BY : KEN WIDYATWATY
A. BAGIAN AWAL
1.Halaman Judul
Judul : singkat,tepat,jelas,tidak banyak menimbulkan penafsiran yg beranekaragam.
Maksud usulan untuk menulis skripsi.
Logo Unniversitas
Nama Mahasiswa. NIM.
Fakultas,nama Universitas, Tahun
2.Halaman Persetujuan diisi nama pembimbing utama dan pembimbing pendamping.
B.BAGIAN UTAMA
1.Latar Belakang Berisi :
Perumusan masalah : alasan mengapa masalah tersebut perlu diteliti,menarik dan penting
dalam lingkup permasalahan yang luas.
Keaslian : masalah blm pernahn diteliti, atau beda dgn penelitian sebelumnya.
Faedah: berfaedah bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
2. Tujuan Penelitian : tulis scr spesifik tujuan yg akan dicapai.
3.Tinjaun Pustaka: uraian scr sistematis ttg penelitian sebelumnya yg berhub dgn obyek
kajian. Dan yunjukkan bahwa permasalahan yg akan diteliti blm terpecahkan scr
memuaskan. Cantumkan sumber dan nama peneliti. 4.Landasan Teori : dijabarkan dan
disusun sendiri oleh mahasiswa sbg tuntrutan untuk memecahkan masalah. Dpt
berbentuk uraian kualitatif, matematis atau persamaan sesuai dgn bidang ilmu.
5.Hipotesis. Pernyataan singkat yg disimpulkan dari teori dan tinjauan pustaka sbg
jawaban sementara atas penelitian.
Cara penelitian. Uraian ttg bahan, alat, jalannya penelitian,variabel dan
7. Jadwal. Tahapan,rincian kegiatan,waktu .
C. BAGIAN AKHIR
1.Daftar Pustaka
Buku :nama,th,judul,jilid,terbitan ke,nama penerbit,kota.
Majalah: nama,th,judul,nama majalah,jilid,nomer halaman yg diacu.
2. Lampiran . Misal kuesioner.
CONTOH PROPOSAL
GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA
DALAM PENERAPAN GIZI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS USIA 6-12 TAHUN
DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) “WANTUWIRAWAN” SALATIGA
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Eva Ardiana
462010041
PENDAHULUAN
Pengasuhan dan penerapan gizi yang tepat bagi anak-anak akan lebih baik dilakukan sedini
mungkin agar bermanfaat bagi pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa
depan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kependekan, kekurusan,
dan kegemukan tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-12 tahun (usia sekolah dasar), yaitu
sebesar 25,6 %, 11,2 %, dan 9,2 %. Masalah ini erat kaitannya dengan tingkat pendidikan orang
tua dan jenis pekerjaan orang tua, serta keadaan ekonomi keluarga. Semakin tinggi tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua serta keadaan ekonomi keluarga, semakin baik asupan
gizi bagi anak-anak, sehingga semakin rendah prevalensi kekurusan anaknya. Sementara semakin
rendah tingkat pendidikan orang tua dan semakin rendah keadaan ekonomi keluarga, prevalensi
WHO pada tahun 2007 mencatat bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia
adalah sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 anak dan
mengalami penurunan jumlah anak berkebutuhan khusus, pada tahun 2010 jumlah anak
berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar
Pemenuhan gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Anak
berkebutuhan khusus, entah fisik ataupun mental, para orang tua harus bisa memberikan asupan
dengan mengatur pola makanan yang bernutrisi bagi anaknya. Cakupan gizi bagi anak
berkebutuhan khusus harus tercukupi, baik karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Sebab,
asupan gizi yang baik secara umum bisa mengurangi efek keterbatasan yang mereka miliki.
Sebaliknya, kekurangan nutrisi dalam tubuhnya bisa memperparah cacat yang dimiliki anak dan
menghambat perkembangan sel-sel otak anak serta dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Februari 2014,
peneliti melakukan pengambilan data di Dinas Kesehatan tentang status gizi anak SLB di Salatiga
serta data kesehatan lainnya mengenai anak berkebutuhan khusus, dan peneliti memperoleh hasil
bahwa tidak ada data kesehatan baik dalam pelayanan kesehatan, kesehatan reproduksi, serta
status gizi anak SLB (IMT), sehingga peneliti melakukan pengambilan data langsung ke sekolah
Siswa anak berkebutuhan khusus di SLB “Wantuwirawan” Salatiga yang terdiri dari SLB-A
(Tunanetra), SLB- B (Tunarungu), SLB-C (Tunagrahita), dan SLB-D (Tunadaksa). Jumlah total
siswa 90, terdiri dari siswa SD sampai siswa SMA. Dari total siswa yang aktif berangkat ke
sekolah sebanyak 72 siswa, karena siswa berkebutuhan khusus cenderung berangkat sekolah
sesuka hatinya. Jumlah anak SLB-A 10 siswa, SLB-B 20 siswa, SLB-C 33 siswa, dan SLB-D 9
siswa.
