing,dressing,toileting”​ dan 1 (satu) fungsi
lain;
6) Index Katz F : mandiri,kecuali “​bathing,dressing,toileting,transfering”​ , dan 1
(satu) fungsi lain;
7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam) aktivitas.

F. Standar Prosedur Operasional Instalasi Rawat Jalan Geriatri

RUMAH SAKIT ISLAM


SPO
ASSYIFA SUKABUMI
PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN
KETERGANTUNGAN BANTUAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


… dari …
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN 1. Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada
pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan satu atau lebih
masalah kesehatan ( multipatologi) akibat gangguan fungsi
jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial yang bermasalah (
geriatri).
2. Pasien lanjut usia dengan ketergantungan bantuan adalah
pasien yang berusia60 tahun ke atas dengan keterbatasan
dalam melakukan kegiatan sehari- hari dan mengurus diri
sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat
maupun orang.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 17
2. TUJUAN
Memberikan pelayanan multidisiplin yang bermutu dengan
asuhan dan kondisi pasien usia lanjut untuk menuju geriatri
mandiri dan geriatri dengan minimal patologi.
3. KEBIJAKAN 1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin
ilmu, dan tersedia dalam suatu tim asuhan.
2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan asuhannya.

4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah


terlebih dahulu
2) Lakukan identifikasi pasien dalam hal usia dan penggolongan
pasien usia lanjut.
3) Lakukan identifikasi pasien usia lanjut yang datang ke UGD/
poliklinik , melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penungjang yang sesuai indikasi , untuk
dilakukan assesment awal.
4) Rumuskan rencana asuhan pasien oleh Dokter termasuk
kebutuhan penggunaan alat bantu sehari- hari untuk
kenyamanan dan kemandirian pasien.
5) Berikan penjelasan oleh dokter kepada pasien dan keluarga
tentang pentingnya alat bantu, cara penggunaan alat bantu
serta resiko penggunaan alat bantu dalam jangka waktu lama
, jika tidak disertai perawatan yang tidak benar.
6) Berikan edukasi tentang asuhan pasien dengan penggunaan
alat bantu agar tidak menimbulkan resiko yang tidak
diinginkan misalnya dekubitus, atropi otot, dll.
7) Lakukan konsultasi / alih rawat ke bagian disiplin ilmu lain jika
diperlukan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.

5. UNIT TERKAIT 1. UGD


2. Instalasi Rawat Jalan.
3. Instalasi Rawat Inap.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 18
4. ICU

RUMAH SAKIT ISLAM


ALUR PELAYANAN POLI GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


… dari …

Disyahkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN alur Pelyanan poli geriatri adalah urutan pelayanan yang dilakukan
di poligeriatri dari mulai pasien datang berobat sampai selesai
2. TUJUAN Sebagai acuan petugas untuk pelayanan di Poli Geriatri dapat
dilakukan secara optimal
3. Referensi enkes No 79 Th 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri Di

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 19
RS
4. PROSEDUR 8. Pasien datang ke Poli Geriatri bisa melalui Pendaftaran, bisa
juga rujukan internal dari Poli Gigi atau Poli KIA/KB,
9. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang bisa diteruskan untuk
ke Unit Laboratorium,
10. Bila diperlukan untuk konsultasi tentang Gizi bisa diteruskan
rujuk internal ke Poli Gizi atau Klinik Sanitasi bila memerlukan
konsultasi di klinik sanitasi
11. Bila memerlukan pemeriksaan di Poli KIA/KB dilakukan rujuk
internal ke Poli KIA/KB
12. Bila diperlukan untuk Rawat inap pasien bisa diteruskan untuk
ke unit UGD
13. Bila memerlukan rujuk eksternal pasien diberikan rujukan
Rumah sakit atau Laboratorium luar
14. Bila hanya diperlukan Rawat Jalan pasien diberikan resep dan
dianjurkan untuk mengambil ke Ruang Pelayanan Obat lalu
dipersilahkan Pulang
5. UNIT TERKAIT 1. Poli umum
2. UGD
3. Poli KIA
4. Laboratorium
5. Poli Gizi

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 20
RUMAH SAKIT ISLAM ASUHAN PASIEN USIA LANJUT / GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


… dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Pasien Usia lanjut adalah orang tua berusia 60 tahun ke atas yang
memiliki penyakit majemuk (multipatologi), akibat gangguan fungsi
jasmani dan rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah.
2. TUJUAN Agar tidak terjadi polifarmasi serta efek samping yang amat
berbahaya bagi organ tubuh yang sudah menurun fungsinya.
3. KEBIJAKAN 1. Pasien yang menderita lebih dari satu penyakit kronis atau
degeneratif dengan atau tanpa disertai penyakit akut.
2. Pasien menghadapi kesulitan untuk berjalan ​(instability),
mengalami jatuh ​(falls),​ atau imobilisasi ​(bedridden).

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 21
3. Pasien menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri ​(self
care),​ seperti kesulitan makan atau berpakaian.
4. Pasien mengalami penurunan daya ingat ​(memory) dini atau
gangguan tingkah laku ​(behavior)​ dini.
5. Pasien memiliki masalah kesehatan lain, seperti osteoporosis,
penyakit Parkinson, arthritis, gangguan berkemih ​(inkontinesia
urine),​ atau gangguan buang air besar.
4. PROSEDUR 1. Lakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium yang sesuai dengan indikasi.
2. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan :
c. ADL (Activity of Daily Living) Bartel dan Katz.
d. IADL (Instrumental Activity of Daily Living).
3. Pengkajian status mental dan kognitif, terutama menyangkut
fungsi intelektual memori baru dan lama dinilai dengan
pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination), AMT
(Abbreviated Mental Test).
4. Lakukan penapisan inkontinensia.
5. Lakukan Assesmen nutrisi.
6. Pengkajian status psikologis pasien dengan GDS (Geriatric
Depression Scale).
7. Laksanakan assesmen lingkungan, yang dilakukan di rumah
penderita oleh residen di bawah bimbingan tim Geriatri.
8. Lakukan assesmen Nutrisi.Pengkajian status psikologis pasien
denga GDS (Geriatric Depression Scale).
9. Laksanakan assesmen lingkungan, yang dilakukan di rumah
penderita oleh residen di bawah bimbingan tim Geriatri.
10. Buatkan daftar masalah dan kesimpulan dari rekapitulasi
assesmen sebagai berikut :
a. Identitas.
b. Diagnosis (Klinis, Fisik-Antropometri dan laboratorium).
c. Impairment (kerusakan) yang berkaitan dengan aging yang
tidak disebabkan oleh penyakit (sifatnya kebih ringan).

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 22
d. Disability (kelumpuhan).
e. Handicap (keterbatasan).
11. Rekomendasi.
a. Non Farmakologi.
b. Farmakologi

5. UNIT TERKAIT 1. Komite Medik


2. Komite Keperawatan
3. Instalasi Rawat Darurat.
4. Instalasi Rawat Inap.
5. Instalasi Rawat Jalan.
6. Yanmed.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 23
RUMAH SAKIT ISLAM
PENGKAJIAN RISIKO JATUH GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
… dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN 1. Merupakan cara mengidentifikasi pasien geriatri berisiko jatuh
untuk menilai kemungkinan pasien jatuh.
2. Pasien Geriatri adalah pasien berumur ≥ 60 tahun.

2. TUJUAN 1. Memastikan bahwa semua pasien baru yang berisiko jatuh


teridentifikasi oleh tim tenaga medis yang menangani.
2. Memastikan bahwa dilakukan tindakan-tindakan pencegahan
untuk pasien yang berisiko jatuh.
3. Melakukan evaluasi untuk memonitor perubahan status risiko
jatuh pada pasien.

3. KEBIJAKAN 1. Semua pasien baru dilakukan penilaian risiko jatuh dengan


mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berperan.
2. Jika pasien berisiko sedang atau tinggi untuk jatuh, harus
dilakukan tindakan preventif untuk mencegah jatuh.
3. Perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap pasien manakala
diperlukan atau terjadi perubahan keadaan pasien.
4. Perlu adanya evaluasi keberhasilan program pengurangan risiko
jatuh.
4. PROSEDUR 1. Perawat melakukan penilaian risiko jatuh pasien baru geriatri
dalam formulir Pengkajian RisikoJatuh.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 24
2. Perawat menerapkan pencegahan jatuh pada pasien sesuai
dengan tingkat risiko (risiko rendah dan risiko tinggi), termasuk
menjelaskan pada pasien dan keluarga.
3. Perawat mengkomunikasikan tingkat risiko pasien kepada
dokter.
4. Perawat memasangkan gelang risiko jatuhwarna kuning pada
pergelangantanganpasien dengan risiko jatuhtinggi dan
memberi tanda​“JATUH”​ padapintukamar pasien.
5. Perawat melakukan penilaian ulang bila terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan dalam Formulir Penilaian Risiko Jatuh
Pasien Geriatri.
Perawat/petugas melaporkan insiden pasien jatuh ke Tim
Keselamatan Pasien Unit Kerja menggunakan formulir Insiden
Keselamatan Pasien (Lihat SPO Pelaporan Insiden). Tim
Keselamatan Pasien Unit Kerja melaporkan secara periodik setiap
bulan keKomite Keselamatan Pasien/​Patient Safety
5. UNIT TERKAIT 1) Keperawatan

RUMAH SAKIT ISLAM SPO perawatan pasien geriatri


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


… dari …

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 25
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN 1. Pemberian perawatan pada pasien dengan mengklasifikasikan
tingkat ketergantungan dan aktifitas pasien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan saat ada
pasien baru yang berumur > 65 tahun yang menderita penyakit
atau gangguan baik kronis maupun akut. Bila skor < 100 maka
dilakukan pengkajian ulang setiap hari Senin, Rabu, Jum’at.

