Anda di halaman 1dari 9

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.

1 (2012)

Perbedaan Tingkat Religiusitas dan Sikap Terhadap Seks Pranikah


Antara Pelajar yang Bersekolah di SMA Umum dan SMA Berbasis
Agama

Fanny Ariyandini Putri


Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Abstract. Fenomena seks pranikah yang terjadi di masyarakat sekarang sudah


menjalar di kalangan pelajar SMP dan SMA. Minimnya pendidikan agama di sekolah
dinilai menjadi salah satu faktor pemicu tingginya angka praktik seks pranikah pada
remaja di Indonesia karena pendidikan agama dapat meningkatkan tingkat religiusitas
pada remaja. Tingkat religiusitas dapat memunculkan sikap mendukung atau tidak
mendukung terhadap seks pranikah Daradjat (dalam Ritandiyono & Andisti, 2008).
Praktik pendidikan agama di Indonesia saat ini hanya mengutamakan aspek
kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan konatif-volitif yaitu kemauan untuk
mengamalkan, sehingga terjadi kesenjangan antara pengetahuan tentang agama
yang dimiliki dengan pengamalan ajaran agama yang telah diterima (Bukhori,
dalam Lobud 2007). Di Indonesia, terdapat dua tipe sekolah yaitu sekolah umum dan
sekolah berbasis agama. Perbedaan dari dua sekolah ini adalah pada sekolah berbasis
agama tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan namun juga menitikberatkan pada
peningkatan keimanan serta ketaqwaan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada perbedaan tingkat religiusitas dan sikap terhadap seks pranikah pada pelajar yang
bersekolah di SMA umum dan SMA berbasis agama.Penelitian dilakukan pada 396
pelajar, yang terdiri dari 198 pelajar yang SMA umum dan 198 pelajar SMA berbasis
agama. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tingkat religiusitas dan angket
sikap terhadap seks pranikah. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan statistik non
parametrik U Mann Whitney.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat religiusitas antara pelajar di SMA umum dan SMA berbasis agama dengan nilai
p=0,257 (> 0,05). Sedangkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada
perbedaan sikap terhadap seks pranikah antara pelajar SMA umum dan SMA berbasis
agama dengan p = 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pendidikan
seksual yang tidak hanya berdasarkan pendidikan agama, namun juga dengan
memberikan muatan-muatan informasi seputar seksualitas yang akurat serta pemberian
pendidikan agama yang dapat menyelaraskan aspek kognitif dan afektif pelajar dengan
metode pembelajaran yang menuntut pelajar untuk aktif, kreatif, mandiri dan
menyenangkan.

Kata kunci: tingkat religiusitas, sikap terhadap seks pranikah, pelajar SMA umum,
pelajar SMA berbasis agama

PENDAHULUAN Para remaja ini sudah menjalani


hubungan layaknya suami istri.
Fenomena seks pranikah yang Kebebasan perilaku seksual
terjadi di masyarakat sekarang, tidak dipengaruhi oleh gaya hidup bebas di
hanya melibatkan orang-orang negara-negara barat yang telah
dewasa, namun sudah menjalar di terbawa masuk bersamaan dengan
kalangan pelajar SMP dan SMA. kemajuan teknologi yang

1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

berkembang pesat. Praktik religiusitas maka semakin rendah


pendidikan agama di Indonesia saat perilaku seks bebasnya dan
ini hanya mengutamakan aspek sebaliknya semakin rendah
kognitif dan mengabaikan aspek religiusitas maka semakin tinggi
afektif dan konatif-volitif yaitu perilaku seks bebasnya. Hal ini
kemauan untuk mengamalkan, berarti, religiusitas dapat
sehingga terjadi kesenjangan antara mempengaruhi perilaku seks
pengetahuan tentang agama yang pranikah. Seseorang yang memiliki
dimiliki dengan pengamalan ajaran tingkat religiusitas yang rendah,
agama yang telah diterima (Bukhori, tidak dapat menghayati agamanya
dalam Lobud 2007). Ditambahkan dengan baik. Dengan demikian,
pula oleh Hidayat (dalam Lobud, seseorang akan dengan mudah
2007) pendidikan agama hanya melanggar ajaran agamanya
berorientasi pada pengetahuan misalnya dengan melakukan seks
tentang agama, sehingga orang pranikah (Kapinus, dalam
memiliki pengetahuan tentang nilai- Ritandiyono & Adisti, 2008).
nilai agamanya namun perilaku yang Sebaliknya, jika seseorang memiliki
dimunculkan tidak sesuai dengan tingkat religiusitas yang tinggi akan
ajaran agamanya. Kecurigaan memandang agamanya sebagai
mengenai pendidikan agama yang tujuan utama hidupnya, sehingga ia
hanya mengutamakan aspek kognitif berusaha menginternalisasikan ajaran
dibandingkan aspek afektif juga agamanya dalam perilakunya sehari-
dibuktikan dengan melihat hari. Seorang yang memiliki
kurikulum pendidikan agama di religiusitas tinggi akan membatasi
sekolah yang terlampau pada dirinya dari perilaku yang tidak
pemberian materi yang lebih sesuai dengan ajaran agamanya,
mengedepankan aspek kognitif termasuk membatasi diri dari
daripada membangun kesadaran perilaku seks pranikah (Maria, dalam
keagamaan yang utuh. Penyampaian Ritandiyono & Adisti, 2008)
materi juga dilakukan dengan
metode ceramah yang bersifat Di Indonesia, terdapat dua
normatif, kognitif dan teoritis, tipe sekolah yaitu sekolah umum dan
sedangkan alokasi waktu yang sekolah berbasis agama. Perbedaan
diberikan sangat terbatas (Lobud, dari dua sekolah ini adalah pada
2007). sekolah berbasis agama lebih
menitikberatkan pada agama yaitu
Religiusitas dan agama adalah dengan memberikan muatan
satu kesatuan yang tidak bisa pelajaran agama yang lebih banyak
dipisahkan. Religiusitas lebih sedangkan sekolah umum hanya
menunjuk kepada aspek kualitas dari menjadikan agama sebagai salah satu
manusia yang beragama mata pelajaran saja dan hanya
(Mangunwidjaya, dalam Ritandiyono diberikan selama dua jam dalam satu
& Andisti, 2008). Berdasarkan minggu. Untuk mengetahui tingkat
penelitian yang dilakukan oleh religiusitas dan sikap terhadap seks
Ritandiyono & Andisti (2008), pranikah pada pelajar SMA,
menyebutkan bahwa semakin tinggi penelitian kali ini akan menggunakan

2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

pelajar yang bersekolah di SMA Sikap


umum dan pelajar yang bersekolah di
SMA berbasis agama. penelitian kali Sikap adalah respon seseorang
ini bermaksud untuk meneliti dalam hal afeksi (perasaan), kognisi
perbedaan antara tingkat religiusitas (pemikiran), dan konasi (predisposisi
dan sikap terhadap seks pranikah tindakan) terhadap suatu objek atau
pada pelajar yang bersekolah di aspek di lingkungan sekitarnya baik
SMA umum dan SMA berbasis yang mendukung (favorable) atau
agama. tidak mendukung (unfavorable).
Sikap memiliki kaitan terhadap
KAJIAN PUSTAKA perilaku manusia yang berada dalam
batas kewajaran yang merupakan
Religiusitas
suatu respon terhadap stimuli dari
Religiusitas adalah tingkat lingkungan sosial (Azwar, 2009).
keimanan agama seseorang yang Untuk tidak hanya sekedar
dicerminkan dalam keyakinan, memahami, namun juga agar dapat
pengalaman dan tingkah laku yang memprediksi perilaku, Ajzen &
menunjuk kepada aspek kualitas dari Fishbein (dalam Azwar, 2009)
manusia yang beragama untuk mengemukakan teori tindakan
menjalani kehidupan sehari-hari beralasan (theory of reasoned
dengan baik. Stark dan Glock (dalam action). Teori ini mencoba untuk
Setiawan, 2007) berpendapat bahwa melihat anteseden yang
terdapat lima dimensi religiusitas menyebabkan munculnya perilaku
yang merupakan komitmen religius, atas kemauannya sendiri. Teori ini
tekad dan itikad yang berkaitan didasarkan pada asumsi bahwa
dengan hidup keagamaan. Lima secara umum manusia melakukan
dimensi religiusitas tersebut, yaitu: sesuatu menggunakan akal sehat
(1) Dimensi ideologis (belief). dengan cara yang masuk akal,
Keyakinan seseorang terkait dengan manusia selau mempertimbangkan
kebenaran ajaran agamanya. (2) informasi yang ada sebelum
Dimensi pengalaman (experience). bertindak dan terakhir manusia
pengalaman berjumpa secara memperhitungkan dampak dari
subjektif dengan Tuhan (3) Dimensi tindakan mereka. Teori tindakan
intelektual (knowledge). Pengetahuan beralasan kemudian diperluas oleh
tentang elemen-elemen pokok dalam Ajzen (dalam Azwar, 2009) dan
iman keyakinannya. (4) Dimensi dinamai teori perilaku terencana
dampak. Dampak komitmen dan (theory of planned behavior).
keterlibatan religius pada perilaku Berdasarkan teori perilaku terencana
umum individu. (5) Dimensi ritual (Ajzen, dalam Ogden 2007) terdapat
(practice). perilaku yang dilakukan komponen-komponen sikap yang
oleh seseorang sebagai pembuktian dapat mempengaruhi niat untuk
atas kepercayaan terhadap berperilaku sehingga dapat
agamanya. memunculkan suatu perilaku, yaitu :
(1) Keyakinan mengenai akibat dari
perilaku. (2) Evaluasi terhadap hasil,
(3) Keyakinan pada apa yang

