Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRIK (ELS2102)


PERCOBAAN 5. RANGKAIAN AC

Jose M. Lumbantobing (14S18023) – S1 Teknik Elektro


Asisten Praktikum : Febrian Sidabutar
Tanggal Praktikum : 29 November 2019
14S2102 – Praktikum Rangkaian Elektrik
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi Del

Abstrak
Pada percobaan kali ini kita akan membahas tentang rangkaian AC , diman rangkaian ini sangat sering kita jumpai. Pada percobaan
ini kita akan memahami tentang konsep impedansi dalam arti fisik, serta memahami hubungan antara impedansi resistansi dan
reaktansi pada rangkaian seri RC dan RL.Kita juga akan melihat hubungian tegangan dan arus pada rangkaian seri RC dan RL
yang akan terlihat jelas pada percobaan yang akan kita buat pada rangkaian AC ini. Kita juga akan menghitung pada fasa tegangan
dan arus pada rangkaian seri RC dan R, serta kita juga akan memahami ―response‖ terhadap frekuensi pada rangkaian seri RC
dan RL. Kita akan melakukan beberapa percobaan yaitu, rangkaian RC untuk mencari beda fasa dengan bantuan osiloskop,
percobaan rangkaian RL untuk mencari beda fasa tegangan dengan osiloskop, percobaan rangkaian diferensiator untuk mengukur
bentuk gelombang output, percobaan rangkaian integrator untuk mengukur dan mengamati bentuk gelombang yang terjadi, serta
pengaruh frekuensi pada domain frekuensi. Sehingga pada praktikum ini banyak enggunakan metode mathematic yang akan
digunakan untuk membandingkan nilai yang kita dapat pada multi meter dan yang kita dapat secara manual.

Key Words—RC, RL, Diferensiator, Integrator, response,


Tegangan dan Arus

I. PENDAHULUAN1 II. TINJAUAN PUSTAKA


Pada saat ini kita sudah tahu tentang perkembangan alat – Pada prosedur percobaan ini kita akan memberikan
alat praktikum yang semakin banyak. Pada praktikum kali ini cara— cara dalam praktikun kami agar bisa menghasilkan
saya akan membuat tentang rangkaian AC yang sangat sering data yang sesui dengan hasil yang diharapkan. Dan sebelum
kita jumpai. Adapun tujuan dari praktikum ini ialah; percobaan dimulai kita harus terlebih dahulu mencek alat
1. Memahami konsep impedansi dalam arti fisik yang akan kita gunakan agar bisa mendapatkan hasil yang
maksimal.
2. Memahami hubungan antara impedansi resistansi dan Pada percobaan ini ada beberapa teori dasar yang
reaktansi pada rangkaian seri RC dan RL harus kita pahami sebelum memulai [raktikum yaitu
diantaranya: teori dasar Rangkaian RC, rangkaian RL,
3. Memahami hubungan tegangan dan arus pada rangkaian
Integrator, Differensiator, Highpass Filter, Lowpass Filter.
seri RC dan RL

4. Mengukur pada fasa tegangan dan arus pada rangkaian Dari hubungan tegangan dan arus seperti v = R i;
seri RC dan RL

5. Memahami ―response‖ terhadap frekuensi pada


rangkaian seri RC dan RL. ,
maka akan terlihat bahwa untuk sinyal tegangan sinusoidal
Dengan rumus umum yang biasa dipakai yaitu; (sinus atau kosinus):
pada R ; tegangan sefasa dengan arusnya pada L ;
tegangan mendahului 90 terhadap arusnya
pada C ; tegangan ketinggian 90º dari arusnya
.

