MEMPERTAHANKAN NKRI
Sebagai sebuah bangsa yang multikultural, maka sangat memerlukan adanya persatuan dan
kesatuan bangsa agar bangsa Indonesia ini tidak hancur karena pengaruh hal-hal eksternal, seperti
globalisasi dan modernisasi. Maka dari itu, Indonesia mempunyai Landasan Hukum Persatuan dan
Kesatuan Bangsa Indonesia. Landasan hukum inilah yang menjadi pondasi bagi bangsa untuk tetap
mempertahankan kesatuannya.
Terdapat 3 landasan hukum yang digunakan oleh bangsa Indonesia, yakni landasan ideal,
landasan konstitusional, dan landasan operasional.
1. Landasan Ideal
Landasan ideal ini ada pada Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia sendiri. Sila
ketiga dalam Pancasila, yakni “Persatuan Indonesia” merupakan wujud dari landasan ideal yang
dimaksud. Dengan adanya Pancasila ini, maka bangsa Indonesia mempunyai pegangan yang kuat
untuk dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi landasan
yang paling pertama dan paling utama sebelum lahir kedua landasan lainnya.
2. Landasan Konstitusional
Landasan hukum kedua yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah landasan konstitusional yang
mana Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar dari landasan konstitusional ini. Terdapat
beberapa pernyataan yang terkait dengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdapat
di dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Pertama, pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang bermakna negara
Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan pada persatuan Indonesia.
Sudah sangat jelas jika dalam pembukaan tersebut digambarkan makna persatuan yang menjadi
landasan bangsa Indonesia.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia juga tertuang di dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar 1945, yakni pada pasal 1 ayat (1) dan juga pasal 30 ayat (1 dan 2). Kedua pasal tersebut
menegaskan kembali jika Indonesi amerupakan sebuah negara kesatuan dengan bentuk
pemerintahan republik serta setiap warga negaranya berhak dan wajib untuk ikut serta dalam usaha-
usaha yang berhubungan dengan pembelaan negara.
3. Landasan Operasional
Landasan hukum ketiga atau terakhir yang dimiliki oleh Indonesia untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia adalah landasan operasional, yakni Tap MPR No. IV/MPR/1999 yang
berisi mengenai GBHN atau Garis Besar Haluan Negara. Sebelum landasan operasional ini lahir,
bangsa Indonesia telah mengalami banyak sekali peristiwa bersejarah yang mungkin saja masih
membekas oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Peristiwa bersejarah tersebut merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia juga harus mengalami
ujian berat untuk dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Peristiwa-
peristiwa menjadi faktor landasan operasional bangsa Indonesia. Adapun peristiwa bersejarah yang
pernah terjadi dan menjadi landasan operasional bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dari
tahun 1945 hingga 1950 yang sedikit banyak telah mengguncang kekokohan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
b. Praktik demokrasi liberal yang terjadi dari tahun 1950 hingga 1959 juga turut serta
melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
c. Terjadinya peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September yang dipimpin oleh anggota
Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1959 hingga 1965 yang juga menjadi ujian pada
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Dari ketiga peristiwa besar itulah, pada akhirnya dibuatlah landasan operasional yang menjadi
landasan hukum ketiga untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ketiga landasan
hukum yang telah dijelaskan tersebut harus diamalkan dan diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari agar persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini tetap terjaga dengan baik.
Pembinaan persatuan dan kesatuan di Indonesia setidaknya telah dilakukan semenjak bangsa ini
merdeka. Selama rentang waktu tersebut, berbagai cara yang ditempuh untuk menjadikan persatuan
dan kesatuan yang sejati bagi bangsa ini. Di bawah ini merupakan tahap-tahap pembinaan persatuan
dan kesatuan di Indonesia:
1. Perasaan Senasib
Selama ratusan tahun Indonesia dibelenggu dalam kungkungan penjajahan. Seluruh rakyat Indonesia
merasakan hal tersebut. Oleh karena itu, adanya perasaan senasib dapat menumbuhkan semangat
persatuan dan kesatuan di antara segenap warga negara Indonesia. Perasan senasib kini semakin
diperkuat dengan status Indonesia yang masih merupakan negara berkembang. Setiap warga negara
tentunya menginginkan kemajuan di negaranya, maka hal ini menjadi persamaan nasib yang baru
bagi bangsa Indonesia.
Persamaan nasib nantinya akan melahirkan persamaan tujuan. Tujuan pembangunan nasional
Indonesia membutuhkan persatuan dan kesatuan dari seluruh rakyatnya. Perasaan senasib juga
terus dibina melalui usaha pendidikan bela negara dan wawasan nusantara. Dengan perasaan
senasib, maka rasa saling memiliki terhadap tanah air dan seluruh komponennya juga semakin
dirasakan oleh tiap-tiap warga negara Indonesia.
2. Kebangkitan Nasional
Keterpurukan negara Indonesia di saat masa-masa suramnya menjadi hilang ketika terjadi
kebangkitan nasional. Saat ini, hari kebangkitan nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei. Hal ini
dikarenakan kebangkitan nasional terjadi dengan ditandai lahirnya organisasi pemuda yang bernama
Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi pemuda ini didirikan oleh para mahasiswa STOVIA,
sebuah sekolah tinggi kedokteran pada masa itu.
Lahirnya Boedi Oetomo menandai kebangkitan nasional karena semenjak saat itu muncul banyak
organisasi dengan coraknya masing-masing yang sama-sama menghendaki kemerdekaan negara
Indonesia. Bertahun-tahun berikutnya, kebangkitan nasional menyebabkan persatuan dan kesatuan
di antara rakyat Indonesia. Hal ini ditandai dengan munculnya suatu organisasi yang reintegrasi
secara nasional dengan fokus utama pada bidang politik. Organisasi tersebut bernama Perhimpunan
Politik Kemerdekaan Indonesia.
3. Sumpah Pemuda
Pemuda merupakan tumpuan hidup suatu bangsa. Ia adalah generasi penerus sekaligus generasi
penggerak. Peran generasi muda dalam mengisi kemerdekaan sangatlah penting bagi pemuda dan
bangsa ini. Setelah terbentuk organisasi pemuda Boedi Oetomo, organisasi lainnya terus tumbuh
hingga organisasi persatuan pemuda seluruh Indonesia memutuskan mengadakan kongres pemuda
pada tahun 1928. Kongres ini menjadi wadah bagi para pemuda untuk membicarakan nasib bangsa
Indonesia di masa depan.
Dalam kongres ini, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda merumuskan suatu sumpah
yang menjadi pernyataan legitimasi atas persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Isi dari sumpah
tersebut begitu menggugah seluruh rakyat Indonesia bahkan hingga saat ini. Mereka bersumpah
bahwa sebagai putra dan putri tanah air Indonesia memiliki tanah air yang satu, yaitu Indonesia,
memiliki bangsa yang satu pula, yaitu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa yang satu, yaitu
bahasa Indonesia.
4. Proklamasi Kemerdekaan
Setelah berlalunya berbagai perjuangan selama masa penjajahan, akhirnya bangsa Indonesia
menemukan titik bermulanya kemerdekaan bangsa dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
17 Agustus 1945. Proklamasi ini merupakan titik puncak dari perjuangan rakyat di tanah air tercinta
ini. Dengan adanya proklamasi, maka bangsa Indonesia menyatakan dirinya sebagai bangsa yang
merdeka dan bebas dari rongrongan bangsa lain kepada seluruh mata dunia. Adanya proklamasi ini
juga menjadikan persatuan di antara rakyat Indonesia semakin nyata. Hal ini terbukti dengan
ditandatanganinya naskah proklamasi oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta atas nama seluruh rakyat
Indonesia.
Presiden pertama negeri ini, Ir. Soekarno, pernah berkata bahwa perjuangan pada masanya lebih
mudah dibandingkan masa kini. Pada masa lalu, kita melawan para penjajah yang merupakan musuh
nyata negeri ini. Namun, saat ini musuh terberat kita adalah mereka, sesama warga negara Indonesia
yang berusaha merusak kedamaian negeri ini dengan melakukan banyak aksi kriminalitas yang terus
mengganggu dan dapat merusak persatuan dan kesatuan di Indonesia. Rakyat adalah salah
satu unsur bela negara yang perlu dipersatukan untuk mempertahankan negeri ini.
A. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai lahirnya bangsa Indonesia. Sejak saat itu,
Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk menentukan nasib dan tujuannya sendiri.
Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk republik dengan
sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat. Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa:
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
2. Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi.
5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7. Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Negara adalah persekutuan bangsa yang hidup
dalam suatu wilayah dengan batas-batas tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan
pemerintah dengan teratur. Negara dalam arti sempit sama dengan pemerintahan dalam arti luas
yang merupakan alat untuk mencapai kepentingan bersama, sedangkan Negara dalam arti luas
adalah kesatuan sosial yang mengatur, memimpin, dan mengkoordinasi masyarakat supaya dapat
hidup wajar dan berkembang terus.
Tujuan Negara Republik Indonesia tercantum didalam undang-undang dasar Negara
Indonesia, yaitu pada Alinea keempat pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “untuk membentuk
suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruuh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial, dengan berdasarkan kepada ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratuan/ perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
Hal yang harus kita tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Bagaimana agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga? Salah satu caranya
adalah kita sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga keutuhan wilayah dan bangsa
Indonesia. Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat
menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia. Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia diperlukan sikap-sikap:
3) Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan
memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi
diri sendiri. Partisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai
berikut:
Partisipasi tenaga
Partisipasi pikiran
Semangat Kebangsaan
Pengertian semangat kebangsaan atau nasionalisme, merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa
kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan
terjadinya ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. Dari semangat
kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban, dan dapat
menumbuhkan jiwa patriotisme. Rasa kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat
kebangsaan suatu bangsa. Semangat rela berkorban adalah kesediaan untuk berkorban demi
kepentingan yang besar atau demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia untuk
merdeka. Bagi bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya, selain memiliki semangat rela
berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik yang tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada
diri seseorang, manakala orang tersebut tahu untuk apa mereka berkorban.