PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan salah satunya sangat
ditentukan oleh kapasitas tenaga kesehatan.Hal ini disebabkan karena tenaga
kesehatan merupakan aset utama yang berperan sebagai pemikir, perencana,
pelaksana dan pengendali pembangunan kesehatan, disamping itu tenaga
kesehatan dituntut untuk lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya karena
semakin berkembangnya teknologi yang cepat dan lingkungan yang begitu drastis
pada setiap aspek kehidupan, mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan yang bermutu.
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor: 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
6. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun
2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Aparatur Sipil Negara;
7. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 25 Tahun 2015
tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah;
8. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor :
250/K.1/PDP.09/2016 tentang Penetapan Badan PPSDM Kesehatan sebagai
Instansi Pengakreditasi Diklat Teknis dan Fungsional Kesehatan .
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pelatihan
Proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan
atau menunjang pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, yang dilaksanakan minimal 30 jam
pembelajaran.
8. Kurikulum
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran
serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran.
B. PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian tim akreditasi pelatihan ditetapkan dengan SK Kepala Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDM
Kesehatan) yang tidak terpisah dengan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Pelatihan Bidang Kesehatan. Susunan tim sebagai berikut:
Standar penilaian akreditasi pelatihan meliputi komponen, variabel dan parameter dengan
rincian sebagai berikut:
1. PERSIAPAN
a. Dokumen inti (kurikulum pelatihan).
Penyelengara pelatihan menyusun kurikulum pelatihan dengan berpedoman pada
Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul di Bidang Kesehatan.
b. Membuat surat permohonan pengampuan bagi institusi pelatihan yang
belum terakreditasi yang ditujukan pada Kepala BBPK/Bapelkes/
Bapelkesda/unit diklat/pimpinan institusi pelatihan yang terakreditasi.
c. Membuat surat permohonan akreditasi pelatihan.
Surat permohonan akreditasi pelatihan ditujukan kepada Kepala Pusat
Pelatihan SDM Kesehatan dan ditandatangani oleh Kepala Satker/pejabat
yang berwenang/penanggungjawab pelatihan.
d. Dokumen pendukung
2. PENGAJUAN
Proses pengajuan akreditasi pelatihan :
1) Pengajuan akreditasi pelatihan dilakukan setelah kurikulum pelatihan di
sahkan oleh Pusat Pelatihan SDM Kesehatan Cq. Bidang Pengembangan
Pelatihan.
2) Proses pengajuan akreditasi pelatihan dilakukan melalui aplikasi SIAKPEL
secara online 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan pelatihan.
3) Seluruh dokumen lengkap dilampirkan dan siap untuk dilakukan penilaian.
4) Apabila terdapat perubahan waktu, tempat, serta jumlah peserta pelatihan
agar diinformasikan melalui surat minimal 1 (minggu) sebelum pelaksanaan
pelatihan.
5) Penyelenggara yang tidak menginformasikan melalui surat terkait dengan
perubahan waktu, tempat, serta jumlah peserta, maka Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan tidak dapat mengeluarkan nomor sertifikat pelatihan.
Verivikasi
Dokumen (2 hari)
Penilaian
(maksimal STOP
14 hari)
Tidak
Ya
Pengesahan Hasil
Penilaian (maksimal 7
hari)
Surat
Keterangan
Akreditasi
Pelatihan
4. KEPUTUSAN AKREDITASI
Keputusan akreditasi pelatihan ada 2 kategori, yaitu:
a. Terakreditasi, Apabila seluruh variabel sudah sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
b. Tidak terakreditasi, Apabila ada variabel yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
Yang Terhormat,
Kepala BBPK Jakarta
di-
Jakarta
Dalam rangka meningkatkan mutu pelatihan bidang kesehatan, bersama ini kami
mengajukan permohonan pengajuan akreditasi pelatihan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Kanker Rahim yang dilaksanakan pada tanggal 18-21 September 2019 di Unit Diklat Rumah Sakit
Fatmawati.
Adapun dokumen pendukung yang dipersyaratkan telah kami lampirkan dalam aplikasi
SIAKPEL, antara lain sebagai berikut:
1) Surat Keputusan panitia penyelenggara.