mengenai gizi anak, dan diperoleh hasil bahwa banyak anak SLB yang mengalami gizi kurang,
dikarenakan faktor keadaan ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan orang tua mengenai gizi anak.
Dalam upaya membantu kecukupan asupan gizi pihak sekolah mengadakan PMT (Pemberian
Makanan Tambahan), seperti: memberikan susu, bubur kacang hijau, buah-buahan, dan lain-lain.
Kegiatan tersebut diadakan dalam dua minggu-an atau sebulan sekali. Jika pihak sekolah
mempunyai kegiatan yang padat maka kegiatan PMT ditiadakan. Dengan demikian kegiatan
Pengamatan awal juga dilakukan peneliti melalui pengukuran status gizi pada semua siswa
SDLB, SMPLB, SMALB A-D. Dari pengukuran antopometri tersebut dijumpai anak yang
mengalami status gizi kurang banyak dialami oleh anak SDLB yang berumur 6-12 tahun.
Kenyataan inilah yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, mengapa status gizi siswa SDLB
pada rentang usia tersebut dalam kategori gizi kurang. Hasil Pengukuran berdasarkan
1. SD SLB-A (Tunanetra) dijumpai 1 anak dengan status gizinya normal dan 2 anak dengan
2. SD SLB-B (Tunarungu) didapati 2 anak dengan status gizinya normal, 3 anak dengan
status gizinya kurus, 2 anak dengan status gizinya sangat kurus, dan 1 anak dengan status
gizinya obesitas.
3. SD SLB-C (Tunagrahita) ditemukan 2 anak status gizinya sangat kurus, 1 anak dengan
status gizinya kurus, 3 anak dengan status gizinya normal, dan 1 anak dengan status
gizinya obesitas.
4. SD SLB-D (Tuna Daksa) dijumpai 2 anak dengan status gizinya normal, 1 anak dengan
status gizinya kurus, dan 2 anak dengan status gizinya sangat kurus.
Jadi secara keseluruhan, anak yang status gizinya normal sebanyak 8 siswa, anak yang status
gizinya kurus sebanyak 7 siswa, anak yang status gizinya sangat kurus sejumlah 6 siswa, dan
Lebih lanjut peneliti melakukan wawancara singkat terhadap 4 orang tua siswa dari siswa
tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan tunagrahita tentang gambaran pola asuh orang tua dalam
penerapan gizi anak. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa pendidikan, pengetahuan, dan
sosial ekonomi mempengaruhi penerapan gizi dan status gizi anak. Selain itu, psikologis anak
juga mempengaruhi pola makan anak, karena psikologis masing-masing anak berkebutuhan
khusus itu berbeda-beda. Psikologis tersebut tercermin melalui sikap dan kepribadian yang
cenderung mementingkan diri sendiri, mudah marah, sensitif, ego, penyendiri, agresif, pendiam
dan mudah tersinggung. Dalam kondisi yang demikian orang tua menuruti keinginan anak dan
memberikan makanan kesukaannya, tanpa memperhatikan gizi yang baik bagi anak.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pola asuh
orang tua dalam penerapan gizi bagi anak berkebutuhan khusus tingkat SD usia 6-12 tahun di
Sekolah Luar Biasa “Wantuwirawan” Salatiga yang belum terpenuhi kebutuhan gizinya secara
optimal.
