Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN ABORTUS


IMMINENS DI RUANG AYUB I RS. ROEMANI SEMARANG

Disusun oleh :

ULIL ALBAB

G0A016024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIMUS SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "ASKEP DENGAN ABORTUS IMMINENS".
Adapun makalah "ASKEP DENGAN ABORTUS IMMINENS" ini telah
penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan
dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara
tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan
makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan dada penulis
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan
kritik dan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah
ini.
Penulis berharap semoga makalah "ASKEP DENGAN ABORTUS
IMMINENS" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam
makalah -kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Semarang,18 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................
B. Tujuan...................................................................................
C. Manfaat................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Definisi .................................................................................
B. Etiologi .................................................................................
C. Patofisiologi .........................................................................
D. Pengkajian fokus ..................................................................
E. Pathways keperawatan..........................................................
F. Diagnosa keperawatan..........................................................
G. Intervensi dan rasional.........................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian..........................................................................
B. Analisa Data......................................................................
C. Intervensi...........................................................................
D. Implementasi Dan Evaluasi...............................................

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................
B. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya
dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan
perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%.
Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila
mendapat pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena
tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan
melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%),
partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan
kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra
adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan
di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900
ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500
orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba
(2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada
kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan
kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia. Hasil survey
pendahuluan yang dilakuakan di RSUD ungaran 2015 didapatkan angka kejadian
abortus imminene sebanyak 155 kasus (63,3%).
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi
usia dan riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi
kejadian abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi
pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
menulis makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Ny. M
Umur 39 Tahun G3P2A0 Dengan Abortus Imminens di Rs. Roemani Semarang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil Ny. M
umur 39 tahun G3P2A0 dengan abortus imminens
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu
hamil Ny. M umur 39 tahun G3P2A0 dengan abortus imminens
b. Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnose keperawatan,
masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil Ny. M umur 39 tahun
G3P2A0 dengan abortus imminens
c. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada pada ibu hamil Ny. M umur
39 tahun G3P2A0 dengan abortus imminens
d. Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada ibu hamil Ny. M umur
39 tahun G3P2A0 dengan abortus imminens
e. Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada ibu hamil Ny. M umur 39
tahun G3P2A0 dengan abortus imminens
f. Melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu Ny. M umur 39
tahun G3P2A0 dengan abortus imminens sesuai perencanaan secara
efektif dana aman
g. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny. M umur 39
tahun G3P2A0 dengan abortus imminens
C. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam
praktek di lahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah
memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus imminens
b. Bagi Institusi
Menambah pustaka bagi kampus asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan abortus imminens.
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup
di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28
minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama
kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin
dalam rahim. Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal.
261). Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M,
1999). Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada
paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990).

B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian
mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan
dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan
pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis

C. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan


organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan.
Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang
ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii),
rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris,
sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.

Gambar 1. Organ Interna Wanita


1. Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut
melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi
menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu
estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang
kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih
memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam
kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak
menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti
menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah
satu ovarium secara bergantian.
Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen.
Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi
korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen
yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel.
Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel
baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.
2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum
berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium
bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk
bergerak menuju uterus.
3. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah
mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan
kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut
endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium
akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
4. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh
darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini
dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan.
Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran
kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi.
Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang
mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.
5. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak
pada bagian paling atas dari vulva.
6. Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan
ditumbuhi rambut

Gambar 2. Organ Eksterna Wanita


7. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium
mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora
menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi
vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan
lubang vagina di bagian bawah.
8. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap
rangsang karena banyak mengandung saraf (Bobak, 2000).

D. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang


setelah beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen.
Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri
pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah
yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa
berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis
yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri
yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri
memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita
yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti,
rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.
Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah
banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau
beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah
segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan.
Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau
pinggang mulanya belum ada atau ringan saja.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot Rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.
E. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian


diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

F. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis
abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin
terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau
rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi
lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah
keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih
bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks
membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri
atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan
hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan


kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini
terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

G. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomie, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.
Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena
infeksi berat (syok Endoseptik).

H. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan
hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
I. Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens terdiri atas:
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan
hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus
didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak
banyak manfaatnya.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
7. Bila perdarahan
a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
J. Pathway

Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Abortus Spontan
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat
kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang
meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan
muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan
dengan kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional
Tujuan
1. Nyeri akut berhubungan Pain Management Pain Management
dengan adanya kontraksi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk memberikan tindakan
uterus dalam kehamilan muda
komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang sesuai
Setelah dilakukan tindakan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
keperawatan selama 2 jam
dan faktor presipitasi,.
diharapkan nyeri akan
2. Kaji kontraksi uterus dan
berkurang
ketidaknyamanan (awitan, frekuensi,
NOC:
durasi, intensitas, dan gambaran
1. Pain level 2. Untuk mengetahui kemajuan
ketidaknyamanan)
2. Pain control persalinan dan ketidaknyamanan
3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi
3. Comfort level yang dirasakan ibu
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil:
4. Kontrol lingkungan yang dapat
1. Mampu mengontrol nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu
2. Menyatakan rasa nyaman
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
3. Mengungkapkan 3. Respon dari nyeri yang dirasakan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
penurunan nyeri ibu.
4. Menggunakan tehnik 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
yang tepat untuk keluhan dan tindakan penanganan nyeri 4. Dapat mengurangi faktor yang
mempertahankan kontrol yang tidak berhasil memperparah tingkat nyeri
nyeri.
Analgesic administration

1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,


dosis dan frekuensi
5. Membantu mengurangi nyeri
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat analgesik pada klien 6. Untuk diberikan tindakan
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan selanjutnya dalam mengatasi nyeri
sesudah diberikan analgesik yang tidak berhasil tersebut

Analgesic administration
1. Verifikasi dalam pemberian obat,
menghindari kesalahan dalam
pemberian obat
2. Menurunkan tingkat nyeri dengan
teknik farmakologi

Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi


peningkatan kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi dan takikardi
2. Kekurangan volume cairan NIC :
berhubungan dengan adanya Fluid Management 1.mengetahui keadaan umum pasien
pendarahan 1. Monitor vital sign 2.mengetahui perkembangan
NOC: Fluid Balance, 2. Monitor status hydrasi (kelembaban rehidrasi
Hydration, Intake membrane mukosa, nadi adekuat, 3. rehidrasi optimal evaluasi
Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika intervensi
selama 1x24 jam, masalah diperlukan
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor masukan makanan/ cairan dan 4.mengurangi risiko kekurangan
 Mempertahankan urin hitung intake kalori harian voume cairan semakin bertambah
output dalam batas normal 4. Kolaborasi pemberian cairan IV 5.mengurangi risiko kekurangan
sesuai dengan usia, dan 5. Dorong masukan oral voume cairan semakin bertambah
BB, 6. Berikan penggantian nasogastric sesuai 6.mengurangi risiko kekurangan
 TD, nadi, suhu tubuh output voume cairan semakin bertambah
dalam batas normal 7. Atur kemungkinan transfusi 7.mengurangi risiko kekurangan
 Tidak ada tanda dehidrasi 8. Persiapan untuk transfuse voume cairan semakin bertambah
 Elastisitas turgor kulit 8.mengurangi risiko kekurangan
baik. Membrane mukosa voume cairan semakin bertambah
lembab, tidak ada rasa Hypovolemia Management
haus tambahan. 1. Monitor intake dan output cairan 1. mengetahui perkembangan
2. Pelihara IV line rehidrasi
3. Monitor adanya kelebihan cairan 2. mencegah infeksi dan
4. Monitor BB mempertahankan input cairan
5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit yang adekuat
6. Pasang urin kateter jika diperlukan 3. mencegah masuknya cairan
7. Kolaborasikan pemberian diuretic sesuai berlebihan
interuksi 4. mengetahui BB dan
membandingkan BB pasien
sebelum dan sesudah diberikan
intervensi
5. memonitor status kebutuhan
cairan pasien
6. mengetahui jumlah output cairan
7. membantu mempermudah output
cairan, menjaga keseimbangan
cairan