3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

dipikirkan oleh orang-orang yang berbasis agama terdapat lebih banyak


dianggap penting terkait perilaku. (4) muatan pendidikan agama. Dalam
Motivasi untuk mengikuti pemikiran sekolah agama juga diciptakan
orang-orang yang dianggap penting, suasana sekolah yang agamis,
(5) Kontrol yang berasal dari dalam dengan membangun sarana ibadah
diri, (6) Kontrol yang berasal dari dan menyajikan mata pelajaran
luar diri. dengan pendekatan yang agamis
(Asrori, 2011).
Seks Pranikah
perilaku seks pranikah adalah METODE PENELITIAN
perilaku yang didorong oleh hasrat
seksual yang dilakukan oleh laki-laki Subjek Penelitian
dan perempuan mulai dari
berkencan, bercumbu sampai Subjek yang akan digunakan
bersenggama, tanpa adanya ikatan dalam penelitian adalah 198 pelajar
pernikahan yang resmi berdasarkan SMA umum dan 198 pelajar SMA
agama dan hukum. berbasis agama.

SMA umum Metode Pengumpulan dan Analisis


Data
Sekolah Menengah Atas (SMA)
adalah tingkatan pendidikan formal di Metode pengumpulan data yang
Indonesia setelah lulus dari Sekolah digunakan adalah angket tingkat
Menengah Pertama/sederajat. Sekolah religiusitas dan angket singkap
Menegah Atas ditempuh dalam waktu terhadap seks pranikah yang terdiri
tiga tahun, dimulai dari kelas X hingga atas angket terbuka dan angket
kelas XII. Pada tahun kedua di SMA tertutup. Pengujian hipotesis
atau tepatnya pada kelas XI, siswa SMA dilakukan menggunakan statistik non
harus memilih satu dari tiga jurusan
parametrik U mann Whitney.
yang disediakan yaitu jurusan IPA,
jurusan IPS dan jurusan bahasa. Pada HASIL DAN PEMBAHASAN
akhir tahun ketiga (kelas XII), siswa
SMA dihadapkan pada Ujian Nasional Hasil penelitian menunjukkan
yang harus dilalui sebagai standar bahwa tidak ada perbedaan tingkat
kelulusan dari SMA. Setelah lulus dari religiusitas antara pelajar di SMA umum
SMA, siswa SMA dapat melanjutkan dan SMA berbasis agama dengan nilai
pendidikan ke perguruan tinggi atau p=0,257 (> 0,05). Secara umum, baik
dapat langsung bekerja. Pelajar SMA siswa yang bersekolah di SMA umum
umumnya berusia 16-18 tahun. Sekolah maupun siswa yang bersekolah di SMA
Menengah Atas dipegang oleh dua berbasis agama memiliki tingkat
badan, yaitu pemerintah dan swasta religiusitas yang tinggi. Tidak adanya
(Wikipedia, diunduh 21 April 2011). perbedaan antara pelajar yang
bersekolah di SMA umum dan SMA
SMA Berbasis Agama berbasis agama disebabkan karena tidak
hanya sekolah yang semata-mata
Kurikulum Sekolah Menengah
menjadi faktor dalam memengaruhi
Atas (SMA) berbasis agama sama tinggi rendahnya tingkat religiusitas
dengan Sekolah menengah Atas pelajar. Namun, ada faktor lain yang
(SMA) umum, hanya saja pada SMA

4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

ikut memengaruhi tingkat religiusitas, 89,9% pelajar di SMA umum


Faktor lain yang menyebabkan tingginya memiliki sikap yang sangat tidak
tingkat religiusitas pada siswa yang mendukung dan tidak mendukung
bersekolah di SMA umum dan SMA terhadap seks pranikah. Sedangkan
berbasis agama selain sekolah adalah pada SMA berbasis agama, hanya
dari keluarga. Menurut Dinas kesehatan
(nodate), pendidikan agama yang
77,8% pelajar yang memiliki sikap
diberikan orang tua dalam keluarga sangat tidak mendukung dan tidak
dapat menimbulkan sikap-sikap positif mendukung terhadap seks pranikah.
untuk menjauhi semua larangan agama
dan mematuhi semua perintah agama Dalam penelitian ini, tidak
yang merupakan langkah awal dari hanya sekolah yang menjadi faktor
proses internalisasi nilai dan norma terbentuknya sikap seks pranikah.
dalam kehidupan sehari-hari atau Beberapa faktor yang dapat
religiusitas. Thouless (dalam Marsal, menyebabkan terbentuknya sikap
2008) menyatakan pendidikan agama terhadap seks pranikah selain
yang berasal dari keluarga dan sekolah sekolah, ditunjukkan oleh aspek-
termasuk salah satu faktor yang dapat aspek berdasarkan teori Ajzen
memengaruhi religiusitas seseorang. (dalam Azwar, 2003) yaitu
Stark dan Glock (dalam Setiawan, 2007) keyakinan pelajar mengenai akibat
berpendapat bahwa tinggi atau
perilaku, evaluasi pelajar terhadap
rendahnya religiusitas seseorang dapat
dilihat melalui lima dimensi. Lima hasil, keyakinan pelajar terhadap apa
dimensi tersebut adalah dimensi yang dipikirkan oleh orang yang
ideologis, dimensi ritual, dimensi dianggap penting oleh pelajar,
pengalaman, dimensi intelektual dan motivasi untuk mengikuti pemikiran
dimensi dampak. Dari hasil penelitian orang yang dianggap penting oleh
diketahui bahwa pelajar di kedua SMA pelajar, kontrol dari dalam diri serta
sama-sama memiliki dimensi yang kontrol dari luar diri. Pelajar di SMA
tinggi dari kelima dimensi religiusitas umum dan SMA berbasis agama
tersebut. mengetahui bahwa perilaku seks
Pengujian hipotesis kedua pranikah merupakan hal yang
mengenai perbedaan sikap terhadap dilarang oleh agama. Pelajar di SMA
seks pranikah antara pelajar yang umum dan SMA agama juga
bersekolah di SMA umum dan SMA mengetahui akibat dari seks pranikah
berbasis agama dengan teknik uji yaitu kehamilan yang tidak
beda non parametrik u mann whitney diinginkan, infeksi menular seksual
menghasilkan nilai p sebesar 0,000 dan munculnya perasaan bersalah.
(< 0,05) sehingga dinyatakan bahwa Meskipun pelajar di kedua sekolah
ada perbedaan sikap terhadap seks sama-sama mengetahui akibat yang
pranikah antara pelajar yang ditimbulkan dari seks pranikah,
bersekolah di SMA umum dan SMA namun lebih banyak pelajar di SMA
berbasis agama. Dalam hal ini, umum yang menganggap bahwa seks
pelajar di SMA umum dan SMA pranikah memiliki akibat yang
berbasis agama sama-sama memiliki sangat negatif dibandingkan pelajar
sikap yang mengarah pada di SMA berbasis agama. Hal ini
kecenderungan tidak mendukung diduga karena pelajar yang
terhadap seks pranikah. Namun besekolah di SMA berbasis agama

5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

yang memiliki pengalaman keyakinan terhadap apa yang


mengetahui teman yang melakukan dipikirkan significant other ini
seks pranikah dibandingkan dengan muncul.
pelajar yang bersekolah di SMA
umum. Pengalaman mengetahui Selain faktor-faktor yang telah
teman yang melakukan seks pranikah disebutkan di atas tentang faktor
mendorong pelajar SMA berbasis yang dapat membentuk sikap
agama untuk melakukan evaluasi terhadap seks pranikah, faktor lain
mengenai akibat dari perilaku. yang dapat membentuk sikap adalah
Tingginya pengalaman subjek dalam media massa (Azwar, 2009).
melihat teman yang melakukan seks Informasi-informasi baru yang
pranikah, menyebabkan pelajar di didapat dari media massa dapat
SMA berbasis agama mengevaluasi memberikan landasan kognitif baru
dan memiliki keyakinan bahwa seks bagi terbentuknya sikap.
pranikah memiliki akibat yang
SIMPULAN DAN SARAN
negatif. Hal ini didukung dengan
pendapat Azwar (2009) yang Dari hasil pengumpulan data dan
menyatakan bahwa sikap dapat analisis data yang dilakukan, maka
dipengaruhi oleh beberapa faktor, penelitian ini menghasilkan simpulan
salah satunya adalah faktor yaitu: (1) Tidak ada perbedaan
pengalaman pribadi yang telah dan tingkat religiusitas antara pelajar
sedang dialami. Pengalaman pribadi yang bersekolah di SMA umum dan
bukan semata-mata dialami oleh pelajar yang bersekolah di SMA
subjek secara langsung, melainkan berbasis agama. Pelajar di kedua
juga dengan melihat pengalaman sekolah memiliki tingkat religiusitas
orang lain salah satunya dengan yang tinggi. Tingkat religiusitas tidak
melihat teman yang melakukan seks hanya dipengaruhi dari tempat
pranikah. Lebih banyak pelajar di pelajar bersekolah namun juga
SMA umum yang memiliki pengaruh dari peran keluarga dalam
keyakinan bahwa pemikiran memberikan pendidikan agama
significant others sangat negatif terhadap pelajar guna meningkatkan
terhadap seks pranikah dibandingkan tingkat religiusitas pelajar. (2)
subjek di SMA berbasis agama. Terdapat perbedaan sikap terhadap
Pelajar di SMA berbasis agama tidak seks pranikah antara pelajar yang
hanya memiliki keyakinan bahwa bersekolah di SMA umum dan SMA
pemikiran significant others negatif berbasis agama. Meskipun pelajar
dan sangat negatif terhadap seks yang bersekolah di SMA umum
pranikah, namun ada pula yang maupun pelajar yang bersekolah di
memiliki keyakinan bahwa orang- SMA berbasis agama sama-sama
orang yang dianggap penting oleh memiliki sikap yang mengarah pada
pelajar di SMA berbasis agama kecenderungan tidak mendukung
memiliki pemikiran yang netral terhadap seks pranikah, namun lebih
terhadap seks pranikah. Pengalaman banyak pelajar di SMA umum yang
pelajar di SMA berbasis agama memiliki sikap sangat tidak
melihat teman yang melakukan seks mendukung dan tidak mendukung
pranikah juga yang menyebabkan dibandingkan dengan pelajar di

6
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

SMA berbasis agama. Sekolah tidak afektif, sehingga pelajar dapat


menjadi faktor yang semata-mata menginternalisasi pembelajaran
mempengaruhi sikap terhadap seks agama ke dalam kehidupan sehari-
pranikah, melainkan juga dari hari. Hal ini bisa dilakukan dengan
beberapa faktor lain seperti pembelajaran yang tidak terlalu
pengalaman melihat teman yang padat dengan materi namun dapat
melakukan seks pranikah serta dikembangkan ke arah pembelajaran
kualitas informasi tentang seks yang menuntut pelajar untuk aktif,
pranikah yang diterima oleh pelajar. kreatif, mandiri dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka saran yang PUSTAKA ACUAN
dapat diberikan pada penelitian
selanjutnya adalah peneliti Ara (2010). Astaga!pelajar wonogiri
diharapkan menggali data lebih terbiasa seks bebas. Diunduh 01
dalam tentang SMA umum dan SMA April 2011 dari
berbasis agama, sehingga hasil data http://www.berita2.com/daerah/ja
menjadi lebih akurat. Pembuatan wa/7828-astaga-pelajar-wonogiri-
angket juga menggunakan gaya terbiasa-seks-bebas.html
bahasa anak muda agar sesuai Azwar , S. (2009). Sikap manusia
dengan usia subjek penelitian. dan teori pengukurannya.
Penelitian dapat dilakukan di lokasi Yogyakarta: Pustaka pelajar
berbeda, tidak hanya di Sidoarjo BKKBN (2008). Empat resiko seks
melainkan juga di kota-kota lainnya. pra nikah. Diunduh 24 Maret
Untuk subjek penelitian, diharapkan 2011 dari
dapat meningkatkan pendidikan http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/s
agama agar dapat melakukan proses ubstansi/detail/234
internalisasi terhadap nilai dan Crapps,R.W. (1994). Perkembangan
norma dalam kehidupan sehari-hari. kepribadian dan keagamaan.
Subjek juga diharapkan agar dapat Yogyakarta: Kanisius
lebih selektif dalam menerima Dagun, S.M. (1992). Maskulin dan
informasi yang diterima dari feminine: Perbedaan pria-wanita
lingkungan sehingga subjek tidak dalam fisiologi, psikologi,
mudah terpengaruh oleh perilaku seksual, karir dan masa depan.
seks pranikah dan dapat Jakarta: Rineka cipta.
mengantisipasi agar tidak terlibat Detiknews (2010). BKKBN: 51 dari
pada perilaku seks pranikah. 100 remaja di jabodetabek sudah tidak
Sedangkan saran yang dapat perawan. Diunduh 01 April 2011 dari
diberikan oleh peneliti kepada http://www.seksehat.info/hot-
sekolah. Pihak sekolah diharapkan news/bkkbn-51-dari-100-remaja-di-
dapat memberikan informasi dan jabodetabek-sudah-tidak-perawan.html
sosialisasi tentang seks pranikah Dinas kesehatan (nodate). Pedoman
dengan cara pendekatan religiusitas kesehatan jiwa remaja: pegangan bagi
yang diajarkan sekolah. Sekolah juga dokter puskesmas. Diunduh 11 Juli
diharapkan memberikan pendidikan 2012 dari http:
agama tidak hanya mengutamakan //www.depkes.go.id/downloads/P
aspek kognitif melainkan juga pada

7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

edoman%20 http://rac.uii.ac.id/server/documen
Kes%20Jiwa%20Remaja.pdf t/Public/20090508034144Skripsi_
Gani, M.R. (2010). Sma muhammadiyah 2 UII_F.PSB_Psikologi_Hubungan
sidoarjo. Diunduh 21 April 2011 dari %20religiusitas%20%20dengan%
http://rizalgani.blogspot.com/2010/04/s 20kecemasan%20menghadapi%2
ma-muhammadiyah-2-sidoarjo.html 0masa%20depan%20pada%20sur
Hadi, M.., Wulandana, Y.N., & Yawisah, vivour%20gempa%20bumi%20D
U. (2008). Studi mengenai efektivitas IY_Hidayat%20Marsal_99320001
pendidikan agama islam di sma .pdf
terhadap pengamalan agama siswa di Mufdil (2009). Religiusitas dan
kota metro. Diunduh 15 Juni 2011 dari remaja. Diunduh 01 Juni 2011
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81 dari
08121.pdf http://mufdil.wordpress.com/2009
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi /08/03/religiusitas-dan-remaja/
perkembangan: suatu pendekatan Nurcholis, M. (2010). 80 Persen
sepanjang rentang kehidupan ed Pelajar Ponorogo Seks Bebas.
5. (istiwidayanti & soedjarwo. Diunduh 01 April 2011dari http:
Pengalih bhs). Jakarta : Erlangga //www.kabarindonesia.com/berita.
Jalaluddin (2010). Psikologi agama. php?pil=26&jd=80+Persen+Pelaj
Jakarta : PT. RajaGrafindo ar+Ponorogo+Seks+Bebas&dn=2
Persada 0101214152653
Kemala, I. & Hidayah, I.P. (2011). Pebriyanah,U. (2010). Pendidikan
Pengaruh asertivitas terhadap Agama Minim Picu Perilaku Seks
perilaku seksual pranikah pada Bebas. Diunduh 24 Maret 2011,
remaja perempuan. Diunduh 06 dari
Agustus 2012 dari http://news.okezone.com/read/201
http://repository.usu.ac.id/bitstrea 0/05/11/337/331367/pendidikan-
m/123456789/26504/7/Cover.pdf agama-minim-picu-perilaku-seks-
Kemenag (2010). Tabel penduduk bebas
agama tahun 2010 provinsi jawa Pemerintah Sidoarjo (2012).
timur. Diunduh 22 Juni 2011 dari Informasi sekolah (SD, SLTP,
http://jatim.kemenag.go.id SLTA) per kecamatan. Diunduh
Lobud, S. (2007). Upaya 05 Juni 2012, dari
peningkatan mutu pendidikan http://www.sidoarjokab.go.id/mai
agama di madrasah ibtidaiyahh. n.php?content=info/fasilitas/skul-
Diunduh 06 Agustus 2012 dari all_kec.html
http://hunafa.stain-palu.ac.id/wp- Rakhmawati,W. (2006). Perbedaan
content/uploads/2012/02/4-Sjakir- sikap remaja terhadap hubungan
Lobud.pdf seksual sebelum menikah ditinjau
Mappiare, A. (1986). Psikologi remaja. dari tempat tinggal dan jenis
Surabaya : Usaha Nasional kelamin. Skripsi, tidak diterbitkan.
Marsal, H. (2008). Hubungan antara Program Sarjana Universitas
religiusitas dengan kecemasan Surabayaa.
menghadapi masa depan pada Ritandiyono & Andisti,M.A. (2008).
survivor gempa bumi DIY. Religiusitas dan perilaku seks
Diunduh 21 April 2011 dari bebas pada dewasa awal.

8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012)

Diunduh 10 Maret 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekol


http://ejournal.gunadarma.ac.id/in ah_menengah_atas
dex.php/psiko/article/view/298 Wikipedia (nodate). Madrasah
Santrock, J.W. (2003). Adolescence aliyah. Diunduh 21 April 2011
perkembangan remaja dari
(Adelar,S.B. & Saragih, S. http://id.wikipedia.org/wiki/Madr
Pengalih bhs). Jakarta : Erlangga asah_aliyah
Sari,C.P. (nodate). Jurnal harga diri Yahaya, A.B., & Ahmad, R.B.
pada remaja putri yang telah Faktor-faktor penyebab masalah
melakukan hubungan seks disiplin sekolah. Diunduh 16 Juli
pranikah. Diunduh 24 Maret 2012 dari
2011, dari http://eprints.utm.my/10404/1/fakt
http://www.gunadarma.ac.id/libra or-
ry/articles/graduate/industrial- faktor_penyebab_masalah_disipli
technology/2009/Artikel_1050403 n_di_sekolah.pdf
6.pdf Yusuf,H.S., (2005). Psikologi
Sarwono,S.W. (1989). Psikologi perkembangan anak dan remaja.
remaja. Jakarta: CV Rajawali. Bandung : Rosda
Sarwono,S.W. (2010). Psikologi
remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Setiawan,Y.P. (2007). Perbedaan
religiusitas remaja yang berasal
dari keluarga beda agama dan
yang tidak. Skripsi, tidak
ditebitkan. Program Sarjana
Universitas Surabaya
Sulistyo, J. (2010). 6 hari jago spss
17. Yogyakarta: Cakrawala
Ulhaq,Z. (2010). 29% Siswa SMA
Ngeseks Pranikah. Diunduh 01
April 2011 dari http://www.aids-
ina.org/modules.php?name=Avant
Go&file=print&sid=3493
Wikipedia (nodate). Agama.
Diunduh 24 Maret 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Agam
a
Wikipedia (nodate). Kabupaten
sidoarjo. Diunduh 5 Juni 2012
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabu
paten_Sidoarjo
Wikipedia (nodate). Sekolah
menengah atas. Diunduh 21 April
2011 dari

Anda mungkin juga menyukai