2) Sertifikat TOC
3) Surat Keputusan atau surat tugas pengendali pelatihan.
4) Sertifikat pelatihan pengendali pelatihan/CAWID/WI Dasar
5) Kerangka acuan pelatihan.
6) Form evaluasi peserta (pre/post test/lembar soal ujian komprehensif/ daftar tilik ujian
kompetensi dll).
7) Form evaluasi pelatih
8) Form evaluasi penyelenggaraan.
9) Jadual.
10) Komponen pelatih
11) Daftar sarana dan prasarana terkait pelatihan.
12) Lembar-lembar penugasan.
13) Panduan praktik lapangan (jika ada).
14) Surat pengampuan.
Nama
NIP
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 14
Lampiran 2
Contoh Kerangka Acuan Pelatihan
I. LATAR BELAKANG
Pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM)
yang terjadi di Indonesia saat ini, menyebabkan prevalensi beberapa PTM meningkat,
sementara penyakit menular masih tinggi, serta lebih diperparah lagi dengan penyakit
baru dan penyakit lama yang muncul kembali. Berdasarkan data WHO tahun 2008
diprediksi bahwa di Indonesia Kematian karena PTM sekitar 1 juta jiwa (63%), kematian
akibat cedera 9%, dan 28% akibat penyakit menular, maternal, perinatal dan malnutrisi.
Pencegahan dan pengendalian PTM berbasis Puskesmas dengan kerjasama multi sektor
serta keterlibatan masyarakat ditetapkan sebagai pendekatan utama dengan kebijakan
yang mengandung 3 formulasi yaitu ‘triple ACS’ yaitu active cities, active communities,
dan active citizenship. Active cities merupakan pendekatan dengan strategi
penanggulangan PTM melalui pendekatan wilayah dengan mewujudkan
(kota/kecamatan/desa) sehat. Implementasi kebijakan ini merupakan tanggung jawab dari
pemerintah daerah.Active communities dengan pemberdayaan masyarakat melalui
kelompok-kelompoknya seperti kelompok nelayan, petani, organisasi profesi dan
lainnya.Active citizenship dengan berorientasi dari penduduk dan untuk penduduk,
memperhatikan karakteristik penduduk yang miskin,penduduk perbatasan dan daerah
terpencil perlu diperhatikan dengan demikian terbentuk penduduk yang mandiri dan
berkeadilan.
B. Tujuan Khusus :
Peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan kanker payudara dan kanker leher rahim.
2. Melakukan pemeriksaan panggul.
3. Melakukan pencegahan infeksi.
4. Memberikan konseling tentang kanker leher rahim dan payudara.
5. Melakukan deteksi dini kanker payudara.
6. Melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
7. Melakukan pengobatan dengan krio terapi (untuk tenaga dokter)
8. Melakukan persiapan alat dan bahan untuk pengobatan krioterapi
9. Melakukan pencatatan pencatatan dan pelaporan berkaitan dengan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher Rahim
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 16
III. WAKTU DAN LOKASI PELAKSANAAN
Pelatihan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim bagi tenaga kesehatan di
Puskesmas akan dilaksanakan selama 4 (empat) hari efektif yaitu tanggal 18-21 Maret
2019 di UPT BPKKTK Provinsi Bali.
IV. PESERTA
Peserta pelatihan adalah Dokter Umum dan Bidan di Puskesmas 9 Kab/Kota di Provinsi
Bali yang bertugas di Puskesmas dengan kriteria :
1. Dokter dengan pendidikan S1 Kedokteran.
2. Bidan dengan Pendidikan minimal D III Kebidanan.
3. Diutamakan yang melakukan layanan deteksi dini kanker leherrahim dan payudara
4. Tidak dipindah tugaskan dalam waktu minimal 3 (tiga) tahun setelah pelatihan
5. Bersedia mengikuti seluruh proses pelatihan sampai selesai
6. Bersedia ditugaskan sebagai pengelola program PTM dan atau melaksanakan layanan
PTM khususnya deteksi dan penanganan kanker leher rahim dan payudara
7. Jumlah peserta : 15 orang
V. PELATIH/FASILITATOR
Pelatih/fasilitator pelatihan adalah:
1. Pengelola program yang telah mengikuti TOT Pelatihan Deteksi Dini Kanker
Payudara dan Leher Rahim bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas.
2. Telah mengikuti pelatihan TPPK.
3. Praktisi (tim yang terdiri dari dokter bedah, onkologi, obgyn, dokter umum dan bidan)
yang memiliki pengalaman melatih.
4. Widyaiswara UPT.BPKKTK Dikes Prov Bali.
Nama lengkap
NIP/NIK
UJI KOMPREHENSIF
Berikan Saudara silang (X) pada Jawaban yang Saudara anggap benar di
lembar jawaban yang telah tersedia.
1. Saat seorang calon jemaah haji melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nomor porsi,
ia harus menjalani pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan tahap berapakah yang dijalani calon jemaah
tersebut?.
A. Pertama
B. Kedua
C. Ketiga
D. Pertama dan kedua
2. Seorang jemaah haji diketahui menderita penyakit TBC Multi Drugs Resistant (MDR) dalam
pemeriksaan kesehatan haji tahap pertama.
Bagaimana penetapan status kesehatannya?.
A. Jemaah haji risiko tinggi
B. Jemaah haji non risiko tinggi
C. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji
D. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara
3. Calon jemaah haji berusia 61 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan ketika akan
mendaftar haji. Dalam pemeriksaan didapatkan calon jemaah haji tersebut sehat.
Bagaimana penetapan status kesehatannya?.
A. Jemaah haji mandiri
B. Jemaah haji observasi
C. Jemaah haji risiko tinggi
D. Jemaah haji tidak risiko tinggi
4. Ketika Saudara melakukan pembinaan kesehatan di daerah asal jemaah haji, ada seorang
calon jemaah haji yang mengeluh belum memperoleh buku kesehatan haji.
Siapakah yang harus dihubungi?.
A. Embarkasi setempat
B. Rumah sakit terdekat
C. Panitia haji di tingkat kabupaten
D. Puskesmas kecamatan daerah asal
7. Sebagai petugas TKHI anda harus bekerja sama dengan tim PPIH, tetapi dalam
pelaksanaannya Tim PPIH dan TKHI bekerja masing masing.
Salah satu etika petugas kesehatan haji adalah …
A. Bekerja sama dengan baik dengan petugas TPHI dan TPIHI
B. Mengutamakan tugasnya dalam melayani jemaah daripada kepentingan pribadi
C. Menerapkan sopan santun dan akhlak mulia pada saat berinteraksi dan bekerja sama
D. Menerapkan sopan santun dan akhlak mulia pada saat memberikan pelayanan
kesehatan
8. Selama bertugas TKHI harus menjaga sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh faktor …
A. Percaya diri
B. Kedewasaan
C. Tanggung jawab
D. Keterampilan manajerial
9. Seorang jemaah haji laki-laki usia 50 tahun datang ke kamar petugas dengan keluhan nyeri
dada sebelah kiri yang menjalar ke leher durasi 30 menit, keringat dingin, kaki dan tangan
kesemutan. Hasil pemeriksaan tekanan darah 90/50mmHg, nadi 50X/menit, respirasi
24X/menit.
Apakah kemungkinan diagnosis jemaah tersebut?.
A. Hipotensi
B. Dehidrasi
C. Sindrom koroner akut
10. Seorang jemaah haji laki-laki usia 50 tahun datang ke kamar petugas, dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke leher durasi 30 menit, keringat dingin, kaki dan
tangan kesemutan. Hasil pemeriksaan tekanan darah 90/50mmHg, nadi 50X/menit,
respirasi 24X/menit, cardiomegaly (-), peningkatan vena jugularis (-), akral dingin, GDS
400mg/dl.
Apakah pertolongan pertama yang harus dilakukan?.
A. Insulin
B. Pasang infus NaCl 0.9%
C. Aspirin 320 mg dan Clopidogrel 300 mg oral
D. Stabilisasi tanda vital dan rujuk ke KKHI/RSAS
11. Seorang jemaah haji perempuan usia 69 tahun mengeluh batuk, dahak warna putih
kental dan demam. Jemaah terlihat gelisah, makan minum sedikit, suka ngomong sendiri,
mudah marah dan suka buang air kecil sembarangan sehingga menggangu jemaah
sekamarnya.
Apakah kemungkinan diagnosis Saudara?.
A. Psikosis
B. Dehidrasi
C. Demensia
D. Pneumonia
12. Seorang jemaah haji perempuan usia 69 tahun mengeluh batuk, dahak warna putih
kental, dan demam. Jemaah terlihat gelisah, makan minum sedikit, suka ngomong
sendiri, lupa nama teman sekamarnya, mudah marah dan suka buang air kecil
sembarangan sehingga menggangu jemaah sekamarnya.
Apakah tindakan yang harus Saudara lakukan?.
A. Berikan obat penenang
B. Berikan mucolitik dan antibiotik
C. Tenangkan jemaah dan siapkan rujukan
D. Mengikat jemaah supaya tidak menggangu jemaah lain
13. Seorang jemaah haji perempuan usia 55 tahun mendarat di Bandara King Abdul Azis
Jeddah tiba-tiba tidak sadarkan diri di ruang tunggu setelah pemeriksaan imigrasi.
Pemeriksaan fisik: tekanan darah 200/100mmHg, nadi 100 X/menit, pernapasan
36X/menit, dan suhu 370C, akral hangat, jantung dan paru tidak ada kelainan, GDS 600
mg/dl.
Apakah tindakan yang harus Saudara lakukan?.
A. Berikan insulin
B. Rujuk klinik bandara
C. Pasang infus kristaloid
D. Berikan anti hipertensi sublingual
15. Seorang jemaah haji laki-laki usia 67 tahun baru tiba di Makkah sekitar 1 jam yang lalu,
langsung melaksanakan umroh Qudum, pada putaran ke 3 tiba-tiba jatuh pingsan, dalam
BKJH riwayat hipertensi dan Diabetes terkontrol.
Apakah penyebab jatuh pingsan pada jemaah tersebut?.
A. Stroke
B. Kelelahan
C. Hiperglikemia
D. Sindrom koroner akut
16. Seorang jemaah haji laki-laki usia 65 tahun ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri
di tenda Arofah. Pemeriksaan didapatkan kesadaran koma, panas tinggi, kulit tampak
kering, tekanan darah 180/90mmHg, nadi 100X/menit, pernapasan 30 X/menit, suhu
410C. Sehari sebelumnya jemaah tersebut diketahui mengikuti tarwiyah.
Apakah diagnosis kerja Saudara serta tindakan pertama yang harus
dilakukan?.
A. Stroke, pasang infus
B. Heat stroke, kompres es
C. Hiperpireksia, kompres es
D. Hipertensi emergensi, pasang infus
17. Seorang jemaah haji perempuan usia 40 tahun mengeluh sesak napas, batuk dahak
kuning kehijauan kental dan demam sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan fisik: tekanan
darah 150/90mmHg, nadi 100 X/menit, pernapasan 40X/menit, suhu 390C, ronchi dan
wheezing didapatkan di kedua paru.
Apakah tindakan yang harus Saudara lakukan?.
A. Pasang infus kristaloid dan rujuk KKHI
B. Istirahat, oral antibiotik, antipiretik,dan mukolitik
C. Istirahat, minum air banyak, dan gunakan masker
D. Pasang infus dan rujuk pelayanan kesehatan terdekat
18. Seorang jemaah haji perempuan usia 60 tahun tiba-tiba jatuh tidak sadar disekitar
Jamarat Aqobah Mina. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran apatis, kulit kering, nadi
102 X/menit, pernapasan 28X/menit, badan teraba sangat panas.
Apakah tindakan pertama yang harus Saudara lakukan?.