3. Ansietas berhubungan dengan NIC:


kemungkinan akan Anxiety Reduction
kehilangan janin 9. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi 1. mengidentifikasi perhatian pada
NOC: kecemasan. bagian khusus dan menentukan
Anxiety self-control, anxiety 10. Berikan informasi tentang arah dan kemungkinan pilihan/
level, coping. penyimpangan genetic khusus, resiko intervensi.
Setelah dilakukan tindakan yang dalam reproduksi dan ketersediaan 2. dapat menghilangkan ansietas
keperawatan selama (1x30 tindakan/pilihan diagnosa berkenaan dengan ketidaktahuan
menit) Ansietas klien teratasi 11. Kembangkan sikap berbagi rasa secara dan membantu keluarga mengenai
dengan kriteria hasil : terus menerus. stress, membuat keputusan, dan
1. Klien mampu 12. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal beradaptasi secara positif terhadap
mengidentifikasi dan perubahan fisik/psikologis. pilihan.
mengungkapkan 3. kesempatan bagi klien untuk
gejala cemas mencari pemecahan situasi.
2. Mengidentifikasi, 4. dapat menghilangkan kecemasan/
mengungkapkan dan depresi pada pasangan.
menunjukkan tekhnik
untuk mengontrol
cemas
3. Vital sign dalam
batas normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko Infeksi f.r perdarahan, NIC:


dan kondisi vulva lembab 1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang 1. Perubahan yang terjadi pada
NOC: keluar ; jumlah, warna, dan bau dishart dikaji setiap saat dischart
1. Imune Status 2. Terangkan pada klien pentingnya keluar. Adanya warna yang lebih
2. Knowledge: Infection perawatan vulva selama masa gelap disertai bau tidak enak
Control perdarahan mungkin merupakan tanda infeksi
3. Risk Control 3. Lakukan perawatan vulva 2. Infeksi dapat timbul akibat
4. Amati luka dari tanda infeksi (flebitis) kurangnya kebersihan genital yang
Setelah dilakukan tindakan
5. Anjurkan pada ps untuk melaporkan lebih luar
keperawatan selama 4 jam
dan mengenali tanda-tanda infeksi 3. Inkubasi kuman pada area genital
diharapkan diharapkan tidak
6. Anjurkan pada suami untuk tidak yang relatif cepat dapat
terjadi infeksi
melakukan hubungan senggama menyebabkan infeksi.
Kriteria Hasil se;ama masa perdarahan 4. Daerah ini merupakan port de
entry kuman Penanda proses
1. Tidak ditemukan tanda-
infeksi
tanda adanya infeksi. Infection Control
2. Jumlah Leukosit dalam 1. monitor tanda dan gejala infeksi
batas normal 2. Pantau hasil laboratorium 5. Mencegah infeksi
3. Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi 6. Pengertian pada keluarga sangat
penting artinya untuk kebaikan ibu;
4. monitor Vital Sign
senggama dalam kondisi perdarahan
5. Kontrol infeksi
dapat memperburuk kondisi system
6. Ajarkan tehnik mencuci tangan
reproduksi ibu dan sekaligus
7. Ajarkan tanda-tanda infeksi meningkatkan resiko infeksi pada
8. Batasi pengunjung pasangan.

9. Cuci tangan sebelum dan sesudah


merawat ps
10. Tingkatkan masukan gizi yang cukup
11. Anjurkan istirahat cukup
12. Pastikan penanganan aseptic daerah 1. Proteksi diri dari infeksi
IV
13. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi

2. Mengetahui hasil laboratorium


status imunitas terhadap
kemungkinan infeksi

3. Mencegah infeksi sekunder

4. Mengetahui keadaan umum pasien

5. Meningkatkan daya tahan tubuh


6. Mencegah terjadinya perpindahan
infeksi

7. membantu proteksi infeksi

8. Mencegah terjadinya infeksi

9. Mencegah terjadinya infeksi

10. Meningkatkan asupan nutrisi


pasien agar meningkatkan status
imunisasi
11. Meningkatkan relaksasi
12. Mencegah terjadinya infeksi
melalui IV
13. Meningkatkan pengetahuan pasien
terhadap risiko infeksi

4. Defisiensi pengetahuan sebab NIC: teaching disease process 1. Untuk mengetahui pengetahuan
– sebab terjadinya keguguran pasien tentang penyakitnya
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
berhubungan dengan kurang 2. Agar pasien mengetahui sebab
2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab
informasi. adanya gangguan dari kehamilan
dari gangguan kehamilan, misalnya
Setelah di berikan asuhan 3. Untuk mengetahui perkembangan
adanya penyakit ibu, kelainan traktur
keperawatan selama 1×1 jam kehamilan pasien
genitalis, trauma, gizi
diharapkan terjadi
3. Anjurkan untuk memeriksakan
peningkatan pengetahuan
kehamilan secara teratur
pasien dan keluarga dengan
kriteria hasil :

