1
Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Achmad Yani, 2Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Achmad Yani, 3Bagian Radiologi RS
Dustira.
ABSTRAK
ABSTRACT
1
2
PENDAHULUAN
Skoliosis merupakan suatu kelainan tulang belakang sehingga terlihat
membengkok ke arah lateral, sisi kiri atau kanan, dan dapat disertai dengan rotasi
tulang belakang.1,2 Diagnosis skoliosis ditegakan melalui serangkaian
pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan fisik, pemeriksaan menggunakan
scoliometer untuk mengukur derajat rotasi tulang, dan pemeriksaan radiologi
untuk melihat derajat kelengkungan tulang dimana didapatkan gambaran kurva
berbentuk “S” atau “C” dengan cobb’s angle lebih dari 10º.3,4
Skoliosis dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan etiologinya yaitu
skoliosis idiopatik dan skoliosis non idiopatik. Skoliosis non idiopatik disebabkan
oleh kongenital, trauma dan sindroma. Skoliosis kongenital berkaitan dengan
kelainan pembentukan tulang belakang, sedangkan sindroma berkaitan dengan
kelainan saraf, otot, atau jaringan ikat. Sampai saat ini skoliosis idiopatik belum
diketahui penyebabnya.3,5 Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor risiko
skoliosis idiopatik yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
meliputi usia, jenis kelamin dan faktor genetik, sedangkan keterkaitan faktor
eksternal yaitu kebiasaan membawa beban lebih 10-15% dari berat badan, dan
posisi duduk yang tidak tegak dan tidak simetris pada usia pertumbuhan (10-16
3
penelitian ini adalah semua orang tua/wali dari siswa berusia 12–15 tahun di SMP
Negeri 1 Wanayasa kabupaten Purwakarta yang bersedia secara sukarela
mengikuti penelitian. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random
sampling yaitu memilih secara acak sederhana subjek penelitian, dengan besar
sampel minimal 45 respoden, pada penelitian ini diperoleh 60 responden yang
memenuhi kriteria inklusi.
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri variabel dependen dan
independen. Variabel dependen penelitian ini adalah tindakan deteksi dini
skoliosis, Sedangkan variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan
dan sikap orang tua/wali terhadap skoliosis.
Data yang digunakan merupakan data primer yang diambil langsung dengan
cara membagikan kuesioner kepada Orang tua siswa/wali siswa. Kueisoner yang
dipakai pada penelitian ini sebelumnya sudah pernah digunakan pada penelitian
Fitria Christina (2015) di Universitas Airlangga.18 Data univariat dianalisis
menggunakan crosstab, sedangkan data bivariat dianalisis menggunakan chi
square, kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Orang tua terhadap Tindakan Deteksi Dini Skoliosis
Tindakan Deteksi Dini
Prevalence Ratio
Pengetahuan Pernah Tidak Total P-Value
(95% Cl)
n % n %
Baik 3 16.7 15 83.3 18
Cukup 0 0 33 100 33 1.200
0.025
Kurang 0 0 9 100 9 (0.976-1.475)
Total 3 5 57 95 60
Tabel 4.6 Hubungan sikap orang tua terhadap tindakan deteksi dini skoliosis
Tindakan deteksi dini
Prevalence Ratio
Sikap Pernah Tidak Total P-Value
(95% CI)
n % n %
Baik 3 7.3 38 92.7 41
1.079
Kurang 0 0 19 100 19 0.226
(0.090-1.176)
Total 3 5 57 95 60
Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil analisis lebih lanjut didapatkan P-value 0,226.
Oleh karena p-value lebih besar dibandingkan 5% atau 0.226>0,05 maka tidak
terdapat hubungan sikap orang tua terhadap tindakan deteksi dini skoliosis. Hasil
analisis didapatkan prevalence ratio 1.079, maka kemungkinan responden yang
memiliki sikap baik berpeluang sebesar 1.079 kali untuk melakukan tindakan
12
deteksi dini skoliosis dari pada responden yang memiliki sikap yang kurang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitria Christina (2015) mengenai
Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Deteksi dini skoliosis,
disebutkan dalam penelitian tersebut bahwa sikap tidak memiliki hubungan
dengan tindakan deteksi dini skoliosis (P=0,853).18
Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara sikap dan tindakan deteksi dini
skoliosis menggambarkan bahwa sikap responden terhadap skoliosisi tidak
disertai dengan kesadaran untuk melakukan tindakan deteksi dini skoliosis. Hal
ini sesuai dengan pendapat New Comb salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
Sikap merupakan bentuk dari respon perilaku yang tertutup, artinya sikap belum
tentu dapat diamati secara langsung oleh orang lain karena masih bersifat
perhatian, pandangan dan persepsi.20,24
Notoatmodjo menjelaskan bahwa sikap belum tentu terwujud dalam tindakan,
sebab terwujudnya tindakan memerlukan faktor lain, yaitu sarana dan prasarana
dari fasilitas kesehatan. Pendapat ini juga di dukung oleh teori Lawrence Green
bahwa untuk melakukan sebuah tindakan diperlukan tiga faktor yang saling
berkalitan, yaitu yang pertama faktor predisposisi; pengetahuan, sikap, usia, sosial
ekonomi, kedua faktor pendukung; sarana dan prasarana fasilitas kesehatan
contohnya puskesmas, rumah sakit, tempat praktik dokter spesialis orthopedi, dan
terakhir faktor penguat yaitu perilaku petugas kesehatan mengenai skoliosis.20,24-29
KESIMPULAN
1. Pengetahuan responden mengenai tindakan deteksi dini skoliosis lebih dari
setengahnya (55%) memiliki pengetahuan yang cukup.
2. Sebagian besar (63,3%) sikap responden mengenai tindakan deteksi dini
skoliosis sudah baik.
3. Hubungan pengetahuan dan tindakan didapatkan hasil yang bermakna
(P=0,025) artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tindakan deteksi dini skoliosis.
13
SARAN
Saran Praktisi
1. Untuk orang tua, pendamping anak dan guru. Sangat penting mengerti
mengenai skoliosis, faktor risiko terjadinya skoliosis dan tumbuh kembang
anak, sehingga dapat melakukan tindakan deteksi dini skoliosis pada anak.
2. Untuk institusi kesehatan dapat melakukan promosi kesehatan berupa
sosialisasi kepada orang tua mengenai topik skoliosis, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran orang tua agar melakukan deteksi dini skoliosis.
Saran Akademis
Bagi peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini maka hendaknya
menambahkan faktor atau variabel lain yang mempengaruhi tindakan deteksi dini
skoliosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mark D Miller. Review of orthopedics.7st ed. St Louis Berlin Boston New
York Philadelphia: W B Saunders Company; 2015. p164-169,p370-371
2. Marc F Swiontkowski, Seven D stovits. Manual of Orthopaedic. 7th ed. St
Louis Berlin Boston New York Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins ; 2012. p209-224
3. Scoliosis Research Sosiety (SRS). Types Of Adult Scoliosis.
http://www.srs.org/patients-and-families/conditions-and-
treatments/adults/scoliosis. 2017. [Acessed May 3rd 2017]
4. Frizt Hefti. Pediatric Orthopaedics in practice. New York. Springer Medizin
Verlag; 2015. p72-92
5. Konieczyny MR, Senyurt H, Kraupse R. Epidemiology of Adolescent
Idiopathic Scoliosis. J Child Orthop 2012;7 : 3-9.
6. Zakeri Y, Baraz S, Ghaeibizadeh, Saidhkani V. Relationship between
backpack weight and prevalence of Lordosis, kyphosis, scoliosis and
dropped shoulders in elementary students. International Jurnal of Pediatric
2016 ; Vol 4 No 6 : p 1859-1866.
7. Boki Jaleha. Hubungan Durasi Duduk dengan Risiko terjadinya Skoliosis
Lumbal. Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Fisioterapi Universitas
Muhamadiyah Surakarta. 2015.
14