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 22
A. Berikan air minum
B. Berikan parasetamol
C. Membawa jemaah ke tempat yang aman
D. Semprot/basahi wajah dengan air dingin
19. Jemaah haji diwajibkan untuk melakukan vaksinasi, untuk mencegah terjadinya penyakit
yang menyerang selaput otak.
Apa nama vaksinasi tersebut?.
A. Tetanus
B. Influenza
C. Meningitis
D. Pneumokokus
20. Infeksi hepatitis B, C dan HIV kerap terjadi melalui cairan tubuh. Aktivitas yang dilakukan
selama ibadah haji yang menggunakan alat secara bergantian dan berisiko menularkan
penyakit adalah ...
A. Mencukur rambut
B. Menggunakan sisir
C. Menggunakan toilet
D. Menggunakan alat mandi
21. Kebiasaan merokok, menunda makan dan menyimpan makanan katering lebih dari 2 jam
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit.
Bagaimana cara yang tepat mengetahui perilaku tersebut?.
A. Wawancara
B. Pengamatan
C. Mengisi kuisioner
D. Pemeriksaan fisik
22. Seorang jemaah haji datang ke kamar petugas mengeluh demam, kepala pusing serta
batuk batuk.
Petugas melakukan komunikasi verbal kepada jemaah melalui …
A. Pandangan mata
B. Pertanyaan yang diajukan
C. Melakukan pemeriksaan fisik
D. Mendengarkan keluhan dengan seksama
23. Petugas melakukan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan secara menyeluruh pada
jemaah baik yang sehat maupun yang sakit.
Interaksi tersebut dilakukan dua arah antara petugas kesehatan dengan
jemaah.
Apakah jenis informasi yang dilakukan?.
A. Bahasa
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 23
B. Budaya
C. Kelompok
D. Interpersonal
24. Seorang jemaah haji sakit menyampaikan keluhan kepada petugas. Jawaban yang
dihasilkan adalah menghasilkan jawaban ”ya” atau ”tidak” yang berguna untuk
mengumpulkan informasi yang aktual dengan cara melakukan keterampilan.
Aktivitas tersebut merupakan …
A. Bertanya
B. Observasi
C. Non verbal
D. Mendengar aktif
25. TKHI memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan haji. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya TKHI harus mampu memanfaatkan unsur jejaring
kerja yang ada.
Kapankah pemanfaatan unsur jejaring kerja ini dapat optimal?.
A. Jika petugas mampu mengembangkan pola pikir
B. Jika petugas kesehatan dapat mengembangkan tim kerja dengan baik
C. Jika petugas kesehatan mengikuti pelatihan sebelum melaksanakan tugas
D. Jika petugas kesehatan membangun komitmen jejaring kerja dalam tim pelayanan
haji
26. Agar pelaksanaan tugas dalam tim jejaring kerja terbangun dengan efektif, setiap
anggota tim harus mengetahui prinsip-prinsip dasar jejaring kerja.
Apakah modal dasar dalam membangun tim jejaring kerja yang sinergis dan
mutualis?.
A. Kesamaan tujuan
B. Kepercayaan (trust)
C. Komunikasi dialogis
D. Azas efisiensi dan efektifitas
27. Dalam tim jejaring kerja yang efektif anggota didorong untuk meningkatkan keterampilan
dan menerapkannya dalam tim, mereka menerima dukungan penuh akan berpartisipasi
aktif dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi tim. Siapakah yang berhak
mengambil keputusan, apabila tim menemui jalan buntu?.
A. Ketua tim
B. Anggota tim
C. Wakil ketua tim
D. Anggota dan ketua tim
28. Keberhasilan petugas kesehatan sangat ditentukan oleh kerjasama antar anggotanya
dengan jejaring kerja pelayanan haji. Kerjasama tidak akan berhasil apabila terjadi
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 24
masalah bila satu tim menganggap dirinya paling berkuasa. Untuk mengantisipasi
masalah ini menurut Steven Covey (1997) dapat digunakan “tujuh resep habits”.
Manakah dari ke tujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya tim?.
A. Mendahulukan yang utama
B. Pro aktif, selalu memulai dengan tujuan akhir
C. Pendekatan menang-menang, mengerti orang lain dan selalu bersinergi
D. Selalu mengasah dan mengembangkan diri baik fisik, sosial maupun nilai-nilai
29. Menurut Lawrence (1998) untuk memunculkan komitmen tim dalam jalinan jejaring
membutuhkan pola pikir yang sesuai sebagai persyaratan kondisi tertentu. Walaupun
dalam jejaring kerja memerlukan kebersamaan, namun karakteristik individu atau
karakteristik mitra jejaring masih terdapat perbedaan, terutama untuk spesifikasi
pekerjaan/tugas dan fungsinya. Apakah kondisi yang harus diciptakan dalam perbedaan
di atas agar komitmen tim jejaring kerja dapat terwujud?.
A. Trust
B. Choice
C. Openness
D. Valid information
30. Selama penerbangan dari Indonesia ke Arab Saudi, TKHI melakukan visitasi terhadap
jemaah haji berupa pengobatan dan penyuluhan kesehatan di pesawat. Hasil dari
pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut harus disampaikan dalam laporan
penerbangan 30 menit sebelum mendarat di Arab Saudi.
Dalam buku apakah laporan penerbangan tersebut dicatat?.
A. Rujukan jemaah
B. Laporan TKHI kloter
C. Kegiatan perorangan
D. Jurnal layanan kesehatan kloter
EVALUASI PELATIH
NAMA :
PELATIH
SUMBER :
MATERI
HARI/ :
TANGGAL
:
JAM
Isilah dengan angka penilaian Saudara pada kolom yang tersedia di bawah ini.
NILAI 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
1 Penguasaan materi
2 Ketepatan waktu
3 Sistematika penyajian
4 Penggunaan metode dan alat bantu diklat
5 Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6 Penggunan bahasa dan volume suara
7 Pemberian motivasi belajar kepada peserta
8 Pencapaian tujuan pembelajan umum
9 Kesempatan Tanya jawab
10 Kemampuan menyajikan
11 Kerapihan pakaian
12 Kerja sama antar tim pelatih/fasilitator
Saran perbaikan :
EVALUASI PENYELENGGARAAN
Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom di sebelah kanan dengan tanda
ceklist (V)
SANGAT
No. HAL – HAL YANG DIEVALUASI KURANG CUKUP BAIK BAIK
1 Pengalaman belajar dalam pelatihan ini
Rata rata penggunaan
2
metode pembelajaran oleh
pengajar.
Tingkat semangat belajar ( motivasi )
3 saudara untuk mengkuti program
latihan
Tingkat kepuasan saudara terhadap
4 penyelenggaraan proses belajar
5 mengajar
Kenyamanan ruang belajar
Penyediaan alat bantu pelatihan
6 didalam kelas
Penyediaan dan pelayanan bahan
7 belajar ( seperti penggandaan, bahan
8 diskusi ) secretariat
Pelayanan
9 Penyediaaan bahan akomodasi
10 Penyediaan dan pelayanan konsumsi
11 Penyediaan dan kebersihan kamar kecil
1. FASILITATOR
2. PENYELENGGARA /PANITIA
NARASUMBER/
HARI/TANGGAL/JAM MATERI JPL
FASILITATOR
Senin/18
Maret 2019
07.30-08.00 Registrasi
08.00-08.30 Pretest
08.30-09.00 Pembukaan
09.00-09.45 Kebijakan Pengendalian 1 Kepala Dinas Kesehatan
Penyakit Kanker Provinsi Bali
09.45-10.30 Pengertian Kanker secara 1 dr. Budi Setiawan, Sp.B K
Umum
10.30-10.45 Istirahat
10.45-12.15 BLC 2 Sinta Javani, SST,MAP
12.15-13.15 ISHOMA
13.15-14.45 Kanker Payudara dan 2 dr. Dewa Arika Sp.OG K
Kanker Leher Rahim
14.45-15.30 Pemeriksaan Panggul 1 dr. Dewa Arika Sp.OG K
15.30-15.45 Istirahat
15.45-16.30 Pemeriksaan Panggul 1 dr. Dewa Arika Sp.OG K
16.30-18.00 Pencegahan Infeksi 2 dr Ari Widayani
18.00 ISTIRAHAT
Selasa/19 Maret 2019
07.45-08.00 Refleksi
08.00-09.30 Konseling tentang Kanker 2 Bidan Sri Rahayuni, SST
Rahim dan Kanker
Payudara
09.30-10.15 Deteksi Dini Kanker 1 dr. Budi Setiawan, Sp.B K
Payudara
10.15-10.30 Istirahat
10.30-12.00 Deteksi Dini Kanker 2 dr. Heny
Payudara
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-15.15 Deteksi Dini Kanker Rahim 3 dr. Dewa Arika Sp.OG K
dr. Ari Widayani
15.15-15.30 Istirahat
15.30-17.00 Pengobatan dengan 2 dr. Dewa Arika Sp.OG K
Krioterapi
17.00-18.30 Sistem Pencatatan dan 2 Bidan Sri Rahayuni, SST
Pelaporan
18.30-19.30 ISHOMA
19.30-20.00 Penjelasan PKL Bidan Sri Rahayuni, SST
20.00 ISTIRAHAT
KOMPONEN PELATIH
Diklat
Pengalaman
Materi Riwayat Tambahan Pelatihan
Nama Bekerja
No yang Pendidikan Terkait Tentang
Pengajar (Periode
Diajarkan Tinggi dengan Diklat
Waktu)
Materi
1. Bidan Sri Konseling D IV Pelatihan TOT Deteksi Kepala
Rahayuni, Tentang Kebidanan Deteksi Dini Dini Kanker Ruangan di
SST Kanker Poltekkes Kanker Payudara Kamar
Rahim dan Kemenkes Payudara dan dan Kanker Bersalin
Kanker Malang Kanker Leher Leher Rahim RSUP
Payudara Rahim Sanglah
Denpasar
(2010 s.d
2018)
2. dst
3.
4.
PELATIHAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DAN KANKER LEHER RAHIM BAGI
PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS
Jumlah
No Sarana
1. Keran air mengalir 3 buah
2. Sabun untuk cuci tangan 3 botol
3. Handuk bersih 3 buah
4. Tempat tidur 3 buah
5. Meja gynecology 3 buah
6. Phanthoom payudara 3 buah
7. Lampu sorot 3 buah
8. Handschoen steril 3 pasang
9. Speculum berbagai ukuran 3 buah
10. Bak instrument steril 3 buah
11. Lidi kapas steril 3 buah
12. Larutan asam asetat 3-5% 3 botol
13. Larutan Iodine lugol 3 botol
14. Larutan desifektan 3 botol
15. Piala ginjal/ bengkok 3 buah
Catatan:
Alat dan bahan diatas disiapkan untuk jumlah peserta pelatihan 15 orang, jumlah alat
tersebut menyesuaikan dengan jumlah peserta (1;5)
Jumlah
No Prasarana
1. Gedung
2. Kelas
3. Ruang Laboratorium
4. Ruang Diskusi
I.PENDAHULUAN
Pelatihan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan pelatihan
yang berbasis kompetensi (based competency training). Pendekatan ini menfokuskan
pada pengetahuan, prilaku dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan suatu
tindakan.
II.TUJUAN
A. Tujuan Umum:
Peserta latih dapat melakukan konseling, pemeriksaan payudara, pemeriksaan
IVA, melakukan krioterapi (bagi dokter) dan melakukan tindak lanjut serta
rujukankepada klien.
B. Tujuan Khusus:
Setelah melakukan praktek klinik peserta latih dapat:
1. Menjelaskan kepada klien tentang pencegahan kanker leher rahim dan kanker
payudara
2. Menjelaskan kepada klien siapa yang perlu menjalani penapisan kanker payudara
dan kanker leher rahim melalui IVA test
3. Menjelaskan bagaimana krioterapi dapat mengobati lesi pra-kanker
4. Melakukan praktek pencegahan infeksi untuk melindungi ibu, dan petugas
kesehatan dalam pemeriksaan Sadanis maupun IVA
5. Melakukan pemeriksaan payudara
6. Melakukan pemeriksaan pelvis
7. Melakukan IVA test
8. Melakukan Krioterapi (bagi tenaga dokter) bila ada indikasi
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 32
9. Melakukan konseling setelah melakukan pemeriksaan payudara, IVA dan
pengobatan krioterapi
10. Melakukan tindaklanjut pengobatan dengan melakukan pelayanan dan
rujukan (bila perlu).