Knowledge : disease process,


health behavior

1. Pasien/Keluarga
dapat menyebutkan
penyebab abortus
2. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali tanda gejala
abortus
3. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali efek samping
abortus
4. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali penanganan
terhadap efek
samping yang timbul
akibat abortus
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GINEKOLOGI

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 39 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Jawa / Indonesia
8) Alamat : Semarang
9) Diagnose medis : Abortus Imminens
10) Tanggal dan jam masuk : 09-12-2018, jam 06:30 WIB
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. H
2) Umur : 45 tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Jawa/ Indonesia
8) Hubungan dengan klien : Suami
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.
Alasan masuk rumah sakit : Klien mengeluh keluar darah bercak-bercak dari
jalan lahir setelah melakukan aktifitas , berwarna merah jambu, selain itu klien
mengeluh nafsu kan berkurang merasa lemas dan pusing , kadang merasa mual
dan mntah dan nyeri di bagian bawah perut ,kemudian jam 18:30 sampai di
bawa ke RS Romani jam 18:45 ditangani di IGD.
3. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah dialami : Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit
tyfus dan anemia,
Kecelakaan :Klien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan yang
serius hingga di bawa dan di rawat di RS
Pernah dirawat : Klien mengatakan pernah di rawat di RS waktu melahirkan
anak yang pertama dan kedua
Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, namun ada
alergi terhadap makanan, seperti teri dan sejenis ikan laut
Imunisasi : Klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap (TT 1, TT 2)
4. Riwayat obstetrik masa lalu
Riwayat obstetrik masa lalu G3P2A0
Jumlah Gangguan Proses Tempat Masalah Masalah Masalah Keadaan
Umur
anak kehamilan persalinan persalinan persalinan nifas/ laktasi bayi anak
1 Mual – mual Normal 4 tahun RS Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
selama 3 bulan Romani masalah masalah ada
masalah
2 Nafsu makan Normal 2 tahun RS Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
berkurang Romani masalah masalah ada
masalah
3 Hamil ini Abortus 12 RS - - - -
imminens minggu Romani

5. Keluarga berencana
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan KB
6. Genogram
a) Susunan keluarga

Keterangan :
: Laki - Laki

: Perempuan

: Risiko Keguguran/abortus
b) Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : Klien mengatakan dalam
anggota keluarganya tidak yang menderita penyakit hipertensi, tyfus, anemia
berat.
c) Penyakit yang sedang diderita keluarga : Klien mengatakan keluarganya
dalam kondisi yang sehat.
7. Riwayat kesehatan lingkungan
Kebersihan rumah dan lingkungan : Klien mengatakan selalu menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya. Untuk pencahayaan rumah cukup,
fentilasi rumah juga cukup.

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Persepsi klien tentang kesehatan diri : Klien mengatakan kesehatan sangat
penting bagi dirinya, karena apabila sakit klien tidak dapat beraktifitas
dengan maksimal.
b) Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya : Klien
mengatakan kurang paham kenapa kehamilannya saat ini keguguran, klien
berfikir ini merupakan cobaan dari Allah Swt yang menguji kesabaran dan
keihklasan klien.
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan : Klien
mengatakan ingin selalu menjaga kesehatannya dengan mengatur pola makan
dengan menu sehat menurut klien.
d) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan : Klien mengatakan saat
sakit klien hanya membeli obat-obatan dari warung, kadang di perikasakan di
puskesmas terdekat.
e) Faktor sosio ekonomi : Klien mengatakan penghasilan suaminya dapat
mencukupi kebutuhan dalam kesehariannya.
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Pola makan :
Sebelum sakit : KLien makan 3x sehari, dengan porsi (nasi, lauk, dan sayur)
Selama sakit : Klien makan 3 x sehari menu dari rumah sakit dan hanya
menghabiskan 2-3 sendok.
b) Pola minum :
Sebelum sakit : Klien minum ± 1500cc dalam sehari, air putih terkadang the
hangat.
Selama sakit : Klien minum ± 1-2 gelas dalam sehari yang jenisnya air putih,
dan teh.
3. Pala eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit : Klien BAB 1x/sehari, berwarna kuning, konsistensi lembek
Selama sakit : Klien mengatakan selama di rawat belum BAB dalam 1 hari
b) Eliminasi BAK
Sebelum sakit : Klien BAK 3-4x/hari
Selama sakit : Klien BAK 1-2x/hari
4. Pola aktifitas dan latihan
Pekerjaan klien hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya beraktifitas
dilingkungan rumah dan dalam rumah seperti masak, mencuci baju, bersih-besih
rumah dan disekitar lingkungan.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien istirahat tidur ± 7-8 jam pada malam hari, 2-3 jam pada
siang hari.
Selama sakit : Klien istirahat tidur ± 5-6 jam pada malam hari, 1-2 jam pada
siang hari.
6. Pola kognitif perceptual sensori
Penglihatan, pendengaran, dan kemampuan klien masih dalam batas normal.
Kemampuan. Klien merasa lemas dan nyeri sedang didareh uterus
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin segera sembuh dari sakitnya, Klien berharap untuk hamil yang
berikutnya tidak akan mengalami hal lagi seperti saat ini.
8. Pola mekanisme koping
Klien selalu meminta pendapat dari suami apabila ada masalah baik dalam
keluarga maupun di luar keluarga (masyarakat). Apabila ada masalah klien
selalu berusaha menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, sabar dan
berusaha untuk ikhlas. Klien berharap selama di rawat di RS Roemani ini dapat
secepatnya sembuh.
9. Pola seksual-Reproduksi
Klien seorang perempuan dan mengerti tentang fungsi seksualnya
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Klien mampu berkomunikasi dan bersosialisai dengan warga setempat ataupun
orang lain, klien dapat berkomunikasi dengan baik tidakada masalah dalam
dalam peran kesehariannya di masyarakat sekitarnya
11. Pola Nilai Kepercayaan
Klien menjalankan ibadah sebagai umat muslim seperti solat 5 waktu walaupun
kadang ada solat solat yang tertinggal dank lien slalu berdoa kepada yang maha
pencipta untuk selalu diberi kesehatan jasmani maupun rohani, klien percaya
yang memberi sehat dan sakit adalah Allah SWT.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : Lemah, dan agak pucat
3. Vital sign : TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, RR : 18 x/menit, t: 37,0’ C.
4. Kepala : bentuk mesosecphal, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe
dan tidak rontok.
5. Mata : penglihatan normal, ukuran pupil 2mm, reflek cahaya baik, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik.
6. Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada nafas
cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga : bentuk simetris, pendengaran masih normal, tidak ada serumen
8. Mulut dan Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan dan tidak mengalami
gangguan bicara, gigi warna putih tidak terpasang gigi palsu, tidak ada karies
gigi, membran mukosa kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : sedikit buncit
Auskultrasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : nyeri tekan di mons pubis
11. Genetalia : terdapat perdarahan
12. Ekstremitas atas dan bawah
tidak ada oedem. Capillary revil kurang dari 2 detik. Tangan kiri terpasang
infuse RL 20 tpm.
13. Kulit
warna sawo matang, kelembaban kulit kering, turgor kulit jelek ,kebersihan
terjaga.
14. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 09/12/18
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 7,63 10’3/UL 3,6-11
Hemoglobin 10,80 g/dl 11,7-15,5
Trombosit 217 10’3/UL 150-440
Hematokrit 47 % 33-45

Glukosa Sewaktu
- 88 mg/dl < 125

Sero-Imun
- HBsAg Non reaktif (-)

Terapy

Infuse RL 20 tpm
histolam 2x1 tablet
asam folat 2x 600 mikro gram
premaston 2x 5mg

B. ANALISA DATA
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
11/12/18 DS : klien mengatakan nyeri pada bagaian bawah perut Nyeri berhubungan dengan
P : Saat gerak kontraksi uterus
Q : Seperti di remes - remes
R : Bagian bawah perut
S : 5 (sedang)
T : kurang lebih 5 menit
DO : klien tampak meringis menahan nyeri
11/12/18 DS : klien mengatakan keluar darah dari jalan rahim Kekurangan volume cairan
klien mengatakan sering haus berhubungan dengan
kehilangan cairan
DO : Klien tampak lemah dan agak pucat, turgor kulit (perdarahan)
jelek, kelembaban kulit kering, mukosa bibir kering,
TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, t: 37,0’ C.
± 15 cc
11/12/18 DS : klien mengatakan lemas dan cepat lelah saat Intoleransi aktifitas
beraktifitas berhubungan dengan
kelemahan umum
DO : pasien tampak menahan kesakitan, terpasang infus
RL 20 tpm TD: 100/70 mmHg, RR : 16x/mnt

C. INTERVENSI
No/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
11/12/18 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Kaji nyeri
dengan kontraksi uterus tindakan keperawatan -Ciptakan lingkungan nyaman
selama 3x24 jam di -Ajarkan tehnik distraksi dan
harapakan dengan kh; relaksasi
-klien dapat berkurang -Kolaborasi dengan tim medis
nyerimya
11/12/18 Kekurangan volume Setelah dilakukan -Kaji K.U dan TTV
cairan berhubungan tindakan keperawatan -Kaji perdarahan
dengan kehilangan selama 3x24 jam -Anjurkan klien untuk banyak
cairan (perdarahan) volume cairan klien minum
terpenuhi -Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
11/12/18 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan -Anjurkan klien untuk tirah
berhubungan dengan tindakan keperawatan baring
kelemahan umum selama 3x24 jam klien -Bantu klien dalam beraktifitas
dapat beraktifitas -Identifikasi aktifitas yang
seperti semula dengan masih dapat dilakukan klien
kh ;
- klien dapat
melakukan aktifitas
secara mandiri
-tidak ada kelelahan
- HR dalam batasan
normal80-100 x/menit

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No.DX Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Ttd

1 Selasa  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya ulil


11/12/18  Mengkaji pendarahannya terasa lemas dan keluar darah
Jam 19:00  Menganjurkan klien dari jalan rahim cukup banyak
untuk banyak minum O : Klien tampak lemah dan
S; klien mengatakan agak pucat TD : 110/70,
badannya lemas N:80x/mnt, RR:16x/mnt, S:37,0
O; klien tampak lemas c,
Perdarahan 15 cc
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Selasa  Mengkaji nyeri S : Klien mengatakan nyeri ulil
11/12/18 S; klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
Jam 20:30 di bagian bawah perut P : Saat gerak
0; klien tampak meringis Q : seperti di remas - remas
kesakitan R : Bagian bawah perut
 Menganjurkan klien untuk S : 5 (sedang)
istirahat total T : kurang lebih 5 menit
 Mengajarkan klien untuk Klien mau melakukan nafas
relaksasi dalam
S; klien mengatakan Klien mengatakan masih belum
paham apa yang telah di bisa beraktifitas secara madiri.
ajarkan perawat O : klien masih tampak
O; klien paham dan mau meringis kesakitan dan lemah
melakukanya mandiri Klien tampak rilek
 Mengidentifikasi aktifitas A : masalah terasa sebagian
klien yang masih bisa P : lanjutkan intervensi
dilakukan

1 Rabu  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya ulil


12/12/18 S: pasien mengatakan terasa sudah tidak lemas dan
Jam 08:10 agak membaik keluar darah dari jalan rahim
O; klien tampak sudah sudah berkurang
tidak lemas O : Klien tampak sudah tidak
Ttv; TD; 110/80 , pucat , TD : 110/80, N:80x/mnt,
N:80x/mnt, RR:20x/mnt, RR:20x/mnt, S:36’c,
S:36’c, Perdarahan 10 cc
Perdarahan 15 cc Aktifitas klien sudah mulai
mandiri.
 Mengkaji pendarahannya A : masalah teratasi sebagian
 Menganjurkan klien P : lanjutkan intervensi
untuk tirah baring
S; klien mengatakan
bersedia untuk di lakukan
tirah baring
O; klian tampak nyaman

3 Rabu  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya ulil


12/12/18  Mengkaji pendarahannya terasa sudah tidak lemas dan
Jam 10:00 keluar darah dari jalan rahim
sedikit (flek-flek)
O : Klien tampak sudah tidak
pucat , TD : 120/80, N:84x/mnt,
RR:20x/mnt, S:36’c,
A : masalah teratasi
P :Optimalkan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan urain pembahasan asuhan keperawatan pada ibu hamil Ny. M umur
39 tahun dengan abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen asuhan keperawatan yang diberikan di Rs. Roemani Semarang telah
dilakukan dengan baik dan tepat
2. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M telah sesuai dengan kebutuhan
3. Adanya kesenjangan teori dan praktik dalam memberikan terapi obat yang
diberikan oleh dokter

B. Saran
1. Pasien
Mengatahui tanda dan bahaya abortus imminens dan mengurangi aktivitas
sehari-hari apabila terdapat tanda dan gejala abortus imminens
2. Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya abortus imminens
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


2. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
4. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis
kontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of
medical care in diabetes. Diabetes Care 2011: 34(1); S11-61.
8. American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S685-S705.
9. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S829-S861.

Anda mungkin juga menyukai