Anda di halaman 1dari 6

KEPADATAN ANGGANG-ANGGANG DI ALIRAN SUNGAI PULAKEK

KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN

Ayu Lestari1, Jasmi2, Abizar2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
ayu210693@gmail.com

ABSTRACT

The existence of the water strider in the waters serve as an indicator of the quality of
freshwater cleanliness. The quality of freshwater can be influenced by human activities, so that
it affects the survival and density of the grass. Water strider species have been used as
bioindicators of a freshwater. This study of determine the density of the water strider and the
chemical physics of water in the pulakek river. This research was conducted by descriptive
survey method by taking documentation of group image by using nikon camera. The sampling
station uses purposive sampling by setting 3 stations based on river condition with 15 points of
observation. From the research result, the density of Ptilomerasumatranus is 8 ind/point and
Metrocoristenuicornisis 3,8ind/point. The chemical physics factor in the Pulakek River flow is
still the tolerance limit for the life of the masts.

Keywords: Water Strider, Population, Density, River, Bioindicator

PENDAHULUAN Salah satu organisme hidup yang ada di


Sungai Pulakek terdapat pada sungai adalah anggang-anggang.
Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Anggang-anggang merupakan salah satu
Selatan. Sungai tersebut dimanfaatkan serangga air yang termasuk kedalam ordo
oleh penduduk sebagai tempat Hemiptera (Cheng dan Fernando, 1970).
menangkapan ikan, MCK, membuang Di dunia terdapat 751 spesies yang
sampah, menambang emas dan biji besi. termasuk kedalam 67 genus anggang-
Indonesia memproduksi rata-rata 380.000 anggang dan 700 spesies dalam 62 genus
ton deterjen tiap tahunnya (Sartika, 2009 diantaranya merupakan anggang-anggang
dalam Juliantara 2014). Pemanfaatan air tawar (Polhemus dan Polhemus, 2008
deterjen oleh penduduk semakin dalam Setiawan, 2015). Di Semenanjung
meningkat tiap tahunnya seiring dengan Malaysia dan Singapura dilaporkan 18
meningkatnya jumlah penduduk. genus dengan 43 spesies anggang-anggang
Banyaknya limbah deterjen dan sampah (Cheng et al., 2001 dalam Setiawan,
yang dibuang ke sungai setiap hari secara 2015), sedangkan di Pulau Sulawesi dan
terus menerus dapat merusak dan Buton dilaporkan terdapat 20 spesies
mencemarkan sungai. anggang-anggang, dengan tujuh spesies
baru (Cheng dan Nieser, 1992 dalam
Setiawan, 2015). Beberapa spesies disebabkan karena deterjen bersifat toksik
anggang-anggang menghuni berbagai bagi anggang-anggang, deterjen dapat
lingkungan perairan contohnya Gerris menurunkan kualitas perairan, dan
remigis Say, Gerris buenoi Kirkaldy masuknya deterjen pada konsentrasi
biasanya hidup disekitar kolom dan danau. tertentu ke lingkungan perairan tidak dapat
(Stonedahl dan Lattin, 1982). ditolelir oleh anggang-anggang.(Juliatara,
Keberadaaan anggang-anggang di 2014).
perairan juga bisa dijadikan sebagai
indikator kualitas kebersihan, serangga ini METODE PENELITIAN
hanya bisa hidup di peraian yang bersih Penelitian ini dilakukan pada bulan
dengan kualitas air yang masih terjaga Februari 2017. Menghitung kepadatan
baik. Ini tentunya menjadi sebuah anggang-anggang dilakukan di lokasi
kepastian jika anggang-angggang menjadi penelitian di Sungai Pulakek Kecamatan
indikator bagi kebersihan air. Beberapa Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan.
spesies anggang-anggang telah digunakan Identifikasi anggang-anggang di
