PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Rawat Intensif (IRIN) adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk
merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa
dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan
peralatan khusus.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu
untuk dikembangkan di indonesia. Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif
bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial
reversibel, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan atau tanpa
pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru
mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan
penyakit kritis (Adam & Osbome,1997).
Uraian diatas menujukan bahwa pelayanan keperawatan intensif berbeda dengan
pelayanan keperawatan di ruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien
terhadap perawat di ruang intensif sangat tinggi. Untuk itu perawat intensif dituntut memiliki
pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi, mampu bekerja
mand IRIN membuat keputusan yang cepat dan tepat serta berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umun
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan Instalasi Rawat Intensif di RSUD Dayaku
Raja
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien Instalasi Rawat Intensif di
RSUD Dayaku Raja
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan Instalasi Rawat Intensif di RSUD Dayaku
Raja
d. Mengetahui pengendalian mutu pelayanan di Instalasi Rawat Intensif RSUD Dayaku
Raja
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di Instalasi Rawat Intensif adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam nyawa dan
dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar.
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau antogenik.
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung
pada alat/mesin dan orang lain.
5. Pelayanan Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit terd IRIN dari IRIN dan HCU
D. Landasan Hukum
Sebagai dasar dikeluarkannya Surat keputusan ini adalah ketentuan dalam bidang
kesehatan terutama yang menyangkut hak pasien dan keluarga, serta kewajiban staf rumah
sakit yang terlibat dalam pelayanan pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.
4. Peraturan Pemerintah Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/IIl/2207
Tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Instalasi Rawat Inap Kesehatan
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Tenaga Keperawatan
Instalasi Rawat Intensif harus memiliki jumlah perawat cukup dan sebagian besar terlatih.
Jumlah perawat di Instalasi Rawat Intensif ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat:pasien 1:1 sedangkan
perbandingan perawat:pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik 1:2.
D. Distribusi Ketenagaan
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Perawat Pelaksana D3 keperawatan Melakukan tindakan-tindakan 9
Bantuan hidup dasar keperawatan sesuai SPO
dan bantuan hidup
lanjut
Pengaturan jaga
No Hari Jumlah Tenaga Petugas Instalasi Rawat Intensif
Medis Non Medis
Jam Dinas
Dinas Pagi : 07.30 - 14. 30
Dinas Siang : 14. 30 - 21. 30
Dinas Malam : 21. 30 - 07. 30
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
PINTU
Ruang.Ganti
Bed 6 Bed 5
RUANG HCU
Pintu Masuk
PINTU
R.OBAT
Pintu Masuk
Bed 3 Bed 4
WC
SPOOLIN
G
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
HOOK
RUANG Nurse
Pintu Masuk ICU station
R.Perawat
Bed 2 Bed 1 WC Untuk Kel
R.ALKES Pasien
Ruang Dokter
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
B. Standar Fasilitas
Fasilitas Instalasi Rawat Intensif terdIRINdari ruangan perawatan pasien, nurse station,
ruang ganti perawat, satu kamar mandi untuk perawat, ruang spoel Hoek, dua wastafel IRIN
terdIRIN dari 4 tempat tidur dan HCU 2 Tempat tidur.
Adapun peralatan yang ada di ruang Instalasi Rawat Intensif di RSUD Dayaku Raja
sebagai berikut :
7. Branchard 1 buah
7
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
20. Torniquet 1 buah
8
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
9
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
atau penyakit akutnya, secara sendIRINan atau kombinasi. Kemungkinan
sembuh dan atau manfaat terapi Instalasi Rawat Intensif pada golongan ini
sangat kecil.
2) Sebagai contoh antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan nafas atau pasien
penyakit jantung , penyakit paru terminal disetai kompliksi penyakit akut
berat.pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan
intubasi atau resusitasi jantung paru.
d. Pengecualian
1) Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan Kepala Instalasi Rawat
Intensif,indikasi masuk pada beberapa golongan pasien biasa
dikecualikan,dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari Instalasi Rawat Intensif agar
fasilitas Instalasi Rawat Intensif yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk
pasien prioritas 1(satu),2(dua),3(tiga).
Pasien yang tergolong demikian antara lain :
Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not
Resuscitate ).sebenarnya pasien –pasien ini mungkin akan mendapatkan
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di Instalasi Rawat Intensif
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya
Pasien dalam keadaan vegetative permanen
Pasien yang telah dipastika mengalami mati batang otak namun hanya
karena kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di Instalasi
Rawat Intensif. Tujuan perawatan di Instalasi Rawat Intensif hanya untuk
menunjang fungsi organ sebelum dilakukan pengambilan organ untuk
donasi.
C. Kriteria Keluar
a. Prioritas pasien dipindahkan dari Instalasi Rawat Intensif berdasarkan pertimbangan
medis oleh kepala Instalasi Rawat Intensif dan atau tim yang merawat pasien, antara
lain :
1) Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak
memerlukan terap[i atau pemantauan yang intensif lebih lanjut
2) Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauaan intensif tidak bermanfaat
atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apabila pada waktu itu pasien tidak
menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi ).
Contoh golongan pasien demikian, antara lain pasien yang menderita penyakit
stadium akhir (misalnya ARDS stadium akhir). Sebelum dikeluarkan dari Instalasi
Rawat Intensif sebaiknya keluarga pasien diberikan penjelasan alasan pasien
dikeluarkan dari Instalasi Rawat Intensif.
10
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
1) Pasien tau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di Instalasi Rawat Intensif
(keluar paksa).
2) Pasien hanya memerluka observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien lain
yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observsi yang lebih intensif. Pasien
seperti ini hendaknya diusahakan pindah keruangan yang khusus untuk pemantauan
secara Intensif yaitu HCU.
D. Kriteria pasien yang tidak memerlukan perawatan di ruang perawatan intensif
a. Prioritas l
Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi perawatan intensif,
atau jika:
1) Terapi mengalami kegagalan
2) Prognosa jangka pendek buruk
3) Sedikit kemungkinan untuk pulih kembali
4) Sedikit keuntungan bila perawatan intensif diteruskan
b. Prioritas ll
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukan bahwa:
1) Perawatan intensif tidak dibutuhkan
2) Pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi
c. Prioritas lll
Pasien dipindahkan apabila:
1) Perawatan intensif tidak dibutuhkan lagi
2) Diketahui kemungkinan untuk pulih kembali sangant kecil
3) Keuntungan dari terapi intensif selanjutnya sangat kecil
11
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
F. Pelaksanaan Pemberian Asuhan Pasien
1. Melakukan asesmen pasien baik asesmen medis dan asesmen keperawatan atau
asesmen lainnya sesuai kebutuhan
2. Melakukan penegakan diagnosa baik medis dan keperawatan atau kebidanan
3. Membuat NCP (Nursing Care Plant)
4. Melaksanakan tindakan baik tindakan dependen atau independen
5. Melakukan evaluasi (SOAP)
6. Dan melakukan dokumentasi asuhan pada Rekam Medis pasien
G. Pelaksanaan Perawatan Pasien
1. Observasi kondisi pasien setiap shift atau sesuai kebutuhan
2. Pantau intake dan output pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang kondisi maupun tindakan
yang akan dilakukan
4. Identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan
5. Komunikasi efektif melalui metode SBAR
6. Pengawasan penggunaan obat di ruangan
7. Pelaksanaan operasi sesuai prosedur
8. Mencegah infeksi nosokomial dengan cuci tangan sesuai standar WHO
9. Mencegah pasien jatuh
10. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan yang lain
12
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB V
LOGISTIK
A. Barang-Barang ATK
NO NAMA BARANG BMHP SATUAN JUMLAH KETERANGAN
1 Pulpen Biru Kotak 40 1 Tahun
2 Pulpen Hitam Kotak 30 1 Tahun
3 Tinta Epson L5190 Hitam Botol 2 1 Tahun
4 Tinta Epson L5190 Kuning Botol 2 1 Tahun
5 Tinta Epson L5190 Merah Botol 2 1 Tahun
6 Tinta Epson L5190 Biru Botol 2 1 Tahun
7 Kertas F4 Rim 10 1 Tahun
8 Kertas A4 Rim 10 1 Tahun
9 Spidol Non Permanent Pcs 20 1 Tahun
10 Spidol Permanent Pcs 20 1 Tahun
11 Isi Staples Besar Kotak 10 1 Tahun
12 Isi Staples Kecil Kotak 20 1 Tahun
13 Batrai AA Pcs 160 1 Tahun
14 Isi Cutter Pcs 6 1 Tahun
15 Gunting Besar Pcs 6 1 Tahun
16 Gunting Kecil Pcs 20 1 Tahun
17 Post it Pcs 15 1 Tahun
18 Isolasi Kertas Roll 10 1 Tahun
19 Isolasi Bening Roll 10 1 Tahun
20 Lakban Roll 6 1 Tahun
21 Batrai AAA Pcs 40 1 Tahun
22 Penggaris Besi pcs 4 1 Tahun
23 Staples Besar Pcs 4 1 Tahun
24 Staples Kecil Pcs 4 1 Tahun
25 Binder Klip No. 260 Kotak 12 1 Tahun
26 Binder Klip No. 90 Kotak 20 1 Tahun
27 Double Tape Pcs 20 1 Tahun
28 Buku Folio Besar Bergaris Pcs 30 1 Tahun
29 Triagonal Clips Warna Pcs 10 1 Tahun
30 Map Folio Paks 2 1 Tahun
13
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
B. Barang-Barang BMHP
14
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
C. Barang Cetakan
15
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN
1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan Instalasi Rawat
Intensif.
2. Terdapat petugas Instalasi Rawat Intensif yang memahami mengenai keselamatan
pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun keperawatan
sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak diharapkan (KTD).
4. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status maupun gelang
identitas.
5. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamaroperasi harus
sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh Ketua Tim/PJ perawat jaga saat itu.
6. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien sterilitas alat, tabung
oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
7. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
8. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
a. Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
b. Insidens pasien jatuh.
c. Insidens kejadian infus blong.
d. Insidens kesalahan pemberian obat.
e. Insidens kesalahan cara pemberian obat.
f. Insidens kesalahan persiapan operasi.
g. Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang
16
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
9. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
D. INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Kategori
Perspektif
Sasaran Stategis
17
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Jumlah proses yang dilakukan identifikasi dengan benar : Jumlah
Formula Pengukuran proses pelayanan yang diobservasi x 100%
Metologi Pengumpulan Observasi
Data
Cakupan Data(Total Random sampling
Atau Sampel)
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Nilai Ambang/Standar 100%
Metologi Analisa Data Grafik data
Sumber Data/Area Rekam medis,check, sensus pada saat pengambilan data
Monitoring observasi
Pj Pengumpul Data Kepala Instalasi IGD,Anggota sub komite keselamatan pasien
Publikasi Laporan dan Rapat
Data/Desiminasi Data
Judul Indikator Kelengkapan Pengisian Form Hand Over Pasien Sesuai SBAR
18
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Periode Analisis 3 bulan
Nilai Ambang/Standar 100%
Metologi Analisa Data Grafik data
Sumber Data /Area Rekam Medis
Monitoring
Kepala Instalasi Rawat Inap, Anggota Sub Komite Keselamatan
Pj Pengumpul Data Pasien
Publikasi
Data/Desiminasi Data Laporan dan Rapat
Definisi Operasional Kepatuhan pemberian label obat high alert adalah ketepatan
pemberian label pada obat high alert sesuai dengan standar yang
ditetapkan dirumah sakit
Obat hih alert adalah obat yang memiliki resiko lebih tinggi untuk
menyebabkan/ menimbulkan adanyya komplikasi atau
membahaakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan
penggunaan dan penimpanan
Tujuan Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan
pasien untuk labelisasi obat high alert
Dimensi Mutu Keselamatan
Obat High Alert memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan insiden
Dasar ketika tidak dilakukan manajemen yang benar. Pemberian label
Pemikiran/Alasan adalah langkah pertama mengidentifikasi obat High Alert agar
Pemilihan Indikator diperlakukan sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
Numerator Jumlah obat high alert yang diberi label
Denumerator Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau
- Penyimpanan obat high alert tidak dilakukan secara benar
(prosedur penimpanan yang benar : obat high alert disimpan
terpisah : elektrolit konsentrasi diberi stiker orange; NORUM/LASA
diberi stiker hijau; insulin dan nutrisi paenteral dberi stiker kuning;
obat sedasai, heparin, agen radiokntrans IV diberi stiker merah;
agen kemoterapi diberi stiker ungu )
- Pemberian obat high alert tikda mengunakan prosedur 5 (lima )
benar
- Tidak ada daftra obat high alert dimasing-masing unit
- Prosedur ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat
Inklusi LASA/NORUM
Ekslusi Obat-obat yan tidak tergolong high alert
Formula Pengukuran (Jumlah obat high alert yang diberi label dibagi jumlah seluruh obat
19
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
high alert yang dipantau) x 100%
Metologi Pengumpulan
Data Observasi
Cakupan Data(Total
Atau Sampel) Total Populasi
Frekuensi
Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Nilai Ambang/Standar 100%
Metologi Analisa Data Grafik data
Sumber Data/Area
