Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Dengan Jenis Abortus

Di Ruang PONEK

RST. Ciremai

Nama : EKSA VIKA SUHERMAN

(CKR0180201)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

(2020)
A. KONSEP PENYAKIT
I. DEFINISI PENYAKIT
Abortus atau keguguran adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002 dalam Mitayani, 2009).
Macam-macam aborsi :
1. Aborsi imminens
Memiliki nama lain threatened abortion atau abortus mengancam yang
merupakan proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan perdarahan
per vaginam sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih
baik intrautrin. Diagnosis ini dapat ditegakkan jika terjadi perdarahan wanita hamil
kurang dari 20 minggu, kadang disertai rasa mules, uterus membesar sebagaimana
usia kehamilan, serviks tidak membuka dan tes kehamilan menunjukkan hasil
positif. Ibu hanya mengeluarkan sedikit darah per vaginam dan dapat berlanjut
selama beberapa hari atau berulang. Jika terjadi abortus ini masih dapat
kemungkinan untuk janin dipertahankan. Jika dilakukan pemeriksaan
menggunakan USG maka dapat menunjukkan hasil buah kehamilan masih utuh
dan baik, ada tanda kehidupan janin, meragukan, dan buah kehamilan tidak baik
atau janin mati.
2. Abortus incipiens
Memiliki nama lain inevitable abortion atau abortus sedang mengancam
yang merupakan proses abortus yang sedang berlangsung dan tidak lagi dapat
dicegah yang ditandai dengan terbukanya ostium uteri eksternum selain adanya
perdarahan. Ditegakkan apabila dijumpai ostium dalam keadaan terbuka dengan
hasil konsepsi masih terdapat dalam uterus. Darah keluar banyak dan kadang
bergumpal-gumpal, nyeri dan kontraksi kuat, terdapat dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan meraba. Ibu dapat meninggal akibat perdarahan dan
sisa bayi atau placenta dapat menyebabkan infeksi sehingga kontra indikasi dari
keadaan ini adalah mempertahankan kehamilan..
3. Abortus inkompletus
Merupakan proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar
melalui jalan lahir. Ostium uteri aksternum dijumpai terbuka, dan kadang-kadang
teraba adanya jaringan atau bahkan kadang menonjol di ostium.

4. Abortus kompletus
Merupakan proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar
melalui jalan lahir.
5. Missed abortion
Merupakan berakhirnya suatu proses kehamilan sebelum 20 minggu,
namun keseluruhan hasil konsepsi itu tertahan dalam uterus selama 6 minggu atau
lebih. Ditandai dengan pengecilan ukuran uterus hamil, oleh karena itu sering kali
diagnosis ditegakkan setelah melalui beberapa kali pemeriksaan serial. Biasanya
abortus ini didahului dengan abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau setelah diobati.
6. Abortus habitualis
Merupakan abortus yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut
dengan berbagai sebab.
7. Abortus infeksius
Suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi baik yang
diperoleh dari luar rs maupun yang terjadi setelah tindakan di rs. Diagnosa ini
ditegakkan apabila telah ada tanda-tanda infeksi yakni kenaikan di mana suhu
tubuh > 38o C, kenaikan angka leukosit (WBC) dan discharge berbau per vaginum.
8. Septic abortion
Merupakan suatu komplikasi yang lebih jauh daripada abortus infeksius, di
mana pasien telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Ditegakkan
apabila ditandai dengan tanda-tanda sepsis seperti nadi cepat dan lemah, syok dan
penurunan kesadaran.
Klasifikasi abortus berdasarkan penyebabnya :
1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis.
2. Abortus buatan atau abortus provocatus
- Abortus therapeutics merupakan indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya ibu memiliki penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma
serviks yang jika dilanjutkan kehamilannya maka akan dapat mengancam
nyawa ibu dan bayi. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang tersiri dari
dokter, ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.
- Abortus provocatus criminalis dimana terjadi pengguguran kandungan yang
disengaja tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang
dan dilarang oleh hukum untuk dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan
pada proses aborsi ini yaitu :
 Manual vakum dimana dilakukan bedah aborsi di awal kehamilan
hingga usia 7 minggu setelah periode menstruasi terakhir. Prosedur ini
menggunakan tabung yang tipis dan panjang yang dimasukkan ke
dalam rahim dan jarum suntik yang melekat pada tabung akan
menyedot embrio keluar.
 Metode kuret metode ini paling umum dilakukan biasanya untuk usia
6-14 minggu karena bayi sudah lebih besar, maka dokter harus
melakukan peregangan pada leher rahim dengan menggunakan batang
besi. Setelah leher rahim terbuka dokter memasukkan tabung plastik
keras ke dalam rahim yang dihubungkan dengan mesin penghisap,
kemudian dokter akan melakukan pembersihan sisa janin dengan pisau
yang berbentuk bulat untuk membersihkan sisa janin yang ada di
dalam.
 Aborsi menggunakan pil aborsi ini dilakukan dengan cara ibu
meminum pil atau obat yang berguna untuk membunuh embrio dan
mengeluarkannya dari dalam rahim. Biasanya dilakukan saat usia
kehamilan 4-7 minggu. Obat ini tidak dapat bekerja pada kehamilan
ektopik.
 Pelebaran dan evakuasi dilakukan saat memasuki usia trimester ke dua
kehamilan, dalam proses ini leher rahim akan dibuka lebih lebar setelah
terbuka maka dokter akan mengeluarkan janin dengan menggunakan
forsep atau tang dan tengkorak janin akan dilumatkan untuk
mempermudahproses.

II. ETIOLOGI

Penyebab abortus dapat merupakan gabungan dari beberapa faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Abortus pada umumnya disahului oleh kematian janin. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :

1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama yakni :
- Kelainan telur dimana telur yang dibuahi ternyata kosong, kerusakan embrio,
atau kelainan kromosom (monosomi, trisomo, atau poliploidi).
- Embrio dengan kelainan lokal
- Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).

2. Faktor maternal
- Infeksi-infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.
Tidak diketahui penyebab kematian bayi secara pasti, apakah janin yang
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebab.
Beberapa organisme yang dapat menyebabkan keguguran diantaranya adalah
virus (Rubella, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Varicella zoster,
Vacinia, Campak, Hepatitis, Polio, Ensefalomielitis), bakteri (Salmonella
typhi), dan parasit (Toxoplasma gondii, Plasmodium).
- Penyakit vaskular misalnya hipertensi vaskuler.
- Kelainan endokrin abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron
tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
- Faktor imunologis dimana terdapat ketidak cocokan (inkompabilita sistem
HLA (Human Leukocyte Antigent).
- Trauma kasus ini jarang terjadi, jika terjadi biasanya karena jatuh, dan adanya
pembedahan pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
graviditatum sebelum minggu ke 8 atau pembedahan intraabnormal dan
operasi pada uterus pada saat hamil.
- Kelainan uterus seperti hipoplasia uterus, mioma terutama mioma sub mukosa,
serviks inkompelen, atau retrofixcio uteri gravisi incarcerata
- Faktor psikosomatik dimana hal yang mempengaruhi psikomatik belum jelas.

3. Faktor Eksternal
- Radiasi
- Obat-obatan seperti antagonis asam folat dan antikoagulan. Ibu hamil
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu
kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin.
- Bahan-bahan kimia lain yang mengandung arsen dan benzen.

III. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada wanita hamil yang mengalami abortus adalah :


1. Adanya terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu
2. Keluarnya darah per vaginam baik darah banyak maupun sedikit dan dapat
pula disertai jaringan
3. Terasa nyeri atau kram pada perut atau punggung seperti pada saat menstruasi
terutama pada daerah suprasimfisis.
4. Saat dilakukan pemeriksaan ginekologi hasilnya menunjukkan
- Saat inspeksi vulva terdapat perdarahan pervaginam
- Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup.
- Dilakukan pencolokan pada vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak adanya jaringan dalam kavum uteri.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminens
- Jika kehamilan utuh dan ada tanda kehidupan janin, maka istirahat
selama 3x24 jam dan diberikan preparat progesteron bila perlu.
- Istirahat baring guna meningkatkan aliran darah ke uterus dan
mengurangi rangsang mekanis.
- Fenobarbital 3 x 30 mg untuk menenangkan penderita.
- Melakukan diet tinggi protein dan vitamin c.
- Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
-
2. Abortus incipiens
Dilakukan evakuasi atau pembersihan vakum uteri (DK atau suction
curretage) sesegera mungkin (DK= dilatasi dan Kuretase) dan antibiotik
selama 3 hari.
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu yang disertai perdarahan dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau hanya abortus.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu maka berikan infus oksitoksin 10ui
dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.
- Bila perdarahan tidak banyak tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam.
- Bila janin sudah keluar namun plasenta masih maka lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus inkompletus
Abortus ini ditangani dengan cara yang hampir sama dengan abortus
insipiens kecuali jika pasien dalam keadaan syok karena perdarahan
banyak, maka harus dilakukan resusitasi cairan bahkan dilakukan tranfusi
jika diperlukan untuk mengatasi syoknya. DK atau suction curretage dapat
dilakukan setelah syok teratasi. Dan suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuskular. Lakukan evakuasi digital, kurelasi, uterotonik, dan
antibiotik selama 3 hari. Jika masih terdapat plasenta pada ibu maka
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
4. Abortus kompletus
Pada abortus ini tidak memerlukan tindakan DK, namun mungkin
memerlukan tranfusi dan pengobatan suportif lainnya untuk animia. Jika
pasien dalam keadaan baik, maka berikan ergonometrin 3x1 tablet selama 3
sampai 5 hari. Anjurkan klien diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
Dengan kadar fibrinogen normal maka dapat dilakukan DK, dan perbaikan
keadaan umum tetapi jika sadar fibrinogen rendah maka perlu diberikan
dulu fibrinogen atau darah segar. Jika kehamilan kurang dari 12 minggu
maka lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaris selama 12 jam
lalu lakukan dilatasi serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam, lalu
lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Jika kehamilan lebih dari
12 minggu maka berikan dietilstibestol 3 x 5 mg, infuse oksitoksin 10 iu
dalam dekstrose 5 % sebanyak 500 ml mulai dari 20 tpmdan naikkan dosis
saznpai 2 hari di bawah pusat. Keluarkan konsepsi dengan menyuntik
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus infeksius
Sebaiknya tidak langsung dilakukan evakuasi namun diberikan payung
biotika terlebih dahulu minimal 48 jam dan kemudian baru dilakukan
evaluasi. Jika tidak diberikan payung antibiotika, tindakan kuretase justru
akan menyebabkan sepsis. Lakukan penanggulangan infeksi, tingkatkan
volume cairan jika perlu lakukan tranfusi. Dalam 24 jam - 48 jam setelah
perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan dan
sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

V. KOMPLIKASI

Komplikasi utama pada ibu abortus adalah hemorargi, syok, gagal ginjal,
infeksi bahkan terkadang hingga terjadi sepsis.
1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila
infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi
berat (syok endoseptik).
5. Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang
sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi
infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif,
maka gagal 20 ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun
rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan
metabolik menjadi berat (Cunningham, 2005).

VI. DIAGNOSA BANDING

1. Kehamilan ektopik
2. Hipermenore
3. Mola hidatidosa
4. Mioma uteri bertangkai

B. PENGKAJIAN

I. WAWANCARA
Wawancara adalah menyatakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasanya juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.

Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, Selain itu wawancara juga berhubungan untuk
membatu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah
dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menemukan investigasi lebih
lanjut selama tahap pengkajian. Wawancara yang dilakukan harus terstuktur dan juga
real.

Wawancara meliputi :
1) Identitas pasien
Perawat perlu mengetahui nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, atau kepercayaan, suku bangsa, Bahasa yang dipakai, status
Pendidikan, dan pekerjaan pasien.

2) Keluhan utama
Faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke
rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan yang di derita saat ini. Perlu juga ditayakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
4) Riwayat kesehatan masalalu
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyebab dari
kesehatan terdahulu.

II. PEMERIKSAAN FISIK

 Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
 Hal yang diinspeksi antara lain :
 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
 Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
 Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

 Pemeriksaan laboratorium :
 Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
 Data lain-lain :
 Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.
 Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi
dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
 Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Test kehamilan positif jika janin masih hidup dan negative bila janin sudah
mati
2. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematocrit, menghitung trombosit
4. Kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
 Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
 Adakah disertai bekuan darah
 Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
 Adakah tercium bau busuk dari vulva

b. Pemeriksaan dalam speculum


 Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
 Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
 Apakah tampak jaringan keluar ostium
 Adakah cairan / jaringan yang berbau busuk dari ostium

c. Pemeriksaan dalam / Colok vagina


 Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
 Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
 Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
 Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
 Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
 Adakah terasa tumor atau tidak
 Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, M. Chrisdiono. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta
dilihat pada hari Selasa, 10 Maret 2015 pada pukul 15.00 WIB di
https://books.google.co.id/books?
id=PVJ6pCnlsSEC&pg=PA26&dq=abortus+adalah&hl=id&sa=X&ei=daX-
VIbKMYfkuQT974L4Dg&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=abortus
%20adalah&f=false
Cunningham, F.Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams. EGC : Jakarta
Hanafiah, Jusuf, dkk. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Ed.4. EGC : Jakarta
Prawiroharo. 1999. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri operatif , Obstetri Sosial Ed.2. EGC : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Ed.2.
EGC : Jakarta dilihat pada hari Selasa, 10 Maret 2015 pada pukul 15.15 WIB di
https://books.google.co.id/books?
id=5SXtVDOPciIC&pg=PA2&dq=abortus+adalah&hl=id&sa=X&ei=daXVIbKMYJf
kuQT974L4Dg&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=abortus%20adalah&f=false
Wheeler, Linda . 2003. Buku Saku Keperawatan Prenatal & Pasca Partum. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai