Kepadatan Anggang Anggang Di Aliran Sungai Pulakek Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan PDF
Kepadatan Anggang Anggang Di Aliran Sungai Pulakek Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan PDF
ABSTRACT
The existence of the water strider in the waters serve as an indicator of the quality of
freshwater cleanliness. The quality of freshwater can be influenced by human activities, so that
it affects the survival and density of the grass. Water strider species have been used as
bioindicators of a freshwater. This study of determine the density of the water strider and the
chemical physics of water in the pulakek river. This research was conducted by descriptive
survey method by taking documentation of group image by using nikon camera. The sampling
station uses purposive sampling by setting 3 stations based on river condition with 15 points of
observation. From the research result, the density of Ptilomerasumatranus is 8 ind/point and
Metrocoristenuicornisis 3,8ind/point. The chemical physics factor in the Pulakek River flow is
still the tolerance limit for the life of the masts.
Gambar 1. Jenis anggang-anggang yang pada betina. Femur jantan ramping, kaki
ditemukan di airan sungai Pulakek tengah dan belakang panjang, paramere
Kecamatan Pauh Duo Kabupaten
Solok Selatan. a= Ptilomera pendek, ujung paramer menunjuk, sedikit
sumatranus b=Metrocoris melengkung ke arah luar. Betina: abdomen
tenuicornis
ke 7 besar, sedikit lebih pendek dari semua
yang ditemukan di Sungai Pulakek, yaitu Metrocoris tenuicornis telah sesuai dengan
tidak bersayap (Apterous). Ciri-ciri yang yang bervariasi, terdapat dua jenis anggang-
Jantan, Femur tengah terdapat rambut, dengan total kepadatan rata-rata yatiu 7,6
paramere berambut dan simetris, batang ind/titik pengamtan dengan frekuensi 0,6
dan lengan paramere besar, ujung pygofor dan Metrocoris tenuicornis dengan total
membulat dan tumpul, lateral projection kepadatan rata-rata yatiu 3,8 ind/titik
pygofor pendek, median lobe kecil, lateral pengamatan dengan frekuensi 0,4.
lobe. Betina; femur tengah tidak ada hanya ditemukan pada stasiun 1 dengan
rambut, terdapat ventrolateral lobe jumlah individu yang sedikit. Menurut Tran
abdomen ruas ketujuh, distal lobe pada dan Polhemus (2017) habitat Metrocoris
abdomen ketujuh lebih kecil dan juga tenuicornis sering ditemukan berseluncur di
terdapat seperti duri dorosolateral lobe, aliran sungai dalam hutan yang berarus
jarak antara dorsolateral dan ventrolateral sedang atau lambat. Selain itu juga di
lobes sempit, connexival spine menyilang pengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan
yang masih alami dan bersih karena berada
di kawasan perbukitan dan belum penduduk sekitar. Berdasarkan hasil
terganggu oleh aktifitas manusia. penelitian Juliantara (2014) Hasil analisis
Stasiun 2 meliliki total kepadatan rata- statistiknya menunjukkan bahwa deterjen
rata (individu/ titik pengamatan) kelompok pada semua perlakuan berpengaruh nyata
anggang-anggang tertinggi yaitu 8 ind/titik terhadap kematian anggang-anggang. Hal
pengamatan. Stasiun 2 merupakan habitat ini disebabkan karena deterjen bersifat
yang sesuai bagi Ptilomera sumatranus. toksik bagi anggang-anggang, deterjen
Anggang-anggang Ptilomera sumatranus dapat menurunkan kualitas perairan, dan
ditemukan berkelompok pada permukaan masuknya deterjen pada konsentrasi
air yang berarus sedang (Stonedahl dan tertentu ke lingkungan perairan tidak dapat
Lattin 1987) sesuai dengan habitat dari ditolelir oleh anggang-anggang.
genus Ptilomera (Cheng dan Nieser, 1992 Serangga sanggat rentan terhadap
dalam Setiawan, 2015). Pada stasiun ini perubahan suhu, kelembapan dan kondisi
terdapat batuan-batuan besar sehingga kimiawi habitat (Schowaalter, 2006 dalam
arusnya tidak terlalu deras. Berdasarkan Juliantara, 2014). Berdasarkan penelitian
pengamatan, Ptilomera sumatranus banyak dari Setiawan (2015) menyatakan bahwa
berlindung di belakang batu yang arusnya suhu berdampak negatif terhadap
lambat. Hal ini diduga untuk menghindari kelimpahan Ptilomera dromas. Telah
predator. Jika terganggu, Ptilomera dipelajari oleh prevalensi anggang-anggang
sumatranus akan meluncur dengan cepat ke di lingkungan yang berbeda, anggang-
bagian arus yang deras kemudian kembali anggang paling suka perairan dengan suhu
ke bagian yang berarus lebih lambat di 25º C (Wikipedia, 2016). Suhu air pada
belakang batu. sungai pulakek yaitu berkisar 24,4ºC-26ºC,
Stasiun 3 memiliki total kepadatan rata- sehingga suhu pada sungai pulakek ini tidak
rata (individu/ titik pengamatan) kelompok berdampak pada kepadatan anggang-
anggang-anggang paling rendah yaitu 6,4 anggang.
ind/titik pengamatan. Rendahnya kelompok Kepadatan populasi yang rendah juga di
anggang-anggang di aliran sungai Pulakek pengaruhi oleh faktor pH. Kisaran pH pada
di pengaruhi oleh keadaan sungai tersebut. sungai pulakek yaitu 8,16- 10. Nilai pH
Sungai yang berada di kawasan padat yang tinggi mengindikasikan bahwa
penduduk menggunakan sungai sebagai perairan basa. Kecepatan arus pada
tempat untuk melakukan kegiatan sehari- penelitin ini berkisiar 0,6-1 m/dtk.
hari seperti mencuci, mandi, kakus dan Berdasarkan penelitian Setiawan (2015)
sebagai tempat pembuangan sampah oleh
kecepatan arus berpengaruh negatif Terhadap Anggang-Anggang
(Gerris marginatus). Tesis.
terhadap kelimpahan P. dromas.
Universitas Udayana Denpasar.