1. Bagaimana status gizi berdasarkan antropometri anak berkebutuhan khusus tingkat SD dari
2. Bagaimana pola asuh orang tua dalam penerapan gizi anak dalam memberikan pola makan?
3. Faktor-faktor apa saja yang relevan terkait pola asuh orang tua dalam penerapan gizi anak di
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi dalam penerapan gizi dan status gizi anak
berkebutuhan khusus, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gizi anak seperti tingkat
penerapan gizi bagi anak berkebutuhan khusus, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pola asuh orang tua dalam penerapan gizi anak berkebutuhan khusus tingkat SD usia 6-12 tahun
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan gambaran pola asuh orang tua dalam penerapan gizi
pada anak berkebutuhan khusus tingkat SD usia 6-12 tahun di SLB “Wantuwirawan”
Salatiga.
2. Tujuan Khusus
b. Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua dalam penerapan gizi anak dalam
c. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang relevan terkait pola asuh orang tua dalam
a. Bagi Peneliti
Mengetahui bagaimana penerapan gizi pada anak berkebutuhan khusus, serta menambah ilmu
dan wawasan bagi peneliti mengenai gizi bagi anak berkebutuhan khusus.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penerapan gizi yang tepat bagi anak
berkebutuhan khusus.
Penelitian ini diharapkan berguna bagi anak berkebutuhan khusus agar anak ABK mengetahui
bahwa penerapan gizi bagi dirinya itu sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan otak.
Hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna bagi tenaga-tenaga kesehatan, karena dapat
mengetahui keadaan gizi pada anak berkebutuhan khusus, sehingga dalam penerapan gizi
TINJAUAN TEORI
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu
bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik,
balita ditentukan dari pola asuh gizi, terutama pada keluarga golongan
pola asuh gizi adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan
dan penurunan kuantitas pangan yang dibeli (Yayuk Farida B, dkk 2004).
potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, rasa, karsa,mcipta dan budi nurani)
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang
tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
kesejahteraan.
b. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
gizi.
faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab yang penting dari
yang memiliki balita, dengan jumlah anggota keluarga yang besar bila
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh
2012).
2.1.3. Gizi
1. Pengertian Gizi
Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh
Almatsier, 2003).
2. Status Gizi
Menurut Agus Krisno (2009), secara umum status gizi dibagi menjadi
Dalam hal ini asupan gizi, seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang
b. Gizi Kurang
karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein
biasanya juga kurang dalam satu/lebih zat gizi esensial lainnya. Berat
c. Gizi Lebih
untuk jangka waktu yang panjang dikenal sebagai gizi lebih. Kegemukan
(obesitas) merupakan tanda pertama yang biasa dapat dilihat dari keadaan
mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
1. Faktor yang mempengaruhi secara langsung :
pada anak adalah konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Kedua penyebab
tidak hanya karena kurang makanan tetapi juga karena adanya penyakit
infeksi, terutama diare dan ispa. Anak yang mendapatkan makanan cukup
baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita
gizi kurang. Sebaliknya anak yang tidak memperoleh makanan cukup dan
anak mudah diserang infeksi dan kurang nafsu makan sehingga anak
keadaan ini terus berlangsung anak dapat menjadi kurus dan timbulah
b. Psikologi
luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu
makan.
c. Genetik
Genetik menjadi salah satu faktor dari status gizi. Hal ini dijelaskan
oleh Ali Khomsan (2003) pada anak dengan status gizi lebih atau
(herediter). Bila salah satu orang tua mengalami gizi lebih atau obes
maka peluang anak untuk mengalami gizi lebih dan menjadi obesitas
sebesar 40%, dan kalau kedua orang tua mengalami gizi lebih atau
obes maka peluang anak meningkat sebesar 80%. Selain genetik atau
seseorang.
d. Pelayanan Kesehatan
(Soekirman 2000).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram (kg)
dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2) (Sugondo, 2006). IMT merupakan
indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat
populasi berat badan kurang, normal, atau lebih dan obesitas pada orang
IMT juga dapat diterapkan untuk anak dan remaja, dengan cara yang
sama menghitung nilai IMT seperti pada orang dewasa, kemudian nilai
dari nilai persentil inilah dapat ditentukan apakah anak kurus, normal atau
Umur) digunakan untuk anak-anak usia diatas 5 tahun hingga 18 tahun. Pada
saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut
adalah dengan Z-skor. Z-skor adalah deviasi nilai seseorang dari nilai median
IMT =
Berat
Badan (kg)
Tinggi
Sangat <-3 SD
Kurus
Kurus -3 SD
sampai
dengan
Indeks Massa
<-2 SD
Tubuh menurut
Normal -2 SD
Umur (IMT/U)
sampai
Anak
dengan 1
Umur 5-
SD
18
Gemuk >1 SD
Tahun
sampai
dengan 2
SD
Obesita >2 SD
s
Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun
1. Pengertian
fisik, mental, tingkah laku, atau indranya memiliki kelainan sehingga untuk
Menurut Kauffman & Hallahan (2006) dan Bendi Delphie (2006) tipe-
tipe kebutuhan khusus yang selama ini menyita perhatian orangtua dan guru
adalah (1) tuna grahita (mental retardation) atau anak dengan hambatan
hambatan penglihatan (Partially seing and legally blind), (6) autistik, (7)
special talents).
Menurut E. Kosasih tahun 2012, anak-anak yang tergolong jenis ABK
a. Autisme
perilaku.
b. Cerebral Palsy
terdapatnya gangguan pada sistem motorik, sikap tubuh atau gejala saraf
disebabkan disfungsi.
c. Down Sindrome
d. Tunadaksa
f. Tunanetra
dalam melihat mislanya tidak bisa melihat gerakan tangan pada jarak
kurang dari 1 meter dan bidang penglihatan tidak lebih luas dari 20
derajat.
g. Tunarungu
a. Tunanetra
tidak menentu, agak kaku, serta antara ucapan dan tindakan kurang
sekelilingnya.
beberapa gejala atau pola emosi yang negatif dan berlebihan tersebut
adalah perasaan takut, malu, khawatir, cemas, mudah marah, iri hati,
b. Tunarungu/Tunawicara
ego-sentris yang melebihi anak normal biasa, cepat marah, dan mudah
biasa.
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan
negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya.
keragu-raguan.
c. Tunagrahita
d. Tunadaksa
sehari-hari.
Orang tua anak tunadaksa sering memperlakukan anaknya
itu ada orang tua yang menyebabkan anak-anak tuna daksa merasakan
Psikologis
papan
Status Gizi
Anak
1. Gizi Baik
2. Gizi Kurang
3. Gizi Buruk
Pemenuhan
Gizi ABK
Gizi ABK
Ket:
: Yang Diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang,
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010).
Waktu penelitian dimulai pada tanggal 14 Juni 2014 sampai tanggal 17 Juli 2014.
A. Populasi
dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek
yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau
obyek tersebut. Menurut Kuntoro (2008) arti populasi adalah kumpulan semua
elemen atau individu dan kepadanya peneliti akan membuat inferensi atau
generalisai.
Populasi yang akan diambil oleh peneliti adalah orang tua anak berkebutuhan
khusus tingkat SD umur 6-12 tahun di SLB “Wantuwirawan” Salatiga kelas SLB-A,
B. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan ditentukannya sampel
dalam penelitian adalah untuk mempelajari karakteristik suatu populasi, karena tidak
yang sangat besar, keterbatasan waktu, biaya, atau hambatan lainnya (A. Aziz, 2010).
sampling dilakukan untuk sampel yang tidak diambil secara acak, akan tetapi sampel
dipilih mengikuti kriteria tertentu dan kepada riset partisipan juga dinyatakan
dan maksud sampling, dalam hal ini bertujuan untuk menjaring sebanyak-banyaknya
2007 dan Saryono, 2008). Peneliti mengambil sampel dari orang tua anak
antropometri.
dalam wawancara.
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua siswa tingkat SD kelas SLB-A,
SLB-B, SLB-C, dan SLB-D berumur 6-12 tahun yang di SLB “Wantuwirawan”
Salatiga.
dilakukan dalam pengumpulan data penelitian. Cara pengumpulan data tersebut meliputi
wawancara semi terstruktur, observasi, pengukuran, atau melihat data statistik (data
a. Wawancara
memberikan hasil secara langsung, dan dapat dilakukan apabila ingin tahu hal-hal
dari responden sedikit. Dalam metode wawancara ini dapat digunakan instrumen
terstruktur mengenai peran orang tua dalam penerapan gizi anaknya dengan teknik
b. Observasi
suatu gambaran yang lebih jelas melalui pengamatan yang dilakukan secara
secara lebih cermat dan terinci. Pengamatan dilakukan tidak terbatas hanya pada
apa yang dilihat. Disini peneliti melakukan pengamatan atau observasi langsung
pemenuhan nutrisinya, menu apa saja dan pola makan yang diberikan setiap
makan, makanan kesukaan, penyajian makanan, sehingga peneliti tahu pola asuh
c. Pengukuran
d. Dokumentasi
hand phone, agar data yang didapat lebih valid dan tidak ada yang informasi-
informasi mengenai pola asuh dan kedekatan orang tua dengan anaknya yang
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Colaizzi (Polit & Back, 2004)
untuk analisa data. Peneliti memilih metode Colaizzi karena metode ini merupakan
metode yang memvalidasi hasil dengan mengembalikan data ke partsipan. Metode yang
a. Membaca semua transkip data yang telah disusun untuk mendapatkan data
partisipan.
b. Membaca kembali transkip data yang ada dan memberikan kutipan atau tanda data
yang signifikan.
c. Membaca kembali setiap data yang signifikan yang telah ditandai menjadi
e. Menggabungkan hasil yang didapat dari tema kedalam deskripsi yang mendalam
sebagai identifikasi.
g. Menanyakan kembail tentang partisipan tentang hasil yang didapat sebagai tahap
validasi terakhir.
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak
asasi dalam kegiatan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus
1. Informed consent
partisipan. Tujuan informed consent adalah agar partisipan mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika partisipan
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian
Keabsahan data dalam penelitian ini, terdapat 4 macam kriteria untuk memberikan
validasi dan reability terhadap data yang telah di dapat, antara lain; Credibility (derajat
kepercayaan), dependability (kebergantungan), confirmability (kepastian), dan
transferability (keteralihan).
Credibilty dapat dicapai dengan cara mengumpulkan data subyektif dan selengkap
diskusi dengan teman, analisis kasus negatif dan membercheck (Sugiono, 2007).
yaitu mengembalikan pada partisipan transkip interview dan atau kisi-kisi tema
kepada partisipan dengan menelepon partisipan untuk bertemu disekolah saat anak
2. Dependability (kebergantungan)
Dependability merupakan kestabilan data dari waktu ke waktu dan pada tiap
kondisi. Salah satu tekhnik untuk mencapai dependability data adalah inquiry
audit, yaitu peneliti meneliti kembali data-data yang diperoleh dengan cermat dan
mencari data-data lain yang mendukung validasi data. Data-data lain yang
3. Confirmability (kepastian)
persetujuan anatara dua orang atau lebih tentang relevansi data. Confirmability
pada penelitian ini adalah para pembaca dapat menelusuri bagaimana peneliti
essential structure.
4. Transferability (keteralihan)
Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan di tempat lain dengan latar belakang
yang hampir atau sama dengan dilakukannya penelitian ini. Dengan demikian,
DAFTAR PUSTAKA
PROPOSAL PENELITIAN HIBAH KOMPETISI
Oleh :
Ken Widyawati, S.S, M.Hum
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang indah dan
memiliki berbagai macam adat istiadat dan budaya yang sangat unik di setiap suku bangsa yang
ada di Indonesia. Keindahan alam yang dimiliki Indonesia sangat mendukung perkembangan
sektor pariwisata. Pariwisata yang makin berkembang di Indonesia selain karena keindahan
alam,juga karena keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Pariwisata merupakan sektor yang paling mudah dieksplore oleh setiap
negara di dunia. Hal ini yang membuat pariwisata tetap menjadi primadona dan
menjadi salah satu tumpuan perekonomian bagi sebagian besar negara di dunia
termasuk Indonesia.
Sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu pemasok devisa bagi
negara Indonesia. Dalam perkembangannya, berbagai objek wisata yang ada di
Indonesia bermunculan dan menawarkan beragam jenis wisata seperti, wisata alam,
wisata pendidikan, wisata sejarah, wisata olahraga, wisata budaya, wisata religi,
wisata desa dan wisata lain yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Wisata
desa saat ini cukup terkenal di Indonesia, hampir diseluruh pulau di Indonesia
terdapat desa wisata, termasuk di pulau Jawa.
Desa Kemetul merupakan salah satu desa wisata di pulau Jawa walaupun
belum sepenuhnya menjadi Desa Wisata . Sampai saat ini pengembangan daerah
Desa Kemetul masih tergolong hanya sebagai daerah yang menyediakan akomodasi
pariwisata saja. Suatu daerah untuk dapat dikembangkan menjadi objek wisata atau
menjadi sebuah desa wisata perlu adanya unsur-unsur yang mendukung, tidak hanya
mengandalkan keindahan alam dan akomodasinya saja. Seperti yang dijelaskan oleh
Suantoro (1997:19), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata meliputi perencanaan, pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan daearah wisata meliputi lima unsur, yaitu objek
dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana dan infrastruktur,
serta masyarakat dan lingkungan.
Pariwisata pedesaan pada prinsipnya adalah pembelajaran tentang alam
pedesaan dimana masyarakat desa akan turut mendapat manfaatnya. Ditinjau dari
prinsip tersebut, Desa Kemetul memiliki potensi besar dalam pengembangan
pariwisata pedesaan, mengingat Desa Kemetul memiliki sejumlah sumber daya alam,
sosial, kesenian dan budaya yang dapat menopang pembangunan pariwisata seperti
daerah pertanian, hutan, gunung, sungai, beserta fauna dan floranya. dalam upaya
pengembangan desa wisata yang berkelanjutan yaitu pelibatan atau partisipasi
masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan
kelompok pengusaha setempat.
Keaslian daerah wisata akan memberikan manfaat bagi produk wisata
pedesaan. Unsur-unsur keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas ,
keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam
gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya yang secara khusus berkaitan dengan
prilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan penduduk yang tinggal di desa
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka, pemodelan desa wisata bagi
pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus secara kreatif mengembangkan
identitas atau ciri khas yang unik di desa tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
pemecahan masalah yang berkaitan dengan krisis ekonomi daerah pedesaan yang
makin bertambah akibat adanya berbagai kebijakan yang di terapkan pemerintah
pusat. Kebijakan pemerintah pusat ada beberapa yang menyebabkan berkurangnya
kesempatan kerja maupun peningkatan pendapatan masyarakat desa, salah satu jalan
keluar yang dapat mengatasi krisis tersebut adalah melalui pembangunan industri
desa wisata skala kecil, sehingga mampu bersaing dan unggul dalam pembangunan
daerah pedesaan, serta penciptaan lapangan kerja baru yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat desa sangat penting kedudukannya dalam pengembangan objek
wisata Desa, seperti Desa Kemetul yang mempunyai alam yang indah, seni budaya
yang menarik dan juga ditunjang oleh masyarakat yang terampil dan ramah.
Sirtha (2008:2) menjelaskan dalam sistem pemerintahan desa , dikenal dua
sistem pemerintahan yakni desa dinas dan desa adat. Kedua jenis desa tersebut
memiliki tugas dan wewenang yang berbeda. Desa Adat mengatur masalah adat dan
agama, sedangkan desa dinas mengatur urusan administrasi yang berhubungan
dengan pelaksanaan pemerintahan desa di bawah kecamatan.
Desa Kemetul di samping merupakan desa dinas, juga merupakan desa Adat
hal ini dapat dilihat bahwa Desa Kemetul jika dilihat dari sisi pariwisata telah
dikembangkan sebagai daerah wisata, walaupun saat ini baru sampai pada penyedia
akomodasi wisata saja. Berkembangnya Desa Kemetul sebagai daerah wisata tentu
juga berdampak pada masyarakat desa Kemetul. Sebab tugas dari desa Adat menjadi
lebih kompleks, dalam hal ini desa Adat tidak hanya mengatur masalah adat dan
agama tetapi juga ikut membantu dalam pengembangan daerahnya agar menjadi
daerah wisata. Dilihat dari beberapa fungsi pokok desa Adat sesuai dengan Perda. No.
03 Tahun 2001 (dalam Supartha, 1999:165) salah satunya disebutkan bahwa fungsi
dari desa Adat adalah untuk menjaga, memelihara, dan memanfaatkan kekayaan desa
untuk kesejahteraan desa dan masyarakat desa itu sendiri. Kekayaan alam yang
dimaksudkan adalah termasuk potensi alam yang dimiliki oleh Desa Kemetul yang
dimanfaatkan sebagai objek wisata alam. Untuk memejukan wisata alam tersebut
perlu adanya peran serta masyarakat desa Kemetul dalam menjaga, memelihara, dan
memanfaatkan potensi desa yang ada dengan tujuan kesejahteraan masyarakat desa
Kemetul sendiri.
Realita yang terjadi, peran serta masyarakat desa dalam mengembangkan wilayahnya sebagai
daerah wisata belum nampak secara jelas. Pada umumnya yang lebih terlihat adalah peran dari
aparat dan tokoh-tokoh desa . Berdasarkan hal tersebut penting untuk mengungkap bagaimana
peranan masyarakat desa Kemetul khususnya dalam pengembangan potensi budya dan adat desa
Kemetul dalam mengembangkan desa Kemetul sebagai daerah wisata alam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.:
1. Bagaimanakah model dan jenis wisata Desa Kemetul yang sesuai sebagai kawasan
desa wisata yang didasari pada pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan.
2. Bagaimanakah pembangunan Desa Kemetul dengan mengidentifikasi dan
menganalisis potensi budaya masyarakat untuk membuat kemungkinan alternatif
pengembangan sebagai desa wisata.
3. Bagaimana. kemampuan masyarakat desa Kemetul untuk memelihara, menggali, dan
mengembangkan keanekaragaman seni budaya masyarakat, yang berguna bagi
kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan tersedianya
makanan khas daerah dari bahan mentah yang ada di desa Kemetul.
4. Bagaimana mendorong peningkatan kewirausahaan masyarakat Desa Kemetul.
5. Bagaimana mengembangkan produk wisata desa Kemetul.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun pemodelan kawasan desa wisata Kemetul yang didasari pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
2. Membuat pembangunan Desa Kemetul dengan mengidentifikasi dan menganalisis
potensi budaya masyarakat dan membuat kemungkinan alternatif pengembangan
sebagai desa wisata.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat Desa Kemetul untuk memelihara, menggali,
mengembangkan keanekaragaman seni budaya masyarakat, yang berguna bagi
kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan tersedianya
makanan khas daerah dari bahan mentah yang ada di Desa Kemetul.
4. Mendorong peningkatan kewirausahaan masyarakat Desa Kemetul.
5. Mengembangkan produk wisata Desa Kemetul.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian mengenai potensi Wisata Desa Kemetul adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis
Melestarikan dan mengembangkan potensi Wisata Desa Wisata Kemetul dan
meningkatkan pariwisata di Kabupaten Semarang.
2. Manfaat Akademis
Memberikan informasi dalam usaha untuk menambah perbendaharaan ilmu
pengetahuan serta wawasan di bidang pariwisata, khususnya yang berkenaan dengan
Wisata Desa Kemetul.
D. LANDASAN TEORI
a. Pengertian Pariwisata, wisata, dan Wisatawan
Pariwisata berasal dari bahasa sanskerta yaitu: kata pari yang berarti penuh, lengkap,
berkeliling, wis (man) yang berarti rumah, properti, kampung, komunitas dan ata yang berarti
pergi terus-menerus, mengembara. Apabila dirangkai menjadi satu kata menjadi pariwisata,
yang berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus
dalam jangka waktu tertentu. Istilah pariwisata juga dipakai sebagai pengganti istilah asing
tourism atau travel diberi makna oleh Pemerintah Indonesia: sebagai “Mereka yang
meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat
yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan alam daerah yang dikunjungi ( Pendit, 2002:1).
Marpaung mendefinisikan pariwisata sebagai perpindahan sementara yang dilakukan
manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas
dilakukan selama wisatawan tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan terse4but ( Marpaung, 2002: 13).
Berdasarkan UU No. 9 tahun 1990 pasal 1 wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serat bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata (Karyono,1997: 21).
Dalam Undang-Undang Kepariwisataan No.9, BAB I, Pasal 1,Tahun 1990, wisata
didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Hary
Karyono membedakan beberapa jenis wisata, yaitu (1). wisata budaya, (2). wisata kesehatan,
(3). wisata olahraga,(4). wisata komersial, (5).wisata industri,(6).wisata politik,(7). wisata
konvensi, (8). wisata sosial, (9).wisata pertanian, (10) wisata maritim, (11).wisata cagar alam,
(12). wisata buru, (13). wisata pilgrim dan (14). wisata bulan madu.
Wisata Budaya diartikan sebagai wisata yang dilakukan seseorang dengan tujuan
untuk mempelajari adat-istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang
terdapat di daerah atau negara yang dikunjungi.
Wisata Kesehatan disebut juga wisata pulih atau sembuh, artinya seseorang
melakukan perjalanan dengan tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit atau untuk memulihkan
kesegaran jasmani dan rohani, sedangkan wisata olahraga adalah jika seseorang melakukan
perjalanan dengan tujuan untuk nmengikuti kegiatan olahraga, misalnya Olympiade, Thomas
Cup, Sea Games dan sebagainya.
Wisata komersial memiliki istilah lain wisata bisnis. Wisatawan yang masuk ke dalam
jenis wisata ini adalah mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan yang bersifat komersial
atau dagang.
Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa untuk berkunjung ke perusahaan atau industri yang besar guna mempelajari atau
meneliti industri tersebut. Sedangkan wisata politik adalah apabila seseorang berkunjung ke
suatu Negara untuk tujuan aktif dalam kegiatan politik, misalnya kunjungan kenegaraan,
penobatan raja atau ratu suatu kerajaan , konferensi politik dan lainnya.
Wisata konvensi adalah berkunjung ke suatu daerah atau negara dengan tujuan
mengikuti konvensi atau konferensi.
Wisata sosial diartikan sebagai kegiatan wisata yang diselenggarakan dengan tujuan
tidak mencari keuntungan. Perjalanan ini diperuntukkan bagi golongan masyarakat ekonomi
lemah maupun pelajar dengan biaya dari yayasan, pemerintah daerah atau donatur.
Wisata pertanian adalah wisata yang perjalanannya dilakukan dengan mengunjungi
daerah pertanian, perkebunan, dan riset atau penelitian tentang pertanian atau perkebunan.
Sedangkan wisata bahari sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti berselancar, menyelam,
berenang, dan sebagainya.
Wisata Cagar Alam adalah berkunjung ke daerah cagar alam. Di samping untuk
mengunjungi binatang atau tumbuhan yang langka juga untuk menghirup udara segar dan
menikmati keindahan alam. Objek wisata jenis ini contohnya Kebun Raya Bogor, Kebun
binatang. Sedangkan Kegiatan wisata buru dikaitkan dengan hobi berburu yang lokasinya
sudah ditentukankan oleh pemerintah sebagai daerah perburuan.
Wisata pilgrim dikaitkan dengan agama, kepercayaan ataupun adat-istiadat dalam
masyarakat. Wisata ini dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat suci, makam-makam
orang terkenal atau pemimpin yang diagungkan. Wisata bulan madu adalah
wisata yang dilakukan orang-orang yang sedang berbulan madu atau pengantin baru
( Karyono, 1997: 17-19).
Pengertian wisatawan dalam Inpres RI no.9 tahun 1969 adalah: setiap orang yang
bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati
perjalanan dan kunjungan itu. Ross menjelaskan bahwa wisatawan memiliki 4 ciri utama yaitu:
pertama, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dantinggal di berbagai tempat
tujuan. Kedua, tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam
dan bekerja di tempat tujuan wisatawan. Ketiga, wisatawan bermaksud pulang kembali dalam
beberapa hari atau bulan karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek,
dan keempat wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk
menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah (Ross, 1998: 4-5).
E. METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan proses dimana antara satu tahap dengan tahap yang lain saling
terkait sehingga menjadi susunan yang sistematik. Setiap tahapan dalam penelitian
merupakan bagian yang menentukan proses penelitian selanjutnya .Oleh karena itu sebelum
penelitian dilakukan, terlebih dahulu harus dibuat langkah-langkah penelitian.
Langkah-langkah penelitian ini dibuat dengan maksud untuk memudahkan dan
memberikan arahan jalannya penelitian, sehingga dapat berguna sebagai tuntunan bagi
peneliti dalam menyusun dan melaksanakan penelitian secara terencana dan sistematis. Uraian
berikut menjelaskan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan.
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung pada saat
penelitian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap sesepuh ,juru kunci makam.
Lurah Kemetul dan tokoh masyarakat Desa Kemetul.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari buku-buku,
makalah, majalah dan koran yang berkaitan dengan desa Kemetul. Data sekunder ini
digunakan untuk perbandingan dan memperkaya data penelitian.
Simpulan/Hasil Penelitian:
Penelitian ini dijadwalkan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima) bulan, dengan
rincian skedul sebagai berikut:
No Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5
1 Persiapan Administratif
2 Diskusi Metodologis
3 Pengumpulan Data/Observasi/ Wawancara
4 Pengumpulan Data/Observasi/ Wawancara
5 Pengumpulan Data/Observasi/ Wawancara
6 Pengolahan&Analisis Data
7 Penyusunan&Penggandaan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
http//www.yogyes.com
http//www.slemankab.com