1 .
1
2.1.Rangkaian RC
Komponen dalam suatu rangkaian RC dapat Vi i dt atau i
digunakan untuk menyaring sinyal dengan cara menahan
(blok) frekuensi sinyal tertentu dan meneruskan sinysl yang
lainnya. Filter RC terbagi menjadi 4 macam, diantaranya 1/C ∫I dt atau i=Cdvt/dt
high-pass filter, low-pass filter, band-pass filter, dan band- Dengan demikian diperoleh hubungan output (vO = vR)
stop filter. Rangkaian RC sederhana adalah rangkaian seri dengan input (vi) sebagai berikut :
resistor dan kapasitor. Ketika rangkaian hanya terdiri dari
satu kapasitor bermuatan dan satu resistor, kapasitor tersebut
akan melepaskan energy yang disimpannya melalui resistor. Vo =RC
Beda potensial dikapasitor, yang tergantung pada waktu
dapat dihitung menggunkan hokum Kircoff yang Rangkaian dengan persyaratan ini dikenal sebagai rangkaian
menyatakan bahwa arus yang melewati kpasitor harus sama differensiator.
dengan arus yang melewati resistor. Hasil dari kedua arus ini Dalam bentuk phasornya, persyaratan di atas dapat
berupa persamaan differensial linier. dituliskan sebagai berikut :

Vc >> Vr atau Vc>>Vr

>>RI sehingga
diperoleh CR>>1

Bila atau
Gambar 1.Rangkain RC sederhana
Menurut hukum Kirchoff II (KVL), dapat di tulis :
maka persamaan diatas dapat dituliskan.
Vi= Ri +
atau
Vi = VR +VC
Wo disebut frekuensi ―cut off‖.
Tegangan resistor vR sefasa dengan I sedangkan tegangan
kapasitor vC ketinggalan 90º dari arus. Arus total Kondisi terakhir ini adalah syarat frekuensi dan nilai-nilai
mendahului antara 0º s.d. 90º. Sudut ketertingalan vi ( ) kapasitansi dan resistansi untuk memperoleh fungsi
ditentukan oleh perbandingan reaktansi dan resistansinya. diferensiasi yang baik.
Beda fasa antara vC dan i, atau vi dan i dapat dilihat dengan
membandingkan beda fasa antara vC dan vR, atau antara vi 2.3 HIGH-PASS FILTER
dan vR (mengapa?) Pengertian High Pass Filter (HPF) atau Tapis
Lolos Atas – High Pass Filter atau biasanya disingkat dengan
HPF adalah Filter atau penyaring frekuensi yang dapat
2.2. Diferensiator melewatkan sinyal frekuensi tinggi dan menghambat atau
Diferensiator pada dasarnya merupakan filter memblokir sinyal frekuensi rendah. Dengan kata lain, sinyal
lulus-atas yang terdiri dari kondensator deret dan resistor
Frekuensi tinggi akan lebih mudah melewati High Pass Filter
jajar. Karena reaktansi kondensator meningkat kalua
(HPF) sedangkan sinyal frekuensi rendah akan dihambat atau
frekuensinya turun, rangkaian ini menghilangkan komponen
dipersulit untuk melewatinya. HPF yang ideal adalah HPF
frekuensi rendah dari suatu input. Bila ada masukan tingkat
yang sama sekali tidak melewatkan sinyal dengan frekuensi
yang dikenakan pada differensiator, tegangan yang
membentangi kondensator berubah dengan seketika. Setelah dibawah frekuensi cut-off. Pada dasarnya, High Pass Filter
itu tegangan yang membentangi resistor menurun secara (HPF) adalah kebalikan dari Low Pass Filter (LPF). Dalam
eksponensial sesuai dengan rumus: Vc = V (-t/eRC), RC bahasa Indonesia, High Pass Filter disebut juga dengan Tapis
adalah konstanta waktu, yaitu hasil dari lari kapasitas dengan Lolos Tinggi, Tapis Pelewat Tinggi atau Penyaring Lolos
resistansi. Rangkaian differensiator juga merupakan Atas.
rangkaian apilkasi dari rumusan matematika yang dapat Tapis Lolos Tinggi atau High Pass Filter ini dapat
dimainkan dari kerja kapasitor. dibuat dengan menggunakan komponen pasif seperti Resistor
Masih dari persamaan di atas, bila output diambil pada dengan Kapasitor atau Induktor. High Pass Filter yang dibuat
resistor vO = vR, untuk vC >> vR akan diperoleh vi vC dari Resistor dan Kapasitor disebut dengan High Pass RC
sehingga Filter sedangkan High Pass Filter atau HPF yang terbuat dari
Resistor dan Induktor disebut dnegan High Pass RL Filter.
Filter Pasif yaitu filter yang menggunakan komponen pasif ini
tidak memiliki elemen penguat seperti Transistor dan Op-
Amp sehingga tidak memiliki perolehan penguatan sinyal,
oleh karena itu tingkat OUTPUT-nya selalu kurang dari Bila , Maka
tingkat INPUT-nya. persamaan diatas dapat dituliskan

Dari persamaan V1 = Vr +Vc, bila diambil Vo =V r, maka atau .


dapat dituliskan

2.5 LOW-PASS FILTER


Pengertian Low Pass Filter (LPF) – Low Pass
Filter atau sering disingkat dengan LPF adalah Filter atau
Penyaring yang melewatkan sinyal Frekuensi rendah dan
Adanilai utama yang diperoleh dari fungsi diatas: menghambat atau memblokir sinyal Frekuensi tinggi. Dengan
kata lain, LPF akan menyaring sinyal frekuensi tinggi dan
• Untuk akan diperoleh meneruskan sinyal frekuensi rendah yang diinginkannya.
Sinyal yang dimaksud ini dapat berupa sinyal listrik seperti
• Untuk akan diperoleh sinyal audio atau sinyal perubahan tegangan. LPF yang ideal
adalah LPF yang sama sekali tidak melewatkan sinyal dengan
• Untuk akan diperoleh frekuensi diatas frekuensi cut-off (fc) atau tegangan OUPUT
pada sinyal frekuensi diatas frekuensi cut-off sama dengan
0V. Dalam bahasa Indonesia, Low Pass Filter ini sering
disebut dengan Penyaring Lolos Bawah atau Tapis Pelewat
Dari, dapat diturunkan bahwa daya di Rendah.
R adalah ; Penyaring Lolos Bawah atau Low Pass Filter ini
dapat dibuat dengan menggunakan beberapa macam
komponen pasif seperti Resistor dan Kapasitor atau Induktor.
Low Pass Filter yang dibuat dengan Resistor dan Kapasitor
disebut dengan Low Pass RC Filter sedangkan Low Pass
Pmax dalah daya pada R saat . Rangkaian Filter yang dibuat dengan Resistor dan Induktor disebut
merupakan High pass Filter (HPF) yang sederhana. dengan Low Pass RL Filter. Filter yang hanya menggunakan
komponen pasif ini sering disebut dengan Filter Pasif, Filter
Pasif ini tidak memiliki elemen penguat seperti Transistor dan
2.4 INTEGRATOR Op-Amp sehingga tidak memiliki perolehan penguatan
Integrator pada dasarnya merupakan filter lulus- sinyal, oleh karena itu tingkat OUTPUT-nya selalu kurang
bawah yang terdiri dari resistor deret dan kondensator jajar. dari tingkat INPUT-nya.
Karena reaktansi kondensator jatuh Dari persamaan VI = VR +VR , bila diambil Vo= Vc maka
kalau frekuensinya naik, rangkaian ini menghilangkan dapat dituliskan:
komponen frekuensi tinggi dari suatu masukan. Bila ada
masukan tingkat yang dikenakan pada
integrator, tegangan yang membentangi kondensator tidak
dapat berubah seketika.
Dari persamaan Vi= Vr + Vc atau Vi = Ri + bila
tegangan output diambil pada kapasitor (Vo = Vc) dan Vr
>> Vc , maka Vi Vr sehingga Vi Ri atau

I . Pada output diperoleh Vo=Vc= Ada nilai utama yang dapat diperoleh dari fungsi diatas;

. Fungsi rangkaian ini


• Untuk
dikenal sebagai rangkaian integrator. • Untuk
Syarat terpenuhinya fungsi rangkaian integrator RC yang
baik adalah Vr>> Vc . Dalam bentuk phasornya, hubungan • Untuk
diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

Vr >> Vc atau RI >> Dengan ketiga keadaan diatas, rangkaian menunjukkan


fungsi low pass Filter (LPF)sederhana.
Sehingga R >>
3
III. PROSEDUR PERCOBAN
2.6 RANGKAIAN RL Pada praktikum ini kami mempunyai beberapa percobaan
Rangkaian Resistor Induktor mengunah arus yang saling berhubungan antara lain. Adapun alat- alat yang
menjadi medan magnet yang disimpan dalam inductor. Untuk kami gunakan pada percobaan ini yaitu;
menghitung arus pada suatu waktu dalam rangkaian tersebut,
kita dapat menggunakan hokum Maxwell. Kita juga 1. Kit Rangkaian RC & RL (1 buah)
mendapati bahwa inductor yang terbuat dari konduktor ideal 2. Generator sinyal (1 buah)
tidak memiliki medan listrik, sehingga tidak memiliki
3. Osiloskop (1 buah)
tegangan.
Pada rangkaian R-L seri, sifat rangkaian seri dari 4. Multimeter (1 buah)
sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda adalah 5. Resistor : 1 KΩ, 10 KΩ, 100 KΩ, 1MΩ
terjadinya pembagian tegangan secara vektoris. Arus (i) yang (masingmasing 1 buah)
mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i)
tertinggal 90º terhadap tegangan induktor (vL). Tidak terjadi 6. Kapasitor : 0,1 F, 0,01 F, 0,001 F (masingmasing
perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada resistor (vR) dan 1 buah)
arus (i).
7. Inductor : 2,5 mH (1 buah)
Analisa pada rangkaian RL seperti pada gambar 5-2 dapat
dilakukan dengan cara yang sama seperti pada rangkaian
RC.
3.1 Rangkaian RC

1. Buatlah rangkaian dengan harga-harga besaran


seperti pada Gambar 5-3.

Gambar 5-2 Rangkaian RL Sederhana

Menurut hukum kirchoff II(KVL) Vi = Vr + V l, Gambar 5-3 Rangkaian RC untuk pengukuran


fasor
sehingga . Vi = Ri+ L
Untuk sinyal berbentuk sinusoidal, VR sefasa dengan I dan Vi = 2 V rms (bentuk gelombang sinus)
vi mendahului terhadap I (dengan sudut atara 0o dan 90o).
Sama seperti pada rangkaian RC, sudut ditentukan oleh R = 10 KΩ; C= 0,1 F; f = 300 Hz
perbandingan reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara
VL dan I, atau anata vi dan I dapat dilihat dengan 2. Hitunglah VR dan VC dengan harga besaran yang
membandingakan beda fasa VL dan VR, atau vi dan VR. telah diketahui.
Dengan cara yang sama seperti pada rangkaian RC, dapat
diturunkan persyaratannya yang harus dipenuhi agar 3. Ukurlah VR dan VC dengan multimeter. Cek
rangkaian RL berfungsi sebagai differensiator, integrator, apakah Vi = VR + VC.
High Pass Filter, ataupun Low Pass Filter.
Tegangan pada kedua kaki inductor: 4. Amati Vi, VR dan VC dengan osiloskop.

5. Carilah beda fasa antara Vi dan VR, juga antara


VL = -L dį(t) / dt VC dan VR dengan bantuan osiloskop.

Berdasarkan persamaan diatas tegangan VL hanya 6. Carilah hasil perhitungan, pengukuran dan
akan muncul ketika ada perubahan arus sehingga jika arus pengamatan saudara ke dalam bentuk tabel dalam
yang melalui suatu induktor bersifat tetap (konstan) maka Buku Catatan Laboratorium (BCL).
tegangan VL akan bernilai nol. Tanda negatif yang ada pada
persamaan menyiratkan bahwa tegangan yang dihasilkan
induktor bersifat melawan perubahan yang diberikan. Jika
arus membesar maka tegangan VL akan menahan arus
penyebabnya. Jika perubahan arus mengecil maka tegangan
VL akan memperkuat arus penyebabnya.
3.2 Rangkaian RL 3.4 Rangkaian Integrator

7. Buatlah rangkaian dengan harga-harga besaran seperti 17. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 5-6.
pada Gambar 5-4

Gambar 5-6 Rangkaian percobaan fungsi integral dengan RC


Gambar 5-4 rangkaian RL untuk pengukuran fasor
Vi = 2 V rms (bentuk gelombang sinus) 18. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat
R = 1 KΩ; L = 2,5 mH; f = 60 kHz sebesar 4 Vpp pada frekuensi 500Hz dengan bantuan
osiloskop

19. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga-harga C


8. Hitunglah VR dan VL dengan harga besaran yang dan R yang tersedia (lihat table-5)
telah diketahui.
20. Gambarlah bentuk gelombang output (ideal) dengan
9. Amati nilai Vi dengan osiloskop, catat pada Buku input bentuk gelombang segi empat
Catatan Laboratorium.
21. Amati dan ukurlah bentuk gelombang output yang
10. Carilah beda fasa antara Vi dan VR dan VL dengan terjadi dengan osiloskop
bantuan osiloskop.
22. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta
11. Carilah hasil perhitungan, pengukuran dan gambarlah hasil pengamatan saudara dalam bentuk tabel
pengamatan saudara ke dalam bentuk tabel dalam BCL. dalam BCL.

23. Ulangi untuk gelombang segitiga


3.3 Rangkaian Diferensiator
3.5 Pengaruh Frekuensi Diamati Pada Domain
12. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 5-5.
frekuensi.

24. Buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan rangkaian


diferensiator, dengan harga R = 10 KΩ dan C = 8,2nF.

25. Hitunglah konstanta waktu = RC.

26. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat


sebesar 4 Vpp pada frekuensi 50 Hz dengan bantuan
Gambar 5-5 Rangkaian Percobaan fungsi diferensial dengan RC osiloskop.
13. Aturlah input dengan bentuk gelombang segi empat 27. Ukur dan gambarlah bentuk gelombang output untuk
sebesar 4 V peak to peak (Vpp) pada frekuensi 500 Hz harga-harga frekuensi 50 Hz, 500 Hz , 5 KHz, dan 50
dengan bantuan osiloskop. KHz

14. Hitunglah konstanta waktu RC dengan harga-harga C 28. Catatlah hasilnya dalam bentuk tabel dalam BCL.
dan R yang tersedia. Gambarlah bentuk gelombang
output (ideal) dengan input bentuk gelombang segi 29. Kemudian buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan
empat. rangkaian integrator, dengan harga R = 10 KΩ, dan C =
8,2nF.Lakukanlah langkah 28, 29, 30, dan 31.
15. Ukurlah bentuk gelombang output yang terjadi dengan
osiloskop. 30. pengaruh frekuensi diamati pada domain frekuensi.

16. Catatlah hasil perhitungan dan pengukuran serta 31. Buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan rangkaian
gambarlah hasil pengamatan saudara dalam bentuk tabel diferensiator dengan harga R = 10 K Ω dan C = 8,2nF..
dalam BCL. 32. Hitunglah konstanta waktu ( ԏ= RC) serta frekuensi
cutoff (fo) = 1/(2 ).

5
33. Aturlah bentuk masukan sinusoidal.
39. Kemudian buatlah rangkaian RC seperti pada percobaan
34. Ukurlah Vo (tegangan keluaran) /Vi (tegangan masukan) 4.5 (Rangkaian Integrator) dengan harga R = 10 KΩ, dan C
dengan bantuan osiloskop (input di kanal-1 dan output di = 8,2nF..Lakukanlah langkah b, c, d, e dan f.
kanal-2) untuk 5 titik pengukuran yaitu:

• 1 titik frekuensi cut off (petunjuk: ubah frekuensi


input dimana frekuensi ini di sekitar frekuensi cut IV.HASIL DAN ANALISIS
off hasil perhintungan sehingga diperoleh Vo/Vi =
1/ 2 atau = 0,7. Kemudian catat frekuensi ini A. Percobaan 1 Rangkaian RC
sebagai fo).
• 2 titik untuk zona datar (LPF) atau zona naik (HPF).
(petunjuk: pilih titik frekuensi 1/100 fo dan 1/10 fo)

• 2 titik untuk zona turun (LPF) atau zona datar (HPF).


(petunjuk: pilih titik frekuensi 10 fo dan 100 fo)

35. Hitunglah Vo/Vi yang terjadi dalam dB.

36. Catatlah hasilnya dalam tabel dalam BCL. Plot 5 titik


pengukuran tersebut dengan skala logaritmik. Hasil plot 5
titik pengukuran adalah seperti grafik pada Gambar 5-7.
Gambar. Hasil Vi
37. Ukur beda fasa dengan menggunakan metode
Lissajous Analisis:
V1
38. Plot hasil tersebut ke dalam grafik frekuensi-fasa seperti
Perhitungan : 2 volt
contoh pada Gambar
Pengukuran : 2 Volt
Yang didapatkan pada pencarian manual dan dengan
perhitungan multimeter sama.

Gambar 5-7 contoh plot bode untuk magnitude

Gambar. Hasil VR
Analisis:
VR = 1KΩ

Perhitungan:
Sehingga didapatkan hasilseperti berikut.

= 1,766 ∟-27,94 ° Pengukuran


: 1 Volt
Gambar 5-8 contoh plot bode untuk fasa
5
Gambar . Bentuk Lissajous dari gelombang Vi terhadap VR
Gambar . Hasil Vc
Tetapi saat kita membentuk gelombang Lissajous Vi terhadap
Vr dan Vc, kita menemukan bahwa gelombang nya
membentuk lingkaran elips yang memiliki beda fasa sebesar
45º. Sehingga bisa kita katakan bahwa perhitungan secara
matematik dan realisasi bentuk nyata memiliki perbedaan
yang cukup signifikan.
Pencarian nilai/ ruus secara manual
B. Rangkaian RL
= 0,937 ∟-62°
Hasil pengukuran = 1 volt
Pada percobaan rangkaian RL ini kami mendapatkan:
VL = 0,05 V
Dari hasil data yang didapatkan maka hasil VR + Vc tidak VR = 1,894 V
akan sama dengan Vi karena Vi merupakan hasil Sehingga Vi = Vl + Vr
penjumlaham Vr dan Vc = 0,05 + 1,894 = 1,945 V
Hasil yang didapat hampir sama dengan besar
tegangan yang dimasukkan, sehingga bisa dikatakan bahwa
percobaan kita ini hampir 100% akurat, walaupun ada sedikit
kesalahan yang bisa saja disebabkan oleh alat ukurnya.

Gambar . Gelombang Vi terhadap VR Gambar. Bentuk gelombang Vi dan VR


Diatas kita melihat bahwa hasil yang kita dapatkan
nampak jauh berbeda dari nilai tegangan yang masuk, hal ini
dapat terjadi karena alat ukur yang digunakan kurng akurat
atau bisa juga karena kesalahan praktikan keika
mengukurnya.
Dengan menggunakan Lissjaous sama seperti yang
sudah kita lakukan pada praktikum modul 1, maka kita dapat
menghitung beda fasa nya yang dimana beda fasanya
tergantung pada setiap masukan yang kita buat sehingga kita
bisa menghitungnya secara matematik , yaitu:

Gambar . Bentuk Lissajous gelombnag Vi dan VR

7
Maka kita dapat mendapatkan beda derajat yaitu

Sama seperti percobaan sebelumnya, hasil fasa yang dihitung


secara matematik diatas berbeda dengan hasil yang didapat
pada tampilan gelombang berbentuk garis miring pada
osiloskop sebesar 0º.

C. Rangkaian Diferensiator

Perhitungan :
Penghitungan yang dilakukan secara manual

R= 1 K Ω
L= 2,5 mH
τ=R/L
= 0,4s
Gambar. Bentuk Lissajous gelombang Vi terhadap RL

Pada perhitungannya, beda fasa yang didapat sebesar 41,81º


dan berbentuk elips miring pada osiloskop. Hasil yang
didapat kali ini tidak berbeda terlalu jauh, beda fasa yang
ditampilkan seharusnya bernilai 45º, artinya pengukuran Gambar. Diferensiator dengan menggunakan RL
yang kami lakukan hampir sempurna.
Rangkaian diatas dibuat secara differensiator menggunakan
rangkaian RL. Bentuk dari gelombang yang dihasilkan
berbentuk petak tidak sempurna, hal ini terjadi karena alat
yang kami gunakan tidak sepenuhnya dalam kondisi yang
baik. Kami menemukan bahwa nilai Vpp yang kami
dapatkan bernilai 4,1 V dengan Vmax bernilai 2 V dan
Vmin bernilai 2,1 V. Sehingga nilai yang kami dapatkan itu
sesuai dan tepat.

Gambar. Gelombang dalam bentuk Lissajous Vr dan VL

Beda Fasa antara VR dan VL


Beda Fasa antara VR dan VL Gambar. Diferensiator dengan menggunakan RC
Q= 41, 81 °- 9,59 °
Q= 32,22 °
Rangkaian diatas dibuat secara differensiator menggunkan c. C = 100nf , R = 100kΩ
rangkaian RC. Bentuk dari gelomban yang dihasilkan
berbentuk garis dengan gelombang lurus ke atas dan bawah
secara bergantian, dari situ kita dapat mengartikan bahwa
gelombang yang datang dari nilao 0 dan naik ke nilai 1 dan
setelah beberapa saat turun ke nilai negative secara konstan.
Perhitungan :
R= 1 K Ω
C= 100 nF
τ=R*C
=0,1 s
Gelombang naik turun yang dihasilkan sudah sangat jelas
terlihat dan memiliki sedikit jarak antara garis
D. Rangkaian Integrator
horizontalnya dengan gelombang naik turunnya. Dari sini
Pada percobaan ini kami akan menghitung konstanta waktu kita dapat lebih mengerti dan memahami bentuk yang
dari rangkaian RC dan menampilkan gelombang segi empat ditampilkan.
dalam osiloskop. Kami mengkombinasikan beberapa harag-
τ = 100nf * 100kΩ
harga R dan C yang tersedia pada kit, diantaranya:
= 0,01 s
a. C = 100nf , R = 1 kΩ
d. C = 8,2nf , R = 100 kΩ

Gelombang naik turun yang dihasilkan tampak sangat tipis


Gelombang yang ditampilkan pada osiloskop sudah
dan kecil, dikarenakan nilai kapasitornya yang kecil.
τ = 100 nf * 1000Ω memiliki bentuk jelas dimana terjadi penurunan dan
= 0,0001 s penaikan pada gelombang. Pada percobaan ini kita
menurunkan nilai kapasitornya hingga 8,2 nf dan nilai
b. C = 100nf , R = 10 kΩ resistornya berada pada nilai puncak sebesar 100 kΩ, hal
inilah yang mengakibatkan bentuk gelombannya dapat
terlihat dengan jelas.
τ = 8,2 nf * 100 kΩ
= 0,00082 s

Gelombang naik turun yang dihasilkan tampak lebih tebal


dan lebih panjang, dikarenakan nilai kapasitornya yang juga
sudah semakin besar.
τ = 100 nf * 10kΩ
= 0,001 s

9
E. Percobaan 5 Pengaruh Frekuensi diamati pada 1) Titik 1
domain frekuensi

Pada percobaan 5 ini terdapat tugas yang harus dikerjakan,


yaitu:
1) Membuat rangkaian RC secara differensiator

Fo = 2 kHz
Vo/Vi = 0,7
dB = 20 log10 0,7
= -3 dB

2) Titik 2
Pada percobaan diatas kami membuat sebuah rangkaian
differensiator dengan harga R= 10kΩ dan C = 8,2 nF.
Setelah itu kami menampilkan gelombangnya dalam bentuk
gelombang Lissajous dan mendapatkan bentuk
gelombangnya elips mirip yang memiliki beda fasa sebesar
45º. Perhitungan konstanta waktu :
τ=R*C
= 10 kΩ * 8,2 nF
= 0,000082 s
1/100 Fo = 1/100 * 2000
= 20 Hz
2) Mengukur Vo dan Vi dengan Osiloskop untuk 5 Vo/Vi = 60 mv / 4000 mv
Titik Pengukuran = 0,015
dB = 20 log10 0,015
Pada percobaan ini, diberikan tegangan masuk Vpp sebesar = -36,48 dB
4 V, tugas pertama yang harus dilakukan adalah untuk
mencari berapakah nilai frekuensi yang dipakai agar 3) Titik 3
mendapat kan nilai tegangan keluaran sebesar 2,8 Vpp. Dari
beberapa kali uji coba yang kami lakukan, kami
mendapatkan bahwa nilai tegangan output 2,8 Vpp dapat
dihasilkan bila menggunakan frekuensi sebesar 2 kHz.
Langkah selanjutnya yaitu menentukan titik-titik
penggambaran dengan menghitung nilai perbandingan
antara tegangan output dengan tegangan input. Berikut
posisi 5 titik yang kami cari:

1/10 Fo = 1/10 * 2000


= 200
Vo/Vi = 424 / 4000
= 0,106
dB = 20 log10 0,106
= -19,5
4) Titik 4 V.KESIMPULAN

1. Nilai C berbanding terbalik dengan tegangan


keluaran V out, pada rangkaian integrator.
2. Arus bolak balik(AC/Alternating current) adalah
arus listrik yang besarnya dan arah arusnya
berubah-ubah secara bolak-balik yang dapat
dilihat pada percobaan yang telah dibuat.
3. Nilai resistansi yang terjadi pada arus AC ini
dipengaruhi oleh besarnya tegangan dan arus
yang diberikan disetiap percobaan.
10 Fo = 10 * 2000 4. Adanya hubungan yang berkaitan antara
= 20000 impedansi resistansi dan reaktansi pada rangkaian
Vo / Vi = 4,08 V / 4 V RL dan RC.
= 1,02 5. Beda fasa yang dihitung secara matematik
dB = 20 log10 1,02 memiliki nilai berbeda dari yang ada di modul.
= 0,16 6. Pada rangakaian RC, untuk menghitung
konstanta waktunya adalah dengan mengalikan
5) Titik 5 nilai resistor dan kapasitornya.
7. Pada rangkaian RL, untuk menghitung konstanta
waktunya adalah dengan membagikan nilai
resistor dan induktornya.

DAFTAR PUSTAKA

100 Fo = 100 * 2000 1. Modul 5 , Rangkaian AC


= 200000 2. http://www.wikipedia.com/arusbolakb
Vo / Vi = 4,15 / 4 alik
= 1,02 3. http://www.crayonpedia.org/mw/arus_
dB = 20 log10 1,02 listri k_9.1/
= 0,28 4. Elektronika-
dasar.web.id/TEORI_ELEKTRONIKA
Beda fasa yang dihasilkan menggunakan metode Lissajous 5. Academia.edu/LAPORAN_PRAKTIKUM
berbentuk garis miring bernilai 0º. _RANGKAIAN_AC
Setelah kelima titik berhasil didapatkan, kita akan
melakukan metode yang sama untuk mencari 5 titik lainnya
dengan menggunakan rangkaian integrator, sehingga hasil
5 titik yang didapat akan didapat, dan ketika seluruh titik
digabungkan dalam grafik frekuensi-fasa untuk mencari
nilai plot nya akan tampak mirip atau persis seperti:

11
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai