Anda di halaman 1dari 21

Refleksi Kasus September 2018

Sindrom Meigs

Disusun Oleh :

Ashar Randy Adil

N 111 16 113

Pembimbing Klinik :

dr. Djemi, Sp.OG. MARS

BAGIAN ILMU OBTETRIK DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Sindrom Meigs merupakan gejala yang terdiri dari tumor ovarium benigna
dengan ascites dan efusi pleura yang menghilang setelah reaksi tumor. Tumor
ovarium pada Sindrom Meigs adalah jenis fibroma. (1,2,3)
Pada tahun 1934, Salmon menjelaskan hubungan antara efusi pleura dengan
tumor jinak pelvis. Pada tahun 1937, Meigs dan Cass menjelaskan 7 kasus dari
fibroma ovarium yang berhubungan dengan ascites dan efusi pleura. Pada tahun
1954, Meigs mengajukan batasan-batasan dari Sindrom Meigs tentang tumor ovarium
yang jinak dan solid yang diikuti dengan ascites dan efusi pleura, di mana setelah
pengangkatan tumor, pasien tidak mengalami kekambuhan. (1,3)
Sindrom Pseudo-Meigs terdiri dari efusi pleura, ascites dan tumor jinak
ovarium selain jenis fibroma. Tumor jinak ini termasuk tumor tuba fallopi atau uterus
dan matur teratoma, struma ovari dan ovarium leiomyomas. Juga untuk metastase
dari keganasan gastrointestinal. Pseudo-pseudo Meigs Sindrom juga terdapat pada
pasien Sistemik Lupus Eritematous. (4)
Jumlah fibroma adalah 4% dari neoplasma ovarium. 10-15% dari semua
fibroma berhubungan dengan asites, sedangkan hanya 1% memiliki efusi pleura dan
(4)
asites. Tumor memiliki potensi ganas sangat rendah. Tumor panggul lainnya
seperti tumor Brenner dan tumor granulosa sel dapat dikaitkan dengan ascites dan
efusi pleura dan digambarkan sebagai sindrom pseudo-meigs. (4)
Di AS tumor ovarium banyak pada masyarakat sosio ekonomi rendah.
Fibroma ovarium didapatkan pada 2-5 % tumor ovarium dan Meigs Sindrom
ditemukan jumlah 1 %. Ascites ditemukan pada 10-15 % dan fibroma ovarium dan
hidrotoraks pada 1 % pasien terutama dengan lesi yang besar. 40 % dari kasus-kasus
fibroma ovarium ditemukan ascites dan hidrotoraks. (5)
Insiden dari tumor ovarium meningkat pada decade ketiga dan meningkat
secara progresif hingga puncaknya pada dekade ketujuh. (5)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Sindrom Meigs merupakan gejala yang terdiri dari tumor ovarium
benigna dengan ascites dan efusi pleura yang menghilang setelah reaksi
tumor. Tumor ovarium pada Sindrom Meigs adalah jenis fibroma. Tumor
ovarium pada meigs syndrome bisa berupa suatu fibroma, thecoma,
kistadenoma atau sel tumor granulose.(6)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Sindrom meigs jarang terjadi. Fibroma hanya sekitar 3% dari semua
tumor ovarium, dan sindrom meigs. Hal ini cenderung terjadi pada wanita
pascamenopause, dengan usia rata-rata sekitar 50 tahun. (6)
Sepuluh sampai lima belas persen dari semua fibroma berhubungan
dengan asites, sedangkan hanya 1% memiliki efusi pleura dan asites. Tumor
memiliki potensi ganas sangat rendah. Tumor panggul lainnya seperti tumor
Brenner dan tumor granulosa sel dapat dikaitkan dengan ascites dan efusi
pleura dan digambarkan sebagai sindrom pseudo-meigs. (4)
Di AS tumor ovarium banyak pada masyarakat sosio ekonomi rendah.
Fibroma ovarium didapatkan pada 2-5 % tumor ovarium dan Meigs Sindrom
ditemukan jumlah 1 %. Ascites ditemukan pada 10-15 % dan fibroma
ovarium dan hidrotoraks pada 1 % pasien terutama dengan lesi yang besar. 40
% dari kasus-kasus fibroma ovarium ditemukan ascites dan hidrotoraks. (5)
Insiden dari tumor ovarium meningkat pada dekade ketiga dan
meningkat secara progresif hingga puncaknya pada dekade ketujuh. (5)

2
2.3 PATOFISIOLOGI
a) Etiologi dari cairan ascites
Patofisiologi ascites pada Meigs Sindrom masih merupakan
spekulasi. Meigs menduga bahwa iritasi dari peritoneum dari tumor
ovarium yang keras dan solid menstimulasi produksi cairan peritoneum.
Samanth dan Black menemukan bahwa ascites hanya terdapat pada tumor
dengan diameter lebih dari 10 cm dengan komponen myxoid sampai
struma. Mekanisme lain yang diajukan adalah tekanan langsung pada
aliran limfe atau vena, stimulasi hormonal, dan torsi tumor. Terjadinya
ascites dapat juga disebabklan oleh pelepasan mediator-mediator (seperti
activated complements histamine fibrin degradation products) dari tumor,
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. (1,3)
b) Etiologi dari efusi pleura
Etiologi dari efusi pleura tidak jelas. Teori dari Efskind dan Terade
dkk mengatakan bahwa cairan ascites berpindah melalui
transdiaphragmatic lympathic channels. Besarnya efusi pleura sebanding
dengan jumlahnya ascites. Cairan ascites dan efusi pleura pada Meigs
Sindrom dapat berupa transudat atau eksudat. Meigs melakukan
elektroforesis pada beberapa kasus dan menemukan bahwa pada dasarnya
cairan pleura dan cairan ascites mempunyai sifat yang sama. (1)
c) Fibroma Ovarium
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma tetapi tidak
semua ganas meskipun semuanya mempunyai potensi maligna. Potensi
menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat
rendah pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma embrional
yang padat. Frekuensi fibroma ovarium 5 % dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita dalam masa
menopause dan sesudahnya. Gambaran klinik tumor dapat mencapai
diameter 2-30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg dengan 90 %

3
unilateral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warna merah jambu
keabu-abuan. (2)

2.4 GEJALA KLINIS


Pasien dengan Meigs Sindrom mempunyai keluarga dengan riwayat
kanker ovarium. Keluhan utama tidak jelas dan terjadi sepanjang waktu. (1,3)
Kebanyakan gejala berhubungan dengan asites dan efusi pleura tapi sebelum
menopause mungkin ada gejala menstruasi juga. (6)
a) Fatigue
b) Dyspnea
c) Nyeri panggul, kembung, konstipasi
d) Peningkatan lingkar perut terkait dengan berat badan atau penurunan berat
badan.
e) Batuk non produktif
f) Amenorea

2.5 PENEGAKAN DIAGNOSIS


A. Anamnesis
Berdasarkan gejala klinis.
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda positif seperti : (1)
a) Tanda vital : Takipneu, takikardi
b) Paru-paru : Pada perkusi terdengar hampir hilang (tumpul),
menurunnya taktil fremitus, penurunan vocal resonance, penurunan
bunyi pernapasan, menunjukkan dugaan efusi pleura. Efusi pleura
sebagian besar di dapatkan pada paru kanan, tetapi dapat juga
ditemukan pada paru kiri.

4
c) Abdomen : Pada pemeriksaan didapatkan massa yang kecil
ataupun besar pada pelvis atau massa tidak dapat dirasakan.
Ditemukan ascites, dengan shifting dullness dan ataufluid thrill.
d) Pelvis : Ditemukan adanya massa (besarnya, lokalisasi,
permukaan, konsistensi mobile / immobile).

C. Pemeriskaan Penunjang
a) Laboratorium (1)
1) Anemia pada pasien dengan Meigs Sindrom merupakan anemia
defisiensi besi. Anemia dapat dikoreksi dengan transfusi darah
emergensi selama pasien menjalani operasi untuk Meigs Sindrom.
Anemia post operasi dapat diatasi dengan suplemen zat besi.
2) Protrombin Time diperiksa sebelum operasi. Jika meningkat,
menjadi tanda adanya koagulopati.
3) Tumor marker CA-125 dapat meningkat pada pasien Meigs
Sindrom, tetapi derajat peningkatannya tidak sebanding dengan
keganasannya.
b) Radiologi (1)
1. Gambaran foto toraks menunjukkan adanya efusi pleura
2. USG abdomen dan pelvis menunjukkan adanya massa pada
ovarium disertai ascites
3. CT scan abdomen dan pelvis :
a) CT scan mengkonfirmasikan adanya ascites dan ovarian,
uterus, tuba fallopi, atau broad ligament mass
b) Tidak ditemukan adanya tanda-tanda metastase jauh.
c) Tes lain (1)
Tes Papanicolau normal

5
2.6 PENATALAKSANAAN
Laparotomi eksplorasi dengan staging bedah adalah prosedur pilihan
pada penyakit ini. Lakukan bedah beku pada massa ovarium selama
laparotomi eksplorasi. Jika bedah beku konsisten dengan tumor jinak, tepat
dilakukan pembedahan konservatif (salpingo-ooforektomi atau ooforektomi).
Temuan dari biopsi kelenjar getah bening dan omentum serta pembilasan
pelvis akan negatif untuk keganasan jika prosedur ini dilakukan selama
operasi. Namun pada sindroma Meigs ada beberapa hal yang seharusnya
diperhatikan sebagai berikut : (1)
a) Pada wanita usia reproduktif, dilakukan unilateral salpingo-ooforektomi.
b) Pada wanita menopause, prosedur pilihannya adalah salpingo ooforektomi
bilateral dengan-histerektomi total dan unilateral atau kadang-kadang
dilakukan salpingo-ooforektomi bilateral.
c) Pada perempuan prapubertas, prosedur pilihannya adalah reseksi ovarium
dan salpingo-ooforektomi unilateral.
Tingkat kesembuhan setelah kedua jenis operasi adalah tinggi dan
pasien jarang mengalami kekambuhan.

2.7 PROGNOSIS
Dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan dari operasi asites,
dan penyumbuhan efusi pleura dan CA 125 kembali ke normal. Perubahan
cairan post operasi merupakan bagian dari penentuan dari penyakit ini, suatu
tumor yang jinak memiliki prognosis yang baik. Jika jaringan ovarium masih
berfungsi maka fetilitas dipertahankan. (6)

6
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS
1. Nama : Ny. N
2. Umur : 36 tahun
3. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
4. Agama : Islam
5. Alamat : Desa Tanah Mea
6. Tanggal Masuk RS : 2 Agustus 2018
7. Dokter Yang Merawat : dr. Abdul Faris, Sp.OG

3.2 ANAMNESIS
a) Keluhan Utama
Nyeri perut

b) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien wanita dengan P5A0 konsul dari bagian Penyakit Dalam di
konsulkan ke bagian Kebidanan dengan diagnosis Asites + massa
abdomen. Pasien datang ke RSU Anutapura rujukan dari RS Kabelota
dengan diagnosis Massa intraabdomen + anemia. Pasien masuk RS
dengan keluhan nyeri perut pada seluruh lapang perut sejak 2 hari SMRS.
Nyeri perut dirasakan seperti melilit. Pasien mengatakan makin hari
perutnya makin membesar sejak 6 bulan yang lalu. Mual & muntah
disangkal. Pasien juga mengeluhkan sesak napas sejak 2 minggu yang
lalu. Sesak napas dirasakan bila berjalan jauh. Sesak berkurang saat pasien
berbaring dan miring ke kiri. Pasien merasakan lelah terus menerus, napsu
makan menurun dan berat badan menurun. Sakit kepala, pusing, batuk dan
demam disangkal. BAK lancar dan BAB biasa. Sejak 10 bulan yang lalu

7
setelah pasien melahirkan anak ke 5 sampai sekarang pasien belum haid.

c) Riwayat Penyakit Terdahulu


Keluhan serupa disangkal. Hipertensi, diabetes, asma dan penyakit
lainnya disangkal.
d) Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan Asma.
e) Riwayat Psikososial
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
f) Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah dirawat sebelum.
g) Riwayat Persalinan
1. Anak pertama perempuan, lahir normal di Puskesmas
2. Anak kedua perempuan, lahir nomal di Puskesmas
3. Anak ketiga laki-laki, lahir normal di Puskesmas
4. Anak keempat perempuan, lahir normal di Puskesmas
5. Anak kelima laki-laki, lahir normal di Puskesmas
h) Riwayat Menstruasi
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, durasi haid 5 hari,
siklus 28 hari, HPHT pasien lupa.
i) Riwayat Alergi
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
j) Riwayat Operasi
Belum pernah operasi
k) Riwayat KB
Pasien tidak pernah mengunakan KB.

8
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum : Sakit Sedang
b) Kesadaran : Komposmentis
c) Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
- Suhu : 36,70C Axilla
d) Status Generalisata :
 Kepala :
- Bentuk : Normochepal
- Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (+/+)
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sclera : Ikterik (-/-)
 Leher :
- Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
- Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Thorax :
 Paru-Paru :
- Inspeksi : Asimetris
- Palpasi : Vocal fremitus kanan > kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kanan, sonor
lapang paru atas kiri, redup pada lapang paru kiri bawah.
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/+) bagian basal,
whezzing (-/-)
 Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba

9
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-),
murmur (-)
 Abdomen :
- Inspeksi : perut tampak cembung
- Auskultasi : Peristaltik (+)
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : Teraba massa berbatas tegas, mobile
 Ekstremitas :
- Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
- Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium 2 Agustus 2018
PARAMETER HASIL SATUAN RANGE NORMAL

RBC 4,2 106/uL 4,0-6,0

HB 9 g/dL 12,0 – 16,0

HCT 28,8 % 37,0 – 47,0

PLT 332 103/uL 150 – 450

WBC 5,2 103/uL 4,0 – 10,0

MCV 68,1 µm3 80-100

MCH 21,3 pg 27-32

MCHC 31,3 g/dl 32-36

10
Laboratorium 2 Agustus 2018
PARAMETER HASIL SATUAN RANGE NORMAL

CEA 1,66 ng/dl 0-5,0

CA 125 92,87 u/ml 0-35

Urea 21 mg/dl 10-50

Creatinin 0,72 mg/dl 0,70-1,20

SGOT 17 U/L 6-30

GDS 85 mg/dl 80-199

HCG test Negatif

11
USG 3 Agustus 2018

12
Hasil:
- Tampak massa hiper echoic batas tegas tepi regular ukuran 3,3 X 3,3 cm dan
3,6 X 3,8 cm pada adnexa kiri
- Tampak echo cairann bebas dalam cavum peritoneum
Kesan: Massa adnexa sinistra disertai ascites

Foto thorax PA 6 Agustus 2018


Kesan: TB paru aktif lesi luas dengan efusi pleura sinistra

3.5 DIAGNOSIS
P5A0 dengan Syndrome Miegs

3.6 PENATALAKSANAAN
1. IVFD RL 20 tpm
2. Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam iv
3. Injeksi Ranitidin 50 mg//12 jam iv

3.7 FOLLOW UP
Perawatan hari pertama, Jumat, 3 Agustus 2018

Subject Nyeri perut (+), mual (-), muntah (-), sesak (-), pusing (-),
sakit kepala (-), batuk(-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Object KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD :100/70 mmHg Nadi : 60x/menit
RR :20x/menit Suhu : 36.50C
Assessment Massa adnexa sinistra + asites + susp. Sindrome meigs
Planing - IVFD RL 20 tpm
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam iv

13
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam iv

Perawatan hari kedua, Sabtu 4 Agustus 2018


Subject Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), pusing (-),
sakit kepala (-), batuk(-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Object KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD :100/60 mmHg Nadi : 88x/menit
RR :18x/menit Suhu : 36.50C
Assessment Massa adnexa sinistra + asites + susp. Sindrome meigs
Planing - IVFD RL 20 tpm
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam iv
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam iv

Perawatan hari ketiga, Minggu 5 Agustus 2018


Subject Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), pusing (-),
sakit kepala (-), batuk(-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Object KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 90/60 mmHg Nadi : 78x/menit
RR :20 x/menit Suhu : 36.40C
Assessment Massa adnexa sinistra + asites + susp. Sindrome meigs
Planing - IVFD RL 20 tpm
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam iv
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam iv

14
Perawatan hari keempat, Senin 6 Agustus 2018
Subject Nyeri perut (+), mual (-), muntah (-), sesak (-), pusing (-),
sakit kepala (-), batuk(-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Object KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg Nadi : 84x/menit
RR :20 x/menit Suhu : 36.50C
Assessment Massa adnexa sinistra + asites + susp. Sindrome meigs
Planing - IVFD RL 20 tpm
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam iv
- Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam iv
- Rencana rujuk ke Makassar

Perawatan hari keempat, Selasa 7 Agustus 2018


Subject Nyeri perut (+) berkurang, mual (-), muntah (-), sesak (-),
pusing (-), sakit kepala (-), batuk(-), BAK (+) lancar, BAB
(+) biasa.
Object KU : Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 72x/menit
RR : 18 x/menit Suhu : 36.70C
Assessment Massa adnexa sinistra + asites + susp. Sindrome meigs
Planing - Pasien Pulang atas permintaan sendiri

15
3.8 RESUME
Pasien wanita umur 36 tahun dengan P5A0 konsul dari bagian
Penyakit Dalam dengan diagnosis Asites + massa abdomen. Nyeri abdomen
(+) 2 hari SMRS, abdomen makin membesar sejak 6 bulan SMRS. Dyspnue
sejak 2 minggu SMRS. Fatigue terus menerus, napsu makan menurun,
penurunan BB. Amenore sejak 10 bulan SMRS.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 110/80 mmHg, Nadi : 76
x/menit, Pernafasan : 24 x/menit, Suhu : 36.7 oC Axilla
Paru paru : Asimetris, Vocal fremitus kanan > kiri, redup pada
lapang paru kiri bawah, vesikuler (+/+), rhonki (-/+) bagian basal
Abdomen : Tampak cembung, teraba massa berbetas tegas, mobile
Hasil laboratorium yang didapatkan: HB 9 g/dl, PLT 332 103/Ul,
WBC 5,2 103/Ul, MCV 68,1 µm3 dan MCHC 31,3 g/dl. CA 125 (92,87 u/ml).
USG (Massa adnexa sinistra disertai ascites), Foto thorax (TB paru aktif lesi
luas dengan efusi pleura sinistra).
Terapi yang diberikan IVFD RL 20 tpm, Injeksi ketorolac 30 mg/8
jam iv, dan injeksi ranitidine 50 mg/12 jam iv. Selama empat hari perawatan
pasien direncanakan di rujuk ke Makassar. Tapi pasien pulang atas permintaan
sendiri.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Sindrom Meigs merupakan gejala yang terdiri dari tumor ovarium benigna
dengan ascites dan efusi pleura yang menghilang setelah reaksi tumor. Tumor
ovarium pada Sindrom Meigs adalah jenis fibroma. (1,2,3)
Gejala klinis pada pasien tersebut mengarah pada sindrom meigs, yaitu
pasien mengeluhkan adanya peningkatan lingkar perut, dyspnue, fatigue,
penurunan berat badan dan amenorea. Sesuai teori bahwa gejala klinis dari
sindrom meigs adalah fatigue, dyspnue, nyeri panggul, kembung, konstipasi,
peningkatan lingkar perut terkait dengan berat badan atau penurunan berat badan,
batuk non produktif dan amenorea.(6)
Tanda vital pada sindrom meigs yaitu takipnue dan takikardi.(1) Pada kasus ini
tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik bagian paru-paru pasien ditemukan asimetris
dinding dada, vocal fremitus kanan > kiri, redup pada lapang paru kiri bawah,
vesikuler (+/+), rhonki (-/+) bagian basal menunjukkan dugaan adanya efusi
pleura pada paru sinistra. Sesuai teori pada perkusi terdengar hampir hilang
(tumpul), menurunnya taktil fremitus, penurunan vocal resonance, penurunan bunyi
pernapasan,menunjukkan dugaan efusi pleura. Efusi pleura sebagian besar di
dapatkan pada paru kanan, tetapi dapat juga ditemukan pada paru kiri.(1). Hal ini
sesuai dengan teori.
Pada pemeriksaan abdomen : tampak cembung, teraba massa berbetas tegas,
mobile. Menurut teori pemeriksaan didapatkan massa yang kecil ataupun besar pada
pelvis atau massa tidak dapat dirasakan. Ditemukan ascites, dengan shifting dullness
dan atau fluid thrill.(1) Pada kasus ini shifting dullness negatif.
Pada pasien ditemukan anemia mikrositik hipokromik yang menunjukkan
adanya defisiensi besi, dengan hasil laboratorium HB 9 g/dl, MCV 68,1 µm3 dan
MCHC 31,3 g/dl mengalami penurunan dari nilai normal. Sesuai teori yang ada

17
laboratorium untuk sindrom meigs menunjukkan adaya anemia pada pasien
dengan Meigs Sindrom merupakan anemia defisiensi besi. Anemia dapat dikoreksi
dengan transfusi darah emergensi selama pasien menjalani operasi untuk Meigs
Sindrom. Anemia post operasi dapat diatasi dengan suplemen zat besi. (1)
Menurut teori tumor marker CA-125 dapat meningkat pada pasien Meigs
Sindrom, tetapi derajat peningkatannya tidak sebanding dengan keganasannya. Pada
kasus ini hasil dari pemeriksaan CA 125 meningkat 2 kali dari nilai normalnya
yaitu 92,87 u/ml. Sesuai teori terjadi peningkatan CA 125. CA 125 diketahui
meningkat pada kanker ovarium. Kadar CA 125 pada individu normal adalah <35
IU/L. Selain itu, beberapa keadaan dapat meningkatkan kadar CA 125 seperti Non
kanker yaitu endometriosis, fibroid, penyakit radang panggul, hepatitis, kehamilan,
menstruasi, dan peritonitis. Sedangkan untuk peningkatan CA 125 pada kanker dapat
terjadi pada kanker payudara, kanker payudara, kanker colon, kanker paru dan kanker
endometrium. Terdapat perbedaan pola kenaikan serum CA 125 pada keganasan dan
non keganasan, dimana pada keganasan kadar serum CA 125 cenderung terus
meningkat sementara pada non keganasan kadar CA 125 akan statis atau menurun. (8)
Menurut teori pada pemeriksaan Radiologi, hasil foto thorax menunjukkan
(1)
adanya efusi pleura sama halnya pada kasus ini dari hasil foto thorax ditemukan
adanya TB paru aktif lesi luas dengan efusi pleura sinistra. Pada USG abdomen dan
(1)
pelvis menunjukkan adanya massa pada ovarium disertai asites , pada kasus hasil
USG yaitu Massa adnexa sinistra disertai ascites.
Jadi menurut anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
wanita 36 tahun ini mengarah pada diagnosis sindrom meigs. Syndroma Meigs ini
sangat terkenal dengan trias dari tumor ovarium jinak, asites, dan efusi pleura. Jenis
yang paling sering dari tumor ini adalah fibroma.(5,7) Insiden dari tumor ovarium
meningkat pada dekade ketiga dan meningkat secara progresif hingga puncaknya
(5)
pada dekade ketujuh. Pada kasus ini pasien wanita berusia 36 tahun, hal ini
merupakan salah satu faktor pada kasus tumor ovarium.

18
Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu IVFD RL 20 tpm, Injeksi
ketorolac 30 mg/8 jam iv, dan injeksi ranitidine 50 mg/12 jam iv. Obat-obatan
tersebut untuk mengobati gejala klinis.
Laparatomi eksplorasi dengan staging bedah adalah prosedur pilihan pada
penyakit ini. Namun pasien ini tidak dilakukan laparatomi. Pasien di Rujuk ke
Makassar untuk pengobatan lebih lanjut. Jika dilakukan laparatomi sebaiknya pada
(1)
pasien ini dilakukan unilateral salpingo-ooforektomi karena pasien tersebut masih
berusia 36 tahun yang merupakan wanita usia reproduktif. Menurut Depkes RI
(2004), wanita usia subur adalah wanita yang masih berusia reproduktif yaitu usia 15-
49 tahun.
Dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan dari operasi asites, dan
penyumbuhan efusi pleura dan CA 125 kembali ke normal. Perubahan cairan post
operasi merupakan bagian dari penentuan dari penyakit ini, suatu tumor yang jinak
memiliki prognosis yang baik.(6)

19
DAFTAR PUSTAKA
1. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. Williams Gynecology. In: Ovarian Germ Cell and Sex Cord–
Stromal Tumors. United States: The McGraw-Hill companies, Inc; 2008.p.371-
376.
2. Abramov Y, Anteby SO, Fasouliotis SJ, et al; The role of inflammatory cytokines
in Meigs' syndrome.; Obstetric Gynecology; 2002 May;99(5 Pt 2):917-9.
[abstract]
3. Meigs JV. Fibroma of the ovary with ascites and hydrothorax: Meigs syndrome.
Am J Obstet Gynecol; 1954;67:962–987.
4. Barakat RR, Markman M, Randal ME. Gynecologic Oncology. In: Ovarian Sex
Cord- Stromal Tumors. 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins; 2009.p.270-279.
5. Rock JA, Jones II HW. Te Linde's Operative Gynecology. In: Ovarian Cancer:
Etiology, Screening, and Surgery. 10th ed. Lippincott Williams and Wilkins;
2008.p.495-502.
6. Harding, Mary. Sindrom Meigs’. Emis Group. 2016 Desember 13 : 1-3
7. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S. Buku ajar penyakit paru. Surabaya:
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo; 2010.
8. Budiman, I Nyoman Gede. Peran Klinis CA 125 Pada Kanker Ovarium.
Bagian/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2014

20

Anda mungkin juga menyukai