Anda di halaman 1dari 30

JOB 4

RANGKAIAN RLC DAN RESONANSI

4.1. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran arus dan tegangan pada rangkaian R, L, dan
C
2. Mahasiswa dapat memahami pengaruh sumber tegangan AC pada komponen pasif R,
L, dan C akibat perubahan frekuensi
3. Mahasiswa dapat mengetahui besarnya tegangan dan arus pada rangkaian RLC seri dan
paralel
4. Mahasiswa dapat menganalisis terjadimya resonansi seri dan paralel rangkaian RLC

4.2. Peralatan yang dibutuhkan


1. Komputer/Laptop dengan Sistem Operasi minimal 32 bit Windows XP/Vista/7/8/10.
2. National Instrumen (NI) Multisim Software

4.3. Teori
4.3.1. Rangkaian R, L, dan C
1. Resistor

a. Skema rangkaian b. Gelombang arus dan tegangan c. Diagram fasor , I sephasa V

Gambar 4.1 Respon elemen resistor sumber gelombang AC

Pada gambar 4.1 dapat dilihat pengaruh besarnya tegangan dan arus jika
diberikan sumber arus bolak balik pada komponen resistor. Besar arus maupun
tegangan dipengaruhi oleh berapa besar nilai sumber yang mensuplai rangkaian,
namun tidak terdapat beda phasa antara arus dan tegangan.

1
2. Induktor

a. Rangkaian Induktor tunggal

a. Skema rangkaian b. Gelombang arus dan tegangan c. Diagram fasor , I tertinggal V

Gambar 4.2. Respon elemen induktor sumber gelombang AC

Pada gambar 4.2 dapat dilihat pengaruh besarnya tegangan dan arus jika diberikan
sumber arus bolak balik pada komponen induktor. Besar arus maupun tegangan
dipengaruhi oleh berapa besar nilai sumber yang mensuplai rangkaian, phasa arus
tertinggal (lagging) 90° dari tegangan.

3. Kapasitor

a. Skema rangkaian b. Gelombang arus dan tegangan c. Diagram fasor, I mendahului V

Gambar 4.3. Respon elemen kapasitor sumber gelombang AC

Pada gambar 4.3 dapat dilihat pengaruh besarnya tegangan dan arus jika diberikan
sumber arus bolak balik pada komponen kapasitor. Besar arus maupun tegangan
dipengaruhi oleh berapa besar nilai sumber yang mensuplai rangkaian, phasa arus
mendahului (leading) 90° dari tegangan.

2
4.3.2. Rangkaian RLC Seri dan RLC Paralel dengan Sumber AC

1. Rangkaian RLC Seri


VL-IXL
VL-Vc V = IZ

VR VL VC

Vc-Ixc
Diagram rangkaian Diagram Phasor
Gambar 4.4. Rangkaian RLC Seri

Dari diagram Phasor, VR sephasa dengan arus, phasa VL mendahului phasa arus sebesar
90o dan phasa Vc ketinggalan dari phasa arus sebesar 90o. Tegangan sumber V adalah
penjumlahan semua phasor tegangan.

V=√VR + (VL − Vc)


2 2
V=IZ Z=√R2 + (XL − Xc)2
Diagram Phasor menunjukkan VL>Vc dan arus tertinggal dari V.
Dengan VL = Vc, VR = V dan arus sephasa dengan V. Ini menyatakan keadaan
resonansi.
Dengan VL < Vc arus akan mendahului V.
Dengan nilai L dan C ditetapkan, frekwensi dimana resonansi terjadi disebut sebagai
frekuensi resonansi fr.
𝟏
f r=
𝟐𝝅√𝑳𝑪
Saat frekuensi resonansi XL = Xc
𝑉𝐿 𝐼𝑋𝐿 𝑋𝐿 ωrL
Faktor Q = = = = dimana ωr = 2π fz
𝑉 𝐼𝑅 𝑅 𝑅
𝑉𝑐 1
Juga, Faktor Q= =
𝑉 ωrCR
Banwidth merupakan daerah cakupan frekuensi dimana nilai sebuah karakteristik melebihi
70% dari nilai maksimum
ωrL
Bandwith = Δf faktor Q =
𝑅

3
2. Rangkaian RLC Paralel

IC

IR

IL

Diagram Rangkaian Diagram Phasor


Gambar 4.5. Rangkaian RLC Paralel

Arus kapasitor Ic mendahului tegangan 90o dan arus pada induktor IL ketinggalan
sebesar 900 dari tegangan.
Sumber arus I = IR + IL – Ic
Saat resonansi IL = IC dan arus I=IR .
1
fr =
2𝜋√𝐿𝐶

Pada rangkaian LC paralel praktis, di mana induktor mempunyai tahanan dalam,

ωrL 1
Faktor Q = =
R ωrCR

dimana ωr = 2πfr dan R adalah tahanan dalam lilitan


Impedansi dinamis saat resonansi, RD, bernilai tinggi.
𝐿
RD =
CR

Rangkaian seri RLC yaitu rangkaian yang terdiri dari tiga komponen listrik
yaitu resistor, induktor, dan kapasitor yang disusun seri dan dihubungkan dengan
sumber tegangan V. Sifat suatu rangakain seri RLC bergantung pada besar kendala
yang dihasilkan oleh induktor dan kapasitor. Jika suatu rangkaian mempunyai
reaktansi induktif yang lebih besar maka sifatnya akan tidak sama dengan
rangkaian yang mempunyai reaktansi kapasitif lebih besar. Terdapat tiga keadaan
yang menunjukkan sifat pada suatu rangkaian seri RLC yaitu :
4
Jika XL > XC maka rangkaian bersifat induktif V melampaui I sebesar θ
Jika XL < XC maka rangkaian bersifat konduktif I menlampaui V sebesar θ
Jika XL = XC maka rangkaian bersifat resistif V dan I sefasa
Rangkaian bersifat Induktif jika nilai reaktansi induktif lebih besar dari
reaktansi kapasitif. Saat keadaan ini tegangan pada saat yang sama mendahului
arus listrik, Rangkaian bersifat Kapasitif jika nilai reaktansi induktif lebih kecil
dari reaktansi kapasitif. Saat keadaan ini tegangan pada saat yang sama tertinggal
arus listrik, Rangkaian bersifat Resistif atau Resonansi jika nilai reaktansi induktif
bernilai sama dengan reaktansi kapasitif. Saat keadaan ini arus dan tegangan dalam
keadaan sefase atau mencapai keadaan yang sama pada waktu yang sama.
Rangkaian yang terdiri dari sebuah resistor, induktor, dan kapasitor yang
dirangkai seri dengan sebuah sumber tegangan AC. Permasalahan akhir adalah
bagaimana menentukan arus sesaat, tegangan sesaat, dan beda fase arus dan
tegangan dalam waktu tertentu. Karena ini merupakan rangkaian seri, arus yang
mengalir dalam setiap komponen pastinya sama. Selain itu daya dalam rangkaian
merupakan daya disipasi oleh komponen resistor. Oleh karena itu, marilah kita
tinjau sebuah rangkaian seri RLC ini untuk menganalisis besaran-besaran yang
telah disebutkan di atas. Tegangan efektif total dalam rangkaian merupakan
penjumlah vektor phase untuk semua tegangan komponen.
Di dalam sebuah rangkaian, masing-masing komponen memiliki fungsi dan perannya
masing-masing sehingga rangkaian tersebut dapat berfungsi dengan baik. Demikian pula
halnya dengan rangkaian yang tersusun atas resistor, induktor, dan kapasitor. Kombinasi
pasif dan aktif elemen resistor R, induktor L, dan kapasitor C (R-L-C) yang disusun secara
seri mapun paralel disebut sebagai rangkaian R-L-C. Konfigurasi ini membentuk suatu
sistem osilator harmonik. Rangkaian R-L-C sering disebut rangkaian penalar (tuner) dan
rangkaian resonansi. Rangkaian R-L-C banyak digunakan dalam perangkat-perangkat
osilator harmonik dan pesawat radio penerima sinyal. Rangkaian R-L-C berfungsi untuk
memilih suatu rentang frekuensi yang cukup sempit dalam spektrum total gelombang radio
yang sangat lebar. Perubahan frekuensi yang dialirkan pada rangkaian RLC akan
memberikan pengaruh terhadap karakteristik masing-masing komponen. Frekuensi ini
nantinya akan mencapai suatu keadaan yang disebut sebagai frekuensi resonansi.
Resonansi adalah suatu gejala yang terjadi pada suatu rangkaian bolak-balik yang
mengandung elemen induktor dan kapasitor. Resonansi terjadi jika suatu frekuensi tersebut
mempunyai frekuensi yang sama. Resonansi dalam rangkaian seri disebut resonansi seri,
5
sedangkan resonansi pada rangkaian parallel disebut resonansi paralel. Resonansi parallel
terjadi apabila reaksi kapasitif sama dengan reaksi induktif. Sedangkan parallel terjadi jika
suspektansi induktif di suatu cabang sama dengan suseptansi kapasitif pada cabang lainnya.
Pada waktu resonansi, sangat mungkin terjadi bahwa tegangan pada L atau pada C
lebih besar dari tegangan sumbernya. Pembesaran tegangan pada L atau pada C pada saat
resonansi ini didefinisikan sebagai faktor kualitas Q. Makin besar nilai Q, makin sempit
lengkung resonansinya, dan berarti makin tinggi kualitas resonansinya.
Resonansi pada rangkaian seri RLC terjadi kalau memenuhi syarat diberikut ini :
1. Reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif sama besar (XL = XC)
2. Impedansi = kendala resistor (Z = R)
3. Sudut fase = θ = 0.
Reaktansi induktif dan kapasitif selalu akan saling mengurangi. Bila kedua komponen
ini sama besar, maka akan saling meniadakan, dan dikatakan bahwa rangkaian dalam
keadaan resonansi. Resonansinya adalah resonansi seri (Bakri, 2015). Pada rangkaian RLC
digunakan sumber tegangan tetap Vs. Sumber tegangan tetap artinya bahwa nilai rms Vs tak
bergantung pada arus yang mengalir dalam rangkaian (Sutrisno, 1986). Keadaan resonansi
dicapai pada saat XL = XCmaka Ztot= R merupakan Zmin, sehingga akan diperoleh arus
atau tegangan yang maksimum pada suatu harga frekuensi khusus yang disebut frekuensi
resonansi (fo).
Pada waktu resonansi, sangat mungkin terjadi bahwa tegangan pada L atau pada C
lebih besar dari tegangan sumbernya. Pembesaran tegangan pada L atau pada C pada saat
resonansi ini didefinisikan sebagai faktor kualitas Q. Makin besar nilai Q, makin sempit
lengkung resonansinya, dan berarti makin tinggi kualitas resonansinya. (Q berasal dari kata
“quality”) (Haris & Saleh, 2016). Plot antara kuat arus (efektif) sebagai fungsi dari frekuensi
sumber pada rangkaian RLC seri untuk berbagai nilai R.