2. TUJUAN 1. Mengklasifikasikan tingkat ketergantungan pasien.


2. Mengklasifikasikan aktifitas pasien.
3. Menjadi indikator bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien.
3. KEBIJAKAN 1. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus
berdasarkan prinsip keselamatan pasien dan pencegahan
infeksi.
2. Untuk pasien yang dirawat di Unit Intensif seperti: ICU, ICCU,
IMC, dianggap sebagai pasien dengan ketergantungan penuh
“Tidak perlu” dilakukan penilaian fungsi Barthel Index.
4. PROSEDUR 1. Cuci tangan.
2. Melakukan identifikasi pasien
3. Jelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang prosedur
yang akan dilakukan.
4. Melakukan pengkajian resiko jatuh
5. Melakukan pengkajian Nyeri
6. Melakukan pengkajian resiko decubitus
7. Lakukan pengkajian pada pasien atau keluarga pasien yang
mencakup :
a. Tingkat pendidikan

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 26
b. Riwayat rekreasi
c. Sistem pendukung
d. Deskripsi Kekhususan
e. Status mental
f. Status Psikologis
g. Status Afektif
h. Status Sosial
i. Fungsi Barthel Indeks
8. Lakukan pemeriksaan fisik pada pasien sesuai formulir Evaluasi
Fungsi Barthel Index, terdiri dari: evaluasi aktifitas dengan cara
menghitung skor berdasarkan keadaan pasien
a. Makan: • 0 : Tidak mampu
•5 : Membutuhkan bantuan untuk memotong
makanan
• 10 : Tanpa bantuan

b. Mandi: • 0 : Dengan bantuan


•5 : Tanpa Bantuan

c. Pergi ke dan dari kamar mandi:


•5 : Dengan bantuan
• 10 : Tanpa bantuan ( membuka pakaian,
menyeka dan menyiram)
d. Merapihkan diri
•0 : Dengan bantuan
•5 : Tanpa bantuan

e. Berpakaian
•0 : Tidak mampu
•5 : Dengan bantuan
• 10 : Tanpa bantuan (memasang kancing, ritsleting,
tali,dll)

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 27
f. Mengontrol BAB
•0 : Tidak dapat menahan BAB, membutuhkan
pencahar.
•5 : Sesekali membutuhkan bantuan
• 10 : Dapat dikontrol

g. Mengontrol BAK
•0 : Dengan bantuan / kateter atau mengompol
•5 : Sesekali membutuhkan bantuan
• 10 : Dapat dikontrol

h. Pindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya


•5 : Dengan bantuan penuh
• 10 : Dengan bantuan
• 10 : Tanpa bantuan

i. Berjalan di tempat tidur


•0 : Tidak dapat berjalan
•5 : Dengan kursi roda
• 10 : Dengan bantuan
• 15 : Tanpa bantuan

j. Naik turun tangga


•5 : Dengan bantuan penuh
• 10 : Tanpa bantuan

9. Pengisian pada kotak-kotak aktifitas diberi tanda(√) sesuai skor


yang dipilih.
10. Setelah diisi lakukan penjumlahan (Total Skor) pada kotak
paling bawah dengan definisi sebagai berikut:
• 0 - 20 : Ketergantungan penuh
• 21 – 61 : Ketergantungan berat

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 28
• 62 - 90 : Ketergantungan sedang
• 91 - 99 : Ketergantungan ringan
• 100 : Mandiri
11. Bila telah selesai, rapikan pasien.
12. Melakukan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk
membuat perencanaan perawatan pasien
13. Mengatur jumlah ketenagaan yang terkait dengan rumus
ketergatungan pasien
14. Tinggalkan pasien dalam keadaan aman dan nyaman.
15. Cuci tangan
16. Dokumentasikan segera hasil pengkajian dan proses perawatan
yang akan dan sudah dilaksanakan

5. UNIT TERKAIT 1) Keperawatan

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 29
RUMAH SAKIT ISLAM PENYELENGGARAAN RAWAT JALAN KLINIK GERIATRI
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


… dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Rumah Sakit Islam assyifa menyelenggarakan rawat jalan klinik
geriatri.
2. TUJUAN 1) sebagai pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam
melakukakn pemeriksaan di klinik geriatri.
3. KEBIJAKAN 1) Peraturan direktur tentang kebijakan pelayanan RSI Assyifa
Sukabumi
2) Kebijakan direktur tentang pelaksanaan Hand Hygiene
4. PROSEDUR 1. Anamnesa yaitu Wawancara terhadap pasien atau
keluarganya mengenai :
● Keluhan Utama.
● Keluhan tambahan.
● Riwayat penyakit terdahulu.
2. PemeriksaanFisik :
● Inspeksi : Keadaan umum pasien.
● Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan,
konsistensi hepar / lien.
● Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan
paru, hepar, kemungkinan adanya ascites.
● Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung,
paru dan peristaltik usus.
3. Pelayanan Rujukan :

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 30
Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di RSI Assyifa diberikan
surat rujukan ke RSUD dengan menggunakan blangko surat
rujukan yang tersedia.Petugas / dokter mencatat hasil
pemeriksaan pada kartu rawat jalan.
4. Petugas / dokter melakukan penegakan diagonosa,
menentukan tindakan therapi.
5. Petugas / dokter memberikan resep untuk pengambilan obat
di klinik geriatri.
6. Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan
pada kartu rawat jalan dan membuat sensus harian penyakit.

5. UNIT TERKAIT 1. Loket Pendaftaran


2. Laboratorium
3. klinik Umum
4. klinik penyakit dalam
5. klinik penyakit syaraf
6. klinik paru
7. klinik gizi
8. Fisioterapi
9. farmasi

RUMAH SAKIT PENILAIAN DERAJAT NYERI PASIEN GERIATRI


ISLAM
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
ASSYIFA
… dari …
SUKABUMI

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 31
Disyahkan oleh :
STANDAR Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Heri Heriyanto, MM.
1. Penilaian derajat nyeri pada geriatri adalah penilaian untuk mengetahui
PENGERTIAN tingkat nyeri yang dirasakan pada pasien geriatri.
2. TUJUAN Mampu melakukan penilaian derajat nyeri pasien secara tepat pada geriatri
dengan menggunakan metode kombinasi ​Numerical Rating Scale (NRS) atau
Visual Analogue Scale (​ VAS) pada pasien geriatri dengan kemampuan
berkomunikasi, dan ​Faces Scale ​pada pasien geriatri dengan kendala
berkomunikasi kemudian mencatatkan di dalam rekam medis pasien
3. KEBIJAKAN 1. Rumah sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara
asesmen manejemen nyeri yang sesuai pada pasien rawat jalan maupun
rawat inap
2. Staf rumah sakit memahami pengaruh pribadi, budaya dan sosial pada hak
pasien untuk melaporkan rasa nyeri , serta pemeriksaan dan pengelolaan
nyeri secara akurat
Penilaian ini dilakukan pada seluruh pasien geriatri (> 60 tahun)
4. PROSEDUR 1. Memperkenalkan diri dan menerangkan pada pasien dan keluarga pasien
penilaian yang akan dilakukan
2. Menanyakan kepada pasien apakah merasakan nyeri/ tidak.
3. Meminta pasien untuk menentukan lokasi nyeri, dan menandai lokasi nyeri
pada dokumen status penilaian derajat nyeri pasien.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 32
4. Meminta pasien menentukan derajat nyerinya dalam bentuk angka 0 -10
Numerical Rating Scale ​(NRS),
skala “0” menandakan “tidak ada nyeri”, skala “1-3” menandakan adanya
“nyeri ringan”, skala “4-6” menandakan adanya “nyeri sedang”, skala “7-9”
menandakan adanya “nyeri hebat”, skala “10” menandakan adanya “nyeri
sangat berat” atau meminta pasien memilih dari gambar yang ada,
gambar yang menggambarkan derajat nyeri yang dirasakannya (Faces
Scale / Skala Nyeri berdasarkan ekspresi wajah).

Skala Nyeri VAS ​(Visual Analogue Scale)

5. Mencatat pada status / rekam medis pasien derajat nyeri pasien pada ​initial
assessment​ pasien.
6. Pada pasien rawat inap, penilaian berikutnya ​(re-assessment) dilakukan tiap
8 jam dan dicatat pada status terintegrasi serta catatan rawat inap pasien.
7. Pada pasien rawat jalan, penilaian berikutnya dilakukan pada saat pasien
melakukan kontrol atau apabila pasien tetap merasakan nyeri yang tidak
dapat ditangani dapat datang kembali ke UGD untuk dilakukan penilaian
ulang derajat nyeri dan tatalaksananya oleh DPJP.
5. UNIT Keperawatan/Pelayanan Medis/Penunjang Medis
TERKAIT

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 33
RUMAH SAKIT PROSEDUR PEMERIKSAAN PASIEN TANPA IKHTILAT
ISLAM
ASSYIFA
SUKABUMI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.08 1 … dari …

Disyahkan oleh :
STANDAR Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.
1. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat, bidan atau dokter RSI
Assyifa Sukabumi terhadap pasien memperhatikan tentang tidak
PENGERTIAN
tercampurnya antara laki –laki dan perempuan dalam satu ruangan.
2. TUJUAN Sebagai pedoman dan tata laksana dalam pemeriksaan pasien tanpa ikhtilat di
RSI Assyifa Sukabumi.
3. KEBIJAKAN ran direktur tentang kebijakan pelayanan di Rawat Inap RSI Assyifa Sukabumi.
4. PROSEDUR 1. Ucapkan salam “ ​Assalamu’alaikum….. ​, selamat pagi/ siang/sore/malam
Bapak/ Ibu ……. (sebut nama)” kepada pasien.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 34
2. Mempersilahkan pasien masuk keruang pemeriksaan dengan
memperhatikan gender pasien dan mengupayakan perawat sesuai dengan
gender pasien .
3. Jagalah privasi dan aurat pasien selama pemeriksaan dengan cara
menutup tirai atau pintu saat melakukan pemeriksaan.
4. Ajaklah pasien membaca “Basmalah ‘ saat akan melakukan pemeriksaan.
5. Lakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur.
6. Ajaklah pasien membaca hamdalah setelah dilakukan pemeriksaan.
7. Lakukan dokumentasi.
5. UNIT Perawat, bidan dan dokter
TERKAIT

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR KEPERAWATAN SESUAI GENDER


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.09 1 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Mengupayakan tindakan keperawatan kepada pasien dilakukan
perawat sesuai gender pasien.
2. TUJUAN Sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
3. KEBIJAKAN ran Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi Nomor tentang
Pedoman Pelayanan Bagian Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit
Islam Assyifa Sukabumi.
4. PROSEDUR 1. Perawat yang akan melakukan tindakan keperawatan
mengupayakan sesuai dengan gender pasien, bila pasien
perempuan perawat yang melakukan tindakan perempuan
bila laki-laki perawata yang melakukan tindakan juga laki- laki.
2. Bila perawat yang dibutuhkan tidak sesuai gender pasien maka
keluarga pasien harus ikut mendampingi.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 35
3. Mengucapkan salam kepada pasien dan menyampaikan
tujuan tindakan keperawatan.
4. Menjaga privasi pasien.
5. Sebelum melakukan tindakan keperawatan mengajak
pasien membaca “Basmalah”.
6. Melakukan tindakan keperawatan sesuai prosedur.
7. Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan mengajak
pasien bersama-sama mengucapkan “Alhamdulillah”.
8. Perawat berpamitan dengan pasien dan
mendokumentasikan tindakan keperawatan.
5. UNIT TERKAIT Perawat rawat inap non bedah

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PERESEPAN OBAT DI RAWAT INAP


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.10 02 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Peresepan adalah proses pengambilan keputusan pengobatan oleh
dokter berupa terapi obat yang diterima pasien dengan
memperhatikan ketepatan pasien, jenis obat, dosis, kekuatan, rute,
waktu dan durasi pengobatan dalam lembar kertas yang diakui.
2. TUJUAN 1. Sebagai panduan cara peresepan obat yang benar berdasarkan
standar ilmiah terkini
2. Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat pada tahap
peresepan (​prescribing error)​
3. KEBIJAKAN 1) UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2) UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3) UU No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
4) Peraturan Menkes RI No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tanggal
24 Agustus 2011 Tentang Keselamatan Pasien

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 36
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR INFORM CONCENT PENGGUNAAN OBAT YANG
ASSYIFA SUKABUMI MENGANDUNG UNSUR HARAM
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.12 1 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Kegiatan pemberian inform consent syariah penggunaan obat yang
belum jelas kehalalannya adalah kegiatan memberikan informasi
dan edukasi kepada pasien yang mendapatkan obat yang belum
jelas kehalalannya.
2. TUJUAN terpapar informasi mengenai alasan pemberian obat yang
belum jelas kehalalannya
3. KEBIJAKAN Pemberian Inform Consent Syariah (Peraturan Direktur Rumah
Sakit Islam Assyifa Sukabumi No tentang Kebijakan Pelayanan
Farmasi)
4. PROSEDUR 1. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3. Petugas farmasi dan atau perawat mengucapkan salam kepada
pasien yang akan dilakukan inform consent penggunaan
obat yang mengandung unsur haram.
4. Petugas farmasi dan atau perawat atas persetujuan dokter
(DPJP) m e n j e l a s k a n b a h w a R u m a h s a k i t b e r k o
m i t m e n u n t u k menyediakan obat-obatan yang tidak
mengandung unsur haram. Petugas farmasi dan atau perawat
menjelaskan obat yang akan diberikan merupakan obat pilihan
untuk terapi penyakit pasien dan tidak ada pilihan obat lain, dan
obat tersebut mengandung unsur haram.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 37
5. Petugas farmasi dan atau perawat menyebutkan obat yang
dimaksud
6. Petugas farmasi dan atau perawat menanyakan apakah pasien
setuju menggunakan obat tersebut.
7. Jika pasien setuju, petugas farmasi atau perawat
mempersilakan pasien untuk menandatangani inform consent
obat yang mengandung unsur haram.
8. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
9. Petugas farmasi dan atau perawat mengakhiri dengan
mengucapkan salam.
5. UNIT TERKAIT 1) Komite Syariah
2) Petugas keperawatan (Perawat) Rawat Inap Non Bedah
3) Instalasi Farmasi

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 38
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR MONITOR EFEK SAMPING OBAT YANG TIDAK
ASSYIFA SUKABUMI DIHARAPKAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.13 1 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Kegiatan pelaporan efek samping obat adalah kegiatan melaporkan
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
2. TUJUAN 1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
2. Mencegah munculnya efek samping yang berulang.
3. Sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan
terapi (rasio manfaat terapi terhadap resiko).
4. Menentukan jumlah kejadian efek samping obat yang sudah
dikenal sekali atau yang baru saja ditemukan.
5. Melaporkan kejadian efek samping obat ke Komite Farmasi
dan Terapi dan ke Direktur Rumah Sakit sampai ke Panitia MESO
Pusat Nasional.
3. KEBIJAKAN Monitoring Efek Samping Obat (Peraturan Direktur Rumah Sakit
Islam Assyifa Sukabumi No tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi)
4. PROSEDUR 1. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3. Petugas farmasi dan atau perawat mengucapkan salam
(Assalammualaikum) pada saat menanyakan keluhan efek
samping obat kepada pasien.
4. Bila ada efek samping obat yang dialami pasien , maka petugas
farmasi atau perawat mengisi blangko laporan MESO
(Monitoring Efek Samping Obat).
5. Isi blangko laporan MESO (Monitoring Efek Samping Obat) :
a. Blangko kuning (untuk laporan MESO obat)
b. Blangko hijau (untuk laporan MESO obat tradisional)
c. Blangko biru (untuk laporan MESO suplemen makanan)
6. Petugas farmasi menutup kegiatan konseling obat dengan
menyampaikan satu ayat dari QS. Asy Syuara 80 ”Dan apabila
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 39
aku sakit, Allah Swt yang menyembuhkan aku” dan menutup
dengan salam.
7. Petugas farmasi dan atau perawat mengucapkan
salam (Wassalammualaikum) ketika pamit dari ruangan
pasien.
8. Laporan diserahkan Instalasi Farmasi untuk dikumpulkan
kemudian menjadi rekap hasil kejadian efek samping obat yang
terjadi di Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi.
9. Laporan tersebut oleh Kepala Instalasi Farmasi dilanjutkan
kepada Komite Farmasi dan Terapi.
10. Komite Farmasi dan Terapi kemudian membuat laporan kepada
Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi tentang hasil
evaluasi kejadian efek samping obat
11. Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi melaporkan hasil
MESO (Monitoring Efek Samping Obat) kepada Panita MESO
Pusat Nasional
12. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Komite Farmasi Terapi
2) Petugas keperawatan (Perawat / bidan) Rawat Inap
3) Manajemen RSI Assyifa Sukabumi
4) Dokter DPJP

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.14 02 … dari …

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 40
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Proses mengirim pesan yang dilakukan dua arah antara tenaga
keperawatan dan dokter secara lisan atau via telepon untuk melaporkan
hasil pemeriksaan medis yang dianggap kritis didukung dengan hasil
pemeriksaan penunjang lainnya
2. TUJUAN 1) Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien berorientasi
kepada keselamatan pasien
2) Mencegah terjadinya kesalahan dalam melaporkan hasil
pemeriksaan medis
3) Memastikan keakuratan pelaporan hasil pemeriksaan medis
3. KEBIJAKAN Setiap tenaga keperawatan harus melaksanakan pelaporan pasien
yang dianggap kritis dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit berorientasi
pada standar internasional
4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2) Semua hasil pemeriksaan medis kritis harus ditulis secara
lengkap oleh petugas
3) Semua hasil pemeriksaan medis kritis harus dibacakan kembali
secara lengkap oleh petugas
4) Semua hasil pemeriksaan medis kritis harus dikonfirmasikan
oleh dokter atau petugas yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
5) Penerima pesan boleh tidak melakukan pembacaan kembali
( ​read back ) bila tidak memungkinkan seperti dikamar operasi
dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU
6) Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non 4) Instalasi Radiologi
Bedah 5) Instalasi Laboratorium
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Gawat Darurat

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PELAYANAN RESTRAIN


ASSYIFA SUKABUMI No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.15 02 … dari …

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 41
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Pelayanan menggunakan alat pengikat pada pasien gelisah, agresif
ataupun non kooperatif
2. TUJUAN Memberikan panduan kepada dokter, dokter gigi, staf keperawatan
suatu teknik pengikatan secara mekanik pada klien yang bertujuan
untuk melindungi atau menghindari menciderai diri, orang lain dan
lingkungan
3. KEBIJAKAN 1) Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Pasien
di RSI Assyifa Kota Sukabumi.
2) Surat Keputusan Direktur No. ​158 K / SK / DIR-RSIA / VIII / 2015
tentang Panduan Komunikasi Efektif
4. PROSEDUR Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah terlebih
dahulu
Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien

Preinteraksi

1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien instruksi


restrain/terapi psikofarmakoterapi
2. Siapkan Tim
3. Siapkan alat-alat (tali, kain atau kasa gulung)
4. Siapkan lingkungan yang aman
5. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
6. Siapkan medikasi bila perlu sesuai advise dokter
- Diazepam Injeksi 1 ampul (IM/IV)
- CPZ Injeksi 1 ampul (IM)
- Tab CPZ 100 mg
- Tab Zofredal (Risperidone) 2 mg
Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan dan lakukan kontrak (Prosedur, tujuan, lamanya di
restrain kepada klien dan keluarga bila perlu kontrak
sepihak.)

Tahap Kerja

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 42
1. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk
menghentikan perilakunya
2. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan
dilakukan pengikatan.
3. Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan
pengikatan. (Jangan tawar menawar dengan pasien)
4. Jangan membiarkan pasien berfikir tentang keraguan kita
untuk melakukan pengikatan.
5. Staf yang akan melakukan pengikatan harus sudah berada di
tempat
(susunan tim 5-6 orang) :
- Empat orang menahan masing-masing anggota gerak
- Satu orang mengawasi kepala
- Satu orang melakukan prosedur pengikatan
- Tiap anggota gerak 1 ikatan
- Ikatan pada posisi sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu aliran IV
- Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi

6. Monitor tanda-tanda vital tiap 60 menit


7. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat staf
8. Observasi gejala Ekstra Piramidal Sindrome (EPS) dalam 24
jam pertama, bila EPS terapi Diphenhydramin 50mg (IM/IV).

Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik
3. Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya
(restrain akan dilepas apabila, mis: pasien berjanji tidak
memukul orang lagi)
Dokumentasi
Catat hasil kegiatan dan respon pasien dalam catatan keperawatan.
Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 43
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PENGELOLAAN PASIEN DENGAN RESIKO JATUH
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.16 02 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta
mengambil tindakan pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di
bangsal rawat inap.
2. TUJUAN Untuk meminimalisasi kejadian pasien jatuh di bangsal rawat inap
di Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi.
3. KEBIJAKAN 1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit
2. Kebijakan Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi Nomor : ​293 / SK
/ DIR-RSIA / X / 2015​. tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Islam Assyifa Sukabumi.
4. PROSEDUR A. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 44
B. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
C. Pasien Dengan Resiko Jatuh
1. Dokter dan perawat melakukan ​screening pada setiap
pasien yang masuk rawat inap dengan resiko jatuh dengan
gejala sebagai berikut, antara lain : penurunan kesadaran,
kelemahan anggota gerak, kejang, riwayat penggunaan
alkohol, riwayat penggunaan obat psikotropika.
2. Perawat memberi tanda resiko jatuh pada rekam medis
pasien.
3. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh pada
bed yang memiliki pengaman di samping kanan – kiri pasien.
4. Perawat memastikan pengaman dapat berfungsi dengan
baik.
5. Perawat memastikan bahwa bel pemanggil perawat
berfungsi dengan baik dan dapat dijangkau oleh pasien.
6. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh di
ruangan yang mudah diawasi oleh perawat.
7. Perawat memberikan edukasi kepada pasien maupun
keluarga pasien dengan resiko jatuh untuk tidak mengubah
posisi pengaman tanpa seizin perawat.
8. Perawat melakukan pemantauan terhadap pasien dengan
resiko jatuh secara berkala sesuai kondisi pasien.
9. Perawat menyampaikan informasi kepada perawat yang
bertugas selanjutnya pada pergantian shift.

D. Pasien Lainnya
Dokter/perawat mengevaluasi ulang seluruh pasien rawat inap bila
ditemukan resiko jatuh seperti di atas maka dilakukan langkah
sesuai prosedur A.2 sampai A.8
E. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Rekam Medis

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 45
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PEMAKAIAN BUSANA PASIEN
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.17 1 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Membantu pasien / memakaikan / memasangkan baju kepada
pasien yang membutuhkan.
2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemakaian busana
pada pasien :
1. Setelah dilakukan kebersihan diri.
2. Sebelum dilakukan tindakan operasi di kamar bedah.
3. Karena suatu hal baju pasien basah, kotor dan tidak nyaman
3. KEBIJAKAN 1. SK Direktur RSI Assyifa Sukabumi No. Tentang Kebijakan
Implementasi Rumah Sakit Peduli Ibadah Rumah Sakit Islam
Assyifa Sukabumi
2. Petugas yang membantu memakaikan busana pasien sesuai
gender pasien.
4. PROSEDUR 1. Perawat menuju ke ruang pasien dengan mengetuk pintu
dan mengucapkan salam (​Assalamu’alikum Wr. Wb.​), sapa dan
senyum.
2. Perawat menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
3. Perawat menjelaskan tujuan di lakukan penggantian baju
pasien.
4. Perawat membuka baju pasien, meletakkan baju kotor di
tempat linen kotor.
5. Perawat mengucapkan ​basmalah ​sebelum memakaikan baju
pasien dahulukan penggunaan pada anggota badan sebelah
kanan dan diikuti sebelah kiri.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 46
6. Rapikan posisi baju pasien.
7. Ucapkan A ​ lhamdulillah j​ ika semua sudah selesai dilakukan.
8. Perawat berpamitan dengan mengucapakan salam
(​wassalamu’alaikum Wr. Wb) ​sebelum meninggalkan kamar
pasien
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Kamar Bedah

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PEMBERI LAYANAN
ASSYIFA SUKABUMI (DOKTER DAN PERAWAT)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.20 02 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat
untuk melaporkan segala bentuk keluhan, keadaan dan
permasalahan pasien kepada dokter yang merawat secara tepat
waktu, lengkap, akurat , jelas dan dipahami oleh kedua belah pihak.
2. TUJUAN 1. Untuk menjalin kerjasama dokter & perawat.
2. Mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
3. KEBIJAKAN 1) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit
2) Kebijakan Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi Nomor : ​293 / SK /
DIR-RSIA / X / 2015 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Islam Assyifa Sukabumi.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 47
4. PROSEDUR 1. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2. Identifikasi pasien secara langsung dengan tanya nama pasien
atau keluarga bila pasien tidak sadar, melihat gelang identifikasi
dan siapkan status pasien.
3. Verifikasi identitas pasien sesuai antara gelang pasien, status
pasien dan nama pasien, siapkan lembar konsul pertelpon.
4. Tekan nomor ekstensi dokter yang merawat pasien
5. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam dan
perkenalkan diri penelpon
6. Laporkan identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur,
keluhan, hasil pemeriksaan dan pengamatan serta obat-obatan
bila ada.
7. Tanyakan tindak lanjut pengobatan kepada dokter yang
merawat.
8. Catat secara lengkap perintah dari dokter yang merawat pada
form yang telah disediakan.
9. Konfirmasi apa yang sudah dituliskan dan bacakan ulang
kepada pemberi perintah (dokter ).
10. Eja ulang obat-obat yang diberikan secara perlahan-lahan
terutama untuk obat-obatan yang termasuk dalam golongan
NORUM ( Nama obat rupa obat mirip ),untuk konsultasi
pertelpon yang nama obat mirip, blangko terlampir untuk
obat-obat yang nama mirip.
11. Cantumkan tanda cawang pada kolom membaca ulang isi
laporan bila sudah dibacakan ulang.
12. Telpon ulang pemberi perintah bila laporan belum dibacakan
ulang,dan konfirmasikan ulang isi perintah.
13. Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form
yang telah disediakan.
14. Cantumkan tandatangan saksi yang ikut mendengarkan saat
menelpon dokter (bisa keluarga pasien, perawat jaga, pasien
sendiri ,dokter jaga,dokter yang merawat sebelumnya )
15. Ucapkan terima kasih, Hamdallah dan salam.
16. Mintakan tanda tangan di tempat yang sudah disediakan saat
dokter visite.
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap
2) Instalasi Gawat Darurat

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 48
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PEMBERI LAYANAN
ASSYIFA SUKABUMI (PERAWAT DAN PETUGAS LABORATORIUM)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.21 02 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat
untuk menanyakan hasil pemeriksaan laboratorium pada petugas
laboratorium dan dicatat oleh perawat secara lengkap , akurat dan
jelas.
2. TUJUAN 1) Sebagai acuan untuk melaporkan hasil pemeriksaan
laboratorium klinis.
2) Terjalinnya kelancaran komunikasi antar perawat dan petugas
laboratorium.
3) Mengurangi kesalahan / kekeliruan hasil pelaporan
pemeriksaan laboratorium .
4) Mengurangi kesalahan / kekeliruan dalam pemberian terapi.
5) Meningkatkan keselamatan pasien.
6) Terpeliharanya mutu pelayanan.
3. KEBIJAKAN 1) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit
2) Kebijakan Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi Nomor :​293 / SK /
DIR-RSIA / X / 2015 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Islam Assyifa Sukabumi.
4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2) Identifikasi pasien sebelum menelpon ruang laboratorium
dengan mencocokkan kebenaran identitas pasien
3) Tanya nama pasien atau keluarga pasien, lihat gelang
identifikasi, siapkan status pasien.
4) Bila antara pernyataan, gelang identifikasi dan status pasien
sudah sesuai hubungi no unit laboratorium.
5) Tekan nomor ekstensi ruang laboratorium.
6) Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam.
7) Sebutkan identitas diri / ruangan perawatan.
8) Siapkan lembar status pasien.
9) Sebutkan nama / nomor rekam medis / alamat pasien yang
dimaksud.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 49
10) Catat hasil pelaporan dari petugas laboratorium pada status
pasien
11) Bacakan kembali hasil pelaporan secara lengkap, akurat dan
jelas pada petugas laboratorium
12) Telepon ulang petugas laboratorium bila hasil laborat belum
dikonfirmasikan ke petugas laborat.
13) Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form
yang disediakan.
14) Cantumkan tandatangan saksi yang mendengarkan saat
menanyakan hasil laborat (keluarga pasien, pasien atau
perawat jaga ,dokter jaga, dokter yang merawat )
15) Ucapkan terima kasih, Hamdallah, dan salam.
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Laboratorium

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PENILAIAN ASESMEN NYERI DAN


ASSYIFA SUKABUMI PENATALAKSANAANNYA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.22 02 … dari …

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 50
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN
1.1. Asesmen nyeri pada pasien adalah melakukan penilaian
derajat nyeri pada saat pasien pertama masuk dan
melakukan penilaian kembali ​(reassessment) derajat nyeri
sesuai dengan kebutuhan​ ​pasien menggunakan skala nyeri
yang sesuai dengan golongan umur atau populasi khusus.
1.2. Tatalaksana nyeri pada pasien adalah mengatasi nyeri yang
dialami pasien dengan obat-obatan analgesia sesuai dengan
penilaian derajat nyeri dan kebutuhan pasien sehingga
pasien bebas dari derajat nyeri atau dengan rasa nyeri yang
seminimal mungkin.
1.3. Skala Nyeri adalah tingkatan nyeri yang dirasakan oleh
pasien.
1.4. Wong Baker Faces Pain Rating Scales​ dari jurnal penelitian
Wong dan Baker (1) Skala nyeri ini menggunakan dua cara
penilaian yaitu:
1.4.1. penilaian mimik wajah terhadap nyeri (​Faces Pain
Rating Scale)​ untuk anak usia 3 tahun ke atas;

1.4.2. penilaian verbal (​Verbal Pain)​ untuk anak usia diatas


8 tahun​;

penilaian ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk


menyebutkan rasa nyeri yang dirasakannya, mulai
dari tingkat skala 0 sampai 10
Salah satu kegunaan skala nyeri ini adalah untuk
menentukan perkiraan toleransi aktivitas yang dapat
dilakukan oleh pasien, sebagai contoh bila tidak ada
nyeri atau hanya nyeri sedang, maka rasa nyeri
dapat diabaikan dan pasien masih diperbolehkan
melakukan aktivitas biasa, tetapi bila rasa nyeri
menengah sampai lanjut tentunya sudah dapat
mengganggu tingkat konsentrasi pasien dan ada
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 51
pembatasan aktivitas bahkan bila perlu sampai tirah
baring total.

1.5. Numeric Rating Scale ​(NRS) ​skala sederhana yang digunakan


secara linier dan umumnya digunakan untuk mengukur
intensitas nyeri dalam praktek klinis. NRS khas menggunakan
skala 11 point dimana titik akhirnya mewakili nyeri yang
paling ekstrim. NRS ditandai dengan garis angka nol sampai
sepuluh dengan interval yang sama dimana 0 menunjukkan
tidak ada nyeri, 5 menunjukkan nyeri sedang, dan 10
menunjukkan nyeri berat. NRS biasanya dijelaskan kepada
pasien secara verbal, namun dapat disajikan secara visual.
Ketika disajikan secara visual, NRS dapat ditampilkan dalam
orientasi horizontal atau vertikal. Alat ini telah menunjukkan
sensitivitas terhadap pengobatan dalam intensitas nyeri dan
berguna untuk membedakan intensitas nyeri saat istirahat
dan selama beraktivitas.

2. TUJUAN
SPO ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan skrining dan
tatalaksana nyeri di RSI Assyifa Kota Sukabumi.
3. KEBIJAKAN 1) Surat Keputusan Direktur tentang Pelayanan Kesehatan di RSI
Assyifa Kota Sukabumi.
2) Surat Keputusan Direktur No. ​158 K / SK / DIR-RSIA / VIII / 2015
tentang Panduan Komunikasi Efektif
3) WHO Three-Step Analgetic Ladder
4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2) Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3) Penilaian derajat nyeri pasien rawat jalan dilakukan oleh
perawat dengan skoring penilaian derajat nyeri disesuaikan
dengan golongan umur dan populasi khusus, misalnya:
a. NRS/Penilaian Verbal pada pasien lanjut usia
(geriatrik) dewasa, dan anak yang dapat
berkomunikasi
b. Faces Pain Rating Scale pada bayi dan anak yang
belum bisa berkomunikasi secara verbal;

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 52
4) Penilaian derajat nyeri pasien dewasa dilakukan dengan
cara meminta pasien menentukan derajat nyerinya
menggunakan skala nyeri sesuai kebutuhan serta
menentukan lokasi nyerinya, dengan menggunakan metode
komunikasi efektif.
5) Tentukan diagnosis nyeri dengan tepat.
6) Tentukan modalitas nyeri yang benar:
a. modalitas fisik, dilakukan di Instalasi Rehabilitasi
Medik;
b. modalitas kognitif-behavioral melalui pendekatan
psikososial;
c. modalitas invasif melalui pendekatan perioperatif dan
radioterapi;
d. modalitas psikoterapi;
e. modalitas farmakologis
pada keadaan nyeri akut, modalitas farmakologis lebih cenderung
digunakan tanpa mengesampingkan modalitas lainnya.
7) Usahakan analgesia per oral terlebih dahulu, dengan
mengikuti tiga langkah analgesik WHO, yang meliputi:
a. (1) pada mulanya, gunakan obat analgesik non-opiat;
b. (2) apabila masih tetap nyeri, dapat ditambahkan obat
opioid lemah (mis:​kodein​);
c. (3) apabila nyeri masih belum mereda/menetap, maka
disarankan untuk menggunakan opioid kuat
(mis:​morfin​).
Pada nyeri akut, strategi mengikuti langkah (3)-(2)-(1). Sedangkan
pada nyeri kronik, mengikuti langkah (1)-(2)-(3). Tambahkan
obat ​adjuvant​ bila perlu.
8) Tentukan jenis obat dan dosis individual dan mencermati
dengan seksama perubahan keadaan pasien.
9) Penambahan analgesia mempertimbangkan evaluasi respon
atas tatalaksana nyeri yang diberikan, didokumentasikan
dengan baik untuk menghindari overdosis maupun efek
samping yang mungkin terjadi.
10) Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas
mengucapkan Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat
3) Instalasi Rawat Jalan

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 53
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR MANAJEMEN NYERI
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.23 02 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi mengurangi nyeri
atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh
pasien
2. TUJUAN silitasi pasien untuk tindakan pengurangan nyeri
3. KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri
4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2) Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3) Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi
4) Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan
ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan komunikasi
efektif
5) Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat
6) Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima
tentang pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien
terhadap nyeri
7) Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 54
8) Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan
keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan
ketidakmampuan
9) Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol
paska nyeri yang dapat digunakan
10) Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan
11) Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji
kenyamanan pasien dan merencanakan monitoring tindakan
12) Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
13) Ajarkan kepada pasien untuk mengontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien mengalami
ketidaknyamanan (misal: temperature ruangan, cahaya,
kebisingan)
14) Mengajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau
menghilangkan faktor yang menjadi presipitasi atau
meningkatkan pengalaman nyeri (misal: ketakutan, kelemahan,
monoton, dan rendahnya pengetahuan)
15) Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal:
farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk
memfasilitasi penurun nyeri
16) Mengajarkan kepada pasien untuk mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri
17) Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan
intervensi segera
18) Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi (misal: biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi, guided imagery, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, acupressure, terapi
dingin/panas, dan pijatan)
19) Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun nyeri
yang optimal
20) Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat
21) Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien,
catat perubahan pada rekam medik.
22) Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan
dengan pengkajian terus-menerus terhadap pengalaman nyeri
23) Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
24) Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
25) Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri, sesuai
keperluan
26) Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan
keluarga dan respon untuk pengalaman nyeri
27) Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika
mungkin
28) Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang
spesifik
29) Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 55
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat
3) Instalasi Rawat Jalan

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR MANAJEMEN NYERI SECARA SYARIAH


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.24 1 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Suatu sistem pelayanan manajeman nyeri yang dilakukan di
ruangan untuk mengatasi masalah nyeri pasien selama perawatan
secara syariah.
2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pelayanan
manajemen nyeri secara syariah agar dapat terkoordinasi dengan
baik dan lancar dalam mengatasi masalah nyeri pasien selama
perawatan.
3. KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi
Nomor: tentang Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit
Islam Assyifa Sukabumi.
2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi
Nomor: tentang Pedoman Pelayanan Bagian Bimbingan
Rohani Islam Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi.
4. PROSEDUR 1. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3. Petugas keperawatan menginformasikan kepada petugas
Bimbingan dan Pelayanan Islami (BPI) terkait adanya pasien
yang merasakan nyeri dalam skala tertentu melalui telepon
ruangan pesawat 604
4. Petugas Bimbingan dan Pelayanan Islami mendatangi ​nurse
ststion ​maksimal 10 (sepuluh) menit dari informasi yang
diterima, dan melakukan konfirmasi ulang terkait keluhan nyeri
pasien dan ruang rawat inap pasien
5. Petugas Bimbingan dan Pelayanan Islami melakukan
pendampingan sesuai kondisi nyeri yang dirasakan pasien:

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 56
a. Apabila dalam kondisi nyeri ringan pada skala 1-3
(sedikit mengganggu aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien
untuk memohon ampun kepada Allah dengan
mengucapkan istighfar “​Astaghfirullahal ‘azhim”​
berulangkali
b. Apabila dalam kondisi nyeri sedang pada skala 4-6
(gangguan nyata terhadap aktivitas sehar-hari), ajaklah
pasien berdzikir dengan membaca kalimat thayyibah sesuai
kemampuan seperti mengucapkan tasbih “​Subhanallah​”,
tahmid “​Alhamdulillah​”, takbir “​Allahu Akbar”​ atau tahlil
“​Laa Ilaha Illallah​” berulangkali.
c. Apabila dalam kondisi nyeri berat pada skala 7-10 (tidak
dapat melakukan aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien agar
mengingat Allah dan menanamkan sikap selalu husnuzhan
kepada Allah
6. Petugas Bimbingan dan Pelayanan Islami memberikan
motivasi spiritual pasien kepada keluarga pasien dengan
nasihat agar tetap tenang dan terus membaca do’a atau dzikir
apabila kondisi pasien merasakan nyeri berkelanjutan.
7. Petugas Bimbingan dan Pelayanan Islami
mencatat penatalaksanaan nyeri secara syariah dalam form
pengkajian spiritual pasien yang berada di ​nurse station s​ esuai
dengan terapi yang dilakukan.
8. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT a Keperawatan Rawat Inap Non Bedah, Bimbingan dan Pelayanan
Islam

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PELAKSANAAN INFORMED CONCENT


ASSYIFA SUKABUMI No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.33 02 … dari …
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 57
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Pernyataan setuju ​(consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan ​(voluntary)
terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya
sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan
kedokteran yang dimaksud
2. TUJUAN 1. Sebagai acuan bagi petugas dalam pelaksanaan informed
concent di Instalasi Rawat Inap RSI Assyifa Sukabumi
2. Bagi pasien : Agar pasien dan atau keluarga dapat berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan terkait pelayanannya.
3. KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien
dan atau keluarga setelah mendapat penjelasan yang cukup
tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindakan tersebut
4. PROSEDUR 1) Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
2) Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3) Ucapkan salam, “Assalaamu’alaikum Bapak/Ibu”, dan
perkenalkan diri :”Saya ..... (nama), jelaskan profesi/unit kerja;
4) Jelaskan tugas yang akan dilakukan;
5) Pastikan identitas pasien;
6) Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah
7) Jelaskan materi yang berkaitan dengan informed consent
kepada pasien dan atau keluarga
8) Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga bahwa
mereka telah memahami materi yang disampaikan
9) Berikan formulir pemberian informasi untuk ditanda tangani
oleh pasien atau keluarga
10) Beri kesempatan pasien dan atau keluarga untuk berunding
sebelum memberi keputusan
11) Setelah ada keputusan, berikan formulir persetujuan atau
penolakan tindakan kedokteran sesuai keputusan yang ada
12) Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu
diperlukan
13) Tawarkan bantuan kembali “Apakah masih ada yang dapat saya
bantu?”
14) Ucapkan terimakasih dan semoga semuanya dapat berjalan
dengan baik
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 58
15) Berdiri ketika pasien atau keluarga hendak pulang
16) Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Gawat Darurat
3) Instalasi Rawat Jalan
4) Instalasi Kamar Bedah
5) DPJP

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PENCEGAHAN RESIKO PASIEN JATUH


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.42 02 … dari …

Disyahkan oleh :
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
OPERASIONAL

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 59
1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.
1. PENGERTIAN Merupakan proses pencegahan pasien jatuh selama dalam masa
perawatan di rumah sakit.
2. TUJUAN 1) Sebagai acuan dalam mengevaluasi resiko pasien jatuh
2) Mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cidera bila
sampai jatuh
3) Terpeliharanya mutu pelayanan
4) Menjaga keselamatan pasien
3. KEBIJAKAN 1) PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011
2) SK Direktur tentang Keselamatan pasien RSI Assyifa Sukabumi
4. PROSEDUR A. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca basmallah
terlebih dahulu
B. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender
klien
C. Persiapan Alat
1. Status Rekam Medis Pasien
2. Tanda resiko pasien jatuh (strip gelang warna kuning )
3. Form pengkajian resiko jatuh (skala jatuh morse )
4. Form pengkajian Humpty Dumpty untuk anak-anak
5. Form dokumentasi informasi pasien jatuh
D. Pelaksanaan Tindakan
I. Tindakan pencegahan umum (untuk semua pasien rawat
inap )
1. Ucapkan salam
2. Sebutkan nama dan peran anda
3. Informasikan pada pasien /keluarga pasien tentang
kegiatan pengkajian resiko jatuh yang akan dilakukan
beserta tujuannya.
4. Kaji tingkat resiko pasien jatuh sesuai format pengkajian
resiko jatuh .
5. Tentukan tingkat resiko pasien jatuh ringan, sedang,
tinggi
6. Informasikan pada pasien /keluarga pasien tentang
tindakan yang dilakukan untuk mencegah resiko jatuh
sesuai format dokumentasi pemberian informasi resiko
pasien jatuh
7. Orientasikan pasien dan keluarga terhadap lingkungan
ruang perawatan dan petugas yang merawat.
8. Atur posisi tempat tidur senyaman mungkin
9. Pasang pengaman tempat tidur dikedua sisi terutama
untuk pasien resiko sedang dan tinggi
10. Kunci roda tempat tidur (sesuaikan fasilitas tempat tidur
)
11. Dekatkan semua kebutuhan pasien (bel, dan
barang-barang yang dibutuhkan oleh pasien )
12. Berikan pencahayaan yang kuat sesuai dengan
kebutuhan pasien

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 60
13. Lakukan pemantauan terhadap obat-obat yang
digunakan
14. Berikan edukasi pada pasien dan keluarga .
15. Ucapkan terimakasih setelah selesai melakukan kegiatan
pencegahan dan sampaikan semoga lekas sembuh.
II. Untuk pasien yang beresiko jatuh (risiko sedang dan tinggi )
1. Lakukan semua pencegahan umum
2. Pasang tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning )
3. Libatkan pasien dan keluarga dalam pencegahan risiko
jatuh
4. Berikan informasi risiko jatuh pada pasien dan keluarga
5. Dokumentasikan pemberian informasi pada formulir
dokumentasi informasi pasien jatuh.
6. Beritahu pasien untuk meminta bantuan saat ambulasi
7. Observasi secara teratur kenyamanan pasien
8. Kaji ulang risiko jatuh tiap shift
9. Komunikasikan risiko pasien jatuh saat timbang terima
pasien antar shift
10. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko
jatuh pada catatan kegiatan.
III. Untuk pasien setelah kejadian jatuh
1. Perawat segera memeriksa pasien
2. Laporkan dokter jaga untuk menentukan evaluasi lebih
lanjut
3. Perawat melaksanakan terapi dari dokter jaga
4. Jika ada gangguan kognitif beritahukan keluarga untuk
menekan alarm /bel yang tersedia, jika tidak ada bel
anjurkan untuk segera melaporkan ke perawat.
5. Dilakukan pemeriksaan neurologi dan tanda-tanda vital.
6. Pasien diperbolehkan turun dari tempat tidur dengan
seijin perawat dan didampingi oleh keluarga untuk 24
jam pertama kemudian dilakukan asessmen ulang.
7. Beritahu keluarga bahwa pasien telah mengalami
kejadian jatuh dan kemungkinan cedera yang mungkin
timbul
8. Catat kejadian jatuh di Tim keselamatan Pasien Rumah
Sakit
9. Keluarga atau orang yang mengetahui kejadian jatuh
mengisi laporan kejadian dan memberikan kepada
perawat dan meneruskan ke Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
10. Perawat melengkapi formulir jatuh dan menyertakan ke
laporan kejadian.
11. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan pencegahan
kepada pasien dan keluarga.
12. Resiko jatuh pasien akan dinilai ulang dengan
menggunakan “ Assesmen Risiko Jatuh Harian “
kemudian ditentukan intervensi dan pemilihan alat
pengaman yang sesuai.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 61
13. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas
mengucapkan Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Gawat Darurat

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DI DALAM AMBULANCE


ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.53 1 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Perawatan pasien selama dirujuk dalam ambulance
2. TUJUAN a. Standarisasi cara merujuk pasien ke rumah sakit lain
b. Memberikan kepuasan kepada pasien.
3. KEBIJAKAN
a. Surat Keputusan Direktur tentang Pelayanan Kesehatan di RSI
Assyifa Kota Sukabumi.
b. Surat Keputusan Direktur No ​158 K / SK / DIR-RSIA / VIII / 2015
tentang Panduan Komunikasi Efektif
4. PROSEDUR um memulai kegiatan petugas membaca basmallah terlebih dahulu
emungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
SEBELUM BERANGKAT

● Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut:

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 62
o Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi. Pastikan ikatan pada alat pengangkut tidak
menyebabkan pasien kesulitan bernafas. Jika pasien
tidak sadar, pastikan pasien mendapatkan pertukaran
udara yang cukup.
o Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans.
● Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan
sirkulasi dengan meletakkan spinal board pendek atau papan
RJP di bawah matras.
● Longgarkan pakaian yang ketat.
● Periksa perban, balut dan bidai.
● Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani
pasien. Mereka harus ditempatkan di kabin pengemudi dan
memakai sabuk pengaman dengan baik agar tidak
mempengaruhi proses perawatan pasien.
● Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta
pastikan barang tersebut aman di ambulans. Jika
memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini.
● Tenangkan pasien. Ucapkan kata-kata yang menenangkan.
Berikan senyuman.
SELAMA PERJALANAN

● Beritahu EMD bahwa Anda meninggalkan lokasi.


● Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan.
● Gabungkan informasi tambahan pasien.
● Monitoring terus vital sign dan catat.
● Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda.
● Kriteria kasus di bawah ini memerlukan pemberitahuan
i. Henti jantung
ii. Henti nafas
iii. Trauma mayor
iv. Suspek CVA/stroke
v. Amputasi
vi. ​ ​Suspek MI pada pasien lebih dari 40 tahun
vii. Kejang yang sedang berlangsung atau berulang
viii. Persalinan iminen
ix. ​ ​Luka bakar berat
x. Kriteria lain sebagaimana diputuskan oleh kru ambulans
● Informasi yang harus diberikan meliputi
i. Identitas pasien
ii. Hasil pemeriksaan
iii. Tindakan yang telah dilakukan
iv. Perkiraan waktu kedatangan (ETA)
● Persiapkan peralatan tambahan
o Baskom atau kantung muntah jika pasien muntah.
o Suction jika terjadi aspirasi
o Papan RJP jika terjadi gagal nafas atau gagal jantung
● Tenangkan emosi anda dan emosi pasien

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 63
● Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien
dan cara mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan
kecepatan dan cara mengemudinya sesuai kebutuhan
pasien.
● Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi
ambulans berhenti. Pastikan fasilitas rujukan mengetahui
kejadian ini.
SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN

● Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru


menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas
ambulans sampai ada petugas yang siap mengambil alih.
● Dampingi petugas yang akan mengambil alih
o Berikan laporan anda secara lisan
o Serahkan barang pribadi pasien
o Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
● Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula
Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis.
Sebaiknya cari tempat yang tenang untuk melakukan ini.
Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
Hamdallah
5. UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap Non Bedah
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Unit Ambulance

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 64
RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR BIMBINGAN ROHANI ISLAM
ASSYIFA SUKABUMI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


04.03.SPO.61 02 … dari …

Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Pelayanan keagamaan secara islami yang diberikan kepada pasien
sehingga dapat memotivasi pasien, meningkatkan semangat untuk
hidup/ sembuh atau meninggal dengan tenang
2. TUJUAN Sebagai pedoman bagi petugas rumah sakit untuk memberikan
pelayanan keagamaan secara islami kepada pasien di RSI Assyifa
Sukabumi
3. KEBIJAKAN SK Direktur RSI Assyifa Sukabumi tentang pemberlakuan SPO
Bimbingan Rohani Islam di RSI Assyifa Sukabumi
4. PROSEDUR um memulai kegiatan petugas membaca "basmallah" terlebih dahulu
emungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
1. Pelayanan rohani rutin
a. Petugas bimrohis mengunjungi ruang rawat 1 minggu
sekali
b. Petugas bimrohis menjumpai petugas ruang rawat dan
menanyakan pasien-pasien yang belum mendapatkan
bimbingan rohani keislaman, pasien baru, pasien yang
yang tidak mempunyai atau yang jarang dijenguk oleh
keluarga
c. Petugas mengantarkan petugas bimrohis ke kamar
pasien dan memperkenalkan petugas bimrohis kepada
pasien dan atau keluarga
d. Petugas bimrohis memberikan pelayanan rohani berupa
berdoa bersama, membaca al-quran, memberi nasihat,
renungan bersama dan memberi semangat
e. Petugas bimrohis pamit kepada pasien dan atau
keluarga
f. Petugas bimrohis melakukan dokumentasi di form
bimbingan rohani dan di form pemberian edukasi
terintegrasi
g. Petugas bimrohis meninggalkan ruang rawat
2. Pelayanan rohani khusus

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 65
a. Perawat memberikan informasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien bahwa RSI Assyifa Sukabumi dapat
memberikan pelayanan kerohanian khusus bagi pasien
yang cemas, berada pada fase kritis ataupun menjelang
ajal
b. Pasien dan atau keluarga pasien menyampaikan kepada
petugas ruang rawat bahwa mereka membutuhkan
pelayanan kerohanian
c. Petugas meminta pasien dan atau keluarga untuk
mengisi formulir permohonan untuk pelayanan
kerohanian (formulir terlampir)
d. Petugas menghubungi petugas bimrohis sambil
memberikan gambaran kondisi kebutuhan pelayanan
rohani (cemas, berada pada fase kritis atau menjelang
ajal)
e. Petugas bimrohis mendatangi ruang rawat yang
dimaksud
f. Petugas bimrohis menjumpai petugas ruang rawat dan
menanyakan posisi pasien yang memerlukan pelayanan
kerohanian
g. Petugas mengantarkan petugas bimrohis ke kamar
pasien dan memperkenalkan petugas bimrohis kepada
pasien dan atau keluarga
h. Petugas bimrohis memberikan pelayanan rohani berupa
berdoa bersama, membaca al-quran, memberi nasihat,
renungan bersama dan memberi semangat
i. Petugas bimrohis pamit kepada pasien dan atau
keluarga
j. Petugas bimrohis melakukan dokumentasi di form
bimbingan rohani dan di form pemberian edukasi
terintegrasi
k. Petugas bimrohis meninggalkan ruang rawat
h selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
"Hamdallah"
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi rawat inap Non Bedah
2) Petugas bimrohis

RUMAH SAKIT ISLAM PROSEDUR PENDAMPINGAN SPIRITUAL PASIEN KANKER


ASSYIFA SUKABUMI No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
04.03.SPO.63 1 … dari …

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 66
Disyahkan oleh :
Tanggal Terbit : Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1 Maret 2019 dr. Heri Heriyanto, MM.


1. PENGERTIAN Pendampingan spiritual yang dilakukan oleh petugas kepada pasien
Kanker
2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan
bimbingan spiritual kepada pasien kanker
3. KEBIJAKAN Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi Nomor
tentang Pedoman Pelayanan Bagian Bimbingan Rohani Islam
Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi
4. PROSEDUR 1. Sebelum memulai kegiatan petugas membaca "basmallah"
terlebih dahulu
2. Jika memungkinkan pelayanan diberikan sesuai gender klien
3. Petugas keperawatan mengunjungi pasien dengan mengetuk
pintu dan mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya kepada pasien.
4. Petugas Keperawatan mulai memberikan pendampingan
spiritual sesuai dengan kondisi pasien dengan bahasa yang bisa
dimengerti. Adapun pendampingan spiritual yang diberikan
kepada pasien meliputi:
a. Kebutuhan ibadah pasien selama dirumah sakit maupun di
rumah.
b. Kebutuhan makna hidup pasien dalam menyikapi ujian
hidup dari Allah SWT.
c. Kebutuhan akan komitmen ibadah.
d. Kebutuhan tentang tauhid.
e. Kebutuhanakan bebas dari rasa bersalah.
f. Kebutuhan akan penerimaan diri.
g. Kebutuhanakan rasa aman.
h. Kebutuhan akan tercapainya derajad di mata Allah.
i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan sesame.
j. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat dengan
nilai-nilai spiritual.
Jika dirasa pasien sangat membutuhkan pendampingan piritual
secara khusus maka Petugas keperawatanakan menghubungi
petugas kerohanian.
5. Petugas keperawatan mengucapkan terimakasih kepada
pasien/ keluarga yang sudah memberikan kepercayaan kepada

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 67
RSI Assyifa Sukabumi sebagai perantara dalam proses
penyembuhan dan mengucapkan salam.
6. Petugas keperawatan, setelah melakukan pendampingan
spiritual kemudian mencatat hasil kunjungan pasien dalam
spiritual record ​(RM : Form Penilaian Kebutuhan Edukasi dan
RM : Formulir Pemberian Informasidan Edukasi)
7. Setelah selesai satu rangkaian kegiatan petugas mengucapkan
"Hamdallah"
5. UNIT TERKAIT 1) Instalasi rawat inap Non Bedah
2) Petugas bimrohis

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan barang-barang logistik di instalasi rawat jalan Geriatri terdiri dari :

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 68
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 69
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat
alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta
cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi Keselamatan kerja merupakan
tugas semua orang yang berada di rumah sakit termasuk instalasi rawat inap
Geriatri dengan demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap
tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah sakit serta masyarakat di sekitar

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 70
rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses kerja. Dengan
demikian jelas bahwa keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang
berupa luka/cidera, cacat/ kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan
mesin dan lingkungan secara luas.

B. Tujuan Keselamatan Kerja


1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan
2. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya paparan dari zat
kimia yang membahayakan
3. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis
4. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
5. Menerapkan ergonomi di tempat kerja
6. Mengamankan dan memelihara alat-alat perlengkapan rawat inap
7. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
8. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
9. Mensesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi kecelakaan kerja di Instalasi rawat inap secara garis besar, diantaranya :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Terpapar zat kimia cair
b. Menghirup obat berbahaya ketika melakukan peracikan
c. Terjatuh
d. Tersandung benda
e. Terbentur alat
f. Terkena arus listrik dll

2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 71
a. Alat-alat medis seperti kesetrum, terbentur, tertimpa racikan
b. Lingkungan kerja, seperti ruangan panas, pencahayaan kurang.

3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya


a. Efek terkena zat kimia
b. Efek terkena menghirup obat
c. Patah tulang
d. Keseleo/dislokasi/terkilir
e. Kenyerian otot dan kejang
f. Luka tergores

4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka


a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki dan berbagai bagian tubuh lainnya
b. Luka umum dsb

5. Pencegahan kecelakaan kerja


Pencegahan kecelakaan kerja yang di lakukan instalasi rawat inap. Diantaranya adalah :
a. Desain ruangan
Ruangan rawat inap di desain dengan mengikuti aturan yang berlaku;
WC dilegkapi keset kering untuk mencegah jatuh terpeleset; ventilasi
ruangan memadai
Ruangan gudang farmasi didesain dengan menggunakan rak
penyimpanan obat. Penyimpanan dilakukan untuk obat-obat berat disimpan
ditahapan bawah sehingga tidak berbahaya sewaktu pengambilan, dan
obat-obat ringan disimpan di rak atas sehingga pengambilan lebih mudah
dengan di fasilitasi menggunakan tangga.
b. Ruangan Peracikan
Untuk melakukan peracikan petugas selaku menggunakan alat
pelindung diri berupa masker, kaca mata dan handscoon dengan di awali
dan diakhiri cuci tangan.
c. Konsultasi dan Penyerahan Obat
Setiap melakukan konsultasi petugas selalu menggunakan masker

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 72
bila terindikasi pasien dengan penyakit menular dan membatasi komunikasi
dengan jarak 45cm (menghindari percikal air liur pasien).
d. Penerimaan Barang
Penerimaan barang dari pihak ke 3 petugas selalu menggunakan alat
yang dapat mengurangi beban tubuh sewaktu pengambilan barang yang
berat (troli).
e. Pengawasan
Kinerja petugas selalu di evaluasi berdasarkan hasil kerja sehingga
mutu pelayanan tetap terjaga dan keselamatan pasien dan pegawai
terjamin.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan


berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pengembangan mutu Rawat Jalan Geriatri meliputi :
1. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat
pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri
dengan karakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen
ADL Barthel.

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 73
2. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai
kualitas hidup terkait kesehatan (​health related quality of life ​= HRQoL). Salah
satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (​Euro-Quality of Life Five
Dimension)​ yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi
kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
3. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalah ​Patients’s Satisfaction Questionair (​ PSQ) yang telah diuji
kesahihan (Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan
keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar
minimal 190.

BAB IX
PENUTUP

Buku standar Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Islam Assyifa ini diharapkan
menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dalam
kegiatan sehari-hari tenaga Keperawatan yang bertugas di rawat inap Geriatri RSI Assyifa
Sukabumi. Dan dapat meningkatkan pelayanan khususnya pelayanan keperawatan Geriatri
sesuai dengan Sarana dan Prasarana dengan standar yang sudah ditetapkan, peralatan, dan
SDM yang tersedia. Perlu adanya kerjasama tim tenaga kesehatan dan tim khusus geriatri
untuk menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya sehingga dapat terwujud
pelayanan yang terpadu .

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 74
Buku Pedoman standar pelayanan rawat inap Geriatri ini perlunya dukungan
dari beberapa pihak dalam pelaksanaan prosedur untuk mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Arwani, Heru Supriyanto (2005) ​Manajemen Bangsal Keperawatan dan kebidanan Jakarta :
EGC
Kemenkes, RI.(2014) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.
Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 75
http://bprs.kemkes.go.id​ . Diakses tanggal 25 Mei 2019.
Depkes (2002) ​Standar Tenaga Keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit
Dr. Santosa SpA(K) MARS, (2004), ​Manajemen Sumber Daya Manusia​. Jakarta : EGC
Swansburg, RC (1990). ​Management and Leadership for Nurse Managers. Boston :
Jones and Barlete Publisher. Inc.
Tim PPKC (2006). ​Metode Asuhan Keperawatan dan kebidanan​. Disampaikan pada
Pelatihan Manajemen Kepala Bidang Keperawatan dan kebidanan, Jakarta.
Depkes (2002) ​Standar Pelayanan Keperawatan dan kebidanan dan kebidanandi Rumah
Sakit,​ Jakarta
Depkes (2002) ​Standar Tenaga Keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit
Depkes (2002) ​Standar Tenaga Keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan Geriatri Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSI. Assyifa Sukabumi | 76

Anda mungkin juga menyukai