V. STRATEGI
1. Menentukan lokasi PKL: Puskesmas
2. Peserta menuju lokasi PKL
3. Menentukan sasaran (klien) yang akan dilakukan deteksi dini kanker payudara
dan kanker serviks
4. Peserta melakukan observasi, wawancara/konseling pelayanan/penapisan
deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
5. Melakukan pemeriksaan payudara, pemeriksaan panggul, test IVA
6. Melakukan tindakan krioterapi (bila diperlukan)
7. Melakukan tindak lanjut dan rujukan bila perlu
8. Memperhatikan upaya pencegahan infeksi dalam tindakan pelayanan klien
9. Mencatat hasil pelayanan
10. Melakukan diskusi kelompok basil kegiatan praktek klinik
11. Presentasi kelompok basil praktek klinik
VI. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam kegiatan praktek klinik adalah:
1. Melakukan observasi dan pelayanan langsung pada klien
2. Mencatat data klien
3. Mencatan dan menentukan basil pelayanan serta upaya tindak lanjut
NIP/NIK
KETERANGAN
NO DOKUMEN
(ADA/TIDAK)
1. Surat pengantar
2. Surat Keputusan panitia penyelenggara.
3. Sertifikat TOC
4. Surat Keputusan atau surat tugas pengendali pelatihan.
5. Sertifikat pelatihan pengendali pelatihan/CAWID/WI
Dasar
6. Kerangka acuan pelatihan.
7. Form evaluasi peserta (pre/ post test/ lembar soal ujian
komprehensif/ daftar tilik ujian kompetensi dll).
8. Form evaluasi pelatih.
9. Form evaluasi penyelenggaraan.
10. Jadual.
11. Komponen pelatih
12. Daftar sarana dan prasarana terkait pelatihan.
13. Lembar-lembar penugasan
14. Panduan praktik lapangan (jika ada).
15. Surat pengampuan.
KET (SESUAI/
NO KOMPONEN VARIABEL DATA DUKUNG CEK
TIDAK)
kesesuaian perbandingan
peserta dan instruktur)
3. Pelatih a. Kriteria pelatih Terdapatnya pelatih yang Komponen fasilitator Pelatih yang memiliki ≥ 70% = Sesuai
memiliki kemampuan kemampuan kediklatan < 70% = Tidak
kediklatan yaitu telah yaitu telah mengikuti
mengikuti pelatihan calon pelatihan
widyaiswara/Training of
Trainer (ToT)/Tenaga CAWID/TOT/TPPK/
Pelatih Program Kesehatan mempunyai pengalaman
(TPPK)/mempunyai melatih/mengajar
pengalaman
melatih/mengajar.
b. Profesionalisme Terdapatnya latar belakang Komponen fasilitator Kesesuaian latar ≥ 70% = Sesuai
pendidikan termasuk belakang pendidikan < 70% = Tidak
pendidikan/pelatihan termasuk
tambahan dan pengalaman pendidikan/pelatihan
dalam bidang tugasnya tambahan dan
terkait dengan materi yang pengalaman dalam
diajarkan. bidang tugasnya terkait
dengan materi yang
diajarkan.
4. Penyelenggara Penyelenggara Tersedianya tenaga yang Sertifikat pelatihan Cek sertifikat pelatihan
telah mengikutiTraining TOC TOC
Officer Course (TOC) serta Sertifikat pelatihan Cek sertifikat pelatihan
MoT
Pedoman Pelaksanaan Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan 37
KET (SESUAI/
NO KOMPONEN VARIABEL DATA DUKUNG CEK
TIDAK)
Kriteria penilaian:
Terakreditasi : Apabila seluruh variabel sudah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tidak terakreditasi : Apabila ada variabel yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.