sebagai bioindikator perairan. Anggang- Laboratorium Zoologi STKIP PGRI
anggang Gerris spinolae merupakan salah Sumatera Barat.
satu serangga bioindikator yang efektif Penelitian ini dilakukan dengan metode
untuk monitoring pencemaran survey deskriptif dengan cara mengamati
anthropogenik pada beberapa kolam (Pal langsung kelompok anggang-anggang yang
et al. 2012 dalam Setiawan, 2015). ditemukan di lokasi penelitian serta
Anggang-anggang G. argentatus, G. pengoleksian langsung terhadap anggang-
odontogaster, G. lateralis, dan G. anggang yang ditemukan di lokasi
thoracicus berperan sebagai bioindikator penelitian dan mendokumentasikan
logam berat (Nummelin et al. 1998 dalam gamabar kelompok anggang-anggang
Setiawan, 2015). menggunakan kamera nikon untuk
Pemanfaatkan anggang-anggang mengitung kepadatan anggang-anggang.
sebagai bioindikator terhadap pencemaran Teknik pengambilan sampel dengan
di perairan tawar yang disebabkan oleh menggunakan inseknet. Stasiun
polutan dari detergen dan pewarna kain pengambilan sampel menggunakan
sintetis. Hasil analisis statistiknya purposive sampling dengan menetapkan 3
menunjukkan bahwa deterjen pada semua stasiun berdasarkan kondisi sungai.
perlakuan berpengaruh nyata terhadap Penelitian ini dilakukan di Nagari Alam
kematian anggang-anggang. Hal ini Pauah Duo Kecamatan Pauh Duo
Kabupaten Solok Selatan. Sungai Pulakek ditentukan. Pengukuran faktor fisika kimia
terletak pada daerah kaki perbukitan dilakukan pada setiap kelompok anggang-
tepatnya di Jorong Durian Capang Tigo anggang ditemukan. Dalam peneliitian ini
Nagari Alam Pauah Duo dengan panjang dilakukan analisis menggunakan rumus
sungai ±30 km dan lebar ±5 m. Sungai yang sudah dimodivikasi dari rumus
pulakek memiliki anak sungai yang kepadatan Suin, (2002).
dimanakan Batang Batuang. Batang
Batuang ini memiliki lebar 2 meter yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berada kedalam perbukitan. sasaran dalam A. Hasil
penelitian ini adalah kelompok anggang- Dari penelitian ini ditemukan 2 jenis
anggang yang ada di perairan sungai anggang-anggang Ptilomera sumatranus
pulakek kecamatan pauh duo kabupaten (110 individu)dan Metrocoris tenuicornis
solok selatan. (19 individu). Total kepadatan Ptilomera
Prosedur penelitian di lapangan yaitu sumatranuspada stasiun 1 yaitu 7,6 ind/titik
melakukan penangkapan anggang-anggang pengamatan dan Metrocoris
untuk di identifikasi di laboratoium tenuicornisyaitu 3,8 ind/titik pengamatan.
zooologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Kepadatan Ptilomera sumatranuspada
Pengambilan gambar kelompok anggang- stasiun 2 dan 3 yaitu 8 ind/titik pengamatan
anggang dilakukanketika menelurusi sungai dan 6,4 ind/titik pengamatan (Tabel 1).
sepanjang 1 km/stasiun yang telah

Tabel 1. Kepadatan rata-rata (individu/ titik pengamatan) anggang-anggang di aliran Sungai


Pulakek Kecamaan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan
No Kelompok Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total
Anggang-Anggang A B A B A B
1 3 0 1,6 0 1,8 0 6,4
2 0 1,2 2,2 0 1,2 0 4,6
3 0 2,6 1,6 0 1,2 0 5,4
4 2,2 0 1,2 0 1,2 0 4,6
5 2,4 0 1,4 0 1 0 4,8
Jumlah 7,6 3,8 8 0 6,4 0 25,8
Frekuensi 0,6 0,4 1 0 1 0 1
A = Ptilomera sumatranus B = Metrocoris tenuicornis
melebihi duri dorsallateral
lobe.Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan
pada Ptilomera sumatranus telah sesuai
dengan ciri-ciri yang di telah dideskripsikan
oleh Hungerford dan Matsuda,(1965).
Metrocoris tenuicornis memiliki ciri-ciri
a b yaitu jantan: kaki jantan lebih panjang dari

Gambar 1. Jenis anggang-anggang yang pada betina. Femur jantan ramping, kaki
ditemukan di airan sungai Pulakek tengah dan belakang panjang, paramere
Kecamatan Pauh Duo Kabupaten
Solok Selatan. a= Ptilomera pendek, ujung paramer menunjuk, sedikit
sumatranus b=Metrocoris melengkung ke arah luar. Betina: abdomen
tenuicornis
ke 7 besar, sedikit lebih pendek dari semua

B. Pembahasan segmen lainnya, margin posterior lurus.

Terdapat dua spesies anggang-anggang Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan pada

yang ditemukan di Sungai Pulakek, yaitu Metrocoris tenuicornis telah sesuai dengan

Ptilomera sumatranus dan Metrocoris ciri-ciri yang di telah dideskripsikan oleh

tenuicornis (Gambar 1). Ptilomera Esaki,(1926).

sumatranus adalah anggang-anggang yang Stasiun 1 memiliki anggota kelompok

tidak bersayap (Apterous). Ciri-ciri yang yang bervariasi, terdapat dua jenis anggang-

dimiliki Ptilomera sumatranus yaitu; anggang yaitu Ptilomera sumatranus

Jantan, Femur tengah terdapat rambut, dengan total kepadatan rata-rata yatiu 7,6

paramere berambut dan simetris, batang ind/titik pengamtan dengan frekuensi 0,6

dan lengan paramere besar, ujung pygofor dan Metrocoris tenuicornis dengan total

membulat dan tumpul, lateral projection kepadatan rata-rata yatiu 3,8 ind/titik

pygofor pendek, median lobe kecil, lateral pengamatan dengan frekuensi 0,4.

wing pada suranal plate melebihi median Anggang-anggang Metrocoris tenuicornis

lobe. Betina; femur tengah tidak ada hanya ditemukan pada stasiun 1 dengan

rambut, terdapat ventrolateral lobe jumlah individu yang sedikit. Menurut Tran

abdomen ruas ketujuh, distal lobe pada dan Polhemus (2017) habitat Metrocoris

abdomen ketujuh lebih kecil dan juga tenuicornis sering ditemukan berseluncur di

terdapat seperti duri dorosolateral lobe, aliran sungai dalam hutan yang berarus

jarak antara dorsolateral dan ventrolateral sedang atau lambat. Selain itu juga di

lobes sempit, connexival spine menyilang pengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan
yang masih alami dan bersih karena berada
di kawasan perbukitan dan belum penduduk sekitar. Berdasarkan hasil
terganggu oleh aktifitas manusia. penelitian Juliantara (2014) Hasil analisis
Stasiun 2 meliliki total kepadatan rata- statistiknya menunjukkan bahwa deterjen
rata (individu/ titik pengamatan) kelompok pada semua perlakuan berpengaruh nyata
anggang-anggang tertinggi yaitu 8 ind/titik terhadap kematian anggang-anggang. Hal
pengamatan. Stasiun 2 merupakan habitat ini disebabkan karena deterjen bersifat
yang sesuai bagi Ptilomera sumatranus. toksik bagi anggang-anggang, deterjen
Anggang-anggang Ptilomera sumatranus dapat menurunkan kualitas perairan, dan
ditemukan berkelompok pada permukaan masuknya deterjen pada konsentrasi
air yang berarus sedang (Stonedahl dan tertentu ke lingkungan perairan tidak dapat
Lattin 1987) sesuai dengan habitat dari ditolelir oleh anggang-anggang.
genus Ptilomera (Cheng dan Nieser, 1992 Serangga sanggat rentan terhadap
dalam Setiawan, 2015). Pada stasiun ini perubahan suhu, kelembapan dan kondisi
terdapat batuan-batuan besar sehingga kimiawi habitat (Schowaalter, 2006 dalam
arusnya tidak terlalu deras. Berdasarkan Juliantara, 2014). Berdasarkan penelitian
pengamatan, Ptilomera sumatranus banyak dari Setiawan (2015) menyatakan bahwa
berlindung di belakang batu yang arusnya suhu berdampak negatif terhadap
lambat. Hal ini diduga untuk menghindari kelimpahan Ptilomera dromas. Telah
predator. Jika terganggu, Ptilomera dipelajari oleh prevalensi anggang-anggang
sumatranus akan meluncur dengan cepat ke di lingkungan yang berbeda, anggang-
bagian arus yang deras kemudian kembali anggang paling suka perairan dengan suhu
ke bagian yang berarus lebih lambat di 25º C (Wikipedia, 2016). Suhu air pada
belakang batu. sungai pulakek yaitu berkisar 24,4ºC-26ºC,
Stasiun 3 memiliki total kepadatan rata- sehingga suhu pada sungai pulakek ini tidak
rata (individu/ titik pengamatan) kelompok berdampak pada kepadatan anggang-
anggang-anggang paling rendah yaitu 6,4 anggang.
ind/titik pengamatan. Rendahnya kelompok Kepadatan populasi yang rendah juga di
anggang-anggang di aliran sungai Pulakek pengaruhi oleh faktor pH. Kisaran pH pada
di pengaruhi oleh keadaan sungai tersebut. sungai pulakek yaitu 8,16- 10. Nilai pH
Sungai yang berada di kawasan padat yang tinggi mengindikasikan bahwa
penduduk menggunakan sungai sebagai perairan basa. Kecepatan arus pada
tempat untuk melakukan kegiatan sehari- penelitin ini berkisiar 0,6-1 m/dtk.
hari seperti mencuci, mandi, kakus dan Berdasarkan penelitian Setiawan (2015)
sebagai tempat pembuangan sampah oleh
kecepatan arus berpengaruh negatif Terhadap Anggang-Anggang
(Gerris marginatus). Tesis.
terhadap kelimpahan P. dromas.
Universitas Udayana Denpasar.

Hungerford, H. B., and Matsuda, R. 1965.


KESIMPULAN
The Genus Ptilomera Amyot And
Aliran Sungai Pulakek Kecamatan Serville (Gerridae: Hemiptera). The
University Of Kansas Scinence
Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan
Bulletin.
didapatkan kepadatan anggang-anggang
Setiawan, B. 2015. ” Kelimpahan Anggang-
Ptilomera sumatranus yaitu 8 ind/ titik
Anggang (Ptilomera dromas
pengamatan dan anggang-anggang Breddin) Di Sungai Ciliwung Yang
Berpotensi Sebagai Bioindikator
Metrocoris tenuicornis yaitu 3,8 ind/titik
Kualitas Air”. Tesis. Institut
pengamatan. Sungai Pulakek masih batas Pertanian Bogor.
toleransi untuk kehidupan anggang-
Stonedahl, G., M., dan Lattin J., D.1982.
anggang. The Gerridae Or Water Striders Of
Oregon and Washington
(Hemiptera:Heterotera). Oregon
DAFTAR PUSTAKA State University Corvallis. Oregon.

Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Padang.


Cheng, L. dan C. H. Fernando, 1970. The t Universitas Andalas.
Water-Sriders Of Ontario
(Heteroptera:Gerridae). San Diego. Tran A. D,dan Polhemus D.A. 2017. The
California. Printed At The Genus Metrocoris Mayr, 1865
University Of Toronto Press. (Gerromorpha: Gerridae) in
Vietnam, With Descriptions of Five
Esaki, T. 1926. The Water-Striders Of The New Specie. Jurnal. Raffles Bulletin
Subfamily Halobatinae In The of Zoology.
Hungarian National Museum.
Department of Agriacultur Kyushu WikiVisually, ‘Water Strider‘,
Imperial University. (wikivisually.com/wiki/water_stride
Juliatara, I. K. P. 2014. Toksisitas Deterjen r/wiki_ph_ id_ 16 ) [diakses 12
Dan Pewarna Kain Sintetis Oktober 2016]

Anda mungkin juga menyukai