6
4.4. Latihan Percobaan
4.4.1. Rangkaian R, L, dan C dengan Sumber AC
1. Rangkaian R sumber arus bolak balik
Dalam latihan ini kita akan melakukan pengukuran tegangan dan arus yang mengalir
pada sebuah rangkaian yang memiliki hambatan.

XMM1

3Vpk
470Ω

Gambar 4.6. Rangkaian Pengukuran Arus dan Tegangan pada R

1. Buatlah Rangkaian di atas dengan menggunakan aplikasi Multisim


2. Ubah Sumber Tegangan (V) dengan nilai 3 Vp, frekuensi 75 Hz pada nilai hambatan
(R) 470 Ω
3. Ukur arus dan tegangan pada R, catat di Tabel 4.1
4. Lakukan pengukuran arus dan tegangan selanjutnya pada R untuk variasi frekuensi
tegangan 150 Hz, 225 Hz, 300 Hz, 375 Hz, dan 450 Hz.
2. Rangkaian L sumber arus bolak balik
Dalam latihan ini kita akan melakukan pengukuran tegangan dan arus yang
mengalir pada sebuah rangkaian yang dihubungkan dengan sebuah induktor.
XMM3

3Vpk

Gambar 4.7. Rangkaian Pengukuran Arus dan Tegangan pada L

7
1. Buatlah Rangkaian di atas dengan menggunakan aplikasi Multisim
2. Ubah Sumber Tegangan (V) dengan nilai 3 Vp, frekuensi 75 Hz pada nilai
induktor 2,5 mH
3. Ukur arus dan tegangan pada L, catat di Tabel 4.2
4. Lakukan pengukuran arus dan tegangan selanjutnya pada R untuk variasi
frekuensi tegangan 150 Hz, 225 Hz, 300 Hz, 375 Hz, dan 450 Hz.

3. Rangkaian C sumber arus bolak balik


Dalam latihan ini kita akan melakukan pengukuran tegangan dan arus yang
mengalir pada sebuah rangkaian yang dihubungkan dengan sebuah induktor.
XMM5

3Vpk

Gambar 4.8. Rangkaian Pengukuran Arus dan Tegangan pada C


1. Buatlah Rangkaian di atas dengan menggunakan aplikasi Multisim
2. Ubah Sumber Tegangan (V) dengan nilai 3 Vp, frekuensi 75 Hz pada nilai kapasitor
10 µF
3. Ukur arus dan tegangan pada C, catat di Tabel 4.3

4.4.2. Rangkaian RLC dan Resonansi

1. Rangkaian RLC Seri


Dalam latihan ini kita akan melakukan pengukuran tegangan dan arus yang mengalir
pada sebuah rangkaian RLC seri dan menyelidiki resonansi yang terjadi pada rangkaian.

8
1049Hz

Gambar 4.9. Pengukuran Resonansi RLC Seri


1. Buatlah Rangkaian di atas dengan menggunakan aplikasi Multisim
2. Ubah Sumber Tegangan (V) dengan nilai 3 Vp, frekuensi 75 Hz pada nilai
resistor (R) 470 Ω, induktor (L) 2,5 mH, dan kapasitor (C) 10 µF
3. Ukur arus dan tegangan pada R, L, dan C, catat di Tabel 4.4
4. Lakukan pengukuran arus dan tegangan selanjutnya pada R, L, dan C untuk
variasi frekuensi tegangan 150 Hz, 300 Hz, 450 Hz, 600 Hz, dan 750 Hz, 900
Hz, 1.05 Hz, 1.2 Hz, 1.35 Hz, 1.45 Hz, 1.6 Hz, dan 1,75 Hz

2. Rangkaian RLC Paralel


Dalam latihan ini kita akan melakukan pengukuran tegangan dan arus yang mengalir
pada sebuah rangkaian RLC paralel dan menyelidiki resonansi yang terjadi pada rangkaian.
XMM5 XMM6 XMM7 XMM8 XMM9

1049Hz

Gambar 4.10. Pengukuran Resonansi RLC Paralel

9
1. Buatlah Rangkaian di atas dengan menggunakan aplikasi Multisim
2. Ubah Sumber Tegangan (V) dengan nilai 3 Vp, frekuensi 75 Hz pada nilai resistor
(R) 470 Ω, induktor (L) 2,5 mH, dan kapasitor (C) 10 µF
3. Ukur arus dan tegangan pada R, L, dan C, catat di Tabel 4.5
4. Lakukan pengukuran arus dan tegangan selanjutnya pada R, L, dan C untuk variasi
frekuensi tegangan 150 Hz, 300 Hz, 450 Hz, 600 Hz, dan 750 Hz, 900 Hz, 1.05 Hz,
1.2 Hz, 1.35 Hz, 1.45 Hz, 1.6 Hz, dan 1,75 Hz

Tabel 4.1. Pengukuran Rangkaian R


frekuensi (Hz) I (mA) V (Volt)
75
150
225
300
375
450

Tabel 4.2. Pengukuran Rangkaian L


frekuensi (Hz) I (mA) V (Volt)
75
150
225
300
375
450

Tabel 4.3. Pengukuran Rangkaian C


frekuensi (Hz) I (mA) V (Volt)
75
150
225
300
375
450

10
Tabel 4.4. Pengukuran Rangkaian RLC Seri
frekuensi (Hz) I (mA) VR (Volt) VL(Volt) VC(Volt)
75
150
300
450
600
750
900
1050
1200
1350
1450
1600
1750

Tabel 4.5. Pengukuran Rangkaian RLC Paralel


frekuensi (Hz) V(Volt) I (mA) IR (Volt) IL(Volt) IC(Volt)
75
150
300
450
600
750
900
1050
1200
1350
1450
1600
1750

11
4.5. Hasil dan Analisa Latihan dan Perhitungan Teoritis
4.5.1. Hasil Latihan

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Rangkaian R


frekuensi (Hz) I (mA) V (Volt)
75 4.513 2.121
150 4.513 2.121
225 4.513 2.121
300 4.513 2.121
375 4.513 2.121
450 4.513 2.121

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Rangkaian L


frekuensi (Hz) I (mA) V (Volt)
75 1.793.000 2.121
150 897.213 2.121
225 598.225 2.121
300 448.682 2.121
375 358.9534 2.121
450 299.132 2.121

Tabel 4.8. Hasil Pengukuran Rangkaian C


frekuensi (Hz) I (mA) V (Volt)
75 10.029 2.121
150 20.057 2.121
225 30.086 2.121
300 40.115 2.121
375 50.143 2.121
450 60.172 2.121

12
Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Rangkaian RLC Seri
frekuensi (Hz) I (mA) VR (Volt) VL(Volt) VC(Volt)
75 4.12 1.936 4.869 871.405

150 4.408 2.072 10.42 466.201

300 4.49 2.11 21.227 237.432

450 4.505 2.117 31.949 158.83

600 4.51 2.12 42.647 119.26

750 4.513 2.121 53.333 95.451

900 4.513 2.121 64.011 79.556

1050 4.513 2.121 74.681 68.192

1200 4.513 2.121 85.345 59.665

1350 4.513 2.121 96.002 53.028

1450 4.512 2.121 103.099 49.365

1600 4.511 2.12 103.74 44.728

1750 4.511 2.12 124.373 40.884

Tabel 4.10. Hasil Pengukuran Rangkaian RLC Paralel


frekuensi (Hz) V(Volt) I (mA) IR (mA) IL(mA) IC(mA)
75 2.121 1785.021 4.513 1795.011 10.029

150 2.121 877.388 4.513 897.414 20.057

300 2.121 408.618 4.513 448.712 40.115

450 2.121 239.012 4.513 299.139 60.172

600 2.121 144.196 4.513 224.355 80.23

750 2.121 79.325 4.513 179.484 100.287

900 2.121 29.572 4.513 149.57 120.344

1050 2.121 13.008 4.513 128.202 140.402

1200 2.121 48.492 4.513 112.177 160.459

1350 2.121 80.929 4.513 99.713 180.516

1450 2.121 101.152 4.513 92.837 193.999

1600 2.121 129.891 4.513 84.133 213.945

1750 2.121 157.146 4.513 76.922 234.003

13
4.5.2. Hasil Perthingan Teoritis

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
4.5.3. Perbandingan Hasil

Tabel 4.11. Perbandingan Hasil Pengukuran Rangkaian R

I (mA) V (Volt)
frekuensi (Hz)
Multisim Teoritis Multisim Teoritis
75 4.513 4.51 2.121 2.12
150 4.513 4.51 2.121 2.12

225 4.513 4.51 2.121 2.12

300 4.513 4.51 2.121 2.12

375 4.513 4.51 2.121 2.12

450 4.513 4.51 2.121 2.12

Tabel 4.12. Perbandingan Hasil Pengukuran Rangkaian L

I (mA) V (Volt)
frekuensi (Hz)
Multisim Teoritis Multisim Teoritis
75 1793.251 1790 2.121 2.12
150 897.213 902 2.121 2.12

225 598.225 610 2.121 2.12

300 448.682 450 2.121 2.12

375 358.953 360 2.121 2.12

450 299.132 300 2.121 2.12

Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Pengukuran Rangkaian C

I (mA) V (Volt)
frekuensi (Hz)
Multisim Teoritis Multisim Teoritis
75 10.029 9.98 2.121 2.12
150 20.057 19.97 2.121 2.12

225 30.086 29.95 2.121 2.12

300 40.115 39.94 2.121 2.12

375 50.143 49.92 2.121 2.12

450 60.172 59.92 2.121 2.12

25
Tabel 4.14. Perbandingan Hasil Pengukuran Rangkaian RLC Seri
I(mA) VR(Volt) VL(Volt) VC(Volt)
f (Hz)
Multisim Teoritis Multisim Teoritis Multisim Teoritis Multisim Teoritis
75 4.12 4.11 1.936 1.931 4.869 4.34 871.405 872.59
150 4.408 4.41 2.072 2.072 10.42 10.36 466.201 468.12
300 4.49 4.48 2.11 2.105 21.227 21.11 237.432 237.75
450 4.505 4.51 2.117 2.119 31.949 31.84 158.83 159.56
600 4.51 4.50 2.12 2.115 42.647 42.39 119.26 119.38
750 4.513 4.50 2.121 2.119 53.333 53.07 95.451 95.72
900 4.513 4.51 2.121 2.119 64.011 63.72 79.556 79.78
1050 4.513 4.51 2.121 2.119 74.681 74.32 68.192 68.37
1200 4.513 4.51 2.121 2.119 85.345 84.96 59.665 59.81
1350 4.513 4.51 2.121 2.119 96.002 95.56 53.028 53.17
1450 4.512 4.50 2.121 2.119 103.099 102.62 49.365 49.50
1600 4.511 4.50 2.12 2.118 103.74 103.24 44.728 44.85
1750 4.51 4.50 2.12 2.118 124.373 123.81 40.884 40.96

Tabel 4.15. Perbandingan Hasil Pengukuran Rangkaian RLC Pararel


V (Volt) I(mA) IR(mA) IL(mA) IC(mA)
f
Multisim Teoritis Multisim Teoritis Multisim Teoritis Multisim Teoritis Multisim Teoritis
75 2.121 2.12 1785.021 1790.53 4.513 4.51 1795.011 1796 10.029 9.98
150 2.121 2.12 877.388 886.66 4.513 4.51 897.414 902.12 20.057 19.97
300 2.121 2.12 408.618 414.68 4.513 4.51 448.712 450.11 40.115 39.94
450 2.121 2.12 239.012 244.87 4.513 4.51 299.139 300.28 60.172 59.92
600 2.121 2.12 144.196 149.65 4.513 4.51 224.355 225.05 80.23 79.91
750 2.121 2.12 79.325 63.39 4.513 4.51 179.484 180.11 100.287 99.85
900 2.121 2.12 29.572 34.7 4.513 4.51 149.57 150.03 120.344 119.84
1050 2.121 2.12 13.008 6.69 4.513 4.51 128.202 128.64 140.402 139.84
1200 2.121 2.12 48.492 42.84 4.513 4.51 112.177 112.52 160.459 159.87
1350 2.121 2.12 80.929 75.73 4.513 4.51 99.713 99.57 180.516 179.81
1450 2.121 2.12 101.152 95.42 4.513 4.51 92.837 93.14 193.999 193.07
1600 2.121 2.12 129.891 124.16 4.513 4.51 84.133 84.39 213.945 213.06
1750 2.121 2.12 157.146 151.54 4.513 4.51 76.922 77.17 234.003 233.22

26
4.5.4. Analisis Hasil Praktikum
Dapat dilihat dari hasil praktikum kali ini pada tabel yg telah disajikan pada
tabel 4.11. merupakan perbandingan hasil rangkaian R, terbukti bahwa hasil yang
diperoleh melalui multisim memiliki hasil yang sama dengan hasil teoritis, terjadi
sedikit selisih nilai karna pada metode teoritis dilakukan pembulatan pada hasil
supaya lebih mudah dalam melakukan perhitungan. Perubahan nilai frekuensi tidak
berpengaruh pada nilai perhitungan yg didapat dikarnakan tegangan pada resistor
VR berada pada fasa yang sama dengan arus, sehingga tidak berpengaruh pada nilai
arus IR walapun nilai frekuensinya terus naik, besarnya arus yang melewati resistor
sebanding dengan tegangan yang dihasilkan. Hal ini berarti bila arus yang masuk
besar, maka tegangan yang akan dihasilkan juga akan besar. Kondisi tersebut
dikatakan dengan arus dan tegangannya sefase.
Pada tabel 4.12. merupakan perbandingan hasil pada rangkaian L sama
seperti sebelumnya diperoleh hasil hampir mendekati sesuai dengan simulasi yang
dijalankan pada multisim, nilai pada hasil teoritis sedikit berbeda karna dilakukan
pembulatan dalam perhitungan. Pada perbandingan terlihat bahwa semakin besar
perubahan arus setiap waktu, maka semakin besar pula tegangan induksinya. Pada
saat frekuensi naik maka nilai arus IL akan turun, Kondisi ini menunjukkan bahwa
arus tidak sejalan dengan tegangan atau tegangan tidak sefase dengan arus.
Tegangan akan mendahului arus dengan besa sudut sebesar 900.
Pada tebel 4.13. merupakan perbandingan rangkian C nilai teoritis
mendekati nilai dari multisim yang telah dilakuakan simulasi, hal ini terjadi karna
pada teoritis dilakukan pembulatan untuk memudahkan perhitungan. Dappat dilihat
pada tabel terjadi kenaikan arus saat frekuensi ditambahkan, semakin besar
frekuensi maka semakin besar ppula nilai arusnya, Kondisi ini menunjukkan bahwa
arus dan tegangan tidak berjalan secara bersamaan, yang artinya arus dan tegangan
tidak sefase. Arus akan mendahului tegangan dengan beda sudut fase sebesar 900.
Pada tabel 4.14. didapat hasil serupa pada perhitungan teoritis nilai I pada
rangkaian seri diperoleh dari pembagian antara Vrms dibagi dengan Z yaitu
hambatan total antara resistor, induktor dan kapasitor. Diperoleh hasil sudut fasa
negative (–) yang artinya arus dan tegangan tidak dalam satu fasa. Karna dalam
rangkaian seri arus pada setiap hambatan sama maka dalam mencari tegangan pada
tiap hambatan dapat digunakan hukum ohm yaitu V = IR. Pada induktor nilai R

27
diganti dengan XL yang merupakan induktansi dari L. diperoleh dengan cara
mengalikan J.𝜔.L. XL nanti akan dikalikan dengan arus maka akan diperoleh nilai
tegangan pada induktor. Begitu pula pada kapasitor nilai R diganti dengan XC yang
1
diperoleh melalui 𝐽𝜔𝐶 , hasil tersebut nanti dikalikan dengan I unruk mendapat nilai

tegangan pada kapasitor.


Pada tabel 4.15. merupakan hasil perbandingan antara multisim dengan
teoritis dari rangkaian RLC Pararel, didapat hasil yang sama antara keduanya
berbeda sefikit karna pada perhitungan teoritis digunakan pembulatan pada
perhitungan supaya lebih mudah. Pada rangkaian RLC pararel nilai yang sama pada
setiap hambatan adalah nilai dari tegangan (V) maka kita dapat menyimpulkan
bahwa V=Vrms. Dalam mencari nilai Vrms kita dapat mengalikan Vp (tegangan
puncak) dengan 0.707. hasil yang diperoleh pada perhitungan ini digunakan untuk
menghitung arus pada setiap hambatan, untuk mencari nilai arus pada setiap
hambatan kita dapat menggunakan hokum ohm dengan asumsi bahwa tegangan
pada setiap hambatan adalah sama, maka untuk mencari nilai arus pada resistor
𝑉𝑟𝑚𝑠
digunakan rumus , pada induktor digunakan rumus yang sama pula namun R
𝑅

diganti dengan XL dan pada kapasitor nilai R diganti dengan XC. Untuk mencari
arus sumber (I) dapat digunakan rumus yang ada pada teori pada 4.3. sebelumnya
yaitu I = IR + IL – IC.

28
4.6. Kesimpulan
1. Rangkaian RLC adalah rangkaian yang terdiri dari Resistor, Induktor dan
Kapasitor yang disusun baik secara seri maupun paralel. Disebut dengan RLC
karena pada rangkaian ini menunjukkan simbol ketahanan (R), Induktansi (L), dan
Kapasitansi (C).
2. Rangkaian arus bolak balik memiliki hambatan yang terdiri dari hambatan resistor
atau resistansi (R), hambatan induktor atau reaktansi induktif (XL) dan hambatan
kapasitor atau reaktansi kapasitif (XC). Gabungan dari ketiga besar hambatan
tersebut dinamakan dengan Impedansi atau hambatan total yang dinyatakan
sebagai Z dengan satuan Ohm.
3. Frekuensi resonansi yaitu frekuensi saat tegangan mencapai keadaan maksimum.
4. Semakin besar hambatannya maka semakin cepat mencapai frekuensi resonansi
dan semakin kecil nilai faktor kulitasnya sedangkan semakin kecil hambatannya
maka semakin lambat mencapai frekuensi resonansisemakin besar nilai faktor
kualitasnya.

29
4.7. Daftar Pustaka
https://pintarelektro.com/rangkaian-rlc/
https://abdulelektro.blogspot.com/2019/06/rangkaian-rlc-seri.html
https://abdulelektro.blogspot.com/2019/06/rangkaian-rlc-seri.html

30

Anda mungkin juga menyukai