Monitoring Register bagian farmasi, laporan insiden
Pj Pengumpul Data Kepala instalasi farmasi, anggota sub komite keselamatan pasien
Publikasi
Data/Deiminasi Data Laporan dan Rapat
4. Kepatuhan Proses Sign In, Time In, Dan Sign Out Pasien Operasi
Tidak adanya kejadian salah tindakan saat operasi dengan
Judul Indikator
penandaan daerah operasi
Kejadian salah tindakan pada operasi adalah kejadian pasien
Definisi Operasional mengalami tindakan operasi yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan operasi dan
Tujuan kesesuaian tindakan operasi dengan rencana yang telah
ditetapkan
Sumber Data/Area
Rekam medis, laporan keselamatan pasien
Monitoring
Publikasi Data/Desiminasi
Laporan dan Rapat
Data
Ekslusi
Total kebersihan tangan yang dilakukan dibagi peluang kebersihan
Formula Pengukuran tangan dikali 100%
Metologi Pengumpulan
Data Observasi
Cakupan Data(Total
Atau Sampel) Sampling
Frekuensi
Pengumpulan Data 1 bulan
Frekuensi Analisa Data 3 bulan
Nilai Ambang/Standar 85%
Metologi Aanalisa Data Grafik data
Sumber Data/Area
Monitoring Checklist cuci tangan oleh PPI
Pj Pengumpul Data PPI,IPCN
22
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Publikasi
Data/Desiminasi Data Laporan dan Rapat
6. Kepatuhan Upaya Pencegahan Resiko Cidera Akibat Pasien Jatuh Pada Rawat Inap
Judul Indikator Tidak Adanya Pasien Jatuh
Area Keselamatan Pasien
Kategori
Perspektif
Definisi Operasional Kepatuhan pencegahan pasien jatuh adalah ketepatan pelayanan
pencegahan pasien jatuh (risiko tinggi jatuh) baik pasien dewas,
anak dan bayi. Kegiatan pencegahan jatuh terdIRIN dari 5 :
pemasangan klip gelang kuning, pemasangan segitiga kuning pada
tempat tidur, pemasangan handrail/ penghalangan tempat tidur,
pelaksanaan edukasi risiko jatuh, pelaksanaan pengkajian ulang
risiko jatuh (risiko sedang tiap shift dan risiko tinggi tiap 3 jam).
Upaya pencegahan jatuh meliputi :
1. Screening di rawat alan/IGD
2. Asesment awal resiko jatuh
Asesment awal resiko jatuh adalah….
1. Assessment ulang resiko jatuh
Assessment ulang resiko jatuh adalah…..
1. Edukasi pencegahan pasien jatuh
Edukasi pencegahan pasien jatuh adalah ……
Disebut patuh apabila melaksanakan seluruh upaa pencegahan
jatuh pada pasien yang berisiko sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh RS.
Catatan :……
1. Assessment awal hana dilakukan pada pasien rawat inap
2. Untuk pasien rawat jalan dan IGD hanya dilakukan
screening
Tujuan Mencegah Terjadinya Insiden Pasien Jatuh
Dimensi Mutu Keselamatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Dasar Keselamatan Pasien
Pemikiran/Analisa perawat bertanggung jawab dalam mengidentifikasi pasien yang
Pemilihan Indikator berisiko jatuh dan membuat suatu rencana perawatan untuk
meminimalkan risiko
Jumlah kasus yang mendapatkan ketiga upaa pencegahan pasien
Numerator jatuh
23
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Pasien yang tidak dapat dilakukan assesment ulang maupun
edukasi seperti pasien meninggal, pasien gangguan jiwa yang
Ekslusi sudah melewati fase akut, dan pasien menolak edukasi.
Jumlah kasus yang mendapatkan ketiga upaa pencegahan pasien
jatuh dibagi Jumlah kasus semua pasien yang berisiko jatuh dikali
Formula Pengukuran 100%
Metologi Pengumpulan
Data Observasi
Cakupaan Data(Total
Atau Sampel) Sampling
Frekuensi
Pengumpulan Data 1 bulan
24
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Pencatatan dan pelaporan insiden adalah pelaporan secara tertulis setiap kondisi
potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga pengunjung, maupun
karyawan yang terjadi dirumah sakit. Insiden keselamatan pasien dirumah sakit adalah
setiap kejadian yang tidak sengaja dan kondisi yang mengakibatkan cidera yang dapat
di cegah pada pasien, terdIRIN dari KPC, KNC, KTC, KTD dan Sentinel Event.
B. Tujuan Panduan Insiden Keselamatan Pasien
1. Staf rumah sakit memahami tentang Insiden Keselamatan Pasien.
2.Staf rumah sakit memahami cara melaporkan suatu Insiden Keselamatan Pasien.
3.Staf rumah sakit memahami alur pengelolaan laporan Insiden Keselamatan Pasien.
4. Analisis Laporan Insiden Keselamatan Pasien dapat berjalan dengan lancar,teratur dan
segera membuahkan suatu solusi perbaikan.
5. Insiden Keselamatan Pasien dapat tercatat dan teridentifikasi dengan baik,sehingga
terjadinya insiden yang sama dapat dihindari.
C. Ruang Lingkup
1. Jenis Insiden yang dilaporkan
a) KPC/ Kondisi Potensial Cidera (Reportable circumstance) Adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden.
b) KNC/ Kondisi Nyaris Cidera (Near miss, Close call ) Adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar kepasien.
c) KTC/ Kejadian Tidak Cidera (No harm incident ) Adalah insiden yang terpapar
kepasien, tetapi tidak menimbulkan cidera.
d) KTD/ Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse event) Adalah insiden yang
mengakibatkan cidera pada pasien.
e) Sentinel Event Adalah kejadian tak terduga (KTD) yang mengakibatkan kematian
atau cidera yang serius.
2. Pelaporan Insiden Internal dan Eksternal
a) Laporan Insiden Internal
Laporan Insiden RS (Internal) adalah pelaporan secara tertulis setiap kondisi
potensial cedera dan insiden (KNC, KTC, KTD, Kejadian Sentinel) yang menimpa
pasien, keluarga pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.
b) Laporan Insiden Eksternal
Laporan insiden keselamatan pasien KKP-RS (eksternal) adalah pelaporan secara
anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kondisi potensial cedera dan insiden
(KNC,KTC, KTD, Kejadian Sentinel) keselamatan pasien yang terjadi pada pasien,
dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya.
25
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Penilaian dampak/ akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami
pasien mulai dari tidak ada cidera sampai meninggal.
c) Probabilitas/ Frekuensi/ Likelihood
Penilaian Probabilitas/ Frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi.
d) Band Resiko
Band Risiko adalah derajat resiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru,
Hijau, Kuning dan Merah “Bands“ akan menentukan investigasi yang akan dilakukan.
4. Investigasi
a) Investigagsi sederhana
Investigasi sederhana dilakukan bila ditemukan band grading resiko biru dan hijau.
Sedangkan waktu investigasi sederhana bila dengan band warna biru maksimal 1
(satu) minggu dan hijau maksimal 2 (dua) minggu.
b) Investigasi Komprehensif
Investigasi komprehensif dilakukan bila ditemukan band grading resiko kuning dan
merah dengan waktu maksimal 45 (empat puluh lima) hari.
5. Rekomendasi
Kesimpulan, pendapat, dan sarana yang disusun berdasarkan hasil dari investigasi,
yang ditujukan kepada orang dan atau badan yang berwenang untuk melakukan
tindakan dan atau perbaikan untuk peningkatan mutu.
6. Tindak lanjut
Dimana suatu aksi atau tindakan koreksi (corrective action) sebagai lanjutan langkah
dalam mencapai perbaikan dan atau mengembalikan segala kegiatan pada tujuan yang
seharusnya.
7. Sosialisasi
Interaksi sosial langsung maupun tidak langsung yang berlangsung melalui kelompok
dengan informasi tentang hasil kegiatan keseluruh unit rumah sakit melalui pertemuan,
informasi secara tertulis dengan bukti notulen, daftar hadir atau form/ buku yang telah
ditanda tangani.
8. Pelaporan insiden internal
Pelaporan secara anonim dan tertulis ke TKP-RS setiap Kondisi Potensial Cedera dan
Insiden Keselamatan Pasien yang terjadi pada pasien, dan telah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi dan solusinya.
9. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan yang
sama, serta memilih strategi yang baik dari berbagai alternatif strategis yang ada,
meningkatkan efisiensi secara general, dan melihat apakah tujuan kegiatan sudah
tercapai atau sudah dilaksanakan
D. Tata Laksana
26
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
(dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera dibuat laporan insiden oleh petugas yang pertama
mengetahui insiden dan atau oleh petugas yang terlibat dalam insiden, dengan
mengisi formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift dan diserahkan kepada
Atasan langsung, dalam waktu 2x24 jam.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung
pelapor.Yang dimaksud dengan atasan langsung pelapor adalah Kepala Unit
dimana bpelapor bekerja.
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan, memperjelas duduk masalah insiden,
berkoordinasi dengan kepala unit lain yang terkait, dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan Tabel penilaian dampak
klinis/konsekuensi/severity, tabel penilaian porbabilitas/frekuensi, dan tabel matriks
grading risiko terlampir.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan
sebagai berikut:
a) Grading biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1
minggu
b) Grading hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2
minggu
c) Grading Kuning : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh tim
RCA yang terdIRIN dari tim KKPRS dan staff lain yang diperlukan, waktu
maksimal 45 hari
d) Grading Merah : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh tim
RCA yang terdIRIN dari tim KKPRS dan staff lain yang diperlukan, waktu
maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil Investigasi, Solusi,
Tindaklanjut, dan Evaluasi (laporan ISTE) dilaporkan kepada KKPRS.
7. KKPRS akan menganalisis kembali hasil ISTE untuk menentukan apakah perlu
dilakukan investigasi lanjutan dan melakukan regarding apabila diperlukan.
8. Untuk grading kuning dan merah, dibentuk tim RCA yang terdIRIN dari tim
KKPRSdan staff lain yang diperlukan, maksimal 45 hari.
9. Setelah melakukan RCA, tim RCA akan membuat laporan dan rekomendasi
untukperbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk/safety alert untuk
mencegahkejadian yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada KomitePeningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Dayaku Raja.
11. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan sebagai umpan
balikkepada unit kerja terkait.
12. Unit kerja terkait dan Komite PMKP membuat analisis dan trend kejadian yangsama.
13. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Komite KKPRS.
27
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
PMK no.66 Tahun 2016 Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap
manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan
28
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. 2. Kesehatan Kerja adalah upaya
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi
antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya. 3. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia
rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit
melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah
sakit.Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dan
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori tersebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program kesehatan dan
keselamatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan
dan kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 (dua) disebutkan bahwa setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang Iayak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 merupakan bagian integral dan
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini unit gizi dan perlindungan terhadap rumah
sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai
dan meningkatkan produktivitas rumah sakit adalah:
1. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk
menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara tepat dan efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan.
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
3. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila:
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
29
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman.
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.
4. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dan petugas kesehatan
a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajang.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalul udara harus
menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.
5. Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan.
a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan standar dan
kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
c. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dan
kontak Iangsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif, ruang rawat anak, ruang bayi.
d. Semua petugas harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung kaki
(sandal/sepatu boot), sebelum masuk ruangan yang berpenyakit menular. Termasuk
harus mengenakan APD tersebut hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi
atau penularan.
6. Prinsip keselamatan kerja karyawan dalam proses penyelenggaraan pelayanan pasien
a. Pengendalian teknis mencakup:
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
2) Perlengkapan alat kesehatan yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis
3) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
4) Tersedianya ruang istirahat untuk karyawan.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dan
karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah ditetapkan.
30
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi
pemeliharaan sarana sesuai jadwal.
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
7. Prosedur keselamatan kerja
a. Keamanan kerja di ruang ini meliputi:
1) Menggunakan alat pembuka peti/bungkus menurut cara yang tepat.
2) Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan alat
pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
3) Tidak diperkenankan merokok di ruang perawatan
4) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
5) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
6) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan
badan dan kualitas barang.
7) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan 11cm di ruang perawatan
A. Keselamatan Kerja Di Instalasi Rawat Intensif
Instalasi Rawat Intensif harus memiliki pemahaman akan pentingnya keamanan kerja
di Instalasi Rawat Intensif. Hal ini mutlak perlu diperhatikan karena mempunyai dampak
kesehatan langsung bagi petugas dan dampak tidak langsung terhadap masyarakat
lingkungan disekitar Instalasi Rawat Intensif. OIeh karena itu pentingnya mengurangi
bahaya yang terjadi. Instalasi Rawat Intensif harus mempunyai sarana keamanan kerja
yang sesuai dengan Pedoman keamanan Instalasi Rawat Intensif mikrobiologi dan
biomedis yang sesuai dengan sandart DepKes RI:
1. Ruangan di Instalasi Rawat Intensif
a. Seluruh ruangan dalam Instalasi Rawat Intensif mudah dibersihkan
b. Permukaan meja kerja tidak tembus air, tahan asam, alkali larutan 48 olytec dan
panas yang sedang
c. Perabot yang digunakan terbuat dan bahan yang kuat
d. Ada jarak antara meja kerja. lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
e. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan Instalasi Rawat Intensif
f. Penerangan Instalasi Instalasi Rawat Intensif sudah cukup memenuhi standar
g. Permukaan dinding, langit-langit dan Iantai harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
h. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dekat pintu keluar
i. Pintu Instalasi Instalasi Rawat Intensif dilengkapi pintu otomatis dan diben label
bahan infeksi.
j. Denah Instalasi Rawat Intensif yang Iengkap digantungkan ditempat yang mudah
terlihat
k. Tempat sampah dilengkapi dengan kantong 48 olytec
l. Tempat sampah dipisahkan antara sampah medis dan non medis (sampah medis
kantong 48 olytec warna kuning dan sampeh non medis kantong 48 olytec warna
hitam)
31
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
2. Koridor, gang dan lantai
a. Lantai Instalasi Rawat Intensif harus bersih, kering dan tidak licin
b. Koridor dan gang harus bebas dari halangan
c. Penerangan dikoridor dan gang cukup
3. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi Instalasi Instalasi Rawat Intensif harus cukup
b. Udara diruangan Instalasi Rawat Intensif dibuat mengalir searah
4. Fasilitas Air dan Ustrik
a. Tersedianya aliran listrik dan generator dengan kapasitas yang memadai
b. Tersedianya fasilitas air PAM dengan kualitas air yang memadai sesuai dengan
kebutuhan Instalasi Rawat Inap
5. Peralatan keamanan kerja Instalasi Rawat Intensif
a. Alat olyt pipet (Pusball)
b. Otoklaf
c. Botol dengan tutup berulir
d. Jas Instalasi Rawat Inap
e. Inkas
f. Lemari asam
32
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
36
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
pasien adalah hasil Rawat Intensif Rawat Intensif
pendapat dan
penilaian pasien
terhadap kinerja
pelayanan yang
diberikan oleh
fasilitas pelayanan
kesehatan.
Denominator (Penyebut) 1
Kriteria Inklusi -
Kriteria Eksklusi -
37
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Frekuensi pengumpulan 3 bulan
data
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
38
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Jenis Indikator Proses, outcome
Numerator ( Pembilang) Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan intensif
Denominator (Penyebut) 1
Kriteria Inklusi -
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Definisi Operasional Tempat tidur ruang intensif adalah tempat tidur yang dapat
diubah posisi yang dilengkapi dengan monitoring dan ventilator.
Kriteria Inklusi -
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
40
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
Definisi Operasional Kebersihan tangan (hand hygiene) adalah prosedur cuci tangan
sesuai dengan ketentuan 6 langkah cuci tangan
Numerator ( Pembilang) Jumlah perawat yang diamati dan mematuhi prosedur hand
hygiene
Standar 100%
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
41
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Instrumen Pengambilan Data Formulir monitoring kebersihan tangan ( hand hgiene)
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
Definisi Operasional Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh pasien yang
diperoleh selama di RS yang meliputi dekubitus, phlebitis,
sepsis dan infeksi luka operasi
Numerator ( Pembilang) Jumlah pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial
dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah pasien rawat inap dalam periode yang sama
Standar ≤9%
Kriteria Inklusi infeksi yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama di RS
yang meliputi dekubitus, phlebitis, dan infeksi luka operasi
Kriteria Eksklusi -
42
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Metode Pengumpulan Data Observasi langsung
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
6. Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama ˂ 72 jam
Definisi Operasional Pasien kembali keperawatan intensif dari ruangan rawat inap
dengan kasus yang sama dalam waktu ˂ 72 jam
Denominator (Penyebut) Jumlah seluruh pasien yang dirawat diruangan intersif dalam
periode yang sama
Standar ≤ 3%
43
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Kriteria Inklusi Pasien yang kembali keperawatan Intensif dari ruang rawat
inap dengan kasus yang sama ˂ 72 jam
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Instrumen Pengambilan Data Formulir sensus harian indicator mutu bagian ICU
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
UU No 44/2009 tentang RS
Numerator ( Pembilang) Jumlah kumulati hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei (dalam persen)
Standar ≥70%
Kriteria Eksklusi
Metode Pengumpulan Data Melakukan survey kepuasan pasien dan keluarga dengan alat
bantu kuesioner
45
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
8. Kelengkapan asesmen medis dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap
Definisi Operasional Yang dimaksud asemen medis lengkap dalam waktu 24 jam
setelah pasien masuk rawat inap adalah :
Numerator ( Pembilang) Jumlah asesmen lengkap yang dilakukan oleh tenaga medis
dalam 24 jam setelah pasien masuk rawat inap dalam waktu 1
bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah total pasien yang masuk rawat inap dalam waktu 24
jam, dalam waktu 1 bulan
Standar 100%
Kriteria Inklusi -
Kriteria Eksklusi Pasien yang meninggal dalam waktu 24 jam setelah pasien
masuk rawat inap atau pasien APS atau dirujuk sebelum waktu
24 jam
46
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
Penanggung Jawab Kepala instalasi rekam medic , kepala ruangan rawat inap
Standar 100%
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
48
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
rumah sakit
Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan dan keselamatan
Definisi Operasional Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah
diisi lengkap oleh dokter dalam waktu ≤ 24 jam setelah selesai
pelayanan rawat jalan atau setelah rawat inap diputuskan untuk
pulang, yang meliputi identitas pasien, anamnesis, rencana
asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak lanjut, dan resume.
Numerator ( Pembilang) Jumlah rekam medik yang disurvei dalam 1 bulan yang diisi
lengkap
Standar 100%
Kriteria Inklusi -
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
49
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
11. Kelengkapan informend consent setelah mendapatkan informasi yang jelas
Numerator ( Pembilang) Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvei
yang mendapat informasi lengkap sebelum memberikan
persetujuan Tindakan medik dalam 1 bulan.
Denominator (Penyebut) Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvei
dalam 1 bulan
Standar 100%
Kriteria Eksklusi -
50
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
tetapi jika ukuran populasinya ≥ 100, sampelnyaa paling sedikit
30%, dan jika ukuran populasinya ˂ 100, maka sampelnya
harus 100%
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
Denominator (Penyebut) Jumlah total insiden kesalahan setting ventilator dalam bulan
tersebut
Standar 0%
Kriteria Inklusi Terjadinya insiden pada pasien yang dirawat di ICU yang
disebabkan oleh kesalahan setting pada alat ventilator
51
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Laporan insiden
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
52
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
rumah sakit
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Standar 0%
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Laporan insiden
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
53
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
14.Ketidaklengkapan catatan medis pasien
Numerator ( Pembilang) Jumlah catatan rekam medis yang belum lengkap dan benar
dalam 14 hari perbulan
Standar 1%
Kriteria Eksklusi -
Metodologi Analisis Data Menggunakan run chart, run chart digunakan untuk
menampilkan data dari waktu ke waktu
Laporan insiden
Publikasi Data Secara internal Laporan dan rapat, secara eksternal kepemilik/
PEMDA atau benchmark dengan RS lain.
55
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
kementrian kesehatan RI, jakarta 2012)
- Menteri Kesehatan republik Indonesia No :
129/Menkes/SKII/2008, tentang standar pelayanan minimal
rumah sakit
- PP. Nomor 7 tahun 2011 tentang Pelayanan Darah
- PMK RI Nomor 91 tahun 2015 tentang standar pelayanan
tranfusi darah
Dimensi Mutu Keselamatan
Definisi Operasional Reaksi tranfusi adalah reaksi gejala yang terjadi akibat tindakan
pemberian darah atau komponen darah kepada pasien yang
terdisi dari :
Standar ≤0,01%
56
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Kriteria Eksklusi -
57
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
darah, (4) pengambilan
spesimen, (5) sebelum
melakukan tindakan
diagnostik/terapi
1. Kepatuhan pengecekan
identitas pasien sebelum
pemberian obat
2. Kepatuhan pengecekan
identitas pasien sebelum
pengobatan termasuk
pemberian nutrisi pada diet
khusus
3. Kepatuhan pengecekan
identitas pasien sebelum
pemberian tranfusi darah dan
produk darah
4. Kepatuhan pengecekan
infentitas pasien sebelum
58
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
time in, dan sign out pasien yang dilakukan mencakup data
operasi sign in, (sebelum pasien
dilakukan tindakan anestesi time
out (sebelum operasi melakukan
tindakan sayatan operasi) dan
sign out (dilakukan sebelum
pasien meninggalkan ruang
operasi)
- Cheklist sign in
- Checklist time out
- Checklist sign out
- Tanda tangan dokter anastesi
dan operator
5 Kepatuhan terhadap hand Kebersihan tangan (hand 85%
hygiene hygiene) adalah segala usahan
yang dilakukan untuk
membersihkan kotoran yang
secara kasat mata terlihat dan
pengankatan mikroogranisme
yang tinggal sementara ditangan
dengan menggunakan sabun dan
air mengalir (hand wash) atau
dengan cairan berbasis alcohol
(handrub) dalam 6 langkah
(WHO,2009)
59
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
kebersihan tangan
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan Instalasi Rawat Intensif di rumah sakit ini diharapkan dapat
menjadi panduan bagi seluruh petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan pelayanan
pada pasien Instalasi Rawat Intensif. Berdasarkan klasifikasi sumber daya, sarana, prasarana
dan peralatan pelayanan Instalasi Rawat Intensif di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun dapat
dikategorikan sebagai Instalasi Rawat Intensif primer.
60
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Oleh karena itu Rumah Sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan sesuai
dengan ketentuan pedoman standart Instalasi Rawat Intensif sesuai dengan situasi dan kondisi
yang kondusif bagi setiap program pengembangan layanan Instalasi Rawat Intensif RSUD
Dayaku Raja Kota Bangun.
61
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF