Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Dengan Jenis Penyakit Stroke

Di Ruang Kencana

Rumah Sakit Tentara Ciremai

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(2020)
A. KONSEP PENYAKIT

I. DEFINISI PENYAKIT

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan ditangani


secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke merupakan adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,
2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002)

II. ETIOLOGI

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragik. (Sudoyo
Aru,dkk 2009).

a. Stroke Iskemik
(non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkanaliran
darah ke otak sebagian atau keselurahan terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik : tertutupnya pembuluh darah artei oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik : berkerangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.

b. Stroke Hemoragik
Adalah yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus
stroke hemoragik terjadi pda penderita hipertensi.
Stroke hemaragik ada 2 jenis yaitu :
1. Hemoragik Intraserebral : Pendarahan yang terjadi di dalam jaringan otak
2. Hemoragik Subaraknoid : Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupu otak).
3. Infrak yang berdarah
4. Sindroma kematian batang otak
Hemoragik dapat terjadi diluar durameter (hemoragi ekstra dural atau epidural)
dibawah durameter (hemoragi subdural), diruang sub arachnoid (hemoragi sub
arachnoid atau dalam subtansial otak (hemoragi intra serebral) (Price, 2005).

III. MANIFESTASI KLINIS

Stoke menyebabkan deficit neurologic, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perkusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gelaja sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.
2. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparase atau hemiplegia)
3. Tonus otot lemah dan kaku
4. Menurun atau hilang rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancer atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

IV. PENATALAKSANAAN

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan


tindakan sebagai berikut :
1. Mempertahankan saluran nafas yang patet yaitu lakukakan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusa menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
- Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverine intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghabat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti agregasi thrombosis dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya /
memberatnya thrombosis atau emboli di tempat lain di system kardiovaskuler.
- Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

V. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi


ini dapat dikelompokan berdasarkan :
1. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan,konstipasi dan thrombophlebitis.
2. Berhubungan dengan paralis  nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsy dan sakit kepala
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernafasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

VI. DIAGNOSA BANDING

Stroke Hemoragik

B. PENGKAJIAN

I. WAWANCARA

Wawancara adalah menyatakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan


masalah yang dihadapi oleh klien, biasanya juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, Selain itu wawancara juga berhubungan untuk
membatu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi
masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menemukan
investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian. Wawancara yang dilakukan
harus terstuktur dan juga real.

Wawancara meliputi :

1) Identitas pasien

Perawat perlu mengetahui nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,


agama, atau kepercayaan, suku bangsa, Bahasa yang dipakai, status
Pendidikan, dan pekerjaan pasien.

2) Keluhan utama

Faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke


rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan saat ini

Riwayat kesehatan yang di derita saat ini. Perlu juga ditayakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

4) Riwayat kesehatan masalalu

Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyebab dari


kesehatan terdahulu.

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala dan Leher


- Bentuk
- Rambut
- Mata
- Telinga
- Hidung
- Mulut
- Leher
2. Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
3. Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
4. Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
- Perkusi
5. Ekstremitas atas dan Ekstremitas bawah
6. Tanda-tanda Vital
7. Sistem persyarafan
1) Fungsi serebral
2) Pemeriksaan saraf kranial
- Nervus I (Olfactorius)
- Nervus II (Optikus)
- Nervus III (Okulomotorius)
- Nervus IV ( Trochlearis)
- Nervus V ( Trigeminus)
- Nervus VI (Abducen)
- Nervus VII (Fasialis)
- Nervus VIII (Vestibulochoclearis)
- Nervus IX (Glossopharyngeus)
- Nervus X (Vagus)
- Vervus XI ( Accesorius)
- Nervus XII (Hypoglasus)

3) Pemeriksaan Sistem Motorik


4) Pemeriksaan Refleks

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke secara spesifik pendarahan atau obstruksi
arteri.

2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)


Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum Nampak oleh
pemindaian CT)

3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia dan posisinya
secara pasti.

4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)


Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya pendarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infrak akibat dari hemoragik

5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infrak sehingga menurunya impuls listrik dalam
jaringan otak.

6. Pemeriksaan laboratium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
pendarahan yang massif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
IV. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


Data Subjektif : Stroke infrak Gangguan perkusi jaringan
- Mengalami serebral
penurunan ↓
tingkat
kesadaran Proses metabolism dalam otak
- Menunjukan terganggu
disfungsi
otonom tubuh ↓
- Mengalami
aktivitas kejang Penurunan suplai darah dan O2
- Mengalami sakit ke otak menurun
kepala
- Mengalami ↓
perbedaan pupil
dan reaktif Gangguan perkusi jaringan
- Gangguanrefleks serebral
neurologis
- Muntah

Data Objektif :
- Suhu kulit :
ekstremitas
dingin
- Tampak sianosis
- Pucat saat
elevasi, warna
tidak kembali
setelah
menurunkan
tungkai
- Nadi arteri
menghilang
- Terdapat lanugo:
jaringan parut
bundar ditutupi
dengan kulit
yang mengalami
atrofi
- Klaudikasi
- Perubahan
tekanan darah di
ekstremitas
- Penyembuhan
luka lambat
- Perubahan
fungsi motoric
- Waktu pengisian
kapiler >3 detik
C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Gangguan perkusi jaringan serebral b/d suplai darah kejaringan serebral tidaak
adekuat
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
3. Defisit perawatan diri b/d imobilitas fisik

D. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI


KEPERAWATAN

1 Ketidak efektifan perkusi Tupen : setelah 1. Monitor 1. Mengetahui


jaringan serebral b.d otak dilakukan tekanan keadaaan umum
terlambat keperawatan perkusi pasien
selama 3 x serebral 2. TTV dalam
24jam, 2. Catat respon batas normal
diharapkan pasien stimuli menunjukan
suplai aliran 3. Monitor perbaikan
darah keotak tekanan kondisi
lancar intracranial 3. Mengurangi
pasien dan terjadi PTIK
respon
neurology
terhadap
aktivitas

E. Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007 Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Santosa, Budi. 2007. Paduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai